Ciri Gereja yang Sehat, 28 Februari 2021

Kisah Para Rasul 2:41-47

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita baca bagian ini, ini adalah bagian yang melanjutkan perikop di mana Petrus berkhotbah di hari Pentakosta lalu ada 3000 orang yang bertobat pada hari itu. Dan ini membuat kita berkata atau banyak orang yang mengatakan kalau ayat ini adalah ayat di mana atau perikop ini adalah perikop di mana berbicara tentang Tuhan mendirikan gereja-Nya melalui khotbah dari Petrus, lalu pertobatan yang terjadi pada waktu itu, dan orang-orang kemudian memberi diri untuk dibaptis dalam nama Yesus dan menerima Roh Kudus dalam kehidupan mereka. Dan mulai saat itu dikatakan 3000 orang ini plus 120 orang yang sebelumnya setiap hari bertekun berkumpul di ruang atas untuk berdoa di hadapan Tuhan kemudian bersatu untuk beribadah kepada Tuhan dan disebut sebagai orang Kristen atau gereja mula-mula yang pertama terbentuk setelah hari Pentakosta itu.

Pada waktu kita berbicara mengenai gereja yang terbentuk di hari Pentakosta, maka ini juga menjadi satu penggenapan dari apa yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya di dalam Matius 16. Pada waktu Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Menurut engkau siapakah Aku ini?” Tapi sebelumnya Yesus bertanya, “Menurut orang-orang, siapakah Aku ini?” Petrus berkata atau murid-murid berkata, “Orang berkata Engkau adalah nabi, Engkau adalah Yohanes Pembaptis, Engkau adalah Yeremia, Engkau adalah Yesaya, Engkau adalah salah satu dari antara nabi.” Tetapi ketika Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kamu siapakah Aku?” Petrus berkata, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Lalu dari situ Tuhan Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam maut tidak akan berkuasa atasnya.” Itu berarti gereja dibangun karena kehendak dari Tuhan Yesus. Kedua, gereja dibangun di atas dasar satu pengakuan iman yang benar berkenaan dengan Yesus Kristus. Ini menjadi satu dasar yang penting sekali untuk kita bisa berjalan di dalam kehidupan kita tengah-tengah dunia ini dan mengerti konsep mengenai gereja.

Dan pada waktu Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam kuasa maut tidak akan berkuasa atasnya,” lalu di situ orang-orang yang mendengar itu adalah orang yang percaya kepada Kristus atau murid-murid Yesus Kristus, dan Yesus kaitkan antara murid-murid itu dengan gereja dan kita tahu di dalam Pentakosta di sini terjadi pencurahan Roh Kudus dan orang-orang bertobat dan datang kepada Kristus, maka yang dimaksud oleh Alkitab berkenaan dengan gereja itu bukan hanya bangunan. Tetapi secara khusus berbicara berkenaan dengan pribadi-pribadi yang datang dan beribadah kepada Tuhan di dalam suatu tempat tertentu.

Jadi ini menunjukkan yang penting itu bukan bangunannya tetapi yang penting itu adalah pribadi-pribadi orang yang bertobat dari dosa yang percaya kepada Kristus dan dibaptis dengan Roh Kudus. Orangnya itu yang disebut sebagai gereja Tuhan. Nah ini membuat kadang kala pada waktu kita berbicara tentang gereja, ada orang-orang tertentu yang berpikir kalau kebaktian itu tidak di tempat tertentu yang khusus, yang ada simbol salibnya di depan, di mana orang Kristen datang dan berkumpul di tempat khusus yang bangunannya seperti gereja, baru mereka pergi ke gereja. Kalau tidak datang ke tempat seperti itu mereka tidak pergi ke gereja. Saya percaya ini bukan konsep Alkitab berkenaan dengan gereja. Tetapi di mana orang Kristen berkumpul dan bersekutu, beribadah di situ, dan menyembah kepada Tuhan, di situlah gereja ada dan ibadah itu dilakukan kepada Tuhan. Tidak peduli tempatnya ada di mana. Makanya Yesus pernah berkata di mana ada dua atau tiga orang berkumpul – memang konteksnya bicara tentang penghakiman tapi saya percaya ini ayat bisa diterapkan secara umum – dan di mana dua atau tiga orang berkumpul di situ Kristus hadir di tengah-tengah mereka. Jadi bukan bicara berkenaan dengan tempat lagi tetapi pribadi-pribadi dari orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang berkumpul bersama dan beribadah, di situlah kita sebut sebagai gereja Tuhan.

Nah waktu kita masuk ke dalam ayat yang ke-41 ini dan seterusnya, maka ini berbicara berkenaan dengan bagaimana keadaan gereja mula-mula yang terbentuk atau yang dibentuk oleh Tuhan, dan seringkali ini menjadi satu pola dari satu gereja yang sehat yang harusnya ada di dalam dunia ini paska dari gereja ini terbentuk pada hari Pentakosta itu. Dan kita bisa lihat nanti di dalam ayat-ayat ini terkandung prinsip-prinsip yang menyatakan seharusnya gereja yang sehat itu seperti apa, yang baik itu seperti apa, dan ini juga harusnya menjadi satu evaluasi yang kita gunakan berdasarkan standar ini untuk melihat apakah gereja kita juga bertumbuh di dalam aspek-aspek ini atau tidak, bagian mana yang kurang, bagian mana yang kita perlu untuk perbaiki dan bertumbuh di dalamnya. Jadi pola gereja yang sehat kita bisa lihat di dalam perikop ini.

Tetapi pada waktu kita bicara tentang pola gereja yang sehat, jangan berpikir bahwa gereja mula-mula adalah gereja yang sempurna, gereja yang tidak ada kekurangan, tidak ada cacat sama sekali, itu adalah hal yang tidak benar. Walaupun gereja mula-mula menjadi satu pola yang baik bagi semua gereja seterusnya, tetapi kita bisa mencatat walalupun begitu mereka tetep memiliki kelemahan dan kekurangan di dalam gereja itu.

Misalnya Saudara bisa lihat di dalam Kisah 6, di situ ketika orang-orang mulai menjalankan diakonia, orang Kristen mula-mula itu, terjadi satu keributan di tengah-tengah mereka yaitu ada janda-janda dari kelompok orang-orang Yunani bukan orang Yahudi itu tidak mendapatkan bagian daripada diakonia sehingga pada waktu itu mereka kemudian ribut satu dengan yang lain, terjadi ketidakadilan itu, dan mereka kemudian menghadap kepada rasu-rasul dan rasul-rasul kemudian memutuskan kita tidak bisa berjalan seperti ini tapi kita perlu membentuk yang namanya diaken untuk bisa melayani meja atau melayani orang-orang yang merupakan orang miskin atau janda-janda miskin sehingga terjadi satu pelayanan yang rata atau yang menyeluruh di tengah-tengah jemaat mula-mula.

Lalu kita bisa lihat juga selain itu ada perdebatan theologis berkenaan dengan apakah orang-orang Kristen Yunani atau Kristen non-Yahudi perlu disunat atau tidak. Dan di situ ada orang-orang yang merupakan kelompok orang Yahudi yang masuk ke dalam gereja, yang mulai mengacau gereja dengan mengajarkan ada Taurat yang harus ditaati. Ada kalau kita lihat di dalam Timotius, di situ kita bertemu dengan ada orang-orang Kristen Yahudi yang mengajarkan kita perlu untuk menaati silsilah-silsilah yang ada di dalam Perjanjian Lama berkenaan dengan mungkin orang-orang Yahudi ataupun dengan dongeng-dongeng yang berkenaan dengan silsilah-silsilah yang ada di Perjanjian Lama. Dan pada waktu itu, Paulus berkata kepada Timotius, “Engkau tidak boleh mengikuti mereka karena apa yang mereka ajarkan itu adalah sesuatu kesalahan.” Dan Saudara juga bisa lihat di dalam Kisah 15 ada sidang yang dilakukan di Yerusalem untuk mengatasi persoalan yang ada di dalam jemaat, khususnya berkenaan dengan baptisan, berkenaan dengan sunat, berkenaan dengan makanan yang mereka boleh makan atau tidak boleh makan.

Jadi di tengah-tengah kita berbicara tentang pola gereja mula-mula, tetap ada satu pemikiran yang harus kita ingat baik-baik, di dalam dunia ini tidak pernah ada satu gereja yang sempurna, tanpa cacat, tanpa dosa, tanpa kekurangan. Nanti waktunya ketika kita bertemu dengan Kristus di dalam kekekalan, di situlah baru gereja itu menjadi satu gereja yang kudus dan tidak berdosa sama sekali, tidak ada kekurangan dan kelemahan sama sekali. Jadi ini yang menjadi satu dasar sebelum kita masuk ke dalam bagian ini.

Lalu pada waktu kita bertanya apa yang menjadi karakteristik dari sebuah gereja yang sehat, sebuah gereja yang baik, sebuah gereja yang harusnya dibangun oleh Tuhan di tengah-tengah dunia ini? Hal yang pertama adalah kalau Saudara baca dari ayat yang ke-42 di sini dikatakan, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Kalau Saudara bandingkan dengan ayat 38 pasal 2 di situ dikatakan, “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Maksudnya adalah pada waktu kita berbicara mengenai karakteristik pertama dari sebuah gereja yang sehat yang dibangun oleh Tuhan, maka di situ harus terdiri dari orang-orang yang mengalami pertobatan. Siapa itu gereja? Gereja itu bukan semua orang yang datang ke satu tempat untuk beribadah kepada Tuhan atau tempat yang disebut gereja untuk beribadah kepada Tuhan. Tetapi yang dimaksud dengan gereja itu adalah orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Itu adalah gereja.

Makanya kalau kita lihat dari pengajaran Calvin, Calvin itu membagi di dalam gereja terdapat gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan adalah gereja yang terdiri dari semua orang yang datang setiap Minggu untuk berbakti kepada Tuhan. Tetapi di tengah-tengah orang yang datang karena berbakti kepada Tuhan di hari Minggu itu terdapat juga gereja yang tidak kelihatan. Siapa gereja yang tidak kelihatan? Mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengalami pertobatan dari dosa mereka dan kelahiran baru oleh Roh Kudus dalam hidup mereka. Itu adalah gereja atau istilah lainnya gereja yang sejati, gereja yang terdiri dari orang-orang pilihan yang sudah diselamatkan di dalam Yesus Kristus.

Tetapi gereja yang bagian yang kelihatan itu, yang bukan bagian dari kelompok yang tidak kelihatan itu. Kalau mungkin gambar diagram Venn, ada diagram, lingkaran, di tengah-tengah itu ada irisan, dan irisan itu adalah satu sisi adalah Kerajaan Allah, di sini adalah gereja, irisannya itu adalah orang-orang Kristen sejati yang disebut dengan gereja Tuhan. Tetapi yang di luar irisan dan di luar dari Kerajaan Allah itu adalah orang-orang yang bukan merupakan anak Tuhan walaupun mereka datang dan berbakti kepada Tuhan setiap harinya.

Saudara bisa lihat itu di dalam Kitab Wahyu, di situ kalau Saudara baca dari Wahyu 2 dan seterusnya, ada 7 gereja yang Tuhan surati, dan di antara 7 gereja itu ada 2 gereja yang tidak pernah mendapatkan teguran Tuhan tapi mendapatkan pujian Tuhan karena di situ ada penganiayaan dan penderitaan karena nama Tuhan, tapi yang lainnya, 5 itu adalah gereja yang ditegur dan dimintai Tuhan untuk bertobat. Kenapa mereka diminta Tuhan untuk bertobat padahal mereka adalah gereja, mereka adalah orang-orang Kristen yang datang dan berbakti kepada Tuhan, yang mengikut Kristus dalam hidup mereka yang katanya percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat mereka? Kalau mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kenapa Tuhan berkata, “Bertobatlah kamu!” khususnya kepada gereja Sardis dan Pergamus? Efesus tentu karena kehilangan kasih mula-mula, tetapi kepada Sardis di situ dikatakan, “Kamu adalah gereja yang sibuk, kamu adalah gereja yang penuh dengan aktivitas, kegiatan yang ada, tetapi semua itu adalah suatu kegiatan yang di luar tanpa ada satu pertobatan yang sungguh-sungguh di tengah-tengah mereka.” Kalau engkau tidak bertobat dari dosamu, maka gereja Sardis akan dihilangkan oleh Tuhan dari muka bumi dan hari ini nggak ada lagi namanya gereja Sardis.

Lalu yang kedua adalah di Pergamus. Di Pergamus adalah sebuah gereja yang katanya mengikuti pengajaran Bileam. Bileam itu siapa? Bileam itu adalah nabi yang disewa oleh Balak untuk mengutuki Israel. Nah pada waktu dia bersama mengutuk Israel sampai tiga kali karena Tuhan mencegah Bileam untuk mengutuki Israel, maka pada waktu itu Bileam mengambil cara lain. Dia mengubah strateginya dan dia berkata, “Kayaknya nggak bisa seperti ini. Kalau kita mau mengutuki atas nama Tuhan, justru Israel itu diberkati oleh Tuhan. Itu sebabnya aku terpaksa memberkati mereka setiap kali engkau meminta aku mengutuki mereka.” “Lalu bagaimana?” Balak tanya. “Caranya adalah buat mereka kawin campur dengan perempuan Moab. Berikan anak-anak perempuan kita kepada anak-anak Israel. Kawinkan mereka. Buat mereka mengalami kawin campur, lalu dari situ anak-anak perempuan Moab akan menghasut anak-anak Israel untuk turut menyembah kepada dewa-dewa dari Moab dan membuat Tuhan murka atas Israel.”

Satu cara yang begitu cerdik sekali. Tetapi ketika anak Tuhan terpancing untuk itu, justru mereka ada di dalam satu penghakiman Tuhan Allah atas hidup mereka sendiri. Ada semacam sinkretisme rohani yang digambarkan dengan perkawinan antara orang Kristen dengan bukan orang Kristen. Ada satu gabungan antara orang-orang yang percaya dengan yang tidak percaya di dalam gereja, dan pada waktu ada orang tidak percaya di dalam gereja, mungkin gereja saat itu mengakomodir mereka dan berusaha untuk menyenangkan mereka, berusaha untuk merangkul mereka, tetapi bukan membawa mereka keluar dari dosa mereka tapi membuat gereja sendiri masuk dan ikut di dalam suatu pola, satu prinsip, satu kehidupan, dan satu keinginan atau pemuasan yang diingini oleh orang-orang bukan Kristen yang ada di dalam gereja. Akibatnya apa kalau gereja melakukan itu? Maka gereja akan dihukum oleh Tuhan dan dibuang oleh Tuhan termasuk Pergamus sudah nggak ada lagi.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita bicara mengenai 7 gereja ini, dan 5 gereja diminta untuk bertobat padahal mereka sudah adalah gereja, dan ketika kita soroti lebih jauh ternyata di tengah-tengah mereka terdapat orang-oang yang masih menyembah berhala dalam hidup mereka, masih tidak mengalami suatu pembaruan dari dalam hati mereka, di situlah Tuhan berkata kamu harus bertobat. Dan Pak Tong menafsirkan ini sebagai gereja walaupun sudah ada, established, jemaat ada banyak, tetapi gereja harus tetap memberitakan Injil kepada setiap orang yang hadir di dalam gereja itu karena belum tentu semuanya sudah percaya pada Kristus dan sudah diselamatkan.

Bapak, Ibu, ini adalah hal yang sangat serius sekali, sangat penting sekali. Jangan nyaman dengan keberadaan diri kita di dalam gereja, jangan nyaman dengan satu aktivitas yang kita lakukan di dalam gereja, jangan nyaman ketika kita memiliki banyak kegiatan pelayanan yang kita lakukan di dalam gereja, jangan nyaman kalau anak-anak kita bersama keluarga kita datang ke gereja untuk berbakti kepada Tuhan sebelum kita melihat ada satu pertobatan dalam hidup mereka kepada Kristus yang sungguh-sungguh, maka kita harus perlakukan mereka sebagai orang yang mungkin belum percaya. Dan betul-betul menjalin mereka untuk datang kepada Kristus untuk bertobat dan bertumbuh dalam iman dan kebenaran dalam Kristus.

Makanya di dalam buku 9 Tanda Gereja yang Sehat, Mark Dever itu berkata seperti ini, “Sebuah gereja yang sehat harus membuka pintu lebar-lebar. Bukan untuk orang masuk, tetapi untuk orang keluar.” Saya ulangi, Mark Dever di dalam bukunya 9 Tanda Gereja yang Sehat berkata, “Gereja yang sehat bukan membuka pintu lebar-lebar untuk orang masuk tetapi buka pintu lebar-lebar untuk orang keluar dari gereja, tapi buka pintu yang kecil untuk orang masuk ke dalam gereja.” Kenapa begitu? Saya percaya di balik prinsip pengertian itu, dia mengerti bahwa gereja yang sehat harus terdiri dari orang-orang yang bertobat sungguh-sungguh dalam Kristus.

Bagi mereka yang ada di dalam gereja yang belum bertobat, kita perlu tolak nggak? Nggak, bukan begitu. Tetapi kita juga tidak terlalu perlu menahan mereka kalau mereka tidak pernah mau bertobat dari dosa mereka. Tetapi kita turut bersenang hati, bersukacita dengan kehadiran mereka di dalam gereja, supaya apa? Supaya mereka memiliki kesempatan untuk mendengarkan Injil Kristus, supaya mereka mendapat satu kesempatan untuk merefleksikan hidup mereka berdasarkan terang Injil Tuhan dan mengalami anugerah pertobatan di dalam Kristus dalam hidup mereka. Itu tujuannya.

Jadi pada waktu kita berkata gereja harus membuka pintu yang kecil untuk orang-orang masuk dan membuka pintu yang lebar untuk orang-orang pergi, bukan berarti kita mulai sekarang menutup pintu lalu kita absen siapa orang Kristen yang sejati siapa orang Kristen yang bukan sejati, lalu hanya orang Kristen yang sejati yang boleh masuk dan orang Kristen tidak sejati tidak boleh masuk dan beribadah kepada Tuhan, bukan seperti itu. Saya percaya salah satu yang dilakukan oleh Kristus itu menjadi contoh teladan bagi kita yang seharusnya kita terapkan dalam relasi kita dengan orang-orang yang menyebut dirinya Kristen.

Kemarin dan juga di dalam Persekutuan Doa saya bicara ada satu murid Kristus yang mengkhianati Dia, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebelum dia mengkhianati Kristus, sebelum Yesus Kristus memberikan satu ultimatum kepada dia, “Kerjakanlah apa yang ingin engkau lakukan,” yaitu menyerahkan Anak Manusia yang merupakan suatu penghakiman dan finalitas daripada hidup keselamatan dari Yudas Iskariot ini, Alkitab mencatat Yudas Iskariot menjadi bagian dari 12 rasul, turut menikmati segala kebenaran daripada pengajaran Kristus, turut menikmati persekutuan dengan Kristus, turut menikmati segala berkat yang Kristus berikan kepada 12 rasul itu, turut melihat segala kebenaran dan mujizat kuasa Tuhan yang bekerja di dalam Kristus, turut melihat bahwa Yesus Kristus adalah Mesias Anak Allah yang hidup, turut bisa bersama-sama menikmati perjamuan dengan murid-murid yang lain, tapi Saudara, dia akhirnya dibuang oleh Tuhan.

Setiap orang yang kita terima datang untuk berbakti, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, setiap orang yang datang berbakti harus mengalami pertobatan. Harus memiliki iman di dalam Kristus. Harus percaya. Dan siapa yang percaya? Alkitab berkata memang orang yang mengaku dengan mulutnya Yesus adalah Tuhan, percaya dalam hatinya bahwa Dia adalah Juruselamat, dia adalah orang yang diselamatkan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau ini yang menjadi dasar saja untuk menilai siapa orang Kristen yang sejati, saya percaya yang terjadi adalah banyak orang Kristen yang munafik di dalam gereja. Orang Kristen yang kelihatannya Kristen tapi sebenarnya bukan Kristen, orang Kristen yang sepertinya memiliki satu kehidupan rohani yang baik tetapi semuanya sebenarnya adalah sebuah kamulflase untuk menutupi kepentingan diri dia. Kebaikan itu untuk profit dan keuntungan daripada diri dia sendiri.

Saya percaya orang-orang seperti ini mungkin ada yang bisa bertahan sampai akhir. Tetapi juga banyak yang akan meninggalkan iman mereka. Maksud saya bertahan sampai akhir itu bertahan sampai akhir di dalam gereja, tetapi meninggalkan iman mereka dalam pengertian kita bisa lihat prinsip hidup mereka, kita bisa melihat apa yang menjadi prioritas dalam hidup mereka, kita bisa melihat ternyata mungkin ketika mereka melayani, apa yang mereka tampilkan itu hanya sebagai suatu tameng atau topeng yang sebenarnya mereka tidak seperti itu. Makanya saya percaya sekali sebagai orang Kristen, salah satu hal yang perlu kita miliki adalah membuka pintu rumah kita untuk orang lain bisa datang dan masuk ke dalam.

Ini dikatakan di dalam Ibrani 13. Kenapa begitu? Karena pada waktu kita tampil di luar, saya percaya kita bisa menggunakan berbagai macam topeng dalam berelasi kita dengan orang lain. Tetapi pada waktu kita masuk ke dalam rumah seseorang, sebaik-baiknya orang itu menutupi dirinya, saya yakin itu dia menerima orang itu menumpang dalam rumahnya pasti ketahuan karakternya seperti apa. Dan ini membuat saya percaya ketika orang Kristen membuka rumahnya, sebenarnya itu menjadi salah satu alat untuk bersaksi bagi nama Kristus melalui kehidupan keluarga yang dipertobatkan dalam Kristus.

Jadi pengertian pertobatan itu bukan hanya sebagai satu ucapan Yesus Tuhan dan Juruselamat. Orang-orang Kristen mula-mula yang berani mengaku Yesus Tuhan dan Juruselamat taruhannya itu adalah nyawa, bukan seperti kita yang hidup taruhannya nggak ada sama sekali. Paling ya diusir sedikit nggak boleh kebaktian di tempat ini atau masyarakat tidak setuju dengan orang Kristen. Tapi bisa dikatakan hamper tidak ada taruhan nyawa khususnya di dalam konteks negara Indonesia.

Lalu apa yang menjadi dasar penting di dalam kehidupan kita? Tadi saya ada katakan ada prioritas di situ, ada yang dianggap penting di dlm kehidupan kita yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan Kristus dan kekekalan. Ada hal-hal yang membuat kita hidup dalam satu kejujuran mungkin. Apa yang kita tampilkan di luar itu adalah apa yang ada di dalam hati kita yang sesungguhnya. Kita bukan menampilkan diri sebagai orang yang baik tapi hati kita ingin merebut segala kemuliaan dari Kristus dalam hidup kita. Tapi juga ada aspek yang namanya ketekunan sampai akhir.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya kemarin di dalam Pembinaan Pemuda ada bilang kita seringkali di dalam gereja Reformed berpegang pada satu prinsip ayat yang berkata sekali selamat tetap selamat. Ada sekuritas kekal yang Tuhan berikan kepada umat-Nya yang percaya kepada Kristus. Betul tidak? Betul. Itu adalah sesuatu yang tidak salah. Alkitab berkata begitu orang dipilih, ditetapkan, dia akan kemudian datang kepada Kristus, dia akan mengalami pertobatan, dan kemudian akan dibenarkan, dikuduskan, dan dimuliakan dalam hidup mereka. Jadi ada satu jaminan yang pasti akan dimuliakan ketika dia adalah orang yang dipilih oleh Tuhan untuk datang dan diselamatkan dalam Kristus. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hal ini juga berarti orang yang diselamatkan di dalam Kristus, orang pilihan, kalau dia akan terus dan sampai dimuliakan, berarti bahwa di dalam perjalanan hidup di dalam dunia ini ada satu ketekunan yang akan dia tunjukkan sebagai orang yang bertobat pada Kristus sampai akhir hidupnya. Dan ketekunan itu bukan hanya klaim saya percaya Yesus Tuhan dan Juruselamat.

Saya banyak ketemu orang yang katanya Kristen, bersumpah mati untuk percaya kepada Kristus tetapi hidupnya tidak mencerminkan sama sekali kalau dia adalah pengikut Kristus. Itu bukan Kristen. Itu bukan orang yang bertobat. Itu bukan gereja Tuhan. Jadi ada ketekunan. Bisa jatuh nggak? Bisa. Petrus jatuh kok. Yakobus jatuh, rasul-rasul yang lain, Tomas juga jatuh kok. Tapi pada waktu mereka disebut sebagai umat, mereka kembali lagi di dalam kasih Tuhan untuk bertekun di dalam iman sampai Tuhan memanggil mereka. Itu gereja yang sejati. Makanya di dalam bagian ini ada kalimat ayat yang ke-42, “Mereka bertekun…” Bertekun dalam hal apa? Tentunya pertama dalam hal iman untuk mengikut Kristus atau di dalam iman untuk dia menjadikan Kristus Tuhan dalam hidup mereka, tetapi juga dalam pengertian bertekun untuk terus hdp dipenuhi oleh Roh Kudus.

Dengan Efesus 5:18 berkata, “Hendaklah kamu dipenuhi oleh Roh Kudus dan kamu jangan mabuk oleh anggur.” Siapa orang Kristen? Yaitu orang yang bertobat dari dosa, datang dalam iman pada Kristus, bertekun dalam kehidupannya sampai akhir di dalam iman kepada Kristus. Tetapi kenapa ada tambahan, “Ia adalah seorang yang harus dipenuhi oleh Roh Kudus”? Karena orang-orang yang bertekun sampai akhir belum tentu hidupnya selalu dipenuhi oleh Roh Kudus. Maka ada aspek gereja yang sehat haruslah terdiri dari orang-orang yang menundukkan diri di bawah kebenaran firman Kristus. Atau yang di Kolose katakan, “Dia adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.”

Lalu hal yang kedua yang menjadi pola karakteristik dari sebuah gereja yang sehat itu, gereja yang sehat itu bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita bicara tentang gereja, maka ada orang-orang Kristen tertentu yang atau kelompok orang Kristen tertentu yang mengatakan gereja itu harus kembali menurut satu pola yang ada di dalam Kisah Rasul atau gereja mula-mula, tetapi pola yang dimaksudkan itu bukan dalam pengertian pengajaran rasul-rasul tetapi dalam pengertian pengalaman rohani. Itu menjadi hal yang utama yang selalu mereka tekankan, karunia Roh Kudus yang ada di dalam gereja, pengalaman-pengalaman supranatural itu menjadikan dia orang Kristen atau menjamin diri dia adalah orang Kristen yang sejati.

Itu sebabnya gereja ketika berkhotbah menyampaikan, mereka berkata mungkin, “Tolong jangan bicara masalah doktrin, tolong jangan bicara tentang masalah pengajaran karena pengajaran itu mengakibatkan kekeringan, pengajaran itu mengakibatkan perpecahan dalam gereja, kita harus berbicara mengenai perbuatan, kita harus bicara mengenai kasih, kita harus bicara mengenai pengalaman rohani yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita, kita harus berbicara berkaitan dengan berkat-berkat yang Tuhan berikan di dalam hidup kita di dalam gereja.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, maafkan, itu bukan gereja mula-mula. Gereja mula-mula adalah satu gereja yang terus bersekutu, bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul. Mereka kalau mau berkata gereja mereka adalah orang-orang yang menikmati pengalaman rohani atau supranatural dalam hidup mereka, saya yakin mereka adalah orang-orang yang paling berhak untuk mengatakan itu. Karena mereka mengalami langsung kok bagaimana Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya, bagaimana Tuhan berbicara bahasa roh di dalam pertemuan di hari Pentakosta itu. Tetapi aneh ya pada waktu mereka berkumpul bersama, kenapa yang dikatakan adalah mereka bertekun dalam pengajaran rasul dan bukan mereka bertekun dalam karunia-karunia Roh Kudus dalam hidup mereka?

Saya berkata seperti ini bukan berarti kita nggak perlu memiliki karunia Roh Kudus, lalu kita hanya bertekun dengan pengajaran tanpa ada satu karunia, nggak seperti itu. Tapi yang saya maksudkan adalah pengalaman itu penting, bersama dengan Tuhan. Kegiatan-kegiatan, cinta kasih yang kita tunjukkan itu penting, nanti ada bagian itu di dalam gereja. Tetapi tidak boleh mendominasi firman. Karena pada waktu kita bicara mengenai gereja yang sejati, tentunya gereja yang sejati adalah pengikut Kristus, kalau gereja yang sejati adalah yang mengikuti Kristus, kita perlu tahu dan harus tahu siapa Kristus yang kita ikuti. Dan itu berarti kita tidak pernah bisa lepas dari pengajaran tentang Kristus.

Dan di sini dikatakan rasul, tapi kalau kita bilang Alkitab, kenapa begitu? Karena zaman itu belum ada Perjanjian Baru. Yang ada adalah Perjanjian Lama. Dan rasul-rasul dipanggil oleh Tuhan Yesus secara pribadi adalah untuk menjadi saksi Kristus yang menyatakan kalau Kristus adalah penggenapan dari nubuat yang ada dalam Perjanjian Lama. Selain itu, mereka juga menjadi murid Kristus yang melihat dan menerima pengajaran rasul langsung dari Yesus Kristus berkenaan dengan kehidupan Kristen atau umat Tuhan yang sebenarnya itu harusnya seperti apa. Dan pada waktu zaman Yesus sudah banyak didistorsi oleh ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang Saduki, sehingga mereka sepertinya beribadah kepada Tuhan tapi sebenarnya mereka menolak Tuhan yang sejati dalam hidup mereka dan kita buktikan dengan mereka menyalibkan Kristus. Ada ketekunan, ketekunan di dalam hal belajar firman.

Saya bersyukur sekali kita berada di dalam gereja ini, saya bersyukur kita berada di dalam gereja Reformed yang mengutamakan firman dan pengajaran. Tetapi di sisi lain saya adalah orang yang sangat sedih sekali dengan keberadaan dari orang Kristen yang katanya dirinya Reformed. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa saya bilang seperti ini? Coba perhatikan persentase mereka yang mengikuti seminar. Gampang nggak siapin seminar? Nggak gampang. Perlu nggak siapin seminar sebenarnya? Juga nggak perlu sih. Saya yakin Bapak, Ibu, semua nyaman kok kalau nggak ada seminar. Tetapi kenapa gereja ini harus ada seminar? Kenapa gereja ini mengadakan Pemahaman Alkitab? Saya selalu berpikir seringkali dalam hati, “Kalau mereka nggak mau dengar firman, jemaat, kenapa saya harus buang-buang tenaga untuk mereka?” Capek kan? Kita siapin baik-baik, kita undang orang datang untuk dengar firman, nggak ada yang muncul dan nggak ada yang merasa penting untuk dengar firman dalam gereja, belajar firman. Memang banyak faktor sih yang membuat seseorang nggak datang. Tapi paling tidak mungkin kita perlu uji dalam hati kita kenapa kita nggak datang. Apakah karena kita tidak mementingkan firman dalam hidup kita atau tidak? Kita ikut Kristus selama ini menjadi orang Kristen selama puluhan tahun dalam hidup kita, mau tanya kita level kelas yang mana?

Saya punya temen kita bicara terus, kadang-kadang kita telepon dia orang di luar kota. Lalu satu hari ketika saya lagi bicara, saya tanya ke dia karena waktu itu bicara tentang kekristenan dan iman. Dia bukan dari GRII. Saya tanya, “Kamu kerja sekian lama, bertahun-tahun, hamper 10 tahun lebih, mungkin bisa dikatakan 10 tahun ke atas, kamu menguasai nggak bidang pekerjaanmu?” Dia bilang, “Saya kuasai. Apa yang dikerjakan betul-betul paham sekali, materialnya apa, caranya bagaimana, semuanya paham. Termasuk pengaturan tukang,” dia tahu. Kemudian saya tanya, “Kamu sudah jadi orang Kristen berapa lama?” usianya paling beberapa tahun di bawah saya, itu berarti 40an tahun. Kalau dia 40 tahun jadi orang Kristen, okelah kita potong masa SD, masa SMP, itu berarti dia 30an tahun jadi orang Kristen. Saya tanya kepada dia, “Level rohanimu, level pengetahuanmu tentang Alkitab, tentang Kristus, itu di level apa? Kan kita sekolah ada TK, SD, SMP, SMA, universitas, S1, S2, S3 kayak gitu, kamu level yang mana?” dia bilang, “Saya TK.” Saya setuju karena saya tahu dia dari kami sama-sama masih pemuda, sama-sama belum menikah.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita ikut Kristus sekian lama tapi level rohani kita seberapa, pengetahuan firman kita berapa limpah sih atau berapa miskin? Gereja sudah siapakan sarana untuk kita bisa belajar firman. Kita gunakan itu baik-baik atau tidak? Kadang-kadang saya juga pikir apalagi kalau PA kayak gitu, “Ah Pak Dawis, ah Vikaris Leo, Vikaris Lukman, sudah biasa dengar mereka tiap Minggu. Jadi kalau ada PA, ngapain kita bisa dengar kok tiap Minggu.” Atau mungkin kita bisa ngomong kayak gini, “Saya sudah tahu kok pengajaran Reformed. Paling yang diomongin itu-itu saja kok. Tentang doktrin, tentang doktrin sistematik, biblika itu lebih menarik sedikit karena jarang dibahas. Tentang latar belakang sebuah kitab, tokoh-tokoh yang ada di dalam Kitab Suci mungkin itu bisa lebih menarik sedikit.” Sehingga ketika kita mendengar ada satu PA atau seminar, kalau temanya menarik yang belum pernah kita dengar, kita ingin datang dan ikuti. Tapi kalau bicara tentang misalnya Roh Kudus atau bicara tentang diselamatkan oleh anugerah, kira-kira yang datang berapa sih? saya pikir bisa dihitung dengan jari. Karena apa? “Saya sudah tahu kok diselamatkan oleh anugerah.”

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat kita sebagai orang Kristen, saya sendiri walaupun sdh sekian puluh tahun mengikut Kristus kemudian 11 tahun lebih secara khusus melayani Tuhan, saya tetap menemukan khotbah yang seringkali saya dengar tetap ada hal baru yang akan memberkati saya, yang membuka pikiran saya yang dulu saya tidak terbuka pada waktu mendengar. Waktu saya dengar satu firman tertentu yang disampaikan satu hamba Tuhan tertentu, dulu saya cuma scope pemikiran ini di level ini, tapi ketika saya dengar lagi, dengar lagi, saya mulai memperhatikan ada hal-hal lain selain daripada yang saya sudah tahu. Dan di situ saya mulai makin bertumbuh dan makin mengerti dan makin juga diberkati oleh firman Tuhan dalam hidup saya.

Contoh lainnya, Bapak, Ibu, punya Alkitab kan? Alkitab Bapak, Ibu, versi tahun berapa? Yang dikeluarkan lain versi tahun berapa lagi? Saya tanya, isinya sama atau beda? Sama kan. Paling ada variasi sedikit untuk lebih jelaskan arti. Bosan nggak bacanya? Alkitab yang Bapak, Ibu, pegang ini ya yang kalau suka baca mungkin setahun, dua tahun, tiga tahun sudah jelek sekali. Yang jarang pegang cuma hari Minggu pegang masih bagus seperti itu. Itu berarti ada Alkitab yang bertahan mungkin berapa tahun, ada Alkitab yang bisa bertahan puluhan tahun. Sama nggak? Sama kan. Dibaca? Dibaca tiap Minggu. Anggaplah baca, mungkin tiap hari baca. Bosan nggak bacanya? Nggak kan? Padahal nggak ada perubahan. Kenapa ketika kita berbicara tentang PA, berbicara tentang seminar, kita nggak tertarik? Tapi waktu bicara tentang Alkitab, kita ngomong kita perlu baca walaupun sama, nggak ada bosannya sama sekali. Memang ini juga bisa jadi obat tidur yang paling manjur sih kalau Bapak, Ibu, bacanya di malam hari. Tapi paling nggak kalau Bapak, Ibu, bacanya di siang hari atau pagi hari, Bapak, Ibu, akan menemukan ada hal-hal yang mungkin Bapak, Ibu, tidak temukan kalau bacanya waktu mau tidur, seperti itu ya. Jadi ada ketekunan kepada firman dan ini menjadi ciri yang kedua dari orang yang diselamatkan atau gereja yang sehat atau gereja mula-mula yang dibangun oleh Tuhan Allah atau Tuhan Yesus Kristus.

Lalu hal yang ketiga adalah mereka juga bertekun di dalam persekutuan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, memang ada kalimat yang seringkali dikatakan Reformed itu dingin. Ada kalimat yang seringkali dikatakan, saya pernah bertemu dengan satu orang juga dia berkata, “Saya dulu dari gereja ini, lalu saya pindah ke gereja ini, tapi gereja ini kecil. Karena gereja yang kecil biasanya lebih hangat, lebih akrab satu dengan yang lain. Jadi saya lebih milih gereja yang kecil daripada gereja yang besar.” Seolah-olah gereja yang besar itu gereja yang dingin, gereja yang tidak punya relasi persekutuan antara seorang dengan yang lain sehingga ada yang namanya gereja Mega Church atau gereja Metropolitan Church, ada gereja yang local begitu atau gereja komunitas, Community Church yang ada di dalam daerah masing-masing atau kota masing-masing dengan jumlah jemaat berapa ratus saja nggak sampai ribuan. Karena dianggap gereja yang kecil itu lebih hangat di dalam sebuah persekutuan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, persekutuan itu apa? Saya percaya yang namanya persekutuan itu adalah sharing kesamaan, sharing secara bersama-sama dalam kehidupan iman Kristen. Lalu pada waktu bicara berkenaan dengan persekutuan, seringkali yang kita pikir itu adalah orang memberi perhatian kepada saya. Kalau orang memberikan perhatian kepada saya ketika saya datang ke dalam gereja, maka itu berarti gerejanya hangat. Kalau orang nggak memperhatikan saya ketika saya datang ke dalam gereja, itu berarti gerejanya dingin. Makanya saya nggak mau datang ke gereja itu karena saya nggak diperhatikan. Tapi ada orang-orang juga yang anehnya adalah justru cari gereja yang dingin supaya pribadi dia nggak dikenal oleh orang lain. Dia nggak mau buka diri dan dia nggak mau dikenali karakter dia, pertobatan dia, kesalehan dia, kebaikan dia, kemurahan dia, mungkin juga kelemahan dan dosa dia.

Saya percaya bagian kedua itu nggak benar, tapi bagian yang pertama, saya datang ke gereja, saya anggap itu hangat dan dingin persekutuannya dari mana? Dari saya diperhatikan atau tidak, setuju nggak? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau itu yang menjadi prinsip, saya kok pikir itu bukan pengajaran Alkitab. Pada waktu kita berbicara berkenaan dengan persekutuan di dalam gereja, poinnya itu berkaitan dengan karunia. Dan pada waktu kita berbicara persekutuan dalam kaitan dengan karunia, Alkitab berkata setiap orang Kristen diberi karunia dengan tujuan bukan untuk membangun diri tetapi membangun jemaat.

Artinya keberadaan Bapak, Ibu, di dalam gereja sebenarnya bukan untuk orang memperhatikan kita, tetapi bagaimana kita menjadikan diri kita untuk memperhatikan orang lain. Kita mengasihi orang lain, kita mengingatkan orang lain akan firman Tuhan, kita menegur sesama kita yang berdosa, kita berbagi apa yang kita miliki kepada orang lain, kita memperhatikan mereka, bukan menuntut mereka untuk memperhatikan diri kita, lalu kemudian kita nggak mendapatkan perhatian itu kita mengeluarkan satu statement, “Gereja ini nggak layak untuk dikunjungi,” kita membuat garis merah di situ terhadap nama gereja itu karena gereja itu tidak memiliki kasih dan persekutuan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, problem-nya bukan di orang lain tetapi problem-nya adalah di diri kita yang berat hati untuk mengulurkan tangan menolong sesama kita, berat mulut untuk membuka mulut kita menyapa orang lain, berat hati untuk mengasihi orang yang ada di sebelah kita. Yang kita lakukan seringkali adalah hanya berkumpul dengan kelompok kita dan puas dengan kelompok kita. Saya nggak menyangkali bahwa persekutuan itu ada bagian erat dengan kelompok tertentu dibandingkan dengan yang lain. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita hanya puas dengan kelompok kita sendiri, persekutuan kita eksklusif itu, saya yakin itu juga nggak jadi berkat.

Gereja perlu belajar untuk mengasihi, memperhatikan orang lain. Makanya pada waktu kita berbicara mengenai gereja, Alkitab mengajarkan prinsip gereja bukan prinsip individualis tetapi prinsip komunal. Prinsip gereja itu adalah di mana orang Kristen yang ditebus oleh Kristus berkumpul dan bersekutu dengan orang Kristen yang lain, di satu tempat tertentu, baik itu beribadah kepada Tuhan atau belajar firman di situ, dan ada bagian berdoa di situ kepada Tuhan, harus ada komunal ini yang dibangun. Terus terang saya kuatir sekali lihat generasi kita yang akan datang ini paska daripada pandemi ini. Termasuk lihat orang tua yang berpikir kalau nggak masalah beribadah bersama dengan keluarga – bersyukur kalau bersama dengan keluarga – mungkin juga masing-masing di hadapan TV atau dengan HP.

Dan saya nggak tahu setahun nggak pernah berkumpul bersama orang Kristen yang lain, anggaplah setahun, kita sudah hampir setahun pandemi, ada nggak perasaan kegelisahan dalam hati, kerinduan dalam hati yang mendorong kita mau melangkah untuk mau bersekutu dengan orang Kristen yang lain? Padahal gereja mula-mula adalah satu gereja yang didirikan dengan satu konsep persekutuan, orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain saling mengenal satu dengan yang lain, saling memberi diri kepada orang lain dengan segala karunia yang Tuhan berikan di dalam kehidupan kita masing-masing.

Teknologi sekarang juga menjadi sesuatu yang menakutkan sekali. Kalau dulu kita punya TV, kalau saya dibesarkan dalam satu keluarga yang kalau TV itu tidak pernah boleh masuk ke dalam kamar. Jadi di ruang tamu. Anak-anak kalau mau nonton ke ruang tamu, ketemu dengan papa mama, ketemu dengan Saudara yang lain ikut nonton. Jadi walaupun TV itu menjadi satu alat penghibur kita yang memberikan satu kepuasan bagi apa yang kita inginkan, tapi paling tidak kalau TV itu ditaruh di ruang tamu, tetap ada interaksi antara sesama keluarga. Tetapi Saudara, makin maju teknologi, seperti TV makin besar dan kadang-kadang kalau ada musim sepak bola, bikin layar tancap besar sekali itu orang duduk di situ untuk nonton TV, sama-sama sorak, “Hore!” kalau menang.

Tapi Saudara, makin maju teknologi, yang terjadi adalah layar itu bukan makin besar tapi makin kecil. Dan ketika layar itu makin kecil, fokus kita juga makin kecil, makin sempit. Yang semula kita bisa berelasi dengan orang, walaupun mungkin nggak terlalu, tapi paling tidak ketika layar itu sama-sama ditonton kita bisa berinteraksi dengan yang lain, tetapi ketika layar itu makin kecil kayak HP ini, dengan segala hal kita bisa temukan di dalam sini, Saudara, dunia kita di mana? Saya waktu pikirkan ini, menakutkan sekali, dunia kita itu adalah milik kita sendiri. Siapa yang menjadi teman kita? Siapa yang menjadi diri kita? Itu menjadi orang yang bisa totally beda, Kita bisa berinteraksi dengan orang lain yang katanya dia seperti ini, tapi sebenarnya dia ndak seperti itu, karena kita sendiri kita membuat avatar diri kita yang berbeda dari diri kita sendiri. Dunia kita seperti apa? Yang kita inginkan semua ada di situ, kepuasan semua ada di situ, mau denger khotbah siapa ada di situ semua, tinggal pilih, mau siapa yang cocok dengan diri kita, siapa yang menarik, siapa yang lucu, siapa yang kira-kira memberikan stimulasi dalam pikiran kita untuk mengerti kebenaran firman. Semuanya ada. Ada yang berkata, ini membuat kita menjadi Tuhan atas dunia kita sendiri karena kita menciptakan dunia kita sendiri, teman kita sendiri, diri kita sendiri, siapa yang kita mau berinteraksi, siapa yang kita mau bukakan, apa yang kita mau tampilkan, tapi sebenarnya bukan kita, kita mencipta dunia kita sendiri, dan itu membuat kita tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, makin perkembangan teknologi makin maju, makin itu menjauh dari prinsip persekutuan yang ada di dalam Kitab Suci, makin akan membuat kita menjadi orang yang individualis. Tetapi menakutkannya adalah kita tetap mengira kita orang Kristen yang baik-baik dan sehat, padahal pertumbuhan rohani, pertama, tidak pernah bisa dilepaskan dari firman, kedua, tidak pernah bisa dilepaskan dari orang Kristen yang lain. Kita butuh mereka, mereka butuh kita untuk saling mengasah, saling membentuk, saling menyatakan karakter Kristus dalam hidup kita, itu tujuannya. Makanya kalau kita kembali kepada Kitab Suci, hal ketiga yang di angkat di sini, kita perlu memiliki satu persekutuan dengan orang-orang kudus yang lain karena di dalam persekutuan itu kita menjadi seorang yang makin bisa menyatakan karakter Kristus dan kasih Kristus.

Saudara bisa lihat di dalam bagian di mana di sini dikatakan misalnya ayat 44, “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.” Jadi Lukas berkata ada bagiannya di mana orang bersekutu di dalam keluarga, tetapi ada bagiannya di mana orang-orang Kristen harus bersekutu dengan orang Kristen lain, atau keluarga-keluarga lain, itu di Bait Allah, di rumah Tuhan. Nah pada waktu mereka bersekutu, apa yang menjadi hal yang mereka lakukan selain dari memperhatikan, mungkin memperhatikan dalam aspek rohani, tetapi mereka juga memperhatikan dari aspek fisik dan kebutuhan dari jemaat Tuhan. Ini hal yang sangat indah sekali, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan pada waktu kita melihat sebuah gereja dibangun dengan prinsip seperti ini.

Dan ada yang berkata, ini adalah satu prinsip yang bukan didasarkan atau bukan dilandaskan seperti halnya komunisme ataupun sosisalisme. Kalau bicara tentang komunisme, maka kita berkata segala sesuatu bukan milik kita tetapi milik negara dan milik bersama. Kalau bicara tentang sosialisme, kita berbicara mengenai semua orang mungkin bisa ada kepemilikan, tetapi sampai derajat tertentu atau persentase tertentu, setelah itu sisanya harus menjadi milik bersama. Tetapi pada waktu kita bicara tentang pemberian yang dilakukan oleh orang-orang Kristen ketika mereka memperhatikan sesama mereka dengan menjual apa yang mereka miliki lalu membagikan kepada mereka yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing, di sini mengandung yaitu prinsip kerelaan. Komunisme ndak ada kerelaan, sosialisme ndak ada kerelaan di situ, tetapi ada bagian dipaksa untuk memberi. Tetapi orang Kristen, ketika mereka bersekutu satu dengan yang lain, mereka punya satu kebesaran hati, kelembutan hati, belas kasih dalam hidup mereka untuk bisa memperhatikan orang-orang Kristen yang lain dalam kebutuhan, kesulitan, karena mereka rela untuk memberi itu, melakukan itu.

Tuhan Yesus pernah berkata, “Yang Aku kehendaki itu bukan korban persembahan, pergilah dan pelajarilah ayat ini, yaitu yang Aku kehendaki adalah belas kasih, keadilan, kebenaran.” Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, kalau kita beribadah kepada Tuhan, nggak ada kerelaan untuk bersekutu sama yang lain, nggak ada kerelaan untuk menolong orang Kristen yang lain yang ada di dalam kesulitan, nggak ada dorongan dalam hati kita untuk memberi belas kasih kepada orang lain, Tuhan Yesus berkata itu bukan ibadah.

Dan yang lebih menakutkan adalah mungkin karena kita belum pernah menerima persekutuan dengan Kristus. Karena persekutuan dengan kita dengan Kristus itu adalah persekutuan antara orang yang tidak layak menerima persekutuan, yang berdosa, yang harusnya dihukum, yang mendapatkan anugerah, dari Allah Bapa di dalam Kristus untuk bisa bersekutu dengan Allah melalui Kristus. Berarti ada kemurahan yang dia terima, ada belas kasih yang dia terima, ada kebaikan yang dia terima, ada pembenaran yang dia terima dalam hidup dia, sehingga ini membuat dia pasti menjadi seorang yang harus memperhatikan. Dan karena Allah Bapa adalah Allah yang bersekutu antara tiga pribadi-Nya, kita pun pasti bersekutu antara orang Kristen dengan orang Kristen yang lain. Jadi ada bagian persekutuan yang kita lakukan dengan memecah roti atau memecah roti ini bisa dikatakan menjadi sentralitas dari persekutuan yaitu sakramen Perjamuan Kudus, apa yang Kristus lakukan dalam kehidupan kita, itu yang menjadi dasar kita bersekutu satu dengan yang lain. Dan juga, berdoa.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya itu capek sekali ya mendorong orang untuk datang berdoa. Tapi saya pikir saya tetap harus dorong karena Alkitab berkata doa, sekali lagi, bukan sebagai satu doa individual di kamar kita masing-masing. Ada bagian itu, tetapi gereja mula-mula juga adalah satu gereja yang menegakkan kehidupan yang berdoa bersama dengan orang Kristen yang lain. Bapak, Ibu jangan pikir, “Saya sudah doa tiap hari, cukup lah kayak gitu,” nggak, itu kehendak Tuhan tapi bukan kehendak Tuhan sepenuhnya. Ada bagian kita berdoa pribadi, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan taat pada firman berdasarkan apa yang cocok bagi kita.

Jangan memilih mana yang kita akan lakukan dari firman Tuhan, karena ini saya bisa lakukan dan saya senang lakukan, tetapi ketika kita bertemu dengan firman yang lain yang kita ndak suka karena ini membuat saya harus menyangkal diri saya maka saya tinggalkan itu, saya lebih memilih yang saya bisa lakukan, maka kemudian saya berkata, “Saya orang Kristen yang baik, saya mentaati Tuhan, kehendak Tuhan ada dalam hidup saya, karena saya telah buat apa yang diperintahkan oleh Tuhan,” tapi mengabaikan yang ini. Itu bukan orang Kristen juga lho. Orang Kristen yang baik adalah dia memilih menaati firman yang dia bisa lakukan, tetapi dia juga memilih menaati firman yang menuntut penyangkalan diri dalam hidup dia.

Doa pribadi, saya yakin, semua orang tanpa disuruh pasti berdoa. Nggak tahu ada orang Kristen yang doa pribadi pun nggak bisa, mungkin ada, tapi kalau sampai itu ada tolong introspeksi diri lagi akan iman dan keselamatan Bapak, Ibu, ya. Karena pada waktu Tuhan bekerja, melahirbarukan, yang terjadi adalah relasi kita dengan Tuhan Allah itu dibangun, dipulihkan. Mau nggak mau kita pasti berbicara dengan Tuhan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita bukan hanya berbicara yang secara pribadi, bicara tentang keluarga kita, pekerjaan kita, studi kita, lalu mungkin hal-hal tentang masa depan kita, pencobaan yang kita alami dalam kehidupan kita, atau sedikit berkaitan dengan gereja Tuhan, tapi kita juga perlu mendoakan hal-hal berkenaan dengan Kerajaan Allah bersama dengan orang Kristen yang lain. Ini namanya doa secara komunal.

Dan kenapa kita perlu lakukan semua ini? Saya percaya semua itu berkaitan dengan kesaksian yang Tuhan ingin perlihatkan kepada dunia melalui gereja-Nya. Pada waktu orang Kristen berkumpul, di situlah kesaksian Tuhan dinyatakan baik itu di tengah-tengah orang Kristen sendiri yang percaya dan juga orang Kristen yang belum dilahirbarukan yang ada di dalam gereja. Tetapi saya percaya juga itu berkaitan dengan satu kesaksian yang ingin diperlihatkan kepada dunia yang belum mengenal Kristus. Makanya di dalam bagian ayat yang ke-43, maka ketika orang-orang Kristen itu berkumpul di sini Lukas berkata mereka menjadi takut, “Maka ketakutanlah mereka…” dan di situ rasul-rasul mengadakan banyak mujizat dan tanda. Istilah ketakutan di sini walaupun diterjemahkan dengan ketakutan, saya percaya juga ada aspek itu juga, tetapi kita juga bisa mengerti dalam pengertian ada satu kekaguman yang keluar di antara mereka yang beribadah bersama di dalam gereja Tuhan dengan orang-orang Kristen yang lain. Kagum terhadap apa? Terhadap karya Tuhan, kuasa Tuhan, kagum terhadap cinta kasih Kristus dalam hidup kita.

Saya percaya di dalam gereja zaman sekarang, mujizat itu bukan menjadi hal yang diberikan kepada orang-orang tertentu secara khusus untuk dilakukan menjadi tanda yang membuktikan dia adalah utusan Kristus. Pada waktu rasul-rasul diberikan kuasa untuk melakukan mujizat, ini di dalam Ibrani 2, dikatakan sebagai suatu konfirmasi kalau mereka adalah pengikut dari Kristus dan saksi Kristus. Karena pada waktu itu Alkitab belum selesai, belum tuntas diberikan, dan pada waktu itu, Yesus Kristus yang dikenal adalah Yesus yang bisa memiliki kuasa, mujizat dalam hidup Dia ketika Dia melayani di dalam dunia. Lalu pada waktu murid-murid ingin menyatakan kalau Yesus sungguh-sungguh adalah Mesias, Yesus sungguh-sungguh adalah Allah yang inkarnasi menjadi manusia, bahwa Dia adalah penggenapan janji yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama, apa yang digunakan? Satu sisi, memang mereka menggunakan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus adalah yang menggenapi setiap yang dinubuatkan itu, tetapi yang kedua adalah untuk menyatakan Yesus berkuasa, bangkit dari kematian, mereka menyatakan itu melalui mujizat yang dilakukan di tengah-tengah gereja.

Itu sebabnya saya bilang setelah zaman rasul berlalu, mujizat itu kalau Bapak, Ibu, baca di dalam kitab-kitab, surat-surat para rasul itu ya, surat-surat Paulus ya, itu mulai pelan-pelan tidak pernah dibahas lagi. Lalu ketika para rasul berbicara tentang kuasa supranatural, sering kali dikaitkan justru dengan nabi-nabi palsu, bukan nabi yang sejati. Saudara bisa lihat itu di Wahyu, Saudara bisa lihat itu di Surat Paulus juga. Kepada nabi palsu untuk menarik minat orang datang, mereka melakukan tanda mujizat.

Kalau begitu, saat ini bagaimana? Saat ini kita sudah punya kesaksian lengkap dari Kitab Suci, firman Tuhan sudah lengkap. Saat ini kita punya apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saat ini kita punya Roh Kudus yang tetap memiliki kuasa yang sama seperti yang ada di zaman Pentakosta, yang bekerja di dalam hati setiap orang berdasarkan firman Tuhan untuk mempertobatkan dan melahirbarukan dan membuat seseorang itu hidup diubahkan dari manusia lama menjadi manusia baru. Pada waktu kita bertemu di dalam gereja, salah satu dari manfaat dari persekutuan itu, menjadi satu ladang atau satu wadah untuk kita menyaksikan bagiamana manusia itu diperbaharui di dalam Kristus dengan kuasa Roh Kudus dan kebenaran firman Tuhan. Dia yang dulunya adalah orang yang suka berjudi, orang yang suka berzinah, orang yang suka membenci, orang yang tidak suka berelasi dengan orang lain, mungkin adalah orang-orang yang penuh dengan satu kejahatan di dalam hidup mereka, menjadi orang-orang yang diubahkan, menjadi orang yang mengasihi, menjadi orang yang suci, menjadi orang yang memperhatikan orang lain, menjadi orang yang memiliki kuasa pembaharuan dari Roh Kudus di dalam Kristus. Indah nggak? Saya yakin itu indah sekali. Saya yakin itu adalah satu kesaksian yang luar biasa yang kita bisa saksikan kepada dunia. Di mana orang Kristen berkumpul di situ ada kesatuan, ada kasih, ada persekutuan yang membangun satu dengan yang lain, ada kuasa pembaharuan yang dilakukan kepada individu-individu Kristen yang datang dan bersekutu di dalam Kristus.

Saudara, kita memiliki itu tidak, pembaruan itu? Jangan-jangan kita menjadi orang yang seperti dikatakan dalam Kitab Suci, kita datang beribadah, kita menjalankan ritual kita, tetapi kita menyangkali kuasanya. Kita ikut Tuhan, kita mengaku Yesus Tuhan dan Juruselamat, tetapi ndak ada pembaruan yang terjadi dalam kehidupan kita, ndak ada pengudusan, kita masih seperti manusia lama, mulut kita mengumbarkan satu kata-kata yang begitu jahat yang menyakiti hati orang, kelakukan kita adalah kelakuan yang berdosa yang suka menipu orang lain dan mungkin menyakiti secara fisik kepada orang lain baik di dalam keluarga, di dalam dunia pekerjaan, tidak ada kejujuran, tidak ada satu integritas dalam kehidupan dia yang bisa membuat diri dia bisa dikatakan sebagai saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini, ndak ada penguasaan diri. Saudara itu menunjukkan kalau kita beribadah tapi ndak ada kuasa Tuhan yang mengubah, kita menyangkali kuasa itu. Alkitab berkata di dalam pertemuan gereja mula-mula ada firman, ada pertobatan, ada persekutuan, ada doa yang dinaikkan, ada tanda kuasa mujizat yang dilakukan, ada suatu pembaruan yang membawa ketika orang bersekutu ada kekaguman, tetapi juga ada kegentaran yang dinyatakan di dalam kehidupan dari orang-orang percaya.

Saudara gentar tidak beribadah kepada Tuhan, mengenal Allah yang suci? Kalau Saudara mengenal Allah yang suci, Saudara tahu Allah itu suci, saya yakin hidupmu penuh dengan kegentaran, takut karena kita adalah orang berdosa. Takut karena kita adalah orang yang tidak layak. Tetapi sekaligus hormat karena kita diberikan anugerah keselamatan di dalam Kristus dan kebenaran di dalam Kristus. Kekaguman, karena kita yang tidak layak ini diberikan kelayakan oleh Tuhan, baik keselamatan ataupun pelayanan, dan kesaksian di dalam gereja Tuhan. Jadi ada aspek ini yang ada di dalam gereja Tuhan.

Dan pada waktu kita menerapkan ini, apa yang akan terjadi kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-47 ada bagian di mana mereka juga memuji Tuhan, pasti muncul aspek itu, karena kita menerima segala sesuatu berdasarkan kasih karunia Tuhan, tetapi juga ada kalimat, “Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan,” tapi sebelum itu, ada ayat 46 jangan dilupakan, “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kadangkala kita sering kali berpikir bahwa kegembiraan itu adalah akibat dari orang lain, perlakuan orang lain terhadap diri kita. Atau kegembiraan itu karena suasana di sekitar kita itu yang membuat kita bisa bergembira. Tapi kalau kita kembali kepada prinsip firman, saya kok temukan kegembiraan di sini mungkin ada faktor suasana, ada faktor relasi dengan orang lain, tetapi kegembiraan yang paling penting itu harus didasarkan atau dimunculkan dari satu hati yang bergembira karena kita bisa bersekutu dengan Tuhan dan beribadah kepada Tuhan. Bersekutu dengan orang Kristen yang lain.

Saya nggak tahu ketika Bapak, Ibu, datang ke gereja, ada suatu sukacita nggak di dalam hati? Pada waktu Bapak, Ibu, datang ke gereja, ada kegembiraan nggak yang ada di dalam hati saya ingin beribadah kepada Tuhan? Atau justru satu kemuraman, satu ketakutan di dalam hati, tapi ketika engkau mengalami itu semua, tolong tanya kembali sebabnya karena apa? Sekali lagi mungkin ada faktor suasana lingkungan, tetapi yang paling penting adalah relasi kita dengan Tuhan itu seperti apa. Kalau semua orang berpikir orang lain yang mengakibatkan satu situasi, saya yakin nggak akan pernah ada pembaruan di dalam relasi, di dalam persekutuan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Tetapi kalau kita mengerti kegembiraan itu muncul di dalam hati karena kita memiliki Kristus, karena kita ingin beribadah kepada Kristus, karena kita ingin bisa melayani orang Kristen yang lain, dan Tuhan ingin memakai saya yang tidak layak ini untuk dilayakkan melayani dan bersekutu dengan orang Kristen yang lain, maka di situ saya yakin ada satu kegembiraan yang muncul dalam hati kita.

Dan dengan begitu, kalau kita menerapkan ini, hal terakhir itu pasti terjadi. Gereja akan memuji Tuhan, tetapi juga gereja akan menjadi satu sarana untuk membawa jiwa kepada Tuhan. Makanya di sini dikatakan, “Tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, penginjilan itu bukan sesuatu yang menyangkali firman Tuhan, tetapi penginjilan dan menyaksikan Kristus itu adalah kehendak Tuhan. Dan bertambahnya jumlah gereja, orang-orang yang hadir di dalam gereja itu adalah hal yang benar dan harus. Karena ini adalah kehendak Tuhan. Tuhan menambahkan jumlah orang yang bersekutu dalam sebuah gereja yang benar dan sehat. Tetapi saya percaya di balik itu, setiap orang Kristen harus menyaksikan Kristus. Di sini nggak dikatakan sepertinya, tetapi Saudara ingat di sini dikatakan, “Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah,” dan ketika mereka berkumpul di Bait Allah, Bait Allah itu seperti apa? Bait Allah bukan tempat tertutup seperti ini, yang eksklusif, yang kita beribadah dan orang luar ndak tahu, tetapi ketika mereka datang ke Bait Allah, mereka datang ke sebuah lapangan yang besar, mereka berbakti di situ, dan ibadah mereka disaksikan oleh orang-orang Yahudi yang ada di situ, yang belum mengenal Kristus, dan orang-orang bukan Yahudi yang takut akan Tuhan, atau yang proselit yang beribadah kepada Allah orang Yahudi. Itu yang membuat mereka bisa melihat kebenaran Kristus, dan melalui persekutuan dan pengajaran yang dilakukan oleh gereja saat itu, dan itu menarik mereka untuk datang dan beribadah kepada Kristus.

Saudara punya hidup punya daya tarik tidak? Atau Saudara justru dijauhi orang? Saudara ketika berelasi dengan orang, bisa ndak dengan satu sikap yang tulus, terbuka, tanpa perlu takut dihakimi? Atau Saudara terus menjaga diri untuk supaya orang lain tidak melukai hati atau mengetahui siapa dirimu yang sesungguhnya sehingga orang ndak bisa datang masuk bersama-sama bertumbuh di dalam kebenaran? Saudara, bagi dunia itu indah, tapi bagi gereja itu munafik. Bagi gereja itu ndak ada satu hal yang menarik. Ketika bawang itu dikupas habis, dunia bilang, “Wangi, wangi, wangi,” sampai akhirnya dalam, ndak ada apa-apa. Tapi saya yakin di dalam umat Tuhan, ketika kita makin dikupas, makin digali melalui hal-hal bukan hanya hal yang baik tetapi melalui persekutuan-persekutuan yang mengandung penderitaan-penderitaan, maka di situ kita akan makin keliatan kualitasnya, makin keliatan siapa diri kita, makin kelihatan secara intrinsik kita adalah pribadi-pribadi yang menarik, yang betul-betul saksi Kristus yang ketika orang datang kepada kita, mereka diberkati oleh keberadaan diri kita. Saya lihat ini adalah hal yang kita perlu kerjakan, kita perlu perjuangkan, kita perlu bertumbuh di dalamnya, tentunya atas pertolongan dan kasih karunia Kristus di dalam Roh Kudus. Kalau nggak, kita menjadi sebuah gereja yang sama sekali tidak menarik bagi orang luar untuk hadir di dalamnya. Dan kalau begitu, kita ndak mungkin bisa menjadi berkat dan saksi bagi Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita berdoa.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)