Ef 2:18
Saudara di dalam ayat 18 ini, kita melihat bahwa di situ dikatakan oleh Paulus, “karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” Ini adalah sesuatu yang sedikit berbeda, atau sesuatu yang lebih jauh Paulus tarik daripada pembahasan yang kita telah bahas sebelumnya di dalam ayat-ayat sebelumnya. Kalau di dalam ayat sebelumnya, kita melihat Kristus menjadi sentral sekali di dalam satu kehidupan beriman, di dalam satu kehidupan sebagai orang Kristen. Sentralnya dalam hal apa? Sebagai pembawa damai sejahtera, pembawa damai di antara orang-orang Yahudi dengan bukan Yahudi. dan pembawa damai di antara manusia yang berdosa dengan Tuhan Allah. Jadi pada waktu Kristus datang, Dia adalah Kristus yang mati disalib, Dia datang untuk menebus dosa kita, tetapi ketika kita ditebus dosanya, ketika kita dijadikan manusia yang baru di dalam Kristus, maka di situ ada suatu damai yang terjadi di antara orang-orang non-Yahudi dengan Yahudi, dan antara Allah dengan manusia yang berdosa.
Namun ketika kita masuk ke dalam ayat ke-18, seakan-akan ini merupakan satu pengulangan yang Paulus berikan, mengenai ayat yang sebelumnya, khususnya dalam ayat yang 16. Tetapi kalau Bapak, Ibu perhatikan, yang dikatakan di dalam ayat 18, itu bukan suatu pengulangan, tetapi ini bicara mengenai sesuatu yang penting sekali, yaitu merupakan satu pekerjaan di mana apa yang dikatakan oleh atau dikerjakan oleh Kristus di dalam ayat yang sebelumnya itu, melampaui hanya sekedar damai sejahtera. Dan itu juga bukan hanya melampaui sekedar damai sejahtera saja, tetapi juga melibatkan ketiga Pribadi daripada Allah Tritunggal di dalam pekerjaan penebusan yang dilakukan bagi manusia yang berdosa. Kita akan bahas 2 poin ini di dalam pertemuan pagi hari ini.
Paulus bilang, ketika Allah menebus manusia berdosa, ketika Kristus menebus kita daripada dosa, mungkin kita bisa memiliki satu pemikiran: kalau ini adalah usaha yang Kristus lakukan, kalau ini adalah sesuatu keinginan, kerinduan daripada Kristus, untuk membawa damai bagi manusia yang berdosa, dan memperdamaikan kita dengan Tuhan Allah di Sorga. Tetapi kalau kita masuk ke dalam ayat 18, maka kita akan menemukan, ternyata apa yang menjadi kerinduan Kristus itu, itu juga bukan hanya Kristus sendiri yang menginginkan tersebut, tetapi apa yang menjadi kerinduan Kristus, itu juga adalah kerinduan daripada Allah Bapa, dan itu juga adalah kerinduan daripada Allah Roh Kudus di dalam menebus kita. Ini dikatakan di dalam ayat 18 ini, “karena oleh Dia,” Dia itu siapa? Yesus atau Anak Allah, “kita kedua pihak dalam satu Roh” – Roh itu siapa? Yaitu Pribadi Ketiga daripada Allah Tritunggal, “beroleh jalan masuk kepada Bapa.” – yaitu Allah Pribadi yang Pertama.
Jadi sebagai seorang Kristen, kita diperdamaikan, dan siapa yang memperdamaikan diri kita dengan Allah? Alkitab bilang: yang memperdamaikan kita dengan Allah, itu adalah ketiga Pribadi daripada Allah Tritunggal itu. Jadi Bapa memikirkan, Dia melihat ciptaan-Nya, Dia memikirkan ciptaan-Nya, Dia merencanakan. Pada waktu Dia mencipta, Dia tahu bahwa ciptaan-Nya akan jatuh dalam dosa, dan Dia merencanakan ada sekelompok orang daripada ciptaan-Nya yang jatuh itu untuk diselamatkan, untuk ditebus, dan untuk bisa menjadi anak-anak-Nya. Ini yang menjadi sesuatu pemikiran daripada Allah Bapa, ketika Dia menciptakan langit dan bumi, dan terutama manusia dalam dunia ini. Lalu Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, ketika Allah Bapa merencanakan itu semua, Dia berbicara kepada Yesus Kristus, saya percaya tetap ada satu komunikasi dalam diri Allah Tritunggal sebelum Dia mencipta alam semesta dan manusia ini. Dia berbicara kepada Anak-Nya, “Hai Anak-Ku, di antara manusia ini, mereka yang Kita cipta, mereka akan jatuh di dalam dosa. Tetapi di antara mereka, Aku akan menebus mereka, Aku akan menjadikan mereka umat-Ku,” dengan jalan apa? “Dengan jalan salib. Lalu siapa yang akan turun untuk menebus mereka? Siapa yang akan datang untuk mati di atas kayu salib demi untuk menyelamatkan mereka? Siapa yang akan mengumpulkan sekelompok orang ini supaya mereka bisa menjadi orang-orang yang diperdamaikan dengan diri kita?” Lalu Anak berkata, “Aku akan menjadi sukarelawan itu, Aku akan menyerahkan Diri-Ku untuk menebus mereka. Aku akan membawa mereka untuk diselamatkan dengan darah-Ku sendiri yang dicurahkan bagi dosa mereka. Dan mereka akan menjadi sekelompok umat yang akan diselamatkan melalui pengorbanan Aku di atas kayu salib tersebut.” Lalu untuk Roh Kudus, Dia berkata, “Aku akan tunduk kepada apa yang menjadi kehendak Bapa, dan apa yang menjadi kehendak daripada Anak. Sehingga apa yang mereka rencanakan, Aku akan jalankan dan kerjakan. Aku adalah Pribadi ketiga, tetapi Aku taat kepada apa yang menjadi kehendak Bapa dan kehendak Anak. Dan dengan itu, Aku akan melahirbarukan orang-orang ini daripada kehidupan mereka yang berdosa, menjadi kehidupan sebagai manusia yang baru. Aku akan menyadarkan dosa mereka, lalu Aku akan membawa mereka kepada Yesus Kristus, Anak-Mu yang tunggal itu, supaya mereka bisa datang kepada Dia, percaya kepada Dia dan diselamatkan di dalam penebusan yang Kristus sudah kerjakan bagi mereka tersebut.” Ini adalah ketiga hal yang dikerjakan di dalam Pribadi Allah Tritunggal secara spesifik untuk masing-masing Pribadi tersebut.
Saudara, pada waktu kita melihat penebusan yang dilakukan oleh Kristus, jangan kira itu adalah sesuatu yang hanya menjadi kerinduan daripada Kristussaja. Jangan kira itu adalah sesuatu yang merupakan satu paksaan yang Kristus lakukan kepada Allah Bapa, supaya kita bisa diterima oleh Bapa melalui pengorbanan Dia di atas kayu salib tersebut. Tetapi Alkitab berkata, pengorbanan Kristus bagi kita, itu adalah rencana Bapa, itu adalah rencana Anak, dan itu adalah juga rencana daripada Allah Roh Kudus. Alkitab berkata, ‘Mereka memang tiga Pribadi, tetapi mereka juga adalah satu Allah. Kalau mereka adalah satu, maka mereka memiliki satu rencana yang sama, satu tujuan yang sama di dalam menggenapi apa yang menjadi kehendak daripada Allah Bapa tersebut. Nah ini yang dikatakan di dalam ayat 18 ini. Setiap Pribadi, itu mengerjakan apa yang menjadi rencana Bapa-Nya tersebut, untuk menebus kita yang berdosa ini.
Tetapi Saudara, selain daripada memperdamaikan kita, selain daripada menebus kita daripada dosa, ada satu hal lagi yang mungkin seringkali kita terlewat. Kita tahu Allah Tritunggal menyelamatkan kita, kita tahu Allah Tritunggal itu adalah Allah yang bekerja bersama-sama untuk menebus kita daripada dosa, merencanakan sampai memastikan bahwa dosa kita sungguh-sungguh, kita sudah ditebus, dan kita datang kepada Kristus untuk diselamatkan. Tetapi ada satu hal yang mungkin seringkali kita abaikan, yaitu mata daripada ketiga Pribadi Allah Tritunggal itu, tertuju kepada diri kita.Saudara, Alkitab berkata: Bapa, ketika melihat manusia jatuh dalam dosa, dan ada anak-anak-Nya di antara itu, Dia sungguh-sungguh mengasihi kita, mengasihi anak-anak itu, dan menginginkan kita datang kepada Kristus dan diselamatkan. Kristus, yang adalah Pribadi kedua, sungguh-sungguh mengasihi kita sampai mati di atas kayu salib demi untuk menebus dosa kita. Dan Allah Roh Kudus sungguh-sungguh memperhatikan dan memastikan itu semua terjadi dalam kehidupan kita.
Saudara, dibandingkan seluruh daripada alam semesta ini, yang dicipta oleh Tuhan Allah, kalau kita mau membandingkan diri kita dengan seluruh alam semesta, kira-kira siapakah kita ini? Sehingga mata Tuhan mau tertuju kepada diri kita. Saudara, Alkitab tidak pernah berkata mata Tuhan itu tertuju kepada benda-benda lain yang Tuhan cipta di dalam alam semesta ini tapi Alkitab berkata, mata Allah Tritunggal yang Pencipta, Allah sejati itu, hanya tertuju kepada mata manusia berdosa, dan secara khusus kehidupan daripada anak-anakNya tersebut, yaitu umat pilihanNya itu. Alkitab bilang, siapa kita ini? Kalau kita menyadari keberadaan kita, yang seperti pemazmur bilang, “Kita hanyalah debu tanah.” Berarti apa? Kita ini hanyalah sebutir benda, seperti yang debu, yang tidak ada artinya sama sekali. Yang kalau kita temukan di dalam rumah kita, maka kita akan menyapunya keluar dan membuangnya di luar. Karena benda itu tidak berguna sama sekali. Dia betul-betul remeh, dia hanya mengganggu keberadaan kita dan kebersihan daripada rumah kita. Itu adalah debu. Dan Allah berkata kita dicipta dari debu tanah, itu berarti kita ini hanyalah sebuah makhluk ciptaan Allah dari satu benda yang begitu remeh, begitu hina, yang begitu tidak berharga sekali. Tetapi Allah Tritunggal berkata, semua mata-Nya tertuju kepada kita yang adalah debu tanah ini, dan seluruh harta yang paling berharga, yang dimiliki oleh Allah Tritunggal, itu diberikan sepenuhnya, dikorbankan sepenuhnya demi kita yang adalah debu tanah ini.
Saudara, pada waktu kita mendengar hal ini, saya yakin kita begitu biasa sekali mendengar bahwa Kristus mati bagi dosa kita, bahwa Kristus menebus dosa kita. Tapi Saudara, saya mau ajak kita merenungkan kembali, untuk melihat siapakah kita sebenarnya. Kita seringkali menganggap kita berharga, karena apa? Kita adalah ciptaan yang paling tinggi dari semua ciptaan yang lain, kita adalah mahkota ciptaan daripada Tuhan Allah dalam dunia ini. Tapi Allah berkata, “Kamu memang mahkota, tetapi kamu hanya debu tanah itu.” Kalau kita mengerti siapa diri kita dengan baik, kira-kira apa yang akan kita rasakan ketika kita melihat mata Tuhan Allah itu tertuju bagi diri kita? Semua rencana Dia untuk menyelamatkan kita itu adalah semua rencana yang dimiliki oleh ketiga Pribadi Allah Tritunggal tersebut. Dan mereka sama-sama seia kata untuk mau menyelamatkan diri kita.
Saudara, bagaimana perasaan kita ketika kita merenungkan hal ini? Saya sangat percaya sekali, ketika kita mengerti poin ini dengan baik sekali, maka kita tidak akan lagi menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja dalam hidup kita. Kenapa kita bisa menjadi orang Kristen yang biasa-biasa? Kenapa kita bisa menjadi orang Kristen yang menjalani kehidupan Kristen kita sebagai satu kewajiban saja dalam hidup kita? Saya sebagai orang Kristen, ya saya harus ke gereja. Sebagai orang Kristen, waktunya untuk beribadah hari Minggu. Sebagai orang Kristen, ya saya berbagian sedikitlah dalam persembahan. Sebagai orang Kristen, ya kalau ada waktu, saya siapkan untuk Tuhan, kalau nggak ada waktu, ya nanti dulu ya Tuhan. Saya bisa atur untuk urutan ke berapa daripada Engkau, tetapi aku ada poin yang lebih penting lagi, hal yang lebih penting yang aku harus kerjakan.
Saudara, kalau kita adalah orang yang sungguh-sungguh mengerti mata Tuhan tertuju pada kita, dan apa yang sudah Tuhan kerjakan bagi hidup kita itu adalah hal yang paling berharga sekali. Dan kita hanyalah seonggok debu yang tidak berguna itu. Maka kita akan menjadi orang yang berubah, kita akan menjadi orang yang berbeda, kita akan menjadi orang Kristen yang tidak biasa-biasa saja. Kita akan menjadi orang Kristen yang tidak menjalankan kehidupan Kristen kita hanya berdasarkan kewajiban yang kita miliki sebagai orang yang KTP-nya ditulis sebagai orang Kristen. Tapi kita akan melihat bahwa setiap kesempatan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, untuk berbagian di dalam Kerajaan-Nya, untuk mengerjakan pelayanan-Nya, atau mengerjakan pekerjaanNya, untuk menjalankan apa yang menjadi kehendakNya, untuk menyenangkan Tuhan Allah. Itu adalah sesuatu yang merupakan hak istimewa, yang sungguh-sungguh istimewa sekali, sesuatu yang sangat mulia sekali di dalam kehidupan kita. Dan kita tidak mau sia-siakan itu. kita tidak mau abaikan itu, dan kita tidak mau menganggap itu sebagai sesuatu yang remeh. Salah satu perubahan terbesar, yang saya percaya. Pertama terjadi di dalam kehidupan orang percaya itu adalah perubahan konsep nilai yang ada di dalam kehidupan dia.
Saudara, kita sebelum berada di bawah Kristus, kita menganggap material itu berharga sekali. Kita melihat apa yang dipandang mata, yang terlihat, yang ada di depan mata kita. Yang sementara ini, itu adalah sesuatu betul-betul bernilai, yang harus kita kejar dalam kehidupan kita. Tapi pada waktu kita menjadi orang yang sudah ditebus oleh Kristus, maka hal yang berharga, itu bukan lagi apa yang sementara, tetapi apa yang kekal di dalam kehidupan kita. Itu sebabnya di dalam Kolose, Paulus berkata, “Tujukanlah matamu untuk melihat hal-hal yang di atas, dan bukan hal-hal yang sementara yang ada di dalam dunia ini.”Karena kita berubah secara konsep nilai. Kita mengerti kasih Kristus yang sudah begitu besar yang diberikan kepada diri kita, kita mengerti apa yang telah dikerjakan oleh Allah Tritunggal yang tidak seharusnya dan seperlunya Dia kerjakan bagi diri kita tapi Dia tetap lakukan itu dalam kehidupan kita dan bagi diri kita sehingga kita memperoleh jalan masuk ke Sorga, sehingga kita memperoleh suatu kehidupan yang diperdamaikan dengan Allah Bapa. Saudara, saya yakin ini adalah hal yang perlu kita mengerti dengan baik dalam hidup kita supaya kita bisa menjadi orang yang sungguh-sungguh diperbaharui sebagai orang Kristen seperti apa yang Allah kehendaki dan bukan seperti apa yang kita kehendaki lagi dalam kehidupan kita.
Nah Saudara, di dalam ayat 18 ini Paulus berkata, “karena oleh Dia kita kedua pihhak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” Pekerjaan keselamatan adalah pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal, tetapi ada hal lain yang kita perlu perhatikan di dalam ayat ini. Ketika kita bicara mengenai penebusan maka ayat ini juga berbicara mengenai apa yang menjadi tujuan utama di dalam Allah Tritunggal itu menebus diri kita orang yang berdosa. Pada waktu kita membaca ayat ini, ayat ini berkata ketika Kristus menebus kita maka kita adalah orang-orang yang kemudian memperoleh jalan masuk kepada… siapa? Kepada Bapa. Satu keadaan yang sangat kontras sekali dengan ayat yang ke-12 yang kita baca sebelumnya. Pada waktu kita berada di luar Kristus Alkitab berkata kita adalah orang-orang yang tanpa pengharapan, orang-orang yang tanpa Allah di dalam dunia ini, itu adalah keadaan diri kita. Tetapi ketika kita memiliki Kristus Alkitab berkata kita sekarang melalui Kristus memiliki jalan masuk kepada Bapa, baik itu orang-orang Yahudi mereka memiliki jalan masuk kepada Bapa, maupun orang-orang non-Yahudi mereka memiliki jalan masuk kepada Bapa bersama-sama dengan orang Yahudi yang merupakan umat pilihan dari pada Allah Bapa. Jadi Saudara, ketika kita berbeda, seakan-akan kita memiliki jalan kita masing-masing, seakan-akan orang Yahudi dekat dengan Allah tetapi sebenarnya mereka tidak dekat dengan Allah, seakan-akan orang non-Yahudi berada jauh dari pada Allah sebenarnya kedudukan mereka sama dengan kedudukan orang Yahudi yang sepertinya dekat dengan Allah itu, tapi ketika kita ada di dalam Kristus Alkitab berkata maka kedua pihak ini bersama-sama, bukan masing-masing tetapi bersama-sama, oleh satu Roh memiliki jalan masuk kepada Bapa.
Nah ini adalah hal yang Paulus sampaikan dan tekankan di dalam bagian ini, bukan hanya suatu tindakan memperdamaikan kita dengan Allah Bapa. Saya lihat ayat ke-18 ini seperti yang tadi saya katakan bukan sesuatu pengulangan dari pada khususnya ayat 16. Kalau Saudara baca ayat 16 disitu dikatakan, “dan untuk memperdamaikan keduanya di dalam satu Tubuh dengan Allah oleh salib dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu,” seakan-akan antara ayat 16 dengan ayat 18 itu ada kemiripan sekali, sesuatu penekanan ulang dari pada ayat yang ke-16 yang Paulus katakan tersebut, yaitu apa? Bagian dari pada memperdamaikan. Seakan-akan Oh bahwa ‘kepada Bapa’ itu adalah suatu tindakan memperdamaikan, tetapi bagi saya tindakan yang Allah lakukan melalui Kristus di dalam ayat 18 itu adalah sesuatu yang lebih jauh dari hanya sekedar memperdamaikan tetapi Kristus mengerjakan sesuatu tindakan untuk membawa kita memiliki akses langsung kepada Allah Bapa. Itu yang dilakukan oleh Kristus di dalam ayat yang ke-18.
Nah kenapa saya bilang berbeda? Kenapa saya bilang suatu tindakan yang lebih jauh sekali? Saudara, karena ketika kita memiliki satu perseteruan dengan Allah itu bisa kita bayangkan ketika kita memiliki perseteruan dengan manusia. Pada waktu kita memiliki permusuhan dengan manusia, ketika permusuhan itu diperdamaikan satu dengan yang lain, ketika apa yang menjadi masalah itu disingkirkan satu dengan yang lain, saya mau tanya relasinya menjadi baik atau tidak? Baik? Komunikasinya menjadi lancar lagi atau tidak? Dia mau tidak mendekatkan diri lagi kepada orang itu dan mempercayakan diri dia kepada orang itu? Mau? Belum tentu. Banyak orang yang bermusuhan satu sama lain setelah diperdamaikan mereka bisa duduk sama-sama sih dalam satu kebaktian, tapi yang satu di depan yang satu di belakang. Mereka dari semula mungkin tidak mau datang ibadah lalu mereka bisa muncul dalam ibadah tapi mereka tidak pernah mau bicara satu dengan yang lain. Damai nggak? Damai mungkin, nda ada permusuhan lagi, kalau lihat bisa senyum, bisa salaman kayak gitu tetapi coba kamu dekati orang itu, “tunggu dulu ya saya belum tentu mau, saya sudah terlampau disakiti, atau saya ada trauma-trauma dalam kehidupan saya yang membuat saya tidak berani mendekatkan diri lagi pada orang itu, saya menjaga jarak dan tidak terlalu nyaman lagi bersama orang tersebut.” Ya memang masalah nggak ada lagi tapi untuk berkomunikasi, untuk mendekatkan diri, untuk memiliki relasi yang intim lagi, itu belum tentu terjadi.
Apa yang Kristus lakukan bagi kita itu berbeda dari hal ini. Pada waktu Kristus memperdamaikan kita dengan Tuhan Allah, Bapa-Nya itu, maka Dia bukan hanya meniadakan perseteruan yang ada diantara diri kita dengan Allah dan Allah dengan diri kita karena dosa kita, lalu setelah itu seakan-akan Dia kemudian membiarkan kita untuk menjalankan apa yang menjadi relasi menurut kita dan apa yang kita pandang baik seperti itu, bukan seperti ini. Tetapi pada waktu Kristus memperdamaikan kita dengan Allah Dia juga menjamin bahwa kita memiliki jalan masuk itu kepada Allah atau akses itu kepada Allah dan relasi kita dengan Allah itu sungguh-sungguh diperbaiki. Itu yang dikerjakan oleh Kristus. Nah Saudara, ini merupakan puncak dari pada penebusan yang Kristus lakukan. Jadi Yesus bukan hanya membuat perseteruan tidak ada tetapi yang Dia kehendaki adalah membawa orang-orang yang sudah Dia tebus datang langsung kepada Bapa Dia yang ada di Sorga atau Bapa kita juga. Ini yang dikerjakan oleh Kristus.
Nah Saudara, bagaimana kita mengerti hal ini? Itu dari kata ‘jalan masuk’ yang Paulus gunakan. Kata ‘jalan masuk’ itu memiliki bahasa asli ‘prosagōgē.’Prosagōgē itu memang diterjemahkan sebagai jalan masuk, tetapi prosagōgē sendiri memiliki 2 pengertian. Pertama adalah satu jalan masuk yang kita miliki melalui korban yang dipersembahkan atau darah yang dialirkan supaya kita bisa menghadap Tuhan Allah. Di dalam Perjanjian Lama ketika seseorang ingin menghadap Allah, ketika seseorang ingin memberikan persembahan korban keselamatan, ketika seseorang ingin memberikan korban penghapus dosa dalam kehidupannya, ketika dia melakukan dosa dia belum sadar bahwa dia berdosa lalu ketika dia sadar dia mau mengaku minta pengampunan dosa, dia harus membawa seekor binatang untuk dialirkan darahnya supaya darah itu bisa menebus dosa atau Allah bisa mengampuni dosa dia tersebut. Nah pada waktu dia ingin menghadap Allah Alkitab berkata harus ada darah yang dialirkan, dalam segala tindakan yang mau menghadap Allah harus ada darah yang dialirkan. Nah pada waktu pengaliran darah ini terjadi maka orang-orang Yahudi memiliki akses kepada Tuhan Allah atau jalan masuk kepada Allah tetapi orang-orang non-Yahudi tidak memiliki jalan itu. Nah Alkitab bilang ketika karena Kristus kamu memiliki jalan masuk kepada Allah Bapa itu maka disitu Paulus berkata memang dulu engkau bukan orang Yahudi, memang dulu jalan masuk itu adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi orang Yahudi, tetapi sekarang di dalam Kristus kamu juga bersama-sama dengan orang Yahudi Kristen memiliki jalan masuk kepada Tuhan Allah. Karena apa? Bukan dari darah binatang tetapi dari darah Kristus yang dikorbankan bagi kamu diatas kayu salib sehingga engkau memiliki jalan masuk itu kepada Tuhan Allah. Jadi ini bicara mengenai satu keadaan permusuhan yang sudah diperdamaikan oleh darah yang dialirkan oleh Kristus sehingga kita bisa masuk untuk beribadah kepada Tuhan Allah dalam kehidupan kita.
Tetapi prosagōgē itu bukan bicara hanya dengan satu jalan masuk yang dialirkan darah saja, tetapi juga berbicara mengenai seorang yang menjadi pengantara yang membawa orang lain untuk datang menghadap raja dan berbicara langsung kepada raja. Itu artiprosagōgē. Jadi kalau misalnya kita mau bertemu dengan presiden apa yang kita lakukan? Kita nda bisa langsung nyelonong masuk kecuali keluarganya mungkin ya yang langsung bisa masuk. Tetapi ketika kita mau masuk kepada presiden, bertemu itu, kita harus buat janji terlebih dahulu lalu ada orang yang kemudian mengintroduksi diri kita itu siapa kepada presiden atau raja tersebut, lalu dari situ dia bisa membawa kita untuk masuk dan menghadap raja itu kalau kita dipandang layak untuk bertemu dengan raja tersebut. Nah ini yang dilakukan oleh Kristus bagi orang-orang yang sudah Dia tebus. Jadi pada waktu Kristus membuka jalan yang maksudnya membuka jalan itu adalah Kristus kemudian membawa kita orang-orang yang sudah Dia tebus, Dia pegang tangan kita, lalu Dia bawa kita bersama-sama dengan Dia ke hadapan Allah Bapa-Nya, lalu Dia perkenalkan kita di hadapan Allah Bapa bahwa kita adalah milik Dia yang Dia sudah tebus dengan darahNya sendiri. Kita adalah orang-orang yang sudah menjadi anak-anak Allah, kita adalah orang-orang yang merupakan saudara Dia, Dia adalah saudara tua kita, sehingga ketika kita diperhadapkan dengan Allah maka Allah menerima kita sebagai anak-anak Dia. Saudara, ini adalah hal yang diartikan dari kata prosagōgē yang dipakai oleh Paulus di bagian ini. Jadi ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan satu tindakan yang menjamin, suatu tindakan yang efektif, satu tindakan yang sungguh-sungguh memastikan orang-orang yang ditebus oleh Kristus dan merupakan milik Kristus juga diterima oleh Allah dalam hadapan Allah.
Saudara, jadi di dalam Kristus membuka jalan atau menjadi jalan masuk bagi kita kepada Allah itu bukan hanya bicara satu keadaan damai tetapi bicara mengenai satu relasi yang sudah sungguh-sungguh diperbaiki oleh Kristus sehingga kita bisa memiliki relasi langsung dengan Bapa melalui Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Jadi ini adalah pekerjaan yang Kristus lakukan. Kalau ini adalah pekerjaan yang Kristus lakukan itu juga harus menjadi sesuatu tujuan yang kita miliki dalam kehidupan kita. Saudara, saya ingatkan kembali ya, tujuan utama Kristus di dalam menebus kita itu adalah membawa kita kepada Bapa supaya kita memiliki relasi dengan Bapa, itu yang menjadi tujuan utama. Nah kenapa saya sangat menekankan hal ini? Kenapa saya menekankan bahwa ini semua berbicara mengenai apa yang Kristus lakukan bagi kehidupan kita? Karena orang-orang Kristen yang sekarang ini memiliki satu kecondongan: pada waktu kita beribadah kepada Allah, waktu kita memiliki satu kehidupan yang jaminan keselamatan maka itu berkaitan dengan apa yang kita rasakan, bukan berdasarkan apa yang firman Tuhan katakan. Jadi mood kita, perasaan kita itu menjadi penentu bahwa kita sudah memiliki relasi dengan Allah atau belum. Bagaimana perasaan kita saat beribadah, sukacita, merasa senang, itu menjadi penentu apakah ibadah kita diterima oleh Tuhan Allah atau tidak. Pada waktu kita merasa nyaman, damai, itu menjadi penentu bahwa Allah hadir di dalam sesuatu ibadah.
Saudara, Alkitab bilang perasaan kita, kepuasan hati memang ada bagian di dalam kita beribadah dan itu memang ada sesuatu perasaan senang ketika kita betul-betul diselamatkan oleh Tuhan Allah melalui Yesus Kristus, tetapi Saudara itu bukan harus menjadi standar mutlak atau standar utama di dalam penentuan bagaimana relasi kita dengan Tuhan Allah. Alkitab nda pernah menjadikan itu sebagai standar pengukur utama, tetapi standar pengukur utamanya itu adalah apa yang dikatakan firman Tuhan mengenai siapa diri kita dan keberadaan kita ketika kita berada di dalam Kristus. Saya ambil contoh seperti ini ya, pada waktu imam-imam besar dan orang-orang Israel datang berhadapan untuk beribadah kepada Tuhan Allah kira-kira apa yang mereka rasakan ya, apakah ada sukacita, apakah ada rasa tenang, apakah ada rasa damai dalam kehidupan mereka waktu mereka beribadah?
Saya ambil contoh kayak gini, pada waktu orang Israel dibawa keluar dari Mesir lalu tiba di Gunung Sinai, Tuhan sebelumnya sudah berfirman kepada Musa, “Sampaikan kepada Firaun, kalau mereka akan Aku bawa keluar dari Mesir,” untuk apa? Beribadah kepada Tuhan Allah. lalu Allah sendiri berjanji kepada Musa, “Bukti bahwa Aku menyertai engkau adalah engkau akan bersama-sama dengan orang-orang Israel berkumpul di gunung ini dan beribadah kepada Aku.” Saudara, tetapi pada waktu mereka mau beribadah kepada Tuhan Allah, Allah kemudian berbicara kepada mereka melalui Musa seperti ini: “Pada waktu itu Aku akan menampakkan diri dalam awan yang tebal pada mereka supaya mereka bisa melihat bahwa Aku hadir disitu dan Aku berbicara langsung kepada bangsa itu. Sebelum itu terjadi maka 3 hari sebelumnya engkau harus mencuci pakaianmu, engkau harus menguduskan dirimu, lalu engkau harus tidak boleh bersetubuh dengan perempuan dalam kehidupanmu selama 3 hari, baru pada hari ketiga Aku hadir dan kemudian Aku menyatakan diri kepada engkau.” Saudara, sangat berbeda sekali mungkin dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen sekarang ini. Mereka harus 3 hari persiapan, kita satu haripun mungkin nda ada persiapan untuk menghadap Tuhan. Lalu selain itu Alkitab berkata, “Kamu harus pasang pagar sekeliling gunung itu dan pagar itu harus menjadi pembatas dan tidak ada seorangpun yang boleh melewati pagar itu,” dan melewati itu bukan berarti melangkah dan berjalan keatas tetapi menyentuhnyapun tidak boleh dan menyentuhnya dengan kakipun tidak boleh, bahkan binatang yang berani melewati batas itu pasti dihukum mati. Dan Saudara, pada waktu hari ketiga tiba, Alkitab berkata, Allah datang dengan awan yang begitu tebal, lalu kilat yang menyambar-nyambar, dan gemuruh yang begitu keras. Kira-kira perasaannya bagaimana ya? Kemarin hujan deras sekali, saya jalan bawa payung aja mendadak kilat begitu terang sekali menyambar dan suara guntur keras sekali bunyi ‘jegarr’ gitu, rasa hati itu mau copot lho. Dan Saudara mungkin bisa bayangin, misalnya Tuhan berkata “Aku akan hadir di Gunung Merapi,” lalu kita kumpul di bawah lereng Merapi mendadak gunung mengeluarkan asap yang begitu tebal sekali, suara mengguntur mulai berbunyi, mungkin ada gempa sedikit, kira-kira Saudara bagaimana waktu beribadah? Saya yakin bukan perasaan sukacita yang ada, bukan perasaan senang, tetapi perasaan yang penuh kegentaran dan ketakutan untuk menghadap Tuhan Allah, itu yang ada.
Pada waktu imam-imam datang dan masuk ke dalam Kemah Suci atau bait Allah, mereka juga dikatakan, “Pada waktu engkau masuk maka engkau hanya boleh seorang diri masuk.” Setiap hari imam harus masuk ke dalam bait Allah untuk mengganti roti dan menjaga ukupan asap itu tetap menyala, dan lampu itu tetap menyala ya, itu yang harus dikerjakan setiap hari. Pada waktu mereka masuk hanya boleh satu orang, nggak boleh ada orang lain, sendirian. Dan setahun sekali, Alkitab berkata hanya imam besar yang boleh masuk ke dalam ruangan maha suci dan hanya dia seorang diri. Lalu Alkitab juga berkata ketika dia masuk ke dalam ruangan maha suci itu imam harus menggunakan pakaian kebesarannya, lalu selain pakaian kebesarannya dia harus membawa lonceng yang diikatkan kepada pakaiannya tersebut. Saudara, kira-kira loncengnya untuk apa? Supaya imam yang lain itu di luar dengar. “Ada bunyi nggak ya? Oh ada,” berarti dia masih gerak, masih hidup. Kalau bunyinya berhenti, mereka curiga dia masih hidup atau tidak. Kalau bunyinya makin dekat, makin dekat, makin jelas berarti ini adalah sesuatu yang baik karena imam itu bisa keluar dengan selamat dari ruang maha suci. Saudara, kira-kira imam besar yang kayak gini ya, masuk ke dalam ruangan maha suci dengan bawa lonceng, dengan bawa darah, dengan bawa ukupan melambangkan doa dia dihadapan Tuhan Allah, bagaimana ya perasaannya? Kalau kita yang menjadi imam itu dan kita masuk ke dalam ruangan maha suci satu tahun satu kali sendirian dan resikonya adalah kematian, ada sukacita nggak melayani Tuhan? Ada perasaan bahagia nggak disana, senang? Nggak ada kan. Kapan perasaan itu muncul? Pada waktu dia sudah keluar. Kapan perasaan itu muncul? Setelah tugas jabatannya sebagai imam besar selesai, mungkin sebulan kemudian baru bisa ketawa dia, sebelum itu mungkin nggak ada ketawa di dalam mulutnya. Hari ini saya lewat, besok belum tentu saya lewat lho. Kalau besok lewat belum tentu hari ketiga saya lewat lho, mungkin saya bisa mati. Sampai semuanya selesai, tugas itu, baru dia bisa bersyukur kepada Tuhan mungkin atau tersenyum di hadapan keluarganya, “saya sudah menjalankan tugas saya dengan baik.”
Saudara, kalau kita menjadikan mood kita sebagai standar kita beribadah kepada Tuhan Allah dan menganggap itu sebagai sesuatu yang membuat diri kita diterima atau tidak oleh Tuhan Allah, Allah hadir di tengah-tengah kita atau tidak, atau kita diselamatkan atau tidak, itu bukan prinsip Alkitab. Alkitab berkata Yesus-lah yang menjadi jaminan kita menghadap Tuhan Allah. Yesus-lah, melalui penebusanNya yang Dia lakukan membuat kita memiliki jaminan untuk bisa berelasi dengan Allah. Nah ini menarik sekali ya, pada waktu Yesus berkata kita berelasi dengan Allah, Yesus tidak berkata menggunakan kata Allah, ‘membawa kita kepada Allah,’ tetapi membawa kita kepada siapa? Bapa. Saudara, kita sebagai orang Kristen itu punya hak istimewa yang besar sekali bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa. Saudara boleh melihat semua agama, nda ada satupun yang berani mengajarkan kamu boleh memanggil Allah dengan sebutan Bapa, kecuali orang Kristen. Karena apa? Kristus, Dia yang mengerjakan itu, Dia yang menjamin kita bisa menghadap Bapa, Dia yang menjamin ketika kita datang kepada Bapa maka kita pasti diterima oleh Bapa, Dia yang menjamin ketika kita datang kepada Bapa bahwa semua permohonan kita itu bisa didengarkan oleh Bapa melalui Kristus.
Saudara, di dalam 1 Petrus 3:18 itu ada satu kalimat yang penting sekali yang Petrus bicarakan mengenai hal ini, “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.” Saudara, saya mau tanya, ketika Kristus membawa kita kepada Allah atau di dalam bahasa Ibrani 10:9, “supaya Kristus melalui darah-Nya kita memiliki satu keberanian untuk dapat masuk ke tempat kudus itu,” Saudara, pada waktu kita masuk ke dalam tempat kudus itu ada apa ya di balik tempat kudus itu? Apakah ada Sorga atau neraka? Petrus nda bilang ada Sorga disitu, dan Petrus juga tidak bilang disitu ada kesenangan, dan Petrus juga tidak berkata kamu akan mendapatkan berkat materi yang berkelimpahan di balik tempat kudus itu. Tapi yang Petrus katakan adalah ketika kamu masuk ke situ maka kamu akan bertemu dengan Bapa. Saudara, saya bukan berkata kita tidak akan mendapatkan kesenangan ketika kita masuk ke situ, pasti ada. Saya juga tidak berkata bahwa kita tidak akan memiliki Sorga ketika masuk situ, kita pasti memiliki Sorga. Dan bukan juga berkata kita tidak akan mendapatkan pemeliharaan Tuhan, itu pasti ada. Tetapi yang penting adalah pada waktu kita masuk ke situ, dan ini juga hal yang paling dianggap penting oleh Allah dan Kristus, adalah kita bertemu dengan Allah yang adalah Bapa kita. Kita memiliki relasi itu dan persekutuan itu, dan persekutuan kita itu bukan lagi persekutuan yang damai tanpa persekutuan tetapi persekutuan yang pasti intim, pasti baik, pasti diterima oleh Bapa karena Kristus. Tapi yang jadi pertanyaan adalah sudahkah kita memiliki akses itu? Yang menjadi pertanyaan adalah sadarkah kita ini tujuan utama Tuhan di dalam menebus kita? Dan yang jadi pertanyaan adalah sudahkah kita memanfaatkan hak istimewa yang Tuhan berikan bagi kita melalui Kristus?
Saudara, saya harap ini menjadi hal yang penting dan bernilai sekali dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Saya kutip satu ayat ya, saya pernah kutip ini tapi sebelum itu saya mau tanya satu hal: hidup yang kekal itu apa? Apa itu hidup kekal? Sudahkah Saudara memiliki hidup kekal? Sudah belum? Apa bukti Saudara memiliki hidup kekal? Mungkin ada orang yang berkata “aku menjadi orang yang berbeda sekarang, dulu aku jahat sekarang aku jadi baik, dulu aku nda pedulikan Tuhan sekarang aku pedulikan Tuhan dalam hidupku dan ibadahku.” John Newton berkata satu hal yang menarik ya, dia bilang seperti ini, “aku bukanlah sebagaimana yang semestinya, aku bukanlah sebagaimana yang aku kehendaki, aku bukanlah aku sebagaimana yang aku harapkan, namun aku juga bukanlah aku sebagaimana aku yang dahulu, dan oleh kasih karunia Allah aku adalah aku sebagaimana adanya saat ini.” Bagus nggak? Aku bukan yang dulu lagi tapi aku juga nda tahu aku kemana, tapi yang pasti adalah aku adalah aku yang sekarang ini, yang ada di dalam Kristus, berarti aku sudah berbeda dengan yang dulu dan aku akan menuju kepada sesuatu Kristus bentuk dalam kehidupanku. Saudara, apakah ini hidup kekal? Saya percaya ada bagiannya, dalam perubahan hidup seseorang dalam kehidupan dia dari yang lama menjadi manusia yang baru. Tapi Alkitab berkata hidup kekal nda sampai sebatas ini saja tetapi hidup kekal itu adalah bagaimana kita mengenal Allah Bapa kita dan mengenal Yesus Kristus yang Dia utus. Yohanes 17:3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Saudara, kiranya firman ini boleh menjadi berkat bagi kita. Kita sudah memiliki akses itu untuk mengenal siapa Allah yang sejati melalui Yesus Kristus dan kiranya kita bisa memanfaatkan hak istimewa, anugerah yang begitu limpah yang istimewa ini yang sudah Tuhan Allah anugerahkan bagi kita.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]