Ef. 4:4-10
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab menyatakan, Paulus menyatakan, kita sebagai orang-orang percaya perlu memiliki satu kehidupan yang rendah hati, satu kehidupan yang lemah lembut, satu kehidupan yang sabar, yang tahan menderita untuk waktu yang lama, suatu kehidupan yang mengasihi, dan satu kehidupan yang saling membantu satu dengan yang lain. Kenapa kita perlu memiliki sikap hati yang seperti ini? Yang lemah lembut, yang sabar, sesuatu hati yang rendah hati, sesuatu hati yang mengasihi orang yang bukan hanya yang pantas kita kasihi, tetapi juga orang-orang yang tidak layak kita kasihi, yang berbuat jahat kepada diri kita, dan saling membantu satu dengan yang lain, kenapa kita harus lakukan itu? Bukankah tindakan-tindakan itu yang dicatat oleh Kitab Suci adalah hal yang sepertinya adalah sesuatu yang merugikan, tidak akan membawa satu keuntungan bagi diri kita, sesuatu yang dipandang dunia sebagai hal yang tidak baik atau kurang bijaksana untuk dilakukan ketika berelasi dengan manusia? Tapi pada waktu Tuhan memerintahkan melalui Paulus untuk hidup seorang Kristen, justru apa yang dipandang dunia tidak baik, apa yang dipandang dunia rendah, hina, sesuatu yang tidak perlu dikejar dan dipentingkan, kita harus kejar dan pentingkan itu dan utamakan itu dalam kehidupan kita. Nah Saudara, apa yang menjadi dasar Tuhan memerintahkan ini atau menasihatkan kepada kita untuk memiliki kehidupan ini melalui diri Paulus? Nah dari sini di dalam ayat 4 kalau Bapak Ibu baca, kita akan menemukan kalau tujuannya itu adalah supaya kita menjaga, memelihara kesatuan Roh yang ada oleh ikatan damai sejahtera. Jadi tujuan kita memiliki kerendahan hati dan segala hal yang merupakan sikap yang hanya dimiliki orang-orang dalam Kerajaan Allah adalah untuk menjaga kesatuan di dalam dari pada tubuh Kristus, dan itu Gereja sendiri.
Nah Saudara, ini tidak dihentikan oleh Paulus pada hal yang ayat ke-4 saja. Kalau Bapak Ibu baca ayat 4, 5, 6, maka kita akan mendapatkan, Paulus berkali-kali menekankan kita perlu satu. ‘Satu,’ ‘satu,’ sampai tujuh kali Paulus menekankan kata ‘satu’ itu. Dan di situ dikatakan di dalam ayat 4 seperti ini, “Kita adalah satu tubuh, satu roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus menasihatkan, sebagai gereja Tuhan kita perlu menjaga dan memelihara kesatuan dari pada Tubuh Kristus. Kenapa kita perlu menjaga kesatuan? Apa yang membuat Paulus menasihatkan seperti itu? Dari sini kita menemukan bahwa sebenarnya gereja mula-mula bukanlah sesuatu gereja yang tanpa kesulitan. Gereja mula-mula bukan satu gereja yang tanpa masalah, tetapi gereja mula-mula sebenarnya satu gereja yang sudah dilingkupi dengan banyak kasus dan permasalahan dari pada dunia yang ada di dalam gereja.
Saudara, misalnya kalau kita baca dari pada Surat Korintus sendiri, kita bisa menemukan, gereja Korintus ternyata walaupun disebut sebagai gereja yang kudus milik Allah, tapi sebenarnya di dalamnya banyak sekali dosa yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Di situ ada perpecahan, ada orang-orang yang merasa diri lebih penting dan lebih berharga daripada orang Kristen yang lain. Ada orang yang merasa saya memiliki karunia, dan karunia saya lebih tinggi nilainya daripada karunia yang dimiliki oleh orang lain yang terutama adalah karunia yang berbicara bahasa roh. Dari situ, selain dari pada perpecahan, ada pengelompokan, ada penyombongan diri; di dalam Korintus kita bisa lihat juga ada hal-hal yang berbicara mengenai dosa perzinahan dan dosa hawa nafsu yang dilakukan oleh orang-orang dari pada jemaat Korintus. Tidak beda dengan Korintus, pada waktu kita membaca Surat Timotius sendiri, satu surat penggembalaan dari Paulus kepada Timotius, ketika Paulus meninggalkan Efesus, Paulus menyerahkan penggembalaan Efesus itu kepada Timotius. Maka di dalam surat Timotius sendiri kita bisa menemukan ada nasihat-nasihat yang diberikan Paulus supaya Timotius menjalankannya berkenaan dengan apa yang terjadi di dalam jemaat Efesus. Pada waktu itu Paulus menasihatkan Timotius supaya menasihatkan jemaat Efesus jangan mereka terpancing oleh pengajaran yang sesat, pengajaran yang palsu yang tidak pernah diajarkan oleh Rasul Paulus dan bukan berasal dari Tuhan.
Pada waktu Paulus melihat jemaat Efesus, dia juga melihat di dalam jemaat Efesus ada satu, ada satu tindakan dari para perempuan yang ada di dalam jemaat yang tidak mau menundukkan diri di bawah pimpinan dari seorang laki-laki. Dan dia ingin memiliki kedudukan sebagai kepala atas laki-laki, sehingga dari situ Paulus kemudian menasihatkan jemaat Efesus melalui Timotius untuk memberi nasihat kepada mereka, para perempuan itu, untuk tidak melupakan ordo mereka yang ada di bawah laki-laki walaupun mereka adalah orang yang setara secara kedudukan laki-laki dan perempuan. Selain itu, kita juga bisa melihat, ada permasalahan di dalam berpakaian, ada permasalahan di dalam kesucian hidup sehingga membuat Paulus harus menasihatkan jemaat Efesus mengenai syarat-syarat seorang diaken dan penilik jemaat. Saudara, kenapa bisa muncul ada kalimat diaken atau penilik jemaat adalah harus orang yang memiliki satu istri? Kenapa muncul kalimat diaken atau penilik jemaat harus orang yang bisa mengelola keluarganya sendiri? Sebab karena ada masalah di dalam jemaat Efesus dalam hal-hal seperti ini. Ada satu pemikiran, mungkin, kalau memiliki istri yang banyak itu hal yang biasa, karena orang-orang Efesus adalah orang-orang penyembah berhala dan mereka memiliki istri yang banyak itu hal yang biasa. Bahkan di dalam beribadah kepada dewa mereka, kalau bersetubuh itu adalah hal yang suci. Tapi pada waktu dia menjadi Kristen, maka dia tidak bisa melakukan hal-hal itu lagi, dia tidak boleh memiliki istri yang banyak dan tetapi dia harus memiliki hanya satu istri baru dia bisa dijadikan sebagai penilik jemaat atau diaken di dalam gereja. Saudara, semua nasihat ini menunjukkan kalau di dalam jemaat mula-mula, gereja mula-mula, ada kasus-kasus atau persoalan-persoalan yang sebenarnya tidak jauh beda dari gereja kita saat ini. Tapi pada waktu persoalan-persoalan itu muncul, bagaimana tindakan Paulus di dalam menyelesaikan persoalan itu? Ini adalah hal yang penting dan sangat vital sekali.
Pada waktu kita melihat satu persoalan, sering kali yang kita lakukan adalah menyelami apa yang menjadi permasalahan orang itu. Baik sih, kita harus tahu apa yang menjadi persoalan seseorang. Tapi pada waktu kita sudah mengetahui persoalan itu, apa yang kita lakukan? Apakah kita mengikuti apa yang menjadi perasaan hatinya, kebutuhan dia, kita penuhi, kita turuti, kita ikut selami itu dan terus akhirnya masuk ke dalam kesulitan dan demi kesulitan yang tidak pernah bisa keluar daripada permasalahan itu? Saudara, seorang konselor yang baik adalah membawa orang yang dalam masalah untuk melihat permasalahannya dan melihat sesuatu yang benar untuk mengatasi masalah itu seperti apa. Nah di dalam hal ini ketika Paulus melihat ada permasalahan di dalam jemaat, cara yang Paulus hadapi, gunakan untuk menyelesaikan masalah adalah membawa jemaat Korintus, jemaat Efesus, ataupun jemaat yang lain untuk melihat pada doktrin Gereja. Saudara, doktrin Gereja itu adalah hal yang penting dan setiap kali penyelesaian masalah, Paulus tidak pernah masuk ke dalam hal-hal yang bersifat praktis saja yang ngomong, “Satu, kamu harus begini, dua kamu harus begitu,” tapi Paulus mengajak jemaat atau orang-orang Kristen melihat pada prinsip penting yang ada di balik doktrin Gereja sehingga ia menjadi alasan seseorang itu mengalami satu kesulitan atau pergumulan di dalam hidup atau perselisihan di dalam gereja. Itu membuat kita mengerti, sebabnya adalah karena kita mungkin adalah orang-orang yang tidak mengerti secara jelas apa yang diajarkan di dalam doktrin Gereja. Saudara, kenapa ada masalah di dalam jemaat? Kenapa ada perselingkuhan dalam jemaat? Kenapa ada perbuatan dosa yang terus dipelihara dalam jemaat? Kenapa ada perselisihan di dalam jemaat? Kenapa ada orang yang gontok-gontokan sampai terjadinya perpecahan di dalam jemaat? Sebabnya karena mereka tidak mengerti doktrin Gereja yang benar itu seperti apa. Ini yang menjadi faktor utama dan ini yang menjadi hal sebabnya kenapa Paulus ketika melihat ada permasalahan di dalam jemaat, Paulus membawa mereka untuk melihat prinsip yang benar sesuai doktrin yang diajarkan oleh Kitab Suci itu seperti apa; dari situ jemaat harus belajar untuk menundukkan diri di bawah kebenaran dari pada Kitab Suci.
Kadang-kadang kalau kita berbicara seperti ini ya, seakan-akan kita adalah orang yang bisanya menghakimi, yang kejam, yang nggak bisa empati dengan seseorang, tapi Saudara, coba perhatikan baik-baik dan pikir lebih dalam lagi. Ketika kita memberikan nasihat yang benar berdasarkan doktrin yang benar, sebenarnya itu bukan sesuatu yang karena kita nggak bisa empati tapi kadang-kadang orang yang ada di dalam pergumulan, mereka adalah orang yang terlalu mengasihani diri, lihat diri segala-galanya dan orang lain harus mengikuti apa yang menjadi kebutuhan dia atau keinginan dia dan dipuaskan emosinya karena kesulitan yang dia sedang alami. Saudara, di dalam Alkitab, pada waktu kita diajak untuk melihat persoalan utama dari manusia, umumnya adalah, atau sebagian besar adalah, dikarenakan kita selalu melihat pada ‘aku’ kita. Kita selalu melihat segala sesuatu dimulai dari diriku baru keluar pada orang lain. ‘Aku’ yang menjadi standar untuk menilai kebenaran, ‘aku’ yang menjadi standar untuk menjadi penentu segala sesuatunya. Dan, Saudara, misalnya saya ambil contoh, kenapa kita tersinggung dengan orang lain? Alasannya karena apa? Karena kita merasa orang nggak hargai kita kan, makanya kita tersinggung. Kenapa kita memandang rendah orang lain? Sebabnya karena apa? Karena aku merasa bahwa diriku lebih berharga, lebih penting daripada orang lain, lebih mampu daripada orang lain, maka aku merendahkan orang lain. Aku tidak mau terlibat dalam pelayanan, misalnya. Pada waktu ada kesempatan untuk melayani, lalu kita ditawarkan pelayanan, lalu kita ngomong, “Nggak ah, aku belum mau pelayanan.” Saya tanya, alasannya karena apa? Mungkin karena “urusanku saja masih begitu banyak belum beres, sekarang harus melayani orang lain, harus melayani gereja, harus mengurusi apa yang menjadi kesulitan orang lain, urusanku sendiri belum selesai.”
Saudara, segala hal yang kita lakukan biasanya dan umumnya dan sebagian besar adalah dimulai dari diriku untuk keluar. Dan pada waktu kita lakukan hal ini, apakah itu adalah sesuatu yang bijak? Apakah ini adalah sesuatu yang benar, menilai segala sesuatu dimulai dari diriku keluar. Benar nggak? Saudara, orang dunia mungkin bisa berkata itu adalah sesuatu yang benar. Itu adalah sesuatu yang baik, dan kita perlu lakukan itu. Kalau orang nggak peduli dengan dirimu, kenapa harus urusin urusan orang? Kalau orang merendahkan dirimu, bukankah engkau harus perjuangkan dirimu, membela harga dirimu di hadapan orang makanya ajak berantem kalo perlu. Begitukah? Saudara, mungkin orang dunia berpikir ini adalah hal yang benar, yang baik dan perlu dilakukan. Tapi Saudara, pada waktu kita kembali kepada Alkitab, terutama kita yang mengerti teologi Reformed, saya harap itu bukan menjadi hal yang kita anggap benar, tetapi kita memiliki pemikiran yang lebih jeli untuk melihat apa yang menjadi permasalahan dunia berpikir seperti itu, dan Alkitab mengajarkan hal yang bertolak belakang. Saudara, dosa adalah sesuatu yang membuat kita menjadikan pusat hidup itu bukan Allah tetapi diri kita. Dosa itu membuat kita itu selalu berpikir bahwa kita yang penting, orang lain kurang penting. Dosa itu selalu membuat ketika kita ada masalah, maka masalah itu adalah urusan yang harus segera diselesaikan dibandingkan urusan masalah orang lain, dan orang lain harus berbelas kasih kepada diri kita dan mendahulukan diri kita dan bukan mendahulukan orang lain. Dosa itu membuat kita berpikir kalau hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan itu adalah nomor dua, tapi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan diri kita dan kesukaan kita itu adalah hal yang nomor satu yang harus kita dahulukan dalam kehidupan kita. Nah kalau kita memiliki pemikiran seperti ini, saya yakin kesatuan dari pada Tubuh Kristus itu nggak mungkin tercapai di dalam dunia ini, semua kita akan berpikir bagaimana kita mencari keuntungan diri kita dibandingkan keuntungan diri orang, dan demi itu kita memanfaatkan orang lain demi untuk kepentingan diri kita. Bagaimana hal itu bisa mencapai satu kesatuan seperti yang Kristus harapkan? Mungkin ada kesatuan, tapi nanti saya akan bahas. Tapi kesatuan itu bukan didasarkan pada prinsip Kitab Suci yang benar, doktrin Gereja, tapi karena ada keuntungan yang kita bisa peroleh dari pada kesatuan tersebut.
Saudara, Paulus pada waktu melihat pada keadaan ini, apa yang dia lakukan? Ketika dia melihat ada masalah dosa di dalam jemaat, ada masalah keutamaan diri, Paulus langsung mengajak mereka untuk melihat dari pada perspektif Tuhan, doktrin Gereja, di dalam penyelesaian kasus masalah yang mereka sedang hadapi tersebut. Saudara kalau nggak pernah mau melihat dari perspektif Tuhan mengenai apa yang benar yang harusnya kita hidupi, yakinlah seumur hidup nggak akan selesai masalahnya. Saudara, ini adalah hal yang krusial sekali. Jika Saudara ingin terlepas, kembali kepada prinsip firman yang benar itu seperti apa, dari situ kita baru bisa terlepas dari masalah tersebut. Jadi doktrin Gereja menjadi dasar Paulus untuk menegakkan kebenaran. Doktrin gereja menjadi dasar bagi Paulus untuk mengajarkan kepada jemaat bagaimana mereka sebagai seorang Kristen hidup di tengah-tengah gereja atau di dalam gereja yang adalah Tubuh Kristus tersebut. Doktrin Gereja mengajarkan kepada kita untuk melihat bahwa segala sesuatu yang ada itu adalah sesuatu yang merupakan Tubuh Kristus dan kita hanya adalah bagian unit yang kecil dari pada Tubuh yang menyusun keseluruhan Tubuh Kristus tersebut. Saudara, beda sekali, dunia mengajar “kita yang penting, yang lain tidak berarti,” Alkitab mengajarkan kita hanya satu bagian dari pada Tubuh yang ada, yang utuh itu dari pada Tubuh Kristus. Dari situ kita baru bisa diajak melihat secara meluas apa yang menjadi rencana Allah, kehendak Allah, dan kehidupan kita sebagai orang Kristen itu harusnya seperti apa, dan kita bisa menempatkan diri secara benar.
Paulus secara menarik tidak hanya berhenti di sini, kalau Bapak, Ibu perhatikan, Paulus bukan hanya mengajarkan “kita adalah Tubuh Kristus, kita adalah orang yang harus rendah hati, lemah lembut, sabar, kasih, saling membantu satu dengan yang lain,” tetapi Paulus mengajak kita melihat pada satu prinsip mengenai diri Allah yang harus berkaitan dengan Gereja sendiri. Kalau Bapak, Ibu perhatikan dari ayat 4-6, ada satu hal yang menarik kan? Di situ ada hal apa yang pada waktu kita baca yang langsung muncul? Ada kata? Satu. Satunya ada berapa kata? Tujuh. Lalu tujuh kata ‘satu’ ini bagaimana dituliskan, ada pengelompokan tidak? Pertama apa, ayat 4? “Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,” itu satu kelompok kan. Lalu yang ayat 5, “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.” Yang ke-6, “satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” Saudara, ada tujuh ‘satu,’ tetapi tujuh ‘satu’ ini dikelompokkan bagaimana? 3-3-1. Lalu pertanyaan yang kedua, pada waktu bicara mengenai 3 yang pertama, 3 yang pertama difokuskan kepada? Allah Roh Kudus. 3 yang kedua difokuskan pada Siapa? Tuhan Yesus. 1 yang ketiga itu difokuskan pada? Allah Bapa, walaupun di situ dipecah lagi Dia adalah Allah dan Bapa dari semua, di atas semua, dan oleh semua, dan di dalam semua; menunjukkan bahwa penguasaan Allah atas segala sesuatu atau pemerintahan Allah atas segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Saudara, kenapa Paulus mengelompokkan kepada 3 hal ini? Tujuannya untuk apa? Apakah tujuannya itu mau menyatakan kalau Allah kita itu Allah Tritungggal, ada satu Roh, satu Tuhan, satu Bapa atau Allah? Saya pikir ada bagian ini di dalam hal itu, tetapi di dalam bagian ini Paulus mau mengajak kita melihat pada peran dari pada Allah Tritunggal itu di dalam kesatuan dari Tubuh jemaat sendiri.
Saudara, pada waktu kita misalnya seperti ini: Allah kita adalah Allah Tritunggal, maksud dari Allah Tritunggal itu apa? Allah Tritunggal itu adalah Allah yang Esa, yang Satu. Tahu darimana kita Allah yang Satu? Saya ambil contoh satu hal seperti ini ya, Siapa yang memberika karunia kepada jemaat? Karunia rohani Siapa yang memberikan? Allah? Allah yang mana? Pribadi yang mana? Ayo, di dalam Korintus kan ada ngomong karunia bernubuat, karunia pengetahuan, karunia melakukan mukjizat, karunia beriman, kepemimpinan, masih banyak lagi sampai akhirnya karunia berbicara bahasa Roh; Siapa yang memberi karunia itu? Allah Roh Kudus, cuma Allah Roh Kudus? Alkitab bilang bukan hanya Allah Roh Kudus, tetapi karunia juga diberikan oleh Yesus Kristus. Ayatnya dimana Yesus Kristus yang memberikan karunia? Setuju nggak Yesus yang memberikan karunia? Barusan kita baca di ayat 7, Efesus 4, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” Jadi Kristus juga memberi karunia. Bapa bagaimana, Bapa memberi karunia nggak? Bapa juga beri karunia, dimana catatnya? Roma 12 ayat ke-6 dikatakan, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar,” dan seterusnya, lalu Siapa yang memberikan karunia itu? Kalau Saudara baca ayat ke-3, kita akan mendapatkan yang memberi karunia itu adalah Allah, “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Saudara, siapa yang memberikan karunia kepada Gereja? Tiga Pribadi dari Allah Tritunggal memberikan karunia kepada Gereja. Dan kalau kita berkata Allah Tritunggal yang sama-sama melakukan hal yang sama, itu berarti di dalam Allah Tritunggal itu ada kesatuan. Tapi Saudara, apakah ketika Allah Tritunggal itu adalah Allah yang satu, itu berarti Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu adalah Pribadi yang sama? Alkitab bilang tidak. Alkitab menyatakan tiga Pribadi dari Allah Tritunggal itu adalah Pribadi yang berbeda satu dengan yang lain.
Dan yang menarik lagi Saudara, ketika Alkitab di dalam Efesus pasal 4 mencatat tiga Pribadi ini, urutannya dibalik, bukan Bapa dulu, dan Yesus, dan Roh Kudus; melainkan justru Roh Kudus dulu, baru Tuhan Yesus, dan Allah Bapa. Saudara, kita punya Kitab Suci itu adalah Kitab yang diinspirasikan, karena itu, kalau kita menemukan ada perbedaan urutan, ada satu kata yang dimasukkan ke dalam kalimat yang ada, kita perlu mengutamakan kalimat itu dan memperhatikan kalimat itu. Ambil contoh seperti ini, di dalam pasal 1, pada waktu Bapak, Ibu, Saudara membaca Efesus 1 akan menemukan urutan yang dipakai oleh Paulus itu Siapa yang duluan? Bapa memilih sejak di dalam kekekalan (Ef. 1:4), lalu pemilihan Allah dilakukan berdasarkan Yesus Kristus atau di dalam Yesus Kristus, baru setelah itu masuk ke dalam tindakan Kristus di dalam menyelamatkan dan menguduskan kita; setelah itu apa yang dilakukan? Paulus membahas mengenai apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus untuk memeteraikan orang percaya dan menjadi jaminan untuk orang percaya memperoleh segala sesuatunya, yang merupakan berkat rohani yang sudah dijanjikan oleh Allah Bapa di dalam kekekalan tersebut. Tapi pada waktu kita masuk ke dalam [pasal yang ke-4] ayat 4, 5, dan 6, Paulus berkata yang pertama itu Siapa? Roh Kudus, yang kedua itu Tuhan Yesus, yang ketiga itu adalah Bapa. Maksudnya apa? Nah saya percaya ini berkaitan dengan peran atau karya dari pada Allah Tritunggal yang berbeda, dan Paulus ingin menekankan yang menjadi Pribadi yang bertanggung jawab untuk mempersatukan jemaat menjadi satu Tubuh Kristus dan membuat penebusan Kristus menjadi penebusan yang efektif bagi jemaat sehingga kita bisa percaya kepada Kristus, dan dipersatukan di dalam Kristus, dan memiliki kehidupan yang berelasi kembali dengan Allah Bapa, yang diperdamaikan dengan Bapa, itu adalah karya dari Allah Roh Kudus. Makanya di dalam tindakan ini, untuk mempersatukan, pertama-tama Paulus mengatakan Allah Roh Kudus yang mempersatukan, “satu Tubuh, satu Roh, satu pengharapan,” baru kemudian ada tindakan dari Tuhan Yesus Kristus, “satu Tuhan,” baru dari situ untuk Allah Bapa.
Saudara, ini menunjukkan di dalam Tritunggal ada kesatuan, tetapi juga ada perbedaan peran masing-masing dari Pribadi. Bapa satu Pribadi, Anak satu Pribadi, Roh Kudus satu Pribadi. Bapa bukan Anak, Anak bukan Roh Kudus, Bapa bukan Roh Kudus. Bapa punya kehendak sendiri, Anak punya kehendak sendiri, Roh Kudus punya kehendak sendiri, masing-masing punya kehendak sendiri. Kalau begitu, dalam prakteknya harusnya satu atau beda? Beda. Harusnya satu atau terpisah? Terpisah, itu yang normal, begitu ya? Saudara, makanya ya, nggak heran ya, ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan, mereka mulai ngotot-ngototan. “Prinsipku yang benar,” isterinya ngomong, “Nggak, aku punya yang benar.” Waktu anak lahir mulai ribut bapak sama mama adu argumentasi, perang mulut, berantem, bahkan di depan anak juga berantem mengatakan, “Mamamu salah,” mamanya bilang, “Nggak, papamu yang salah.” Yang mana yang benar? Saudara, yang benar siapa, papa atau mama? Papa salah? Kalau papa salah, saya tanya kenapa mama mau pilih papa dan nikah sama papa? Kalau papa salah dan nggak baik, mama mau nggak menikah sama papa? Pasti nggak mau kan? Lalu siapa yang benar? Ada banyak hal dalam hidup ini dua-duanya mungkin benar, dua-duanya tumbuh dengan satu pertumbuhan yang baik, mental yang baik, moral yang baik, karena dari latar belakang dan cara pendidikan yang berbeda. Saudara, pada waktu ini dipersatukan yang terjadi apa? Biasanya, umumnya adalah perselisihan. Tapi Paulus di sini mengatakan pada waktu itu terjadi antara Tritunggal sendiri, yang ada bukan perselisihan tetapi kesatuan diantara Mereka, bukan perpecahan diantara masing-masing Pribadi tetapi ada satu harmoni yang membuat Mereka bisa bersatu dan saling mengisi satu dengan yang lain di dalam karya penyelamatan, atau karya pemeliharaan, maupun dalam karya penciptaan yang Tuhan lakukan. Itu adalah satu hal yang luar biasa. Dan Paulus mau mengatakan, pada waktu engkau menjadi seorang Kristen dan ditaruh di dalam Gereja yang adalah Tubuh Kristus, kita adalah orang yang harus bisa mencerminkan kesatuan dari pada Allah Tritunggal tersebut.
Perbedaan yang ada di dalam Gereja bukan sesuatu yang harusnya menyebabkan perselisihan tetapi kesatuan. Walaupun saya juga tahu bahwa kesatuan juga butuh yang namanya kesamaan, ada bagian kesamaan itu. Misalnya seperti ini, bagaimana pertobatan kita sebagai orang percaya? Sama atau tidak? Kenapa kita bisa menjadi orang Kristen? Pertama pasti itu tindakan pemilihan dari Allah Bapa dalam kekekalan, lalu Yesus Kristus menebus diri kita yang berdosa, dan Roh Kudus menyadarkan kita adalah orang yang berdosa lalu membawa kita kepada Kristus, lalu habis itu kita beriman kepada Kristus dan memiliki kehidupan yang diperdamaikan dengan Allah Bapa. Semua orang Kristen adalah orang yang menyadari dosa, itu orang Kristen yang sejati ya; semua orang Kristen adalah orang yang menyadari kebutuhannya akan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan sesuatu yang berdasarkan diri sendiri untuk memperoleh keselamatan tetapi berdasarkan Kristus; semua orang Kristen tahu bahwa relasinya di dalam Kristus membuat dia diperdamaikan dengan Allah Bapa; semua orang Kristen itu sama-sama adalah anak-anak Allah; semua orang Kristen adalah orang yang mendapatkan karunia dari pada Allah Tritunggal, baru kita bisa menjadi orang Kristen, itu semua sama. Termasuk di dalamnya ketika seseorang menikah, dia akan mencari orang yang sama ya, maksud sama itu sama-sama manusia bukan dengan binatang, atau dengan bagunan, atau dengan boneka, itu tidak bisa, atau sama-sama laki-laki dengan laki-laki, bukan seperti itu. Sama-sama adalah manusia, ada kesamaan itu.
Tapi Saudara, ketika manusia melihat pada kesamaan itu yang mengakibatkan pada kesatuan, dosa membuat manusia seringkali melihat kesatuan itu merupakan sesuatu yang bisa dicapai kala ada kesamaan total atau mutlak diantara kedua orang tersebut atau tiga orang atau yang lain, tetapi yang menjadi standar siapa? Aku ya? Waktu Saudara pacaran, Saudara cari pasangan yang seperti apa? Saudara cari pasangan yang cocok dengan Saudara nggak? Yang sama hobby nya, sama kesenangannya, gitu? Kita biasanya seperti itu, lalu kita merasa lebih cocok dengan orang seperti itu di dalam kehidupan kita, umumnya seperti itu. Lalu kenapa ini bisa menjadi penyebab? Karena kita melihat segala sesuatu dari diri kita sebagai satu standar. Dan mungkin secara teknologi juga membuat kita berpikir kesatuan itu adalah keseragaman, sama, persis kalau perlu, jiplak, baru itu bisa mengakibatkan kesatuan. Misalnya ambil contoh, kalau kita cetak buku maka buku yang baik itu yang seperti apa? Yang sama semua kan produksinya. Kalau ada satu yang berbeda, namanya apa? Cacat produksi, lalu harusnya disamakan atau disingkirkan, tidak bisa dijual atau dijual dengan harga murah. Jadi kalau kita ngomong ‘satu’ maka dalam pikiran manusia biasanya bagaimana? “Kesatuan hanya bisa dicapai kalau ada kesamaan dan kesamaan sebanyak mungkin itu membuat kesatuan itu semakin baik. Adanya perbedaan itu mengakibatkan perselisihan atau perpecahan.” Makanya mungkin ini yang mengakibatkan gereja itu kompromi besar sekali ya. Gereja berkata, “Untuk mempertahankan kesatuan jangan bicara doktrin,” karena apa, “Doktrin membuat perbedaan dan perbedaan mengakibatkan perpecahan.”
Saudara, Alkitab menyatakan beda sekali ya, bertolak belakang sekali dengan prinsip ini. Kesatuan itu harus ada tetapi kesatuan bukan sesuatu yang seragam, sama persis sebanyak mungkin. Kesatuan baru bisa ada kalau ada perbedaan, tanpa perbedaan itu namanya bukan kesatuan tetapi kesamaan atau keseragaman. Itu maksudnya. Dan ini dikatakan Paulus di dalam ayat yang ke-7. Kalau Saudara baca, ketika Tuhan sudah berbicara mengenai jemaat harus satu, harus memelihara kesatuan Tubuh di dalam ikatan damai sejahtera, maka Paulus kemudian lanjut di dalam ayat yang ke-7 supaya kita tidak salah konsep mengenai ‘satu’ itu apa. Di dalam ayat 7 dikatakan, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” “Tetapi,” berarti ‘satu’ itu tadi sedang akan dibahas lagi tetapi berdasarkan poin yang agak sedikit berbeda, atau sudut pandang yang berbeda. Tadi bicara ‘satu’ tetapi begitu bilang “tetapi kita masing-masing dikaruniakan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” berarti setiap orang Kristen memiliki karunia yang dianugerahkan oleh Kristus. Dan karunia yang dianugerahkan kepada setiap orang Kristen itu sama nggak? Jawabannya tidak, karena kepada kita masing-masing dikaruniakan pemberian menurut ukuran Kristus. Berarti di dalam konsep kesatuan yang Alkitab ajarkan ada dua hal yang selalu harus kita tekankan. Pertama adalah, kita sebagai orang Kristen atau Gereja itu secara esensi adalah satu, tetapi kesatuan itu tidak pernah menghilangkan atau boleh menghapus perbedaan yang ada. Pada waktu kita berbicara mengenai kesatuan maka kita juga pada saat yang sama harus sadar setiap orang Kristen yang ada di dalam gereja itu beda dengan diri kita, jangan harap mereka bisa menjadi sama dengan diri kita; karena kita adalah satu tetapi berbeda satu dengan yang lain. Dari sini baru bisa muncul yang namanya konsep kesatuan yang sesungguhnya.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara mengenai hal ini maka kita harus sadar satu hal, tindakan Allah yang mulia di dalam kehidupan Gereja, orang Kristen, bukan hanya berbicara mengenai anugerah keselamatan yang dikaruniaka kepada orang Kristen melalui penebusan Yesus Kristus, saya percaya itu adalah hal yang mulia sekali, tapi pada waktu kita menyadari bahwa anugerah keselamatan itu adalah sesuatu yang dikaruniakan kepada diri kita yang tidak layak ini, yang berdosa, yang harus dihukum ini, itu akan membuat kita melihat bahwa tindakan Allah itu adalah hal yang hanya didasarkan pada motivasi kasih karena bukan sesuatu yang dari kebaikan kita yang membuat akhirnya kita melihat itu sebagai satu hal yang sangat mulia sekali, tetapi kita juga harus sadar, dibalik tindakan keselamatan itu ada hal mulia lain yang Tuhan ingin kita nyatakan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Hal mulia itu apa? Yaitu menyatakan kepada dunia kesatuan di dalam Tubuh Kristus yaitu Gereja. Saya seringkali, berulang kali dari mimbar ini berkata, dunia tidak mungkin bisa mencapai kesatuan. Setiap perjanjian damai yang dilakukan oleh dunia justru dilanggar oleh manusia sendiri dan tidak ada satupun piagam perdamaian yang tidak dilanggar oleh manusia. Pada waktu mereka yang tidak mungkin melihat adanya kesatuan dan tidak bisa menjamin adanya kesatuan itu melihat pada gereja, harusnya gereja menjadi satu cerminan dari kesatuan Allah Tritunggal melalui Tubuh Kristus yang terpelihara dengan baik. Ini adalah hal yang mulia sekali, kenapa? Karena kalau kita memiliki Roh Kudus dalam kehidupan kita, adalah Roh Allah sendiri yang beda tetapi satu, ada di dalam diri setiap orang percaya dan Allah Roh Kudus itu yang menjadikan Gereja ada, yang membuat adanya persekutuan antara orang berdosa dengan diri Allah dan adanya persekutuan antara seorang berdosa dengan orang berdosa yang lain di dalam Tubuh Kristus atau Gereja di dalam ini, maka harusnya yang timbul dalam diri kita adalah kesatuan bukan perpecahan.
Saya harap ini menjadi satu pesan atau satu berita yang kita pegang baik-baik, bukan hanya di dalam gereja tetapi juga di dalam kehidupan keluarga sendiri. Jangan pikir prinsip kehidupan keluarga itu adalah sesuatu yang tidak berkaitan dengan Gereja. Ingat, Gereja Tuhan itu adalah pribadi dari pada orang-orang yang ada. Orang yang menikah, laki-laki dengan perempuan itu berarti Gereja menikah dengan Gereja. Nah ini bicara mengenai doktrin Gereja. Makanya di dalam Efesus pasal yang ke-5 kalau Bapak, Ibu baca, ayat 22 dan seterusnya, ketika Paulus bicara mengenai hubungan relasi suami dan isteri, Paulus nggak angkat dalam kasus keluarga tetapi Paulus angkat dalam relasi Gereja dengan Tuhan. Saudara, ini hal yang besar sekali, makanya Paulus katakan di dalam Efesus 5. Kita kalau nggak mengerti konsep mengenai Gereja ini dan kesatuan dari pada Tubuh Kristus maka yang pasti timbul adalah satu perpecahan, karena dosa menginginkan perpecahan, perbedaan mendorong kepada perpecahan. Tapi kalau kita mengerti kita hanya satu unit kecil dari pada keseluruhan unit yang menyusun satu Tubuh, kita adalah satu batu yang merupakan bagian dari mungkin ratusan, ribuan, jutaan batu yang menyusun bait Allah itu, kita akan berpikir bagaimana? Dan kita berpikir kita hanyalah satu yang beda sendiri karena kita diberikan karunia yang berbeda dari yang lainnya, kita akan pikirnya bagaimana? Saudara, kita akan pikir, “Saya tidak mungkin bisa berdiri sendiri, saya membutuhkan orang Kristen lainnya untuk bisa bertumbuh di dalam Tubuh untuk menuju kepada kesempurnaan di dalam Tubuh, yaitu menuju kepada Kristus sebagai Kepala. Kita tidak bisa berkata, “Saya tidak butuh orang lain dalam hidup saya.” Permasalahan timbul adalah karena kita tidak menyadari kita adalah unit yang kecil diantara seluruh unit yang lain, tetapi permasalahan yang timbul adalah dikarenakan kita adalah unit yang kecil ini tetapi kita merasa kita adalah unit yang besar dan penting, yang lain itu nggak ada gunanya sama sekali, maka di situ timbul masalah. Kenapa ada perselisihan dan karena perselisihan itu kita rela untuk terpisah dengan orang itu? Karena kita anggap orang itu nggak penting dalam hidup kita makanya kita ada perselisihan. Tapi kalau kita sadar kita adalah satu unit diantara unit yang lain, kita hanya bagian yang kecil yang terikat dengan yang lain, yang tidak bisa terpisah dari yang lain, sesuatu yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain, yang timbul adalah apa? Perasaan saling membutuhkan, saling bergantung satu sama lain, saling mengikatkan diri dan tidak mungkin memisahkan diri antara satu dengan yang lain; karena apa yang saya bisa lakukan orang lain tidak bisa lakukan, tapi apa yang orang lain bisa lakukan saya nggak bisa lakukan karena kita adalah satu dalam Tubuh yang butuh saling melengkapi satu dengan yang lain. Makanya di dalam ilustrasi karunia, Paulus menggunakan ilustrasi tubuh. Itu sebabnya ketika Paulus berbicara mengenai kesatuan Paulus berkata kita adalah satu Tubuh Kristus, karena setiap organ kita itu berbeda tetapi kita diikatkan oleh satu kesatuan organik yang ada diantara seluruh Tubuh itu. Saudara, ini prinsip dari pada Alkitab. Sekali lagi, kesatuan bukan berarti keseragaman, tetapi di dalam kesatuan yang sejati harus ada perbedaan, kalau tidak ada perbedaan maka tidak mungkin dicaapai kesatuan. Ini yang kita perlu perhatikan.
Kedua, pada waktu Paulus berkata, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus,” maka hal kedua yang kita perlu perhatikan adalah: pertama, pemberian itu bersumber dari Allah dan bukan sesuatu yang ada dari diri kita sendiri atau sesuatu yang kita bisa peroleh karena keinginan kita sendiri. Konsep anugerah atau karunia intinya apa, esensinya? Apa arti anugerah atau karunia? Sesuatu yang diterima atau sesuatu yang diberi? Kita terima, tetapi kalau kita menerima sesuatu berarti ada yang memberi. Di dalam iman Kristen penekanannya bukan pada apa yang kita bisa lakukan dalam hidup kita untuk Tuhan atau untuk sesama, tetapi penekanannya adalah pada respon kita terhadap apa yang sudah Tuhan berikan terlebih dahulu kepada diri kita. Makanya kalau Bapak, Ibu baca keseluruhan dari Kitab Suci, yang menyelamatkan orang Israel atau yang menyelamatkan Adam saat jatuh dalam dosa, yang berinisiatif pertama siapa? Allah, bukan Adam dan Hawa yang bertobat. Yang menarik keluar Abraham dari Ur-kasdim siapa? Allah, bukan karena Abraham menyembah Allah yang sejati tapi dia masih dalam kondisi menyembah berhala pada waktu itu tapi dia mendapatkan karunia dari Tuhan Allah. Yang membawa orang Israel keluar dari Mesir karena apa? Karena Allah yang mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham padahal orang Israel seharusnya adalah orang yang dihukum karena mereka adalah penyembah berhala seperti orang Mesir yang adalah penyembah berhala, tapi tetap mendapatkan kasih karunia dari Tuhan Allah. Yang membuat kita diselamatkan oleh Yesus Kristus karena apa? Karena Allah yang menyelamatkan kita, bukan karena ada sesuatu yang baik dari pada kita atau suatu imbalan yang kita sebelumnya berikan kepada Tuhan Allah supaya kita bisa menerima sesuatu dari Tuhan Allah. Saudara, pada waktu kita berbicara mengenai berita injil atau kabar baik, maka kabar baik itu berbicara mengenai suatu pemberian yang Tuhan Allah berikan kepada kita yang tidak layak untuk menerimanya, itu namanya injil dan kabar baik. Nah pemberian itu adalah berbicara mengenai kehidupan kekal yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita sebagai orang berdosa.
Saya tanya lagi, kalau begitu Kitab Suci kita penuh dengan pengajaran mengenai memberi atau menerima? Memberi bukan menerima. Paulus sendiri berkata di dalam 2 Korintus 8:9, satu ayat yang seringkali dikutip ya, tetapi salah kutip, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Saudara, Yesus yang kaya menjadi? Miskin, supaya? Kita menjadi kaya. Tapi orang Kristen umumnya ngajar gimana? “Kristus menjadi miskin supaya aku menjadi kaya,” lalu aku memberi sesuatu pada orang atau berakhir di diriku? Maksudnya di sini ya, “Kristus menjadi miskin supaya kita menjadi kaya,” pertanyaannya adalah kenapa kita harus menjadi kaya? Untuk apa tujuannya Tuhan memperkaya kita, untuk kita sendiri atau untuk memperkaya orang lain? Coba baca dari ayat 6 deh, “Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, –dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami–demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu,” baru ayat 9 yang bilang Kristus miskin supaya kita diperkayakan. Kristus memiskinkan diri Dia, merelakan diri-Nya untuk miskin supaya kita kaya, supaya kita bagaimana? Kaya kita memberkati orang lain kan, betul nggak? Kok susah ya, nggak rela ya berkati orang lain? Mungkin ini kesalahan banyak gereja dalam pengajaran. Kristus yang kaya menjadi miskin supaya kita menjadi kaya supaya apa? Kita kaya, lalu setelah kita kaya bagaimana? Kita berikan kepada orang lain sesuatu membantu orang lain supaya apa? Kita kaya. Lalu kita persembahkan kepada Tuhan lagi supaya apa? Kita lebih kaya lagi, begitu? Akhirnya di siapa kalau kayak gini? Diri. ‘Aku’-nya yang jadi utama, ‘aku’-nya yang memberikan suatu imbalan kepada Tuhan, atau investasi tertentu supaya aku diperkaya.
Tapi Alkitab berkata apa? Ketika kita berbicara megenai anugerah maka anugerah itu memperkaya diri atau memperkaya orang lain? Atau begini aja ya, saya tambahi sedikit dahulu, kita menerima anugerah dari? Tuhan. Pada waktu kita menerima anugerah dari Tuhan, yang Tuhan Allah berikan kepada kita apa? Anugerah apa yang paling berharga yang Allah berikan dalam kehidupan kita? Keselamatan? Saya bilang Kristus atau Allah sendiri, itu yang paling berharga di dalam pemberian anugerah itu, karena di dalam Allah ada hidup yang kekal; hidup yang kekal adalah suatu konsekuensi sebagai akibat kita ada di dalam Kristus atau memiliki Allah di dalam kehidupan kita. Tanpa Allah yang sejati kita tidak mungkin punya hidup yang kekal. Itu berarti pada waktu Allah berbicara mengenai memberi karunia, maka karunia itu pertama adalah tidak pernah diberikan berdasarkan siapa si pribadi yang menerima itu. Sesuatu yang diberikan itu pasti penting kan, kepentingan pemberian itu bukan dikarenakan siapa yang menerima itu, tetapi kepentingan itu ada pada diri yang memberi itu sendiri. Paham nggak? Kalau kita beri sesuatu kepada orang, kita biasanya akan bagaimana sikap kita? Karena orang itu butuh baru kita beri, begitu? Baru dihargai? Kalau kita memberi sesuatu kepada orang yang tidak butuh maka orang itu tidak akan menghargai. Nah pada waktu Allah memberi sesuatu kepada diri kita, kita itu sebenarnya dalam kondisi yang sangat membutuhkan hal itu tetapi kita tidak sadar kita butuh; dan pada waktu kita dalam kondisi yang tidak sadar butuh itu, dan kita memang tidak penting di hadapan Tuhan Allah, lalu Allah memberikan itu kepada diri kita, maka yang menjadi hal utama dari kepentingan itu adalah Pribadi yang mengorbankan diri untuk memberikan sesuatu pada diri kita. Saya harap bisa ikuti ini ya. Maksud saya mau bilang seperti ini, prinsip anugerah adalah selalu prinsip memberi bukan menerima. Prinsip anugerah adalah suatu prinsip yang memberi bukan didasarkan siapa penerima tetapi yang didasarkan pada kedaulatan si Pemberi. Ini paham? Makanya disebut anugerah.
Yang ketiga adalah, prinsip anugerah itu adalah sesuatu yang memberi diri untuk kebaikan orang lain, bukan mengorbankan orang lain demi untuk diri, tetapi mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain. Ini prinsip Alkitab. Kita ulangi sama-sama, yang pertama anugerah itu selalu bersifat memberi bukan menerima. Kedua, pada waktu anugerah itu memberi, pemberian itu didasarkan pada siapa si penerima atau didasarkan pada si Pemberinya itu mau memberikan kepada siapa? Si Pemberi yang menentukan bukan si penerima, berarti tidak ada bagian dari si penerima yang membuat si Pemberi itu mempertimbangkan dia layak terima atau tidak, begitu ya. Alkitab mengatakan tidak ada satupun yang kita bisa berikan kepada Tuhan Allah karena di dalam Mazmur dikatakan Allah memiliki segala sesuatu. Siapa yang bisa mengatakan kepada Allah, “Aku mau memberikan sesuatu kepada Allah,” padahal segala sesuatu ini adalah milik Allah? Tidak ada. Tetapi Allah berkenan untuk menerima persembahan dari anak-anak-Nya, ini beda sekali ya, itu membuat persembahan kita berarti di hadapan Allah. Tetapi saya nggak mau bahas yang bagian ini, saya mau ajak kita lihat pada waktu Allah memberikan sesuatu kepada manusia, penentu dari siapa yang menerima dan siapa yang tidak tidak pernah didasarkan pada siapa yang menerima itu tetapi didasarkan pada kedaulatan Allah. Makanya Yesus Kristus ketika dikatakan memberi karunia kepada jemaat, masing-masing orang, Kristus memberi berdasarkan ukuran dari Kristus sendiri. Kristus yang menjadi penentu siapa yang mau diberi siapa yang tidak. Nah ini berarti kalau Kristus memberikan satu karunia dalam Gereja, pemberian karunia tidak didasarkan pada keinginan kita yang menginginkan satu karunia tertentu tapi berdasarkan pada apakah Kristus melihat Gereja membutuhkan itu atau tidak. Kalau Gereja tidak membutuhkan itu lalu kita mati-matian doa minta satu karunia yang kita anggap kita perlu, Tuhan nggak akan kasih itu. Tapi kalau Tuhan melihat Gereja butuh, Dia pasti berikan karunia itu pada Gereja Tuhan. Saudara, karunia diberikan tidak pernah didasarkan pada siapa penerima tetapi didasarkan pada si Pemberi itu sendiri. Lalu yang ketiga apa? Prinsip karunia berbicara mengenai pemberian yang mengorbankan diri untuk kebaikan dari pada orang lain atau Tubuh Kristus. ini karunia. Kalau gereja sekarang banyak ngajarin apa? “Saya menerima untuk kepentingan saya. Saya memberi untuk menerima kembali lebih demi kepentingan saya.”
Saudara, ini prinsip bukan memberi tetapi menerima dan itu tidak sesuai dengan firman Tuhan. Mudah nggak hidup seperti ini? Memberi nggak peduli orang, memberi dengan korbankan diri untuk kebaikan orang, saya yakin nggak mudah. Tapi Saudara, kalau kita sendiri yang mengerti doktrin ini tetap sulit di dalam menjalankan, saya tanya, bagaimana orang yang tidak pernah mengerti doktrin Gereja yang benar itu? Bisa nggak mereka hidup berdasarkan panggilan Tuhan? Bisa nggak mereka memiliki kesatuan yang sejati sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki? Nggak mungkin bisa seperti yang Tuhan kehendaki, tapi mungkin nggak mereka satu? Mungkin, tetapi kesatuannya didasarkan apa? Ada keuntungan yang saya terima. Makanya ya, kadang-kadang di dalam gereja saya lihat pelayanan mereka itu sebenarnya istilah pelayanan adalah kamuflase, kamuflase dari apa? Keinginan untuk mengaktualisasi diri, keinginan untuk dihormati oleh orang lain, “Karena saya mendapatkan kesempatan manggung untuk bisa show dan tampil di hadapan orang lain maka saya ada di situ, karena saya punya talenta bisa disalurkan di dalam satu gereja tertentu maka saya bergabung dan bersatu ke dalam gereja itu.” Coba kalau gereja itu nggak bisa salurin talentanya, coba kalau gereja itu nggak bisa kasih kesempatan dia menggung atau tampil, coba kalau gereja itu tidak kasih dia kesempatan untuk mengaktualisasi diri dia, dia stay nggak dalam gereja itu? Kemungkinan besar nggak stay. Apalagi kalau gereja itu orang-orang atau hamba Tuhannya menyakiti hati dia, pasti pergi. Karena apa? Dia menilai segala sesuatu berdasarkan keuntungan, kesatuan yang menguntungkan.
Tapi Saudara, kalau kita kembali kepada Kitab Suci, kesatuannya bukan berdasarkan keuntungan tapi kesatuannya berdasarkan kita mengorbankan diri demi kebaikan orang lain, kesatuannya adalah bukan dikarenakan si orang yang kita berbuat baik itu layak untuk menerima kebaikan kita tetapi karena kita yang harusnya belajar berkorban diri untuk melakukan yang baik bagi mereka karena kita sudah menerima kebaikan itu terlebih dahulu dari Tuhan Allah dalam hidup kita, dan kita diminta untuk memberi dan bukan mengharapkan menerima. Pada waktu kita nggak mendapatkan kesempatan aktualisasi, tidak dapat kesempatan untuk tampil di depan atau supaya dihormati oleh orang, kalau ada orang melakukan sesuatu yang tidak baik dengan diri kita, saya tanya, kita stay atau tinggalkan gereja? Susah ya? Saya tahu susah, tapi Saudara, saya mau ajak kita pikir dan renungkan, kenapa kita disatukan oleh Tuhan di dalam Tubuh Kristus yaitu Gereja? Kadang-kadang ya, kita itu terlalu, mungkin ya, simple di dalam berpikir seperti ini: “Gereja kan banyak,” atau mungkin terlalu bebas ya? “Gereja itu banyak dalam dunia ini. Kalau saya nggak diterima di dalam satu gereja, saya cari gereja lain, kan gereja lain adalah juga gereja Tuhan. Kalau saya nggak diterima di sini, saya diperlakukan dengan tidak baik di sini, ya tempat lain mungkin akan memperlakukan saya dengan baik, maka saya pergi ke situ.” Saudara, benar nggak kira-kira? Saya bilang kalau gereja itu adalah satu gereja yang betul-betul menyampaikan firman Tuhan yang benar maka gereja itu pasti benar di hadapan Allah. Dan kita bisa ada di dalam gereja yang benar itu adalah satu karunia. Kedua, pada waktu kita berelasi dengan orang-orang yang ada di dalam gereja yang benar itu, yang menyampaikan firman Tuhan Allah, bukan berarti orang-orang yang ada di dalamnya itu orang-orang yang benar semua, mereka masih adalah orang-orang yang berdosa, yang masih bisa jatuh dalam dosa dan itu berarti mereka adalah orang-orang yang masih bisa menyakiti diri kita, atau menyinggung kita, atau memperlakukan kita dengan tidak baik. Lalu kalau kita berkata, “Sudah, gereja itu nggak benar, firmannya aja bagus tetapi kelakuan dari jemaatnya nggak beres semua. Aku mau pindah gereja,” itu berarti apa? “Saya merasa diri saya lebih baik daripada anggota gereja jemaat itu.” Saudara, pada waktu Saudara pindah ke dalam gereja lain, Saudara punya posisi adalah ‘saya lebih baik dari semua jemaat yang lain’ juga, ‘saya mengharapkan menerima sesuatu yang baik dari jemaat gereja lain ini,’ Saudara nggak pernah belajar bagaimana memberi atau mengerti sesungguhnya prinsip anugerah itu apa.
Bahaya dari gereja yang tidak pernah mengajarkan doktrin Gereja yang benar atau doktrin Allah yang benar atau doktrin lain yang benar, atau secara spesifik doktrin Gereja yang benar, maka dia tidak akan pernah mengerti hidup di dalam anugerah itu apa, yang ada adalah hidup di dalam satu kesatuan yang menguntungkan dirinya sendiri. Saudara, ini mengerikan sekali. Banyak orang Kristen mengira dia adalah Kristen karena satu dalam gereja, padahal sebenarnya dia tidak punya konsep Kristen sama sekali, dan mungkin itu berarti dia bukan orang Kristen sebenarnya. Saya harap kita mulai belajar mengerti ini ya. Karena itu saya mau tanya, doktrin Gereja itu sesuatu yang penting tidak? Doktrin Gereja sesuatu yang practical atau sesuatu yang sulit untuk diaplikasikan dalam hidup kita? Saya pikir itu sangat practical sekali, yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita. Doktrin Gereja itu sesuatu yang di awang-awang atau mendarat dan sangat relevan dalam kehidupan berjemaat? Saya pikir sangat relevan sekali. Pertanyaan terakhir, perlu nggak kita mengerti doktrin Gereja? Sangat perlu kan. Perlu nggak kita mengerti doktrin-doktrin lain yang diajarkan oleh Tuhan melalui orang-orang yang Tuhan panggil dan tempatkan dalam gereja? Perlu ya, makanya datang SPIK 17 Agustus ya, makanya datang ke seminar-seminar, makanya datang ke kebaktian-kebaktian KKR yang benar firmannya, makanya datang ke dalam kesempatan kita bisa bersama-sama berkumpul untuk belajar firman. Saudara, tanpa itu semua kita tidak mungkin memiliki satu kehidupan yang berkenan sesuai dengan panggilan Tuhan. Kita perlu tahu yang benar baru kita bisa hidup sesuai dengan panggilan Tuhan Allah. Mari kita masuk dalam doa.
Kembali kami bersyukur Bapa untuk firman yang telah Engkau sampaikan. Kembali kami bersyukur Bapa untuk kebenaran-kebenaran yang boleh Engkau singkapkan bagi hidup kami. Dan kembali kami bersyukur untuk satu panggilan yang mulia yang Engkau telah berikan dalam kehidupan kami sebagai Gereja-Mu, umat-Mu, dan tujuan yang mulia yang harus kami genapkan dalam kehidupan kami, yaitu menyatakan kesatuan dari pada Tubuh Kristus di tengah-tengah dunia ini untuk menyatakan kesatuan dari pada Allah sendiri dan cinta kasih Allah dalam kehidupan kami orang-orang berdosa dan pengharapan yang ada di dalam Kristus di dalam kekekalan. Kami sungguh bersyukur dan mohon kiranya Engkau boleh berikan penyertaan-Mu dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]