Anak-anak Skewa
Kis. 19:10-20
Pdt. Dawis Waiman
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita baca perikop dari anak-anak Skewa, ini adalah satu peristiwa yang terjadi di Efesus. Dan pada waktu ini berbicara tentang peristiwa yang terjadi di Efesus, Alkitab mengatakan ini adalah satu pelayanan yang sangat diberkati sekali oleh Tuhan, di mana Paulus pada waktu pergi ke Efesus dia tinggal di sana, dia melayani di sana selama 2 tahun lamanya. Dan pada waktu dia memberitakan firman, itu adalah satu pemberitaan yang penuh disertai dengan kuasa Tuhan. Bukan hanya kuasa, tapi setiap kebenaran tentang Kristus itu disampaikan setiap harinya oleh Paulus di Tiranus selama, ada yang mengatakan, 5 jam setiap harinya. Saudara bisa perhitungkan kalau itu berjalan selama 2 tahun, berapa banyak ratus jam yang digunakan oleh Paulus untuk mengajar orang-orang yang ada di Efesus itu, di Tiranus tersebut.
Dan waktunya kapan? Waktunya bukan sesuatu yang mudah untuk diterima orang, mungkin. Dan juga termasuk sesuatu yang mudah untuk dilakukan oleh Paulus. Kalau Saudara perhatikan kehidupan Paulus selama di dalam pelayanan, dia adalah orang yang bukan hanya makan gaji atau makan persembahan dari orang-orang Kristen yang ia layani sebelumnya. Tapi setiap kali dia pergi ke satu tempat untuk menginjili orang, memberitakan tentang Kristus, Paulus adalah seorang yang membuat dirinya atau mengharuskan dirinya untuk bekerja, menghasilkan uang, demi untuk mencukupi kehidupannya sendiri. Karena di tempat-tempat itu adalah tempat-tempat orang-orang yang belum mengenal Kristus, dia nggak mungkin meminta orang-orang yang belum mengenal Kristus untuk mendukung dia di dalam pelayanan yang ia kerjakan.
Itu sebabnya dia sambil melayani, dia harus bekerja. Dia sambil memberikan satu persembahan bagi Tuhan, dia juga harus mencari uangnya sendiri untuk bisa menghidupi kehidupannya sendiri. Dan kapan dia lakukan itu? Kapan dia bekerja? Kapan dia memberitakan firman Tuhan? Dan kapan waktu yang digunakan untuk memberitakan firman itu? Yaitu pada waktu siang hari, ada yang mengatakan, antara jam 11 sampai jam 5 sore setiap hari dengan konsisten di Tiranus itu. Mengapa pilih waktu itu? Yaitu waktu di mana, mungkin, orang-orang tidak menggunakan tempat itu. Sehingga pada waktu orang-orang sudah pulang, tidak berkegiatan di situ, mungkin untuk beristirahat, di situlah Paulus mulai melayani Tuhan sampai jam 5 sore. Tiap hari 5jam dikerjakan oleh Paulus. Kalau kita bicara jam 11 sampai jam 5 itu mungkin 6 jam ya. Tetapi kalau kita hitung waktu istirahat 1 jam, mungkin, itu adalah 5 jam kerja tiap harinya. Lalu setelah dia melayani seperti itu apa yang dia kerjakan? Pada waktu orang ngaso, pukul 5 sore, pulang kerja, justru Paulus mulai bekerja membuat tendanya dan kemudian menggunakan hasil dari pekerjaannya itu untuk dijual dan menghasilkan kebutuhan hidup dia.
Paulus kerjakan itu setiap harinya. Itu sebabnya kalau kita melihat di dalam pelayanan, kita berpikir kalau kita bisa melayani Tuhan tanpa pengorbanan itu omong kosong. Kalau kita bisa berpikir, “Saya bisa melayani Tuhan dengan mengabaikan kebutuhan hidup, mengabaikan keluarga, mengabaikan tanggung jawab di dalam kehidupan saya dan keluarga saya.” Itu bukan pelayanan! Yang namanya pelayanan adalah di satu sisi saya harus bekerja dengan baik, mencukupkan apa yang menjadi kebutuhan hidup saya, apa yang menjadi kebutuhan hidup dari keluarga saya, bagaimana keluarga saya bisa hidup dan benar di hadapan Tuhan, di sisi lain, saya bekerja melayani Tuhan. Dan itu adalah 2 hal yang dijalankan secara beriringan dan sama-sama bertanggung jawab dan sama-sama dikerjakan dengan satu hati yang diberikan sepenuhnya.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sekali lagi saya katakan ini bukan sesuatu yang mudah. Itu sebabnya kita seringkali berat sebelah. Ada orang yang lebih mementingkan pekerjaan dan keluarga. Ada orang yang lebih mementingkan pelayanannya. Ada orang yang ketika mementingkan pelayanan, dia mengabaikan keluarga. Ada orang yang lebih mementingkan pekerjaan, dia mengabaikan pelayanan yang dilakukan di dalam gereja. Saya percaya itu adalah dua hal yang tidak baik untuk diterapkan. Yang satu bersifat pelarian, saya lebih mengutamakan pelayanan dalam gereja tapi mengabaikan keluarga, seolah-olah saya mementingkan hal yang rohani tetapi sebenarnya saya tidak mempedulikan, atau ada kasus dalam keluarga yang saya anggap tidak terlalu penting atau saya tidak mau terlalu berurusan dengan itu jadi saya lebih baik melayani Tuhan.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di sisi lain, kalau kita terus mementingkan pekerjaan dan bukan pelayanan, itu juga adalah hal yang, saya mau tanya, kerja untuk apa? Untuk hidup? Apakah hidup manusia hanya berbicara tentang kebutuhan fisik? Pasti tidak! Ada hal rohani yang harus kita penuhi. Lalu pertanyaan berikutnya adalah apakah kita ditebus oleh Kristus sebagai orang Kristen hanya untuk keselamatan pribadi kita? Atau itu adalah sesuatu yang Tuhan panggil untuk memberi satu kesaksian di dalam dunia ini? Kalau itu adalah untuk memberi kesaksian dalam dunia ini, untuk melayani orang lain dengan karunia yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita, maka kita nggak bisa hanya mementingkan pekerjaan kita tapi kita perlu juga memberikan waktu kita untuk melayani Tuhan dan gereja Tuhan.
Dan kalau lihat pelayanan Paulus, penuh pengorbanan. Pelayanan yang sungguh-sungguh sejati, pelayanan yang sungguh-sungguh bertanggung jawab pasti harus dikerjakan dengan satu pengorbanan di dalam kehidupan kita. Kalau nggak, kita sulit untuk bisa melayani Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Paulus melayani dengan pengorbanan yang begitu besar sekali, Alkitab mencatat itu membuat Injil tentang Kristus, atau firman Kristus itu tersebar. Semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Berarti pelayanan Paulus itu adalah sebuah pelayanan yang begitu giat sekali sampai seluruh orang yang ada di Asia itu bisa mendengarkan firman Tuhan.
Lalu berikutnya adalah kita juga bisa melihat ternyata bukan hanya berita Injil yang dikabarkan oleh Paulus, tetapi ternyata Tuhan juga, melalui Paulus, itu mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa sekali di tengah-tengah penduduk dari Efesus itu. Sehingga dari situ banyak orang yang disembuhkan dan juga banyak setan yang diusir keluar daripada orang yang kerasukan. Nah di dalam bagian ini, hal pertama yang Bapa, Ibu bisa perhatikan adalah ada pemisahan yang dilakukan oleh Lukas terhadap yang namanya kesembuhan fisik dan yang namanya diusir roh-roh jahat dari kehidupan orang-orang itu. Lukas ini memberikan satu pemisahan di antara kedua hal ini. Dan dari sini kita harus mengerti satu hal, yaitu tidak semua penyakit itu bersumber dari roh jahat. Ada penyakit yang bersumber dari roh jahat, tetapi ada penyakit yang tidak bersumber dari roh jahat tetapi itu mungkin akibat kerusakan dari tubuh kita, kelemahan tubuh kita, atau semakin seniornya diri kita maka itu mengakibatkan satu penyakit yang kita alami dalam kehidupan kita. Termasuk juga dengan satu kehidupan yang tidak menjaga kesehatan dan disiplin olah raga, itu bisa membawa kita ke dalam sakit. Tetapi ada yang namanya penyakit diakibatkan oleh roh jahat. Dan Lukas di sini memberikan pembedaan itu. Pada waktu mujizat dikerjakan, ada yang disembuhkan dari sakitnya, tetapi juga ada kuasa roh jahat yang diusir keluar dari orang-orang yang kerasukan itu.
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara tentang hal ini, maka mungkin kita bertanya apakah kuasa yang terjadi di dalam kehidupan Paulus itu adalah satu kuasa yang juga masih berlaku di dalam gereja pada hari ini? Saya melihat pada waktu kita berbicara tentang kuasa Tuhan, Alkitab menyatakan Tuhan Mahakuasa, hari ini pun Tuhan bisa bekerja untuk menyembuhkan orang sakit. Itu sebabnya kita berdoa kepada Tuhan, meminta Tuhan untuk memberikan kesembuhan. Dan kita bisa melihat, kadang-kadang Tuhan bekerja untuk memberikan kesembuhan kepada orang-orang yang mengalami sakit di dalam hidup mereka.
Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada satu hal yang kita perlu catat dengan baik adalah apakah cara kerja Tuhan hari ini adalah sesuatu yang sama dengan cara kerja Tuhan pada zaman Paulus? Dan apakah itu sama dengan cara kerja Tuhan pada zaman Yesus Kristus? Alkitab menunjukkan kelihatannya tidak seperti itu. Cara kerja Tuhan di zaman Yesus itu adalah cara kerja di mana mujizat begitu jelas sekali dinyatakan. Dan orang-orang bisa melihat setiap harinya Yesus Kristus mengadakan mujizat di dalam pelayanan yang Dia kerjakan. Tapi pada waktu kita melihat pelayanan Paulus, kita melihat kepada pelayanan Petrus, atau pelayanan pada zaman para rasul dilakukan, maka kita menemukan satu hal, bahwa para rasul pun kelihatannya tidak memiliki kuasa untuk melakukan mujizat setiap harinya di dalam kehidupan mereka seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Tetapi para rasul pun ketika melakukan mujizat, mereka harus tunduk di bawah otoritas dari Yesus Kristus. Maksudnya apa? Maksudnya adalah para rasul tidak bisa kapan dia mau lakukan mujizat maka mujizat itu terjadi. Para rasul juga ketika mengerti hal ini, kalau Bapak, Ibu baca di dalam Kisah Para Rasul, tidak setiap saat melakukan mujizat. Tetapi di momen-momen tertentu, ketika Roh Kudus menggerakkan hati mereka untuk melakukan mujizat, maka di situ mereka mengerjakan mujizat dan mujizat itu terjadi. Ini adalah hal yang membedakan para rasul dan kuasa yang dimiliki atau karunia yang dimiliki itu dengan apa yang dimiliki oleh Yesus Kristus. Yesus adalah Tuhan, Dia punya kuasa itu. Para rasul adalah orang yang diutus. Dan yang paling utama adalah bukan sebenarnya mujizat yang dikerjakan tetapi yang paling utama adalah firman Tuhan yang boleh dikabarkan sampai ke seluruh bumi.
Itu sebabnya Bapak, Ibu perhatikan, Paulus di sini bekerja memberitakan firman. Tetapi ketika dia memberitakan firman itu menjadi poin pertama dan utama yang diberitakan atau disampaikan oleh Lukas di sini, ada kuasa Tuhan yang menyertai pelayanan yang Paulus lakukan itu. Nah mengapa ini menjadi hal yang perlu dicatat atau hal yang penting? Dan ini membedakan dari zaman kita saat ini. Yaitu karena pada waktu itu Alkitab belum tuntas. Kalau Alkitab belum tuntas diberitakan, bagaimana orang bisa mengkonfirmasi iman itu atau pengajaran yang diberitakan sebagai satu kebenaran? Bagaimana kita bisa meyakini kalau apa yang diberitakan itu bersumber dari Tuhan dan Yesus Kristus yang menjadi sumber dari pewarta dari berita kebenaran itu? Nah pada zaman Kisah Rasul hal itu dikerjakan oleh para rasul dan diteguhkan oleh kuasa yang bersumber dari Allah atau dari Kristus untuk mengkonfirmasi kalau apa yang disampaikan oleh para rasul itu adalah satu kebenaran.
Makanya Saudara bisa lihat di dalam ayat yang tadi kita baca, ayat 11, di situ dikatakan, “Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa”. Jadi Allah melakukan mujizat itu melalui siapa? Perantaraan-Nya, rasul-Nya itu, Paulus untuk menyatakan kuasa Tuhan itu. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa mujizat bisa disampaikan? Untuk meneguhkan berita yang dikabarkan oleh Paulus. Kenapa mujizat disertai atau dinyatakan di dalam pelayanan Petrus? Untuk mengkonfirmasi kalau berita yang disampaikan oleh Petrus itu bersumber dari Kristus dan itu adalah satu kebenaran juga untuk diberitakan.
Zaman kita bagaimana? Zaman kita berbeda. Zaman kita memiliki Kitab Suci yang lengkap, zaman kita memiliki kebenaran yang segala sesuatu yang kita butuhkan untuk jalani hidup ini dan mengerti kehendak Tuhan itu sudah dinyatakan di dalam Kitab Suci. Itu sebabnya untuk menguji kebenaran, kita tidak perlu mujizat. Tapi untuk menguji kebenaran kita butuh Alkitab. Untuk menguji apakah seorang hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan yang bersumber dari Kristus kita tidak butuh mujizat tapi untuk menguji itu kita butuh membaca Alkitab dan mengkonfrontasikan kebenaran yang disampaikan oleh hamba Tuhan itu apakah sesuai dengan perkataan Kristus atau tidak.
Yang ketiga adalah untuk bisa memenangkan jiwa dari orang-orang yang tidak percaya, kita nggak butuh mujizat, dan mujizat juga adalah sesuatu yang tidak bisa memenangkan orang. Tetapi untuk bisa memenangkan orang, datang kepada Kristus, dilahirbarukan, diberikan hati yang baru, menjadi manusia yang baru di hadapan Tuhan, itu adalah sesuatu yang hanya bisa dikerjakan oleh firman Tuhan dan tidak pernah bisa dikerjakan oleh mujizat. Saudara bisa melihat hal ini di dalam perikop berikutnya, yaitu Demetrius menimbulkan huru-hara di Efesus. Siapa Demetrius? Seorang pedang yang penting sepertinya, yang membuat berhala-berhala untuk mendapatkan keuntungan dari orang-orang yang membeli patung-patung yang dia buat itu. Dia punya pabrik yang besar. Dan pada waktu dia melihat penjualan dia itu makin berkurang, orang-orang kurang membeli berhala-berhala lagi, sebabnya kenapa? Dia mendengar itu adalah diakibatkan oleh pelayanan yang Paulus lakukan.
Jadi Demetrius tahu kalau orang-orang Efesus bertobat dan percaya kepada Kristus. Demetrius tahu bahwa Paulus itu memberitakan tentang kebenaran Yesus Kristus. Dan pada waktu dia tahu semua, apa yang menjadi keputusan dia? Dia tahu tidak Paulus mengadakan mujizat? Saya percaya dia tahu Paulus mengadakan mujizat. Kalau Saudara lihat di dalam ayat 12, dia juga mungkin tahu dan mendengar anak-anak Skewa itu ketika berusaha menggunakan nama Yesus Kristus justru mengalami satu pemberontakan dari iblis yang membuat mereka digagahi dan mereka akhirnya kalah di hadapan iblis itu. Jadi dia tahu semua. Dia tahu kuasa nama Yesus. Dia tahu pekerjaan Paulus, dia tahu berita yang dikabarkan oleh Paulus, dia tahu konfirmasi yang dilakukan oleh Allah terhadap berita yang diajarkan oleh Paulus. Jawabannya adalah dia percaya atau tidak? Atau pertanyaannya adalah dia bertobat atau tidak? Saudara lihat di dalam perikop berikutnya, nanti kalau di rumah Saudara boleh baca, Demetrius tidak bertobat, justru dia merasa dirugikan, dan dia menghasut orang untuk melawan Paulus.
Jadi mujizat itu tidak selalu menghasilkan iman atau tidak mengahasilkan iman. Tetapi iman adalah sesuatu yang dihasilkan oleh firman Tuhan. Mungkin Saudara sangat menghafal Roma 10:17, “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Tetapi saya mau ajak Saudara juga lihat dari Roma 1:16, bahasa Indonesia punya terjemahan kurang terlalu jelas atau tepat, tapi kita baca dulu ya. Roma 1:16, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Lalu saya baca dalam bahasa Inggris, “For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek.” Atau dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah, “Sebab aku bukan mempunyai keyakinan yang kokoh, tetapi aku tidak malu dengan Injil karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Pertama-tama orang Yahudi dan kedua adalah orang Yunani.” Lalu kalau Saudara baca di dalam 1 Kor. 1, Paulus mengajarkan bahwa Injil itu adalah sesuatu yang dianggap orang dunia sebagai satu kebodohan tetapi justru orang-orang yang menjadi orang pilihan adalah orang-orang yang percaya kepada kuasa pemberitaan kebodohan Injil itu. Karena apa? Karena Injil itu memiliki kuasa untuk mempertobatkan dan memperbaharui seseorang dan mengaruniakan iman dan keselamatan kepada seseorang.
Jadi Kitab Suci sudah meletakkan satu dasar. Saudara ingin diselamatkan? Saudara ingin melihat orang-orang yang Saudara kasihi diselamatkan? Saudara bukan mencari mujizat! Tapi kita harus datang kepada mereka, baik itu diri kita atau membawa orang yang bisa mengabarkan firman Tuhan, menjelaskan kebenaran Injil kepada orang-orang itu, lalu memberitakan kebenaran itu kepada mereka. Karena di dalam Injil itulah ada kuasa untuk menyelamatkan orang. Ini menjadi hal yang kita harus perhatikan; yang memiliki kuasa itu bukan pribadi orangnya tetapi yang memiliki kuasa itu adalah firman-nya, bukan siapa orang yang datang untuk mengabarkan Injil itu. Jadi pada waktu Saudara melihat kepada orang yang belum percaya, mungkin Saudara jangan terlalu minder, terlalu takut, seolah-olah Saudara merasa bahwa Saudara tidak memiliki kuasa itu untuk mengabarkan Injil, sehingga membuat orang itu dipertobatkan, seolah-olah itu adalah sesuatu yang dihasilkan atau pertobatan itu adalah sesuatu yang dihasilkan dari kemampuan dan kefasihan kita berbicara untuk meyakinkan seseorang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Saya lihat memang perlu ada usaha meyakinkan. Karena usaha meyakinkan itu adalah satu tanda dari kita sendiri meyakini itu adalah satu kebenaran dan Injil itu kita ingin orang juga yakini. Tetapi Alkitab selalu mengatakan yang membuat seseorang datang dan percaya kepada Kristus itu bukan kemampuan kita untuk memberitakan dan kemampuan kita meyakinkan orang, tetapi itu adalah karena Roh Kudus bekerja melalui perkataan firman yang disampaikan kepada orang tersebut.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya bicara seperti ini untuk mau mengatakan satu hal, ini berkaitan dengan aplikasi kita ketika berbicara tentang siapa orang-orang yang hidup untuk mentaati Tuhan. Dan salah satu poin yang penting adalah mereka adalah orang-orang yang pergi memberitakan Injil Kristus. Mereka adalah orang-orang yang menyampaikan berita tentang keselamatan yang ada di dalam Tuhan Yesus, atau telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dan itu adalah sesuatu yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan, dan tugas kita itu adalah menyampaikan kebenaran itu dan hanya menyampaikan kebenaran itu kepada orang-orang yang belum percaya. Saya sengaja gunakan kata “hanya” supaya kita tidak tergantung dengan embel-embel yang lain dari kemampuan diri, usaha diri, dan segala kepandaian yang kita miliki untuk meyakinkan seseorang. Tapi kita bersandar kepada kuasa Roh Kudus dan kuasa Tuhan untuk mempertobatkan orang dan bekerja melalui perkataan kebenaran yang disampaikan.
Ini juga menjadi dasar, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, ketika kita menguji sebuah gereja itu adalah gereja yang sehat atau tidak, itu bukan dari kefasihan bicara hamba Tuhan, bukan dari pakaian yang mereka pakai, bukan dari satu, mungkin, wibawa yang mereka nyatakan di dalam pelayanan yang mereka kerjakan atau kehidupan yang mereka tampilkan, atau bahasa tubuh yang mereka perlihatkan kepada jemaat. Tetapi semua itu harus dinilai dari kesetiaan orang itu di dalam memberitakan kebenaran firman. Kalau itu adalah hal yang salah, kalau itu adalah sesuatu yang tidak disampaikan, seberapa banyaknya orang yang datang ke dalam gereja, seberapa besarnya pengaruh orang itu, dia tidak akan membawa ke dalam keselamatan karena perkataan Tuhan tidak diberitakan di situ. Kalau perkataan Tuhan tidak diberitakan, bagaimana iman bisa timbul di dalam pelayanan yang dikerjakan itu. Iman yang sejati tentunya ya.
Jadi mujizat dilakukan untuk mendukung kebenaran firman. Alkitab diberitakan untuk menjadi alat untuk meng-crosscheck apakah pengajaran yang disampaikan itu bersumber dari Tuhan atau sudah disimpangkan. Dan itu sebabnya kita tidak butuh lagi mujizat. Dan memang secara realita dan fakta di dalam dunia ini, Bapak, Ibu boleh uji, seberapa banyak Tuhan bekerja mengkonfirmasi pelayanan-Nya melalui mujizat. Nggak banyak! Saya bicara nggak banyak bukan dalam pengertian, bukan untuk mengatakan Tuhan tidak mungkin melakukan mujizat. Tuhan bisa! Tuhan punya kuasa! Kuasa Tuhan tetap sama seperti zaman para rasul dan juga zaman Yesus Kristus. Tetapi masalahnya adalah apakah Tuhan ingin bekerja melalui mujizat di dalam zaman ini untuk menyembuhkan orang dan menyatakan nama-Nya atau melalui pemberitaan firman?
Saya lihat Alkitab mulai dari Musa, sampai Yesus Kristus, sampai para rasul, Dia selalu menggunakan firman lebih utama dari kuasa mujizat. Dari mana kita tahu? Dari zaman di mana mujizat dinyatakan, itu tidak terlalu terjadi di setiap zaman. Mujizat hanya terjadi di zaman-zaman tertentu saja. Contohnya Musa, setelah Musa, nggak banyak mujizat lagi. Lalu zaman siapa lagi? Raja-raja. Ada Elia, Elisa di sana. Setelah itu nggak banyak mujizat lagi. Lalu setelah itu zaman siapa? Yesus Kristus. Setelah itu bagaimana? Zaman para rasul sudah mulai menurun. Sampai pada zaman kita, itu adalah satu zaman yang kita jarang sekali melihat Tuhan mengadakan mujizat secara spektakuler di dalam kehidupan kita.
Ini bukan untuk promosi ya, tapi kadang-kadang waktu saya lihat di dalam youtube, saya melihat kadang-kadang kita berpikir ada hamba Tuhan tertentu dengan segala kuasa yang begitu hebat untuk menyembuhkan orang sakit. Mungkin kalau Bapak, Ibu melihat youtube dari “Ibu Ida Dayak”, Bapak, Ibu akan melihat ternyata kuasa dia lebih besar daripada pendeta yang mengaku punya kuasa mujizat. Dia bisa menyembuhkan tangan yang bengkok. Betul-betul kaya orang yang sudah kecil tangannya, sudah cacat betul-betul, itu bisa diluruskan sekejap. Orang itu nggak jerit sama sekali. Dan dia bisa gerak-gerakkan tangannya semua. Tapi apakah itu kuasa dari Tuhan? kita tahu dia bukan orang yang percaya kepada Kristus.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, firman menjadi hal yang utama, Injil menjadi satu kebenaran yang boleh membawa orang kepada Tuhan. Gunakan kesempatan itu di dalam setiap kebaktian pemberitaan Injil untuk membawa orang yang kita sudah doakan bertahun-tahun untuk mereka datang, dan mendengar Injil dan mengenal Kristus di dalam kehidupan mereka.
Saya lanjutkan, tetapi pada waktu kita melihat yang bekerja itu adalah Tuhan melalui Paulus, tetapi di dalam pemikiran dari orang-orang Efesus, kelihatannya yang memiliki kuasa itu adalah Paulus sendiri, bukan Tuhan yang bekerja melalui Paulus tetapi Paulus yang memiliki kuasa untuk mengadakan mujizat dan menyembuhan orang sakit dan juga mengusir setan. Kita tahu dari mana? Kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-12, di situ dikatakan, “bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat.” Kalau zaman kita, penerapannya adalah pendeta mendoakan sapu tangannya, atau sebuah kain, lalu membagikannya kepada jemaat untuk kemudian disentuh oleh orang-orang yang sakit, atau orang-orang yang ingin diberkati dan dengan berpikir bahwa dengan begitu maka bisa terjadi satu kesembuhan dan berkat Tuhan disampaikan. Tapi di balik itu ada unsur profit yang ingin didapatkan atau keuntungan.
Tapi pada zaman Paulus, Paulus itu bukan sengaja mendoakan kain peluh dia, lalu membagikannya kepada orang lain supaya orang lain memegang itu dan disembuhkan oleh kain peluh dari Paulus ini. Kain peluh itu adalah, di sini pakai istilah sapu tangan, sapu tangan itu adalah satu kain yang biasa digunakan untuk mengelap keringat Paulus ketika dia bekerja. Kadang-kadang digunakan untuk mengikat kepalanya supaya keringat itu tidak netes masuk ke mata. Dan kain itu juga adalah kain yang dikatakan digunakan untuk mengelap tangan setelah bekerja, karena kotor itu. Itu adalah kain yang digunakan di sini untuk dibawa kepada orang-orang dan disentuhkan kepada orang dan disembuhkan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mau ibaratkan apa yang terjadi di sini itu seperti ketika Petrus berjalan, dan ada bayangannya, lalu bayangannya itu dilewatkan kepada orang sakit dan orang sakit itu sembuh. Itu kira-kira yang kita bisa lihat di dalam Kisah Rasul 19 ini. Maksudnya apa? Maksudnya adalah bukan Petrusnya dengan kuasa bayangannya, tahu bayangannya berkuasa, lalu kemudian menyembuhkan orang sakit dengan bayangannya itu. Bukan sikap Paulus dan keinginan Paulus untuk menyembuhkan orang sakit karena dia mungkin terlalu capek dan terlalu banyak orang, dia tidak bisa menjamah orang segala macam dari berbagai wilayah sehingga kemudian mendoakan kain sapu tangannya lalu memberikan kepada orang lain, lalu orang lain itu diminta untuk disentuhkan kepada orang lain supaya mereka sembuh. Tetapi ini adalah semacam tahayul yang dipercaya orang-orang kalau Paulus punya kuasa menyembuhkan dan kelihatannya bahkan barang yang dia pakai pun bisa digunakan untuk menyembuhkan orang.
Itu sebabnya ada yang menafsirkan seperti ini; mungkin suatu hari ketika Paulus bangun tidur, dia pergi ke ruang kerjanya, dia ingin bekerja membuat tenda, seperti itu. Pada waktu dia lagi mencari kain sapu tangannya, atau kain peluh yang biasa dia gunakan untuk mengikat kepalanya atau untuk membasuh keringatnya, nggak ketemu. Hilang. Ke mana? Sudah diambil orang. Buat apa? Disentuhkan kepada orang lain supaya orang lain disembuhkan. Dan menariknya adalah Tuhan di dalam kelemahan iman seseorang dan di dalam kedangkalan pengertian orang terhadap kebenaran Kristus, tetap memberkati dengan cara menyembuhkan orang itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jadi pada waktu kita melihat peristiwa ini, kita jangan jatuh ke dalam satu pengertian ada hamba Tuhan yang punya kuasa yang besar, sehingga ketika dia mendoakan sapu tangannya, atau kainnya, atau bajunya, atau sebuah minyak, seperti itu, lalu dibagikan maka itulah yang mendatangkan berkat di dalam kehidupan kita. Itu tahayul. Yang benar itu bukan pada barang-barang yang didoakan itu yang mendatangkan berkat tetapi yang benar adalah satu kehidupan yang ada di dalam integritas sebagai orang Kristen, itu yang mendatangkan berkat dan menjadikan kita bisa dipakai oleh Tuhan sebagai alat yang memuliakan nama Tuhan dan memenangkan jiwa bagi Tuhan.
Sampai pada tahap ini, ketika kita berbicara, jangan berpikir bahwa benda-benda yang didoakan itu, itu yang memiliki kuasa. Dan kuasa itu sebenarnya ada di dalam integritas kehidupan dari orang Kristen. Ini berarti bahwa di dalam kita mengikut Kristus, ada 2 kelompok orang. Pertama adalah orang-orang yang mengikut Kristus untuk mendapatkan keuntungan dari Kristus. Yang kedua adalah ada orang-orang yang sungguh-sungguh memiliki kehidupannya untuk menjalani hidupnya sebagai orang Kristen, bukan untuk mendapatkan keuntungan dari Kristus tetapi untuk memberikan keuntungan kepada Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu beda sekali! Yang bekerja mendapatkan keuntungan bagi dirinya, yang mengikuti Kristus untuk mendapatkan keuntungan bagi kehidupan pribadi dia, itu adalah orang-orang Kristen yang bisa dikatakan belum diselamatkan. Tetapi orang-orang Kristen yang sudah diselamatkan dan dilahirbarukan adalah orang-orang Kristen yang ketika bekerja untuk kemuliaan Tuhan. Ketika melakukan segala sesuatu untuk keutungan Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Tetapi mungkin, di dalam keterbatasan kita, pengertian kita, kita berpikir kita melayani Tuhan, kita sebenarnya tidak melayani Tuhan dan mencari kepentingan sendiri karena kita mendapatkan pengajaran yang salah.
Itu sebabnya saya mau ajak kita melihat apa saja ciri dari orang yang ketika hidupnya sepertinya melayani Tuhan, tetapi sebenarnya di balik itu dia mencari kepentingan diri dan keuntungan diri sendiri. Yang pertama adalah kalau Saudara lihat dari peristiwa anak-anak Skewa, Saudara akan menemukan bahwa mereka adalah tukang jampi. Dan tukang jampi ini adalah sesuatu profesi yang mereka kerjakan bukan setelah mereka mengenal tentang Yesus Kristus. Tetapi ini adalah satu profesi yang mereka sudah kerjakan sebelum mereka mengenal Paulus dan mendengarkan berita Injil yang dikabarkan oleh Paulus. Mungkin kalau Saudara komparasikan dengan Kisah Rasul pasal sebelumnya, itu seperti Simon penyihir yang sebelum dia bertobat, katanya karena mendengar berita yang dikabarkan oleh Filipus, dia juga sudah menjadi seorang praktek dari sihir dan orang-orang percaya kalau dia adalah orang yang memiliki kuasa dari Allah yang Mahatinggi.
Dan ini juga terjadi dari kehidupan dari anak-anak Skewa ini. Mereka adalah orang-orang yang menerapkan sihir atau orang-orang yang menerapkan jampi di dalam kehidupan mereka, dan identitas mereka itu siapa? Tidak terlalu jelas, walaupun di sini dikatakan mereka adalah anak dari imam kepala Yahudi. Tetapi sebenarnya, mungkin, ada yang menafsirkan, nggak harus mereka adalah anak dari imam kepala Yahudi saat itu, melainkan mereka menggunakan nama itu untuk mendapatkan otoritas atas hidup mereka, atas pekerjaan yang mereka kerjakan supaya orang berpikir mereka bersumber dari Tuhan. Dan kelihatannya ini adalah satu budaya atau satu kebiasaan yang sudah terjadi sejak zaman Yesus Kristus ada. Bapak, Ibu pernah ingat waktu Yesus melayani di dalam dunia, lalu orang-orang Farisi datang kepada Yesus Kristus lalu mulai bertanya kepada Yesus, “Dengan kuasa siapa Engkau melakukan mujizat ini dan mengusir setan?” Dan mereka menuduh Yesus melakukan dengan kuasa beelzebul. Tapi kemudian Yesus bertanya, “Kalau Aku mengusir setan dengan kuasa beelzebul, engkau mengusir setan dengan kuasa siapa?”
Jadi di dalam pelayanan dari zaman Yesus Kritus atau bahkan pra dari zaman Yesus Kristus, ada orang-orang Yahudi yang melakukan pekerjaan mengusir setan. Dan ketika mereka mengerjakan pekerjaan usir setan itu, itu dilakukan bukan berdasarkan kuasa Tuhan, tetapi kuasa setan. Jadi, jangan kira bahwa tiap orang yang terjadi mujizatnya itu bersumber dari Tuhan. Karena pada waktu Yesus berbicara kepada orang-orang Yahudi yang menolak Dia, yang termasuk dari orang-orang Yahudi yang mengadakan kuasa itu, mereka adalah orang-orang yang Yesus katakan sebagai orang yang bapanya adalah iblis. Tetapi kalau Saudara juga lihat di dalam Matius 7, Yesus berkata ternyata ada orang-orang yang mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan mengadakan mujizat dengan di dalam nama Yesus, ternyata diusir oleh Yesus Kristus dan tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan-Nya yang kekal itu.
Berarti, tidak semua orang yang mengklaim nama Yesus itu adalah bersumber dari Tuhan atau diutus oleh Tuhan. Tidak semua mujizat yang dilakukan di dalam nama Yesus dan terjadi itu karena Yesus yang mengadakan mujizat itu dan terjadi. Mungkin Tuhan izinkan hal itu terjadi, tetapi itu bukan bersumber dari Kristus sendiri. Dan di dalam hal ini, anak-anak Skewa berusaha untuk melakukan itu. Sebelumnya, profesinya adalah tukang jampi. Sebelumnya, profesinya mungkin adalah orang-orang yang mengusir setan. Dan mereka mungkin percaya bahwa apa yang mereka kerjakan itu efektif, betul-betul bisa mengusir setan atau menolong orang. Dan itu sebabnya, mereka kemudian menjadikan itu sebagai profesi di dalam kehidupan mereka. Tetapi pada waktu mereka mendengar tentang Yesus, kuasa Yesus, kuasa yang dimiliki oleh Paulus, mereka mungkin berpikir, “Nggak salah dong kalau saya cobain. Bukankah Paulus menggunakan nama Yesus dan nama itu memiliki kuasa untuk bisa mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit? Boleh dong kami melakukan dengan nama itu?”
Tapi bedanya di mana, Paulus dan anak-anak Skewa ini? Ada beberapa perbedaannya. Pertama, Paulus anak Tuhan, Skewa bukan anak Tuhan. Iblis berkata, “Aku mengenal nama Yesus.” Ini sebenarnya bukan kesaksian yang baik, menggunakan iblis punya kesaksian ya, tapi saya ngomong ini saja, iblis mengatakan, “Aku mengenal Yesus, aku mengenal Paulus, tetapi aku tidak mengenal engkau, anak-anak Skewa.” Maksud saya adalah kayak gini. Pada waktu kita melihat kepada perkataan dari iblis yang merasuk orang ini, di situ dikatakan iblis tahu Yesus yang menjadi Tuhannya Paulus dan Paulus adalah anak Tuhan dan orang yang menjadi milik dari Yesus Kristus. “Tetapi engkau, anak-anak Skewa, siapa engkau? Aku nggak kenal engkau sama sekali. Engkau bukan anak Yesus kok. Jadi, kamu berani menggunakan nama Yesus untuk bisa mengusir aku?” Dia tunjukkan bahwa dia justru kemudian menggagahi anak-anak Skewa itu ya.
Jadi, pada waktu kita berbicara tentang perbedaan Skewa dengan Paulus, satu adalah Paulus anak Tuhan, anak-anak Skewa bukan anak-anak Tuhan. Yang kedua adalah Paulus adalah seorang yang ketika menjalankan mujizat itu atau mengadakan mujizat itu, dia tidak membawa orang yang disembuhkan itu atau kuasa mujizat itu kepada diri dia. Tetapi dia membawa orang itu dan kuasa mujizat itu kembali kepada Allah yang mengadakan mujizat itu melalui Paulus. Saudara bisa kembali lihat di dalam ayat yang ke-11. Di situ dikatakan, “Oleh Paulus, Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa.” Jadi, rujukan Paulus jelas sekali, “Saya bukan mengadakan ini karena saya hebat, tetapi saya bisa mengadakan ini karena kuasa Tuhan yang diberikan. Tuhan yang harus ditinggikan, bukan saya yang ditinggikan. Engkau harus datang kepada Kristus, bertobat dan kembali kepada Kristus, bukan datang dan meninggikan saya.” Dan Saudara bisa lihat di dalam Kisah Para Rasul 14, ketika Paulus dan Barnabas melayani di Listra, tiba-tiba ketika orang-orang melihat Paulus menyembuhkan orang yang lumpuh sejak lahir, mereka berpikir, ini adalah 2 dewa yang turun dari langit, lalu mereka berusaha memberikan korban persembahan. Lalu, Paulus dan Barnabas mengoyakkan pakaiannya, lalu mereka berusaha menghentikan orang banyak untuk memberikan korban persembahan kepada diri mereka. Karena mereka berkata, ”Kami hanya manusia, sama seperti kalian semua. Kami bukan dewa. Kami memberitakan Injil Kristus.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Paulus mengadakan mujizat itu, itu adalah karena otoritas Tuhan, bukan karena otoritas dari Paulus dan kuasa yang dimiliki oleh Paulus dan bukan untuk kepentingan Paulus. Tetapi anak-anak Skewa ketika mengadakan mujizat, mereka mengadakan mujizat untuk kepentingan diri mereka sendiri, profesi mereka. ”Saya tukang jampi. Saya mengusir setan. Saya mendapatkan keuntungan di situ. Kalau saya bisa menggunakan nama Yesus, maka keuntungan bisa lebih besar lagi karena nama itu berkuasa.” Tetapi ada satu bahaya yang besar yang Tuhan tidak izinkan untuk terjadi pada waktu itu, yaitu penyesatan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau andaikata pada waktu itu setan keluar dari orang yang diusir oleh anak-anak Skewa ini, maka mungkin orang berpikir nama Yesus bisa digunakan sembarangan dan tidak harus anak Tuhan, tetapi orang-orang yang tidak merupakan anak Tuhan bisa menggunakan nama Yesus untuk mengusir setan dan dengan cara mempelajari kuasa yang ada di dalam nama itu dan bagaimana menerapkan nama itu supaya memiliki kuasa untuk mengusir setan. Atau istilahnya adalah nama itu dijadikan semacam ritual untuk diajarkan, untuk diterapkan mengusir setan. Tetapi kalau kita kembali ke dalam bagian ini, maka kita melihat bahwa yang membuat setan itu diusir, bukan ritual yang dikerjakan, tetapi karena nama Yesus punya otoritas, kuasa untuk mengalahkan setan. Itu yang membuat setan pergi. Makanya di situ Paulus nggak ada ritual sama sekali. Tapi saya percaya, anak-anak Skewa dan ada penafsiran yang mengatakan anak-anak Skewa mungkin mengadakan ritual-ritual dengan menggunakan nama Yesus untuk mengusir setan itu. Dan Tuhan tidak izinkan hal itu ya.
Jadi, ciri pertama dari orang yang memanfaatkan Tuhan adalah orang yang ketika melayani, dia berpikir tentang profit untuk diri dia sendiri. Apakah itu uang, kalau dalam bagian ini adalah uang, dan umumnya uang menjadi hal yang utama di dalam kehidupan yang mendorong seseorang mungkin terjun di dalam pelayanan dan terlibat di dalam pekerjaan sebagai hamba Tuhan. Yang kedua adalah melihat apa yang bisa diterapkan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa anak-anak Skewa ini menggunakan nama Yesus? Tadi saya bilang, tentunya mereka melihat ternyata nama Yesus lebih berkuasa dibandingkan dengan cara mereka. Berarti ada kemungkinan nama Yesus bisa digunakan. Dan untuk bisa melihat apakah nama itu bisa kita dapatkan keuntungan, maka mereka menerapkan nama itu atau menggunakan nama itu untuk mengusir setan. Tapi ternyata, Tuhan tidak izinkan itu. Jadi, pada waktu kita melihat apakah kehidupan kita itu adalah satu kehidupan yang meninggikan Tuhan atau tidak, apakah kehidupan kita itu adalah satu kehidupan yang memanfaatkan Tuhan atau tidak, hal kedua adalah, Saudara memilih-milih tidak untuk menaati firman Tuhan? Saudara hitung-hitung tidak untung rugi apakah ketika saya melakukan sesuatu yang dituntut oleh Alkitab, itu akan memberikan dampak yang baik dalam kehidupan saya yang menguntungkan atau itu akan membawa satu kerugian di dalam kehidupan saya? Apakah Saudara melihat kalau saya melakukan hal ini lebih banyak ruginya, maka saya tidak mau melakukan. Tetapi kalau saya mendengar ada satu bagian firman Tuhan yang lain yang sepertinya bisa mendapatkan keuntungan, maka saya mengikuti itu? Mungkin ada orang Kristen yang datang memilih gereja tertentu yang mengajarkan tentang berkat karena berpikir bahwa gereja itu bisa memberikan berkat. Kalau dia ada di dalam gereja itu, dia bisa mendapatkan berkat. Tapi kalau dia mengikuti gereja yang mengajarkan sangkal diri, pikul salib, dan ikut Kristus, itu mengajarkan sesuatu yang susah. Dan karena itu susah, lebih baik saya tidak ada di situ, saya ada di gereja yang lain. Dan itu bisa memberikan keuntungan bagi saya dan ini tidak memberikan keuntungan.
Saudara, apa yang mendorong kita menaati Tuhan? Apa yang mendorong kita tidak menaati Tuhan? Apa yang mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang katanya memuliakan Tuhan? Apa yang mendorong kita untuk tidak melakukan hal-hal yang memuliakan Tuhan itu dalam hidup kita? Kalau kita berpikir bahwa kita bisa melakukan kebenaran-kebenaran tertentu di dalam hidup kita yang bersumber dari Tuhan dan kita bisa tidak melakukan kebenaran-kebenaran tertentu karena tidak menguntungkan diri saya, mungkin Saudara adalah orang yang memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan diri. Kita dalam mengikut Tuhan, Tuhan ngomong nggak bisa. Semua kebenaran itu bersumber dari Tuhan dan semua kebenaran yang bersumber dari Tuhan itu adalah kebenaran yang harus dihidupi oleh orang Kristen. Dan untuk bisa menjadi orang Kristen yang baik, Alkitab katakan perlu sangkal diri, pikul salib. Itu berarti tidak ada orang Kristen yang tidak merugikan dirinya sendiri untuk mengikut Kristus.
Saudara, kita harus berani bayar korban demi Kristus. Mengapa? Karena Kristus sudah mengorbankan hidupnya bagi diri kita, nyawa-Nya. Sesuatu yang kita tidak pernah lakukan. Saya katakan tidak pernah lakukan karena apa? Kita masih hidup hari ini. Pengorbanan Kristus begitu besar sekali. Walaupun kita menyerahkan nyawa kita demi Kristus, tetap nggak bisa dibandingkan dengan pengorbanan dan kematian Kristus bagi diri kita. Itu nggak terbayarkan sama sekali. Jadi, yang pertama adalah kalau kita berpikir ada keuntungan yang kita bisa dapatkan di dalam mengikut Kristus, kita adalah orang yang memanfaatkan Tuhan. Kalau kita berpikir kita bisa memilah-milah ayat-ayat firman dan perkataan Tuhan untuk kita lakukan dan ada yang tidak perlu kita lakukan, maka itu berarti mungkin kita adalah orang yang memanfaatkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Yang ketiga adalah tentunya kalau Saudara bisa lihat, orang yang menggunakan hal-hal supranatural kalau di dalam perikop ini seperti anak-anak Skewa yang menggunakan kuasa-kuasa, ritual-ritual itu untuk mengusir setan dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan profit diri dia. Itu adalah orang yang memanfaatkan Tuhan di dalam kehidupannya.
Lalu pertanyaan berikutnya adalah hal apa yang sungguh-sungguh membawa kemuliaan Tuhan? Hal apa yang kita bisa nyatakan bahwa hidup kita itu ada di dalam satu kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan? Hal pertama yang mungkin, saya agak balik sedikit urutannya ya, yaitu dari peristiwa ketika orang-orang di Efesus mendengar tentang Kristus, apa yang mereka lakukan? Mereka dikatakan di dalam ayat yang ke-18, yaitu, “Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang dan mengaku di muka umum, bahwa mereka pernah turut melakukan perbuatan-perbuatan seperti itu.” Lalu ayat 19, ”Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir , mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak.” Saudara, pada waktu kita berbicara apakah sikap hidup dari seorang yang memiliki satu pertobatan sejati dan ciri dari orang yang akan memuliakan Tuhan di dalam kehidupannya? Yaitu adalah, dia adalah orang yang bertobat dari dosa dan berkomitmen untuk meninggalkan dosa. Itu adalah ciri pertama. Dan itu ditandai dari sikap apa? Misalnya, orang-orang itu mengaku di depan umum. “Kami pernah melakukan hal-hal praktek itu. Tapi sekarang kami tidak akan lakukan lagi. Dengan bukti bagaimana? Kami menyerahkan kitab-kitab kami, kitab-kitab sihir ini untuk dibakar.” Itu berarti adalah satu keputusan untuk tidak balik lagi ke dalam tindakan-tindakan yang berdosa.
Kadang-kadang di dalam penerapan kita saat ini, kita seringkali bertanya dan saya seringkali juga ditanya oleh seseorang, “Perlu nggak, saya punya barang yang sepertinya barang yang punya “isi” nya. Barang ini perlu dibakar tidak?” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, seolah-olah cara memusnahkan iblis itu melalui bakar. Itu nggak benar ya. Iblis bagaimana bisa dimusnahkan melalui bakar? Iblis roh dan dia bisa berada di sembarang tempat, dan di mana-mana. Tapi iblis roh itu adalah iblis yang kekal. Dia nggak bisa mati kecuali Tuhan yang akan memusnahkan diri dia. Dan Tuhan juga nggak akan memusnahkan dia dengan membinasakan dia dan menghilangkan dia dari peredaran di dunia ini. Alkitab mengatakan ada neraka. Neraka di mana tempat iblis akan ditaruh di situ bersama-sama dengan orang-orang yang melawan Kristus untuk hidup selama-lamanya di dalam siksaan. Itu adalah iblis. Jadi, kalau kita mengatakan bahwa benda-benda yang ada “isi” nya itu, itu perlu dibakar dan harus dibakar supaya kuasa itu dimusnahkan seperti itu, jawabnya bukan di situ. Untuk kuasa iblis dimusnahkan, itu adalah dengan cara kita harus percaya kepada Kristus. Pertama.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang mengatakan seperti ini ya, kalau Saudara mengusir setan dari seseorang yang tidak pernah percaya kepada Kristus, maka itu adalah perbuatan yang tidak ada gunanya atau tidak akan efektif. Tetapi kalau Saudara menginjili seseorang, lalu orang itu percaya kepada Kristus, maka Saudara tidak ada gunanya mengusir setan. Saudara paham? Karena Alkitab mengajarkan “Injil itu memerdekakan.” Kebenaran itu melepaskan kita dari segala kutukan dosa dan kuasa jahat. Karena pada waktu orang percaya kepada Kristus, maka Roh Kudus diberikan Allah untuk tinggal di dalam hidup dia dan menjadi satu materai untuk menjamin dia menerima segala berkat yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita, termasuk dalam kehidupan kekal.
Dan Alkitab mengatakan Roh Kudus itu adalah Allah. Pribadi ketiga Allah Tritunggal yang tinggal dalam diri kita. Itu sebabnya kita punya tubuh disebut “Bait Allah”. Ada kuasa yang lebih besar dari Allah? Jawabnya tidak. Jadi, kalau Allah tinggal dalam diri kita dan tinggalnya itu karena kita percaya dan menerima Kristus melalui pemberitaan Injil, mungkin nggak Iblis masih bisa berkuasa atas kehidupan kita? Otomatis tidak. Itu sebabnya ia berkata kalau Injil dikabarkan, orang itu percaya, nggak ada gunanya mengusir setan karena setan itu sudah pergi. Tapi kalau dia adalah seorang yang tidak percaya kepada Kristus, Injil nggak diberitakan kepada dia, atau Injil diberitakan kepada dia, tetapi dia tetap menolak percaya kepada Kristus, ya percuma usir setan. Karena apa? Hidupnya masih dikuasai setan. Dibawah kuasa setan kan?
Yohanes 8:44. “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” Jadi, orang yang di luar Kristus, orang yang menolak Kristus, bapanya adalah iblis. Lalu, Yesus pernah berkata juga kalau ada seorang kerasukan, lalu roh itu diusir dari dia, roh itu pergi, lalu dia berkeliling dan dia kembali. Dia melihat bahwa hati orang itu kosong. Dia akan pergi membawa teman-temannya lebih banyak untuk tinggal di dalam diri orang itu dan orang itu menjadi lebih rusak lagi. Jadi, itu sebabnya nggak ada gunanya kalau Saudara mengusir setan tapi orang itu nggak punya Injil. Mungkin ada gunanya sedikit lah ya. Tapi nggak ada efektif dan nggak ada terlalu kepentingannya di sini. Yang penting adalah kita membawa orang itu mengenal Kristus dan dia percaya kepada Kristus.
Jadi, pada waktu kita melihat kehidupan dari orang yang bertobat dari dosa dan dia membakar dari kitab-kitabnya, kitab-kitab yang dibakar itu bukan menjadi sesuatu yang menunjukkan kuasa iblis dihancurkan dan dia dilepaskan dari kuasa itu. Tetapi dia dilepaskan dari kuasa itu karena dia menerima Kristus. Lalu, bakarnya untuk apa? Kalau sudah dibakar, masih ada nggak? Nggak ada kan? Kalau nggak ada, masih bisa balik ke situ nggak untuk mendapatkan keuntungan dari situ? Nggak ada kan? Nggak bisa kan? Itu tujuannya bakar. Jadi, pada waktu kita membakar, tujuannya adalah memusnahkan. Membuat benda itu tidak lagi menjadi satu keterikatan dengan diri kita. Membuat kalau kita nggak bisa mengakses benda itu lagi. Menunjukkan satu komitmen kalau saya tidak membutuhkan benda itu lagi dan benda itu sama sekali nggak berguna di dalam kehidupan saya. Itu tujuannya.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa orang yang memiliki kehidupan yang betul-betul diperuntukkan oleh Tuhan? Cirinya apa? Yang pertama adalah dia sadar akan dosa. Dia berkomitmen untuk meninggalkan dosa itu. Dan untuk komitmen itu pasti ada harga yang harus dibayar. Ada bukti yang harus ditunjukkan. Orang-orang di Efesus itu tidak sungkan untuk mengorbankan sampai 50.000 uang perak demi supaya mereka bisa terlepas dari kuasa jahat. Saya nggak tahu taksirannya berapa saat ini, tapi itu bukan uang sedikit. Mungkin puluhan juta, mungkin ratusan juta rupiah seperti itu. Tetapi mereka lakukan itu. Mungkin kita perlu tanya seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selama Bapak, Ibu, Saudara ikut Kristus, mohon tanya, ada nggak yang Bapak, Ibu korbankan demi Kristus? Ada nggak kehidupan lama yang Bapak, Ibu buang demi Kristus? Ada nggak satu kekayaan yang Bapak, Ibu, Saudara berani korbankan dan persembahkan demi Kristus? Ada nggak satu kehidupan yang memberi perpuluhan demi Kristus untuk mendukung pekerjaan-Nya? Mungkin bisa ditambah yang lain. Tapi setiap orang yang mengikut Kristus pasti ada pengorbanan, pasti ada satu komitmen yang dia ambil dalam kehidupan dia. “Mulai hari ini, demi Kristus, saya tidak akan lakukan itu lagi, terutama masalah dosa.” Itu adalah orang Kristen yang akan memiliki kehidupan yang mempermuliakan Tuhan.
Yang kedua adalah ia akan memperhatikan integritas hidup dia. Saudara, Paulus adalah orang yang sangat mementingkan integritas. Saudara bisa baca itu di dalam surat-surat dia. Filipi kah, mungkin Efesus kah, Korintus kah, pada Timotius, atau kepada Titus. Itu mencirikan kalau dia adalah seorang yang demi Kristus rela untuk menahan diri dia, melatih diri dia, mendisiplin diri dia supaya orang tidak menolak diri dia setelah dia memberitakan tentang Injil Kristus. Itu berarti bahwa dia adalah orang yang sungguh-sungguh menjaga perkataan dia, perilaku dia, keputusan dia dengan satu kontrol yang dia latih untuk dia miliki supaya ketika orang melihat hidup dia, mereka bisa melihat Kristus hidup di dalam diri dia. Tentunya kalau kita bicara seperti ini, mungkin saya harus tekankan, bukan karena dia punya kemampuan dari diri dia sendiri untuk melakukan itu. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus itu adalah orang-orang yang diberikan kuasa, kemampuan untuk bisa hidup bagi Kristus.
Makanya, tadi di awal saya bilang ketika kita hidup bagi Kristus, cirinya apa? Ada buah nggak? Saudara melihat tidak, buah hidup suci? Bukan buah hidup di dalam perubahan dari yang dulu perokok jadi tidak perokok, dulu peminum jadi tidak peminum seperti itu. Tetapi ada tidak perubahan hidup yang suci? Hidup yang suci ditandai apa? Ditandai dengan satu, Saudara memiliki keintiman relasi dengan Kristus. Saudara mengenal Kristus secara pribadi. Saudara tidak hanya melihat Kristus itu dan mendengar tentang Kristus, tahu tentang Kristus, tapi Saudara tidak pernah mengalami hal-hal bersama dengan Kristus atau mengalami kebenaran-kebenaran yang Kristus katakan dan Saudara tidak ingin mengenal Kristus lebih jauh dan menghidupi kebenaran itu di dalam kehidupan kita. Itu bukan mengenal Kristus. Buah daripada orang yang bertobat adalah dia akan memiliki kerinduan untuk mengenal Kristus, membangun relasi dengan Kristus. Dan yang kedua adalah hidupnya mencirikan karakter Kristus. Itu adalah hidup saleh.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mengalami pertobatan, ada integritas, ada satu komitmen untuk kebenaran, ada satu kerinduan untuk menegakkan kebenaran itu dalam hidup kita. Bukan terus berpikir, tawar-menawar, bergumul, “Mau nggak ya? Susah ya kayaknya kalau ikut Tuhan. Saya masih pengen punya kesenangan. Saya lebih memilih kesenangan yang lain.” Itu namanya cari kesempatan, mana yang menguntungkan saya lakukan, mana yang tidak menguntungkan, saya tidak lakukan. Mengikut itu commit kepada kebenaran dan commit kepada satu kehidupan yang tunduk di bawah kebenaran. Itu mungkin kalau Saudara mau bayangkan, seperti seorang yang saya pikir semua orang ada hal yang dia sukai dalam hidup dia yang dia tidak akan berpikir 2x untuk melakukan itu kalau dia ada kesempatan untuk melakukan. Saudara punya itu ya? Ada orang yang misalnya memikirkan kalau olahraga itu penting karena itu setiap ada kesempatan untuk olahraga, dia pasti olahraga. Kalau nggak ada kesempatan untuk olahraga, dia pasti cari kesempatan itu untuk olahraga karena dia anggap itu penting. Dan dia nggak enggan untuk bangun pagi jam 4, jam 5 di kala semua orang tidur, demi dia bisa olahraga. Apalagi kalau dia harus misalnya di rumah jam 6 karena jam 6 dan seterusnya dia harus bantu mungkin mengurus anak untuk mengantar anak itu untuk pergi ke sekolah. Saudara, rela nggak bangun jam 4 pagi? Rela kan kalau kita anggap itu penting? Dikala yang lain berkata, “Ngapain sih bangun jam 4 pagi. Masih enak tidur sampai jam 8 pagi?” Misalnya kayak gitu. Komitmen terhadap kebenaran juga seperti itu. Saudara nggak pikir 2x.saudara tahu perkataan Tuhan itu benar. Saudara tahu, mendisiplin hidup untuk Tuhan itu adalah sesuatu yang akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan juga sesuatu yang mendatangkan suatu berkat dalam kehidupan, baik diri kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Itu adalah 1 kehidupan yang tidak memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan diri kita, tapi justru menyatakan kalau kita adalah orang yang menjadi milik Tuhan. Saya kira, kita akan menjadi orang yang tidak berpikir 2x kalau kita mendengar itu dan melihat itu sebagai satu kebenaran yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.
Yang ketiga adalah dia adalah orang yang akan meninggikan Tuhan. Kemarin di KTB Bapak Ibu, kita membahas permasalahan kenapa kita seringkali ada di dalam satu penyembahan berhala. Ada satu keterikatan terhadap standar-standar dunia dan mungkin kita tersinggung dan mungkin sakit hati dan akhirnya mundur dari kehidupan rohani seperti itu dan pelayanan karena motif kita itu bukan kemuliaan nama Tuhan. Orang yang memiliki hidup yang sungguh-sungguh ingin memuliakan nama Tuhan, dia nggak gampang putus asa. Dia nggak akan gampang mundur. Dia nggak akan gampang tersinggung. Karena dia tahu, hidup saya untuk Tuhan, bukan untuk diri saya. Dan justru pada waktu ada kesempatan-kesempatan di mana dia akan dibawa masuk ke dalam satu kondisi untuk menguji apakah dia punya hidup itu memuliakan Tuhan atau tidak. Dia akan gunakan kesempatan itu untuk membuktikan kalau diri dia memuliakan Tuhan.
Kemarin di TikTok itu saya diperlihatkan ada 1 hal yang menarik. Ini sebenarnya, saya bahas sebelumnya di pemuda juga. Lalu, kemudian saya lihat ada TikTok itu. Kita itu kalau mendengar tentang orang yang memusuhi, kata TikTok itu, awal-awal kita berpikir itu dimulai dari 1 orang, tapi mendadak semua orang memusuhi diri kita. Tanpa kita ketahui bagaimana pergerakannya, mendadak semua orang memusuhi kita. Lalu, pada waktu semua orang memusuhi kita, ini kalimat menarik, tapi saya merasa itu hanya motivasi ya, motivator. Itu menunjukkan betapa dunia ingin melihat seberapa kuatnya diri kita. Menarik ya. Bagus banget. Tapi saya ngomong, itu motivator. Benar sih. Pada waktu seluruh dunia melawan kita, semua orang melawan kita, itu berarti pertama, mungkin orang itu orang berpengaruh dan dunia mau lihat, dia bisa bertahan nggak menghadapi penolakan itu? Tapi Saudara, pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen, kalau kita kembali ke dunia ya, kita mengandalkan kekuatan diri kita, sekuat apapun, saya yakin kita akan hancur. Tapi kalau kita hidup sebagai orang Kristen yang mengandalkan Kristus, dan kita tahu bahwa hidup kita itu kekuatannya bukan dari diri kita, tapi karena Kristus yang hidup di dalam diri kita dan semua motif kita bukan untuk tujuan kepentingan diri kita, tapi kepentingan Tuhan, ketika seluruh dunia melawan pun, kita akan tetap berdiri sampai akhir.
Makanya, kalau Saudara perhatikan di dalam Kisah Para Rasul, para rasul itu, bahkan mungkin kalau kita mundur ke Stefanus ya, walaupun semua orang merajam dia dan mengharapkan dia mati, dia tetap bisa berdiri, dia bisa mendoakan mereka, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dia mati dengan 1 kehidupan yang bagaimana? Memuliakan Kristus. Bukan memuliakan diri dengan merasa ditolak atau merasa diri sakit hati, merasa diri dibenci, dan segala macam yang berdosa. Tapi dia bisa memperlihatkan seharusnya hidup yang mengandalkan Kristus, memiliki pertolongan di dalam Tuhan, memiliki kekuatan dari Kristus itu dinyatakan dalam hidup dia.
Itu sebabnya sekali lagi saya ngomong, Saudara nggak cukup hanya datang kebaktian. Saudara nggak cukup hanya untuk mendengar firman. Saudara juga perlu berdoa, minta Tuhan memberi kekuatan, bergaul dengan Tuhan, membangun relasi yang benar, mengenal Tuhan secara pribadi dan belajar menghidupi kebenaran-kebenaran Tuhan di dalam kehidupan kita, terutama pada waktu ada badai datang menghantam hidup kita.
Yang terakhir adalah yang tadi saya sudah katakan di awal, memberitakan Injil. Di sini dikatakan, di ayat yang 20 ya. “Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa.” Saudara, Tuhan ingin kita menjadi alat-Nya, penyambung lidah-Nya untuk memberitakan Injil kepada dunia. Saudara harus mulai gumulkan itu. Saudara harus mulai doakan siapa yang Saudara ingin bawa kepada Kristus. Saudara harus mulai mencoba memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka untuk mengenal kebenaran Kristus. Itu tujuan Tuhan menebus kita, menyelamatkan kita. Kalau nggak, nggak perlu. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari kita masuk ke dalam doa.
Kami kembali bersyukur, Bapa, untuk kebenaran yang boleh Engkau nyatakan bagi kami. Kiranya Engkau boleh pimpin setiap kami, ya Tuhan untuk memiliki kehidupan yang menguji kembali rohani kami, iman kami, tujuan kami menjadi seorang Kristen. Apakah selama ini kami masih menjadi seorang Kristen yang hitung untung rugi di hadapan Engkau, yang mementingkan diri kami, memanfaatkan Tuhan demi kepentingan diri kami. Ataukah kami adalah seorang yang tidak melihat kepentingan diri sebagai hal yang utama, tetapi kepentingan Tuhan yang jauh lebih utama dan terutama di dalam kehidupan kami sehingga apapun yang kami lakukan, putuskan, katakan, rasakan, semuanya boleh bertujuan demi untuk kepentingan Tuhan. Tolong berkati ya Bapa, tiap kami anak-anak-Mu yang datang dan kiranya nama Kristus, kebenaran Kristus, Kristus secara pribadi boleh dinyatakan di dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan dan Juru Selamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin. (HSI)