Ibr. 1:16-17
Pdt. Stephen Tong (VCD)
Saudara – saudara, kita telah memakai 5 kali kotbah untuk membereskan sumber asal dosa dan dari keinginan menjadi dosa, dan dari dosa menjadi kematian. Saya akan membukukan kelima kotbah ini menjadi 1 buku yang berjudul dengan Tuhan Allah, dosa dan kematian. Saudara-saudara sekalian ini merupakan hal yang sangat sulit dimengerti oleh otak manusia. Dan saya percaya Yakobus adalah seorang yang jenius luar biasa serta wahyu Tuhan turun kepada dia sehingga dia bisa mengubahkan dengan satu kalimat yang belum pernah terjadi, tertulis di buku apa mengenai the problem of evil. Problem of evil adalah salah satu di antara sepuluh problema yang paling besar yang dibahas oleh filsafat-filsafat di Barat sepanjang sejarah manusia. Tetapi kebanyakan filsuf hanya mengatakan kita tidak bisa mengetahui karena terlalu sulit untuk mengetahui dosa itu dari mana. Kalau dosa itu ada pada sendirinya, kita terpaksa menerima dualisme. Tetapi kalau dosa itu sama dengan Allah, sama-sama ada, dia adalah suatu realita yang kekal, ini seolah-olah berbeda dengan tanggapan Alkitab. Itu sebab Agustinus menerobos dan memberitahu kepada sejarah, dosa adalah sesuatu yang tidak bersubstansi realitas. Itulah sebabnya dosa menjadi sesuatu emergence, menjadi sesuatu yang berhasil keluar dari pada tadinya tidak ada. Saudara-saudara, yang tidak ada menjadi ada, itu adalah ex-nihilo. Dari tidak ada menjadi ada itu sebenar nya adalah ciptaan. Karena Allah mencipta segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada, creatio ex nihilo, yang tadi nya tidak ada sekarang menjadi ada, itu namanya diciptakan. Tetapi kalau dosa juga tadinya tidak ada sekarang menjadi ada, dan ini bukankah berarti salah satu diantara yang diciptakan oleh Tuhan Allah? Tidak bisa, karena Allah bukan sumber, Allah bukan penyebab, dan Allah bukan pencipta kejahatan. Saudara-saudara, kalau Allah sumber kejahatan, Allah tidak baik mutlak. Kalau Allah adalah penyebab kejahatan, Allah bermotivasi jelek. Kalau Allah pencipta kejahatan, Allah adalah bekerja sama di dalam merencanakan akan segala keburukan dan segala sesuatu yang immoral. Saudara-saudara, Allah itu mutlak baik, mutlak berkuasa.
Di dalam pertanyaan yang dilontarkan oleh Toynbee, “Jikalau Allah adalah maha baik, mungkin Dia tidak maha kuasa. Jikalau Allah itu adalah maha kuasa, Dia mungkin tidak maha baik. Kenapa kalau Dia maha baik, dosa dan kejahatan masih berada? Kalau Dia maha kuasa kenapa tidak mematikan, membasmikan akan hal-hal semacam ini?” Saudara-saudara, semua ini menjadi pikiran-pikiran terus menerus, menggerogoti, merangsang dan sebenarnya bagi orang Kristen ini menantang kita untuk kembali, untuk menggali firman kebenaran. Saudara-saudara sekalian, Kekristenan bukan suatu agama untuk menipu orang petani atau orang yang bodoh. Kekristenan bukan pembius orang-orang supaya tidak usah pikir, itu adalah versi-versi non-Reformed. Saudara-saudara, gereja-gereja yang mengatakan “jangan pikir, jangan debat, jangan lawan, percaya saja, nggak usah engkau pikir baik-baik,” itu bukan prinsip Reformed dan itu bukan prinsip Alkitab. Alkitab berkata berfikirlah siang malam akan firman Tuhan, berfikirlah hal-hal yang di atas, berfikirlah dengan bertanggung jawab, dan Roh Kudus datang akan mengingatkan engkau segala sesuatu yang sudah Kuberitakan kepadamu. Itu sebab orang Reformed jelas Roh Kudus tidak membasmi, Roh Kudus tidak membius, Roh Kudus tidak membunuh pikiran; Roh Kudus adalah yang merangsang, memberikan iluminasi dan membawa kita mempunyai pikiran yang sehat, kembali kepada Tuhan dengan sesungguhnya.
Saudara-saudara setelah kita membahas dari mana dosa? Mengapa keinginan itu bisa menjadi dosa? Dibuahi, dibuahi oleh apa? Bagaimana dibuahi? Artinya keinginan itu kalau sudah dibuahi, itu sebenarnya maksudnya apa? Kita telah menemukan suatu hal, yaitu keinginan dan arah rohani. Nah ini, kalau arahnya tidak beres, dibuahi itu menjadi mungkin. Kalau saya menghadap terang, maka bayangku pasti di belakang. Jikalau aku melihat bayang-bayangku di depan, pasti aku sudah membelakangi terang. Ini suatu prinsip yang begitu jelas. Itu sebab Alkitab dari halaman pertama sampai halaman terakhir mengandung suatu berita yang penting, “return and come unto Me. Berpalinglah, dan kembali kepada-Ku.” Ini berarti arah. di mana keadaan? itulah kalimat pertama setelah manusia berdosa, Tuhan memanggil dia. Sampai kepada pasal terakhir “marilah minum air sumber hidup.” Ini semua adalah catatan-catatan yang mengandung konsistensi berita, the message from God: return to Me, return and follow Me. Ini seluruhnya adalah topik yang paling penting dalam Alkitab, tinggalkan gelap, kembali kepada terang; tinggalkan dosa, kembali kepada yang suci; tinggalkan yang fana, carilah yang baka; tinggalah segala sesuatu keinginanmu yang melawan kehendak Tuhan Allah, dan engkau berpadu dan bersatu dengan rencana Sang Pencipta, Sang Penebus. Ini adalah panggilan, ini adalah seruan, ini adalah tantangan untuk dunia ini.
Saudara-saudara, mengapa kita harus mengabarkan Injil? Karena kita bukan hanya bergarap di dalam orang yang sudah menerima Tuhan, kita bekerja dengan Tuhan untuk memanggil orang di luar, orang berdosa, kembali kepada Tuhan. Minggu lalu saya berkhotbah di Kuala Lumpur, dan saya mendapatkan sesuatu perasaan yang dulu tidak ada, yaitu menginjili seseorang adalah menciptakan satu sejarah baru di dalam arus keluarga itu. Nah kalimat ini belum pernah saya munculkan di Gereja Reformed Injili Indonesia. Saudara-saudara, engkau menginjili seseorang menjadikan dia orang Kristen, lalu mulai hari itu, dia menjadi seorang bapak yang keturunannya menjadi satu arus hidup yang dimiliki oleh Tuhan. Itu berapa agung, berapa besar ? Pada waktu seluruh dunia berada di dalam dosa, maka Allah panggil satu orang, namanya Abraham. Dari Abraham, Ishak. Ishak, Yakub. Yakub, dua belas suku Israel, menjadi satu arus hidup yang mulai dari pada seseorang pernah dengar panggilan Tuhan. Nah penginjilan itu begitu penting. Waktu kita menginjili seseorang, satu orang itu menjadi orang Kristen, lalu orang itu lepas dari pada keburukan dan kesia-siaan nenek moyang, menurut Petrus 1, lalu dia mulai menjadi orang yang mengabdi, kembali kepada Tuhan, dan dia mulai mendidik firman itu kepada anaknya. Di sini arus yang baru dari satu keluarga, satu ‘new stream of life’ terbentuk, dan dia menjadi, anak cucunya mempunyai kemungkinan menerima berkat kekekalan melalui Injil. Maka orang yang mengabar Injil, jangan kecewa kalau ditolak. Jangan sedih kalau engkau diejek. Jangan engkau putus asa kalau tidak berbuah. Begitu seumur hidup engkau mengabar Injil, mengabar Injil, lalu mendapatkan buah, di situ orang itu menjadi satu nenek moyang yang akan datang, mungkin mempunyai berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu keturunan yang dimiliki oleh Tuhan. Saudara-saudara, ini satu hal yang mulia sekali.
Nah, dengan demikian kita lihat, Tuhan memanggil manusia kembali kepada Dia, dan ini pemutaran arah, itulah menghentikan pembuahan dari pada dosa. Kenapakah keinginan bisa menjadi dosa ? Keinginan itu kalau dibuahi. Bagaimana dibuahi ? Kalau dia sudah berarah salah dan meninggalkan Tuhan. Di situ diri menjadi bibit kerusakan. Saudara-saudara, Allah adalah Diri yang pada Diri, kekal sampai kekal. Di luar Allah, adalah diri yang dicipta oleh Allah, yang mempunyai permulaan sampai kekal. Sehingga kekekalan Allah adalah kekekalan unik yang tidak ada bandingnya. Dia esa. Kekekalan yang tanpa asal, tanpa akhir. Kekekalan yang dari kekal sampai kekal, itu hanya satu. Kekekalan yang ada permulaan lalu tidak lagi binasa, itu kekekalan yang dicipta oleh Allah sebagai diri di luar Diri Allah sendiri. Diri di luar Diri Allah sendiri, harus kembali kepada Diri Allah. Itu namanya penyangkalan diri. Penyangkalan diri tidak berarti membuang diri, penyangkalan diri tidak berarti menghancurkan diri, penyangkalan tidak berarti menghilangkan diri; penyangkalan diri berarti kembalikan diri kepada Diri yang benar-benar Diri kekekalan, diri yang dicipta kembali kepada Diri Sang Pencipta, itu penyangkalan diri. Seperti apa yang dikatakan oleh Kristus, menjadi contoh meskipun Dia bukan dicipta, Dia menjadi manusia, hidup di dunia ciptaan, menjadi teladan engkau dan saya, “Bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu yang terjadi.” Di sini memasukkan diri dan keinginan diri kepada keinginan diri Allah di dalam rencana yang kekal, itulah baru lepas dari pembuahan napsu keinginan sendiri, akhirnya boleh lepas dari dosa.
Saudara-saudara, jikalau kita hidup hanya menyesuaikan egoisme dan keadaan diri kita sendiri maka di situ tidak ada arah yang benar kembali kepada Tuhan, tidak ada kemungkinan kita tidak dibuahi dengan akhirnya keinginan yang salah arah menuju kepada dosa; dan dosa bertumbuh terus, akhirnya menjadi kematian. Keinginan, dosa, dan kematian. Ini adalah 3 langkah yang dikatakan di Yakobus. Kalau demikian, keinginan itu merupakan kebebasan yang dimiliki oleh seseorang. Dan istilah kebebasan ini tidak dipakai secara positif oleh Martin Luther setelah manusia masuk di dalam dosa. Maka itu, kehendak itu ada tetapi kehendak berbeda dengan kebebasan. Saudara-saudara, saya ingin, saya mau, saya berkehendak, ini semua itu adalah tindakan kehendak. Kehendak itu tidak sama dengan kebebasan, kebebasan adalah lebih besar dari kehendak. Kehendak itu merupakan sesuatu fungsinya, kebebasan suatu kondisinya. Saudara-saudara, kehendak tidak pernah dibunuh setelah manusia berdosa. Orang yang di penjara masih ada kehendak tidak? Masih ada kehendak. Dia ingin keluar, dia ingin dibebaskan? Ingin. Tetapi kehendak itu belum bersama dengan dia sudah bebas, kehendak masih ada, kebebasan sudah tidak ada. Maka perbedaan antara Martin Luther dengan seorang yang humanis pada waktu itu adalah sama-sama memakai istilah kehendak, tetapi kehendak itu pada Martin Luther adalah kehendak yang terbelenggu; sebagai orang humanis kehendak yang masih bebas. Maka Martin Luther mengatakan tidak ada kebebasan, kebebasan itu sudah hilang. Seperti satu kelereng atau satu bola yang berputar-putar di satu dataran, dia kelihatan bebas sekali. Tetapi saudara-saudara, waktu dia jatuh dari dataran ini, turun ke dataran yang di bawah, dia tetap sesudah jatuh masih berputar-putar di sana. Di dalam gejala yang engkau lihat, dia bebas bukan? Dia, kelereng itu, putar ke kanan, ke kiri, putar ke atas, ke bawah, ke utara, ke selatan, waktu dia jatuh ke dataran yang kedua, dia tetap putar-putar. Setelah fenomena dia tetap adalah berputar-putar seperti bebas, tetapi levelnya sudah di bawah, tidak lagi di atas. Nah pengertian semacam itu luar biasa. Berarti kelereng itu sekarang memilik level rendah yang tak mungkin dia kembali lagi kepada asal. Sebelum Adam berdosa, dia mempunya kehendak. Setelah Adam berdosa dia tetap mempunyai kehendak. Dibuktikan pada waktu dia makan buah terlarang, dia mempergunakan kehendak itu. Sesudah makan dia melarikan diri dan dia menutup diri dengan daun. Itu tetap kehendak. Kehendaknya tidak rubah, tapi kebebasannya kembali kepada status tidak berdosa sudah tidak ada kemungkinan. Itu sudah once and forever gone. Tidak ada. Kecuali penebusan Kristus bisa membawa manusia kembali kepada kebebasan yang sesungguhnya. Itu sebab Yesus berkata, “Dengan sesunguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, “Barangsiapa berdosa, ia adalah hamba dosa.” Pada ayat 36 dari Yohanes pasal 8 Yesus menyambung, “Tetapi jikalau Anak Manusia membebaskan engkau, barulah engkau merdeka dengan sesungguhnya.” Nah itu kebebasan.
Saudara-saudara, Immanuel Kant dengan jelas mengatakan kebebasan bukan, “Aku ingin apa, aku bisa melakukan apa,” itu sama dengan kebuasan, itu sama dengan keliaran, itu sama dengan barbarianism. Saudara-saudara, aku mau apa aku bisa kerjakan apa, itu baru kebebasan? Tetapi sebaliknya dia mengatakan, “Aku tidak mau berbuat apa, aku sanggup menolak dan tidak berbuat apa, itu baru kebebasan.” Saudara-saudara, koruptor-koruptor bebas korup tetapi sulit bebas dari pada korup. Bebas dari korup lain dengan bebas korup. Saudara-saudara, orang yang bebas adalah orang yang bebas tidak terikat oleh keinginannya sendiri. “Aku ingin berzinah tapi aku sanggup mengatasi keinginan itu,” nah itu kebebasan. Bukan “aku ingin cari perempuan dan aku mempunyai uang, aku pergi.” Itulah kebebasan? Itu bukan kebebasan, itu keliaran, itu kebuasan, itu pelanggaran. Kebebasan adalah sanggup melawan, sanggup melepaskan diri dari pada keinginan-keinginan yang melawan arah Tuhan. Nah Saudara-saudara sekalian, itu sebab tidak ada seseorang boleh berkata kebebasan itulah yang diberikan oleh Tuhan pada permulaan mengakibatkan terjatuhnya Adam di dalam dosa. Tidak ada seorang berkata jikalau Allah tidak memberikan Adam hak untuk memilih, Adam tak mungkin jatuh di dalam dosa, maka Allah adalah penyebab kejatuhan. Allah harus bertanggungjawab. Ini tidak beres. Maka ayat selanjutnya daripada Yakobus pasal pertama ini justru akan membereskan kemungkinan salah mengerti dan salah menafsir anugerah Tuhan. Nah Saudara-saudara, dulu saya tidak mengerti waktu saya baca keinginan menjadi dosa, dosa menjadi kematian, sesudah itu ayat 16 dikatakan, “Saudara-saudaraku yang kukasihi, janganlah sesat!” atau terjemahan lain, “Jangan salah Saudara-saudara.” Jangan salah. Coba pikir baik-baik, anugerah Tuhan itu baik, semua anugerah Tuhan itu baik, yang tidak berputar, yang tidak berubah. Saya dulu nggak ngerti setelah bicara mengenai keinginan dosa dan kematian, “Maka jangan salah,” saya percaya ini adalah suatau alasan kaitan organik.
Sekali lagi saya memperkenalkan ini organic theology bukan systematic theology. Systematic theology ini bicara pada beberapa ratus tahun sebagai akibat dari Aufklärung atau enlightment movement sehingga tradisi gereja telah menerima ini dengan baik. Tetapi Saudara-saudara, ada tiga orang yang tidak mau memakai istilah teologi. Dan juga mereka mempunyai sistem dan kelebihan dari pada sistem. Pertama, Agustinus dia pakai istilah Civitas Dei, bukan memakai systematic theology. Dan yang kedua adalah Calvin, Calvin memakai Institute of Calvin. Yang ketiga adalah Karl Barth yang mengatakan Church Dogmatic, dia tidak mau pakai Systematic Theology. Apa sebab? Karena istilah systematic theology di dalam zaman orang-orang sewaktu dengan Socrates dan sebagainya sampai dengan Perjanjian Baru timbul, itu istilah teologi dipersamakan dengan mitologi. Sehingga orang Grika memakai istilah theologi, mereka memakai konsep itu adalah tentang pelajari semua mitos-mitos orang Grika. Jadi theologi tidak dipakai oleh ketiga orang ini. Tetapi theologi kita sama di dalam pembentukan istilah theo dan logos. The logos of God. Ini adalah pengertian kebenaran dan logika mengenai Tuhan. Itu tidak salah. Sehingga saya anggap kita tidak perlu kritik sangat sengit terhadap hal ini. Karena apa? Karena segala sesuatu disitemkan. Nah saudara-saudara, saya anggap ada sesuatu unsur yang lebih penting daripada sistematiskan bagian-bagian akhir dalam topik yang besar, yaitu sesuatu relasi organik. Relasi organik, organic relationship integrate you understanding of the word of life, karena firman itu firman hidup. The word of life – firman itu firman hidup.
Maka bedanya organik dengan tidak organik adalah di dalam hidup setiap bagian berkait dengan bagian yang lain. Tetapi di dalam sistim ada independency yang berada di setiap sistim itu sendiri. Nah Saudara-saudara, di dalam tubuh kita sebenarnya sistim dan organic relationship bersatu. Ada sistim darah, ada sistim pernafasan, ada sistim digestion, ada sistim dari pada syaraf. Tetapi semua ini masih ada satu sistim menggabungkan semua, nah itu kalau di dalam medicine Tionghoa disebut Acupuncture. Acupuncture itu tidak ada di medicine Barat. Itu namanya (?). Sistim apa? Saya pinjam istilah paling modern: sistim internet, itu sudah 2500 tahun yang lalu. Sistim internet ada di dalam tubuh, sehingga karena ada sesuatu hubungan antara keseluruhan, sehingga engkau bukan bilang: “Oh sakit liver, liver dicangkok. Sakit paru-paru, paru-paru yang dioperasi.” Bukan itu! Tetapi sesuatu integrative understanding dan ada internet yang menggabungkan semua. Pengertian itu, setelah menyeluruh, harus diutamakan daripada melihat penyakit ada di satu bagian. Nah sekarang di Barat ada suatu istilah, bukan MD. MD itu Medical Doctor, tapi MO. MO itu dianggap jauh lebih sulit belajarnya daripada MD. Dan MO dimulai daripada tahun 1844 oleh seseorang dan sekarang digabungkan dengan chiropractic, nervous system dan seluruh integrasi tubuh untuk mengerti. Nah itu caranya saya mengerti Alkitab. Mengerti Alkitab bukan daripada topik, lalu cari ayat-ayat baru khotbah. Tidak! Mengerti kaitan satu dengan yang lain, mengerti bagian dengan yang lain. Benyamin Intan bilang sama saya kalau itu organic theology sudah dipakai oleh Katolik. Tetapi itu konotasi yang begitu berbeda dengan apa yang saya akan memperkembangkan. Ini akan menjadi sesuatu yang nanti kalau mungkin mempengaruhi seluruh dunia. Yang disebut organic theology dari Katolik itu adalah hirarki di dalam pembentukan struktur gereja Katolik. Tapi yang saya pikir bukan itu. Tetapi satu, internet sistim di dalam seluruh Kitab Suci sehingga ayat dan ayat itu mempunyai kaitannya yang luar biasa. Pada waktu beberapa pasal terakhir saya menjelaskan akan, memberikan pentafsiran daripada Kitab Ibrani. Saya mulai sadar pasal 13, ayat pertama setelah dilihat sama sekali tidak ada hubungan. Tapi hubungan itu begitu erat dan begitu besar sehingga waktu saya melihat commentary-commentary hampir tidak ada yang sadar itu.
Nah Saudara-saudara, mengapakah dikatakan nafsu menjadi dosa, dosa menjadi mati. Sesudah itu, “Hei, jangan salah segala pemberian baik dari Tuhan Allah!” Saya nggak ngerti, ini adalah organiknya, ini adalah suatu integrasi, satu relationship yang tidak ada pada tempat yang lain. Yaitu kalau keinginan itu bukan dicipta oleh Allah, dan dosa bukan dicipta oleh Allah. Tapi keinginan itu diberikan oleh Allah waktu Dia mencipta. Maka ini suatu pemberian yang selalu kita cela, bukan? “Oh Tuhan, kalau nggak ada keinginan, saya nggak bisa berdosa. Kalau tidak kebebasan, saya tidak bisa memilih. God, saya bisa pilih salah, bisa keinginan salah, justru karena Engkau memberikan ini kepadaku.” Maka kita mencela Tuhan. Saya berkata minggu lalu kepada Saudara, saya lupa di kebaktian pertama apa kedua, pernah untuk hidup suci, ingin hidup suci, saya minta Tuhan cabut fungsi seks daripada tubuhku. Saya pernah doa itu. Tapi puji Tuhan, Tuhan tidak dengar doa itu. Kalau Tuhan dengar doa itu, saya mana bisa nikah, mana bisa mau punya anak. Nah Saudara-saudara, itu nafsu, keinginan, fungsi-fungsi semua diberikan oleh Tuhan bukan untuk dosa, itu anugerah, itu adalah berkat, itu adalah karunia. Sehingga ayat ke-16 dikatakan: “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah sesat!” Terjemahan yang lain: Jangan salah lihat, jangan salah pikir, jangan salah tafsir, karena setiap pemberian yang baik, setiap anugrah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; kepadaNya tidak ada perubahan dan tidak ada bayangan di dalam pertukaran. Saudara-saudara, ini satu-satunya tempat di dalam Alkitab yang mengatakan semua anugerah yang sempurna, setiap anugerah, setiap karunia yang sempurna, yang baik, setiap anugerah yang sempurna. Setiap itu singular, sempurna seperti plural. Saudara-saudara, setiap anugerah itu sempurna, begitu lengkap, begitu utuh, begitu tidak berkekurangan apa-apa. Setiap anugrah dari Tuhan, semua yang akhirnya sudah dibengkokkan, sudah dirusakkan, yang mengakibatkan engkau mencela Tuhan, itu salah. Maka ingatlah, tadinya bukan begini. Ingatlah pemberian Tuhan itu baik-baik. Ingatlah semua anugrah itu termasuk nafsu-nafsu yang mungkin menyeleweng, itu tadinya itu anugrah Tuhan. Jadi, harus kita bersyukur kepada Tuhan. Saudara-saudara, “jikalau Allah tidak memberi kebebasan, saya tak mungkin salah pilih. Jikalau Allah tidak memberikan sesuatu insting untuk bisa memilih dengan kehendak yang ada, saya tak mungkin jatuh dalam dosa. Maka kenapa Tuhan memberikan keinginan?” Jawaban di sini: setiap pemberian itu baik adanya.
Saudara-saudara, kalau seorang ayah mengatakan kepada anaknya: “Coba belikan korek api ya! Ini…” kasih uang. “Tapi beli yang baik, ya!” lalu anak itu ambil uang, beli korek api. Sudah dia beli korek api, karena papa pesen, “Yang baik, ya!” Ok, dia pulang bukan bawa 1 kotak korek api, bawa satu bungkus kertas, waktu dibuka, semua korek api sudah dipakai. “Ini apa ini?” “Lho papa, beli korek api,ini kan korek api.” “Iya, kenapa sudah dipakai?” “Papa bilang beli yang baik, jadi saya coba dulu semua, cek baik, cek baik, cek semua baik, ya ini yang baik buktinya sudah dipakai semua.” Nggak ngerti maksudnya, waktu dia memakai, dia sudah menghilangkan potensi itu di dalam kehendak yang berbeda dengan kehendak ayahnya. Jadi banyak orang mengatakan, “Kenapa Tuhan memberikan kehendak kepada saya, kenapa Tuhan karuniakan ini, kalau tidak ini saya tidak dosa. Allah engkau yang salah.” Tuhan bilang, “Jangan salah, karunia itu baik, karunia menjadi tidak baik, karena engkau salah gunakan.” Saudara-saudara, kebebasan baik nggak? Baik. Kesehatan baik nggak? Baik. Kepintaran baik nggak? Baik. Kecantikan baik nggak? Baik. Kenapa orang cantik jadi pelacur? kenapa orang pintar merugikan orang lain? Kenapa orang sehat menjadi perampok, kenapa? Karena semua anugerah yang baik tidak ada arah yang baik, bahkan keinginan dibuahi menjadi dosa. Saudara-saudara, segala itu baik, segala pemberian itu baik, nothing is not good. Waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, Alkitab mengatakan semua itu baik adanya. Setelah Dia menciptakan manusia, Dia mengatakan amat baik adanya. Apakah perbedaan di tengah baik dan amat baik? Apakah perbedaaan di dalam baik dengan sangat baik? Hanya satu, peta teladan Allah di situ, dan di dalam peta teladan terkandung atau juga mengandung kebebasan. Saudara-saudara, sebagaimana Allah itu berdaulat manusia diberikan kebebasan. Sebagaimana Anak Allah itu Tuhan, manusia diberikan bayang-bayang sifat ketuhanan, bayang-bayang sifat ketuhanan. Engkau boleh berdominasi, engkau boleh menguasai, engkau boleh memimpin, engkau boleh mengatur. Saudara-saudara, mengatur, memimpin, menguasai, ini peta teladan Allah. Ini tidak ada di buku Reformed, ini tidak ada di dalam secara teologi, karena mereka hanya melihat dari pada tiga sifat: sifat hukum, sifat moral, sifat intelek, itu saja. Tetapai sebenarnya kuasa, menguasai, memimpin, itu merupakan peta teladan Allah; karena Allah Penguasa alam semesta, maka engkau bisa menjadi penguasa wilayahmu sendiri, itu peta teladan Allah.
Saudara-saudara yang disebut leadership itu dua macam, satu macam ada leadership yang diperkembangkan melalui pengalaman-pengalaman administrasi organisasi dunia tapi tidak takluk kepada Tuhan. Saudara-saudara, kalau engkau melihat gereja ini tidak beres, karena organisasi tidak kuat, saya sambil berterima kasih kepada kamu sambil saya akan memberikan peringatan kepada kamu, jangan sombong, jangan bawa organisasi yang hebat dari gereja lain untuk mengkritik gereja ini, karena yang disebut leadership: Tuhan menjadi Tuhan, baru ada leadership yang sejati. Di dalam hal ini gereja ini penuh mau patuh kepada Tuhan. Organisasi tidak kuat, itu memang kelemahan, tapi tidak boleh diutamakan. Saya sebagai pendiri harus mengatakan dengan tegas, karena apa? Karena Tuhan Yesus sampai naik ke surga tidak ada uang budget penginjilan yang dikasihkan tiket untuk Petrus, Yohanes dan sebagainya. Yesus sampai naik ke surga Dia tidak mendirikan sistem ada majelis dan sebagainya, itu adanya setelah, baru menyusul. Semua ini harus kita jelas, apa utama, apa menyusul; apa utama, apa pendamping; sehingga seluruh leadership itu adalah Tuhan yang diutamakan. Bahwa setiap orang yang betul-betul takut akan Tuhan, tanpa hukumpun itu jalan dengan baik. Kalau semua orang tidak takut kepada Tuhan, hukum yang begitu teliti, semua ahli hukum adalah orang yang memanipulasi hukum mencari celah-celah hukum untuk melanggar hukum supaya sendiri tidak usah dihukum itu namanya ahli hukum. Saudara –saudara, siapa yang paling pintar melanggar? Siapa paling pintar berdosa? Ahli-ahli hukum, karena dia tahu kekurangannya, dimana semuanya yang sudah paling lengkap, tetap terbatas oleh bahasa dan yang diluar bahasa ada selang-selang, ahli hukum bisa memakai selang-selang itu untuk menjadi kesempatan di dalam kesempitan untuk tidak di ke-semprot-an oleh Tuhan.
Saudara-saudara sekalian, inilah manusia, mari kita kembali kepada Tuhan. Itu anugerah Tuhan itu kebebasan, nafsu, semua, itu anugerah. Semua anugerah Tuhan bersifat sempurna. Dan Lao Tze berbeda dengan dengan Kong Hu Chu, Lao Tze mengatakan maka jikalau ada ada sesuatu hukum yang makin ketat, menimbulkan perampokan makin besar. Ada sesuatu peraturan-peraturan makin ketat, ada sesuatu bijaksana palsu yang makin di dengar itu muncul. Dengan demikian itu perlu dinetralisasikan oleh kerohanian dan perasaan takut kepada Tuhan. Saudara-saudara, saya seorang yang berbakat, engkau seorang berbakat, dia seorang berbakat, bakat, bakat, bakat itu bisa menjadi saling menolong, bisa jadi saling membenci. Saya punya kebebasan, engkau punya kebebasan, dia punya kebebasan, kebebasan dan itu nafsu, dan segala itu kemungkinan-kemungkinan kehendak ada di diri kita, itu mungkin menjadi penyeleweng, kalau tidak dikatikan di bawah pengkontrolan dari Tuhan itu sendiri. Itu sebab Tuhan penguasa, Tuhan berdaulat, Tuhan itu Tuhan, maka manusia dicipta menurut peta dan teladanNya, manusia juga ada mempunyai bayang-bayang berketuhanan di dalam wilayah kecil, sehingga I am the lord of my teritory, I am the master of my environment, I am the master of my family. Di dalam kita mempergunakan hak yang adalah sebagian dari pada peta teladan Allah dan tidak mengaku itu adalah karunia dan bakat yang baik dari Tuhan, dan tidak untuk Tuhan, itu menjadi sumber dosa dan bahaya.
Nah itu sebab, Saudara-saudara, mari kita pikir kepada dua sifat yang hakiki sekali dari Tuhan Sang Pemberi Berkat. Pada Dia tidak ada perubahan. Dia tidak ada bayang-bayang pertukaran. Nah ini dua muncul, dua istilah muncul di ayat ini memberikan pengertian kepada kita, Saudara-saudara, setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padanya tidak ada perubahan, tidak ada pertukaran. Saudara-saudara, Bapa terang, the Father of light. Saudara-saudara, istilah ini terus bikin saya makin tua makin nggak mengerti, apa sih itu terang. Di dalam terang itu apa sih? Terang itu selalu aktif. Terang itu selalu inisiatif. Terang itu selalu positif. Dan terang itu selalu bersifat pengaruh, influential. Saudara-saudara , di dalam terang, tidak ada gelap. Semua. Di dalam terang tidak ada gelap. Engkau bersekutu karena engkau ditaruh di dalam terang untuk bersekutu. Saudara-saudara, nggak ada di buku lain seperti Alkitab. Kita bersekutu di dalam terang, seperti Tuhan di dalam terang, maka darah Yesus menghapus segala dosa kita. Nah ini tercantum di dalam 1 Yohanes 1. Kita bersekutu di dalam terang, seperti Tuhan di dalam terang. Kita bersekutu dengan Dia, dan kita bersekutu satu dengan lain. Ini the fellowship in light. Saudara-saudara, light, love, life. Bahasa Inggris tiga-tiga mulai dengan L. Tuhan itu terang. Tuhan itu hidup. Dan Tuhan itu kasih. Semua. Tuhan itu terang, Tuhan itu hidup, Tuhan itu kasih. Ini betul-betul menjadi sesuatu perwujudan dari pada apa yang disebut persekutuan di dalam kesucian. Saudara-saudara, karena kita hidup maka ada sesuatu relasi interpersonal, karena hidup sama hidup perlu bersekutu. Karena kasih maka persekutuan itu menjadi sesuatu hal yang harus, absolute necessitiy. Dengan kemungkinan bersekutu karena ada kasih. Dan di dalam kasih itu, yang penting itu jujur. Jujur itu adalah transparan dan terang. Itu sebab, saya berjanji menjadi hamba Tuhan yang dalam luar sama ya. Kalau saya berani kritik kamu, di belakang saya ngomong gini, gini, ke depan kepada kamu ngomong yang sama. Jadi itu namanya hidup di dalam terang. Saudara-saudara, hidup di dalam terang itu transparan. Hidup yang terang itu jujur.
Nah Saudara-saudara, hidup perlu bersekutu. Persekutuan perlu kasih. Kasih perlu transparan dan jujur. Nah ini tiga kalau jadi satu maka kita hidup sesuai dengan prinsip dari sifat Ilahi, God is life. God is love. God is light. Semua. God is life. God is love. God is light. Allah itu hidup, maka Dia memberi hidup baru kepada kita. Allah itu kasih, maka hidupku dan hidupmu bisa bersekutu. Allah itu terang, persekutuan kita harus jujur, transparan, dan bukan munafik. Saudara-saudara, jikalau engkau telah mendengarkan firman-Nya yang telah membersihkan hatimu, 1 Petrrus berkata, biarlah engkau dari hatimu mengasihi saudaramu dengan segala kejujuran. Saudara-saudara, di dalam antara pendeta dan pendeta, majelis dan majelis, orang Krsiten – orang Kristen, kenapa tidak beres? Karena ketidakjujuran, ketidaksungguh-sungguhan. ke-tidak transparan-an, ketidaksetiaan, itu masih ada sesuaru topeng, suatu jubah yang menutup-nutupi sehingga kelihatan orang, tidak kelihatan orang, lain. Kalau ngomong sama orang lain tidak sungguh-sungguh. Segala basa-basi itu menutupi ketidakjujuran. Saudara-saudara, lebih baik marah-marah yang jujur daripada sopan-sopan yang palsu. Lebih baik menegur sungguh-sungguh berdasarkan sifat konstruktif, daripada menjilat-jilat tetapi perlahan itu bohongan, tipu muslihat. Persekutuan perlu kasih. Kasih perlu kejujuran. Kejujuran yang berdasarkan kasih dan bersekutu dengan sungguh-sungguh, itulah nyata hidup yang betul-betul sesuai dengan rencana Tuhan Allah. Saudara-saudara, inilah keindahan gereja. Gereja itu tubuh. Di dalam tubuh itu kait satu dengan lain. Dan di dalam tubuh itu perlu sesuatu kebenaran yang sungguh-sungguh. Saudara-saudara, dengan demikian hidup antara Kristen dan Kristen, hidup di dalam hidup. hidup di dalam kasih. hidup di dalam terang, karena apa? Pada Dia, dia adalah sumber segala terang. Karunia itu dari sana. Semua berkat, semua karunia, semua pemberiian dari Allah, dan Allah memberi segala sesuatu kepada kita itu, Dia adalah sumber terang. Dan ini poin pertama.
Poin kedua, Dia tidak akan berubah. Nah Saudara-saudara, kita di dunia ini hidup di dalam dunia yang berubah terus menerus. Di dalam Ibrani 13:8, saya sudah khotbah di sini dengan sesuatu pendekatan dan kalimat plato; mungkinkah di dalam dunia yang berubah, kita mempunyai sesuatu yang tidak berubah? Mungkinkah kita menemukan sesuatu yang kekal di dalam dunia yang tidak kekal? Mungkinkah kita mendapatkan sebuah pengharapan yang tidak akan layu dalam dunia yang penuh dengan keadaan yang fana? Plato memberikan jawaban tidak ada. Maka dunia ini tidak mungkin memberikan sesuatu yang kekal yang tidak berubah, yang selama-lamanya. This isn’t contingent world. Ini tidak kontingen, dan lawannya incontingent, artinya membedakan Allah dan dunia. Bagi Plato itu bukan Allah, ide. Ide incontingent, ide tidak berubah, ide itu kekal, tapi fakta akan berubah. Saudara-saudara, kita melihat orang, wah kita mempunyai pengalaman akhirnya berubah. Waktu baru tahu kawan yang paling baik pun bisa berubah, yang katanya setia sekarang sudah memungkirkan segalanya. Semua orang itu bisa berubah. Waktu engkau bergaul dengan sungguh-sungguh kepada orang yang engkau percaya, akhirnya ketidakpercayaan dia telah mewarnai segala pergaulan itu. Engkau mulai kecewa, engkau mulai putus asa. Apalagi orang yang kau kasihi berubah. Saudara-saudara sekalian, perubahan-perubahan itu membuktikan dunia ini tidak ada yang kekal.
Saya selalu menggabungkan tiga sifat ilahi dengan janji-Nya, dan berdasarkan tiga sifat itu janji itu kita pegang, kita beriman. Dan dengan prinsip ini kita tidak perlu kompromi, kita tidak pula kecewa, kita terus menuju sampai Kristus datang kembali. Ketiga sifat ilahi itu apa? Pertama, Dia jujur; kedua, Dia tidak berubah; ketiga, Dia kekal, sungguh-sungguh kekal. Allah yang jujur, Allah yang tidak berubah, dan Allah yang kekal, adalah Allah yang berjanji. Jika Dia berniat, janji, berdasarkan tidak jujur buat apa? Kalau Dia janji akhirnya sesudah janji itu hari itu Dia mati, apa gunanya? Kalau Dia janji dan Dia tidak jujur dan tidak kekal dan dia bisa berubah, itu sangat mengecewakan. Ketiga unsur dari sifat ilahi ini menjadikan kita teguh tidak perlu terguncang. Dan di situ satu sifat satu pondasi yang hakiki kenapa kita boleh beriman kepada Tuhan. Because of His trusted Word. Dia patut diimani, Dia patut kita sandar karena Dia yang janji Allah yang tidak berubah, yang kekal, dan yang jujur. Saudara-saudara sekalian, Allah kita adalah Allah yang berjanji. Kitab-kitab kita kitab perjanjian, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru. Allah memberikan pengharapan ke kita berdasarkan janji-Nya dengan sumpah kepada diri-Nya sendiri, Ibrani. Kenapa bersumpah kepada diri sendiri? Orang bersumpah menjadi presiden, dia sumpah demi Allah. Tetapi waktu Allah mau bersumpah kepada Abraham, Dia mau bersumpah demi siapa yang lebih besar dari Dia? Nggak ada, Dia yang paling besar. Demi Diri, menunjuk pada Diri, Dia bersumpah. Oh puji Tuhan, tidak ada yang lebih besar. Itu sebab Allah yang tidak berubah, Allah yang kekal, adalah Allah yang jujur, sehingga Allah itu janji-Nya ada boleh kita pegang untuk selama-lamanya.
Dulu saya tidak mengerti, tidak puas, di Westminster Confession ada satu kalimat: “sang pewahyu dan yang diwahyukan itu sama.” Lho buat apa memberitakan kalimat ini? Yang mewahyukan dan yang diwahyukan itu sama. Ini kali saya ke latin Amerika, sudah selesai khotbah beberapa hari, ada satu orang memberikan reaksi, “Di dalam posternya, pengkhotbahnya muda. Setelah datang orang tua.” Saya tidak menipu dia lho. Mereka pasang iklan, pasang poster dengan fotoku delapan tahun yang lalu. Jadi mereka, “Oh Stephen Tong, jadi ini orangnya, ganteng.” Begitu saya naik, kok jadi tua ya. “Wah ditipu ini,” katanya. Ini STEMI menipu ini, fotonya muda, orangnya tua. Dan Saudara, saya tidak tahu, kalau saya tahu tidak setuju foto itu yang dipasang di situ. Tapi mereka kira, “Oh ini foto bagus.” Dan mereka juga lupa, saya sudah lebih tua dari itu. Nah ini banyak terjadi di dunia, begitu banyak khususnya wanita, dilihat dari belakang “oh baru berumur 18,” lihat dari depan 78. Dan dia bisa pakai kosmetik, apa saja, pikir sendiri keliatan muda padahal tidak. Nah itu namanya yang diwahyukan lain sama yang mewahyukan. Maka istilah itu kalimat dari Westminster Confession itu penting. The Revealer and the revealed One is the same, identified. Yang diwahyukan sama yang mewahyukan itu sama. Ini istilah tidak pernah muncul di buku apapun di dalam kebudayaan Timur, Hinduisme atau Konfusianisme, Taoisme, atau Budhism, tidak ada. Kalimat seperti ini hanya ada derived from the bible karena Allah itu setia, Allah itu jujur, Allah tidak berubah, Allah tidak penipu, dan Allah kekal. Semua sifat tiga aspek ini menjadi dasar kita boleh percayakan. Saudara-saudara, anugerah boleh berasal dari Tuhan dan pemberi anugerah adalah jujur, tidak ada sesuatu yang berubah, tidak ada sesuatu pertukaran dalam diri Dia, sehingga Dia adalah sumber terang. Dan di situ menjamin apa yang diberikan itu mungkin menjadi yang terbaik kalau kita kembali kepada Dia, sinkron dengan yang jujur, yang tidak berubah, dan yang sungguh-sungguh. Kiranya Tuhan memberkati kita, membawa kita kembali kepada takhta Dia sendiri dengan mensikronkan semua pemberian kepada motivasi yang tidak pernah salah di dalam pemberian. Saudara-saudara, saya hanya melihat dari sedikit aspek permulaan, kalau Tuhan pimpin mungkin kita khotbah kan lagi lebih dalam dari pada ayat ini.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]