Baju Zirah Kebenaran, 15 Maret 2020

Ef. 6:15-17

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam pasal 6 ayat yang ke-10 dan seterusnya ini sampai ayat yang ke-14, kita akan membahas mengenai senjata Roh yang kedua maka Paulus mau mengatakan kepada kita ada satu hal yang kita tidak boleh anggap remeh yaitu serangan iblis dalam hidup kita.Mungkin kita memiliki suatu pemahaman teologis yang sangat baik, mungkin kita memiliki kebenaran firman dan pemahaman doktrin yang begitu kuat sekali dalam kehidupan kita, mungkin kita bisa menghafal begitu banyak ayat-ayat di dalam Kitab Suci, mungkin kita merasa bahwa kita sudah memahami kebenaran firman dalam hidup kita, tapi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, itu tidak menjamin Bapak Ibu bisa kebal 100% terhadap serangan iblis. Kita masih ada kemungkinan untuk jatuh di dalam dosa, jatuh di dalam bujuk rayu iblis.Itu sebabnya Paulus di sini berkata kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah di dalam kehidupan kita untuk kita bisa menghadapi hari yang jahat itu, untuk menghadapi si jahat itu, atau pemerintah dan penguasa yang ada di dalam dunia ini, supaya kita bisa teguh berdiri di dalam kehidupan iman kita, dan tetap di dalam kekudusan kita.Dan hal pertama yang kita sudah  lihat di dalam senjata Allah yang harus kita miliki, atau kita kenakan yaitu berikat pinggangkan kebenaran.

Dan di dalam ikat pinggang kebenaran itu berbicara mengenai bukan hanya sekedar sabuk, bukan hanya sekedar simbolisme yang dimana kita pakai secara fisik dalam hidup kita sebagai orang Kristen, tetapi ini berkaitan dengan suatu makna bahwa kita harus siap sedia senantiasa dan berkomitmen di dalam kehidupan kita untuk menjalankan kebenaran firman. Itu hal pertama yang harus kita tanamkan ke dalam diri kita sendiri.Saya pecaya kenapa orang-orang Kristen seringkali jatuh di dalam dosa dan seringkali kemudian mungkin kalah terhadap peperangan di dalam iblis atau di dalam pencobaan, hal pertama adalah karena kita tidak mau berkomitmen, sungguh-sungguh berkomitmen untuk mengutamakan kebenaran firman dalam hidup ini  di atas segala sesuatu yang lain. Kita seringkali tergoda untuk melihat kalau hal-hal yang bersifat dunia itu jauh lebih menyenangkan, kita lebih sering tergoda untuk melihat hal-hal yang bersifat kedagingan dalam kehidupan kita itu lebih membuat kita bisa melampiaskan kesenangan dan memberikan kepuasan di dalam kehidupan kita, sehingga itu membuat kita berpikir bahwa komitmen kepada hal-hal dunia, komitmen kepada hal-hal yang bersifaat kedagingan dalam hidup kita itu jauh lebih penting, jauh lebih baik daripada kita berkomitmen kepada kebenaran firman Tuhan.Saya pikir kita sebagai anak-anak Tuhan tidak boleh jatuh ke dalam aspek ini, apapun yang menjadi dasar keputusan kita, kita harus berkata kepada diri kita kalau kebenaran firman itu adalah hal yang paling utama dalam kehidupan kita dan tidak boleh dikompromikan dan kita harus berkata bahwa apapun yang terjadi walaupun tubuhku sendiri harus habis lenyap, kebenaran firman itu tidak boleh kita kompromikan, itu adalah suatu komitmen yang saya pikir kita harus belajar tanamkan ke dalam kehidupan kita, karena apa? Saya bukan berbicara, ini bicara mengenai suatu penerapan kehidupan kebenaran ya mungkin kutipan ayat yang saya mau ambil ini tidak terlalu cocok untuk bagian ini, tetapi ada suatu implikasi yang tidak langsung atau implikasi langsung yang berkaitan dengan komitmen ini juga saya kira.

Misalnya di dalam Matius 5, pada waktu Yesus datang setelah Ia berbicara mengenai, “Jadi engkau adalah terang dan garam di dalam dunia ini,” lalu Yesus berkata,“Jangan engkau kira Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat, dan tidak ada satu iota pun daripada hukum Taurat itu yang akan dihapuskan sampai kepada akhir zaman ini.”Satu iota ini berbicara mengenai satu karakter huruf ibrani yang paling kecil, dan kalau Saudara mengibaratkan iota itu dengan apa yaitu ‘koma’ di dalam huruf bahasa Indonesia, dan itu adalah huruf ibrani yang paling kecil.Jadi ketika engkau membaca Alkitab, baik itu Perjanjian Lama, walaupun itu bicara mengenai Perjanjian Lama dan kalau Saudara pengen tahu, kok bisa dikaitkan dengan Perjanjian Baru juga, Saudara bisa ikut kelas doktrin Alkitab ya nanti ya.Tapi ini berbicara mengenai ketika engkau membaca keseluruhan Kitab Suci, atau secara khusus Yesus sedang berbicara mengenai Perjanjian Lama, Yesus  mau berkata semua yang tercatat huruf demi huruf itu adalah wahyu dari Tuhan Allah, dan itu sebabnya engkau boleh tidak mengurangi satu bagian pun daripada kebenaran wahyu tersebut, kalau engkau sampai berani bermain-main dengan kebenaran firman, engkau menambahkan atau engkau mengurangi kebenaran firman itu, maka itu akan berdampak di dalam kehidupan kekal kita ketika kita menghadap kepada Tuhan.Jadi Tuhan sendiri memberikan suatu jaminan, bahwa firman itu bersifat kekal,  firman itu ialah yang akan menjadi hakim atas kehidupan kita.Apapun yang kita lakukan dalam hidup kita, apakah itu berarti kita boleh mengkompromikan kebenaran firman dan tidak menerapkan firman itu dalam hidup kita? Saya yakin kita tidak bisa, tetapi justru kita  harus mengatakan kepada diri kita, saya berjanji, saya berkomitmen, untuk menerapkan firman dan menegakkan kebenaran firman apapun yang menjadi  resiko atau konsekuensi yang saya harus hadapi.Saya kira kalau kita betul-betul memiliki komitmen seperti ini, maka enggak ada pertikaian yang enggak ada damai di situ, enggak ada sesuatu keributan di dalam keluarga yang akan menjurus kepada perceraian, enggak ada masalah dalam pengertian bicara mengenai relasi yang tidak terselesaikan dalam hidup ini, saya pikir itu akan bisa diselesaikan, karena kita sama-sama belajar menundukkan diri di bawah kebenaran firman dan meng-commit-kan diri kita untuk menghidupi firman itu dalam diri kita.

Saudara saya pikir ini adalah hal yang sangat serius sekali ya, kalau kita ndak pernah bisa meng-commit-kan hidup kita, saya yakin kita ndak mungkin bisa menang terhadap segala perlawanan atau peperangan yang iblis lakukan didalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Jadi ini hal yang pertama, belajar commit-kan diri kita kepada kebenaran.Dan kalau itu berbicara mengenai belajar commit-kan diri kita kebenaran, saya yakin kita itu berarti kita harus tahu kebenaran Tuhan di dalam kehidupan kita, dan kita harus tahu bagaimana mengaplikasikan kebenaran itu dalam kehidupan kita, kalau enggak kita enggak mungkin bisa meng-commit-kan itu dalam hidup kita.Tapi yang terpenting lagi adalah kita percaya bahwa kebenaran itu adalah kebenaran, bukan sesuatu yang salah, bukan sesuatu yang ada lebih baiknya daripada kebenaran yang Tuhan sampaikan, tapi itu adalah kebenaran ultimate, kebenaran yang tertinggi, yang tidak boleh dibandingkan dengan sesuatu yang lain.Kalau engkau berani main-main dengan yang lain, itu ada konsekuensi yang kita akan alami dalam kehidupan kita, tapi kalau kita kembali kepada kebenaran firman walupun mungkin menjalankan itu bukan sesuatu yang gampang tetapi kita tahu ujungnya adalah baik, ujungnya adalah berkat, ujungnya adalah hidup yang kekal bersama dengan Kristus.

Dosa itu sesuatu menampilkan diri sebagai hal yang menyenangkan di depan, firman Tuhan selalu sepertinya menampakkan diri sebagai hal yang tidak menyenangkan dan membawa kerugian dalam hidup kita, tetapi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, dosa akan berujung kepada hal yang tidak menyenangkan seumur hidup kita, dan firman akan membawa kepada hal yang kekal seumur hidup kita. Kemarin Pak Tong di dalam seminar ada ngomong,“Saya enggak peduli orang mau ngomong saya salah atau apa, atau saya tidak memiliki hak asasi kemanusiaan. Saya tidak peduli akan hal itu. Saya akan tetap ngomong kalau benar saya akan ngomong benar, kalau salah saya akan ngomong salah. Walaupun orang akan berkata yang engkau ngomong itu salah. Tapi apa yang keliatan benar belum tentu benar. Apa yang keliatan salah itu belum tentu salah. Jangan-jangan yang keliatan benar justru itu salah dan yang keliatan salah itu adalah kebenaran.” Kadang-kadang kita di dalam mengikut Tuhan, apa yang membuat kita tidak bisa commit kepada kebenaran firman karena kita merasa bahwa,“kok Tuhan menuntut seperti ini ya? Kayak kurang baik untuk menjalankan hal itu, kayaknya kurang menyenangkan untuk mentaati firman Tuhan dalam hidup kita dan menerapkan firman itu dalam kehidupan kita,” sehingga membuat kita mulai mencari alternatif lain untuk dijalankan karena kita pikir itu lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih menyenangkan untuk dijalankan. Tetapi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pikir kalau kita jadi anak Tuhan, itu adalah pandangan yang salah. Yang benar adalah kita harus melihat apapun yang Tuhan katakan, walaupun kita sekarang tidak mengerti, kita tidak bisa pahami itu 100%, dan kita lihat itu sebagai sesuatu yang sepertinya membawa kerugian dalam kehidupan kita dan hal yang tidak menyenangkan atau suatu penderitaan dalam hidup kita, kalau itu firman Tuhan, coba jalankan, tetap jalankan. Saya yakin Bapak Ibu akan lihat kebenaran di dalamnya, dan akan melihat kebaikan yang ada di dalam kebenaran firman itu dalam kehidupan kita. Dan tentunya akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Jadi belajar commit, itu yang pertama. Yakinkan bahwa apa yang dikatakan firman Tuhan, segala sesuatunya itu adalah kebenaran, dan terapkan kebenaran itu dalam hidup kita. Itu yang penting.

Lalu hal kedua yang Paulus katakan, kita perlu mengenakan baju zirah keadilan dalam hidup kita, atau baju zirah kebenaran dalam kehidupan kita. Dan bicara mengenai baju jirah ini apa? Yaitu bagian yang merupakan pelindung daripada tubuh kita. Jadi kalau bicara mengenai ‘berikatkan kebenaran,” itu adalah bicara mengenai sabuk yang diikat sebelum kita berjalan, sebelum kita melakukan segala sesuatu. Gambaran dari orang dulu adalah kita butuh sabuk karena bajunya itu adalah suatu baju terusan. Kalau kita tidak mengenakan sabuk itu kita tidak siap kemana-mana. Tapi ketika berbicara mengenai baju zirah, baju zirah itu adalah suatu pelindung yang menutupi dada kita sampai ke dalam, mungkin kebagian bawah dari tubuh ini sedikit. Fungsinya untuk apa? Fungsinya bisa melindungi kalau di zaman dulu. Melindungi diri dari anak panah atau melindungi diri dari peperangan jarak dekat ketika prajurit ingin menyerang kepada musuhnya.Mungkin musuh itu akan melepaskan anak panah dari jauh, lalu yang menjadi pelindung apa? Salah satunya mungkin tameng, tetapi kalau hal itu meleset dari tameng dia masih ada semacam pelindung yaitu baju zirah itu yang terbuat dari mungkin kulit yang tebal atau ada dikasih ada plat-plat pelindung, atau mungkin ada apa itu tanduk punya kulit yang ditempelkan ke dalam semacam sisi- sisik yang dibikin menjadi sebuah baju itu. Itu bisa menahan serangan dari anak panah atau ketika mereka sudah masuk ke dalam pertempuran jarak dekat. Ketika orang mengayunkan pedang, kalau mereka sampai tidak bisa membela atau menangkis serangan itu mereka tetap ada baju zirah yang bisa menahan serangan pedang tersebut sehingga mereka tidak terluka.

Dan dari semua hal yang merupakan perlengkapan senjata Allah, mungkin kita akan berfikir adakah sesuatu hal dari yang begitu banyak perlengkapan yang harus kita kenakan yang paling utama atau yang paling penting? Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, dari seluruh perlengkapan itu saya percaya punya fungsinya masing-masing, punya tujuannya masing-masing, punya perlindungannya masing-masing dalam kehidupan kita. Tetapi baju zirah kita bisa tetap katakan bisa menjadi salah satu hal yang sangat serius sekali atau sangat penting sekali di dalam melindungi nyawa dari seorang prajurit yang sedang pergi berperang. Karena apa? Karena walaupun kita berkata kepala itu penting tetapi ada suatu bagian di dalam. Baju peperangan itu yang sudah dipakai untuk melindungi kepala. Kalau kita berkata bahwa leher itu penting, kalau kepala itu dipenggal dengan mungkin senjata musuh saya pikir di dalam peperangan jarak dekat hal itu tidak terlalu gampang untuk dilakukan. Tetapi yang paling gampang adalah apa? Menyerang bagian tubuh yang paling lebar, yang paling besar, yaitu apa? Tubuh kita dari dada sampai kepada perut. Sehingga kalau ada satu bagian saja yang terluka, saya pikir prajurit itu sudah mengalami kesulitan dan pasti kemungkinan besar bisa kalah di dalam peperangan. Bukan kayak film-film silat itu ya, orang udah ditusuk-tusuk sampai bagaimana pun tetap bisa bangun melawan sampai akhirnya lawannya yang jadi kalah, kayak gitu. Tapi coba bayangin ya kalau perutnya yang tergores pedang yang begitu tajam lalu ususnya terburai keluar, mungkin enggak bisa hidup? Ini sadis, tapi saya mau ngomong ada bahaya seperti itu. Kalau sampai pedang itu ditusuk ke arah jantung kita atau paru-paru kita, masuk kesitu, saya pikir kita bisa mati. Prajurit itu bisa mati. Makanya hal yang paling utama itu di dalam peperangan atau di dalam baju perang itu adalah baju zirah yang melindungi tubuh kita dari bahaya serangan senjata lawan. Nah kalau berbicara mengenai hal ini, sebenarnya baju zirah itu bicara apa sih atau menimbulkan apa? Saya lihat ada pengkhotbah yang menafsirkan seperti ini ya, baju zirah itu kita bisa gambarkan untuk melindungi ada dua bagian alat vital kita: pertama itu adalah jantung kita dari serangan; dan kedua adalah organ tubuh kita yang lain daripada serangan, misalnya usus atau bagian perut ini. Dan itu menggambarkan apa? Pertama, kalau bicara mengenai jantung atau kata lainnya hati maka itu berbicara mengenai pikiran kita. Apa yang kita pikirkan dalam kehidupan kita? Alkitab berkata misalnya begini,“Apa yang engkau makan itu tidak menajiskan engkau tetapi apa yang keluar dari hatimu itu yang menajiskan engkau. Karena segala kejahatan dan keberdosaan itu keluar dari pada hati kita atau keluar dari mulut karena itu dari dalam hati kita. Nah kalau berbicara mengenai hati itu artinya apa? Alkitab berkata atau pengertian Kitab Suci mengenai hati itu bertolak belakang sekali dengan pengertian dunia mengenai hati. Kalau dunia berbicara mengenai hati konotasinya adalah selalu dengan perasaan. Apa yang saya rasakan?Kemarahan, kesedihan, sukacita, atau yang lainnya itu di dalam hati. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan hati itu sebagai hal yang bersifat emosi saja tetapi justru menjadi pusat hidup kita dan tempat dimana akal atau firman itu berdiam dan kita berfikir, itu adalah hati. Ada ayat lain enggak yang berbicara mengenai hati? Misalnya di dalam Markus ada kalimat “Kasihilah Tuhan Allah mu, sesamu dengan segenap hatimu dengan segenap jiwamu dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Berarti ayat itu tidak berkata bahwa manusia itu terbagi menjadi 4 bagian atau 5 bagian, tetapi Alkitab ayat itu menunjukkan Tuhan ingin menjabarkan apa? Hati itu apa? Hati itu meliputi jiwa di dalamnya, meliputi akal budi di dalamnya, dan meliputi apa yang menjadi kehendak di dalamnya. Itu bicara mengenai hati. Jadi pada waktu kita berkata kita harus berbajuzirahkan keadilan dalam kehidupan kita, pertama adalah itu menyimbolkan kalau ketika iblis menyerang, maka kita harus menamengi atau melindungi pikiran kita dengan kebenaran Firman, atau keadilan dalam kehidupan kita, atau kebenaran dalam kehidupan kita, itu hal yang pertama.

Lalu, berbicara mengenai bagian perut yang lain, apa yang dimaksudkan? Maka commentary ini, atau pengkotbah ini mengkaitkan dengan emosi. Perut berkaitan dengan emosi. Kok bisa ya? Dia berkata seperti ini; Bapak, Ibu kalau stress, yang sakit apa ya? Hm? Apanya? Lambung. Lambung menjadi perih mungkin, lalu ingin buang-buang air kan? Jadi pada waktu kita berbicara mengenai bagian perut, maka itu berbicara mengenai bagian emosi kita, bagian perasaan kita, dan pada waktu Paulus berkata, “Engkau harus berbajuzirahkan kebenaran” maka hal kedua yang dilindungi oleh baju zirah itu adalah apa yang kita rasakan. Jadi ini adalah dua aspek yang penting yang dilindungi oleh baju zirah tersebut, atau yang dilambangkan oleh baju zirah ini. Dan saya percaya ini adalah suatu hal yang penting yang akan mempengaruhi seluruh kebenaran daripada kehidupan kita, dan apa yang kita lakukan di dalam kehidupan kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa begitu? Karena hidup manusia, apapun yang dia lakukan, yang mendorong dia melakukan segala sesuatu itu berkaitan pertama adalah pikiran, kedua adalah perasaan. Itu yang akan mendorong kita melakukan segala sesuatu. Ada nggak orang yang melakukan dulu baru berpikir? Hm? Ada nggak? Ada? Mungkin nggak ada sih. Yang ada adalah setelah dia lakukan dia pikir lebih jauh lagi. Tapi sebelum nya dia sudah pikir dulu dia akan lakukan apa, tapi pertimbangan nya kurang matang, kurang mendalam, kurang bijak, sehingga ketika dia lakukan itu, dia baru sadar “eh ternyata salah ya,” baru ada orang ngomong, “kamu itu melakukan, mengerjakan segala sesuatu tanpa mikir. Pikir dong. Pikir.” Padahal dia sudah mikir, cuma pikirannya kurang dalam saja, mungkin seperti itu. Saya percaya ndak ada seorang yang akan melakukan segala sesuatu tanpa pikir terlebih dahulu. Yang kedua, nggak ada orang yang melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan apa akibatnya, apakah ada sesuatu kesulitan yang merugikan, yang menyakitkan, yang akan dia alami ketika dia melakukan sesuatu terlebih dahulu. Kecuali kalau dia sudah gelap mata, mungkin ya, dia nggak peduli lagi semua itu. Tapi, ada nggak Bapak, Ibu, Saudara yang tahu kalau Bapak, Ibu, memutuskan sesuatu itu bisa membuat Bapak, Ibu terluka, ada yang mau lakukan itu? Saya pikir nggak kan?

Saya kadang kalau bawa kendaraan ke luar kota, ini jangan ditiru ya, kadang bisa terpancing emosi juga si sama orang. Maksudnya bukan emosi marah-marah kepada orang, kalau kita bawa kendaraan ke luar kota, disalip orang, sebentar disalip orang, sebentar disalip orang, sebentar disalip orang, hati panas juga ya. Apalagi kalau waktu untuk pergi ke tempat itu mepet sekali, itu bisa dorong kita untuk bawa kendaraan dengan cukup kencang. Kadang-kadang, kaya kemarin misalnya, Pak Tong mau kembali ke Jakarta, mendadak pesawat cancel dari Solo karena Merapi meletus, lalu mau ngejar tiket pesawat, jarak nya cuma ada waktu saya harus tiba di sini jam 3, kalau ndak sampai di sini  jam 3 di airport, mereka nggak bisa check-in dan yang lalu ikut pesawat terbang, karena flight nya jam 4, minimal sampai jam 3.30, lalu kita jalan dari Solo jam berapa? Jam 2 lewat 15. Ayo, gimana caranya? Terpaksa harus cepat kan? Bukan ngebutya, tapi cepat. Kadang-kadang bisa seperti itu. Tapi kadang-kadang saya juga di dalam perjalanan itu, misalnya saya naik motor ke sana, bukan kadang-kadang, sering kali, karena pertimbangan waktu dan kepraktisan ya. Lagi bawa cepat, mendadak lihat di depan, ada kecelakaan. Saya pernah suatu hari bawa motor malam hari lihat, ada tabrakan, dua kendaraan motor sudah bergelimpang di samping jalan, lalu ada orang yang sudah terlentang di situ dan saya lihat kelihatannya dia mati, karena ada darah keluar dari mulutnya. Langsung saat itu ada satu perasaan di dalam hati, yang mengatakan, “ini bahaya lho,” ada kepikiran dan perasaan yang berkata, “jangan-jangan kamu kalau terus ngebut bisa dapat kecelakaan, dan ingat keluarga,” dan yang lain-lain, lalu mulai menahan diri untuk membawa kendaraan dengan kencang.

Saudara, saya kira, kalau kita tahu konsekuensinya di dalam keputusan yang kita ambil itu ada sesuatu yang membahayakan kita, bukan hanya dari pengetahuan kita saja, tetapi dari fisik kita yang mungkin akan disakiti, dan mengalami sakit, dan yang lain nya, seperti misal nya virus Corona, kita tahu kita bisa mengakibatkan sakit yang sulit, kita langsung mengambil antisipasi untuk menjaga itu. Jadi, ketika berbicara mengenai pikiran dan perasaan, saya yakin itu menjadi satu hal yang berkaitan dengan pusat seluruh kehidupan kita. Apa yang membuat kita berkomitmen untuk menjalankan kebenaran? Karena kita tahu di pikiran kita, bahwa itu benar, itu baik, itu akan membawa kepada sesuatu yang membahagiakan dalam kehidupan kita, yang menyenangkan dalam kehidupan kita, yang membawa kepada sukacita dalam kehidupan kita, maka kita belajar untuk berkomitmen terhadap kebenaran Firman Tuhan. Apa yang membuat kita membaca Alkitab setiap hari? Karena kita tahu, bahwa di sinilah kebenaran yang kita bisa gunakan atau kita terima sebagai penuntun hidup kita, dan inilah yang merupakan pengajaran yang paling bijaksana yang bisa memberikan hikmat dalam kehidupan kita untuk menghadapi dunia yang berdosa ini. Apa yang memberikan kita pengharapan akan hari kekal? Firman Tuhan, itu yang membuat kita mau membaca, merenungkan itu. Tapi kalau Saudara nggak pernah berpikir bahwa ini bisa membawa Saudara ke dalam hidup, memberikan suatu kehidupan yang kudus, yang terpisah dari dunia, mengalahkan dosa dalam hidup mu, saya yakin ini bukan menjadi alternatif pertama yang kita cari. Dan yang di ajarkan di sini tidak menjadi alternatif pertama yang kita harus commit-kan, kita jalankan dalam kehidupan kita.

Jadi baju zirah itu berbicara mengenai apa yang kita lindungi, yaitu pikiran kita, berdasarkan kebenaran Firman, dan perasaan kita berdasarkan kebenaran Firman. Dan itu menjadi hal yang penting karena itu akan mempengaruhi seluruh sikap kita dan tindakan yang kita ambil dalam kehidupan kita. Bagaimana kita menghadapi pencobaan iblis pun dasarnya adalah berdasarkan apa yang kita percayai dan pikirkan itu dan kita rasakan dalam kehidupan kita. Nah itu sebabnya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, karena ini adalah hal yang penting, maka saya percaya ketika iblis bekerja untuk menyerang GerejaNya, atau menyerang anak-anak Tuhan, maka dia akan berusaha menghancurkan pikiran kita, dan apa yang kita rasakan, nikmati. Saya pernah berkata, ketika Adam dan Hawa dicobai oleh iblis, hal pertama yang iblis lakukan adalah menanamkan kecurigaan Hawa terhadap perkataan Tuhan. Meragukan, “Betul nggak Tuhan itu tulus?Betul enggak Tuhan itu benar? Jangan-jangan saya yang ditipu oleh Tuhan karena Tuhan melarang ini, itu adalah sesuatu yang sebenarnya membawa kebaikan, saya akan menjadi seperti Allah, tapi justru karena Tuhan merasa bahwa Dia ndak mau disaingi, maka Dia berkata : “Jangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat itu”, karena kalau saya makan, saya betul-betul jadi seperti Allah, dan itu berarti ada dua Allah atau tiga Allah di dalam dunia ini, dan Dia enggak suka itu.” Dan itu membuat Hawa tergoda dan akhirnya dia makan dan Adam juga mau makan buah itu. Tapi Saudara, kalau Saudara enggak pernah punya pikiran atau kecurigaan terhadap Firman, terhadap Tuhan, saya yakin Saudara akan menepis itu, tapi kalau Saudara sudah izinkan benih kecurigaan itu masuk dalam hidupmu, benih keraguan bahwa firman Tuhan itu adalah kebenaran yang mutlak, yang harus Saudara utamakan dalam hidup ini, saya yakin celah yang sedikit itu, yang Saudara izinkan masuk dalam hidupmu, itu akan menghancurkan dan membuat engkau kalah di dalam peperangan melawan iblis. Jangan biarkan iblis punya celah di dalam aspek ini ya.

Saya sudah bicara dua minggu lalu mengenai apa yang menjadi pekerjaan iblis di dalam usaha untuk menghancurkan gereja dan umatNya. Jadi Saudara, pikiran kita itu penting, iblis selalu akan berusaha untuk menanamkan kepada kita bahwa firman Tuhan boleh kamu pertanyakan, bahwa apa yang kau hidupi berdasarkan firman itu bukan sesuatu yang baik, engkau enggak mungkin bisa menikmati Tuhan kalau engkau menjalankan firman ini, engkau lebih bisa menikmati hidup kalau engkau menjalani kesenanganmu, kalau engkau melampiaskan emosimu, kalau engkau menyimpan rasa dendam di dalam hatimu, kemarahanmu, kalau engkau bercerai dengan pasanganmu, kalau engkau menanamkan pikiran yang negatif tentang orang dan terus memelihara pikiran yang negatif itu dalam hidupmu. Itu adalah hal-hal yang menyenangkan, itu adalah hal-hal yang memberi kepuasan, tapi kalau engkau harus mengganti pikiran yang negatif itu dengan firman Tuhan, engkau harus mengganti kekhawatiranmu akan hidup ini dengan percaya kepada Tuhan, engkau ndak bisa melakukan apapun hanya percaya kepada Tuhan, itu bukan hal yang menyenangkan. Apabila engkau tidak hidup dalam dosa, engkau berusaha untuk melawan kedaginganmu, ndak melampiaskan atau memberikan dirimu untuk suatu kehidupan berdosa, atau seks, atau pergaulan bebas, dan yang lain-lainnya, itu bukan hal yang menyenangkan, itu adalah hal yang akan mengekang engkau dan membuat engkau stres. Tapi Saudara, kalau kita terpancing ke dalam aspek itu, saya yakin kita akan hancur. Coba kita belajar percaya bahwa Alkitab itu betul-betul firman Tuhan.Saya seringkali diajak masuk ke dalam kondisi seperti ini dalam hidup saya, pergumulan antara saya harus seperti apa, antara mempercayakan hidup saya atau saya mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan suatu masalah. Kadang-kadang, godaan untuk mengambil jalan pintas menyelesaikan masalah itu adalah hal yang besar sekali, tetapi pelan-pelan saya coba belajar sabar sedikit, punya pengendalian diri sedikit, lalu berdoa minta pertolongan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Dan ternyata yang menjadi pencobaan itu bisa berlalu, yang menjadi ujian itu bisa berlalu. Saya percaya itu termasuk dengan corona virus ini juga ya, tadi saya share di awal ya. Dalam segala sesuatu, cobalah kita belajar untuk pertama, merenungkan ada aspek rohani apa yang Tuhan ingin pertumbuhkan dalam kehidupan kita, berdasarkan kondisi yang kita alami dalam hidup ini, baru pikirkan hal-hal yang lain, tetapi perjuangkan itu terlebih dahulu dala hidup kita. Saya yakin kita akan menjadi orang yang dewasa di dalam kerohanian ketika kita mengikut Tuhan.

Nah sekarang, pertanyaan lebih lanjut adalah pada waktu berbicara mengenai berbaju zirahkan kebenaran, maksud ‘kebenaran’ itu sendiri, mengenakan kebenaran itu seperti apa? Mungkin hal pertama yang bisa dipikirkan adalah itu adalah sesuatu yang harus kita usahakan dari kekuatan diri kita untuk bisa melawan setan. Saya seringkali mendapatkan orang-orang yang datang kepada saya lalu berbicara kepada saya seperti ini, “Pak, kenapa saya selalu jatuh di dalam dosa dalam kehidupan saya? Saya tahu itu salah tapi saya tidak bisa menghadapi itu,” lalu dia mulai depresi, mulai merasa kecewa dengan diri dia, lalu mulai mempertanyakan keselamatan yang dia miliki dalam hidup dia. Saudara, waktu saya menghadapi orang yang berbicara seperti ini, kadang-kadang saya akan membawa dia untuk melihat satu bagian sisi lain dalam kehidupan rohani seseorang, yaitu dari aspek iman. Jangan-jangan engkau merasa frustrasi untuk menghadapi pencobaan dan gagal dalam menghadapi pencobaan karena engkau berpikir engkau punya kekuatan dari dirimu sendiri dengan kekuatanmu itu untuk melawan pencobaan itu atau serangan iblis dalam hidupmu. Kalau itu terjadi, saya yakin kita pasti gagal, gagal, dan gagal, dan enggak pernah mungkin mengalami kemenangan dalam kehidupan kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, banyak sekali contoh di dalam Kitab Suci, orang-orang yang berpikir kalau dia dengan kekuatan diri dia sendiri bisa memenangkan hati Tuhan dalam hidup mereka, tetapi Tuhan berkata, “Tidak, engkau tidak pernah mungkin bisa mendapatkan hatiKu dan kasihKu karena engkau berusaha untuk melakukan suatu kehidupan yang benar dalam hidupmu.” Contohnya seperti misalnya orang muda yang kaya. Ketika dia datang kepada Yesus Kristus, orang muda ini kemudian langsung berlutut di hadapan Yesus kemudian dia berkata, “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Lalu pada waktu Yesus mendapatkan pertanyaan dari orang muda kaya ini, Yesus berkata, “Engkau kenapa panggil Aku baik? Hanya satu yang baik, yaitu Allah sendiri.” Ini kalimat bukan berkata Yesus bukan Allah, tetapi kalau dia berani ngomong Yesus adalah guru yang baik, apakah orang muda itu bisa melihat melampaui sekedar Yesus adalah seorang nabi atau seorang guru agama dalam kehidupannya yang baik tetapi kalau dia berkata Yesus baik, dapatkah dia melihat bahwa Yesus itu adalah Allah? Lalu Yesus berkata, “Kalau engkau tanya kepada saya apa itu hal yang harus dilakukan, yang baik itu, supaya bisa memperoleh hidup yang kekal, maka lakukanlah: kasihilah manusia, lalu hormatilah ayah dan ibumu, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzinah, jangan bersaksi dusta.” Lalu ketika orang muda ini mendengar itu, dia bilang, “Aku sudah lakukan itu semua.” Lalu Yesus dengan kasih memandang kepada orang muda ini, Dia berkata, “Kalau engkau sudah lakukan itu semua, ayo sekarang jual seluruh hartamu lalu bagikan kepada orang miskin dan ikutlah Aku.” Saya percaya kalimat Yesus ini menunjukkan bahwa tindakan orang muda yang kaya itu, yang berpikir bahwa dengan kekayaannya dia bisa lakukan kebaikan dalam hidup dia, dan saya lihat di dalam dunia ini banyak sekali orang yang ber-uang dan berpikir hal yang sama, berpikir dengan uangnya dia bisa membeli segala sesuatu bahkan keselamatannya sendiri dia bisa beli dan belas kasih Tuhan dia bisa beli dengan uang dia, itu adalah hal yang salah. Karena orang muda ini ketika dia ingin membeli keselamatan itu dengan mungkin uangnya, dengan perbuatan baiknya yang dia lakukan, dia enggak lihat bahwa dia enggak mungkin bisa lakukan itu seturut dengan kesempurnaan tuntutan Tuhan. Karena itu Tuhan minta dia untuk menjual seluruh hartanya dan membagikan kepada orang miskin. Dan ketika dia melakukan itu pun Tuhan berkata, “Enggak cukup, engkau harus ikut Aku.” Tapi orang muda itu tidak bisa lihat, dan dia kemudian dikatakan pergi dengan kesedihan hati karena hartanya banyak.

Selanjutnya juga ada perumpamaan atau ilustrasi lain yang Tuhan Yesus berikan. Pada waktu ada 2 orang masuk ke dalam bait Allah, yang satu adalah orang Farisi, yang satu adalah pemungut cukai. Si Farisi kemudian berdoa di hadapan Tuhan dengan menengadah ke langit, kepalanya ke langit, itu menunjukkan kebanggaan dia dan kebenaran yang dia rasa dia miliki dalam kehidupan dia sehingga membuat dia berani menghadapkan dirinya kepada Allah dan menengadahkan mukanya kepada Allah dan berkata, “Tuhan, aku bersyukur aku tidak seperti pemungut cukai itu. Aku memberikan perpuluhan seminggu dua kali.”Mungkin dalam pikiran dia pemungut cukai itu jangan-jangan dalam sebulan juga tidak memberi perpuluhan, atau cuma beberapa bulan sekali memberi perpuluhan. Kalau Saudara perhatikan kehidupan dari orang-orang Farisi, maka dia punya suatu kekuatiran “jangan-jangan bukan saya saja yang tidak membayar perpuluhan tetapi orang yang saya beli barangnya dari dia itu juga jangan-jangan tidak membayar perpuluhan,” karena itu dia berusaha untuk membayar perpuluhan bagi dirinya sendiri tetapi juga orang yang dia beli barangnya itu juga dia bayar perpuluhannya. Itu orang Farisi lho. Makanya Yesus berkata, “Kalau hidup keagamaanmu tidak lebih baik atau tidak lebih benar dari orang Farisi engkau ndak layak masuk ke dalam kerajaan Surga.” Mereka betul-betul menjalankan hidup keagamaannya begitu ketat sekali, mereka menjalankan perpuluhan dan bahkan bukan perpuluhan sendiri yang dijalankan bahkan orang lain pun dijalankan, lalu mereka berpuasa seminggu dua kali. Pemungut cukai puasa berapa lama dalam setahun? Mungkin ndak pernah puasa,kalaupun puasa mungkin bisa dihitung dengan jari di hari-hari besar tertentu saja mereka berpuasa. Tapi Saudara, pemungut cukai bagaimana? Dikatakan dia merunduk dan menangis, dan meratap memukuli diri dan berkata, “Tuhan aku ndak layak di hadapan Engkau. Ampuni saya.” Lalu Yesus berkata, siapa yang dibenarkan? Ketika mereka pulang yang dibenarkan adalah pemungut cukai dan bukan orang Farisi.Bapak, Ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ayat-ayat ini menunjukkan kalau Alkitab secara jelas sekali berkata orang ndak mungkin bisa diterima oleh Tuhan dengan perbuatan baik dan usaha agama yang mereka lakukan. Kalau kita terus ngotot dengan pemahaman kebenaran itu bisa membuat saya menang melawan iblis, kebenaran itu bisa membuat saya memenangkan hati Tuhan dan membuat saya diterima oleh Tuhan melalui kebaikan yang saya usahakan dari diri saya sendiri, jawabannya adalah Yesus ndak perlu datang dan mati di kayu salib. Dan jawabannya adalah Yesus ndak akan berkata bahwa lebih mudah seekor unta masuk kedalam lubang jarum daripada orang kaya masuk kedalam kerajaan Surga. Jadi saya kira Alkitab jelas sekali berbicara mengenai kita butuh anugerah keselamatan.

Kebenaran diri ndak mungkin bisa menyelamatkan diri kita. Dan satu contoh hidup yang sangat nyata sekali mengenai hal ini adalah apa yang disaksikan oleh Paulus sendiri di dalam kehidupan dia. Kalau Saudara lihat dalam Filipi pasal yang ke-3, di situ Paulus berkata seperti ini, di dalam ayat yang keempat, “Kalau engkau mau bicara kepada aku, mengenai menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah, kamu tahu tidak, nggak ada orang di dalam dunia ini,” mungkin Paulus berkata di dalam zaman dia, “yang memiliki tuntutan hidup yang begitu ketat sekali di dalam mengejar hal-hal lahiriah di dalam hidup dia selain daripada Paulus itu sendiri.” Atau istilah lainnya adalah Paulus adalah orang yang betul-betul mendisiplinkan hidup dia berdasarkan Taurat Tuhan di dalam hidup dia, sehingga dia berusaha menjalankan seluruhnya tanpa ada cacat sela sama sekali di dalam kehidupan dia. Dan Paulus berkata, “Bukan hanya itu saja, kalau engkau mau melihat silsilah di dalam hidupku, maka kau akan melihat aku adalah keturunan Benyamin, orang Ibrani asli, anak Abraham.” Dan bahkan Benyamin adalah salah satu keturunan dari Yakub yang sangat disayang sekali, yang punya kelebihan dibandingkan semua saudaranya yang lain selain daripada Yusuf. Paulus ngomong apa? “Aku ini bukan orang sembarangan lho. Kalau engkau mau mengandalkan diri berdasarkan hal-hal lahiriah, saya punya banyak kualifikasi dalam hidup saya untuk bisa membanggakan diri saya dalam aspek-aspek lahiriah. Baik dalam keturunan, dan bahkan dalam ketaatan kepada Taurat Tuhan.”

Nah Saudara, pada waktu Paulus berbicara mengenai ketaatan kepada Taurat Tuhan ini, tolong jangan anggap dia menjalankan hukum Musa, 10 Perintah Allah, tetapi yang dia jalankan adalah tambahan hukum Tuhan yang dibuat oleh orang-orang ahli Taurat, mungkin orang-orang yang hidup di dalam zaman kegelapan 400 tahun sebelum Yesus Kristus lahir kedalam dunia ini. Jadi ahli Taurat ketika baca Alkitab, mereka kemudian merasa,“waduh kita perlu memikirkan cara bagaimana supaya orang yang kita ajarkan rohani itu tidak melanggar hukum Tuhan.” Lalau caranya gimana? Misalnya ambil contoh mengenai Sabat, Sabat  itu definisinya apa ya? Tidak boleh bekerja. Harus istirahat kan. Istirahat itu definisinya apa? Tidak boleh bekerja. Lalu ketika mereka mendapatkan definisi tidak boleh bekerja, tahap berikutnya yang mereka pikirkan adalah bekerja itu apa? Lalu kalau kita ditanya bekerja itu apa? Maksudnya apa? Cari uang. Berarti  kalau saya cari uang di hari Minggu ndak boleh? Benar ndak? Bener ndak papa, yang lain apa? Ndak boleh bekerja artinya apa? Nah orang Farisi mikirin cari uang itu, tetapi dia mikir lebih jauh lagi, oh kalau ndak boleh bekerja itu berarti kita tidak boleh membawa beban, karena kerja itu berkaitan dengan membawa beban misalnya, lalu ketika mereka bicara oh ndak boleh bawa beban ketika hari Sabat maka yang dimaksud beban itu apa? Dalam ya pikirannya, lalu mereka bilang kayak gini, oh beban, kira-kira apa yang menjadi standar ya, yang baru dikatakan kita bekerja kalau membawa beban. Lalu mereka merumuskan kalau engkau membawa sesuatu yang lebih berat dari buah pohon Ara, engkau bekerja, lalu  beban lagi. Apa ya beban? Coba kita lihat perempuan. Oh perempuan itu kan suka menampilkan suatu penampilan yang cantik, kadang sudah dikasih rambut yang bagus oleh  Tuhan merasa kurang bagus pakai wig dia, lalu mereka kemudian ngomong kira-kira kalau perempuan pakai wig, itu beban bukan ya? Kerja bukan ya? Mereka pikir kayak gitu lho. Lalu misalnya mereka pikir, kalau kita menulis di kertas, itu kerja nggak? Kalau pakai tinta yang sama itu kerja nggak? Berapa huruf yang ditulis baru dimasukkan kerja, atau kalau kurang daripada jumlah itu kita bisa dikatakan bekerja, apakah kita bisa katakan kita belum bekerja? Kita mau jalan berapa jauh dalam hari Sabat? Dalam hari Sabat, kalau melampaui jarak itu, apa itu bisa dihitung kerja, kalau melampaui jarak lebih jauh dari yang seharusnya kita tempuh itu bagaimana caranya supaya kita bisa menempuh jarak yang lebih jauh? Mereka pikirin kayak gitu lho. Termasuk kalau seorang penjahit  bawa jarum di bajunya ditaruh sini, walaupun dia nggak jahit tapi dia taruh jarumnya di sini, dia termasuk bekerja apa nggak? Itu orang Farisi. Beban nggak? Beban ya. Pengen Saudara digituin? Nggak.

Tapi Paulus bilang, dalam ketaatan kepada Taurat, aku tidak bercacat. Luar biasa sekali orang ini. Ndak ada celah sama sekali, tapi dia ngomong apa kemudian? Silahkan buka Filipi pasal 3 ya. Ini baru ngomong satu aspek ya. Sabat ya. Kalau Saudara perhatikan tambahan hukum bagi orang Yahudi, itu ada 360 lebih hukum yang ditambahkan dan dia jalankan hukum itu satu hari ada satu hukum tertentu yang harus dijalankan dan dia berani klaim “aku jalankan itu tanpa cacat.” Dan Tuhan Yesus berkata, kalau engkau punya kehidupan keagamaan tidak lebih benar dari dia, engkau  tidak layak masuk kedalam kerajaan Surga. Lalu kita coba baca ya, misalnya dari ayat  yang ke-4, tadi. Saya baca aja ya, ini satu perikop yang nggak terlalu panjang, Filipi 3:4-9, “Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (yang maksudnya adalah – nggak bercacat itu) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”Jadi Paulus ngomong apa? “Kalau engkau mau berbangga diri dengan kebaikan-kebaikan yang engkau lakukan dalam hidupmu, dan ketaatan-ketaatan keagamaan yang engkau lakukan dalam hidupmu, seharusnya orang yang berbangga itu aku, bukan engkau! Karena apa? Coba bandingin hidupmu dengan hidupku! Adakah engkau memiliki kehidupan yang lebih ketat daripada apa yang aku jalankan dalam hidupku?” Dan Paulus bilang, “Aku bisa bersombong diri dalam aspek ini karena semua kriteria itu aku jalankan begitu disiplin, dan begitu ketat sekali.’  Tapi Paulus kemudian menyadari, semua itu nggak ada gunanya, semua itu sia-sia. Karena apa? Semua itu nggak bisa memberikan kebenaran dalam hidup dia. Tapi justru itulah cara iblis untuk membuat manusia tidak bergantung kepada Allah dan menggunakan cara Allah, yaitu menerima keselamatan, menerima kebenaran, oleh karya Allah di dalam kehidupan kita.

Di dalam kelas STRIY kemarin, saya ada bicara mengenai beberapa aspek yang membuat kita bisa berkata, kalau Alkitab itu adalah kebenaran firman dan bukan hasil tulisan manusia atau hasil kreatifitas atau pemikiran manusia yang begitu jenius sekali. Dan walaupun ada orang-orang Kristen yang pikir itu tulisan manusia, lho! Nggak tahu, Bapak Ibu Saudara punya pikiran yang sama atau tidak. Tapi di dalam poin itu, saya bicara seperti ini, “Tahu tidak, apa yang membuat kita bisa berkata: Alkitab itu bukan hasil pencapaian pikiran manusia yang jenius?” Argumentasinya begini: kalau manusia yang dikasih kesempatan untuk menulis mengenai diri dia dan keselamatan, mungkin nggak dia menulis hal-hal yang berkaitan dengan manusia berdosa, manusia harus dihukum karena dosa, manusia nggak ada kesempatan keselamatan melalui kebaikan dia, dia harus percaya kepada Kristus Yesus. Karena itulah satu-satunya jalan yang membawa kita kepada hidup kebenaran dan kekekalan.Saya kira semua agama dalam dunia ini, kecuali Kristen, mengajarkan kalau keselamatan itu setelah melalui usaha pribadi dan manusia itu tidak betul-betul dalam kerusakan total. Semua agama menyadarkan: Manusia ada hal yang salah dalam dirinya, tetapi kesalahan dalam dirinya, atau dosa dalam diri dia tidak akan membawa kepada hal yang fatal dan mematikan. Itu sebabnya semua agama itu mengajarkan: Kita harus melakukan kebaikan-kebaikan, kebaikan, ketaatan kepada hukum agama, supaya kita diterima oleh Tuhan. Ketaatan berdasarkan kekuatan siapa? Diri kita, dan usaha kita, kebenaran diri kita.Sekarang kalau Alkitab bilang, “Nggak ada yang bisa lakukan itu! Semua manusia berdosa. Semua manusia harus dihukum Tuhan. Kalau manusia ingin dibenarkan, dia harus datang kepada Allah melalui Kristus. Bahwa hidup ini harus belajar mempercayakan diri kita kepada tangan Tuhan dan bukan membuat kita percaya kepada diri dan usaha kita sendiri.” Mungkin nggak dari manusia? Jawabannya: Nggak mungkin.

Saya kasih contoh, kemarin Saudara kalau pergi ke rumah duka, Saudara lihat kata sambutannya, atau kata kenangan yang diberikan oleh keluarga terhadap orang yang mati, mungkin Saudara akan heran, mungkin juga terbiasa. Karena kalau Saudara tahu kehidupan orang yang mati itu, lalu Saudara bandingkan dengan kata perpisahan yang dikatakan, atau kenangan yang disampaikan oleh keluarga mengenai saudaranya, ayahnya, ibunya, atau saudaranya yang mati itu, itu bertolak belakang sekali, seringkali. Mereka akan umumnya bicara hal-hal baik mengenai keluarga mereka yang mati itu. Mereka nggak akan ngomong, “Saya bersyukur dia sekarang mati… karena apa? Semasa hidupnya, nggak ada satu kebaikan pun yang saya lihat dalam hidupnya. Saya sebagai anak merasa, ini orang tua bukan orang tua yang baik. Tapi dia betul-betul egois sekali. Yang diberlakukan adalah mikirin apa yang jadi kepentingan diri dia sendiri dan mikirin mama saya hidupnya seperti apa. Mama saya harus berjuang sendiri untuk pekerjaan, dia senang-senang sendiri, bahkan meminta uang dari mama, hasil pekerjaan mama. Lalu ketika saya butuhkan sesuatu, dia nggak pernah mikirkan kebutuhan saya apa. Saya bukan hanya butuh uang, saya butuh kasih sayang, dan dia nggak pernah berikan kasih sayang itu kepada kehidupan saya dan keluarga.”Ada nggak yang ngomong kaya gitu? Nggak ada kan? Tapi selalu ngomong yang baik. Tapi Saudara, waktu engkau baca Alkitab, penulisnya sendiri ngomong dia berdosa, dia sudah melanggar Tuhan, dia tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik. Tapi mungkin dari manusia, nggak. Saya percaya: Bukan, itu pasti wahyu Tuhan.

Jadi kalau engkau Saudara mau bicara mengenai kebenaran dari diri, saya yakin Alkitab menentang itu, bahkan pemberian ini pun sendiri, itu sudah menentang itu. Kita membutuhkan keselamatan yang dari Tuhan. Makanya Paulus kemudian berkata, di dalam ayat yang ke-9,dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”

 

Ini definisi kedua ya. Ketika kita bicara mengenai mengenakan baju zirah kebenaran, hal pertama adalah mungkin kita berpikir kita bisa melindungi hal yang inti dalam kehidupan kita, yang penting itu dengan kemampuan kita sendiri. Alkitab bilang: Nggak bisa! Tapi hal kedua yang kita bisa pikir, ‘Oh saya nggak mungkin lakukan itu. Saya butuhkan penebusan Kristus dalam kehidupanku. Karena itu saya datang ke dalam iman dan percaya kepada Kristus. Dan itu membuat saya dilindungi dari kuasa setan.’ Ada nggak ayatnya? Ada! Misalnya, dalam Roma 8:30, Saudara bisa lihat, Roma 8:30… ini juga agak panjang jadinya. Nggak papa ya? Roma 8:30, kita baca sama-sama ya, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”Jadi, yang ditentukan Allah dan dipanggil, pasti dimuliakan. Boleh baca ayat yang ke-38-39, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.Jadi ayat ini bicara mengenai kalau seseorang datang kepada Kristus, maka dia punya jaminan keselamatan. Betul ya? Karena setiap orang yang dipilih, pasti dimuliakan. Dan kenapa dia pasti dimuliakan? Karena nggak ada satu kuasa pun dalam dunia ini, ataupun yang ada di langit, yang sanggup untuk memisahkan kita dari kasih Kristus. Artinya yang menjaga kita di dalam iman senantiasa sampai kita dimuliakan, itu adalah karya dari Allah Tritunggal. Atau secara spesifik di dalam Roma 8, itu adalah karya dari Allah Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Termasuk Dia bersyafaat bagi diri kita dengan keluhan yang tidak diucapkan. Itu semua adalah pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita. Makanya di dalam bagian yang kita baca tadi, Filipi pasal 3:9, ketika Paulus melihat bahwa tidak ada satu pun kebanggaan yang dia bisa berikan kepada hal-hal lahiriah, dia beralih dari pada kepercayaan pada hal lahiriah itu kepada diri Kristus, karena apa? Dia tahu bahwa Kristuslah yang bisa menjaga dia di dalam kebenaran dan membawa dia di dalam kemenangan melawan iblis dan mempertahankan iman dia dan keselamatan hidup dia atau mempertahankan dia ada di dalam hidup.

Tapi Saudara, kebenaran kedua ini benar nggak? Saya yakin ada benarnya, pasti benar, karena yang menjamin kita untuk selamat itu adalah karya Allah Tritunggal. Alkitab selalu berbicara seperti itu. Dan bahkan di dalam Surat Efesus sendiri Saudara bisa baca dari pasal pertama itu adalah karya Allah Yesus Kristus dan Roh Kudus yang diberikan sebagai materai dalam kehidupan kita. Tapi persoalannya adalah, banyak orang Kristen yang stop di aspek kedua ini saja. Mereka berpikir bahwa “sekarang saya sudah percaya kepada Kristus maka saya sudah diselamatkan,” dan itu berbicara mengenai status saya di hadapan Allah, dan bahkan mungkin mereka bisa kutip, dan saya juga kadang kutip 1 Yohanes 3:9 kalau “setiap benih yang lahir dari Allah tidak lagi berbuat dosa di dalam kehidupannya,” benar nggak? Pasti benar, karena ada dua aspek di situ. Pertama, mungkin kita bisa mengerti ‘tidak berbuat dosa lagi’ itu dalam pengertian Tuhan ketika melihat kita di dalam Kristus, Dia tidak melihat ada satu cacat dosa pun di dalam kehidupan kita. Kalau Dia melihat ada satu cacat dosa dalam kehidupan kita, kita nggak mungkin bisa diselamatkan, harus masuk ke dalam neraka. Tapi Alkitab nggak pernah mengajarkan hal ini. Alkitab berkata, di dalam Kristus, kematian Kristus, kematian yang satu kali kita tidak ada lagi penghukuman bagi diri kita, dan kita bisa diselamatkan ketika kita ada di dalam Kristus. Berarti satu sisi kita di dalam Kristus, Tuhan melihat kita sebagai orang yang benar, pasti benar nggak ada cacat sama sekali. Namun ada orang Kristen yang mungkin berkata seperti ini, “Ya saya sudah dibenarkan di dalam Kristus, saya sudah percaya kepada Kristus, saya sudah diselamatkan. Karena itu ya saya mau lakukan apa pun dalam hidup saya nggak masalah dong. Saya mau berdosa nggak apa-apa. Saya nggak mau beribadah kepada Tuhan, nggak apa-apa. Saya mau lakukan hal-hal lain yang mungkin tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, ya juga nggak apa-apa, karena apa? Yang menjamin saya kan Tuhan, bukan saya, tapi Tuhan kan?“ Saudara pernah tahu jabat tangan Romawi kan? Yang begini, di EE. Itu jabatan benar. Kalau kita ini tangan Tuhan misalnya, ini tangan saya. Kita pegang kekuatan kita sendiri berapa besar kita bisa pegang? Jabatannya bukan jabatan yang kayak gini (peragakan jabat tangan umum), kalau kayak gini kita lepas, tangan Tuhan lepas. Yang megang lagi siapa? Mungkin kita yang gapai lagi baru tangan Tuhan pegang lagi. Tapi kalau kayak gini (peragakan dua tangan saling memegang di lengan bawah), kalau kita misalnya, ini saya ya, kalau ini lepas, tangan Tuhan kan tetap pegang. Sampai kita pegang lagi, lepas, pegang lagi. Mereka kemudian mungkin berkesimpulan seperti ini,“Tuhan kan yang pegang saya. Saya nggak apa-apa lepas. Yang pegang saya siapa? Tuhan kan?” Maka mereka hidup di dalam dosa, mereka nggak terlalu mikirin kehendak Tuhan harus digenapi dalam hidup mereka seperti apa.

Tapi Saudara, masalahnya adalah, Alkitab nggak pernah mengajarkan mengenai kehidupan status yang baru itu bisa didikotomikan atau dipisahkan dari kehidupan di dunia ini dalam diri kita yang berbeda dari status yang dilahirbarukan. Misalnya dalam Filipi 2:14, kerjakanlah keselamatanmu. Engkau harus mengerjakan keselamatanmu, hiduplah sebagai seorang manusia baru, tanggalkanlah manusia lama, kenakanlah manusia baru. Itu menunjukkan bahwa kita nggak pernah bisa stop di dalam aspek status saja, lalu menghibur diri kita bahwa kita adalah anak Allah tanpa ada satu kehidupan pengudusan. Tapi benar nggak kalau kita percaya pada Kristus kita adalah orang yang sudah dibenarkan? Benar, nggak salah. Tetapi Alkitab berkata, kita yang dibenarkan di dalam Kristus pasti punya kehidupan yang menyatakan kebenaran yang ada di dalam Kristus. Berarti kalau kita berkata, berbajuzirahkan kebenaran itu adalah sesuatu status yang benar di hadapan Allah karena Allah mengerjakan sesuatu dalam hidup kita, betul nggak? Betul, tetapi itu hanya dasar, pengertian dasar mengenai tameng yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Ada kalimat berikutnya di dalam Filipi 3:9-16, “dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.” Mau bicara apa Paulus? “Oke aku percaya dibenarkan di dalam Kristus,” itu dari mana? Dari iman. Betul. Cukup nggak? Paulus bilang nggak,“Saya berusaha berjuang, saya berusaha untuk hidup di dalam persekutuan dalam penderitaan Kristus, saya menganggap apa yang saya sudah capai itu sebagai sesuatu yang saya lupakan, lalu saya anggap itu di belakang, dan saya mengarahkan diri kepada depan untuk mengejar upah yang Tuhan janjikan.” Saudara, itu berarti Paulus ketika percaya kepada Kristus dan diselamatkan, dia berusaha menuntut diri untuk menghidupi kebenaran dia yang Allah berikan kepada diri dia. Itu namanya berbajuzirahkan kebenaran.

Saudara kalau tidak menerapkan kebenaran dalam hidupmu, saya yakin engkau pasti sudah gagal, karena lawan dari pada kehidupan yang berdosa adalah melakukan kebenaran kan? Di dalam Surat Yakobus ada kalimat seperti ini, “ada orang yang berkata dia bisa mengatakan dirinya beriman dengan pengakuan saja,” tapi Yakobus bilang, “aku tidak akan lakukan itu, aku akan menunjukkan imanku melalui perbuatan-perbuatan yang aku lakukan dalam hidupku.” Lalu Yakobus mengatakan, dia membandingkan orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tanpa perbuatan itu seperti orang yang melihat kaca diri dia lalu ketika dia berpaling dia lupa mukanya seperti apa. Lalu Yakobus juga berkata,“kalau engkau mengatakan dirimu beriman kepada Kristus tapi tanpa perbuatan, itu pada hakikatnya adalah mati. Karena itu apa yang harus aku lakukan? Aku akan menunjukkan imanku melalui perbuatanku.” Dan bahkan Yakobus berkata dengan satu teguran yang sangat kasar sekali mungkin, sangat keras sekali kepada orang-orang Kristen yang mengira mereka bisa benar di hadapan Tuhan tanpa perbuatan dengan berkata, “Kalau engkau berkata engkau punya iman kepada Kristus, iman kepada Tuhan tanpa perbuatan, apa bedamu dengan iblis? Bahkan iblis pun lebih baik dari engkau, karena iblis percaya Allah itu ada, Allah itu esa, dan mereka gemetar di hadapan Allah.” Mereka gemetar. Saudara gemetar? Ada rasa takut? Iblis lihat Yesus lalu lari sujud lho. Kita lakukan itu kah? Berani ngomong kita bisa menyatakan iman tanpa perbuatan? Itu sama dengan kesia-siaan karena iblis lebih baik dari kita kalau kita seperti itu. Dan Paulus berkata,“Aku mengejar itu, aku menerapkan kebenaran yang ada di dalam hidupku itu melalui kehidupanku yang terus mengejar kebenaran yang ada yang Tuhan berikan dalam hidupku. Bukan aku tidak memilikinya, tapi aku menanggap diri seolah-olah aku belum mendapatkannya, belum menangkapnya, tetapi aku terus mengejar itu.” Saya pikir itu adalah suatu kehidupan yang harus kita tuntut ya. Kalau nggak, kita ndak mungkin menang terhadap pencobaan iblis. Saudara harus belajar meng-commit-kan diri kepada kebenaran dan Saudara harus terus melindungi diri Saudara dengan kebenaran dan menerapkan kebenaran itu dalam kehidupan Saudara, dan Saudara harus bisa melihat bahwa kebenaran yang Tuhan nyatakan bukan hanya kebenaran tetapi itu adalah sesuatu yang Saudara bisa nikmati, sesuatu yang menyenangkan. Selama itu tidak ada, saya yakin kita ndak akan lakukan itu. Kita akan menjadi legalis-legalis, orang yang menaati Tuhan dengan beban yang berat dalam hati kita karena kita terpaksa menaati. Satu sisi kita tahu itu kebenaran tapi kedagingan kita ndak mau, kita nggak bisa melihat itu adalah sesuatu yang sebenarnya benar dan nikmat. Lalu yang terjadi apa? Makanya bangun pagi ke gereja susah, makanya ikut persekutuan itu susah, makannya lakukan hal-hal lain untuk berani menyatakan iman itu susah di antara orang yang tidak percaya mungkin. Tapi kalau kita bisa melihat itu sebagai suatu yang membawa nikmat, saya yakin kita akan dengan rela hati menjalankan kebenaran itu dalam hidup kita.

Sedikit saja saya tambahkan, kalau kita tidak melakukan itu, apa yang terjadi? Kalau kita nggak menerapkan kebenaran itu dalam hidup kita apa yang terjadi? Jawabannya adalah kita nggak akan kehilangan keselamatan, ingat kan kebenaran yang kedua: status, tetapi Saudara akan kehilangan jaminan keselamatan. Bukan jaminan dalam pengertian Saudara kehilangan keselamatan tapi Saudara akan kehilangan rasa yakin bahwa diri Saudara sudah diselamatkan. Saudara akan ragu Saudara adalah anak Tuhan atau bukan. Daud di dalam Mazmur 51 berkata, “Tuhan tolong jangan tarik Roh itu dari aku.” Kenapa? Dia ketakutan ketika dia sudah berdosa dengan Betsyeba. Jadi akan ada rasa takut jangan-jangan saya adalah orang yang ditinggalkan oleh Tuhan. Tadi saya ada kasih tahu di depan ada orang suka datang kepada saya, ngomong sama saya, “Saya gagal di dalam mentaati Tuhan, saya sebenarnya anak Tuhan atau bukan?” Itu yang terjadi kalau kita selalu gagal, kita tidak mau meng-commit-kan diri kita kepada firman kebenaran dan menerapkan firman itu dalam kehidupan kita, saya yakin seumur hidup kita ndak akan pernah punya kepastian saya ini anak Tuhan yang sungguh-sungguh sejati atau tidak.

Yang kedua adalah ini berkaitan juga dengan kehilangan damai sejahtera atau kehilangan sukacita dalam hidup kita. Saudara pasti akan ada kegelisahan di dalam hati pada waktu kita tidak menaati firman Tuhan. Jadi kalau Saudara merasa ada suatu masalah dalam hidupmu, ada kekosongan dalam hidupmu, atau suatu rasa ketidaktenangan dalam hidupmu, atau kurang ada penguasaan diri dalam hidupmu, coba tolong kembali ke Kitab Suci dulu, coba bangun relasi dengan Tuhan terlebih dahulu, coba introspeksi diri ada nggak kehidupan yang mempercayakan diri kepada Kristus dan menaati apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita atau tidak? Mungkin itu yang menjadi persoalan utama kenapa kita hidup tanpa penguasaan diri, kekhawatiran, suatu ketidakpastian dalam hidup ini, atau kegelisahan yang terus menerus, bukan cari obat terlebih dahulu untuk menenangkan. Lalu hal lain apa? Pada waktu kita tidak menaati Tuhan, kebenaran, maka saya yakin kita tidak memiliki buah Roh Kudus. Karena Alkitab berkata Roh Kudus bekerja berdasarkan kebenaran dan Roh Kuduslah yang memberikan buah-buah Roh Kudus: kasih, damai sejahtera, sukacita, penguasaan diri, kesabaran, kemurahan, itu semua dari mana? Dari Roh Kudus. Jadi kalau kita tidak menerapkan kebenaran, mungkin ndak ada buah roh? Jawabannya tidak. Kalau nggak ada buah roh dan buah roh yang pertama itu adalah kasih, sedangkan di dalam 1 Yohanes 4 itu dikatakan kalau kasih itu adalah identitas diri kita kalau kita sudah diselamatkan, balik lagi, ada ndak kepastian keselamatan? Jawabannya tidak. Dan itu membuat kita juga akan kehilangan upah di surga bukan dalam pengertian keselamatan tapi Tuhan ada janji selain keselamatan Tuhan memberi upah dan satu lagi yang paling fatal adalah kita tidak akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Itu yang akan terjadi. Saudara sudah ditebus dalam Kristus? Sudah belum? Ini pertanyaan penting lho. Sudah atau belum? Sudah? Saudara ingin Tuhanmu tidak dimuliakan? Saudara ingin kehidupanmu tidak berbuah? Saudara ingin hidup terus di dalam dosa? Atau Saudara ingin hidup dalam kebenaranyang membawa kemuliaan nama Tuhan? Saya harap ini mejadi komitmen hidup kita mulai hari ini sampai Tuhan datang kedua kali atau sampai Tuhan memanggil diri kita. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya, mari kita berdoa.

Kembali kami bersyukur Bapa untuk firman yang boleh didengarkan hari ini. Kiranya firman ini boleh membawa kami hidup di dalam kebenaran Tuhan, bukan hanya berkomitmen di dalam mulut kami firmanMu adalah kebenaran tetapi boleh sungguh dinyatakan dalam kehidupan kami bahwa firman itu adalah kebenaran yang kami hidupi. Tolong kami ya Tuhan anak-anakMu ini, pimpin kehidupan kami sehingga hidup kami boleh sungguh-sungguh menyatakan bahwa kami adalah orang yang menang terhadap iblis, terhadap pencobaan, dan orang yang sungguh membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Mohon belas kasihMu ya Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]