Doa Bapa Kami (6), 3 Maret 2024

Doa Bapa Kami (6)

Vik. Nathanael Marvin

 

Ibadah umum itu semua kalangan. Jadi, anak-anak yang dikasihi Tuhan, Alkitab itu adalah firman Tuhan. Alkitab adalah kebenaran dari Tuhan sendiri dan Alkitab juga dapat kita pandang seperti sebuah kacamata atau mata kita. Nah, Pak Marvin ya, anak-anak sekolah Minggu, Pak Marvin ini matanya harus pakai kacamata karena kalau dibuka kelihatannya jadi berubah bukan Pak Marvin. Tidak terbiasa, kan ya? Karena matanya sudah minus. Minus berarti tidak bisa melihat jarak jauh. Saya melihat buram ini, kalian yang anak-anak sekolah Minggu buram semua. Maka butuh bisa melihat dengan jelas, jadi detail gitu ya, dengan kacamata. Nah, Alkitab itu seperti kacamata kita melihat seluruh dunia ini. Kita bahkan rohani kita itu bukan buram. Kalau mata minus, buram. Tapi rohani kita yang sudah mati, yang sudah mati karena dosa, pelanggaran kita itu buta. Nah, bagaimana bisa melihat dunia dengan cara pandang Tuhan? Yaitu dengan cara anugerah Tuhan sendiri, Tuhan memberikan anugerah iman dan juga Tuhan memberikan Alkitab sebagai cara pandang kita. Nah, Alkitab jelaskan sederhana bagaimana kita melihat dunia ini.

Anak-anak, ketika melihat dunia ini yang sudah Tuhan ciptakan, setidaknya kita bisa lihat dengan cara pandang 4. 4 cara pandang. Yang pertama, Allah ciptakan dunia ini. Tuhan menciptakan kita. Yang kedua, kita semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Ini harus ingat, ya! Nanti dites sama Pak Marvin. Yang pertama, Allah menciptakan dunia ini, menciptakan seluruh isi bumi ini, menciptakan kita. Yang kedua, semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Yang ketiga, cara pandang ketiga melihat seluruh dunia ini, kita hanya bisa diselamatkan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus mau menyelamatkan kita dari hukuman dosa dengan cara mati di atas kayu salib, sehingga kalau kita mau selamat, mengenal Tuhan, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang sudah mati di atas kayu salib. Dan yang keempat adalah ketika kita percaya kepada Kristus, nanti, Tuhan Yesus datang kedua kali lagi, kita akan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di surga. Jadi anak-anak, ada 4 cara pandang untuk melihat seluruh dunia ini dengan cara pandang Alkitab yang sudah Tuhan berikan. Yang pertama apa? Allah menciptakan. Kedua, semua manusia sudah jatuh dalam dosa. Yang ketiga, keselamatan hanya kita bisa terima dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya kita bisa mengenal Allah yang sejati dan memperoleh hidup yang kekal. Yang keempat, suatu hari nanti, kita semua akan bertemu dengan Yesus Kristus di surga nanti. Semoga itu semua boleh memberkati kita semua, ya, bagi anak-anak sekolah Minggu yang ikut.

Kehendak atau keinginan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kita semua sebagai manusia punya yang namanya kehendak. Nah, kenapa kehendak ini begitu penting, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Karena kehendak atau keinginan manusia adalah salah satu yang menjadi penggerak orang melakukan sesuatu. Keinginan kita itu adalah suatu hal yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan kita. Jadi, kita bisa lihat bahwa keinginan atau kehendak yang Tuhan berikan kepada kita itu adalah salah satu aspek yang menggerakkan hidup kita. Kita bisa bergerak, kita bisa melakukan sesuatu, itu karena kehendak kita.

Dalam diri Allah pun, kalau kita mengenal Allah, Allah pun memiliki kehendak. Kehendak yang kalau kita pikirkan sampai mungkin kita tidak akan mengerti apa sih kehendak Tuhan yang sebenar-benarnya ketika Tuhan melakukan sesuatu, ini dan itu? Allah ciptakan dan memelihara dunia ini karena apa? Karena kehendak-Nya. Ya, finish. Tidak usah dicari-cari lagi alasan. Karena Dia mau menciptakan dunia ini, mau memelihara dunia, maka dunia ini ada dan dunia ini dipelihara. Bukan saja itu, karena kehendak Allah, Allah mau selamatkan manusia yang berdosa dengan cara mengutus Anak-Nya yang tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk mati di atas kayu salib. Karena apa? Tuhan berkehendak. Allah sendiri adalah Allah yang memiliki kehendak.

Lalu, ketika Tuhan menciptakan ciptaan-Nya, ya dimulai dari malaikat dulu ya, malaikat pun punya kehendak. Kehendak malaikat taat atau tidak taat. Ada kehendak malaikat yang akhirnya mau jadi Allah, mau tidak taat kepada Allah, dan tidak mau menyembah Allah. Akhirnya, mereka jatuh ke dalam dosa dan itu yang kita sebut dengan setan atau juga para pengikutnya, roh-roh jahat. Itu adalah malaikat. Malaikat pun punya kehendak dan dia melawan kehendak Tuhan. Lalu tentang manusia, kita pun punya kehendak. Kita pun ketika melakukan dosa, itu karena kita mau kok lakukan dosa. Ya, karena kita mau melakukannya. Kalau kita tidak mau, ya pasti tidak akan lakukan. Dan oleh karena kehendak kita, kita bisa lakukan hal ini dan itu. Maka, ada 1 peribahasa yang sangat terkenal di sepanjang sejarah dunia, yaitu “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.” Where there’s a will, there’s a way.  There is a will, there is a way. Sebuah pepatah yang mengatakan bahwa kalau orang sudah mau, sudah bertekad sesuatu, sudah niat sesuatu, hambatan apa pun di depannya, dia akan hadapi dan lewati karena dia mau, sungguh-sungguh mau. Pasti dia lewati, meskipun susah. Kalau memang pada dasarnya mau, pasti dia mengusahakan untuk bisa melakukannya. Tetapi kalau sudah dasarnya nggak mau, bisa melakukan pun, tidak dilakukan, ada kesempatan pun, tidak dilakukan, ada kemampuan pun, tidak dilakukan, karena dia memang tidak mau.

Ambil contoh ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita di GRII Yogyakarta bersyukur kepada Tuhan, kalau kita boleh memiliki program penginjilan pribadi. Para peserta kumpul dulu di gereja atau di suatu tempat, kemudian di-briefing, lalu pergi ke tempat-tempat umum, ya entah itu coffee shop, entah itu mungkin taman, taman umum di Yogyakarta, kumpul, lalu mulai ngobrol-ngobrol dengan orang di sana, bagi traktat, lalu coba doakan mereka, follow up mereka. Nah, bila kita mau ya, mau ikut program ini, punya kehendak untuk kabarkan Injil, mau belajar taat amanat agung dari Tuhan Yesus Kristus, mau betul-betul kabarkan Injil, pasti kita akan melakukan pekabaran Injil. Pasti, meskipun banyak kesulitan. Meskipun mungkin ya, waktu kita pikir-pikir, “Oh, ada program gereja, pekabaran Injil pribadi.” Terus kemudian, kita cocokkan dengan jadwal kita. “Wah, saya jauh rumahnya. Hari Sabtu siang itu nggak bisa, harus kerja, harus kuliah-” misalkan ya “-harus ngurus keluarga. OK, saya nggak bisa.” Tapi hatinya itu tetap mau. “Saya mau mengabarkan Injil.” Susah waktunya? Susah! Maka dari itu, dia akan mulai berpikir bahwa, “Saya punya kehendak yang besar. Saya mau kabarkan Injil. Saya mau belajar. Saya nggak bisa. Saya nggak pernah kabarkan Injil, tapi saya mau taat perintah Yesus Kristus.” Maka, dia mulai tanya, cari solusi. Ya, bagaimana saya supaya bisa mengabarkan Injil, tapi tidak di dalam program gereja yang hari Sabtu di mana dia tidak bisa, yaitu dia tanya kepada PIC-nya. “Siapa sih yang ngurus program penginjilan pribadi?” Misalkan ya, kayak gitu ya. Terus tanya. Terus kemudian, dia tanya-tanya. “Oh, gimana sih cara penginjilan itu?” Dia mau tahu ceritanya, mau belajar. Kemudian, dia ada waktu kosong, misalkan Rabu sore. “Saya coba jalankan itu.” Justru, dia menjalankan sendiri, tapi belajar dari gereja juga, dari orang-orang yang sudah pengalaman untuk mengabarkan Injil. Bahkan, dia pun bisa minta. “Oh, saya kan punya hamba Tuhan, punya gereja. Saya bisa minta hamba Tuhan untuk temani saya untuk mengabarkan Injil kepada orang lain.” Nah, ini uniknya ya. Kehendak yang besar. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Meskipun jadwalnya pas nggak bisa, tapi dia akan berpikir cara-cara yang lain. “Saya tetap tujuannya adalah saya mau kabarkan Injil. Saya mau coba usaha.” Bila benar-benar mau, ngotot ya, niat, maka itu semua bisa dijalankan. Maka sangat penting ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bersyukur ada kesempatan pekabaran Injil secara pribadi di Yogyakarta. Kita bisa ikut. Di Solo, belum ada program tersebut untuk, ”Ayo, kumpul di suatu tempat!” Terus, ngobrol dengan orang lain, mengabarkan Injil, dan membagi traktat.

Lalu, Bapak, Ibu sekalian, kalau kita lihat, sekarang kan ada anak-anak sekolah Minggu ya di tempat kita. Kita bisa belajar dari anak-anak sekolah Minggu juga. Sebagai orang yang sudah dewasa, kita bisa belajar dari siapa pun. Sebagai orang yang rendah hati, kita mau belajar dari orang latar belakang apa pun. Namanya orang, pasti dia ada hikmat Tuhan. Namanya manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, pasti ada sesuatu hal baik yang kita bisa pelajari dari orang tersebut yang sudah Tuhan ciptakan. Nah, kalau kita lihat anak-anak, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kita bisa jengkel ya. Sering kali jengkel karena apa? Anak kecil itu kalau sudah punya kemauan, wah, harus dituruti. Jadi, anak kecil itu sejak kecil memang kepalanya keras, gitu ya, atau keras kepala. Keras kepala itu berarti apa? Itu berarti kemauannya yang keras. Keras kepala bukan kepalanya keras. Memang, kepala kita keras, tapi maksudnya adalah, ”Kamu keras kepala!” Kenapa? Maksudnya, kemauan kamu itu nggak bisa gerak gitu, nggak bisa digerakin, nggak bisa diarahin. Dia betul-betul kemauannya keras. Ketika kemauannya tidak dituruti ya, anak kecil, apa yang dia lakukan? Nangis keras! “Oeekk!” Gitu ya. Nangis lah. Wah! Terus, kita bingung ya. Gimana cara menghadapinya? Udahlah, kita kompromi ya. Kita bukan jadi orang tua, jadi akhirnya jadi pelayan dia. Wah, itu berat ya! Kemauan anak dituruti oleh orang tua. Orang tua tidak menjadi orang tua. Karena apa? Orang tua itu memimpin kok, bukan menuruti kemauan anak. Ini bahaya! Nah, kenapa akhirnya banyak anak kecil itu kemauannya keras, akhirnya jadi manja? Karena kemauannya terus dituruti. Tapi, yang kita bisa pelajari adalah anak kecil kalau kemauannya tidak dituruti, “Saya maunya main!” Dia keras sekali. “Mau main! Harus sekarang! Nggak penting ibadah!” Misal, semuanya dianggap nggak penting. “Saya maunya main, nangis, bad mood, marah!” Luar biasa ya! Anak kecil itu sifat monsternya seperti itu ya, meskipun sifat lucunya di luar itu lucu, tapi kalau punya kemauannya keras itu susah sekali. Padahal orang tua sudah mengarahkan. “Tidak, ini bukan waktunya main. Waktunya ibadah. Waktunya sekolah Minggu. Fokuslah! Sekolah Minggu cuma satu setengah jam. Nanti, kamu bisa main juga kok!” Ya, main HP, main dengan teman. Waktunya tak terbatas. Tetapi, orang tua itu mengarahkan yang baik untuk anak kecil tersebut, anak kecil itu tidak mengerti, akhirnya marah.

Nah, sebenarnya relasi kita dengan Tuhan pun sering kali demikian. Kita punya kehendak apa, berdoa apa. “Tuhan, kabulkan doa saya ini. Tuhan, lepaskan saya dari penderitaan ini. Tapi kalau Tuhan tidak kabulkan, saya marah, saya nangis, saya kecewa sama Tuhan karena Tuhan tidak menuruti kehendak saya!” Kita lupa, siapa Tuhan, siapa manusia. Siapa orang tua, siapa anak. Siapa Pencipta, siapa ciptaan. Kurang lebih demikian ya. Kita nggak mau Tuhan tidak mengabulkan doa kita. Akhirnya, kita keras kepala dan menangis. Tapi bayangkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita punya keinginan, tapi keinginan kita itu keras untuk kehendak Tuhan. “Kalau saya tidak ke gereja, saya nangis! Nangis, marah!” gitu ya. Sampai orang bingung-bingung. “O, gimana Ya udah, ke gereja, gereja!” Wah, luar biasa ya kalau kayak gitu! “Kalau orang tua saya tidak ke gereja, saya nangis! Kenapa papa-mama nggak ke gereja? Saya marah, banting-banting!” Mungkin ya. Akhirnya, orang tua bingung. “Yuk, yuk, yuk, ke gereja! Ke gereja!” Masa, harus kayak gitu ya? Nggaklah ya. Tapi kita punya, menunjukkan bahwa kita itu punya kehendak yang keras, punya kehendak yang baik, demi kebaikan sesama. Nah, itu saya rasa kehendak kita itu powerful sekali, kalau kita punya kehendak, lalu kehendak kita itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau betul-betul sesuai dengan kehendak Tuhan, itu kita betul-betul menggerakkan orang atau menggerakkan diri kita sendiri.

Demikian juga soal kehidupan gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Kenapa bicara soal datang ke gereja saja, kenapa kita bisa datang ke gereja? Setidaknya ada kehendak bermain di sana, atau berkontribusi di sana. Entah itu kehendak kita rela atau dipaksa. Ada yang datang ke gereja, “Karena orang tua paksa saya!” “Ayo, kamu ikut ke gereja!” Dipaksa ya. “Ibadah!” Pokoknya ibadah. Atau diajak oleh teman kita, tapi ujung-ujungnya kita datang. Kalau kita bisa datang ke gereja, pasti ada salah satu aspek yang mempengaruhi hidup kita. Yaitu apa? Mau, meskipun saya dipaksa. Meskipun maunya setengah. Meskipun kehendaknya sedikit, tapi toh datang ke gereja. Berarti dia ada kemauan, meskipun dengan cara motivasi yang bermacam-macam. Kita katakan “Ya, saya mau datang ke gereja. Ya, saya mau beribadah.” Sayangnya, ada yang mau datang ke gereja itu dengan berbagai motivasi. Misalkan tadi ya. OK, menuruti orang tua. “Karena papa-mama saya suruh saya ke gereja.” Baik nggak nasehatnya? Baik!  Baik nggak, anak taat kepada orang tua? Baik! Tapi, permasalahannya, kalau motivasi hanya karena itu, kalau orang tua meninggal, ke gereja nggak?  Orang tua kita nggak selamanya ada kan? Kalau orang tuanya nggak nasehati, ke gereja nggak? Berarti alasan kita ke gereja, keinginan kita datang ke gereja tergantung manusia, tergantung orang tua. Ambil contoh lagi ya. “Saya mau datang ke gereja karena ada teman. Teman ajak saya.” Kalau nggak ada teman? Ya, kalau temannya lupa teman, gimana? Lupa ngajak. Nggak ke gereja. Bagaimana? Lalu, kalau kita ke gereja, alasan-alasan ke gereja itu bukan firman Tuhan ya, bukan taat firman Tuhan misalkan, karena ada waktunya. Saya masih sehat. Kalau saya sehat, saya ke gereja. Kalau sakit? Online. Ya, sekarang ada pilihan yang bijaksana juga ya. Kalau sakit, online lah. Tapi, kalau sakit nggak bisa lho. Kalau sakit, kita nggak bisa ke gereja. Berdosa? Berdosa! Tapi kan sakit? Ya sakit pun karena dunia ini berdosa. Dunia ini tidak ideal, sehingga akhirnya kita melawan Tuhan ya. “Kalau ada uang, saya ke gereja.”

Kalau Tuhan cabut semua yang jadi alasan kita ke gereja, apakah kita datang ke gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Nah, di sinilah kita mementingkan bahwa alasan kita melakukan segala sesuatu atau punya kehendak itu karena harusnya kehendak Tuhan. Firman Tuhan yang kekal itu yang memimpin kehidupan kita, bukan situasi dan kondisi yang ada. Maka dari itu, jika ada masih kesempatan Tuhan kasih kesempatan kita untuk menaati firman Tuhan, maka harus taat kepada firman Tuhan karena itu memang kehendak Tuhan. Kalau kita tahu itu kehendak Tuhan ya. Dan ketika kita betul-betul memikirkan kehendak Tuhan, kita pun ingin supaya menjadikan kehendak Tuhan itu jadi kehendak kita juga. Kita yang berubah seleranya. Kita yang berubah kehendaknya, tapi harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau memang kehendak Tuhan, kita lakukan dengan rajin, dengan setia, dengan penghormatan kepada Tuhan.

Pdt. Stephen Tong pernah memberikan nasehat yang bagus ya. Dia katakan bahwa, “Saya itu tidak berani melakukan segala sesuatu itu kalau saya lakukan itu karena suatu alasan yang salah, yang bukan kehendak Tuhan.” Dia tidak berani. Maka, dia sampai pikirkan matang-matang bahwa kalau ini memang kehendak Tuhan, maka lakukan. Kalau belum tahu, hati-hati. Tunggu pelan-pelan sampai dia lihat ada alasan yang jelas dan itu memang kehendak Tuhan. Lalu, bukan saja itu, Pdt. Stephen Tong juga pernah jelaskan bahwa selain dia akan nurut segala sesuatu kalau memang itu kehendak Tuhan, dia juga tidak berani untuk tidak lakukan sesuatu kalau itu memang bukan kehendak Tuhan atau kalau dia itu rasa, dia misalkan, saya tidak lakukan sesuatu karena dia itu merasa capek atau malas. Capek atau malas kan bukan kehendak Tuhan ya dalam hidup kita. Misalkan ada suatu kesempatan berbuat baik atau melakukan firman, terus kita tidak lakukan. Karena apa? “Saya capek!” Oh, itu bukan hal jadi alasan kita tidak lakukan firman. “Saya malas!” Itu tidak jadi alasan kita tidak lakukan firman. Tapi kalau kita ada suatu tawaran atau bagaimana kita menaati firman Tuhan, kalau kita tahu itu bukan kehendak Tuhan bagi saya, baru kita tidak lakukan.

Susah ya? Susah sekali melihat sebuah tawaran, perbuatan baik di sekitar kita, lalu kita tidak lakukan hal tersebut karena tahu itu bukan kehendak Tuhan bagi saya. Itu mungkin kehendak Tuhan bagi yang lain. Panggilan Tuhan atas orang lain. Misalkan demikian ya. Misalkan kita ditawari tadi ya, Yogyakarta Oratorio Society. Itu baik kan? Itu panggilan Tuhan untuk melayani. Paduan suara panggilan Tuhan untuk melayani. Tapi kita tidak mau lakukan karena apa? Karena tahu bahwa kehendak Tuhan itu bukan itu bagi saya. Suara saya mungkin ya, mungkin sudah latihan, musti dicoba ya, latihan di kamar mandi, di rumah, terus tetap fals, bahkan menggoncang dunia. Ya udahlah, berarti saya nggak layak nih memang. Maksudnya, saya latihan dulu sampai kurang lebih bisa tampil. Tadi kan bagus ya. Semua orang menyanyi dengan halus. Nggak ada yang menggoncang kan? Nah, kalau itu memang bukan panggilan saya, ya berarti kehendak Tuhan saya tidak melayani di dalam paduan suara. Selesai. Kalau memang bukan kehendak Tuhan, ya udah nggak usah lakukan. Kalau sudah digumulkan baik-baik ya. Tapi kalau memang betul kehendak Tuhan, kita mau lakukan. Masalahnya, kita harus bergumul dulu. Bergumul dengan berat tentang tawaran-tawaran pelayanan, kesempatan-kesempatan berbuat baik. Apakah semua pengemis dan pengamen, kita harus kasih uang? Kan enggak juga. Ya nggak juga lho ya. Kalau kita ke semuanya kasih uang, berarti kita itu nggak ngerti kehendak Tuhan yang mana. Kita terus kasih. Kehendak kita itu ya. Tapi kalau kehendak Tuhan kan Tuhan bisa gerakkan. Nggak usah kasih. Kasih. Itu ada gerakan-gerakan dari Roh Kudus yang di dalam hati kita karena kita berelasi dengan Tuhan sendiri.

Nah, bicara soal kehendak ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kita bisa memikirkan, sebenarnya kehendak itu ada berapa jenis di dalam seluruh alam semesta ini? Kehendak. Keinginan ya. Nah, kita bisa lihat indikatornya di dalam kehendak yang sangat berkaitan dengan pribadi orang ya atau pribadi. Berapa jenis kehendak di dalam seluruh alam semesta ini? Kita bisa pikirkan ada pribadi-pribadi yang muncul, yang Tuhan sediakan dalam Alkitab. Yang pertama adalah Allah, kemudian malaikat, terus manusia. Ya, terus setan. Malaikat atau setan ya pokoknya sumbernya sama. Tadinya dia malaikat jadi setan ya. Nah, Allah pencipta, Dia punya kehendak. Allah pencipta itu punya kehendak. Sekarang, Alkitab menjelaskan Allah itu Allah Tritunggal. Satu Allah, tapi tiga pribadi. Kehendak-Nya ada berapa? Saya adalah Marvin, yang lain adalah Vik. Lukman, yang lain adalah Dodi. Punya berapa kehendak? Nah ini unik ya, rumit ya. 3 dong, ya jelas 3. Tapi Allah Tritunggal itu satu. Lalu kehendak-Nya ada 3, apakah berlawanan satu dengan yang lainnya? Itu uniknya Tuhan ya, Allah Tritunggal tetap harmonis. Meskipun Pribadi beda, ya kehendak pun bisa beda tapi Mereka tetap satu. Ya mungkin dalam sifat Allah itu nggak terlalu kelihatan perbedaannya, tapi kalau ketika kita lihat Pribadi Yesus yang kedua, Allah menjadi manusia, itu jelas tu ada perbedaan kehendak. Di Taman Getsemani itu kita lihat, Yesus katakan, doa tiga kali lho bayangkan. “Jikalau cawan ini lalu dari padaKu, ya kalau bisa lalu dari padaKu, tetapi kehendakMu saja yang jadi.” Nah jadi ada perbedaan ya di dalam tiga Pribadi Allah. Karena beda pribadi kok. Cuma kehendakNya itu selalu satu. Nah itu uniknya. Nggak mungkin kan Allah Bapa ngomong ke Allah Anak, “Ya Saya utus Kamu untuk mati di atas kayu salib.” Allah Anak ngomong, “Nggak ah, nggak mau Tuhan, Saya tolak. Saya nggak mau mati bagi umat pilihan Tuhan.” Kan nggak mungkin kayak gitu kan ya. Ketika Allah Bapa punya kehendak, Saya rencanakan Anak Saya yang tunggal Kamu Yesus Kristus untuk pergi ke atas kayu salib, mati menanggung dosa, Yesus Kristus katakan, “Ya. KehendakMu adalah kehendakKu. Aku lakukan perintahMu.” Seperti itu ya. Siap diutus, seperti itu.

Jadi di dalam Allah ada satu kesatuan tetapi berbeda Pribadi. Tetapi kehendakNya selalu kudus, selalu suci, satu ya. Selalu harmonis. Dan malaikat dan manusia dicipta oleh Allah mereka pun punya kehendak. Dalam pribadi-pribadi ciptaan Tuhan itu punya kehendak, baik malaikat maupun manusia dan kita bisa pisahkan jenis kehendak yang ada di dalam diri malaikat maupun manusia di dalam dua jalan saja. Kehendaknya itu berpusat pada Allah, berpusat pada kehendak Allah atau berpusat pada kehendak diri yang berdosa. Benar sesuai rancangan Allah, atau salah sesuai rancangan diri sendiri. Baik atau buruk, adil atau tidak adil. Jadi para malaikat dan manusia pun punya kehendak, dan mereka kehendaknya itu dibagi dalam dua jenis saja, kehendak untuk taat pada kehendak Allah atau kehendak untuk tidak taat pada kehendak Allah. Kehendak untuk tidak taat kepada Allah disebut dengan dosa. Tetapi kehendak untuk taat kepada Allah di situ disebut dengan kesucian. Nah ini bicara soal kehendak ya.

Pada hari ini kita merenungkan tentang, lanjut doa Bapa kami ya, yaitu “jadilah kehendakMu.” Jadilah kehendak Tuhan. Kita mempelajari kehendak Allah Sang Pencipta yang berbeda dengan kehendak ciptaan. Malaikat, manusia, itu berbeda kehendaknya dengan kehendak Tuhan. Jelas berbeda karena Tuhan adalah Pencipta, Dia punya kehendak. Kita adalah manusia, kita pun punya kehendak. Dan kehendak Allah kita katakan sebagai kehendak yang Ilahi. Kehendak yang divine. Divine will. Itu kehendak Allah. Kehendak Allah itu jauh melampaui segala sesuatu ciptaan dan itu adalah kehendak yang tertinggi dan teragung yang ada di dalam seluruh bumi ini. Kehendak Allah yang terpenting. Keinginan Allah yang terpenting melebihi keinginan ciptaan.

Kita sering kali dalam pergumulan hidup kita bertanya, apakah ini kehendak Allah? Mungkin ya dalam suatu penderitaan atau kebingungan kita, kita bertanya apakah ini kehendak Allah? Kenapa bumi ini ada dosa? Kenapa di dalam bumi ini ada penderitaan? Kenapa ada penganiayaan? Kenapa ada pemerkosaan, ada penderitaan dan kriminal yang betul-betul merugikan orang? Apakah ini betul-betul kehendak Allah? Bukankah kalau itu semua bukan kehendak Allah pasti tidak terjadi? Kalau Allah tidak mau ada, pasti bisa kok. Allah itu Mahakuasa. Kalau Allah tidak mau Adam dan Hawa jatuh dalam dosa pasti bisa kok. Lalu kenapa bumi ini jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa? Kenapa banyak penderitaan kalau memang Tuhan tidak berkehendak. Kalau tidak berkehendak pasti tidak akan. Tuhan itu Mahakuasa. Berarti adanya dosa, adanya penderitaan, adanya sakit, itu berarti kehendak Allah? Wah kita bingung ya Saudara sekalian.

Misalkan ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa bertanya di mana kah kehendak Allah. Kita baru-baru saja kan pemilu ya, hasil pemilu ya. Ini yang terpilih andai itu bukan kehendak kita, oh salah pilih, atau benar pilih, atau kita mereka-rekakan siapa yang akan terpilih dalam pemilu tahun ini. Lalu kita lihat Alkitab, Alkitab kehendak Allah itu masa memilih pemimpin yang menang saat ini sih? Kita bergumul ya. Lalu kita baca Roma 13. Kita baca Roma 13 di situ dikatakan, “setiap pemerintahan adalah hamba Allah, setiap pemerintahan itu ditetapkan oleh Allah.” Berarti ini kehendak Tuhan dong. Ya, kalau sampai pemerintahan Presiden, Wakil Presiden terpilih pejabat negara berarti Tuhan yang pilih, Tuhan yang tetapkan, Tuhan yang katakan “ini hamba-Ku, ya, untuk menjalankan keadilan di negara ini.” Berarti itu kehendak Allah ya. Wah saya salah dong dengan kehendak Allah. Saya berbeda dengan kehendak Allah. Wah sulit ya Bapak, Ibu sekalian, gimana memikirkan kehendak Allah itu seperti apa dalam kehidupan kita. Nah cara mudahnya kalau kita bergumul soal kehendak Tuhan, apa sih kehendak Tuhan dalam hidup saya? Dosa ini apakah kehendak Tuhan atau bukan? Setidaknya kita bisa bedakan kehendak Allah itu dalam 3 jenis untuk memudahkan kita memahami segala sesuatu. Ya tiga jenis kehendak, saya pernah juga jelaskan ya.

Yang pertama adalah Decretive Will of God, kehendak Tuhan yang sifat penetapan. Maka Roma 13 menjelaskan setiap pemerintahan itu Aku yang tetapkan. Itu kehendak-Ku. Maka kalau ada pemerintah yang terpilih tetap kita katakan itu penetapan Tuhan. Karena apa? Perbandingannya kalau tidak ada pemerintah, perbandingannya ya dunia yang berdosa, kalau tidak ada pemerintahan yang dipilih, masyarakat akan lebih bobrok, daripada pemerintahan yang terbobrok. Maka Tuhan katakan itu urusan Aku, urusan negara kamu ini, urusannya ya pokoknya gereja yang baik, mengabarkan injil, jadi saksi di mana pun kamu ditempatkan. Tapi akhirnya ujung-ujungnya orang Kristen pun tidak bisa mengatur negara, dalam arti pemimpin itu harus Kristen. Nggak bisa juga. Kalau Tuhan tetapkan pemimpin bukan Kristen, itu kehendak Allah. Karena apa? Jenis penetapan Allah. Tuhan ciptakan segala sesuatu itu pun kehendak Allah. Jenis penetapan-Nya.

Nah kita lihat Yesaya 14:24, Yesaya 14:24 di situ dikatakan kehendak Allah yang bersifat penetapan. Kita baca ayat ini bersama-sama Bapak, Ibu sekalian. Yesaya 14:24, “Tuhan semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: ”Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:”” Oh ini berat ya. Teologi Reformed juga mengajarkan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini juga suatu doktrin yang berat bahwa seluruh jalannya sejarah itu hanya ada satu skenario di mata Allah. Kalau sesuatu terjadi, itu pasti kehendak Allah. Pasti. Apapun itu. Wah susah ya. Ya susah sekali mengerti kalimat ini. Kalau sesuatu itu tidak terjadi, pasti bukan kehendak Tuhan. Karena yang Kurancang pasti terjadi karena itu yang Kumaksudkan, Kukehendaki. Kedaulatan Allah. Jadi ini bicara jenis yang pertama ya jenis yang pertama itu bicara soal kehendak Allah yang berdaulat. Tuhan itu berdaulat atas hal-hal kecil, Tuhan itu berdaulat atas hal-hal besar. Buktinya mana? Firman Tuhan mengatakan bahwa burung pipit di sekitar kita, Tuhan beri makan. Hal-hal yang tidak penting itu Tuhan pelihara lho. Burung pipit yang diremas tangan saja mati kok. Tapi Tuhan pelihara dengan baik. Tuhan kasih sediakan makanan. Dia nggak kerja kan. Tuhan kasih minuman, Tuhan kasih kehidupan kepada burung pipit sehingga bisa terbang kemana-mana. Lalu Tuhan juga katakan bahwa hal yang tidak pernah dihitung manusia itu rambutnya sendiri di atas kepalanya sendiri yang tidak bisa dihitung mungkin atau bagaimana ya. Itu pun Tuhan hitung. Ngapain ya Tuhan hitung ya? Dalam arti Tuhan Maha tahu. Hal-hal kecil Tuhan berdaulat. Hal-hal besar Tuhan berdaulat. Agustinus Bapak Gereja pun pernah mengatakan bahwa dalam arti tertentu Tuhan menghendaki segala sesuatu yang terjadi. Karena kalau betul-betul nggak terjadi, Tuhan nggak akan terjadikan.

Yang kedua, menolong kita, kita ada pergumulan, bagaimana ini. Masa Alkitab menjelaskan bahwa wah adanya dosa itu kehendak Tuhan, adanya penderitaan itu kehendak Tuhan. Bagaimana memahami hal ini. Nah yang kedua Bapak, Ibu, Saudara kita mengerti, kehendak Tuhan yang kedua adalah The Perceptive Will of God, kehendak Tuhan yang bersifat aturan atau hukum Tuhan. 10 hukum Tuhan, jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri. Hormati orang tua dan lain-lain ya. Jangan ucapkan saksi dusta. Ya pokoknya ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Tuhan menyatakan kehendak-Nya secara aturan. Lakukan. Ya lakukan aturan, suatu hal di mana Tuhan memerintahkan kepada manusia itu harus ditaati meskipun Tuhan tahu bahwa manusia itu ada kelemahan untuk tidak menaati. Makanya Tuhan kasih perintah ini. Tetapi kemudian kalau kita lihat kenapa Tuhan punya kehendak akhirnya banyak yang tidak terlaksana? Banyak orang mencuri. Banyak orang berzinah. Banyak anak tidak menghormati orang tua. Banyak orang Kristen munafik, pendusta, banyak orang Kristen itu hidupnya berdosa. Banyak orang Kristen tidak jalankan hari Sabat. Banyak orang Kristen menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Kenapa? Tuhan sudah kasih perintah kok seolah-olah Tuhan tidak berkuasa untuk membuat orang taat kepada hukum-Nya yang adalah kehendak-Nya. Bapak, Ibu sekalian ini pun adalah kehendak Tuhan bersifat aturan di mana Tuhan kasih manusia itu kebebasan bagaimana hidup di bumi ini, yaitu mengikuti aturan Tuhan. Tapi manusia pun punya kemampuan dan hati yang mau melawan Tuhan. Artinya manusia bisa pilih taat, tidak taat. Ini kan awal manusia diciptakan ya.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kehendak Tuhan itu bukan cuman perkataan doang. Saya ngomong gini, toh kalian tidak bisa lakukan semua kan. Bukan kayak gitu. Bukan Tuhan katakan 10 Perintah Tuhan atau hukum kasih itu toh akhirnya tidak bisa dilakukan oleh kita. Kita sering gagal kan. Apakah Tuhan itu memberikan perintah itu dengan asumsi bahwa saya siap kamu gagal? Nggak. Ada waktunya di mana semua orang itu tidak akan mencuri lagi. Ada waktunya semua orang itu tidak berzinah lagi. Ada waktunya semua orang akan taat 10 Perintah Allah, akan mengasihi Allah dan mengasihi sesama yaitu ketika nanti di surga. Ya Tuhan kasih perintah itu bukan cuma perintah yang kita tidak bisa lakukan. Nanti Tuhan yang ubahkan sendiri. Di bumi ini kita berdoa “datanglah kerajaan-Mu.” Kita berusaha taat kepada perintah Tuhan. Tapi sampai nantinya kedatangan Yesus kedua kalinya, kita di surga kita tidak ada dosa lagi dan kehendak Tuhan itu yang sifatnya aturan akan terlaksana juga.

Dan yang ketiga, hal yang paling sulit dimengerti adalah The Permissve Will of God. Kehendak Tuhan yang bersifat perizinan. Makanya tadi kita pikirkan bahwa kenapa ada dosa? Itu kehendak Tuhan bukan? Kita bisa katakan dalam penetapan-Nya, kedaulatan-Nya, itu memang kehendak Tuhan. Dan tetapi kita tidak mungkin mengatakan bahwa, kalau memang Tuhan menetapkan segala sesuatu, berarti Tuhanlah yang berdosa, bukan saya. Kalau Tuhan memang sudah merancang segala sesuatu yang ada di dalam sejarah berarti semua salah Tuhan. Nggak bisa. Karena Tuhan sudah memberikan aturan sudah memberikan janji, perjanjian antara Adam dan Hawa. Tuhan juga sudah kasih pertolongan dan pemeliharaan. Yang berdosa itu asalnya dari manusia sendiri atau dari malaikat sendiri. Kita tidak bisa salahkan Tuhan, “Saya berdosa karena Tuhan. Saya berdosa karena Tuhan izinkan saya berdosa.” Nggak! Itu kita sendiri yang salah.

Tetapi di dalam kedaulatan Tuhan, Tuhan izinkan dosa penderitaan, kematian, sakit, itu ada dan dialami oleh semua orang. Itu Tuhan izinkan. Kok Tuhan membiarkan hal-hal negatif itu ada? Jawabannya adalah karena kehendak Tuhan dalam konteks jenis perizinan Tuhan. Tuhan izinkan. Itu namanya Allah yang berdaulat. Ya Allah yang berdaulat itu, meskipun kondisi kacau, chaos, itu pun seizin Dia. Kita ingat ya waktu Ayub dicobai oleh setan, setan pun izin ke Tuhan. Ya. Kulonuwun dulu ke Tuhan mau cobai Ayub. Kalau Tuhan tidak izinkan setan, setan nggak bisa tiba-tiba membuat angin puting beliung sehingga rumah yang ditinggali 10 anak Ayub itu roboh. Nggak bisa. Setan nggak bisa buat angin karena bukan kehendak Tuhan gitu ya. Wah, jadi kita bisa lihat bahwa penderitaan sekalipun, sakit tubuh kita pun seizin Tuhan. Kehendak Tuhan.

Jadi kehendak Tuhan itu ada tiga jenis ya Bapak Ibu sekalian. Kita tidak bisa sembarangan mencampur adukkan. Biasanya yang paling sulit kita mengerti adalah yang pertama tadi, penetapan. Ya penetapan kalau kita bikin pikirkan soal kelahiran kita di mana, suku apa, itu kita nggak bisa apa-apa. Tapi kalau penetapan yang sifatnya bisa kita perbaiki, tapi toh tidak kita perbaiki kita akan marah kan? Tapi nggak itu pun dalam penetapan Tuhan yang berdaulat. Terus kemudian yang lebih sulit lagi yang jenis ketiga ya. Kenapa Tuhan izinkah saya menderita? Bukankah saya anak-anak Tuhan? Bukannya saya anak-anak Raja? Saya harus kaya, saya harus sehat, saya harus baik, saya harus berkuasa di bumi ini. Kita jadi orang Kristen yang biasa-biasa aja. Tuhan izinkan. Lho kehendak Tuhan ini ya, terjadi demi apa? Demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan bagi orang-orang yang dikasihi-Nya. Jadi kita bisa katakan bahwa Tuhan itu baik. Tuhan itu sangat baik dalam hidup kita. Tuhan bisa mereka-rekakan dari yang berdosa, dari yang hancur demi kebaikan kita semua.

Ya misalkan, ingat Yusuf Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yusuf di Perjanjian Lama, anak Yakub. Dia anak yang dikasihi Yakub, dimanjakan. Tetapi Yusuf juga dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin di Mesir. Yusuf kalau memang dipilih Tuhan, kenapa dia harus dibenci oleh saudara-saudaranya, kenapa dia harus dibuang, kenapa dia harus dipenjara, kalau memang dia anak Tuhan? Kan kita bisa saja katakan demikian. Tapi kenapa terjadi? Apakah kehendak Tuhan? Kita bisa jawab dengan jenis yang ketiga bahwa ya itu kehendak Tuhan mengizinkan Yusuf itu menderita. Dimusuhi, diiri hati, dipukuli, dipenjara, dibuang sampai meninggalkan keluarga, wah belasan tahun. Tetapi waktu Yusuf ngobrol dengan saudara-saudaranya, dia katakan “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku. Itu memang jahat. Tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan untuk maksud melakukan seperti yang saat ini dengan maksud memelihara kehidupan suatu bangsa yang besar.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian sekalipun Yusuf tidak menderita, Tuhan bisa menjadikan Yusuf Perdana Menteri di Mesir kok. Sekalipun Yusuf tidak menderita. Tetapi kenapa Yusuf menderita? Itu Tuhan izinkan demi membentuk Yusuf, lebih baik lagi dan bertumbuh, demi mempertobatkan saudara-saudara Yusuf supaya bisa mengerti pengampunan Allah. Nah itu semua demi kebaikan kita. Terus kita pikir bahwa bagaimana memahami saya sakit, saya menderita itu demi kebaikan saya. Nah ini kelemahan manusia. Manusia itu kurang melihat jangka panjang. Kita lihat yang jangka pendek aja. Saya nggak seneng berarti Tuhan jahat. Saya menderita berarti Tuhan jahat. Ya. Tuhan itu tidak membentuk saya. Bukan. Sekalipun kita menderita, ada tujuan yang baik yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan kita supaya kita naik level imannya.

Kalau Tuhan memilih bangsa Israel, kenapa Tuhan izinkan bangsa Israel 40 tahun di padang gurun? Nggak enak aja gitu ya langsung bangsa Israel bisa masuk kota Jogjakarta, bisa bangun gedung gitu ya, beribadah di gedung GRII Jogja kan lebih enak. Kenapa harus beribadah 40 tahun di padang gurun. Anak-anak ya, anak-anak kecil-kecil zaman itu dibawa oleh orang tua mereka. Mereka itu panas terus, nggak pernah nyaman kalau ibadah ya. Nyaman ke kemah suci, harus mempersembahkan korban. 40 tahun membentuk mereka supaya mempersiapkan mereka untuk memasuki kenyamanan. Penderitaan membentuk kedagingan kita untuk semakin siap ketika kita menghadapi berkat Tuhan. Jadi itu mempersiapkan bangsa Israel, generasi yang menderita itu, anak-anak itu ketika 40 tahun beranjak, dia sudah dewasa. Saya sudah meninggalkan padang gurun, memasuki Tanah Kanaan, tubuh mereka kuat siap berperang membasmi suku-suku di Tanah Kanaan dan mereka nyaman tapi tidak lupa anugerah Tuhan waktu mereka menderita. Wah ini adalah suatu pembentukan yang unik dari Tuhan. Sekalipun hal buruk terjadi, itu berarti pembentukan Tuhan supaya kita bisa melihat itu Tuhan berkuasa, Tuhan berdaulat dan Tuhan membentuk manusia berdosa lewat segala penderitaan yang terjadi.

Octavius Winslow menjelaskan bahwa dalam memahami kehendak Allah, ada tiga sifat esensial dalam kehendak Allah sendiri. Yang pertama adalah universal. Jadi waktu kita lihat kehendak Tuhan, kehendak Tuhan itu universal ya. Dalam arti Tuhan menyatakan kehendak-Nya ke seluruh dunia. Coba kita bandingkan dengan tiga jenis tersebut ya. Tuhan menetapkan segala sesuatu, universal. Sifatnya penetapan. Lalu yang kedua, Tuhan kasih aturan 10 Hukum Taurat itu semuanya kan harus tunduk kan. Masak ada manusia karena kamu tinggal di pulau terpencil, nggak bisa baca, nggak ada sekolah, kamu nggak harus taat 10 Hukum Taurat ya. Kamu kan nggak tahu kan, jangan ada Allah lain di hadapan-Ku, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, udah kamu nggak apa-apa. Ya kamu kan nggak tahu, nggak bisa baca. Tapi Tuhan katakan itu berlaku juga untuk mereka. Karena apa? Hati nurani itu adalah Hukum Taurat yang tidak tertulis. Berarti kehendak Tuhan itu universal. Penetapan, hukumnya lalu perizinannya juga universal. Siapa yang bisa katakan bahwa penderitaan itu hal yang spesial, khusus? Nggak. Semua orang katakan bahwa penderitaan itu hal yang universal kok. Semua manusia alami penderitaan. Sehingga kita bisa lihat kehendak Allah itu melingkupi seluruh dunia. Tidak ada sesuatu di alam semesta ini yang di luar kehendak Tuhan. kehendak Allah itu melingkupi seluruh ciptaan-Nya.

Lalu yang kedua, kehendak Allah itu adalah kehendak yang kudus. Kita perlu ingat. Waktu Tuhan izinkan adanya pencurian, izinkan adanya pemerkosaan, izinkan adanya kerusuhan, izinkan adanya pemerintahan yang jahat sekalipun, tapi hati Tuhan itu nggak pernah jahat, hati Tuhan nggak pernah berdosa, hati Tuhan selalu kudus. Waktu ada penderitaan Tuhan juga sedih kok. Kalau bisa kamu nggak menderita itu nggak menderita tapi toh sudah dunia ini berdosa kok. Jadi sifat Allah juga harus kita mengerti bahwa kehendak Allah itu pasti kudus, pasti baik, dan tidak melawan diri-Nya sendiri. Karena Tuhan sudah menciptakan manusia dengan kehendak bebasnya, Tuhan nggak mungkin ubah, “Aduh Saya bosan manusia berdosa terus, Saya ubah manusia jadi robot yang selalu taat.” Nggak mungkin! Tuhan akan terus konsisten dengan diri-Nya. “Saya sudah ciptakan manusia yang punya kehendak bebas, yang bisa lakukan dosa, konsekuensi dosa pun Saya akan handle. Dosa-dosa pun Saya harus tahan.” Kalau kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kalau melihat orang yang kita terus harus berelasi itu berdosa terus, berdosa terus, wah kita meledak. “Saya kutuk kamu jadi tiang garam!” Tapi Tuhan nggak, Tuhan terus memelihara, menegur, mengizinkan orang itu supaya bisa datang kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah berdosa, hati-Nya selalu baik.

Pdt. Gito pernah menjelaskan ya, tangan Tuhan ini – kita tangan ada dua ya – tangan Tuhan ini menunjukkan kasih, tetapi menunjukkan juga Dia bisa menarik tangan-Nya sehingga ada dosa dan penderitaan terjadi. Mengizinkan. Menetapkan, mengizinkan, Dia mengatur. Ini tangan-Nya Tuhan. Tapi ketika Tuhan izinkan kita menderita, Dia tarik tangan pemeliharaan-Nya, kita akhirnya dilukai orang, difitnah orang, Tuhan izinkan itu, tapi hati-Nya tetap baik, nggak pernah berdosa. Sekalipun penderitaan, bayangin, Tuhan izinkan Yesus dicambuk, dipukul, diludahi, dibenci, dipukul, Dia berdarah semuanya tapi Tuhan tetap baik. Itu tangan Tuhan ya, tangan Tuhan bisa mengasihi, bisa mengizinkan penderitaan terjadi. Dia berdaulat. Tetapi hati Tuhan itu selalu baik demi kebaikan kita dan kemuliaan Tuhan. Tuhan selalu baik.

Dalam pembacaan Alkitab bersama kita sedang membaca kitab Samuel ya di GRII Yogyakarta. Dan itu ada kisah Saul yang memperingatkan kita untuk tidak sembarangan untuk melakukan perbuatan yang menurut baik di mata kita. Kita harus ikut kehendak Tuhan. Saul tidak taat kepada Tuhan dengan cara apa? Dia menjalankan tugas seorang imam untuk mempersembahkan korban karena apa alasannya? Samuel kok nggak datang-datang. Ora sido-sido, itu bahasa Jawanya. “Nggak datang-datang nih Samuel. Sudah, saya raja, sudah saya ini pemimpin bangsa Israel. Saya jadi imam deh!” Oh sembarangan, raja ya raja, imam ya imam. Wah Saul itu nggak mengerti kehendak Tuhan. Akhirnya Samuel datang, Saul sudah mempersembahkan korban. Saul itu kenapa dia melakukan hal itu? Dia tidak taat kehendak Tuhan.

Yang kedua, Saul juga tidak taat kepada firman Tuhan karena apa? Firman Tuhan katakan, ya memang di Perjanjian Lama itu agak kejam ya, Tuhan itu ada memisahkan sesuatu yang memang harus dihancurkan atau dimusnahkan. Nah Saul diperintahkan Tuhan untuk menghancurkan suku Amalek dan rajanya dan kambing, dombanya, semuanya. Itu harus dihancurkan bagi Tuhan di dalam kehendak Tuhan itu harus dibasmi semuanya. Kemudian Saul itu lihat raja Agag, “Hm, saya bisa pakai nih untuk kehendak saya. Saya ingin supaya bangsa Israel itu melihat saya hebat, saya tangkap raja Agag, pertontonkan kepada semua bangsa Israel.” Wah bangsa Israel kan pengen tahu ya, raja Agag mana sih? Mau lihat, “Wih, Saul ini hebat ya orangnya. Dia betul-betul bisa menangkap raja Agag. Terus Saul itu sangat baik lho, dia memberi kambing dombanya yang terbaik bagi rakyatnya.” Jadi, Saul itu memikirkan kehendak dia, bukan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan katakan, “Basmi semua, nggak boleh ada yang tersisa.” Saul katakan, “Raja Agag saya simpan. Kambing, domba saya simpan. Saya wujudkan kehendak saya supaya saya dipuji banyak orang Israel.” Wah ini sengaja memberontak terhadap kehendak Tuhan. Tuhan itu tidak suka kita itu memiliki kehendak yang tidak kudus. Nah ini kehendak Tuhan itu selalu baik. Anggap Tuhan hukum Saul pun, tidak lagi Tuhan menyesal, Tuhan sedih sekali, dan Saul tidak jadi raja pun itu karena kehendak Tuhan yang kudus. Tuhan baik kepada Saul. Bukan Saul itu dibenci Tuhan ya, “Wah kamu itu orang berdosa.” Tapi ketika Saul diberhentikan jadi raja, itu demi kebaikan Saul. Kenapa? Supaya Saul itu setidaknya jadi bertobat lah, rendah hati, kalau bisa mengenal Tuhan sungguh-sungguh dan akhirnya Saul tidak mencelakakan bangsa Israel lebih banyak lagi kalau dia menjadi raja.

Nah ini juga masuk ke dalam kehendak Tuhan itu pasti bijaksana. Kehendak Tuhan bukan saja universal, bukan saja kudus, baik, tanpa dosa, tetapi kehendak Tuhan juga wise, bijaksana. Tuhan tepat melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita. Tuhan tidak memberikan ujian yang melampaui kemampuan kita atau pencobaan yang melampaui kemampuan kita. Biasanya orang akan bergumul untuk bisa taat kehendak Tuhan atau tidak taat biasanya ketika diperhadapkan dengan ujian iman atau pencobaan iman. Kita tahu bahwa ujian itu asalnya dari Tuhan untuk menaikkan iman kita. Ujian pasti susah. Ujian itu pasti sulit. Ada tantangan, ada kesulitan. Tetapi kalau pencobaan itu datangnya dari setan untuk menurunkan iman kita, melemahkan kita supaya kita tidak percaya Tuhan. Itu ujian dan pencobaan, bisa saja terjadi bersama-sama.

Itu kisahnya Ayub kita harus ingat, bicara soal penderitaan. Dan di situ Ayub bergumul, apakah tetap setia kepada Tuhan atau tidak. Apakah tetap mau jalankan kehendak Tuhan atau mau jalankan kehendak dirinya sendiri. Ayub sudah betul-betul saleh, hidup benar, takut akan Tuhan tapi Ayub akhirnya dikasih penderitaan dengan begitu besar. Bagaimana dia berespons? Tapi Alkitab, puji Tuhan, memberikan suatu claim bahwa di dalam pencobaan yang dialami, Ayub tidak bersalah, dia tetap setia kepada kehendak Tuhan meskipun Ayub pun pernah mengatakan bahwa, “Andai saya tidak lahir dalam dunia ini.” Bayangkan ya, “Andai saja saya tidak lahir itu lebih baik lah daripada saya menderita begini.” Mati 10 anak, kemudian hilang ternaknya. Istri menghakimi dia, meminta supaya Ayub menyangkal Tuhan, tubuhnya semua sakit barah, dia berkata “Andai saja saya tidak lahir itu mungkin lebih baik untuk saya.” Tapi dalam meresponi setiap penderitaan itu Ayub belajar untuk setia kepada kehendak Tuhan.

Sama seperti Yesus Kristus juga, Yesus Kristus dicobai oleh iblis, dicobai oleh banyak orang tapi Dia tetap taat kepada kehendak Tuhan. Dan ketika Tuhan izinkan ujian dan pencobaan kita harus ingat bahwa itu kehendak Tuhan yang bijaksana. Kalau kita harus mengalami sesuatu, tetap itu dalam bijaksana Tuhan untuk mempertumbuhkan iman kita, menolong kita dan memampukan kita untuk menang atas setiap pencobaan maupun ujian hidup.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian saat ini ada pergumulan apa yang sedang dihadapi? Entah kah ada ujian atau pencobaan yang membuat kita bergumul “Saya harus taat kehendak Tuhan atau saya kompromi saja deh, tidak harus taat kehendak Tuhan. Kehendak diri saja, kenyamanan diri.” Nah itu kita memohon apa? Memohon hikmat. Karena apa yang Tuhan putuskan itu selalu bijaksana. Maka kalau ketika kita mau mengerti keputusan Tuhan, kehendak Tuhan dalam hidup kita itu, kita butuh minta hikmat dari Tuhan supaya bisa memahami, “Oh, kesulitan yang saya alami ini harus saya atasi dengan cara bagaimana.” Kita semua ada kesulitan, kita semua ada ujian dan pencobaan.

Alkitab mengatakan bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Yesus Kristus yang memberi kekuatan kepada kita. Bukankah ini penghiburan yang besar? Ketika kita hadapi pergumulan, penderitaan, wah Tuhan itu kasih bijaksana. Kita bisa mampu melaluinya. Kita tahu ya, Yesus berdoa di taman Getsemani, ini doa yang begitu jelas diceritakan oleh kitab-kitab Injil. Sebelum disalib, di malam hari Yesus berdoa di taman Getsemani, Yesus kan ajak ya, 3 rasul-Nya yang terdekat, Petrus, Yakobus, Yohanes untuk menemani Yesus di taman Getsemani. Kemudian Yesus maju sedikit ke depan, murid-murid disuruh tunggu sejenak ya, “Aku mau berdoa sendiri.” Ya murid-murid diajarkan untuk berdoa juga ya, untuk menunggu. Kemudian doa pertama Yesus katakan, “Ya Bapa, jika sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku. Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Itu doa pertama.

Lalu Yesus Kristus balik lagi kan ya ke para murid. Nge-cek atau mau ngobrol mungkin. Jadi ada jeda ya. Boleh ya ada jeda waktu kita doa, kita ngobrol lagi dengan para murid. Terus lihat para murid, eh lagi ngorok ya, lagi tidur. Sudah malam. Yesus tegur. Yesus tegur kemudian katakan, “Ayo, Petrus, Yakobus, Yohanes, bangun. Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh penurut tetapi daging lemah. Bangun, ayo sekarang berdoa. Jangan tidur.” Kemudian Yesus pergi lagi ke tempat-Nya untuk berdoa. Doa yang kedua itu sama. Doanya sama. “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu.”

Terus kemudian setelah Yesus berdoa demikian, Yesus kembali lagi kepada para rasul. Para rasul masih tertidur. Eh tapi unik, Yesus sebagai Guru yang baik itu Yesus nggak tegur lagi. Kan udah ditegur tadi. Uniknya Yesus biarkan mereka tertidur. Jadi kadang-kadang kita bisa menegur, kadang-kadang kita biarkan pada kehendak Allah yang berdaulat. Kita nggak harus menegur, menegur dosa orang. Ya kita bukan Tuhan kok ya, kita cuma bisa kasih tahu, tapi kalau dia tidur lagi, Yesus sendiri ya katakan, “Biarinlah sudah. Saya doa lagi.”

Doa yang ketiga, Yesus berdoa hal yang sama, “Jikalau memang cawan pahit, cawan penderitaan, cawan keterpisahan dengan Allah – maka Yesus katakan di atas kayu salib, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku. Mengapa Aku harus menanggung hukuman dosa manusia sampai kurang lebih Tuhan itu memalingkan wajah-Nya dari Yesus melihat ke yang lain. Di situ Yesus mau nggak mau harus alami hukuman dosa yang kita lakukan, bukan yang Yesus lakukan. Yesus tidak berdosa. Dan Yesus katakan, “Cawan ini Aku terima. Cawan pahit ini Aku terima.” Bukan cawan manis saja ya yang Aku terima dari Tuhan, 33.5 tahun kehidupan-Ku itu cawan manis, cawan pahit, begitu banyak terjadi dalam hidup Yesus, tapi cawan pahit yang begitu berat ini, menanggung hukuman dosa seluruh umat pilihan Tuhan, Dia harus tanggung. Dan akhirnya Allah meninggalkan Yesus. Karena apa? Tuhan murka, melampiaskan murka Allah, keadilan Allah, hukuman dosa kepada Yesus Kristus di atas kayu salib.

Di dalam pergumulan Yesus Kristus di taman Getsemani ini kita bisa belajar bahwa kehendak Tuhan lah yang utama. Kehendak Tuhan yang utama meskipun akhirnya memang kita harus menderita, susah. Dengan kuasa doa, kita bisa ikuti kehendak Tuhan dan mengatakan bahwa “Jadilah kehendak-Mu ya Tuhan. Kalau memang harus begini, aku siap. Bukan karena aku tidak mau taat kepada Tuhan, justru karena aku mau taat kepada Tuhan, andaipun ada penderitaan aku siap hadapi semuanya bersama dengan Tuhan karena yang penting adalah kehendak Tuhan.” Pak Tong juga pernah mengatakan ya, “Doa bukan memaksa kehendak Tuhan cocok dengan kehendakku. Doa itu adalah menaklukkan kehendakku untuk taat kepada kehendak Tuhan.” Doa itu bukan menarik atau mengubah kehendak Tuhan supaya cocok dengan kita, tapi juga mengubah kita untuk sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah pentingnya kita berdoa. Itulah pentingnya persekutuan doa. Kita mendoakan hal-hal yang bukan kehendak kita. Apalagi persekutuan doa syafaat ya, doakan misionaris ini, doakan negara ini, doakan lembaga yang lain, gereja yang lain. Kok yang lain semua? Supaya kita tidak fokus kepada kehendak kita.

Terakhir, Octavius Winslow juga menjelaskan permohonan “Jadilah kehendak-Mu” ini ya memiliki 2 aplikasi. Jadi waktu kita berdoa “jadilah kehendak-Mu” itu bicara soal saya ini tunduk. Itu sebuah ekspresi ketundukkan, ekspresi saya anak-anak Allah yang mau tunduk pada disiplin maupun kehendak Bapa surgawi. Saya tunduk. Jadilah kehendak-Mu. Mengikuti kehendak Tuhan, itu adalah wujud ketundukkan.

Dan permohonan ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang kedua, aplikasinya adalah ini ternyata adalah kunci dari apa yang sudah kita bahas minggu lalu, yaitu “Datanglah kerajaan-Mu”. Bagaimana supaya kerajaan Tuhan itu datang? Yaitu ketika kita betul-betul menjadikan kehendak Tuhan itu adalah kehendak kita. Kita rela untuk dikuasai oleh kehendak Tuhan. Karena apa? Memang kehendak Tuhan itu universal kok. Kehendak Tuhan itu selalu melingkupi seluruh ciptaan-Nya. Loh kita kok nggak mau dikuasai kalau memang semua yang terjadi itu adalah kehendak Tuhan. Ya maka kita mau supaya kehendak Tuhan jadi kehendak kita. “Jadilah kehendak-Mu” di dalam kehidupan kita itu adalah submissive prayer. Doa ketundukkan, di mana kita tahu kehendak Tuhan lah yang paling utama dalam hidup kita.

Dan kita tahu kehendak Tuhan sudah Tuhan sediakan lewat mana? Lewat Firman Tuhan yang boleh kita miliki. Nah waktu kita berdoa, doa kita itu harus berpusatkan pada firman Tuhan karena firman Tuhan berisi dan juga bicara soal kehendak Allah. Maka doa yang baik adalah doa yang betul-betul sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak mengisi hati kita dengan kehendak diri kita saja, melainkan kita mengisi dengan kehendak Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hidup kita di bumi ini satu kali saja. Dan hidup kita itu dilingkupi oleh kehendak Tuhan. Nah masalahnya, hidup kita yang sudah satu kali dan durasi waktu hidup kita di dunia ini kan makin pendek. Ulang tahun, tahun baru mengingatkan kita itu makin sedikit hidup di bumi ini. Nah makanya kita harus melakukan apa dalam kehidupan kita? Kita harus mengerti bahwa kita harusnya lakukan kehendak Tuhan. Itulah kehendak yang kekal, yang Tuhan hargai. Nah bagaimana kita lakukan kehendak Tuhan? Ya kembalilah kepada firman. Lakukan firman Tuhan.

Ada jemaat GRII yang memiliki hati misi, dan kelihatannya dia menjadi part time sebagai misionaris juga ya, dia sempat sharing ya baru-baru ini. Di dalam anugerah Tuhan, dia katakan, selama 2 bulan saya melayani di momen Natal 2023 sampai tahun baru 2024 di Menado, dia sempat Pekabaran Injil Pribadi. PIP, Pekabaran Injil Pribadi, kepada 242 orang Kristen dan 24 orang yang non-Kristen. Begitu dengar kabar ini, wah, saya jadi hitung-hitung jiwa ya. Berapa ya yang saya sudah kabarkan Injil. Lalu tergerak, mendukung dia, ingin mendoakan dan supaya dia memang ahlinya mengabarkan Injil pribadi itu dia lakukan dengan setia. Bukankah hal ini indah Bapak, Ibu sekalian kalau kita bisa mengisi hidup kita itu bukan mengerjakan kehendak kita tapi mengerjakan panggilan Tuhan, dalam mengabarkan Injil, berbagi kasih, ngobrol sama orang, ataupun pelayanan ya KKR Regional, bertemu dengan orang Kristen, orang non-Kristen. Kita habiskan waktu itu bukan sebatas hal-hal yang fana, tetapi sifatnya kekal, yaitu melakukan kehendak Tuhan.

Seperti orang-orang Israel generasi kedua, Bapak, Ibu sekalian, ketika masuk ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan, mereka mau masuk, sebelum mereka masuk, sebelum Musa mati, Musa katakan, “Ingat kehendak Tuhan!”. Maka ada kitab Ulangan. Ulangan itu kurang tepat terjemahannya karena harusnya adalah Deuteronomy. Deuteronomy kan deutero dua, nomy kan law; hukum yang kedua. Bukan berarti Musa buat hukum yang baru, tapi Musa menjelaskan hukum yang pertama dua kali. Nah Musa katakan, “Bangsa Israel, kamu mau masuki tanah perjanjian. Kamu akan memiliki hidup yang baru yang berbeda dengan di padang gurun. Kamu di padang gurun generasi ke dua, itu kamu sudah mulai belajar menyembah Tuhan, kemah suci. Tapi di tempat yang baru, belum tentu kamu bisa adaptasi dan kamu bisa setia kepada Tuhan.” Maka Musa sebelum kematiannya mengingatkan, “Lakukanlah kehendak Tuhan!”.

Saya lihat juga ya, banyak orang seperti itu. Begitu pindah kota, tadinya aktif di kota ini, aktif bergereja, pelayanan, baik lah. Begitu pindah kota, dia kurang bisa adaptasi dengan kota tersebut, pergaulan tersebut, nggak pernah aktif, nggak pernah ke gereja. Bayangkan ya. Itu karena apa? Lupa kehendak Tuhan. Maka Musa mempersiapkan generasi ke dua dari bangsa Israel ini jangan lupa kehendak Tuhan. Begitu Yosua maju juga, Yosua katakan, “Kamu harus ingat kehendak Tuhan. Kamu memang di tanah Kanaan kondisi yang baru, jangan lupakan kehendak Tuhan. Hidup kita adalah untuk senantiasa melakukan kehendak Tuhan, bukan kehendak manusia. Maka dari itu betul-betul ya kita harus jaga hati kita. Apakah yang kita lakukan ini kehendak diri yang berdosa, atau kehendak Tuhan yang sudah menjadi kehendak kita juga? Mari kita berdoa supaya ketika kita jalankan perintah Tuhan, itu juga adalah kehendak kita dan kita lakukan dengan rela. Jangan baca firman terpaksa. Jangan beribadah hari Minggu terpaksa tapi kita betul-betul sadar itu kehendak Tuhan dan saya setuju dengan kehendak Tuhan dan saya rela kok beribadah, saya rela melayani, saya mau kehendak Tuhan itu jadi dalam hidup saya.

Terakhir mari kita baca Yoh. 4:34, ini Yesus sendiri mengatakan satu kalimat yang begitu indah ya. Mari kita baca Yoh. 4:34, “Kata Yesus kepada mereka: ”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Kiranya kita semua boleh sungguh-sungguh berdoa, kiranya kehendak Tuhan saja yang boleh jadi atas hidup kita dan kita boleh mempermuliakan nama Tuhan. Amin ya, mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang di surga, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami hati, Tuhan, untuk senantiasa mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kami dan menjadikan kehendak Tuhan kehendak kami juga. Pimpin Tuhan, supaya kami mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan melakukan firman Tuhan dalam hidup kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, penebus kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (HS)