Baptisan dan Dipenuhi Roh Kudus, 20 Mei 2018

Kis. 2:1-4

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita memperhatikan Kisah [Para Rasul] 2 ini, maka Kisah [Para Rasul] 2 ini adalah suatu perikop yang bercerita atau mengisahkan tentang kelahiran dari pada gereja Tuhan. Pada waktu kita melihat, perbandingan antara Kisah [Para Rasul] 1 dengan Kisah [Para Rasul] 2, ada hal-hal yang kita bisa lihat, yang dinyatakan oleh Lukas kepada diri kita. Pada waktu kita melihat pada Kisah [Para Rasul] 1, di situ dikatakan, Kristus meminta murid-murid untuk menantikan tibanya Roh Kudus dan mereka tidak boleh keluar dari Yerusalem dan meninggalkan Yerusalem. Jadi, mereka diminta untuk menanti di Yerusalem. Tapi pada waktu kita masuk ke dalam Kisah [Para Rasul] ke-2, maka di situ dikatakan, Roh Kudus itu diberikan kepada murid-murid yang menantikan tersebut. Dan pada waktu Kisah [Para Rasul] yang pertama, juga kita bisa melihat, pada waktu itu Tuhan memberikan kepada mereka suatu perintah yaitu, “Kamu tidak boleh pergi dulu memberitakan Injil!” Sampai kapan? “Sampai ketika Roh Kudus itu sudah diberikan kepada engkau” di Kisah pasal [Para Rasul] 2, pada waktu itu murid-murid kemudian baru memiliki kuasa dan diperintahkan untuk pergi memberitakan Injil Tuhan.

Jadi dari sini kita bisa melihat, walaupun Kisah [Para Rasul] 2 ini ditulis di pasal  yang ke-2, bukan di urutan yang pertama, tetapi Kisah [Para Rasul] pasal 2 itu punya peranan yang penting. Suatu peralihan dari masa Perjanjian Lama, masuk ke dalam masa Perjanjian Baru. Dari sesuatu keadaan di mana Roh Kudus sebelumnya memimpin gereja Tuhan, orang percaya, dari luar atau menyertai orang percaya, sekarang ketika masuk ke dalam pasal yang ke-2, maka Alkitab menyatakan: Roh Kudus tidak lagi memimpin orang percaya atau menyertai orang percaya, tetapi justru Roh Kudus ada di dalam diri setiap daripada orang percaya. Selain dari pada itu, ada suatu pengertian lain; kalau orang di dalam Perjanjian Lama itu adalah orang yang melayani Tuhan dan mentaati Tuhan didasarkan oleh suatu perasaan yang takut untuk melanggar hukum Tuhan dan mendapatkan hukuman daripada Tuhan Allah. Pada waktu kita masuk ke dalam Kisah [Para Rasul] pasal yang ke-2, ketika Roh Kudus dicurahkan atau diberikan kepada umat Tuhan, maka pada waktu itu, orang-orang yang menjadi orang Kristen dalam Perjanjian Baru, ketika melayani Tuhan, bukan dari hati yang takut melanggar hukum Tuhan, atau takut dihukum oleh Tuhan Allah lagi. Tetapi orang-orang dalam Perjanjian Baru, atau orang-orang Kristen yang ada dalam Perjanjian Baru, pasca dari baptisan Roh Kudus itu, melayani Tuhan didasarkan oleh suatu kasih yang ditujukan kepada Kristus dan didasarkan kepada kekuatan yang bersumber dari Roh Kudus yang ada pada diri mereka tersebut. Jadi, ini mendasari suatu perbedaan yang besar. Semula dipimpin, disertai, yang kedua, ada di dalam. Yang semula kekuatan itu sepertinya dari usaha orang itu, tetapi yang kedua ada kekuatan Roh Kudus yang menyertai, yang memastikan orang-orang Kristen itu bisa mentaati apa yang menjadi kehidupan dan tuntutan Tuhan dalam kehidupan mereka. Dan itu bukan hanya bersumber dari ketaatan saja, tapi dari hati yang sungguh-sungguh mengasihi Allah di dalam Yesus Kristus.

Jadi saya lihat, ini adalah hal yang besar sekali perbedaannya dan hal yang sangat serius sekali, yang harus kita perhatikan. Di dalam Yohanes 7:37-39, Tuhan Yesus sendiri pernah berkata seperti ini ya, “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” Dari bagian ini, Yesus mau berkata, ketika seseorang percaya kepada Kristus, maka di dalam dirinya, itu ada aliran-aliran air hidup. Lalu aliran air hidup itu siapa? Alkitab berkata, Dia adalah Roh Kudus yang akan diberikan oleh Kristus kepada setiap orang yang percaya kepada diri Dia. Jadi ini adalah salah satu ayat yang saya bisa katakan dari mulut Yesus sendiri berkata: Itu adalah Roh Kudus dan bukan Muhammad. Dan Roh itu diberikan di dalam diri setiap daripada orang percaya. Jadi kita tidak perlu menantikan ada roh lain atau pribadi yang lain yang akan datang kepada kita, karena Roh itu sudah datang pada Hari Pentakosta. Kenapa pada hari Pentakosta? Yesus berkata, karena Yesus harus naik dulu ke Sorga, baru dari situ Roh Kudus bisa diberikan kepada gereja Tuhan. Dan pada waktu Roh itu diberikan kepada gereja Tuhan, Alkitab juga mengatakan ada sesuatu yang menarik, Roh itu diberikan kepada, bukan hanya pribadi-pribadi, tetapi Roh itu memenuhi seluruh dari rumah di mana orang-orang Kristen saat itu berkumpul di situ. Nah ini semua adalah hal yang sangat penting, yang kita perlu perhatikan masing-masing dalam pembahasan pada pagi hari ini.

Kalau Roh itu diberikan kepada orang Kristen, maka pertanyaannya adalah: kapan Roh itu diberikan kepada orang Kristen? Apakah Roh itu diberikan kepada orang Kristen pasca dia percaya kepada Kristus, seperti itu? Atau adakah suatu jeda waktu diantara orang Kristen yang percaya dengan Roh Kudus itu diberikan kepada orang Kristen? Dimana itu bukan sesuatu yang terjadi secara serempak tetapi pembaptisan Roh Kudus itu adalah sesuatu yang diberikan pasca seseorang itu percaya. Ini adalah hal yang kita perlu perhatikan di dalam pembahasan pagi hari ini. Bagaimana Kitab Suci menyatakan itu semua?

Saya percaya, gereja sekarang ada sekelompok orang yang mengajarkan: pada waktu kita percaya kepada Kristus, maka Roh Kudus tidak serta merta diberikan kepada orang-orang Kristen yang percaya kepada Kristus. Tetapi mereka harus menantikan suatu waktu tertentu, setelah dia percaya, baru kemudian Roh Kudus itu diberikan kepada diri dia. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya, ini bukan menjadi pengajaran Kitab Suci. Pada waktu kita berkata, Roh Kudus itu sesuatu yang diberikan pasca seseorang percaya dalam kehidupan Dia, kepada Yesus Kristus, maka Alkitab berkata seperti ini: Kalau dia adalah orang yang mengatakan diri dia Kristen, tetapi sebenarnya dia belum memiliki Roh Kudus dalam kehidupan dia, Yesus berkata, “Dia sebenarnya bukan milik Kristus.” Jadi ini dikatakan oleh Paulus di dalam Roma 8:9, saya pikir kita akan melihat berbagai ayat-ayat Kitab Suci pagi hari ini yang cukup banyak, supaya kita bisa jelas melihat bagaimana prinsip daripada baptisan Roh Kudus itu diberikan oleh Kitab Suci bagi diri kita ya. Jadi, kalau kita baca Roma 8:9, Paulus berkata apa? Ketika seseorang percaya kepada Kristus, dia ada Roh Kristus tidak pada diri dia? Langsung ada Roh Kristus! Tapi kalau dia ada suatu kehidupan jeda diantara dia percaya kepada Kristus, lalu kemudian baru ada baptisan Roh Kudus di situ, maka Alkitab berkata: dia belum menjadi milik Kristus. Jadi, ini adalah hal yang serius ya. Saya percaya sekali, ketika kita melihat pengajaran Kitab Suci, maka pengajaran Kitab Suci itu memberikan suatu pemahaman yang benar mengenai keadaan kita sebagai orang percaya itu seperti apa. Dan keadaan dari orang yang belum percaya itu seperti apa. Dan bagaimana Roh Kudus itu diberikan kepada kita, dan apakah kita itu sebenarnya adalah orang yang memiliki Roh Kudus atau tidak dalam kehidupan kita ketika kita percaya kepada Yesus Kristus?

Tapi kalau kita berkata seperti ini ya: Roh Kudus itu adalah sesuatu yang diberikan pada waktu seseorang itu percaya kepada Kristus, dan itu adalah sesuatu yang tanpa jeda, seperti itu, dari iman yang percaya kepada Yesus Kristus – realitanya di dalam Kisah [Para Rasul] 2 tidak seperti itu kan? Di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2, itu dikatakan, murid-murid sebelumnya adalah orang-orang yang telah menjadi murid Kristus, yang percaya kepada Yesus Kristus, mengikuti pengajaran Yesus, mengakui bahwa pengajaran itu adalah suatu kebenaran, dan sungguh-sungguh percaya kalau Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat. Tetapi, setelah mereka percaya itu, dikatakan oleh Kitab Suci, mereka belum menerima Roh Kudus. Bahkan Yesus Kristus sendiri, berkata kepada mereka dan berjanji kepada mereka: “Jangan tinggalkan Yerusalem. Karena apa? Karena pada waktu engkau tinggal di Yerusalem, engkau akau menerima baptisan Roh Kudus.” Bukankah itu berarti antara iman pertama dari murid-murid yang percaya kepada Kristus dengan penerimaan Roh Kudus, itu ada suatu jeda waktu, di mana ada fase di mana orang bisa percaya kepada Kristus tanpa memiliki Roh Kudus dalam kehidupan mereka. Nah saya lihat, ayat Alkitab di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2 ini, itu harus kita mengerti secara berbeda dari pada kondisi orang Kristen pasca Roh Kudus itu diturunkan di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2. Di dalam peristiwa Kisah [Para Rasul] pasal 2, dan sebelum pasal ke-2 itu, itu adalah sesuatu penggenapan yang Tuhan lakukan di dalam sejarah penebusan dari pada umat Allah di dalam dunia ini. Kita harus lihat dari perspektif tersebut. Nah ini yang menjadikan adanya pembedaan yang besar, selain nanti ada ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan: memang setelah pasca Pentakosta, ada suatu penerimaan yang secara langsung diterima oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus.

Tetapi saya mau ajak kita melihat satu hal. Pada waktu Tuhan bekerja dalam dunia ini, Alkitab memang mengatakan, Allah itu adalah Allah yang ada di luar waktu, Allah itu adalah Allah yang kekal, sehingga pada waktu Dia bekerja, Dia sebenarnya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga segala sesuatu yang terjadi di hadapan Allah, Alkitab katakan, itu seperti present, itu seperti sesuatu yang sekarang ini terjadi. Apa yang dialami di dalam dunia ini selama 1000 tahun yang lalu, Alkitab berkata, itu seperti satu hari di hadapan Tuhan Allah. Jadi 1 hari seperti 1000 tahun, 1000 tahun itu seperti satu hari. Ini menyatakan bahwa, bagi Tuhan Allah segala sesuatu itu seperti sekarang ini dan itu segala sesuatu itu adalah sesuatu yang diingat secara jelas oleh Tuhan di dalam ingatanNya dan Dia tidak pernah melupakan apapun juga. Tetapi Alkitab juga mengatakan suatu hal yang menarik.

Pada waktu dikatakan Allah itu ada di luar waktu, ada di atas waktu, tidak dikekang oleh waktu, tetapi Allah kita yang ada di luar waktu yang kekal ini, adalah Allah yang bisa bekerja di dalam waktu. Misalnya saya ambil contoh seperti ini, di dalam Galatia 4:4, Paulus berkata, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya lahir dari seorang perempuan dan takluk di bawah hukum Taurat.” Ayat ini mau ngomong apa? Di dalam planning Allah yang di luar waktu itu, yang ada di dalam kekekalan, yang tidak diikat oleh waktu, Allah tahu perjalanan hidup manusia di dalam dunia ini, Allah tahu kapan seharusnya Yesus Kristus lahir dalam dunia ini. Dan ketika waktu yang ditetapkan oleh Allah itu tiba untuk Yesus Kristus lahir dalam dunia ini, maka Yesus Kristus dikirim inkarnasi, masuk ke dalam dunia ini, lahir sebagai seorang bayi yang tunduk di bawah Taurat Tuhan. Pertanyaannya adalah seperti ini, setelah Kristus lahir dalam dunia ini, untuk menggenapi sejarah penebusan Allah bagi manusia yang berdosa, apakah kita perlu menantikan Kristus yang kedua, ketiga, keempat lahir ke dalam dunia ini. Tidak kan? Jadi pada waktu kita berbicara mengenai sejarah penebusan Allah, walaupun itu sesuatu yang ada di luar waktu, tetapi Allah bekerja di dalam setiap poin-poin di dalam waktu, berdasarkan waktu dari Tuhan Allah, yang ketika itu sudah digenapi, maka itu tidak akan terulang lagi di dalam sejarah manusia. Ini hal yang kita harus ingat baik-baik.

 

Contoh yang kedua, yang saya mau ingatkan adalah, coba perhatikan Ibrani 1:1-2, ini banyak gereja yang salah menangkap konsep karena dia tidak memahami Ibrani 1:1-2 ini ya. Firman Tuhan berkata, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Ayat ini bilang apa? Dahulu kala, sebelum Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini, Allah berbicara kepada umatNya melalui nabi-nabi. Tetapi setelah zaman Yesus datang dan tiba, Anak Allah inkarnasi ke dalam dunia ini, Yesus bicara melalui siapa? Allah berbicara melalui siapa? Yesus Kristus. Allah masih bicara melalui nabi, tidak? Tidak! Tapi hanya melalui Yesus Kristus, pada zaman Perjanjian Baru, yang kemudian diperteguh oleh Roh Kudus yang Tuhan berikan kepada orang percaya, seperti itu. Lalu dari sini kita bisa berkata, ada zamannya di mana Tuhan bekerja, antara zaman yang satu dengan zaman yang lain. Pada waktu Tuhan bekerja pada zaman yang satu, misalnya dalam Perjanjian Lama, Allah bekerja melalui nabi untuk menyampaikan firmanNya kepada umatNya, tapi ketika zaman itu sudah selesai, ini nggak akan berulang lagi. Ketika masuk ke dalam zaman AnakNya, AnakNya akan berbicara kepada umatNya secara langsung. Dan setelah AnakNya bagaimana? Alkitab tidak pernah mencatat ada satu nabi lagi yang pernah dipanggil oleh Tuhan Allah di dalam gerejaNya untuk berbicara kepada umatNya. Bahkan nabi-nabi yang ada di dalam Kisah Para Rasul yang kita baca, itu adalah nabi-nabi yang memiliki otoritas yang di bawah para rasul, yang ada di dalam Perjanjian Baru, dan mereka harus tunduk di bawah otoritas dari para rasul karena para rasul menjadi orang pengganti nabi-nabi yang ada di dalam Perjanjian Lama. Dan setelah itu semua selesai, tidak ada lagi rasul dan tidak ada lagi nabi di dalam gereja Tuhan, karena masanya sudah berlalu. Nah ini bicara mengenai suatu sejarah keselamatan Allah di dalam dunia bagi manusia yang berdosa. Sesuatu peristiwa yang terjadi di dalam sejarah yang sesuai dengan waktu yang telah Tuhan tetapkan di dalam sejarah manusia. Dan ketika peristiwa itu telah berlalu, maka peristiwa itu tidak akan berulang kembali dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia ini, atau khususnya di dalam kehidupan daripada umat Allah.

Nah dasar ini yang kemudian kita bisa lihat di dalam Kisah [Para Rasul] pasal yang ke-2; pada waktu kita lihat Kisah [Para Rasul] pasal 2, kita juga harus lihat bahwa Kisah [Para Rasul] pasal 2 itu adalah bagian dari rencana keselamatan Allah bagi manusia di dalam dunia ini. Dan Kisah [Para Rasul] pasal 2 itu berbicara mengenai apa? Hari Pentakosta. Kenapa kita bisa berkata bahwa itu adalah bagian dari pada rencana Tuhan Allah? Bukankah hari Pentakosta itu adalah hari dimana Roh Kudus itu dicurahkan atau diberikan kepada umat-Nya, dimana kaitannya dengan kisah sejarah keselamatan yang Tuhan Allah rencanakan bagi umat manusia? Kalau kita mau melihat pada Kisah [Para Rasul] pasal 2, saya percaya kalau kita bisa mengerti tradisi orang Yahudi yang Tuhan perintahkan untuk orang Yahudi lakukan, itu bisa membantu kita mengerti apa yang terjadi di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2. Dan di dalam tradisi Yahudi hal apa yang perlu kita perhatikan untuk bisa mengerti Kisah [Para Rasul] pasal 2? Karena Kisah [Para Rasul] pasal 2 bicara mengenai Pentakosta, maka itu berarti Kisah [Para Rasul] pasal 2 berbicara mengenai satu hari perayaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi berdasarkan perintah Tuhan. Nah ini bicara mengenai pernyataan Tuhan Allah melalui tradisi atau hari raya yang Tuhan perintahkan kepada orang Yahudi untuk dijalankan.

Di dalam tradisi Yahudi, melalui Musa Tuhan itu pernah perintahkan ada 3 hari raya utama yang harus dijalankan oleh orang Yahudi. Pertama adalah hari raya Paskah atau Passover, dimana orang Yahudi ketika memasuki hari raya itu mereka diminta untuk menyembelih seekor domba, mengambil darahnya, lalu untuk apa? Untuk menngingatkan kembali pada mereka akan peristiwa ribuan tahun yang lalu, atau ratusan tahun yang lalu, atau puluhan tahun yang lalu, atau tahun yang lalu dari kehidupan mereka yang ada di perbudakan Mesir sebelumnya. Jadi pada waktu orang-orang Israel itu mau dibawa oleh Tuhan keluar dari perbudakan Mesir, pada malam terakhir itu Tuhan memerintahkan orang Israel setiap keluarga harus mengambil seekor domba yang berusia satu tahun, yang jantan, yang tidak bercela, lalu domba itu harus disembelih, lalu darahnya diambil, dan darahnya itu dioleskan di ambang pintu, lalu dagingnya mereka bakar dan mereka makan. Tujuannya untuk apa? Untuk membuat Malaikat Tuhan yang dikirim oleh Tuhan melewati pintu-pintu rumah atau halaman dari rumah mereka tidak masuk ke dalam rumah mereka dan mencabut setiap nyawa anak sulung laki-laki di dalam keluarga itu, dari manusia sampai kepada binatang. Jadi pada waktu orang Israel mendapatkan perintah itu, mereka lakukan olesan darah itu, lalu setelah mereka mengoles darah itu di ambang pintu mereka, mereka kemudian menanti di dalam rumah, mungkin dengan hati yang gentar, hati yang takut, menantikan apa yang akan terjadi pada malam hari itu. Alkitab mencatat ketika Malaikat Tuhan itu melewati pintu rumah mereka, dia lihat ada darah itu, dia melalui pintu rumah itu. Makanya di dalam tradisi orang Yahudi dikatakan Passover, passover itu adalah melalui, malaikat itu tidak masuk ke dalam rumah itu, seperti malaikat itu masuk ke dalam rumah-rumah orang Mesir pada waktu itu dan membunuh semua anak sulung, dari Firaun sampai pada binatang-binatang. Sehingga pada malam hari itu terjadi kegemparan yang begitu besar, tetapi di dalam kehidupan dari orang Yahudi tidak ada satupun kematian di situ. Dan pada malam itu, Alkitab mencatat, mereka diminta untuk keluar oleh Firaun pergi menuju kepada Tanah Perjanjian.

Lalu setelah peristiwa ini terjadi, Tuhan melalui Musa berkata seperti ini, “Mulai hari itu, setiap tanggal 14 Nissan,” yaitu antara bulan Maret dan April, ”orang Israel harus mengulangi perayaan itu kembali.” Mereka harus makan domba Paskah pada hari itu, tanggal 14 Nissan tersebut. Lalu semua peristiwa ini kenapa Tuhan perintahkan kepada orang Israel untuk lakukan? Kalau kita lihat ribuan tahun kemudian, ternyata domba Paskah yang diperintahkan untuk disembelih pada hari itu, pada tanggal 14 Nissan, itu adalah gambaran dari pada Domba Allah yang akan mati untuk menebus dosa manusia di atas kayu salib. Kalau Bapak-Ibu perhatikan menurut perhitungan waktu, Bapak-Ibu akan menemukan satu hal yang luar biasa sekali, ternyata pada waktu Yesus disalibkan dan mati itu, itu adalah tepat pada hari orang Yahudi merayakan Paskah, yaitu pada 14 Nissan. Yang menyatakan kalau kematian Kristus itu adalah suatu penggenapan terhadap apa yang menjadi perayaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Jadi pada waktu mereka merayakan perayaan-perayaan itu, Tuhan ingin mengingatkan kepada mereka, “Ingat suatu hari nanti ada Domba Allah yang akan mati bagimu. Dan ketika Dia mati bagimu, maka takhta penghakiman Tuhan Allah yang seharusnya ditimpakan kepada orang berdosa itu sekarang sudah berganti menjadi takhta kasih karunia yang diberikan kepada orang percaya di dalam Yesus Kristus. Sehingga pada waktu dia ada di dalam Kristus dia tidak lagi di bawah penghakiman dari Tuhan Allah tetapi dia justru berada di bawah kasih karunia dan dia diberikan suatu keberanian untuk bisa menghampiri Allah yang kudus dalam kehidupan dia. Ini yang dikerjakan oleh Kristus, yang digambarkan di dalam perayaan-perayaan hari Passover yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Itu perayaan yang pertama.

Lalu perayaan kedua yang harus dilakukan oleh orang Yahudi adalah perayaan buah sulung, selain dari Hari Sabat ya. Perayaan buah sulung itu adalah dilakukan pada hari apa? Di dalam Imamat 23 itu dikatakan buah sulung itu adalah suatu perayaan yang dilakukan setelah perayaan Passover dan setelah Hari Sabat. Jadi hari apa itu? Hari Minggu. Lalu yang mereka lakukan di dalam perayaan buah sulung itu apa? Di dalam Imamat 23 dikatakan orang-orang Israel itu umumnya adalah petani, dan ketika mereka bercocok tanam mereka biasanya menanam tanaman gandum. Tetapi gandum di dalam orang Israel sendiri ada 2 tipe, pertama adalah barley, kedua adalah gandum. Bedanya dimana? Saya sulit gambarkan kecuali mungkin dengan satu cara ya, itu mirip seperti beras merah sama beras putih. Mirip, sama-sama dari gandum, tetapi jenisnya agak beda, variannya beda. Nah orang Yahudi itu memiliki kebiasaan mereka akan menanam barley terlebih dahulu lalu kemudian baru menanam gandum karena perbedaan musim membuat mereka harus menanam barley terlebih dahulu. Dan pada waktu hari raya buah sulung itu orang-orang Yahudi akan pergi ke ladang barley, kemudian mereka akan memanen sebagian dari hasil tanah mereka itu. Kalau mereka punya ladang cukup besar maka mereka mungkin akan ambil sampel sedikit di sini, sampel sedikit di sana, lalu kemudian mereka akan bawa kembali. Lalu setelah mereka bawa kembali, mereka akan persembahkan barley itu, atau hasil panen itu kepada Tuhan melalui imam yang ada di dalam bait Allah atau di dalam Kemah Suci. Dan pada waktu mereka lakukan itu satu hal yang menarik adalah mereka panen itu sebelum barley itu siap untuk dipanen. Jadi mereka melakukan panen awal, untuk apa? Supaya mereka bisa mengetahui hasil panennya itu seperti apa. Kalau andaikata hasil panen itu adalah sesuatu yang baik maka mereka percaya seluruh dari ladang itu akan memberikan hasil panen yang baik juga. Dan mereka harus persembahkan itu terlebih dahulu bagi Tuhan Allah. Nah ini adalah satu tradisi yang saya lihat baik sekali diajarkan oleh Tuhan Allah bagi orang Israel ya. Di dalam segala sesuatu yang mereka lakukan mereka harus mendahulukan Tuhan di dalam kehidupan mereka, baru kepentingan diri mereka sendiri. Ditandai dari mana? Bahkan sebelum panen tiba mereka harus ambil terlebih dahulu untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai jaminan seluruh hasil panen mereka itu baik atau tidak.

Nah ini hasil buah sulung. Lalu kenapa mereka lakukan ini semua? Ada korelasi apa dengan sejarah penebusan? Alkitab mencatat pada waktu Yesus mati di dalam 14 Nissan tersebut, yaitu di hari Jumat itu, di hari Minggunya Yesus bangkit dari kematian. Jadi 3 hari setelah kematian itu Yesus bangkit dari kematian dan itu tepat sekali pada hari dimana perayaan buah sulung itu dipersembahkan bagi Tuhan Allah. Karena itu Alkitab berkata Yesus itu adalah buah yang sulung. Bapak-Ibu bisa baca di dalam Kitab Suci ya mengenai hal ini. Dia adalah yang sulung diantara semua saudara-saudara yang lain. Apa yang menjamin kita itu kemudian mendapatkan kebangkitan dalam kehidupan kita? Di dalam Korintus itu dikatakan karena Yesus bangkit dari kematian. Apa yang menjamin kalau kita akan menerima segala yang Tuhan janjikan dalam kehidupan kita atau menerima kehidupan kekal dalam hidup kita? Jawabannya adalah karena Yesus mengalami hidup yang kekal, Dia tinggal bersama dengan Bapa di Sorga sampai selama-lamanya, itu yang menjamin kita akan memperoleh hidup yang kekal bersama dengan Yesus Kristus. Jadi dari perayaan buah sulung itu Tuhan mau mendidik orang Israel, “Kalia tahu, nanti suatu hari ada Buah Sulung yang pertama yang akan dipersembahkan bagi Tuhan Allah. Dia akan bangkit, dan Dia adalah dalam kondisi yang baik, yang menjadi wakil untuk menyatakan seluruh penenan yang lain itu seperti apa.” Nah ini yang kedua, perayaan panen barley.

Yang ketiga adalah perayaan Pentakosta. Perayaan Pentakosta ini dilakukan kapan? Alkitab berkata perayaan Pentakosta itu dilakukan 50 hari setelah buah sulung. Dan apa yang dilakukan? Orang Yahudi akan pergi ke ladang kembali, dia akan memanen sebagian sampel lagi dari ladangnya, tetapi kali ini bukan barley tetapi gandum. Jadi pada waktu ke ladang dia pergi ke ladang yang berbeda lalu dia kemudian memanen lagi beberapa bagian dari ladang itu, gandum-gandum itu, yang belum terlalu siap untuk dipanen, tetapi mereka akan panen itu terlebih dahulu. Lalu setelah panen itu apa yang mereka lakukan? Mereka tidak lakukan seperti yang mereka lakukan kepada barley. Sama-sama akan dibawa kepada Tuhan Allah tetapi ada beda. Ketika mereka memanen gandum, yang akan mereka lakukan adalah mereka akan bawa pulang dulu, lalu gandum ini diolah menjadi roti, roti ini adalah roti yang ada raginya. Setelah gandum itu diolah menjadi roti lalu itu baru dibawa ke hadapan Tuhan Allah dan dipersembahkan.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana makna dari Pentakosta ini dalam kehidupan sejarah keselamatan? Saya percaya ini berkaitan dengan hari dimana Roh Kudus itu dicurahkan. Dimana kaitannya? Kalau tadi kita berkata ketika panen buah sulung itu Yesus yang bangkit dari kematian, pada hari Pentakosta terjadi kan beda, nggak ada kebangkitan di situ, tetapi Roh Kudus yang dicurahkan. Lalu persamaannya dimana? Kenapa ada perbedaan seperti itu? Saya kasih tahu seperti ini, di dalam Kitab Suci dikatakan pada waktu Yesus bangkit dari kematian maka Dia naik ke Sorga untuk menantikan hari dimana Dia akan datang kembali untuk mengumpulkan seluruh dari pada orang-orang yang percaya kepada Dia untuk tinggal bersama-sama dengan Dia di Sorga, itu yang akan Dia lakukan. Tetapi pada waktu Dia akan lakukan itu semua, pertanyaannya apa yang menjadi jaminan kalau kita semua akan dikumpulkan bersama-sama dengan Kristus? Kalau yang tadi dikatakan kita hidup ya kita tahu karena Kristus hidup, kita akan bangkit karena kita tahu Kristus bangkit; tetapi yang sekarang adalah bagaimana kita tahu bahwa kita semua yang percaya kepada Kristus itu akan dikumpulkan bersama-sama dengan Kristus dalam suatu kehidupan yang kekal? Dan jawabannya adalah Roh Kudus yang diberikan pada hari Pentakosta. Jadi pada waktu hari Pentakosta tiba, Roh Kudus dicurahkan oleh Tuhan dan baptisan Roh Kudus dialami oleh murid-murid yang percaya kepada Yesus Kristus, di dalam Kitab Suci itu dikatakan seperti ini, pada waktu Roh Kudus itu diberikan kepada orang percaya di dalam Efesus 1:13,14 itu adalah satu jaminan dan materai bagi kita untuk menerima seluruh warisan dari pada janji Tuhan yang kekal itu bagi kehidupan kita. Jadi Roh Kudus itu menjadi suatu penanda, suatu materai, bahwa setiap orang yang memiliki Roh Kudus yang ada di dalam iman kepada Kristus pasti akan menerima segala sesuatu yang Tuhan janjikan bagi hidup dia, nggak ada satupun yang akan meleset, dan nggak ada satupun yang akan ketinggalan karena kita semua akan menerima itu semua.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, lalu hal lainnya yang membedakan adalah, kenapa perlu ada 2 panen seperti ini? Saya yakin itu sangat perlu sekali, karena 2 panen ini menandakan ada 2 kualitas yang berbeda. Pada panen buah sulung itu dikatakan orang begitu panen langsung dipersembahkan kepada Tuhan tanpa lakukan apapun juga. Karena apa? Itu adalah sesuatu yang original, sesuatu yang sudah baik, sesuatu yang sudah sempurna yang dipersembahkan kepada Tuhan Allah, dan Yesus adalah yang sempurna itu ketika Dia sudah bangkit dari kematian. Tapi pada waktu hari Pentakosta tiba yang dilakukan adalah mereka harus mengolah itu dulu menjadi roti. Maksudnya apa? Pada waktu mereka mengolah gandum itu jadi roti itu berarti persembahan itu adalah sesuatu yang tidak boleh dalam bentuk helaian-helaian jerami yang ada bulir-bulir gandumnya di situ, tetapi gandum yang berbutir-butir itu harus disatukan menjadi satu roti yang sama itu, yang satu itu, tetapi juga ada ragi di dalamnya. Maksudnya adalah pada waktu Tuhan memberikan Roh Kudus kepada gereja-Nya pada hari Pentakosta, gereja Tuhan yang terdiri dari orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, yang memiliki Roh Kudus itu, adalah pribadi-pribadi yang kemudian menjadi satu Tubuh, yaitu Tubuh Kristus. Tapi pada waktu pribadi-pribadi ini menjadi satu Tubuh Kristus, kita harus ingat satu hal, tubuh itu belum total sempurna tanpa dosa, masih ada ragi di dalamnya yang menyatakan masih ada sisa dosa yang masih tinggal di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Kristus. Sehingga pada waktu kita melihat kita sekarang telah diberikan Roh Kudus oleh Tuhan Allah, lalu kita menjadi satu Tubuh, tetapi ingat Tubuh itu harus diproses, masih ada dosa di situ. Kalau kita ingin persembahkan itu kepada Tuhan Allah tubuh itu harus diproses dalam satu tubuh yang utuh bersama-sama dengan orang Kristen yang lain, baru tubuh itu bisa dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Dan ini yang membuat pemberian Roh Kudus itu menjadi suatu yang penting karena tadi saya katakan kalau kita masih berdosa bagaimana kita bisa memiliki jaminan bisa diterima oleh Tuhan Allah yangg suci? Jadi berarti kalau kita adalah orang pilihan Tuhan Allah, kita pasti akan selalu benar di hadapan Tuhan Allah, dan Allah akan melihat kita sebagai orang yang benar dan kita pasti akan mendapatkan kemuliaan dalam kehidupan kita. Itu adalah sesuatu yang pasti. Tapi pertanyaannya adalah seperti ini: Apakah Bapak-Ibu Saudara sekarang ini merasa benar di hadapan Tuhan? Atau pernah nggak merasa benar pada waktu Bapak-Ibu baru pertama kali percaya kepada Kristus? Enggak kan? Ada rasa apa-apa nggak yang membedakan saya dengan sebelum saya percaya kepada Kristus? Saya yakin nggak ada. Begitu kan? Biasa saja kan?

Kedua, pada waktu Bapak-Ibu Saudara percaya kepada Kristus pertama kali, pernah tidak berdoa, “Tuhan, tinggallah di dalam hati saya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang memerintahkan kehidupan saya, dan jadikan saya anak Allah”? Bagi yang pernah atau bagi yang belum pernah tapi dia tahu dia adalah orang yang sudah percaya kepada Kristus, pertanyaan saya: Bapak-Ibu merasa ndak, pernah diadopsi jadi anak Tuhan? Enggak pernah juga kan? Siapa yang di sini pernah ngomong, “Aku pernah mengalami pengalaman supranatural waktu saya diadopsi menjadi anak Tuhan di mana Tuhan menyatakan Diri-Nya datang pada saya ngomong, “Dawis, kamu sekarang jadi anak-Ku ya. Sekarang Aku pegang kamu menjadi anak-Ku.” Enggak pernah kan? Lalu kita ini sebenarnya sudah diadopsi belum? Kita ini sebenarnya sudah dibenarkan belum di hadapan Tuhan Allah? Jawabannya sudah! Dasarnya apa? Iman yang percaya kalau kita percaya kepada Kristus berdasarkan Alkitab katakan, kita sudah dibenarkan, dan kita sudah diadopsi menjadi anak Tuhan. Jadi Alkitab menjadi dasar kita mengerti ada pengalaman itu. Ada peristiwa itu yang terjadi di pihak Tuhan Allah bagi kehidupan kita. Nah, begitu pun juga dengan Baptisan Roh Kudus. Pada waktu kita menerima Baptisan Roh Kudus, kapan itu terjadi? Pada waktu kita percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Tapi pada waktu itu terjadi, kita juga nggak harus mengalami hal-hal yang serba supranatural. Dan ndak ada tanda-tanda supranatural yang akan menyertai kita. Karena apa? Kisah [Para Rasul] pasal 2 berkata mereka waktu itu hanya duduk saja dan Roh Kudus memenuhi mereka. Dan tidak ada sesuatu peristiwa yang terjadi. Tapi kalau bilang seperti ini Bapak-Ibu langsung ngomong, “Tapi kan setelah itu mereka bangkit berdiri dan berbicara bahasa lidah,” betul kan? Bukankah itu berarti ada persitiwa supranatural yang menyertai mereka? Saya bilang, tunggu dulu. Ada hal yang harus kita bisa bedakan. Coba buka Kisah [Para Rasul] 2 lagi ya. Banyak orang Kristen nggak bisa bedakan hal ini ya. Di dalam Kisah [Para Rasul] 2:2, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.” Oke, itu baptisan Roh Kudus, bukan? Baptisan kan? Ada yang terjadi? Enggak ada, cuma Roh Kudus hinggap dalam rupa seperti api di atas kepala masing-masing. Mereka tetap duduk di situ. Tapi begitu masuk ayat yang ke-4, di situ dikatakan apa, “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Apa yang terjadi di ayat yang ke-4? Setelah Baptisan Roh Kudus itu diberikan, apa yang terjadi dalam ayat 4? Mereka dipenuhi dengan Roh Kudus.

Nah, ini dua hal yang harus kita bedakan. Saat peristiwa yang pertama adalah kita dibaptis dengan Roh Kudus, peristiwa yang kedua adalah kita dipenuhi dengan Roh Kudus. Ketika kita berbicara mengenai peristiwa pertama, baptisan Roh Kudus, kita jangan berharap ada suatu peristiwa supranatural terjadi dalam kehidupan kita, karena ini adalah sesuatu yang Allah kerjakan, bagi kita, di pihak Tuhan Allah. Tetapi pada waktu kita berbicara mengenai karunia berbicara bahasa lidah, itu bukan baptisan Roh Kudus, tetapi itu adalah peristiwa dimana Roh Kudus memenuhi kehidupan kita. Pada waktu Roh Kudus memenuhi kehidupan kita salah satu aspeknya adalah kita berbicara karunia untuk bisa berbahasa lidah atau murid-murid berbicara karunia berbahasa lidah. Tapi hati-hati, satu hal. Apakah semua orang akan berbicara karunia berbahasa lidah? Jawabannya tidak. Nah, apakah kita gereja saat ini, ketika kita dipenuhi oleh Roh Kudus, pasti berbicara bahasa lidah? Jawabannya tidak. Kenapa tidak? Karena dalam ayat yang ke-4 juga ada kalimat yang sering kali mungkin diabaikan: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain…” ada kata apa? “…seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Jadi itu adalah kedaulatan Roh Kudus yang mau memakai mereka untuk mengatakan suatu kata-kata mengenai pekerjaan Tuhan dengan bahasa-bahasa lain dalam kehidupan mereka; bukan karena mereka yang ingin, bukan karena mereka yang minta, tapi karena kebutuhan gereja saat itu membutuhkan karunia berbicara bahasa lidah dan Roh Kudus melihat itu diperlukan maka ketika Roh Kudus memenuhi mereka, Roh Kudus memberikan karunia berbicara bahasa lidah pada murid-murid pada zaman itu untuk berbicara. Tapi pada waktu zaman sekarang kalau Tuhan melihat kita tidak membutuhkan karunia itu, Tuhan tidak akan memberikan karunia itu untuk kita miliki. Jadi Tuhan tetap bekerja berdasarkan kebutuhan dari pada Tubuh Kristus atau jemaat. Dan itu dilihat berdasar kedaulatan Tuhan Allah, bukan berdasarkan keinginan kita untuk memilikinya atau tidak.

Nah, jadi ada dua perbedaan itu: baptisan Roh Kudus dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Jangan sekali-sekali ditukar. Kenapa orang Kristen itu saat ini, sekelompok orang, selalu berdoa untuk minta Roh Kudus turun? Karena mereka melihat baptisan Roh Kudus itu sama dengan dipenuhi dengan Roh Kudus. Padahal ini dua peristiwa yang berbeda. Jadi, Baptisan Roh Kudus itu adalah suatu peristiwa yang terjadi satu kali di dalam kehidupan orang yang percaya kepada Kristus, dan tidak akan berulang. Tetapi, Alkitab berkata, dipenuhi oleh Roh Kudus, itu adalah suatu peristiwa yang bisa berulang-ulang di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Bapak-Ibu boleh baca di dalam Kisah {Para] Rasul, misalnya, di dalam Kisah [Para Rasul] 2, mereka dipenuhi oleh Roh Kudus tetapi begitu masuk di dalam Kisah [Para Rasul] pasal yang ke-4, ketika mereka mulai mengalami penganiayaan, lalu di situ dikatakan ayat 23, murid-murid kemudian mulai berlutut dan berdoa kepada Tuhan, meminta pertolongan Tuhan, lalu, ayat 31, “Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” Jadi, di awal dipenuhi, (pada – red) Kisah [Para Rasul] 2, di Kisah [Para Rasul] 4 bisa dipenuhi lagi. Berarti pemenuhan Roh Kudus itu permanen atau tidak? Jawabannya tidak. Jadi, Tuhan akan memberikan Kuasa-Nya, penyertaan-Nya kepada orang percaya, kalau Dia anggap itu dibutuhkan. Berapa lama? Selama dibutuhkan. Setelah tidak dibutuhkan bagaimana? Mungkin tidak ada lagi. Sampai kapan? Sampai dibutuhkan lagi, baru Dia akan berikan itu lagi.

Yang kedua, orang yang dipenuhi Roh Kudus itu juga dikatakan adalah orang yang harus berserah kepada Tuhan Allah. Satu sisi memang dia sudah punya Roh Kudus, tapi kalau ingin Roh Kudus bekerja dalam diri dia, dan dia mau menjadi alat-alat dalam kehidupan dia, dia harus menyerahkan hidupnya untuk taat kepada Tuhan. Makin dia taat kepada Tuhan, makin dia dipenuhi oleh Roh Kudus; makin dia tidak taat kepada Tuhan, makin dia tidak dipenuhi oleh Roh Kudus. Bukan berarti Roh Kudus tidak ada, dan meninggalkan dia; Roh Kudus tetap ada tetapi dia kurang dipenuhi atau lebih dipenuhi oleh Roh Kudus melalui kehidupan yang bergantung dan taat kepada Tuhan Allah.

Nah, Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, lalu terakhir adalah apa itu baptisan Roh Kudus? Kalau kita ingin bicara tentang baptisan Roh Kudus, maka itu berbicara mengenai 1 Korintus pasal 12:13 kembali. Kita buka lagi ya. Di sini ada definisi yang Paulus berikan kepada kita mengenai apa itu Baptisan Roh Kudus. Di dalam 1 Korintus 12:13 dikatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Lalu, baptisan Roh Kudus di dalam itu apa? Baptisan Roh Kudus itu adalah tindakan Allah membaptis kita menggunakan Roh Kudus menjadi satu tubuh, yaitu Tubuh Kristus. Jadi Allah menggunakan Roh Kudus untuk membaptis kita dan menyatukan kita menjadi satu Tubuh Kristus. Lalu kalau pakai istilah lain yang dikatakan oleh Paulus dalam Galatia 3 ayat 27, itu dikatakan, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” Jadi maksudnya apa kita diberikan Roh Kudus, kita dijadikan satu tubuh dengan Kristus? Maksudnya adalah pada waktu itu diberikan kepada kita – Roh Kudus – kita sudah dikatakan “mengenakan Kristus” dalam kehidupan kita. Itu artinya kita dibaptis dengan Roh Kudus. Saya percaya ini adalah makna yang jauh lebih mendalam dari sekedar pernyataan kalau baptisan Roh Kudus itu hanya berbicara mengenai karunia supranatural yang kita alami atau tanda seseorang itu dibaptis dengan Roh Kudus dengan mengalami karunia-karunia bersifat supranatural itu. Karena pada waktu kita berbicara mengenai karunia itu, itu seperti sesuatu yang bisa ada pada orang percaya dan bisa tidak ada pada orang percaya. Tapi pada waktu kita berbicara baptisan Roh Kudus dalam pengertian yang dikatakan oleh Paulus, kita dibaptis oleh Roh dan dijadikan satu dengan Tubuh Kristus, yaitu, atau dikenakan dengan Kristus dalam kehidupan kita, maka Paulus sedang mau mengatakan, setiap orang yang dibaptis dengan Roh Kudus, ada ciri-ciri. Ciri-cirinya apa? Ciri-cirinya adalah ada Kristus yang hidup di dalam diri orang tersebut. Ada ciri-ciri di mana kita tidak lagi yang berkuasa atas hidup kita tetapi kita menyerahkan kontrol dan kuasa hidup kita itu ke dalam tangan Kristus. Paulus pernah berkata, “Bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristuslah yang hidup di dalam diriku.” Itu ciri orang yang ada satu dengan Kristus.

Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya makna ini dalam sekali. Makna ini membuat kita sebagai orang Kristen nggak mungkin bisa bermain-main dalam kehidupan kita. Dan makna ini juga membuat kita sebagai orang Kristen nggak bisa tidak menuntut diri untuk terus bertumbuh dan mengikatkan, mendekatkan diri kita, dengan Tuhan dalam kehidupan kita. Dan itu juga membuat diri kita nggak mungkin bisa berkata, “Saya percaya kepada Kristus tapi tunggu ya Tuhan, belum waktunya saya taat penuh kepada Engkau. Saya masih ada rencana saya sendiri, saya masih ada keinginan sendiri, di mana saya ingin capai itu dulu, saya ingin genapi itu dulu baru kemudian saya serahkan diri saya ke dalam Tangan-Mu.” Tidak bisa. Karena pada waktu kita dibaptis dengan Roh Kudus, kita sudah disatukan dengan Kristus. Kalau kita disatukan dengan Kristus, yang berkuasa siapa? Alkitab berkata, Dia adalah Kepala kita; kita adalah bagian daripada anggota tubuh Dia. Kalau Dia adalah Kepala kita, dan kita bagian anggota daripada Tubuh Dia dan kita akan mendapatkan kekuatan dari Kepala itu, yang adalah Sumber kekuatan dari hidup kita, maka yang terjadi adalah setiap orang percaya pasti akan menundukkan diri dia dan berusaha sepenuhnya menundukkan diri dia, walau pun kadang-kadang gagal, tapi dia akan kembali menundukkan diri dia di bawah apa yang menjadi kehendak Tuhan atau kehendak Kristus dalam kehidupan dia. Jadi, orang ketika melihat kehidupan kita, dia harus bisa lihat ada Kristus hidup dalam kehidupan kita, ada karakter Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan kita.

Dan terakhir adalah, setiap orang yang ada di dalam kepenuhan Roh Kudus, atau memiliki baptisan, atau mengalami baptisan Roh Kudus, dia mengerti satu hal: dia tidak mungkin memisahkan diri dari pada orang Kristen yang lain. Karena kita tahu kita satu tubuh, kita ada di dalam satu rumah itu. Dan itu membuat kita pasti merasa bergantung antara satu orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain. Karena kita semua adalah saudara di dalam Kristus, adalah bagian dari pada Tubuh Kristus. Saya harap pengertian ini menjadi dasar bagi kita untuk menghadapi hari Pentakosta. Dan saya berharap kita juga nggak terpancing lagi ya untuk berpikir kalau kita belum memiliki Roh Kudus dan kita perlu berdoa meminta Roh Kudus kembali; meminta Roh Kudus kembali setiap tahun dalam kehidupan kita. Pak Tong pernah bilang satu kalimat ya, Pak Susilo selalu ingat itu, karena Pak Susilo berkata terus berulang kali: “Kalau andaikata kita berdoa, minta Roh Kudus turun, hari ini, Roh Kudus itu diberikan kepada kita, dalam rupa baptisan Roh Kudus, tahun depan kita minta lagi Roh Kudus membaptis diri kita. Pertanyaannya adalah kapan Roh Kudus itu pamitan sama kita?” Enggak pernah kan? Karena apa? Karena Roh Kudus memang enggak pernah pamit. Berdasarkan Kitab Suci berkata, “Roh Kudus selalu ada pada hidup kita. sebagai materai sampai kita mendapatkan semuanya.”  Yang pernah datang-pergi datang-pergi itu bukan Roh Kudus, tetapi kepenuhan itu atau kuasa penyertaan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Dan itu diberikan berdasarkan kebutuhan di dalam gereja itu seperti apa. Jadi kiranya Tuhan boleh memberkati kita dengan pengertian Firman ini, dan kita tidak terjebak untuk jatuh ke dalam fenomena-fenomena yang dialami banyak orang Kristen pada saat ini. Dan bahkan mungkin kita bisa membawa mereka untuk mengerti yang benar itu seperti apa ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kami bersyukur, Bapa, untuk Firman Tuhan yang boleh disampaikan pagi hari ini. Kiranya setiap kebenaran-Mu boleh memberikan kepada kami pengertian dan keyakinan bahwa itu adalah sungguh kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Sehingga pada waktu kami hidup, sebagai anak-anak Tuhan, di tengah-tengah dunia ini, dengan berbagai sudut pandang yang ada dan pengajaran yang ada, kami boleh tahu dengan pasti, apa yang diajarkan oleh Kitab Suci, bagi kami, yang adalah kebenaran itu, sehingga kami boleh tidak dibingungkan, dikacaukan oleh rupa-rupa pengajaran yang ada di dalam dunia ini. Tolong pimpin kami ya Tuhan, sertai setiap dari anak-anak-Mu ini. Kiranya Engkau yang telah memberikan Roh Kudus dalam hidup mereka, Kau boleh memenuhi hidup mereka dengan Roh Kudus-Mu sehingga mereka boleh hidup dalam suatu ketaatan dan kuasa penyertaan dari Kuasa Tuhan yang senantiasa ada untuk bersaksi bagi Nama-Mu di tengah-tengah dunia ini. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin.”

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]