Berdoa di dalam Roh, 7 Agustus 2016

Ef 2:8


Saudara di dalam pertemuan dua minggu yang lalu saya telah membahas bahwa doa itu adalah sesuatu yang penting sekali, tetapi doa juga adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan. Itu adalah sesuatu yang sulit bagi orang-orang yang sungguh-sungguh ingin berdoa di hadapan Tuhan, dan murid-murid sendiri kalau melihat doa itu adalah sesuatu yang gampang, mudah, maka saya percaya sekali mereka tidak perlu datang kepada Kristus dan tidak perlu meminta kepada Kristus untuk mendidik mereka, mengajar mereka bagaimana caranya berdoa yang benar. Dan Yesus Kristus sendiri ketika mendengar permohonan itu kalau Dia menganggap doa itu adalah sesuatu yang secara natural, secara alami bisa dilakukan oleh semua manusia dan itu adalah sesuatu yang pasti adalah benar dan pasti adalah baik dan pasti adalah ditujukan kepada Bapa dan didengarkan oleh Bapa, saya percaya Yesus juga akan tidak perlu mengajarkan bagaimana cara berdoa yang benar. Tapi pada waktu Yesus mendengar permintaan dari murid-muridNya tersebut, “Guru ajarkanlah kepada kami bagaimana kami berdoa seperti Yohanes mengajar kepada murid-muridnya,” maka Yesus Kristus kemudian mengajarkan kepada mereka doa Bapa Kami. Dan kalau kita lihat di dalam Matius pasal yang ke-6 sebelum Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, di awal dari perikop itu ada satu bagian dimana Yesus mengajarkan bagaimana doa yang salah itu, dan supaya kita tidak jatuh ke dalam satu doa yang salah seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik di dalam kehidupan mereka. Dan selain itu kalau Saudara perhatikan juga maka Saudara akan menemukan perikop-perikop yang berbicara mengenai doa juga, misalnya hal pengabulan doa, “Mintalah maka engkau akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan; carilah maka engkau akan mendapatkan,” lalu, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah apakah Allah tidak akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut?” Itu adalah bicara mengenai doa. Lalu selain itu, Tuhan Yesus juga di dalam pengajaran, Saudara bisa baca keempat Injil, banyak sekali berbicara bagaimana seseorang meminta kepada Bapa, melalui siapa dia harus meminta kepada Bapa tersebut. Nah ini bicara mengenai doa.

Jadi doa itu, mengerti bagaimana cara berdoa, itu adalah hal yang penting dan kalau kita mengerti Yesus sendiri mengajarkan cara berdoa yang benar itu seperti apa itu berarti doa adalah selain merupakan aktifitas rohani yang tertinggi dari umat manusia atau anak-anak Tuhan, doa juga perlu didampingi dengan pengajaran yang benar dan pengertian yang benar. Tanpa pengajaran yang benar, tanpa pengertian yang benar maka doa kita itu bukanlah suatu doa atau ibadah kita bukanlah satu ibadah yang kita naikkan kepada Tuhan. Misalnya di dalam Yohanes pasal 4, pada waktu Yesus berjalan ke daerah Samaria Dia bertemu dengan seorang perempuan Samaria disana dan di dalam pembicaraan dengan perempuan Samaria itu terjadi satu pembicaraan yang penting sekali dalam kaitan dengan bagaimana seseorang itu beribadah kepada Allah. Pada waktu itu perempuan Samaria ini berkata, “Nenek moyang kami itu menyembah di gunung ini tetapi Kamu katakan bahwa Yerusalem-lah tempat orang menyembah.” Pada waktu Yesus mendengarkan perkataan perempuan ini dan pemahamannya mengenai ibadah, dan saya percaya sekali perempuan Samaria ini percaya bahwa apa yang dia lakukan adalah satu kebenaran dan selama ini yang dia lakukan secara turun temurun dari nenek moyang sampai ke diri dia itu adalah suatu ibadah yang pasti diterima oleh Allah, maka Yesus kemudian menjawab perempuan Samaria itu. Dia berkata apa?

Kita buka Yohanes 4:21-24 saya bacakan, “Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Nah kalau kita perhatikan ayat ini maka ada beberapa poin penekanan yang Yesus berikan. Pertama adalah berdoa, beribadah itu ditujukan kepada Bapa. Kedua adalah kalau kita beribadah, berdoa mungkin kalau kita scope-nya tarik lebih sempit lagi maka tidak perlu di gunung ini atau di gunung itu. Lalu yang ketiga adalah kalau kita menyembah Allah maka kita perlu menyembah yang bagaimana? “Engkau menyembah yang tidak engkau kenal, Allah yang tidak engkau kenal, kami menyembah Allah yang kami kenal.” Lalu kemudian dikatakan penyembah-penyembah yang benar, berarti ada penyembah-penyembah yang salah. Lalu penyembah yang benar itu adalah penyembah yang seperti apa? Yesus berkata, “Menyembah di dalam Roh dan kebenaran.” Kenapa begitu? Karena Allah adalah roh dan karena itu engkau harus menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran.

Jadi Saudara, di dalam apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus atau jawaban yang Tuhan Yesus berikan kepada perempuan Samaria ini kita mengerti seorang yang beribadah kepada Allah dia harus memiliki satu pengertian atau konsep yang benar mengenai Allah itu seperti apa baru dia bisa beribadah kepada Allah yang benar dalam hidup dia. Yang kedua adalah seorang yang memiliki konsep mengenai Allah seperti apa itu akan menentukan bagaimana caranya dia di dalam beribadah, apa yang menjadi pemahaman dia mengenai Allah itu akan tercermin di dalam karakter dia dan bagaimana dia melakukan ibadah dia dalam kehidupan dari diri dia. Nah Saudara itu berarti kalau kita melihat seseorang beribadah kepada Allah maka kita akan langsung mengerti bagaimana konsep dari orang itu mengenai Allah yang dia kenal atau Allah yang dia tahu dan kita bisa melihat kira-kira apakah dia memiliki pengertian yang benar mengenai Allah atau dia memiliki pengertian yang salah mengenai Allah, karena apa? Yesus sendiri berkata pengenalan akan Allah itu memiliki dampak terhadap aktifitas ibadah kita di hadapan Allah, karena ini adalah 2 hal yang sangat terkait sekali. Itu sebabnya kalau kita merindukan suatu ibadah yang benar, kita merindukan suatu doa yang benar yang didengarkan oleh Allah, hal pertama yang harus kita miliki itu adalah kita tahu siapa Allah yang kita sembah itu, kita tahu kepada siapa kita tujukan doa yang kita naikkan di dalam perkataan kita atau di dalam kehidupan kita. Kalau kita tidak mengenal siapa Allah itu, kalau kita sembarangan di dalam menaikkan doa dengan cara bagaimanapun mungkin dan kita pikir itu berarti kita sedang berdoa kepada Allah yang benar maka Tuhan Yesus berkata walaupun kita berdoa, meminta, kita tidak akan mendapatkan jawaban dari Tuhan, walaupun kita memohon dan memelas Tuhan tidak mendengarkan apa yang kita doakan tersebut karena Allah yang kita kenal, Allah yang kita tujukan doa kita itu adalah allah yang salah, bukan Allah yang benar.

Bahkan Saudara, di dalam Kitab Maleakhi pasal yang ke-2 itu dikatakan “Orang yang beribadah kepada Allah, seolah-olah dia beribadah kepada Allah yang benar, tapi melalui cara yang salah dalam ibadah dia maka ibadah dia itu tidak mendatangkan berkat bagi diri dia tetapi justru mendatangkan kutuk bagi diri dia.” Pada waktu itu imam-imam mengajarkan allah yang salah, mengajarkan firman yang salah, melakukan praktek ibadah yang salah kepada orang-orang Israel dan Allah kemudian berkata, “engkau akan menerima kutukan dari Tuhan, bukan berkat dari Tuhan.” Mari kita buka Maleakhi 2:1-2, “Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam! Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan.” Ini adalah satu jawaban yang tegas sekali dari Tuhan dan peringatan yang keras sekali dari Tuhan kepada umat Israel atau umat Allah. Saudara, ini memberikan, kalau kita tarik pada suatu maka mungkin bisa diaplikasikan seperti ini: ada orang-orang yang mengatakan, memiliki konsep “sebagai orang Kristen maka dia pasti akan menjadi orang yang didengarkan doanya oleh Tuhan, tergantung imannya itu bagaimana,” lalu di dalam pengertian dia yang lain adalah “kalau saya menjadi orang Kristen Tuhan pasti memberkati orang-orang Kristen, kita kan anak Tuhan,nda mungkin Tuhan nda memberkati apa yang kita inginkan, apa yang kita minta kepada Allah karena itu kalau kita adalah anak Tuhan, Tuhan pasti akan menolong kita keluar dari kesulitan kehidupan mungkin, Tuhan akan memberkati kita dengan satu kekayaan, kesuksesan dalam kehidupan kita.”

Ini mungkin menjadi suatu konsep kita mengenai diri Allah lalu kita kemudian berdoa kepada Allah, kita berdoa meminta dengan sungguh-sungguh dalam iman karena kita mengerti Allah kita adalah Allah yang seperti itu. Lalu apa yang terjadi? Tuhan menjawab misalnya, Tuhan memberikan apa yang kita minta, Tuhan memberikan kekayaan, Tuhan memberikan kesuksesan, keberhasilan dalam kehidupan kita melalui doa yang kita minta, pertanyaannya adalah apakah itu berkat dari Tuhan atau itu adalah kutukan dari Tuhan? Apakah itu berkat dari Tuhan atau sesuatu yang Tuhan berikan demi untuk mencobai Saudara? Banyak orang Kristen itu yang langsung senang ya pada waktu dia berdoa, “Wah Tuhan jawab doaku, Tuhan berikan satu kelimpahan dalam kehidupanku seperti apa yang aku minta, Dia benar-benar adalah Tuhan yang hidup,” seakan-akan benar kalimatnya. Tapi Saudara, kalau dia punya konsep seperti ini dan dia meminta kepada Tuhan seperti ini, itu bagaimana pada waktu dia mendapatkan itu? Saya bukan ngomong Tuhan tidak bisa memberikan berkat ya, saya bukan ngomong orang Kristen nda boleh doa minta Tuhan berikan keberhasilan, kesuksesan, atau kekayaan dalam kehidupan mereka, boleh, nggak salah itu, tapi kalau kita punya satu konsep Allah pasti memberi itu berarti kan kita sudah menyangkali firman Tuhan yang berkata Allah tidak pernah menjanjikan kita anak Tuhan pasti memiliki itu. Kalau Allah menjanjikan itu, kenapa Allah mengajarkan untuk berdoa: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,” bukan yang “berkelimpahan dalam kehidupan kami”?

Saudara, saya kembali pada pertanyaan kalau mendadak kita mendapatkan suatu kekayaan, keberhasilan, berkatkah itu? Jangan senang dulu ya, itu belum tentu adalah berkat dari Tuhan, mungkin itu adalah sesuatu yang Tuhan berikan demi untuk mencobai iman kita di hadapan Tuhan. Jangan-jangan ketika kita memperoleh apa yang kita inginkan itu, yang kita doakan itu, itu adalah sesuatu yang Tuhan ingin berikan demi untuk tujuan menguji kesetiaan kita kepada Tuhan, iman kita kepada Tuhan, kebergantungan kita kepada Tuhan, cinta kasih kita kepada Tuhan itu berapa besar. Saudara, ada orang yang begitu mendapatkan berkat dia sepertinya bersyukur pada Allah tetapi makin lama makin masuk ke dalam suatu kehidupan yang seolah-olah diberkati dalam kesibukan itu dan tanpa dia sadari hidupnya makin jauh dari Tuhan. Dia makin tidak memiliki waktu untuk Tuhan, dia makin tidak memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, dan dia semakin mencintai pekerjaan dan kekayaannya atau berkat yang Tuhan berikan bagi diri dia tersebut, dan dia melupakan Pribadi yang memberikan berkat itu dalam kehidupan dia. Apakah ini bisa dikatakan sebagai berkat? Saya percaya ini bukan sesuatu yang bersumber dari Tuhan. Kalau Tuhan memberkati seseorang orang itu pasti makin dekat, makin mengenal Tuhan, makin percaya Tuhan, makin tahu siapa Tuhan yang dia sembah dalam kehidupan dia, dan dia makin bergantung di dalam kehidupan dia kepada Tuhan Allah, itu yang akan terjadi. Dan ada jarak antara diri dia dengan harta, antara diri dia dengan dunia karena dia tahu dunia, harta, kekayaan, yang lain-lain itu itu adalah sesuatu yang hanya merupakan fasilitas untuk dia bisa hidup dalam dunia ini, tetapi yang utama itu adalah Tuhan sendiri yang adalah sumber pemberi semua berkat itu dalam kehidupan dia. Dan kita perlu Dia bukan perlu dari pada harta dan segala berkat tersebut.

Saudara, di dalam Kitab Hosea disitu nabi Hosea diperintahkan untuk menikah kepada seorang pelacur, yaitu Gomer. Dalam peristiwa tersebut Alkitab mencatat berkali-kali Gomer mengkhianati suaminya ini untuk melambangkan bagaimana berkali-kali umat Israel itu tidak setia kepada Allahnya. Lalu di dalam keadaan tersebut apa yang terjadi? Tuhan berkata, “Hai Hosea, tebus istrimu kembali, bawa dia kembali menjadi istrimu,” sampai 3 kali mungkin dia tebus, tebus terus seperti itu dan sampai satu saat Tuhan berkata, bahkan Tuhan berkata seperti ini ya di dalam penyelewengan yang Gomer lakukan tersebut, Tuhan berkata, “Aku akan menutup semua jalan berkat bagi si perempuan ini atau bagi umat Israel, dan pada waktu semua jalan berkat itu ditutup Saya berharap dia akan kembali kepada Tuhan, kepada Saya,” tetapi pada waktu itu orang Israel tetap tidak menyadari bahwa sumber berkat itu dari Tuhan Allah dan harus datang pada Allah, tapi mereka tetap mencari jalan lain untuk mendapatkan berkat atau jalan keluar dari kesulitan yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Saudara, ini mungkin terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Kita perlu mengerti yang utama itu yang mana, yang sekunder itu yang mana, mana yang harus kita mutlakkan, mana yang kita tidak boleh mengikatkan hati kita kepadanya. Yang pasti adalah materi tidak boleh kita ikatkan hati kepadanya, bahkan Alkitab berkata keluargapun tidak boleh kita ikatkan hati kepadanya melampaui ikatan hati kita atau kasih kita kepada Tuhan Allah.

Nah Saudara, karena itu penting sekali untuk mengerti siapa Allah yang kita sembah, penting sekali kita mengerti bagaimana kita bisa datang kepada Allah ini yang benar dalam kehidupan kita, dan itu butuh pengenalan yang benar akan Tuhan Allah. Saudara, ini dikatakan di dalam ayat 18. Pada waktu Paulus berkata di dalam Efesus 2:18, dia memberitahu kita bagaimana kita bisa menghadap Allah atau menghampiri Allah dalam kehidupan kita. Dikatakan, “karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.” Nah di dalam bagian ini Paulus berkata ada 2 hal yang harus ada di dalam kehidupan ibadah kita dan doa kita untuk bisa dapat datang kepada Bapa. Pertama adalah kita harus datang melalui Kristus, kedua adalah kita harus datang di dalam Roh Kudus, ini yang membuat kita bisa datang kepada Bapa atau menghampiri Bapa yang suci tersebut. Untuk poin yang pertama kita sudah bahas karena itu saya tidak akan bahas lagi pada pagi ini ya, apa pengertian kita datang melalui Kristus dalam kehidupan kita. Kita akan bahas dalam poin kedua, “di dalam Roh” atau “oleh satu Roh kita beroleh jalan masuk kepada Bapa.”

Maksudnya apa “oleh satu Roh kita beroleh jalan masuk kepada Bapa”? Memang ada 2 pengertian yang kita bisa pakai, pertama adalah orang yang mengatakan “satu Roh” itu berbicara mengenai seperti “satu Tubuh.” Pada waktu kita melihat konteksnya dari atas sampai ke bawah maka kita melihat bukankah Tuhan sedang berbicara mengenai kesatuan antara orang Yahudi dan non-Yahudi, sehingga mereka ketika dibilang “oleh satu Roh engkau datang kepada Bapa,” itu berarti bukan orang Yahudi sendiri yang datang kepada Bapa dan orang non-Yahudi mereka sekelompok sendiri datang kepada Bapa. Tetapi pada waktu Allah bekerja melalui Kristus memperdamaikan diri mereka dengan Bapa maka mereka kemudian menjadi satu, satu Tubuh dimana mereka bersama-sama datang kepada Bapa untuk beribadah kepada Bapa. Mereka bukan lagi satu-satu dan terpisah tetapi menjadi satu kesatuan yaitu satu Tubuh yang beribadah kepada Bapa. Nah saya percaya ini adalah ada benarnya dan sangat benar sekali mengenai prinsip ini, tapi yang saya mau angkat adalah dari sisi lain juga karena Paulus ketika berbicara mengenai berdoa kepada Allah, memiliki akses kepada Allah maka di dalam Kitab Suci, baik Paulus maupun rasul yang lain itu mengkaitkan poin yang kedua ini: harus kita lakukan di dalam Roh Kudus baru kita bisa datang menghampiri Bapa kita yang di Sorga.

Nah Saudara, ini adalah sesuatu yang saya percaya penting sekali ya, karena sebagai orang-orang Kristen kita seringkali mungkin bisa terjebak atau jatuh ke dalam satu konsep: di dalam beribadah hanya butuh kebenaran firman, di dalam beribadah hanya butuh pengertian doktrin yang benar, di dalam beribadah kita hanya perlu mengerti atau mengenal siapakah Kristus, di dalam beribadah kita bisa menghampiri Allah kalau hanya melalui Kristus dan kalau kita mengenal Kristus baru kita mengenal Allah yang benar, itu semua benar, itu semua nda ada salahnya sama sekali dan Alkitab memang berkata “Kalau engkau ingin melihat Bapa, lihatlah pada diri-Ku,” Yesus berkata, “pada waktu engkau melihat pada diri-Ku engkau sudah sungguh-sungguh melihat Bapa itu seperti apa.” Dan Alkitab juga berkata Dia satu-satunya mediator untuk kita bisa menghampiri Allah Bapa dalam kehidupan kita. Tapi Saudara, pada waktu kita menekankan pada doktrin atau pengajaran firman yang begitu penting, kita harus tahu bahwa Paulus sendiri berkata itu tidak cukup. Di dalam menghampiri Bapa kita tidak hanya cukup dengan pengetahuan yang benar saja tetapi kita perlu memiliki atau mengetahui pekerjaan Roh Kudus atau mengalami pekerjaan Roh Kudus yang terjadi di dalam kehidupan kita juga, baru disitu ibadah kita bisa menjadi satu ibadah yang berkenan di hadapan Allah. Kenapa begitu ya? Karena Saudara, ada orang-orang yang bisa memiliki satu pemahaman yang betul-betul benar akan firman Tuhan, nda ada cacat, nda ada sesuatu kesalahan di dalam pemahaman dia mengenai Tuhan itu seperti apa tapi Saudara, kerohanian bener-bener mati. Dia tidak ada satu semangat untuk Tuhan, dia tidak ada satu kegairahan untuk Tuhan, dia tidak ada kerinduan untuk Tuhan, dia tidak ada keinginan untuk mengenal Tuhan lebih baik. Semuanya benar, nda ada salahnya sama sekali tetapi ibadah yang dia lakukan sungguh-sungguh adalah ibadah yang bersifat mekanik, yang rutinitas, yang monoton, yang tidak ada sesuatu kehidupan di dalam ibadah tersebut. Ini namanya orang yang beribadah tanpa melibatkan Roh Kudus dalam ibadah.

Saya ambil contoh lain kayak gini, ada orang-orang yang bisa menyebutkan mengenai siapakah Allah itu dengan baik. Dia bisa mengutarakan bagaimana Allah yang dinyatakan di dalam Alkitab dengan baik, dia bisa berkata Allah itu adalah Allah yang maha kuasa sanggup memelihara kehidupan, dia berkata kita harus hidup di dalam satu ketaatan kepada Tuhan, harus percaya kepada Tuhan dan Dia sanggup untuk menolong diri kita keluar dari kesulitan dan bahaya dalam kehidupan. Tapi Saudara, kehidupannya sama sekali tidak mencerminkan bahwa dia adalah orang yang percaya kepada Tuhan, kehidupannya sama sekali tidak ada satu kesabaran untuk menantikan pertolongan Tuhan dalam kehidupan dia, kehidupannya sama sekali tidak memiliki satu wujud dimana orang bisa melihat kalau dia adalah orang yang percaya kepada Tuhan seperti yang dia katakan dalam kehidupan dia. Itu kan berarti dia secara pengetahuan, secara doktrin, dia memiliki pengetahuan yang benar tetapi dia tidak memiliki relasi yang hidup bersama dengan Tuhan. Ini adalah bahaya di dalam kehidupan orang-orang Kristen.

Tapi di sisi lain, ada orang-orang Kristen yang berkata seperti ini: “dalam beribadah kepada Allah, dalam berdoa kepada Allah, nda penting untuk mengenal Tuhan Allah itu seperti apa, nda perlu terlalu dalam memahami Kitab Suci, kebenaran firman, yang engkau butuhkan di dalam beribadah dan berdoa kepada Allah adalah Roh Kudus dalam hidupmu Dia akan menolong kamu beribadah, Dia akan memimpin kamu dalam berdoa dan doamu pasti akan didengar oleh Tuhan Allah.” Saudara, dalam keadaan seperti ini apa yang akan terjadi? Saya percaya orang-orang Kristen seperti ini akan jatuh ke dalam satu mistisisme, hal-hal yang gaib atau ghoib katanya, hal-hal yang bersifat supranatural, beribadah yang tidak didasari oleh pemahaman yang benar. Dan ini juga adalah sesuatu yang fatal sekali dalam kehidupan orang Kristen. Saudara, bagaimana kita sebagai orang percaya harus beribadah kepada Allah? Aapakah ada kebenarannya di dalam konsep ibadah melalui Roh Kudus? Saya percaya ada. Kebenarannya dimana? Kebenarannya adalah mereka mengerti kalau ibadah itu harus dilakukan bukan dari iman yang mati, ibadah itu adalah sesuatu yang harus dilakukan dari iman yang hidup, iman yang penuh kegairahan untuk Tuhan, iman yang penuh dengan satu hasrat, semangat untuk Tuhan, itu perlu di dalam satu ibadah yang kita naikkan kepada Tuhan. Tapi Saudara, kalau ini yang menjadi penekananapakah itu berarti mulai hari ini ibadah kita harus berubah cara? Tepuk tangan, lalu angkat tangan, atau taruh tangan satu di sini (tangan diletakkan ke dada) sambil pejamkan mata kita memuji Tuhan seperti itu atau sambil menari-nari? Apakah kita punya ibadah mulai sekarang perlu berubah dari yang sepertinya tanpa ekspresi, yang berdiri kaku, atau duduk cuma pegang alkitab atau berdiri pun cuma pegang kayak gini kalau nggak ada ya pegang kursi, tangan seperti ini? Itu bagaimana? Saya percaya ini bukan yang menjadi poin utama ya, pada waktu kita berkata ibadah kita harus melibatkan Roh Kudus dan Roh Kudus itu memberikan satu kegairahan dalam kehidupan ibadah kita dan doa yang kita naikkan kepada Tuhan, satu kehidupan, itu bukan berarti kita mulai sekarang mengubah tata cara kita dalam beribadah tetapi yang terutama adalah kita harus mengerti apa yang dikerjakan Roh Kudus itu dalam hati kita, bagaimana kuasa Tuhan melalui Roh Kudus itu bekerja dalam kehidupan kita. Ini yang harus menjadi satu penekanan di dalam kita beribadah kepada Tuhan Allah.

Nah Saudara, ada beberapa bagian dari pada Kitab Suci yang bicara pentingnya peran Roh Kudus di dalam kita berdoa kepada Tuhan Allah. Mari kita buka Efesus 6:18, “dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.” Pada waktu Paulus mengingatkan bagaimana mereka harus memegang perlengkapan sejata rohani untuk menghadapi dunia ini, maka di situ ada satu penekanan: ‘kamu harus berdoa secara terus menerus,’ tetapi berdoanya bagaimana? Di dalam Roh, itu yang Paulus katakan. Kemudian kita bisa bandingkan dengan Yudas 1:20, “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.” Dan mengenai ibadah di dalam Filipi 3:3, “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.” Jadi baik Paulus, baik rasul Yudas, dan bagian Kitab Suci yang lain bahkan Tuhan sendiri itu sangat mementingkan sekali di dalam kita beribadah, kita berdoa, kita melibatkan Roh Kudus dalam kehidupan doa dan ibadah kita, kenapa perlu begitu? Kalau kita tidak melibatkan Roh Kudus, maka ibadah kita akan menjadi satu ibadah yang mati, yang mekanik, atau sesuatu yang bersifat rutinitas.

Saudara, kenapa Saudara datang kebaktian Minggu? Mungkin ada yang berkata, “Ya karena kita harus beribadah kepada Tuhan, hari ini adalah hari yang khusus Tuhan berikan untuk seorang Kristen yang sudah ditebus oleh Kristus untuk datang kepada Tuhan dan beribadah kepada Tuhan, satu ungkapan sukacita saya, satu ungkapan penyembahan saya, satu ungkapan ketaatan saya kepada apa yang menjadi perintah Tuhan dalam hidup saya, satu ungkapan dimana kasih Allah itu sudah begitu limpah yang Allah berikan dalam kehidupan kita.” Tetapi ada orang Kristen lain yang mungkin berkata, “Ya saya kan orang Kristen, masak orang Kristen nggak ke gereja sih hari minggu.” Kalau dikatakan, “Pernah bolos nggak?,” “ya pernah lah, bolos-bolos ke gereja.” “Gimana boleh nggak?” “Ya mungkin nggak apa-apalah walaupun ada sedikit rasa bersalah sih dalam hati.” Kenapa ya bersalah? Bersalah karena satu kesadaran bahwa ibadah itu sesuatu yang penting di hadapan Allah atau rasa bersalah karena saya melanggar kebiasaan yang saya lakukan. Saudara waktu makan doa nggak? Doa ya? Bener doa? Kalau nda ada doa bagaimana? Rasanya ada yang kurang? Sungguh-sungguh perasaan kurang karena saya merasa saya belum bersyukur kepada Allah, lupa bersyukur, atau perasaan kurang karena saya kelupaan berdoa, kelupaan melakukan sesuatu yang biasa yang saya lakukan? Yang mana? Saudara kalau kita cuma jatuh ke dalam satu pengertian saya merasa nda nyaman, ada hal yang kurang, karena saya melakukan apa yang tidak biasa tidak saya lakukan hati-hati itu mungkin Saudara jatuh ke dalam rutinitas, di dalam ibadah ataupun di dalam doa yang Saudara naikkan kepada Tuhan.

Jadi, doa melalui Kristus penting tetapi doa di dalam Roh Kudus juga adalah hal yang tidak boleh kita abaikan, begitupun sebaliknya, itu adalah hal yang penting.Tetapi bukan berarti doa melalui Kristus itu atau kebenaran di dalam Kristus yang kita mengenal itu boleh diabaikan, dua ini harus bersama-sama di dalam kita beribadah kepada Tuhan Allah. Namun kita masuk ke dalam pertanyaan beriktunya sekarang, kalau berdoa dalam Roh itu adalah sesuatu yang penting, apakah arti doa di dalam Roh? Apa maksud dari pada doa ini? Nah kita pagi ini akan membahas satu bagian saja lalu kita lanjutkan minggu depan karena nda cukup waktunya. Kalau kita tanya apa arti doa di dalam Roh maka kita perlu kembali kepada Yohanes 4 tadi, pada waktu perempuan Samaria ini datang kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus berkata kalau kamu ingin beribadah kepada Allah yang benar maka kamu harus beribadah kepada Allah di dalam roh dan kebenaran tetapi sebelum itu ada kalimat yang penting, yang perempuan Samaria katakan, yang membuat Yesus kemudian mengkoreksi apa yang dikatakan oleh perempuan Samaria ini, yaitu apa? “Kami beribadah di gunung ini tetapi kamu orang Yerusalem berkata harus beribadah di gunung itu atau di tempat itu,” tapi Yesus berkata,“kalau kamu mau beribadah kepada Allah yang benar maka kamu akan beribadah tidak di gunung ini atau di gunung itu tetapi kamu akan beribadah pada Allah di dalam Roh dan kebenaran,” maksudnya apa? Maksudnya adalah kalau kita beribadah di dalam Roh maka ibadah kita atau doa yang kita naikkan kepada Allah itu adalah sesuatu yang tidak diikat oleh ruang dan waktu atau tempat tertentu.

Saudara, bagi orang Samaria mereka harus pergi ke gunung tertentu, bagi orang Yahudi dalam kesalahan mereka mengerti firman Tuhan, mereka harus pergi di satu tempat atau bait Allah tertentu walaupun memang Alkitab ada berkata kamu harus beribadah pergi ke bait Allah, satu tahun satu kali. Tapi Saudara Yesus berkata nda seperti itu, kalau kita memiliki konsep yang benar Allah itu adalah roh maka kita mengerti bahwa Allah itu bukan hanya tidak terlihat saja tetapi Dia juga adalah roh yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, kalau begitu kita bisa melakukan ibadah di manapun, kapanpun dan kita bisa berdoa waktunya kapanpun kita ingin naikkan doa di hadapan Tuhan. Tetapi sayangnya adalah ada orang-orang Kristen yang mungkin berkata seperti ini, walaupun kita tidak pergi ke gunung tertentu atau gunung yang lain seperti itu dalam beribadah tetapi mungkin ada orang-orang Kristen yang seperti ini, dia hanya berdoa atau beribadah kepada Tuhan di waktu-waktu tertentu saja dan di gereja saja, di luar gereja, di luar waktu persekutuan dengan orang Kristen dia nda berdoa dan dia tidak berdoa kepada Tuhan Allah. Saudara, konsepnya sama nggak? Kapan dia doa? Kalau di gerejakan? Kapan baca Alkitab? Kalau di gerejakan? Kalau nggak di gereja, buka Alkitab mungkin ada tetapi jarang-jarang sekali, kapan memuji Tuhan? Kalau di gereja ya, kalau di luar gereja memuji Tuhan nggak? Mungkin ada tetapi jarang-jarang sekali. Saudara kalau kita punya konsep seperti ini sebenarnya kita tidak jauh dari perempuan Samaria itu. Saya hanya ada waktu khusus, pertemuan dengan Tuhan itu khusus saatnya, waktunya, tempatnya, di luar itu maka saya tidak perlu lakukan itu di dalam satu ibadah kepada Tuhan atau di dalam permohonan doa kepada Tuhan Allah. Nah ini adalah satu bahaya ya, ini adalah sesuatu yang mungkin terjadi di dalam kehidupan orang Kristen tetapi ingat sekali lagi Tuhan berkata Allah itu roh, kalau Dia adalah roh maka jangan terikat oleh waktu; kalau Dia adalah roh, Dia tidak terikat oleh ruang; kalau Dia adalah roh, Dia tidak terikat oleh tempat.Karena itu bagaimana kita bisa beribadah kepada Allah? Ibadahlah di setiap saat yang Saudara lalui dalam hidup Saudara, Saudara bisa beribadah, setiap waktu Saudara bisa beribadah kepada Tuhan Allah.

Dan saya katakan satu lagi yang sering kali mungkin kita tanpa sadar kita lakukan, ibadah kepada Allah di dalam Roh juga itu tidak terikat di dalam tatacara. Ini agak bahaya kalau saya bilang seperti ini tapi benar. Waktu kita beribadah kepada Allah di dalam Roh atau berdoa kepada Allah di dalam Roh tidak terikat tata cara itu artinya apa? Saudara tidak perlu memiliki postur tertentu di dalam beribadah kepada Tuhan Allah. Misalnya ada orang yang punya pengertian saya berdoa harus berlutut, kalau saya nda berlutut saya belum berdoa, atau saya berdoa harus berdiri, atau saya berdoa harus dengan sikap duduk seperti itu, atau saya berdoa harus dengan postur yang bersujud di hadapan Allah kalau saya belum melakukan itu, itu belum beribadah kepada Allah. Saudara ibadah di dalam Roh tidak terikat oleh satu postur tertentu, sikap tubuh tertentu, tata cara tertentu di dalam kita beribadah atau berdoa kepada Allah. Justru kalau kita jatuh ke dalam satu postur tertentu, waktu tertentu mungkin kita sudah melanggar konsep ibadah di dalam Roh Kudus.

Nah sekarang pertanyaannya perlukah kita memiliki persekutuan doa di gereja? Perlukah kita atau bolehkah kita memiliki buku doa yang sudah dicetak dan kita baca atau bolehkah kita menuliskan satu doa tertentu yang baik dengan kata-kata yang indah seperti itu yang teratur, yang tanpa kesalahan lalu itu yang kita doakan berkali-kali di dalam kehidupan kita? Dan satu lagi perlukah adanya liturgi di dalam ibadah? Bagaimana? Ibadah dalam Roh kan, maksudnya adalah tidak terikat waktu, tidak terikat ruang atau tempat, tidak terikat tatacara, lalu boleh nggak seperti itu? Perlu adanya liturgi dan tatacara tertentu, sikap tubuh tertentu di dalam kita berdoa? Saya bilang semua itu boleh ada dan semua itu juga mungkin perlu ada, bahkan di dalam surat Korintus Paulus berkata kalau engkau mau beribadah kepada Allah maka engkau harus beribadah dengan tertib dan teratur itu berarti ada satu tatacara tertentu, ada urutan tertentu di dalam kita beribadah kepada Tuhan Allah. Tapi Saudara, pada waktu kita melakukan ibadah seperti ini ada satu bahaya yang harus kita hati-hati dan hindarkan yakni rutinitas, sesuatu yang sudah terbiasa sehingga doa yang kita naikkan kalau kita hanya membaca misalnya ambil contoh ya doa Bapa kami, waktu kita baca doa Bapa Kami, kira-kira bagaimana rasanya? Biasa saja karena itu adalah satu doa yang sudah begitu rutin kita naikkan atau tetap memiliki satu makna tertentu dalam hidup kita atau satu pengaruh dalam kehidupan kita? Saya pernah dengar ada yang berkata seperti ini ya, kalau saya penempuh perjalanan jauh saya akan berdoa Bapa Kami dari mulai saya keluar rumah sampai saya tiba di tujuan, nda pernah berhenti, selesai nyambung lagi, selesai nyambung lagi sampai ke tujuan, kira-kira bagaimana kayak gitu? Mungkin ada makna tetapi seperti sesuatu yang gaib yang memproteksi diri, tapi ada juga orang-orang yang ketika doa Bapa kami yang begitu gampang sekali sampai-sampai dia tidak menjiwai apa yang dia katakan atau memaknai atau berusaha untuk menghayati apa yang dia doakan di hadapan Tuhan. Itu kayak otomatis sudah keluar tanpa perlu dipikir bisa diomong dari awal sampai akhir tanpa kesalahan sama sekali ini ada bahaya, dan bahaya sesuatu yang sudah terbakukan seperti itu akan jatuh di dalam kerutinitasan di dalam kehidupan kita berdoa dan beribadah kepada Tuhan Allah.

Tapi di sisi lain bagaimana dengan doa tanpa liturgi? Tapi sebelum itu saya mau katakan satu hal ya, bagi orang yang berdoa “tanpa liturgi” atau beribadah tanpa satu liturgi tertentu, mereka punya satu konsep ini dari sejarah gereja ya, mereka berkata karena Allah itu Roh maka kita tidak boleh membatasi Roh Kudus di dalam bekerja dalam hidup orang Kristen atau ibadah orang Kristen. Tetapi Saudara kalau kita punya konsep:“Allah adalah Roh maka kita tidak boleh membatasi ibadah dalam tatacara tertentu” maka ini juga adalah satu kesalahan, karena apa? Karena kalau kita berkata Allah itu bebas dan kebebasannya tidak bisa dibatasi oleh satu liturgi tertentu itu sebenarnya berarti kita sudah membatasi kebebasan Allah, kita percaya nggak Allah itu Maha Kuasa? kita percaya nggak Allah itu Maha Bijaksana? Kita percaya nggak Allah bisa bekerja dalam segala sesuatu termasuk dalam batasan yang ada, kalau kita percaya Dia sanggup untuk melakukan segala sesuatu, keinginannya bahkan di dalam satu batasan tertentu baru kita tahu di situ kita percaya Dia adalah Allah yang Maha Kuasa, kalau tidak kita berkata ada batasan tertentu yang tidak bisa diintervensi atau tembus oleh Tuhan Allah berarti Allah itu terbatas dan Dia tidak Maha Kuasa dan Dia tidak bebas. Jadi Saudara ada bahaya seperti ini, tapi di sisi lainnya pada waktu kita berkata,“Oh ibadah tidak perlu pake liturgi,” mohon tanya betulkah ibadahnya tidak jadi pake liturgi? Sering kali saya lihat orang-orang yang berkata ibadah tanpa liturgi sebenarnya ibadah mereka juga sudah menjadi liturgi tersendiri. Benarkan? Ada pengulangan juga, ada urutan juga di dalam ibadah mereka, walaupun mungkin kadang lagunya bisa lebih panjang kayak gitu, kalau kita 3 bait selesai ya sudah kayak gitu, kadang-kadang ulangnya cuma 1 bait kayak gitu, pernah nggak ngeliat kita nyanyi 1 satu lagu dimulai lagi sampai bait ke-3? Nggak pernah kan? Selesai pujian, selesai bait, kita selesai menyanyikan tapi kalau bagian lain bisa dipanjang, diulang-ulang-ulang seperti itu tapi tetap intinya ada liturgi lagi dan ini juga bisa membawa ke dalam rutinitas dan satu bahaya kematian juga di dalam satu ibadah.

Jadi yang penting itu bukan liturgi atau tanpa liturgi, yang penting itu bukan adanya buku doa dan tidak buku doa, yang penting itu bukan terletak pada indahnya kata-kata yang kita ucapkan di hadapan Tuhan atau pada sesuatu perkataan yang tanpa kesalahan atau perkataan-perkataan yang sudah disusun sebelumnya di dalam kita berdoa kepada Tuhan tetapi yang penting itu adalah terletak pada sesuatu yang didasarkan pada karya Roh Kudus di dalam persekutuan kita dengan Tuhan Allah atau pekerjaan Roh Kudus dalam persekutuan kita dengan Allah didasarkan pada iman yang hidup dari pada diri kita ketika kita beribadah dan berdoa kepada Tuhan Allah. Itu yang penting sekali di dalam kita berdoa. Saudara, Allah kita itu adalah Allah yang adalah roh, memang Dia tidak kelihatan, Dia bukan Allah yang terbuat dari fisik seperti kita ini tapi Alkitab secara jelas sekali mengajarkan Dia adalah Allah yang hidup, Dia adalah Allah yang bisa berkomunikasi, Dia adalah Allah yang berpribadi, Dia adalah Allah yang memiliki keinginan dan kehendak dan Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menyatakan itu dengan jelas sekali bagi diri kita. Misalnya Allah berbicara kepada Adam, Allah berbicara kepada Abraham, menyatakan diri kepada mereka untuk menyatakan apa yang menjadi keinginan Dia dan Allah sendiri inkarnasi menjadi manusia yaitu Yesus Kristus dan berbicara kepada umat Allah itu berarti Dia bisa berkomunikasi, Dia bisa berbicara, Dia punya keinginan dan Dia bisa mengutarakan itu bagi umat-umatNya untuk bisa mengerti itu berarti Dia ingin berkomunikasi, berelasi dengan diri kita, Dia bukan robot. Dan kalau Dia robot yang sudah diprogram seperti itu, yang hanya memberikan satu reaksi kepada apa yang kita katakan ya mungkin kita akan menjadi orang yang mekanik sekali ketika beribadah. Tapi kalau Dia bukan robot maka kita perlu melihat satu ibadah dan doa itu mungkin seperti relasi antara seorang anak dan orang tua. Saudara bagaimana relasi kita dengan keluarga? Bagaimana kita di dalam berbicara dengan orang tua? Bagaimana orang tua berbicara dengan anak? Apakah ada satu relasi kehangatan, kedekatan, kepercayaan, keberanian mengutarakan apa yang menjadi isi hati kita, satu rasa aman kalau kita mengutarakan itu kepada orang tua dan orang tua mengerti apa yang ada dalam hati kita dan keinginan kita ada tidak? Dan apakah kita mengerti apa yang menjadi kehendak orang tua, keinginan dia dan keinginan dari pada anak-anak kita, memiliki itu tidak? Kalau ini kita miliki berarti kita memiliki relasi dengan Allah.

Jadi Saudara, bagaimana kehidupan doa Saudara? Saudara memiliki kenikmatan tidak di dalam berdoa kepada Tuhan, Saudara memiliki kerinduan itu tidak atau Saudara hanya melihat itu sebagai sesuatu yang boleh ada, boleh tidak dan Saudara sendiri tidak nyaman di dalam berdoa. Tapi Allah berkata kita perlu berdoa di dalam Roh berarti doa harus menjadi sesuatu yang kita nikmati, kita hidupi, kita senangi, dan melalui itu kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan Allah dan yakinlah Allah akan menjawab kita. Pada waktu kita dalam kondisi yang betul-betul tertekan, betul-betul merasa seperti hampa, kosong, di dalam kegairahan diri berdoa, saya ingatkan jangan jauhkan diri dari doa, tetaplah berdoa, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kegairahan itu dalam hati kita untuk berbicara kepada Dia dan yakinlah Allah pasti mendengarkan doa kita mengabulkan itu karena Alkitab berkata Roh Kudus membantu kita di dalam berdoa dan Dia tahu bagaimana meminta yang benar kepada Bapa di dalam Roma 8:26-27, karena itu tetap datang, hampiri Allah Bapa kita, minta kepada Dia maka kerinduan itu, sukacita dalam doa, kedekatan relasi, itu akan Tuhan berikan kepada kita.Mari kita masuk ke dalam doa

Kembali kami bersyukur ya Bapa untuk waktu pagi ini, kami kembali bersyukur ya Bapa untuk pengertian firman yang boleh Engkau anugerahkan bagi kami, kami bersyukur ya Bapa karena ada Roh Kudus yang Engkau karuniakan bagi kami yang boleh menolong di dalam berelasi dengan diriMu yang kudus, yang suci dalam kehidupan kami dan juga di dalam doa kami. Kiranya Engkau boleh memberikan kegairahan di dalam kami beribadah kepada Engkau maupun di dalam   kami menaikkan doa-doa kami di hadapan engkau, kiranya Engkau boleh memimpin ya Bapa sehingga kehidupan ibadah kami tidak menjadi sesuatu yang bersifat rutinitas tetapi kehidupan ibadah kami boleh menjadi sesuatu yang hidup berdasarkan iman yang hidup yang kami miliki di dalam diri kami. Tolong kami masing-masing ya Bapa anak-anakMu ini, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami mengucap syukur dan berdoa. Amin

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]