Berespon dengan Membayar Harga, 25 Februari 2018

Luk. 1:1-4

Pdt. Aiter, S.Kom., M.Div.

Lukas adalah seseorang yang saya sangat kagumi. Di dalam seluruh tokoh-tokoh Alkitab banyak yang saya kagumi, dan Lukas mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh banyak orang yang lain di dalam penulis Alkitab. Di dalam Kitab Kolose pasal terakhir, dikatakan Lukas adalah seorang tabib. Penjelasan ini sangat penting, bukan membanggakan kehebatan dia sebagai seorang medis, tapi waktu tulis dia seorang tabib, saya mengkaitkan dengan kitab Lukas pasal pertama. Di dalam kitab Lukas pasal pertama, dia tulis kepada satu orang Teofilus. Seorang dokter, disuruh tulis; ini namanya beban berat. Saudara kalau lihat tulisan dokter kayak cakar ayam, Saudara-Saudara. Lalu suruh tulis detail, nggak ada dokter ahli tulis novel, nggak ada dokter ahli tulis komik, nggak ada dokter mau duduk lama, nonton sinetron 150 episodes. Dokter maunya singkat, inti cerita jagoannya gimana, mati nggak? Kawin nggak? Anaknya siapa? Lalu selesainya gimana? Pembunuhnya dibunuh baru dia selesai, 150 episodes dia hanya tanya, terakhirnya bagaimana. Tapi orang-orang tertentu senangnya detail; mengetahui kenapa sih yang itu bisa bunuh diri? Bunuh dirinya di episode ke-7, dia nonton dari episode 1, dia selidiki, Saudara. Orang-orang tertentu tidak suka menyelidiki detail-detail, tapi mau langsung kesimpulan dan dokter-dokter seluruh tulisan mereka sangat singkat, dan semua kode-kode. Nggak ada resep ditulis detail, “Obat pertama: Nanti sebelum makan, satu jam sebelumnya, obat ini kau kunyah. Habis itu jangan minum air dulu”, gitu kan? “Obat kedua: Setelah kau makan, 5 sendok setelah makan, boleh juga dimakan. Kalau lebih baik lagi setelah 1 piring sama piringnya habis kau makan”. Nggak ada dokter tulis begini, semua simbol, sampai kita bingung. Ini dokter dulu bahasa Indonesianya lulus nilai berapa? Tulisan halus-kasarnya kok jeleknya minta ampun. Dan dokter-dokter makin tulisannya jelek, makin kelihatan orang pintar, tapi kalau kita tulis jelek langsung dibuang.

Nah, waktu dokter tulis, dia tidak suka tulis panjang. Dan Lukas seorang tabib. Lukas memecahkan rekor penulisan Alkitab khususnya dari Perjanjian Baru kita melihat seorang yang menulis Alkitab yang memakai kosa kata terbanyak. Di dalam seluruh PB, kalau Saudara perhatikan, kitab Injil itu ada pasalnya, sama, Lukas ada pasalnya; Matius ada pasal, Lukas ada pasal. Oh, Matius punya pasal itu banyak. Lukas punya pasal, sama Matius kalau dibandingkan menang siapa? Dari jumlah pasal, coba lihat. Saudara kalau lihat Matius, diakhiri dengan pasal berapa? 28 yah. Lihat di Lukas, Lukas diakhiri berapa pasal? 24. Kalau lihat secara pasal, Matius paling banyak. Tapi seluruh tulisan kitab Injil, nggak ada yang mengalahkan kosa kata yang dipakai oleh Lukas. Lukas memecahkan rekor menulis kosa kata terbanyak. Jikalau dia seorang yang bukan dokter, lalu menulis kosa kata yang banyak, biasa. Dokter menulis kosa kata bisa banyak dan teliti kayak begini hampir mustahil, dan tidak ada lagi dalam dunia ini. Semua kalau bisa praktis-praktis. Kenapa Lukas punya hati seperti itu? Karena demi Injil, dia ingin Teofilus mengerti, maka dia harus korbankan diri. Sekarang banyak orang ingin orang lain dengarkan Injil, tapi sendiri tidak mau berkorban. Saya melihat orang Kristen banyak yang egois. Kalau Papanya belum Kristen, atau Mamanya belum Kristen, dia cari pendeta, jemput si Pendeta, misalnya, kalau Saudara di Jogja. Lalu, ada orang tuanya tinggalnya di Gunung Kidul, misalnya. Kalau bisa pendeta hari Minggu jemput, kuantar dia sampai ke Gunung Kidul karena Papa-Mamaku sudah sekarat. Dan dia rela habiskan waktu panjang untuk jemput hamba Tuhan, demi Papa atau Mamanya. Tapi orang yang sama nggak pernah menginjili siapa pun. Yang sekarang belum percaya Tuhan, dia tidak peduli, pokoknya keluargaku pendeta harus layani. Orang yang kayak begini tidak layak meminta Pendeta layani. Karena dia sendiri nggak pernah layani orang lain. Tapi Untuk diri sendiri, wah, dia rela berkorban sesuatu. Untuk orang lain, supaya orang lain dengar Injil, dia hanya tutup mata, kiranya Tuhan mengasihi orang itu. “Ini aku; utuslah dia.” “Wuah, Tuhan, di situ banyak orang belum percaya Tuhan. Ini aku, kirimlah Pendetaku.” Majelis-majelis kalau doa, “Ini aku, utuslah yang itu, mahasiswa praktek; biar dia mati di situ.” Lukas lain.

Lukas ini seseorang yang mengerti kebenaran. Kalau dia mesti mengerti kebenaran, “Tuhan pakai saya untuk berkorban seperti apa,” dan Lukas berkorban menulis Kitab Lukas dan Kitab Lukas, satu Kitab, memecahkan rekor dan Lukas bukan hanya tulis satu. Setelah memecahkan rekor, dia bukan senang-senang, Saudara-saudara, dilanjutkan lagi dengan Kisah Rasul. Lukas menulis kitab Lukas dan menulis kitab Kisah Rasul. Dan dua kitab ini digabungkan sama 13 kitab Paulus digabungkan menjadi satu; Paulus punya tulisan, Lukas punya lukisan; Lukas mencatat kitab Lukas dan Kisah Rasul, dua kitab ini digabungkan kosa katanya mengalahkan 13 kitab tulisan Paulus. Paulus adalah gurunya. Lukas dipengaruhi oleh Paulus. Lukas yang dipengaruhi oleh Paulus, Paulus menulis dengan kosa kata yang kalah banyak dari Lukas. Bayangkan orang ini, tidak memperdulikan hidup, tidak memperdulikan ini korban, “aku kalau bisa singkat-singkat,” tapi nggak bisa. Supaya orang itu jangan sampai salah mendengar tentang berita Injil, aku yang sudah mengerti duluan, aku harus jabarkan dengan teliti kepada orang itu. Dan Lukas waktu menulis kepada Teofilus, saya percaya, Tuhan memberikan dia pengertian, “ini tulisanmu bukan ditujukan kepada satu orang saja, tapi kepada banyak orang.” Maka kalau dia hanya tuliskan kepada satu yang namanya Teofilus, kita langsung akan mengetahui, dia pasti akan menyingkat banyak hal. Karena yang bagi Teofilus sudah tahu, dia tidak jabarkan panjang lebar. Saya kasih contoh. Misalnya sekarang saya tulis surat kepada Pak Dawis. Saya tahu Pak Dawis sudah mengetahui cerita-cerita ini. Lalu, waktu saya cerita tentang cerita itu, “Itu loh, seperti cerita yang kita bicarakan 2 hari yang lalu,” Pak Dawis sudah mengerti. Tapi waktu saya tulis kepada Pak Dawis, saya tahu nanti dia akan bacakan kepada jemaat di MRII Jogja, maka saya harus jelasin. “Itu loh, sperti peristiwa yang saya sudah jelaskan 2 hari yang lalu, yaitu…” saya ulangi padahal dia sudah tahu, Saudara-saudara. Saudara lihat, waktu Lukas menulis kepada Teofilus, pasti ada berita-berita yang Teofilus sudah mengetahui dan tidak perlu dijelaskan. Tapi Lukas cerita kepada Teofilus seolah-olah dia tidak pernah tahu Teofilus sudah mengerti banyak hal. Seolah-olah Teofilus kayak orang bego, Saudara-saudara. Diceritakan detail. Dan dari tulisan Lukas kita akan menemukan banyak rahasia. Nanti di khotbah yang kedua saya akan bicara rahasia di dalam kitab Lukas. Lukas menulis dan mengamati di dalam sejarah, dan nanti dia masukkan semua cerita; semua ada maksudnya. Dan dia adalah orang hebat.

Saudara-saudara. Hari ini, pagi ini, saya akan membicarakan tiga poin yang Lukas singgung. Poin pertama di dalam Lukas pasal pertama, saya akan bacakan dulu sekali, supaya Saudara bisa mengikutinya. Saudara perhatikan Lukas pasal 1:1, “Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita.” Jadi, Teofilus sama Lukas ini bukan orang asing, “di antara kita.” Lalu, “Seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata,” ini poin pertama. Saudara perhatikan, saksi mata merupakan sesuatu yang sangat penting. Di dalam prinsip penginjilan, Tuhan memakai orang-orang untuk menyaksikan Injil, adalah orang-orang yang pernah menjadi saksi mata Injil. Saksi mata Injil tidak tentu Saudara harus hadir di Golgota, hari Yesus diangkat, Dia lagi dipaku Saudara hadir nonton di situ, tidak. Saksi mata berarti “Saudara alami sendiri.” Orang-orang zaman dulu yaitu waktu menjual obat-obat di multi-level marketing, mereka memakai cara saksi mata. Caranya gimana? “Silahkan datang, aku demokan,” lalu dia lihat. Saksi mata: “Iya benar, ya. Wuah lihat.” Dia undang ada orang kesaksian, “Ini panci,” misalnya ya kalau sekarang keluar panci ajaib. “Panci ini sambil masak sambil ada on wifi,” misalnya ya, Saudara-saudara ya. Kalau dulu masih nggak bisa. “Selain panci ada wifi, ada Bluetooth-nya. Jadi Saudara bisa send data, save, karena itu stik dari panci, itu USBnya.” Saksi mata, sudah melihat demo, dan Saudara pegang sendiri pancinya, disuruh coba masak satu jenis. Setelah itu, waktu Saudara jualan panci, Saudara mempunyai keyakinan yang  double, betul nggak? Sekarang semua cara-cara dari obat-obat atau multi-level seperti itu kalau Saudara lihat filosofi di belakangnya adalah kau harus jadi saksi dan menikmati.

Kenapa orang Kristen tidak lagi jadi saksi? Karena sendiri mungkin belum pernah alami saksi. Kalau Saudara sungguh-sungguh sudah alami yang terbaik, yang paling bagus, otomatis di dalam hati dan pikiran muncul daftar nama orang yang kita akan kunjungi. Saya kasih contoh. Kalau Saudara saya bawa ke Medan, lalu saya bawa Saudara makan di tempat makan Medan, yang makannya enak, okay, Saudara belum pernah makan. Begitu Saudara makan enak, langsung di otak muncul daftar nama: “Mamaku musti kubawa ke sini, istriku kubawa ke sini, anakku kubawa ke sini, Hamba Tuhan kubawa ke sini – gila ini betul-betul enak,” langsung otomatis keluar daftar nama. Betul nggak? Nggak ada orang yang setelah makan enak, langsung semua daftar nama dia coret: “Istriku nggak boleh ke sini, ini nggak boleh, itu nggak boleh, semua tidak boleh tahu, hanya aku yang makan dengan menikmati makanan sorga ini.” Heran ya? Setiap kali Saudara mengunjungi tempat yang bagus, langsung muncul daftar nama. Saudara datang ke satu pantai, wuah bagusnya luar biasa, “Aduh, adikku mesti datang, saya musti foto,” selfie, lalu send ke dia, “nah ini, kamu harus datang. Caranya, kau lewat ini, lewat ini, itu parkirnya 5ribu,” dijelaskan. Daftar nama muncul. Setelah daftar nama, 10 nama sudah muncul, waktu Saudara pulang setir mobil, daftar nama yang ke-20 muncul lagi, dia harus datang, setelah itu nanti saya pulang, saya mau kasih tau di persekutuan, saya mau kesaksian, “Waktu liburan saya mengunjungi satu tempat, ternyata Indonesia begitu indah.” Kenapa? Karena sudah alami dan jadi saksi. Maka kunci pertama, kita harus me-review kembali: Sudahkah Saudara pernah alami dan jadi saksi? Banyak orang sebagai Kristen, tapi hatinya dingin, jangan-jangan belum Kristen sejati. Kalau sudah Kristen sejati, daftar nama pasti keluar.

Saudara bayangkan, kalau Saudara adalah orang bule yang tua-tua itu, yang lagi nonton Billy Graham, waktu dengar khotbah, Roh Tuhan menyentuh, langsung pasti keluar daftar nama. “Wah, untung saya datang. Padahal tadi pagi saya mencret-mencret,” gitu kan? “Tapi saya sedih, istriku nggak datang. Aduh dia musti dengar. Lalu gimana caranya saya dapat rekaman ini?” Zaman itu nggak ada rekaman-rekaman. “Aduh, betapa sayangnya, dia mesti datang.” Langsung keluar daftar nama, Saudara-saudara. Lalu habis ini, “Wah benar-benar, kalau begitu ke mana dia khotbah, aku harus ikut lagi.” Lalu mulai cari-cari.. cari-cari tahu, orang ini siapa, kapan dia khotbah lagi? Besok dia khotbah di situ, saya besok akan bawa temanku lagi. Di dalam catatan riwayat hidup Billy Graham, dia pernah khotbah 100 malam. Gila, 100 malam; hari ini khotbah, besok khotbah, bayangin kalau pakai istilah bulan, dari Januari khotbah sampai Maret, ayo Saudara mau datang? Saudara-saudara, mulai besok saya akan progsif di sini 100 malam. Ayo saya mau lihat, siapa yang 100 malam hadir, Saudara? Mengerikan, gemetar. Hari pertama rame, hari ke-100 pembicara sama pianis, lalu kita KTB saja, kelompok tumbuh berdua, saya hibur dia, dia hibur saya, dia main lagu, saya khotbah, saya hibur dia, dia hibur saya, dengan sama-sama lap air mata, sisa 2 Saudara. Seratus malam khotbah, siapa yang datang? Kenapa bisa seperti itu? karena pernah jadi saksi Injil, pernah terima Injil. Kalau Saudara hari pertama dengar, “Wah sangat menyentuh.” Hari kedua, pasti bawa orang. Betul? Kenapa orang Kristen sampai hari ini sudah tidak pernah membawa orang? Karena hanya dengar, bagus; hanya sampai ke level saksi mata, ada di situ, tapi tidak keluar daftar nama.

Pak Tong KKR, “Oh iya, dulu waktu saya muda, saya hadir di KKR nya.” Saksi mata, hanya hadir dan nonton, Saudara-saudara. Oh ada SPIK, saya hadir. Ada acara Refo, saya hadir. Ada panitia apa, saya hadir. NREC, saya hadir. Setelah hadir, nggak pernah muncul daftar nama. Setiap kali acara besar, nggak pernah lagi bawa orang. Kenapa? Karena hanya sampai level saksi mata, menikmati sendiri. “Makanan yang enak di gang itu, makanan yang enak di gang itu, kapan kau makan?”

“Iya, saya sering makan di sana, sendiri.”

Itu ego yang besar. “Kau sudah makan?”

“Sudah”

“Kapan?”

“Dulu, sendiri.”

“Itu?”

“Sudah. Dua tahun yang lalu saya makan di situ, sendiri.”

Setiap kali orang sudah menikmati sesuatu yang baik, lalu dia sudah tahu: ini sangat bagus, otomatis daftar nama keluar. Waktu Saudara sudah menerima Injil Tuhan, sudahkah daftar nama itu keluar? Saudara bilang, “Oh sudah, saya doakan pacarku.” Daftar nama yang lain? Tidak ada. Itu namanya egois, Saudara-saudara. Banyak orang pakai alasan, “Kan bukankah satu orang bertobat, malaikat di sorga loncat-loncat.” Gitu toh? “Bersukacita dia. Sekarang saya injili pacarku.” Kan Alkitab bilang, dari Yerusalem, ini Yerusalem lho, dekat. Habis dia bertobat, baru nanti seluruh Yudea. Itu omong kosong, Saudara-saudara. Habis itu baru Samaria. Kalau Injili si pacar, 5 tahun baru bertobat, bagi 5 tahun fokus kita cuma 1. Lalu setelah 1, mau ke seluruh Yudea, orang kedua 5 tahun, orang ketiga 5 tahun, akhirnya sudah tua kita. Lalu selama kita hidup, kita hanya sempat layani berapa orang saja. Nggak bisa. Di dalam Alkitab dikatakan: “Kau harus jadi saksi di Yerusalem, seluruh Yudea.. “ – itu di dalam waktu yang sama, bukan tunggu 1 tobat dulu, tunggu anakku bertobat, baru aku punya kuasa untuk tobatkan tetangga. Nggak ada itu. Pada saat yang sama, layani si A, layani si B, dan layani si C. Banyak orang hanya sampai level saksi, saksi artinya apa? Artinya dia hadir, lalu hati tidak berkenan. Kalau bicara, “Dulu Pak Tong khotbah, saya ada, ini buktinya, ini fotonya.” Saksi, saksi. Tapi setelah itu, khotbahnya apa? Iya, lupa. Banyak orang ke gereja, pagi ke gereja, dia hanya jadi saksi. “Iya, tadi pagi saya tahu, Pdt. Aiter yang khotbah.” “Khotbahnya apa?” “Eh.. Alkitab.” “Isinya?” “Eh.. ya Alkitab, begitu.” Banyak orang setelah pulang gereja, di luaran kalau ditanya, banyak lupa. Belum lagi sampai minggu depan kalau ditanya, hilang Saudara-saudara. Saya tanya balik, “Minggu yang lalu di sini khotbah apa? Hayo…” Saudara pagi ini mungkin sudah lihat ringkasan khotbah, kalau gereja lain nggak bisa baca kamu. Sekarang, supaya lebih sulit, 2 minggu yang lalu? Saudara langsung menghibur, benar kata Alkitab, “Yang lama telah berlalu, sesungguhnya yang baru telah datang.” Saudara bilang, luar biasa. Saudara kutip lagi, “Aku melupakan apa yang dibelakangku.” Hilang semua Saudara-saudara. Kalau melupakan, lupakanlah hal yang penting, angka, harta, sertifikat, semua lupakan, tapi untuk melupakan, ayat yang dilupakan, itu nggak fair. Kita sebagai orang Kristen, kadang-kadang hanya jadi saksi, hanya secara tubuh hadir, secara mata, otak, tubuh semua hadir, tapi tidak sampai digerakkan.

Maka, level pertama yang penting adalah saksi mata dan mencicipi. Lalu di dalam Lukas pasal 1, poin kedua, menjadi pelayan. Mari kita lihat, “Seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” Jadi, barangsiapa hanya saksi, nggak pernah melayani, saya ragukan: sungguhkah dia sudah selamat atau belum? Sekarang fakta di seluruh gereja, orang banyak hadir dengar firman, nanti urusan pelayan, semua menjauhkan diri, “Biar dia makin besar, aku makin kecil,” maksudnya apa? Supaya gua kabur, Saudara-saudara. Ada kepanitiaan… “Ah, biarlah yang muda-muda. Saya kan sudah tua.” Wih seolah-olah jiwa besar, meng-claim dirinya sudah tua. Tapi kalau tidak ada urusan gereja, orang ketemu dia di pasar, “Ibu, ibu sekarang tua sekali.” Mustinya, “Terima kasih! Memang aku tua, yang lain muda.” Mestinya begitu kan? Coba di pasar, Saudara ketemu orang, “Ibu, saya lihat ibu sekarang tuaaa sekali.” Lihat mukanya sukacita atau dia ambil golok kejar Saudara? Kalau untuk gereja, “Ibu sudah tua, biar yang lain muncul.” Dia bicara dengan bangga, membanggakan diri yang sudah tua. Tapi kalau mukanya kita bilang, “Ibu, ibu keriputnya 5x lebih parah dari kemarin.” Coba lihat, respon dari ibu senang atau tidak? Tapi kalau di luaran kita bilang, “Ibu, ibu kulitnya tambah kenceng.” Senang nggak? Pasti seneng toh. Yang belum tua masih nggak pernah mikir. “Ibu, saya lihat sekarang ibu kaya umur 35 tahun.” Langsung kaya disiram air dingin dia. “Ibu, ibu sekarang umur 34, tapi saya lihat kaya 65.” Langsung dia lempar Saudara ke batu nisan, Saudara. Tapi kalau untuk gereja, “Biar mereka, saya ini sudah tua.” Wuah seolah-olah, saya ini memang rendah hati dan berjiwa besar. Alkitab katakan: Tidak, setelah jadi saksi mata, mesti dilanjutkan tahap kedua, yaitu pelayan firman.

Banyak orang ingin anak-anak kecil dengar Injil, tapi banyak orang berpotensi nggak mau jadi guru sekolah minggu. “Oh, guru sekolah minggu itu urusan anak-anak. Itu urusan anak remaja dan pemuda yang urus. Saya sudah dewasa, masa aku ngajar anak-anak? Lalu dia ingus-ingus, suruh saya lap ingusnya?” Zaman dulu kalau guru sekolah minggu, wuah itu penderitaan besar. Anak-anak itu ingusnya laoshi-nya yang lap, Saudara-saudara, pakai tissue, kadang pakai tangan, zaman dulu nggak ada tissue, pakai tangan. Ayo sekarang, siapa guru sekolah minggu mau begini? Tapi sekarang sekolah minggu sudah agak bersih, anak-anak sudah dirapihkan semua,  nggak ada lagi ingus-ingus yang meler itu. Tapi kalau di pedalaman, masih banyak, Saudara-saudara. “Oh, biar orang lain saja, aku hanya saksi. Aku hadir. Semua acara aku hadir dan hadirnya duduk paling depan lagi.” Lalu semua kegiatan nggak pernah mau terlibat. “Oh kalau rapat-rapat, saya nggak bisa. Waktu kepanjangan, rapat-rapat melulu.” Tapi di kantor dia pimpin rapat, semua karyawan kesal, “Kalau dia ngomong nggak mau berhenti-berhenti, semua diulang, ditambah lagi, tambah lagi.” Dia pimpin rapat, dia ingin semua orang dengar Saudara, dan dia umumkan, “Kita setiap minggu sebelum libur, hari Jumat kita harus kumpul rapat evaluasi.” Gereja 1 bulan 1 kali rapat, “Kok rapat terus, rapat terus, gereja mau ngapain.” Gereja sama perusahaan, perusahaan sibuk, gereja jauh lebih sibuk; perusahaan layani 1-2 topik, gereja layani semua topik, semua kesulitan jemaat, dari macam-macam, dari jualan ditipu lah, anak kepleset ke got lah, anak lahir, anak sakit, semua dikerjakan. Gereja kalau 1 bulan 1 kali rapat, wah dia komplain, “Kapan waktuku untuk keluarga?”

Semua orang kalau saya lihat ya, orang yang mengklaim dirinya Kristen sebetulnya bagi saya banyak orang yang jiwanya, rohaninya, sangat kecil, sangat kerdil. Saya kasih contoh, Saudara kalau pergi ke gereja lalu isteri marah-marah, “Kenapa lu ke gereja, ke gereja, ke gereja; pergi KKR Regional, pergi ke daerah-daerah; kau pergi terus, anak bagaimana?” Kan dia ngamuk karena urusan gereja, urusan pelayanan. Sekarang orang yang sama, isteri yang sama, suami pulang kantor dengan muka senyum, “Mam, bersyukur diantara 500 karyawan saya terpilih menjadi karyawan terbaik dan saya diutus ke Hongkong 2 minggu.” Coba lihat respon isterinya, “Pergi lagi, pergi lagi, anak bagaimana, nggak bisa”? Pasti, “Oh iya, nggak apa-apa, pergi saja.” Bangga karena suami bisa pergi ke Hongkong mewakili perusahaan, pergi 2 minggu; kalau pergi pelayanan 3 hari sudah dianggap dunia kehilangan anugerah Saudara-saudara, ribut terus, cerewetnya minta ampun; tapi kalau suami pergi karena urusan kantor, apalagi dapat uang saku, “Mam, setiap hari uang sakunya 150 USD, semuasudah dibayari, dijemput, hotel dibayar, bolehkah saya pergi?” “Silakan.” Sekarang saya tanya, adakah isteri yang melarang suami yang diutus oleh perusahaan, mewakili perusahaan pergi ke luar negeri, lalu isterinya ngamuk-ngamuk, lalu datang ke perusahaan bawa golok, demo, “Saya mau ketemu direktur di sini, kenapa suami saya diutus, kenapa bukan orang lain?” ada nggak? Tapi kalau untuk gereja, dia telpon pendeta, “Pak Pendeta, kenapa suami saya dipilih?” Ngamuk dia. Katanya Kristen, tapi Kristen yang model kayak begini ini adalah Kristen yang bagi saya mungkin Kristen KTP. Untuk rumah Tuhan, pekerjaan Tuhan, ini malasnya luar biasa.

Saudara coba list di gereja ini saja, selama orang itu sudah jadi Kristen, berapa yang terlibat di pelayanan? Bolak-balik lu lagi, lu lagi, yang lain? “Biar dia makin besar, aku makin kecil; biar dia di depan, aku di belakang layar.” Bagi saya yang di belakang layar itu cecak, sembunyi dia di belakang. Oh kesannya dia rohani, “Biar mereka di depan, aku di belakang,” yang lain sudah berdoa, berdoa, dia jalan-jalan ke mall, “biar dia makin besar, aku makin kecil,” jalan-jalan, dia jalan-jalan kemana saja, nanti hari-H dia hadir, saksi mata: “Ini lighting-nya kurang bagus ini,” saksi mata, tapi nggak pernah jadi palayan. Maka level pertama, saksi mata; level kedua, setelah jadi saksi mata sekarang musti terjun; bukan hanya terjun, sekarang korbankan diri sedalam-dalamnya. Lukas ingin Teofilus mengerti kebenaran, Lukas harus bayar harga. Sekarang kalau Saudara mau A, Saudara harus bayar harga untuk A; nggak bisa hanya ide, “Saya inginnya ya, ini kalau gereja ini mustinya ada LCD proyektor yang lebih tajam,” begitu usul, bayar harga, begitu usul berarti Tuhan kasih kepekaan untuk melihat, sudah melihat lalu bayar harga. Makanya banyak orang di gereja Reformed nggak berani usul. Dulu ada orang komplain waktu Pak Tong memakai yang namanya Kampus Emas, itu WC nya kadang kotor sekali karena hari Minggu Reformed pakai, Sabtu dipakai orang nikah. Maka kalau Saudara lihat rekaman di Kampus Emas, Pak Tong kalau khotbah (gerakan tangan mengibas-ngibas), kita lihat kenapa kok main silat ya; kalau Saudara hadir di situ, itu ada lalat, lalat banyak. Itu WC nya kadang belum sempat dibersihkan, jorok sekali. Lalu ada orang kaya masuk, “Wuih,” ada ‘deposito’ orang yang belum dibuang, lalu dia ngomel, “Ini kenapa Reformed doktrinnya hebat WC saja jorok kayak begini nggak diurusin?” Lalu orang lapor ke Pak Tong, Pak Tong bilang, “you say, you pay, saya angkat engkau jadi dinas kebersihan.” Lu bilang jorok? Lu jadi dinas kebersihannya. “Oh nggak, nggak, ini mustinya gini, gini,” cuma ngomong tok. Banyak orang ingin jadi saksi, ingin jadi pelayan, tapi waktu mau jadi pelayan tidak mau berkorban. Waktu Lukas mengatakan, “kau harus menjadi saksi, kau harus menjadi pelayan firman,” dan untuk berbicara saksi dan pelayan, Lukas sekarang menjadi contoh, dia tulis, melayani si Teofilus supaya Teofilus mengerti.

Sekarang saya akan singkat, masuk ke poin yang ketiga. Sudah saksi, sudah pelayan, sudah berkorban, sudah selesai? Jawabannya belum. Maka kita lihat di ayat ke-4, saya baca dari ayat 3, “aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,” ini namanya bayar harga, “supaya engkau dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” Poin ketiga. Poin pertama, setelah alami, setelah melayani, banyak orang Kristen mandek di situ. Kalau bicara pelayanan, dia terus melayani; nanti kalau sudah bicara pembinaan iman untuk menyelidiki Kitab Suci, paling malas dia. Lukas mengatakan tidak, supaya engkau mengetahui yang kau sudah tahu itu sungguh-sungguh benar, amin? Di dalam Kisah [Para] Rasul membedakan jemaat Tesalonika dengan jemaat Berea. Ada jemaat yang sudah dengar, dengar, biasa; ada jemaat sudah dengar, pulang terus gali, gali, untuk mengetahui ajaran rasul itu sudah benar atau tidak, Tuhan mau yang model orang kayak begini. Jadi sudah alami? Sudah giat? Bukan hanya giat lalu keropos rohani, sudah giat nggak mau belajar firman; Lukas mengatakan tidak, supaya engkau mengetahui semua itu sungguh-sungguh benar. Maka muncullah kalimat dalam tulisan Paulus, “Melayani dengan pengertian yang benar.” Kenapa banyak orang makin melayani makin ribut? Rapat marah, hari-H pelayanan mukanya kayak setan, karena rohani dia sedang jauh dari Tuhan. Dia giat hanya aktifitas, tetapi rohani dia sedang terhilang dia tidak sadar, kenapa? Karena makin dia sibuk melayani, makin dia tidak jaga pengertian yang dia harus cari sedalam-dalamnya, dia tidak luangkan waktu. Padahal Alkitab sudah tidak; ikut pembinaan, tidak; denngar firman Tuhan dia pilih yang enak-enak; akhirnya rajin tapi tidak mengerti kebenaran, sayang Saudara. Kita lihat kadang ada orang melayani kelihatan luar biasa, begitu ada konflik sedikit kayak setan, kita kaget, “Gila, setan di situ, Lucifer, kok bisa?” Karena secara tidak langsung setiap kali dia sudah melayani, terlihat buah-buah pelayanan luar biasa, ini hanya physically, tapi dalamnya kosong. Kadang-kadang kita pergi ke pasar, kita lihat ada buah wuih warnanya bagus. Kita kalau beli duku, semua duku warna kuningnya bagus, tapi kenapa ada yang manis, ada yang tidak manis? Ada durian, kita lihat durinya semua sama, kita cium, ada 30 durian, wangi, padahal yang membuat wangi cuman 2 biji yang bagus, sisanya numpang tenar. Jadi banyak durian modelnya sama, durinya sama, tetapi hanya beberapa biji yang aromanya keluar, sisanya aromanya tidak keluar.

Banyak orang Kristen terlihat dari wujud luar sama, datang ke gereja bawa Alkitab, bawa anak, bawa anak Sekolah Minggu, wujudnya sama; tapi ada yang tertentu yang ada aroma wanginya Saudara-saudara. Orang-orang aroma wanginya muncul adalah orang-orang yang hidup bersumber pada sumber hidup, maka akan keluar buah yang bagus karena kalau dapat sumber yang bagus lalu dia akan dapat buah yang hasilnya bagus, karena hati sudah digemburkan, tanah sudah dibagusi, firman adalah benih yang sudah tertanam, lalu kita berakar, menemukan sumber air yang hidup, maka buah yang dihasilkan akan bagus. Saudara kalau lihat di daerah tertentu ada kacang yang besar, satu biji bisa beberapa ruas jari kita; benih yang sama kita ambil, kita tanam di tempat lain, kacangnya mungil Saudara. Bijinya boleh sama tapi waktu ditanam hasilnya lain, kenapa? Karena beda tanah, beda pupuk, dan beda sumber dimana pohon itu dapat vitamin. Saudara sudah melayani, Saudara sumbernya dimana? Saudara sudah melayani, akar Saudara waktu mau berakar ke bawah itu menemukan air apa? Menemukan sirupkah, zat kimiakah, atau menemukan mata air yang Saudara akan mendapatkan suatu kesegaran yang luar biasa. Begitu akar sudah berakar ke bawah, akar terus akan mencari sesuatu; dan semua akar di bawah ini mempunyai satu fokus, yaitu menemukan titik sumber air. Sekarang banyak orang mau berakar tapi akarnya nggak tahu kemana-mana Saudara. Saudara kalau lihat ya, pohon waktu akarnya mulai gerak, dia itu geraknya bukan sembarangan. Saudara kalau tanam anggrek lalu lihat dia punya akar, Saudara perhatikan, taruh dia di tempat yang kering, lalu di sisi kanan ada lembab, basah, nanti akarnya akan menuju ke sana; nanti akar yang sudah sampai ke sana, ujung dari anggrek agak hijau-hijau segar, ada air yang dia sedot. Kalau akar yang membandel, lari ke arah lain, kurus kering dia, jelek gitu.

Kenapa orang Kristen sudah lama, waktu dikerok akarnya, menemukan akarnya kering kerontang? Karena tidak menemukan sumber air hidup. Sumber air yang hidup hanya ditemukan dari firman Tuhan. Gereja Reformed adalah gereja yang terus menekankan firman, tapi setiap kali ada pembinaan justru orang gereja Reformed yang kehilangan berkat. Coba lihat nanti waktu relay SPIK, berapa banyak orang GRII yang katanya sudah aktif hadir? Coba lihat waktu buat acara-acara besar, coba lihat nanti berapa banyak orang Reformed yang hadir, sisanya semua orang luar. Saya buat kelas PA baik di Jakarta, lalu sekarang pindah ke Surabaya, saya mengamati. Awalnya orang GRII datang, itu semua panas-panas tahi ayam. Habis itu, sisanya orang luar yang datang, orang GRII nggak tahu kemana, satu per satu sudah merasa “anugerah Tuhan sudah cukup bagiku. Oh sudah tahu kok, sudah tahu,” lalu mereka makin melayani, makin kering. Sedangkan orang luar, wah rela datang jauh-jauh lalu dengarkan firman Tuhan dan mereka yang dapat berkat itu mereka akarnya terus cari air lalu menemukan ada di Reformed, sedangkan kita orang di Reformed, akarnya sudah dekat, tapi dia cabang di tempat lain, akhirnya dia tidak menemukan. Maka nanti terjadi sesuatu kita melihat dia adalah orang yang langsung meninggalkan gereja, karena belum menemukan akar itu. Arahnya dia salah.

Teofilus harus mengerti, “kau sudah mengenal kebenaran, kau sudah mencicipi kebenaran, kau harus jadi pelayan.” Alkitab memunculkan “Teofilus yang mulia,” maka orang mengatakan, “Oh Teofilus ini mungkin simbolis gereja. Teofilus ini mungkin adalah orang atau apa,” saya percaya Teofilus ini adalah orang, dan Teofilus ini pasti adalah orang yang sangat berharga dan orang yang mulia. Waktu Lukas mengatakan aku menyelidiki segala peristiwa yang telah terjadi di antara kita, berarti Lukas adalah orang, Teofilus ini pasti orang, Saudara-saudara. Lalu, “Hei, kau orang mulia. Lu jangan kira lu sudah enak-enak di atas takhta, di atas semua banyak orang tunduk kepadamu. Kau orang mulia, kau harus berkorban, kau harus jadi saksi mata, kau harus melayani.” Lalu apa lagi? Kau harus sungguh-sungguh mengenal kebenaran. Banyak orang makin kaya, makin kaya, makin tidak tahu apa-apa. Berpuluh-puluh tahun sudah jadi orang Kristen, waktu buka Alkitab masih cari-cari di mana posisinya Saudara-saudara. Mana posisi Kitab Obaja? Istrinya juga cari. Habis itu si suami senggol istrinya, “Emangnya ada Kitab Obaja?” Sudah berpuluh-puluh tahun jadi orang Kristen, belum tahu ada Kitab Obaja, Saudara-saudara, tapi katanya orang Kristen. Lalu kalau ada kegiatan, saksi mata, ada di situ. Tapi waktu pelayanan ada di situ, tapi nggak pernah mengerti kebenaran.

Biarlah hari ini, ini adalah kebaktian yang terakhir di tempat ini, Saudara ingat tiga poin tadi. Poin pertama apa? Jadi saksi. Kedua? Jadi pelayan. Ketiga? Mengerti semua yang kita sudah tahu sungguh-sungguh benar. Gereja di tempat ini, ruang di tempat ini sangat kurang memadai. Bersyukur mulai minggu depan akan memakai tempat yang lebih memadai. Tetapi begitu ambil putusan untuk tempat memadai, maka semua orang sudah dapat berkat dalam gereja Reformed harus ikut berbagian lebih lagi. Maka ini satu gerakan yang Saudara harus dukung dan ikut berbagian. Amin? Jangan hanya saksi mata. Mari kita berdoa.

Bapa di dalam sorga, kami berterima kasih untuk firman Tuhan yang sudah kami dengarkan. Kami bersyukur untuk Kitab Lukas yang Tuhan sudah izinkan ada melalui tokoh tabib Lukas yang berkorban menuliskan begitu panjang untuk setiap kami bisa mempelajari dan mengerti kebenaran lebih dalam lagi. Terima kasih ya Tuhan. Kami berdoa, bersyukur, untuk sepanjang tahun Tuhan sudah memberkati kebaktian Reformed di Jogja. Di tempat ini sudah Tuhan pakai, dan kami berdoa untuk periode yang akan datang, untuk tempat yang baru, untuk menjangkau lebih banyak lagi orang dengan tidak lagi ada hambatan di dalam perparkiran ataupun menghambat orang-orang tertentu karena lokasi dan situasi di tempat ini yang tidak memadai. Kami berdoa untuk setiap jemaat-jemaat Tuhan yang sudah ada, yang sudah menerima anugerah Tuhan dan berkat Tuhan melalui wadah Reformed di tempat ini. Tuhan satukan hati setiap kami, untuk berbagian di dalam mensukseskan perkembangan Kerajaan Tuhan. Dan sampai hari ini kami berdoa Tuhan mengaruniakan gedung permanen untuk Gereja Reformed di Jogja, beribadah di tempat yang permanen dan sudah menjadi milik sendiri. Kami bersyukur ya Tuhan, untuk sepanjang tahun dari permulaan sewa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan kami percaya sampai waktunya tiba rumah Tuhan akan mendiami tempat yang memadai. Oleh sebab itu, Tuhan beri kepada kami kemampuan, bukan hanya kami sudah diselamatkan, kami mau terlibat di dalam semua pelayanan gereja-Mu. Dan kami yang sudah terlibat, jangan jadikan kami orang-orang yang kering secara rohani. Jadikan kami orang yang haus akan rohani, dan terus mencari sumber air yang hidup sehingga kami akan berbuah lebat. Kami percaya Tuhan akan memberkati Gereja Reformed di Jogja ini dan berkatilah setiap jemaat yang sudah ada dan yang sudah lama meninggalkan gereja ini Tuhan tarik mereka kembali. Dengar doa kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diterima oleh Pengkhotbah]