Yakobus 1:9-11
Vik. Nathanael Marvin, M. Th.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kebanyakan dari kita semua bahkan kita semua mengerti apa artinya nilai uang. Apa itu uang? Uang adalah sesuatu yang sangat berharga, kita butuhkan, bahkan kita bawa ke mana-mana uang kita. Mungkin lebih berharga daripada keluarga kita. Keluarga kita, kita berharga, kita mengehargai mereka, kita mengasihi mereka, tapi tidak sampai segitunya kita bawa-bawa mereka. Tapi uang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bawa karena memang kita bisa bawa. Kalau anggota keluarga kita memang mungkin kita tidak bisa bawa, tidak perlu dibawa. Tetapi uang itu merupakan hal yang sangat penting bahkan ketika uang itu kita tidak bawa, kita bisa rasa kurang nyaman. Wah luar biasa ya. The power of money sungguh bisa menggerakkan kita apakah kita rasa aman atau tidak.
Lalu bicara soal uang, jumlahnya sedikit atau banyak itu menjadi relatif juga. Misalnya uang rupiah dengan nilai 1 juta itu nilainya sedikit atau banyak? Bagi sebagian orang, bagi keluarga terutama keluarga suami istri kemudian punya anak, 1 juta itu dia katakan banyak. Tapi bagi para pekerja yang baru mulai bekerja, uang 1 juta itu banyak atau sedikit? Banyak. Bagi para mahasiswa dan siswa SMA misalkan 1 juta itu berapa banyak? Banyak sekali. Seberapa? Harga itu harusnya berapa? Kita tahu yang mahal seharusnya seperti apa yang murah harusnya seperti apa. Lalu akhirnya kita berikan istilah kepada orang yang uangnya banyak itu sebagai orang kaya, sedangkan orang yang uangnya sedikit itu sebagai orang yang miskin. Wah ternyata dari uang, kita bisa mengenal status orang. Kalau banyak uang, kaya, hebat. Kalau sedikit uang, miskin, kayak kurang mampu seperti itu. Itu bahaya ya kalau kita tidak berelasi dengan benar kepada uang, tidak mengerti konsep uang yang benar sebagai orang Kristen, itu kita akan mengalami kebahayaan salah konsep.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di Amerika kita tahu ada Warren Buffett dan juga Bill Gates yang uangnya banyak, kekayaannya triliunan, sangat kaya dan luar biasa. Dikenal oleh seluruh orang bahkan, orang kaya. Indonesia saya baru searching, baru lihat-lihat, siapa sih orang terkaya di Indonesia. Ada tiga orang terkaya di Indonesia: Budi Hartono perusahaan bank dan perusahaan rokok, yang kedua Michael Hartono adiknya Budi Hartono investasi di bank itu dan juga di perusahaan rokok tersebut, yang ketiga orang Indonesia keturunan India namanya Sri Prakash Lohia, orang India yang lahir di Indonesia, dia melakukan bisnis benang pintal dan petrokimia. Mereka memiliki kekayaan yang luar biasa banyak, uangnya sangat banyak.
Akan tetapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita pikir-pikir, apa sih artinya punya uang yang banyak? Apa sih artinya punya uang yang sedikit? Anggap kita punya uang yang banyak, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bagaimana kita menghabiskan uang tersebut? Anggap kita punya 1 triliun yang berarti 1000 miliar, anggap 1 tahun kita habiskan 1 miliar, berarti untuk menghabiskan 1000 miliar atau 1 triliun, kita perlu waktu 1000 tahun. Kita tahu bahwa Alkitab mengatakan umur manusia itu hanya sebatas 70 kalau kuat 80 tahun, itu kata Musa. Bagaimana mau menghabiskan uang miliar-miliaran itu? Nah itu pentingnya kita memikirkan tentang kekayaan.
Musa di dalam Mazmur 90:5-6 mengatakan, “Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.” Musa di dalam Mazmurnya, di dalam doanya kepada Tuhan, dia sadar bahwa Allah itu bisa menghanyutkan kehidupan manusia sedemikian rupa. Memang pada umumnya umur manusia itu 70-80 tahun. Tetapi ada yang umur berapa bulan sudah diaborsi. Betapa singkatnya umur manusia. Kita umur berapa sih Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Jawab di hati masing-masing. Bersyukur kita masih hidup. Banyak bayi-bayi diaborsi, banyak anak kecil kecelakaan, meninggal, sakit, meninggal. Hidup manusia itu singkat. Kalau 70-80 tahun saja singkat, apalagi yang berapa bulan di kandungan itu terus diaborsi oleh orang tuanya. Sangat-sangat singkat.
Apa arti hidup manusia? Digambarkan seperti rumput yang baru tumbuh, siang ketika kepanasan layu lagi. Cepat sekali. Digambarkan oleh Musa seperti mimpi. Mimpi waktu kita tertidur, mimpi, mimpi, mimpi, besok bangun pagi mimpinya hilang terus kita lupa juga mimpi apa tapi kita rasa pernah mimpi, “Apa ya kemarin mimpinya?” Singkat sekali. Inilah hidup manusia, hidup manusia begitu singkat saja, kekayaan yang banyak tidak menentukan makna hidup yang penuh arti atau tidak. Mau miskin mau kaya tidak ditentukan makna hidupnya penuh arti atau tidak itu berdasarkan kekayaan mereka. Digambarkan manusia itu seperti rumput. Kita menghabiskan waktu kita di dunia ini seperti apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian?
Di zaman COVID ini banyak orang kaya mati? Banyak. Orang miskin mati? Banyak. Saldo mereka mau ke mana? Kita nggak tahu mati kapan. Misalkan saja kita besok mati, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau Tuhan sudah izinkan kita mati, saldo kita di bank ke mana? Ya nggak dipakai kita kan? Dipakai oleh keluarga kita. Bahkan uang tersebut kalau dijadikan warisan bisa jadi sumber pertengkaran juga, tapi bisa jadi sumber berkat juga bagi orang yang masih hidup. Maka itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu bukan lebih mementingkan kekayaan duniawi, jasmani, melainkan kita yang harus kita kumpulkan adalah harta rohani. Sebagai orang Kristen kita harus ikut nasehat Yesus, jangan kumpulkan harta di bumi karena harta di bumi ngengat memakannya dan pencuri bisa mencuriya, tetapi kumpulkanlah harta di sorga. Kumpulkanlah harta di sorga, itu lebih penting daripada mengumpulkan harta di bumi.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita membahas surat Yakobus. Saya sedikit menjelaskan latar belakang dari surat Yakobus. Yakobus ini, menurut para theolog, dia itu mengambil bahan tulisannya dari dua surat atau dua kitab, yang pertama surat ini terinspirasi dari Amsal, khususnya Amsal 1:1-9. Kita tahu kitab Amsal bicara tentang apa? Hikmat. Dan di dalam pertemuan yang sebelumnya saya sudah jelaskan bahwa orang yang berhikmat adalah orang yang hidup beriman. Dari mana Yakobus menyebutkan tentang hikmat, tema iman itu? Dari kitab Amsal. Yakobus mengajarkan agar orang-orang Kristen memandang kehidupan ini dengan hikmat atau bijaksana Tuhan.
Dan bagaimana supaya kita bisa hidup bijaksana? Dalam bagian yang kita bahas hari ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus mengangkat tema kemiskinan dan kekayaan. Bagaimana menilai orang, apakah dia bijaksana atau tidak, salah satunya adalah ketika dia mengatur keuangannya, berelasi dengan harta materi itu, apakah dia cinta akan uang, apakah rohaninya ditentukan oleh uang yang banyak atau sedikit, itu kita bisa tentukan orang itu berhikmat atau tidak. Bicara soal materi, orang yang bijaksana adalah orang yang bisa berelasi dengan benar terhadap materi dan harta manusia itu. Gunakan uang untuk apa, gunakan uang untuk Kerajaan Allah atau untuk kepuasan kedagingan kita.
Banyak orang Kristen jatuh ke dalam ujian maupun pencobaan soal uang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sampai Rasul Paulus yang cukup besar, bahkan bisa kita katakan sangat besar, sangat agung di antara para rasul yang lain, dia juga pernah mention, pernah menyebutkan tentang uang di dalam bagian firman Tuhan. Dia katakan, “Karena akar segala kejahatan adalah cinta akan uang.” Akar segala kejahatan cinta uang. “Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” Cinta uang, berburu uang, cari uang seumur hidup. Maka ada lagu yang mengatakan, “Apa yang dicari orang? Uang, uang, uang, bukan Tuhan Yesus.” Sayang sekali. Nah itu sumber pertama yaitu kitab Amsal yang mengajarkan kita berelasi dengan uang juga dengan bijaksana, dengan hikmat kita bisa mengatur apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.
Yang kedua, sumber kitab ini adalah pengajaran Yesus Kristus waktu Dia khotbah di bukit. Kita tahu khotbah di bukit itu sangat panjang, cukup lama, panjang sekali, tema-temanya begitu singkat, begitu mudah berubah. Tapi Yesus khotbah itu dengan jelas. Pada perkataan bahagia, Yesus jelaskan fokus. Terus ada hal berdoa, hal kekhawatiran, Yesus khotbah terus, jalan terus khotbahnya. Salah satu tema yang menjadi kita fokus pada pembahasan kita hari ini juga adalah waktu Yesus khotbah soal kekhawatiran di bukit tersebut, tentang rumput di padang.
Yesus pernah katakan jika Allah mendandani rumput di ladang yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih dahulu mendandani kamu hai orang yang kurang percaya? Wah rumput di sekitar kita saja Tuhan dandani. Kadang-kadang kita lewat bangunan suatu lantai, ada tumbuhan yang tumbuh di lantai tersebut. Kecil. Itu pekerjaan Tuhan juga. Tuhan mendandani mereka, semua, rumput-rumput itu. Banyak kekhawatiran yang kita fokuskan atau simpan kepada hal materi. Yesus katakan jangan khawatir apa yang akan kamu makan, apa yang akan kamu minum, apa yang akan kamu pakai, jangan khawatir.
Maksudnya jangan khawatir apa? Apakah kita tidak boleh khawatir, cuek-cuek saja? Bukan. Jangan terlalu fokus. Khawatir boleh, supaya kita bijaksana, supaya kita berhat-hati. Tapi jangan terlalu fokus. Kita itu harus fokus kepada Tuhan bukan uang, bukan materi, bukan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Jangan fokus kepada berkat Tuhan. Hilangkan berkatnya, kita fokus kepada Tuhannya. Fokus kepada Tuhan, Tuhan tahu kebutuhan kita apa. Kalau kita fokus kepada Tuhan, Tuhan yang akan menenangkan kita. Tapi kalau fokus kepada berkat Tuhan, selamanya kita tidak akan tenang. “Wah mana berkat Tuhan? Lagi PPKM, lagi pandemi. Mana berkat Tuhan?” Salah. Mana Tuhan? Cari Tuhan, jangan cari berkat Tuhan. Tuhan pasti kasih berkat-Nya. Bapa di sorga tahu bahwa kamu memerlukan materi tersebut.
Tadi lagu yang kita nyanyikan, lagu ke-2 “Bapa Surgawi Memeliharaku” ini begitu indah. Bait 2 saya bacakan, “Bunga di padang dipelihara-Nya, burung di langit pun dibimbing-Nya, sudah tentu termasukku, Bapa Surgawi memeliharaku. Aku berharap pada Tuhanku, di ngarai atau dalam laut menderu. Ku tak gentar, Dia tak ingkar, Bapa Surgawi memeliharaku.” Lagu yang indah. Lagu yang berdasarkan firman Tuhan Yesus yang mengatakan jangan khawatir, bunga di padang Tuhan dandani, bahkan lebih indah dari jubah Salomo. Luar biasa. Tuhan kita itu mengerti kita.
Memang Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sangat mudah bicara jangan khawatir, Tuhan pasti pelihara. Memang mudah ngomong, mempraktekkannya sulit. Memang, firman Tuhan memang kayak gitu, nggak usah dikeluhkan. Firman Tuhan itu mudah kita baca, mudah kita mengerti. Yang sulit memang melakukannya. Ya tidak apa-apa terima saja. Kenapa kalau sulit berarti harus kita tolak? Kalau sulit berarti kita nggak mau lakukan? Lakukan. Memang sulit. Apalagi pademi, apalagi PPKM. Bagaiamana supaya tidak khawatir? Tetapi Tuhan ingin kita lebih dulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Cari uang itu biasa-biasa saja lah. Jangan berburu, jangan cinta uang. Biasa saja. Kalau Tuhan mau kasih kekayaan, Tuhan pasti kasih. Cari uang itu biasa lah, bekerja sebaik mungkin selama masih pagi, masih ada kesempatan, coba kerjakan. Yang penting berkat Tuhan kita terima. Minta, biasa saja lah. Jangan memberhalakan uang.
Di bagian Yakobus 1:9-11 ini ada 3 nasehat yang akan kita renungkan pada hari ini. Nasehat pertama itu di ayat 9, “Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah,” lowly bahasa Inggrisnya atau humble, “itu bermegah karena kedudukannya yang tinggi.” Terjemahan lainnya adalah orang Kristen yang miskin hendaklah merasa gembira kalau Allah meninggikannya. Nasehat pertama Yakobus kepada orang Kristen adalah khusus kepada orang Kristen yang miskin. Wah firman Tuhan ini amazing ya, firman Tuhan ini bisa fokus, bukan hanya untuk orang Kristen tapi ada firman Tuhan yang khusus kepada orang Kristen yang miskin, dengarkanlah firman Tuhan. Yakobus menasehati kepada orang Kristen yang miskin, uangnya sedikit, dan bukan hanya itu, yang posisinya rendah di masyarakat. Mungkin karena pekerjaannya, karena statusnya, pernah jadi narapidana, pernah cerai, anak yatim piatu, mungkin orang-orang yang status demikian, janda atau duda kan dipandang beda gitu ya, atau mungkin selibat ya, nggak dapat-dapat pasangan itu juga dianggap kok nggak dapat ya? Apa nggak laku, gitu ya. Padahal bisa saja karena panggilan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tetapi orang Kristen yang miskin, orang kristen yang posisinya rendah, perhatikanlah perkataan firman Tuhan ini, bermegah. Bermegah, karena apa? Karena dia punya status yang tinggi, punya kedudukan yang tinggi. Jangan minder, orang miskin jangan minder.
Apa sih artinya bermegah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Setidaknya ada 2 definisi bermegah yang bisa kita pelajari, pertama bermegah itu berarti bukan sombong atau menyombongkan diri, “Aku begini lho, meskipun aku miskin, aku paling rajin pelayanan.” Itu sombong, bukan bermegah. Tetapi bermegah itu adalah, “Meskipun aku miskin, meskipun anggota-anggota keluargaku yang jauh anggap aku ini tidak berguna, tapi aku punya sukacita karena aku masih bisa dipakai Tuhan di dalam gereja. Masih bisa bersukacita, aku bisa memberi sesuatu kepada orang lain.” Keluarga nggak tahu, keluarga tahunya kita ini buruk, miskin, orang yang rendah. Tapi jangan lupa, orang lain bisa anggap kita rendah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi Tuhan bisa anggap kita tinggi. Ada sesuatu berharga yang kita miliki sekalipun kita orang miskin. Ada sesuatu yang kita bisa akui di hadapan Tuhan, ada sesuatu yang kita bisa bermegah, ada sesuatu yang kita bisa rasa sukacita, dan ada sesuatu yang kita miliki itu berharga. Bukan sekedar materi saja, tetapi hal-hal rohani.
Kita punya Yesus Kristus, bangga dong, bermegah dong. Kita punya Alkitab, bermegah dong. Bukan hanya punya Alkitab, kita baca Alkitab. Banyak orang kaya, banyak Alkitabnya nggak pernah dibaca. Tapi banyak orang miskin hanya punya satu Alkitab sudah jelek dibaca terus. Bangga, bermegah. Kita bermegah nggak, Bapak, Ibu, Saudara sekalian punya Yesus Kristus? Kita pernah bermegah nggak punya gereja ini? Kita bermegah nggak GRII Yogyakarta sudah dua minggu pengisian oksigen? Bermegah, boleh, tapi nggak boleh sombong. Memang mirip ya sombong dan bermegah itu, tapi bedanya adalah sombong itu kepada diri, fokus kepada diri. Bermegah itu bangga kepada kemuliaan Allah, anugerah Allah. Kalau sombong bangga terhadap kemampuan diri, merasa diri mampu, melupakan Allahnya. Tetapi bermegah itu bangga karena Tuhan.
Definisi kedua dari bermegah adalah bersukacita atau bersyukur tanpa mencuri kemuliaan Tuhan, tanpa mencuri kemuliaan Tuhan. Karena apa? Karena ada sukacita yang mencuri kemuliaan Tuhan. Misalkan kaya, tadi ya. “Ini gara-gara saya rajin, rajin pangkal kaya. Karena saya rajin bekerja, maka kaya. Bukan dari Tuhan, Tuhan itu siapa Tuhan? Saya kaya karena usaha saya sendiri,” itu orang sombong. Tapi orang yang bermegah adalah, “Saya kaya, itu semua karena anugerah Tuhan. Tuhan yang memampukan saya untuk rajin, Tuhan yang memampukan saya untuk bijaksana dalam mengatur keuangan, itu karena kemuliaan Tuhan saja, bukan karena saya. Bukan karena usaha saya semata-mata.” Memang ada usaha, betul. Tetapi yang difokuskan itu bukan usaha manusia, melainkan anugerah Tuhan. Itu bermegah.
Orang yang bermegah tahu kenapa dia bersukacita karena dia memiliki sesuatu yang baik dan berharga dan semuanya itu adalah untuk kemuliaan Tuhan. Yakobus menyatakan bahwa ternyata orang Kristen yang miskin dan posisinya rendah pun dapat bermegah, nggak boleh minder. Datang ke gereja, wah bangunannya sudah megah, orang yang miskin itu minder. Aduh nggak matching ya pakaian sama gedung, misalkan kayak gitu, ada pemikiran kayak gitu. Tapi nggak boleh, kita bermegah. Kaya, miskin di gereja, sama. Nggak harus lebih dihormati orang kaya. Semuanya harus dihormati dengan hormat yang sama, respect yang sama. Kenapa? Karena kita sama-sama punya Tuhan Yesus, kita punya sama-sama firman Tuhan, Alkitab. Inilah yang harus disadari oleh orang Kristen yang miskin ataupun yang rendah statusnya, tidak banyak uang, tidak dipandang tinggi, bahwa engkau dapat bermegah. Yakobus menasehati marilah bermegah seperti yang Tuhan mau.
Apakah orang Kristen yang miskin adalah orang yang sama sekali tidak bisa ada hal yang dibanggakan? Tentu tidak. Dan juga apakah orang kaya adalah orang yang selalu ada hal yang bisa dibanggakan? Tentu tidak. Orang kaya juga nggak bisa berbangga diri. Yakobus menasehati orang Kristen yang miskin dan di posisi yang rendah, ayo berbanggalah, bermegahlah, jangan sampai kondisi keuangan kita menentukan harga diri kita, martabat kita.
Apa kemegahan dari orang Kristen yang miskin dan posisinya rendah? Setidaknya ada 2 ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Pertama, tadi kabar baik yang sudah diberitakan oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus menjanjikan hidup kekal kepada orang miskin, bahkan. Alkitab pernah mengatakan bahwa kabar baik akan diberikan kepada orang yang miskin. Tetapi orang kaya justru dikatakan orang yang paling sulit masuk kepada Kerajaan Allah adalah orang kaya. Lebih mudah unta masuk ke lubang jarum dari pada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Cukup membesarkan hati orang yang miskin. Yesus janjikan hidup yang kekal, hidup yang limpah secara rohani kepada siapa saja yang melayani Dia dengan sungguh-sungguh. Jadi orang Kristen yang baik, yang miskin tetap dapat bermegah, karena apa? Karena kita punya Tuhan dan juga kita punya kesalehan hidup. Itulah yang membuat bermegah.
Seorang theolog mengatakan bahwa orang Kristen yang miskin dan posisinya rendah dapat bermegah bukan karena dia kaya, bukan karena dia merasa tidak kekurangan, bukan karena faktanya dia kekurangan uang, bukan pula karena dia punya kemampuan untuk menolong orang lain dengan uangnya karena dia tidak punya kemampuan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Jadi maksudnya adalah ayolah bermegah itu bukan dari hal yang tidak kita miliki. Bermegah itu bukan karena apa yang tidak ada pada kita, bermegah itu adalah apa yang ada pada kita. Itu fokusnya. Orang Kristen yang kaya juga bisa bermegah, dengan kekayaan boleh bermegah? Boleh. Tapi dia gunakan untuk kemuliaan Tuhan, sekali lagi ya. Jadi orang Kristen yang miskin dan posisinya rendah dalam masyarakat tetap bisa bermegah, karena apa? Pemberian Tuhan. Yang kedua, alasan bermegah juga yaitu apa? Karena orang miskin itu juga diuji imannya oleh Tuhan. Melalui kondisi yang miskin, kondisi yang rendah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, imannya diuji oleh Tuhan. Apakah tetap setia meskipun uang sedikit? Apakah tetap setia pada Tuhan Yesus, tetap beribadah, tetap berdoa meskipun bangkrut? Orang miskin itu diuji. Nanti kita bahas orang kaya diuji juga oleh Tuhan ya. Maka dari itu, kita harus bersyukur Tuhan menguji kita, khususnya kepada orang yang miskin. Belajar menghargai diri, bermegahlah dalam Tuhan.
Nasehat kedua, Yakobus 1:10, “dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.” Bahasa inggrisnya adalah and the rich in his humiliation, because like a flower of the grass he will pass away. Hendaklah orang Kristen yang kaya merasa berbangga juga, bermegah juga kalau suatu hari Allah merendahkan orang kaya sebab orang kaya akan lenyap seperti bunga rumput. Apa ini maksudnya? Pertama kali saya baca ayat ini nggak ngerti apa sih ini, ngomong apa sih ya. Dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah. Lho orang kaya tuh dipandang kedudukannya tinggi, kok. Kenapa harus bermegah karena kedudukannya rendah? Tapi yang dimaksudkan adalah bukan karena kedudukannya rendah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi yang dimaksudkan adalah waktu orang kaya itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupannya. Jadi kedudukannya okelah dipandang tinggi ya, tapi bisa nggak orang kaya suatu hari nanti dipandang rendah karena dia kehilangan uang, kehilangan kekayaan, ada masalah keluarga, ada masalah anak, bisa nggak dipandang rendah? Bisa saja. Perselingkuhan? Bisa saja. Waktu orang kaya tersebut direndahkan, in his humiliation, di dalam perendahannya, tetap dia bisa berbangga ya. Kenapa berbangga? Bermegah karena apa? Karena perubahan situasi dan kondisi yang makin parah.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah kalau kita ibadah pakai masker berarti kita nggak bisa bermegah dalam Tuhan? Tetap bisa. Meskipun kita hirup karbon monoksida sendiri, kita hirup, keluarkan. Hirup, keluarkan. Hirup, keluarkan lagi. Tapi kita tahu kenapa kita hirup keluarkan nggak dapat udara segar selama kurang lebih 2 jam ini? Karena kita melayani Tuhan. Bermegahlah, nggak apa-apa. Nggak apa-apa. Bisa bermegah dalam kondisi perubahan yang lebih buruk.
Sekarang orang kaya yang alami kebangkrutan bagaimana bisa bermegah dalam Tuhan, bersukacita dalam Tuhan? Memang pada umumnya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita mengalami perubahan ke yang buruk, itu pasti ada pengalaman yang sedih luar biasa. Waduh anggota keluarga kita dipanggil Tuhan, meskipun dia orang Kristen, kita tetap sedih. Ini adalah keluargaku. Ada perubahan drastis yang menurut orang pada umumnya adalah buruk, kita pasti ada kesedihan. Tetapi Yakobus katakan bahkan dalam perubahan yang drastis, perubahan yang membuat kita buruk sekalipun, ada alasan untuk bermegah dalam Tuhan. Ada alasan untuk tetap bersukacita mengucap syukur kepada Tuhan. Meskipun buruk sekali, kondisi menyedihkan sekali. Tetap ada alasan kita bersukacita, berbangga, bermegah di dalam Tuhan ya.
Bukan berarti Yakobus katakan kalau kamu sedih, nggak boleh sedih, bukan. Yakobus katakan kamu sedih nggak apa-apa, tapi jangan lupa ada sukacita yang kamu miliki di dalam Tuhan. Apa alasan orang kaya yang tiba-tiba jatuh miskin dapat bermegah dalam Tuhan, in his humiliation, dia dapat bermegah di dalam Tuhan? Sama seperti orang yang miskin, imannya sama-sama diuji. Dari kaya jadi miskin, dari terhormat tiba-tiba masuk penjara. Artis tiba-tiba masuk penjara itu dia tuh dalam masa perendahannya. Apakah kemudian ia harus stress? Bahkan bunuh diri di penjara? Tidak. Dia bisa bermegah, orang Kristen bahkan bisa bermegah di dalam Kristus meskipun dia di penjara, meskipun dia mati, meskipun menderita, meskipun sakit, kita bisa bersukacita di dalam Tuhan menanggung segala perubahan yang cepat dan itu adalah keadaan yang dari baik jadi buruk.
Yang kedua orang kaya juga yang di dalam perendahannya bisa bermegah yaitu apa? Dapat menyadari bahwa harta yang dia miliki itu memang sementara dan justru ketika kaya harus bijaksana dalam menggunakan uang sebelum bisa saja Tuhan izinkan kekayaannya hilang. Gunakan kekayaan itu dapat memudar ya. Oleh karena itu ketika kita sadar uang kita itu bisa hilang begitu saja, maka kita bisa semakin bijaksana, bisa mengetahui mana priotritas yang utama dalam hidup.
Baru saja saya sharing-sharing sama teman saya, dia pernah mengalami kesulitan lah, pernah ditipu puluhan juta. Orang Kristen. Sedih? Sedih. Dongkol? Dongkol. Ditipu ya, berapa puluh juta gitu ya. Tetapi orang Kristen bisa bermegah, nggak? Tetap bisa. Meskipun dalam kondisi yang sulit. Bahkan kita bisa merelakan, sudahlah. Berkat itu nggak kemana kok. Kalau Tuhan mau kasih berkat, kita pasti dapat. Kalau mau Tuhan ambil berkat, kita bisa ditipu. Itu teman saya ya. Masih 30an ditipu puluhan juta. Ada juga yang saya kenal umur 40an gitu ditipunya wah miliaran, miliaran. Ratusan juta, bagaimana? Bisa bersukacita? Yakobus katakan, bisa. Why not? Kita punya Tuhan Yesus, kita punya firman.
Dan juga orang kaya yang jatuh miskin yang dalam humiliation, perendahannya, bisa bersukacita juga karena diingatkan bahwa suatu hari hidup kita ini akan berakhir, suatu hari uang itu tidak akan kita bawa kok ke liang kubur, tidak. Maka dari itu, mendorongnya untuk hidup dengan bijaksana. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bisa nggak kita bayangkan hal ini suatu hari nanti, ya kita cuma imajinasi saja ya, perubahan dari kaya jadi miskin, Tuhan cabut kekayaan kita, Tuhan cabut kesehatan kita, siap nggak? Kita nggak tahu kan kita bisa sakit apa beberapa tahun lagi. Kita nggak tahu keuangan kita berapa beberapa tahun lagi. Pertanyaannya adalah siap tidak ya untuk bisa terus bermegah di dalam Tuhan? Siap tidak menanggung perubahan yang buruk itu?
Orang kaya akan ‘lenyap seperti bunga rumput,’ Yakobus katakan demikian. Rumput merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang paling menarik. Ada 2 makna tentang rumput yang dapat kita pelajari pada hari ini. Pertama, rumput itu dalam konteks Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sampai hari ini bahkan, sebenarnya merupakan lambang kesuburan. Ada rumput berarti tanahnya subur, tanah yang subur berarti bisa menghasilkan sumber daya alam, buah-buahan, pohon, lambang kesuburan dan kelimpahan. Itu rumput. Bukan saja itu, sapi, kambing, kuda, lembu, mereka nggak makan daging bisa gemuk, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Mereka makannya rumput, bisa badannya semakin gemuk ya. Rumput berarti apa? Ada rumput berarti ada ternak yang bisa dikasih makan, ada ternak berarti lambang kekayaan juga. Berarti rumput, adanya rumput itu bermakna positif, bagus sebenarnya. Hidup manusia itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa berubah dengan cepat. Tiba-tiba sangat rohani, tiba-tiba sangat dewasa, tiba-tiba kita dapat kesuksesan, bisa saja. Bisa saja berubah ke arah yang positif, seperti rumput tiba-tiba tumbuh dengan cepat, tiba-tiba mengalami tunas dan bisa jadi berkat bagi banyak orang. Nah itu satu sisi makna rumput yang pertama.
Tetapi sisi yang lain, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, rumput juga punya metafora yang negatif. Rumput itu menggambarkan kita rapuh, sementara, rumput itu tidak bisa bertahan dengan panasnya matahari yang terlalu menyengat. Kalau ada rumput tumbuh di iklim yang panas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, rumput ini begitu kena terik sinar matahari, bisa layu siangnya, sorenya sudah mati, daun-daunnya rontok, akarnya sudah hilang. Apalagi rumput yang di tanahnya itu dangkal, itu mudah sekali, baru tumbuh pagi hari, karena lembab udaranya, dingin, ada air, tumbuh, tapi begitu siang, matahari terik, layu lagi, mati lagi, itu menggambarkan rumpu itu singkat, rapuh, sementara, ini adalah makna yang negatif dari rumput, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu sementara, bisa hilang begitu cepat. Hidup manusia itu juga sama, hidup manusia itu bisa begitu sementara, seperti uap digambarkan juga ya, begitu singkat.
Bahkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hidup kita yang singkat ini juga bukan hanya bisa jadi berkat bagi orang lain, tetapi kita juga bisa mengganggu orang lain untuk melakukan dosa juga, seperti rumput mengganggu tanaman lain. Saya baru tahu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita mau bercocok tanam, mau nanam sesuatu di tanah ya, tanah itu harus dikasih bahan kimia yang mematikan semua rumput-rumput di sana, supaya nggak ada rumput di situ. Karena rumput itu bisa mengganggu pertumbuhan tanaman yang ingin kita tanam. Berarti harus disiapkan lahannya bersih dari semua tanaman, rumput-rumput harus disingkirkan, karena rumput itu bisa mengganggu tanaman tersebut. Baru bisa bertumbuh dengan baik. Kita pun sama, sudah hidup kita sementara, kita itu bisa mengganggu pertumbuhan rohani orang-orang Kristen di sekitar kita lho. Kita ganggu-ganggu, ya, kita seperti rumput yang mengganggu pohon yang mau berbuah, bahaya. Itu hidup manusia ya, hidup kita itu ibarat rumput dengan makna positif, tetapi juga rumput dengan makna negatif.
Dan yang selanjutnya, kita bisa lihat rumput itu tumbuh tetapi lenyap, itu menandakan ada keadaan yang cepat berubah. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita banyak mengalami perubahan, 2 minggu PPKM dikatakan eh, dilanjut lagi seminggu PPKM, dilanjut lagi seminggu PPKM. Jengkel, ini gimana sih pemerintah. Eh tiba-tiba dapat berita perubahan COVIDnya lebih mending, menurun, wah kita seneng ya, perubahan hanya sebulan lockdown, sudah ada terasa perubahan nya. Itu yang kita tidak rasakan ya kadang-kadang ya, memandang perubahan.
Perubahan hidup ini bisa drastis terjadi dalam kehidupan kita, Afghanistan yang perkiraan Amerika Serikat, Taliban ini akan bisa menguasai Afghanistan selama kurang lebih agak lama lah, mungkin sebulan gitu ya, eh dalam 10 hari sudah bisa mengalahkan istana negara, Taliban menguasai, oh kaget semua ya. Presiden waktu itu juga, Presiden di sana langsung pindah tiba-tiba. Pasukan Amerika Serikat langsung diambil, pindah, udah nggak usah jaga Afghanistan, percuma, nggak untung. Begitu banyak perubahan terjadi begitu singkat, ya, terjadi begitu cepat, inilah kehidupan kita. Pandemi, perubahan pergolakan yang terjadi, ada transisi, ya, dalam kehidupan kita sebagai manusia seperti rumput yang berubah, bertumbuh, kering, paginya bertumbuh lagi, bisa ya, bisa saja mungkin ya. Luar biasa. Memang pada umumnya hidup kita ini, sebenarnya pada umumnya, ya tidak terlalu banyak perubahan lah, rata-rata itu cukup statis, stabil, tetapi perubahan drastis itu bisa saja Tuhan izinkan terjadi, ya, bisa saja, maka kita perlu persiapkan hati kita untuk Tuhan.
Ayat terakhir yang akan kita bahas, nasihat yang ketiga dari Yakobus adalah ayat 11, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya.” Semarak ini adalah keindahannya ya, “Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.” Begitu juga dengan orang yang kaya, dia akan hancur pada waktu dia menjalankan usahanya. Ini nasihat ketiga dari Yakobus, yaitu apa? Penekanan dari nasihat yang kedua, orang kaya lagi. Yakobus gambarkan sinar matahari yang terik, melayukan rumput itu, pengaruh angin panas, dari udara yang ada di sekitar rumput tersebut mematikan rumput tersebut.
Di Semarang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya pernah tanam tanaman, beli beberapa tanaman, tanam di lahan kecil di Semarang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, salahnya adalah lahan itu ada outdoor AC, yang panas itu ya. Saya tanam aja, pikir nggak apa-apa, ada tumbuhan yang bisa tumbuh, tapi ternyata tumbuhan yang saya tanam itu tingginya itu, kena AC panas itu, lama kelamaan mati, kena AC panas. Tapi, pohon bambu yang di sebelahnya itu tetap kuat, kena AC, hawa panas pun kuat, karena memang tanaman bambu kuat di tempat yang kering dan panas. Tapi pada umumnya rumput itu nggak kuat tahan panas ya. Bunga rumput itu akan rontok. Itulah gagasan yang ditekankan Yakobus, manusia itu dapat menjadi hancur dan layu, kita ini rentan, baik orang miskin maupun orang yang kaya, apa yang kita sombongkan itu bisa lenyap dalam sekejap. Maka dari itu, jangan sombong, tapi bermegahlah dalam Tuhan.
Nasihat ketiga Yakobus adalah orang kaya itu jangan berpikir bahwa dia itu akan kaya terus, bisa saja Tuhan ambil kekayaan nya. Itu yang membuat orang kaya rendah hati. Jangan pikir orang kaya akan kaya terus, dan jangan pikir orang yang kaya itu akan hidup selamanya. Karena orang kaya itu suka berpikir demikian, kaya, kaya terus kok, hidup, bisa hidup selamanya, sakit, tinggal masuk rumah sakit, sakit, beli obat yang paling mahal, bisa, immortal. Cari ramuan terbaik, supaya saya hidup selamanya, wah. Banyak pandangan kita sendiri bahkan mengatakan kita ini hidup selamanya, kita ini akan cukup selamanya, belum tentu. Maka Paulus katakan bahwa hitunglah hari-hari sedemikian rupa, supaya beroleh hati bijaksana.
Hidup manusia itu tidak selama-lamanya, kita ini bisa saja mati besok bisa, hari ini mati pun bisa. Hidup kita tidak selama-lamanya, maka perlu sungguh-sungguh kita itu mengikuti pimpinan Tuhan. Kalau Pak Tong pernah jelaskan bahwa orang Kristen itu harus mengikuti speedometernya Tuhan, jangan malas-malasan, hidup kita ini singkat, hidup kita ini tidak selama-lamanya. Maka hari ini kerja giat untuk Tuhan. Yakobus mengatakan bahwa konsep hidup di dunia ini akan selama-lamanya, adalah sebuah kebodohan. Hidup di dunia ini nggak selamanya, hidup di dunia ini itu sementara, kita ini terbatas, kita itu seperti bunga rumput yang akan lenyap di tengah usaha-usaha mereka.
Apa yang dikatakan oleh Yakobus ini merupakan nasihat atau seruan dari nabi Yesaya yang mengatakan, di dalam Yesaya 40:6, “Ada suara yang berkata: “Berserulah!” Jawabku: “Apakah yang harus kuserukan?” “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang.”” Wah, luar biasa ya, yang di proklamasikan itu bukan sekedar Injil, Yesus Tuhan, Yesus Juruselamat, Dia satu-satunya jalan menuju Allah Bapa, Dia satu-satunya jalan ke sorga. Tetapi dari sini kita bisa katakan Yakobus berseru, hidup kita ini seperti bunga rumput, sementara. Dan nabi Yesaya pernah mengatakan juga bahwa seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya itu seperti bunga di padang.
Keindahan manusia itu sementara. Jangan cari harta duniawi, carilah harta surgawi di sorga. Seluruh umat manusia seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang, ini adalah sebuah proklamasi penting, sebuah kebenaran yang disuarakan oleh nabi bahkan. Kita harus sadar semuanya, dengar firman Tuhan ini, seperti kabar baik yang diproklamasikan. Kita ini rumput, yang hari ini ada, hijau, tumbuh, tetapi besok sudah kering dan dibuang ke dalam api, hidup kita sementara, tetapi jiwa kita kekal.
Sekali lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari perikop yang kita bahas ini, 3 ayat ini, nasihat Yakobus adalah orang Kristen yang miskin dan di posisi yang rendah bermegahlah, bermegahlah dalam Tuhan, bermegahlah dalam Kristus. Orang Kristen yang kaya, kemudian jatuh miskin atau bangkrut, bermegahlah dalam Tuhan juga, bermegahlah dalam Kristus. Orang Kristen yang kaya, yang terus dalam perburuannya untuk mencari uang, cinta akan uang, ingat, hidup di dunia ini sementara, tidak selama-lamanya kita hidup di dunia.
Maka perjalanan kehidupan kita sebagai orang Kristen, rohani kita itu ibarat apa? Musafir. Kita cuma hinggap, singgah, seperti pom bensin Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mau perjalanan dari Solo ke Jogja, singgah di pom bensin, tetapi tujuannya yang utama adalah Jogja. Kita ini hidup di dunia itu seperti pom bensin lah, sementara, isi bensin, bekerja di sana, tetapi tujuan kita adalah sorga, jangan habiskan hidup kita itu di tempat pemberhentian sementara itu dengan sia-sia. Tetapi justru di tempat pemberhentian sementara ini, hanya sekitar 70 sampai 80 tahun saja, kerja mati-matian untuk Tuhan.
Ini yang perlu kita teladani dari Tuhan Yesus sendiri, dan juga pendiri GRII. Pak Tong itu makin lama, ya, ini bukan berarti kita memberhalakan pak Tong ya, kalau kita lihat, tadi aja diumumin, SPIK, ada lagi ya, ada aja kerjaan ya. Memangnya orang tua nggak capek ya umur 81, saya yakin capek. Tapi Pak Tong juga mengerti, dia itu singgah sementara kok. Mungkin tahun depan mati, Pak Tong kan sering gitu ya, KKR Natal di Jogjakarta, mungkin ini yang terakhir kali, wah kita semua giat, humas, tahun depan ada lagi, ya. Tapi bersyukur, setelah kita kerjakan mati-matian, nggak ada, nggak ada KKR lagi, kenapa? Pandemi. Sia-sia nggak Pak Tong ngomong saya mungkin mati, segera? Nggak sia-sia ya, karena apa? Hidup manusia itu seperti bunga rumput, hidup manusia itu tidak selama-lamanya.
Hidup manusia, baik orang miskin maupun orang kaya seperti bunga rumput. Jangan kita pikir kita hidup selama-lamanya di dunia ini, ini hanya sementara, ini hanya pit stop saja, tempat pemberhentian sementara, maka kita nikmati hidup, ya, ingat tujuan utama hidup apa dalam Katekismus Westminster? Kita sehari-hari memuliakan Allah, menikmati Allah, hiduplah yang penuh, hiduplah yang limpah di dalam dunia ini, karena di dunia ini begitu sementara, begitu kita hidup itu tidak lama. Suatu hari nanti kita akan menjalani kehidupan yang kekal, itulah yang kita dambakan.
Orang Kristen masuk sorga, orang non-Kristen, ini fakta yang kejam, kebenaran yang tajam, masuk neraka. Orang yang tidak percaya Kristus masuk neraka. Apakah Tuhan jahat? Tidak. Tuhan sudah kasih berkat di pit stop ini. Tuhan sudah tawarkan, mau percaya Yesus tidak? “Nggak, siapa Yesus, omong kosong Juruselamat-Juruselamat, tidak peduli.” Ya sudah. Dia akan dihukum di kekekalan di neraka. Marilah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita terus mencari kesempatan berbuat baik, dan yang paling penting adalah ingat untuk terus bermegah dalam Tuhan, bersyukur, bersukacita, karena kita itu anak-anak Allah.
Mari kita sama-sama membaca Yeremia 9, ada ayat yang begitu jelas yang mengajarkan kita itu bermegah itu harus karena apa. Yeremia 9:23-24, “Beginilah firman Tuhan: ”Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan.”” Amin. Mari kita sama-sama berdoa.
Bapa kami yang di sorga terima kasih pada pagi hari ini kami boleh kembali merenungkan firman Tuhan. Kami bersyukur Tuhan memberikan kami segala kepercayaan, pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, segala materi-materi yang lain, begitu banyak Tuhan barang-barang kami di rumah yang bisa kami syukuri, untuk teknologi, alat-alat, perabotan, ruangan-ruangan yang ada di rumah kami yang kami miliki, begitu banyak hal yang kami bisa syukuri atas pemberian Tuhan ini. Tolonglah kami Tuhan untuk semakin berbijaksana, bahwa segala hal yang Tuhan berikan itu adalah kepercayaan dari Tuhan supaya kami bisa memuliakan Tuhan dengan segala pemberian Tuhan ini. Terima kasih untuk kondisi kami yang saat ini, mungkin dikatakan oleh orang, kami adalah orang yang kaya, kiranya kami bisa bersyukur, bersuka cita untuk kemuliaan nama Tuhan. Dan ajari kami juga Tuhan ketika menapaki hari demi hari kehidupan kami di masa depan, ajar kami juga mempersiapkan diri kami, untuk bisa terus bermegah di dalam Tuhan, meskipun kondisi kelihatannya buruk, sulit, begitu banyak kesedihan, tetapi kami tidak melupakan anugerah pemberian Tuhan, dan juga pribadi Tuhan sendiri. Terima kasih Tuhan untuk Tuhan Yesus yang kami boleh miliki, kiranya dalam kehidupan kami sehari-hari kami bisa menyembah dan memuliakan Kristus saja. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan penebus kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.
Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)