Ef. 6:13-14
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Saudara, pada waktu kita berbicara mengenai kehidupan Kristen, saya enggak akan bosan ngomong ini ya, karena setiap kali berbicara mengenai kehidupan Kristen, sering kali orang Kristen di dalam posisi yang mengira bahwa mereka tidak kuat, atau tidak punya kuasa untuk melawan dosa dan melawan kejahatan di dalam kehidupan mereka. Tetapi Alkitab berbicara secara berbeda sekali, Alkitab berkata setiap orang yang sudah dipanggil dan sudah ditebus oleh Kristus, mereka memiliki kuasa di dalam kehidupan mereka untuk hidup kudus, mereka memiliki kuasa untuk melawan dosa, mereka memiliki kuasa untuk menghadapi serangan iblis di dalam kehidupan mereka. Sehingga ini membuat tidak ada satu alasan pun dari orang-orang Kristen atau anak-anak Allah, ketika jatuh di dalam dosa, berkata bahwa “saya tidak mampu melawan dosa, saya tidak punya kuasa untuk melawan serangan iblis dalam kehidupan saya, dan dosa itu adalah sesuatu yang wajar untuk kita lakukan di dalam kehidupan kita,” karena apa? Kalau kita berbicara seperti itu, itu hanya menunjukkan kalau kita mungkin belum mendapatkan penebusan Kristus, dan belum ada Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita dan hidup kita adalah bait Allah. jadi pada waktu Allah berkata, “siapakah orang Kristen itu?” Alkitab berkata orang Kristen adalah orang yang sudah disucikan dan dikuduskan oleh Yesus Kristus melalui kematian-Nya, ada Roh Kudus yang diberikan sebagai materai dalam kehidupan kita, sebagai pelindung diri kita, mulai dari kita percaya sampai kita mati bersama dengan, di dalam Kristus, dan ada kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari kematian, dan mendudukkan Kristus di sebelah kanan Allah Bapa, itu bekerja di dalam setiap diri dari orang-orang percaya. Dan, ini membuat seharusnya orang-orang percaya memiliki kekuatan untuk bisa berperang dalam kehidupan nya sebagai orang Kristen terhadap kejahatan yang ada di dalam dunia ini, terhadap godaan atau pencobaan dari iblis atau hambatan yang iblis berikan di dalam kehidupan dari orang-orang Kristen.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kalau ini menjadi kebenaran, kalau kita sudah memiliki kuasa ini dalam kehidupan kita, realita nya adalah kenapa kita sering kali gagal? Kenapa kita sering kali jatuh di dalam dosa? Kenapa sering kali kita sepertinya adalah orang Kristen yang lemah di dalam kehidupan kita ketika pencobaan datang kita tidak punya kuasa untuk menghadapi hal-hal itu? Saya percaya, ini berkaitan dengan peringatan yang Paulus berikan di dalam pasal yang ke-6 ayat 10 sampai yang seterusnya, bicara mengenai perlengkapan rohani, atau senjata Allah yang kita harusnya kenakan di dalam kehidupan kita. Atau artinya adalah Paulus tahu, kita sudah diberikan segala kekuatan, kuasa di dalam kehidupan kita, untuk berjalan sebagai orang Kristen, tetapi itu bukan hal yang gampang, karena ada iblis, ada musuh Allah, yang akan menyerang dan berusaha untuk menjatuhkan kita dan menggagalkan kita di dalam menjalani kehidupan Kristen kita. Maka di dalam bagian ini, Paulus kemudian berkata “kamu tahu bahwa kamu itu baik, kamu tahu segala sesuatu kebenaran mengenai kehidupan Kristen, kamu sudah diperlengkapi dengan itu semua, tetapi kamu harus ingat, hidupmu adalah di dalam peperangan. Dan ketika kau hidup di dalam peperangan, kau harus tahu, engkau harus menghadapi peperangan itu dengan cara apa?” Dan mungkin, ini yang sering kali diabaikan oleh orang-orang Kristen ketika menghadapi peperangan, mereka berpikir bahwa mereka sanggup menghadapi itu dengan kekuatan mereka sendiri, atau bahkan mereka mengira dengan segala konsep pengetahuan teologis yang mereka miliki sebagai orang percaya, doktrin yang mereka pahami, itu bisa membuat mereka hidup secara benar, hidup di dalam kekuatan untuk menghadapi pencobaan dan dosa di dalam kehidupan mereka.
Saya ambil contoh yang sederhana, mungkin dalam kehidupan keluarga, pertama, sebelum orang menikah, biasanya mereka ikut bimbingan pra-nikah, dan di dalam bimbingan pra-nikah di situ dijelaskan segala prinsip yang Alkitab katakan mengenai pernikahan, siapa suami, siapa istri, apa yang menjadi peran suami, apa yang menjadi peran wanita di dalam kehidupan pernikahan, bagaimana mereka melihat ada tanggung jawab yang berbeda yang harus dilakukan oleh baik laki-laki atau perempuan, lalu kemudian mereka juga melihat ada ordo di dalam pernikahan, bagaimana suami harus menjadi kepala, istri harus taat, itu adalah mewakili Kristus di dalam kehidupan pernikahan dengan jemaat. Kalau anak ingin melihat kepada Kristus atau Tuhan dari mana? Dari papanya yang mewakili Kristus di dalam keluarga. Kalau anak itu ingin melihat bagaimana seharusnya sebuah jemaat, atau orang Kristen beribadah kepada Tuhan dan taat kepada Tuhan, dia melihat dari bagaimana mamanya taat kepada papanya. Semuanya dijelaskan di dalam bimbingan pra-nikah. Pertanyaannya, Bapak, Ibu yang sudah menikah, jalani kehidupan keluarga gampang enggak? Berapa banyak yang tetap ada di dalam kesulitan, keributan, akhirnya jatuh di dalam perceraian? Tetap enggak gampang kan? Kenapa? Karena mungkin kita tahu, konsep tahu, konsep mengenai kehidupan Kristen kita tahu, siapa orang Kristen kita tahu, tetapi kita tidak menggunakan, kita lengah terhadap apa yang menjadi tanggung jawab kita, atau bagian kita yang harus kita berdiri tegak di dalamNya, dan bergantung kepadaNya, supaya kita bisa menang di dalam peperangan terhadap kejahatan itu.
Dan di dalam pertemuan minggu lalu, kita sudah melihat bahwa satu aspek di mana kita harus berperang, itu adalah bukan mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi kita harus mencari Tuhan, atau lari kepada Allah, Tuhan kita, untuk meminta pertolongan atas keadaan kita tersebut. Saya ambil ilustrasi pada waktu itu seperti seorang prajurit yang ada di menara pengawal atau menara penjaga, dan ketika melihat musuh datang menyerang dengan kekuatan besar, maka dia tidak mungkin mengenakan seluruh pakaian perangnya lalu merasa dirinya seperti seorang pahlawan, atau superman, atau ahli silat kaya gitu, untuk pergi berperang sendirian. Kita bukan seperti itu. Saudara kalau berpikir Saudara punya kemampuan seperti itu, saya yakin Saudara pasti gagal di dalam peperangan itu karena iblis memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat daripada kita, memiliki kecerdasan yang melampaui diri kita, memiliki pengetahuan yang jauh lebih limpah daripada diri kita, bahkan dia memiliki pengetahuan mungkin sebelum dunia diciptakan, karena dia diciptakan terlebih dahulu. Sebelum ada manusia dia sudah memiliki pengetahuan akan dunia ini, dia mengerti Alkitab, saya percaya dia tahu Alkitab, dia tahu apa yang di wahyukan oleh Tuhan Allah di sini, dan Saudara mau menghadapi dia? Saya pikir itu adalah satu hal yang pasti akan membawa kita ke dalam kegagalan, lalu bagaimana? Ya seperti prajurit itu harus pergi ke jenderalnya, kasih tahu ada musuh datang, lawan kita kira-kira berapa besar, kita harus menghadapi mereka, biar jenderalnya yang merekrut tenaga, mengumpulkan seluruh prajurit dan kekuatan untuk pergi menghadapi musuh itu. Jadi, pada waktu Saudara menghadapi pencobaan, maka yang perlu Saudara lakukan adalah jangan lupa berdoa, jangan lupa dekatkan diri kepada Allah dan meminta pertolongan Allah di dalam kehidupanmu, jangan lupa mengandalkan Tuhan di dalam kehidupanmu yang ada di dalam kondisi pencobaan tersebut. Lalu setelah itu apa? Sebelum kita masuk ke dalam senjata rohani, sebelum, setelah itu Saudara percayalah kepada Tuhan dan kuasa Tuhan yang sanggup menolong kehidupan Saudara. Percaya itu. Pegang teguh itu, nanti saya akan bicara mengenai hal-hal bagaimana iblis mencobai diri kita, tapi di sini saya ngomong kekuatan menghadapi pencobaan itu bukan dari diri kita sendiri, tetapi dari Allah. itu harus kita inget baik-baik.
Nah, sekarang kita akan masuk ke dalam cara kerja iblis, untuk menghancurkan orang Kristen. Pada waktu kita berbicara mengenai cara kerja iblis dalam menghancurkan orang Kristen atau menghambat kehidupan rohani seseorang, atau seorang Kristen, anak Allah, maka jangan berpikir bahwa itu berbicara mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Kadang-kadang orang Kristen di dalam menghadapi pencobaan daripada iblis, mereka berpikir bahwa “oh ini adalah peperangan rohani dalam kehidupan mereka, karena itu mereka harus mulai berpikir hal-hal yang merupakan strategi iblis, dan bagaimana cara nya menghadapi peperangan rohani itu di dalam kehidupan mereka dalam aspek bukan secara fisik, tapi secara supranatural.” Jadi, dalam pikiran mereka adalah doa puasa dan segala macam, mungkin melakukan ritual-ritual tertentu untuk melawan iblis dan strategi iblis dalam kehidupan mereka, itu adalah peperangan secara rohani melalui hal-hal itu kepada iblis. Saya pikir itu bukan menjadi tanggung jawab kita ya. Saudara pada waktu iblis menyerang kehidupan kita, satu hal kita harus tahu, di balik segala hal yang merupakan serangan itu, ada kuasa iblis di belakang nya, ada rencana iblis dan rancangan iblis untuk menggagalkan kehidupan Kristen dan menghancurkan pekerjaan Tuhan di dalam dunia ini. Tetapi bagaimana cara iblis melakukan serangannya? Dia bisa melakukan melalui hal-hal yang kita hadapi dan temukan di dalam dunia ini. Misal, melalui pemerintahan yang melawan Kekristenan, bisa dalam aspek itu, ada penguasa-penguasa di dalam dunia ini. Tetapi ada cara-cara lain di dalam iblis menyerang kita juga, misal nya pertama adalah membuat kita meragukan karakter Allah. Saudara, kalau Saudara berpikir kalau penyerangan terhadap iblis itu adalah dengan hal supranatural, Saudara memiliki kuasa “penglihatan”, lalu Saudara melihat ada setan di dalam rumah, Saudara tengking-tengking supaya keluar dari rumah, maafkan ya, mungkin Saudara terjebak, sudah terjebak oleh siasat iblis. Saudara lupa, ada bagian lain yang iblis ingin kerjakan untuk menghancurkan Saudara, dengan Saudara dibawa untuk berpikir bahwa Saudara punya kuasa yang hebat, Saudara bisa menang terhadap iblis dengan kekuatan, karunia yang Saudara miliki dalam tanda kutip itu, tetapi sebenarnya Saudara tidak lagi berpikir Allah itu adalah Allah yang harus dan memang layak untuk kita percayai sepenuhnya, di dalam karakterNya.
Saya di dalam pembinaan pemuda kemarin, ada bicara mengenai satu tokoh yaitu namanya Habakkuk. Bicara mengenai iman di situ, lalu di dalam keadaan yang dihadapi oleh Habakkuk itu saya bicara apa yang menjadi konteks pergumulan Habakkuk. Dan kita bisa lihat Saudara, itu cuma 3 pasal, Saudara baca sebentar saja langsung selesai, dan Saudara langsung tau kondisi nya. Waktu itu Habakkuk di dalam kondisi yang melihat bangsa Israel dalam kondisi yang jahat, yang fasik, yang melakukan berdosa dalam kehidupan mereka, tidak ada keadilan yang ditegakkan di dalam kerajaan, atau di dalam masyarakat daripada orang-orang Israel, Israel Selatan. Lalu pada waktu Habakkuk melihat Israel begitu jahat, hidup di dalam pelanggaran terhadap hukum Tuhan, di dalam menyedihkan Tuhan, tidak ada ketaatan, tidak ada keadilan, tidak ada kebenaran di dalam kehidupan masyarakat orang Israel dari raja sampai kepada jemaat atau orang biasa hidup di dalam dosa, lalu Habakkuk berdoa kepada Tuhan, untuk meminta Tuhan intervensi, waktu Habakkuk berkata “Tuhan, tolong berikan pembaruan, pertobatan kepada bangsa Isreael, tolong bawa mereka kembali melihat kepada Tuhan, sehingga mereka bertobat dan beribadah kepada Tuhan lagi, dan meninggalkan dosa di dalam kehidupan mereka, meninggalkan ketidakadilan di dalam kehidupan mereka.” Lalu pada waktu Habakuk berdoa seperti ini, jawaban yang Habakuk terima adalah, “O kamu berdoa, meminta pembaharuan rohani?” Tuhan berkata, “Baik,” tetapi dengan cara apa? “Bukan dengan cara yang kau inginkan, yaitu intervensi Tuhan, pertobatan dan kesadaran akan dosa dari orang-orang Israel, atau mukjizat Tuhan seperti misalnya Elia, kemudian menurunkan api dari langit lalu membakar binatang korban persembahan dan membuat masyarakat Israel langsung sadar bahwa Tuhan, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub adalah Allah yang sejati dan mereka harus menyembah, dan Baal itu adalah dewa palsu,” tetapi Tuhan berkata, “Aku akan mengirimkan bangsa Kasdim, yang jauh lebih jahat daripada bangsa Israel, untuk menghukum Israel.” Bangsa yang punya kekuatan yang begitu lincah sekali, keperkasaan yang begitu besar sekali, bangsa yang menegakkan keadilannya berdasarkan apa yang mereka pandang baik dan tidak ada moral Tuhan di dalamnya, tetapi apa yang mereka pandang baik, itu yang menjadi keadilan mereka.
Saudara, saya pikir itu adalah hal yang mengerikan kalau kita berhadapan dengan orang yang tidak punya standar moral dari Tuhan, tetapi berpikir segala sesuatu baik dan tidak baik berdasarkan apa yang mereka pandang sendiri, hukum mereka sendiri. Kemarin saya lihat di dalam youtube, ada satu ibu di Jakarta ya, ingin menculik seorang anak kecil, balita, lalu ketahuan oleh masyarakat, ditangkap ibu ini. Tapi dia ada dua orang, yang laki-laki pergi enggak tahu ke mana, tetapi yang ibu ini ketangkap lalu dibawa masuk ke dalam ruangan, ada polisi di situ. Lalu polisi ini berusaha interogasi tetapi ibu ini belum mau terbuka. Setelah suatu waktu, kemudian polisi bawa ibu ini, saya pikir kenapa dia rangkul ibu ini, bawa keluar? Ternyata di luar itu massa begitu banyak, dia bawa ibu ini, mungkin saya pikir dia supaya ndak larikan diri tapi juga kelihatannya untuk melindungi ibu ini dari massa, dan langsung masuk ke dalam mobil polisi. Lalu waktu mobil polisi ini mau pergi, orang menggebuk-gebuk pintu polisi, “ Tunggu Pak, tunggu Pak, jangan bawa pergi dulu, kami belum selesai dengan ibu ini, bakar dia!” Itu keluar, kalimat seperti itu. Saudara, kalau kita berikan keadilan itu kepada manusia, saya yakin yang terjadi adalah kekejaman, karena manusia berdosa.
Dan ini bangsa yang tidak punya keadilan Tuhan tetapi keadilan itu berdasarkan apa yang mereka pandang baik sendiri untuk menyerang bangsa Israel. Mengerikan enggak ? Sangat mengerikan sekali. Dan dalam kondisi ini, Habakuk bagaimana ? Dia berpikir Allah itu adalah Allah yang mengasihi Israel, Allah itu adalah Allah yang akan mempertobatkan Israel, Allah itu adalah Allah yang akan tetap setia kepada umatNya dan tidak akan membiarkan umatNya ada di dalam satu keadaan yang sulit mungkin, membawa dia, mereka mungkin bandel-bandel iya, Dia akan hukum orang Israel untuk kembali kepada Tuhan dan agar mereka bertobat, dan mungkin seperti zaman Hakim-hakim, lawan kemudian bertobat, kembali melalui musuh seperti itu, dan ingat kepada Tuhan, dan pertolongan terjadi kembali. Tetapi yang terjadi adalah Tuhan mengirim bangsa yang begitu kejam untuk menghabisi Israel. Dan habis itu, enggak ada lagi Israel, dia dibuang ke Babel. Dalam kondisi seperti ini, apa yang Habakuk lakukan? Kalau kita menjadi Habakuk, mungkin kita mulai meragukan Allah kita, kebaikan Dia, kasihNya, kesetiaan Dia dalam kehidupan kita, keadilan Dia di dalam kehidupan kita. Mungkin bisa seperti itu. Tetapi yang Habakuk kemudian lakukan di dalam pasal 1 ayat yang ke-12 dan seterusnya, di situ dikatakan, dia mengingat kembali tentang karakter Allah yang adalah Allah yang kekal, yang adalah Allah yang berdaulat, yang adalah Allah yang Maha Kudus, yang tidak akan melakukan dosa dan tidak ada dosa pada diriNya, dan adalah Allah yang setia kepada perjanjianNya kepada umatNya. Itu yang Habakuk lakukan. Artinya apa?
Pada waktu kita mengalami pencobaan dalam kehidupan kita, yang menjadi kekuatan bagi kita untuk menghadapi pencobaan itu adalah yang pertama, Saudara harus tidak boleh meragukan karakter Tuhan dan pribadi Allah dalam kehidupan kita. Tetapi yang iblis lakukan adalah membuat kita meragukan itu, dan merendahkan, dan melupakan karakter Allah dalam kehidupan kita sehingga kita tidak punya pegangan lagi dalam menjalani kehidupan ini. Kemarin saya ada tanya kepada pemuda: Saudara kalau mengalami pencobaan, Saudara datang kepada Tuhan kan? Percaya. Menghadapi dengan apa? Iman. Iman kepada siapa? Tuhan. Tuhan yang mana? Aspek apa dari Tuhan yang Saudara harus percayai? Waktu itu mereka bingung, tapi saya tanya kepada Saudara, kalau Saudara mengalami pencobaan, Saudara datang kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan, karakter Tuhan mana yang Saudara bisa pegang dan percaya? Saudara punya pengenalan itu tidak? Saya yakin kalau kita tidak punya pengenalan akan Pribadi Allah dan tidak membangun relasi kita dengan Allah, kita enggak punya kekuatan untuk menghadapi pencobaan iblis dengan cara yang pertama ini, yaitu membuat kita meragukan Dia. Dan kalau Saudara sampai meragukan karakter Allah, Saudara tidak punya lagi harapan untuk bisa menang di dalam pencobaan, saya yakin. Jangan meragukan itu. Dan Saudara harus mengingat bahwa inilah cara iblis di dalam menyerang kehidupan Kristen, meragukan Allah, kebenaran Allah. Nah Saudara bisa melihat ini dari Kejadian pasal 3. Pada waktu Adam melalui Hawa dicobai oleh iblis, hal yang iblis tanamkan apa? “Kamu tahu enggak Hawa, Allah itu mungkin takut kalau kamu makan buah itu maka kamu akan menjadi seperti Allah, dan Allah tidak ingin kamu menjadi seperti Allah.” Artinya adalah iblis menanamkan kecurigaan kepada kejujuran Allah, kepribadian Allah, kebenaran Allah di dalam kehidupan Hawa, dan dia pikir Allah tersaingi oleh tindakan mereka yang akan makan buah itu dan buah itu boleh sungguh-sungguh membawa mereka menjadi seperti Allah. Dan saya percaya ini adalah hal yang harus kita waspadai pertama karena iblis bekerja menyerang kita di dalam aspek ini, meragukan Allah kita dan karakter Allah kita.
Yang kedua adalah, saya lihat di dalam Kitab Suci dan di dalam kehidupan kita juga, ketika iblis menyerang kita dia bisa membuat kehidupan Kristen itu menjadi suatu kehidupan yang sulit, menjalani kehidupan Kristen bukan hal yang gampang dan mudah tetapi adalah hal yang memberatkan, walaupun yang gampang juga bisa menjadi hal yang menyulitkan kita untuk menjalani kehidupan Kristen. Tapi yang memberatkan ini apa? Banyak sekali orang Kristen yang dihambat kehidupannya melalui persekusi yang dialami oleh orang-orang Kristen, jadi ada penganiayaan yang terjadi. Pada waktu kita menjadi seorang Kristen atau kita ingin melayani Tuhan mulai ada tekanan yang diberikan oleh masyarakat atau bahkan oleh negara terhadap kebebasan beragama sebagai orang Kristen yang ada di dalam negara tersebut. Mungkin Saudara bisa lihat beberapa kali ada penutupan gereja. Saya percaya itu bukan hanya tindakan orang-orang yang tidak suka dari beda agama terhadap diri kita, itu bukan hanya berbicara masalah intoleransi beragama, tetapi juga dibalik itu ada kuasa iblis yang berusaha untuk menghambat dan menekan kehidupan orang Kristen. Jadi ada penganiayaan. Dan penganiayaan ini mulai dari yang ringan menuju yang paling berat. Yang paling ringan mungkin kita ditolak oleh keluarga kita, dicemooh oleh tetangga kita, dihina dan direndahkan oleh mereka, sampai yang paling berat adalah kita mengalami penganiayaan oleh mereka dan bahkan dibunuh oleh karena iman kita kepada Kristus. Roh jahat bisa melakukan ini melalui manusia yang lain dan bahkan melalui sistem pemerintahan yang tidak adil untuk menindas dan menekan keberadaan dari pada orang-orang Kristen yang berusaha untuk beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan di dalam kehidupan kita.
Jadi Saudara, Alkitab berkata iblis bisa menyerang kita melalui cara persekusi, tetapi iblis juga bisa menyerang kita melalui keluarga, rekan-rekan kita yang mungkin mayoritas bukan Kristen atau mayoritas Kristen duniawi. Saya bilang mayoritas Kristen duniawi itu bukan dalam pengertian ada 3 kelompok orang: pertama orang Kristen rohani, kedua orang duniawi, yang ketiga orang duniawi; Alkitab tidak mengajarkan prinsip seperti ini ya, tetapi Alkitab mengajarkan di dalam dunia cuma ada 2 macam orang: satu adalah orang Kristen rohani, dan yang kedua adalah orang dunia; orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh dan orang yang hidupnya tidak dipimpin oleh Roh di dalam kehidupan mereka. Dan pada waktu kita hidup diantara orang-orang Kristen yang merasa diri Kristen tetapi pikiran dan konsep pemikirannya dunia, atau kita hidup di dalam sebuah keluarga yang bukan Kristen, ada kemungkinan itu akan mempersulit kita untuk memiliki suatu kehidupan yang ingin menaati Tuhan atau ingin percaya kepada Kristus. Lalu kita ngomong, “Saya mau percaya kepada Kristus,” teman-teman kita dan keluarga kita mungkin kemudian mulai memperolok kita, lalu kemudian mengasingkan kita dari antara mereka. Pada waktu kita ingin menjadi orang Kristen yang baik diantara orang Kristen yang berpikiran duniawi itu maka mereka berkata, “Kamu sok rohani deh, enggak usah lah seperti itu, biasa-biasa saja lah jadi orang Kristen.” Saudara tahu tidak itu adalah pekerjaan iblis untuk menghambat pekerjaan Tuhan? Di dalam Injil Yohanes ada kalimat seperti ini pada waktu Yesus melayani, “Banyak dari orang-orang terkemuka yang percaya kepada Kristus tetapi mereka tidak berani menyatakan iman mereka bahwa mereka adalah orang Kristen,” karena apa? Karena masyarakat, karena orang banyak. Mereka takut untuk menyatakan diri mereka, mereka sembunyi-sembunyi mengikut Kristus. Tetapi Saudara, di dalam perikop berikutnya orang yang seperti ini kemudian dikatakan mereka mengalami penghakiman Tuhan. Iman itu enggak mungkin disembunyikan, iman itu harus dinyatakan. Saudara ndak mungkin menjadi seorang Kristen dengan cara seperti mengenakan jubah lain. Ndak ada yang namanya domba berbulu serigala, tapi yang ada adalah serigala berbulu domba. Jadi kalau Saudara anak Tuhan, saya yakin, kita pasti hidup di dalam menyatakan iman kita kepada dunia ini, kepada rekan-rekan kita yang lainnya.
Tetapi Saudara, jangan berpikir bahwa kesulitan di dalam menghidupi kehidupan Kristen itu karena ada penganiayaan saja atau ada penolakan yang lebih mild, mild itu lebih lemah ya, lebih lembut terhadap diri kita. Saudara, pada waktu kita hidup di tengah-tengah orang Kristen yang mayoritas pun, itu bisa menjadi satu hambatan bagi kita menjalankan ketaatan kita lho karena nggak ada yang menentang, nggak ada ujian yang ada di dalam situ, nggak ada tuntutan untuk kita menjadi orang Kristen yang lebih baik lagi. Karena apa? Smua sudah jadi Kristen, semua sudah hidup dalam tradisi Kristen, bahkan berpikir bahwa saya pasti orang Kristen, karena orang tua saya dan keturunannya adalah orang Kristen, dari kecil saya sudah di dalam gereja, saya dibaptis di dalam gereja, saya adalah orang Kristen yang baik mungkin, tetapi realitanya adalah mereka bukan Kristen, atau mereka adalah Kristen yang sangat tidak teruji dan tidak dewasa di dalam kehidupan mereka. Nah Alkitab bicara begitu banyak sekali ketika orang-orang Israel keluar dari penjara Mesir lalu masuk ke dalam tanah perjanjian. Waktu mereka hidup di dalam tanah perjanjian, Yosua pernah bicara kepada mereka, “Hai orang Israel, silahkan pilih kamu mau taat kepada siapa, siapa yang menjadi Allahmu, apakah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, atau engkau ingin menyembah allah-allah lain yang ada di sekitar sini, dewa-dewa lain, sekarang tentukan. Tetapi kami sekeluarga akan menyembah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam kehidupan kami, saya, sitri dan anak-anak saya keturunan saya akan menyembah kepada Allah Abraham Ishak dan Yakub.” Lalu waktu itu mereka berkata, “Iya kami memilih yang sama,” tapi Saudara, ketika orang-orang tua ini sudah meninggal satu per satu, generasi yang melihat Tuhan memimpin mereka itu meninggal satu per satu, mereka hidup di dalam kebudayaan Israel atau di dalam kebudayaan umat Allah Hukum Allah, Alkitab ngomong apa? Mereka mulai menyimpang, mereka mulai melupakan Tuhan, mereka mulai meninggalkan iman mereka lalu mereka mulai bersekutu dnegan allah-allah lain dalam kehidupan mereka, kemudian membuat Tuhan murka lalu marah kepada allah-allah mereka. Jadi jangan berpikir bahwa “oh kita hidup di dalam tempat yang sulit, makanya itu membuat pelayanan menjadi sulit, itu membuat kehidupan untuk menyatakan iman kita menjadi sulit, ini serangan iblis yang hebat.” Waktu Saudara nyaman hidup di antara orang-orang Kristen, Saudara pun ada di dalam penyerangan itu tetapi Saudara tidak paham. Jadi itu juga adalah hal yang sulit. Saya paling concern sekali bukan kepada orang Kristen yang baru bertobat, walaupun saya tahu orang Kristen yang yang baru bertobat kita perlu didik mereka punya pemahaman kita punya konsep di dalam berpikir, lalu kebenaran Kitab Suci bagaimana menerapkan kebenaran itu di dalam kehidupan mereka karena mereka seringkali tetap tergoyahkan oleh kebenaran prinsip-prinsip mereka mereka hidupi dan percayai sebagai suatu kebenaran. Tapi umumnya orang Kristen tahu membedakan saya dulu bukan orang Kristen, hidup saya jauh dari Tuhan saya, sekarang saya menjadi orang Kristen saya harus lebih menurut standar Alkitab atau firman Tuhan. Tetapi anak-anak Tuhan yang lahir dari keluarga Kristen yang turut temurun Kristen itu yang saya terus terang agak lebih kuatirkan. Karena mereka sering kali berpikir mereka orang Kristen yang baik. Sudah dari kecil hidup di dalam keluarga yang Kristen, dari kecil mendengar pengajaran firman, dari kecil mendengar tentang anugerah kematian Kristus dalam kehidupan mereka, mereka pikir mereka sudah jadi orang Kristen, mungkin belum. Dan orang tua sebagai orang Kristen pun berpikir, “anak saya sudah ke gereja, dari kecil sudah ke gereja, mereka pasti jadi orang Kristen yang baik,” saya pikir itu menjadi masalah yang besar di dalam kehidupan kita. Hati-hati ya, bagaimana Iblis bekerja untuk menyerang diri kita.
Yang ketiga adalah, kalau yang pertama berbicara mengenai meragukan Allah, karakter Allah, yang kedua memberikan kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan Kristen kita, yang ketiga adalah Iblis bekerja dengan cara membuat orang Kristen meragukan mana yang benar mana yang tidak benar dari doktrin firman, doktrin Alkitab. Di dalam Efesus pasal 4, ada satu bagian yang Paulus katakan pada waktu Tuhan memberikan kepada gereja ada rasul, nabi, lalu pemberita inijil, gembala, pengajar, tujuannya untuk apa? Untuk memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan Tubuh Kristus sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak Allah. Kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, artinya pada waktu Tuhan memberikan hamba Tuhan di dalam gereja, tujuannya adalah untuk mendidik kebenaran firman atau doktrin Allah, untuk kita bisa mengerti yang benar itu seperti apa. Tapi Saudara, yang dilakukan oleh iblis adalah membuat orang Kristen bingung mana yang benar mana yang salah. Berpuluh-puluh tahun ikut gereja, tetap ndak bisa bedakan mana yang benar mana yang salah. Saya pernah bicara dengan satu orang lalu dia berkata seperti ini, “Pak saya itu bingung ya, kok itu di persekutuaan-persekutuan ada orang-orang Kristen dengar pengajaran-pengajaran seperti ini. Saya waktu dengar pengajaran seperti ini saya langsung tahu bahwa ndak harus seperti itu, itu salah pengajarannnya.” Dia sudah ikut kita sih pengajarannya. Tetapi orang Kristen yang lain bingung, pikir itu juga benar. Misalnya ambil contoh, Ibunya enggak datang hari ini, mungkin sekolah minggu ya. Dia bilang kayak gini, “Pak, saya waktu dengar kotbah di satu persekutuan, kita harus memuji Tuhan, memuliakan Tuhan. Caranya gimana? Nyanyi. Nyanyi. Nyanyi. Nyanyi terus. Nyanyi memuji Tuhan.” Betul nggak cara memuji Tuhan adalah nyanyi dan terus nyanyi, dan terus nyanyi memuji Tuhan? Dia bilang, “Kayaknya ndak seperti itu deh Pak ya. Kita memuji Tuhan ndak harus nyanyi kan?” Kita bisa memuji Tuhan dalam hidup kita waktu kita baca firman kita melihat bagaimana Tuhan bekerja yang luar biasa misalnya mengenai penebusan, iman, pemelihaan dalam kehidupan kita. Kita bisa memuji Tuhan kok, bukan dalam bentuk nyanyi tapi luapan dari perasaan yang penuh sukacita dan ucapan syukur dalam hati kita, kita mulai menaikkan pujian kepada Tuhan. Jadi kenapa orang-orang bisa mengajarkan seperti ini? Lalu ada bagian lain yang lebih ekstrim lagi, itu mungkin ndak terlalu ekstrim tapi ada bagian lain yang lebih parah lagi. Mereka mengajarkan tentang katanya kebenaran Alkitab tapi sebenarnya bukan kebenaran Alkitab, tapi orang Kristen banyak yang mengikut mereka dan berpikir bahwa apa yang diajarkan itu kebenaran Alkitab, sedangkan gereja yang mengatakan itu salah dimusuhi.
Saudara hati-hati ya, iblis punya cara kerja adalah membuat Saudara bingung mana yang merupakan firman Tuhan yang benar, mana yang bukan. Mana yang merupakan doktrin yang benar, mana yang merupakan doktrin yang palsu. Yang paling sering saya dengar adalah, “Kalian sudahlah ndak usah pentingkan doktrin tapi hidup di dalam kasih.” Itu doktrin bukan? Doktrin kan, doktrinnya adalah tidak usah pentingkan doktrin tapi hiduplah di dengan kasih. Kalau kita di dalam Reformed mengajarkan harus pentingkan doktrin dan kasih, dan kasih pun tidak bisa lepas dari doktrin. Saudara setuju yang mana? Yang doktrin itu penting atau yang penting itu kasih doktrin ndak penting? Kalau Saudara berpikir yang penting perbuatannya atau kasihnya, mungkin Saudara sudah ditipu oleh iblis. Hati-hati ya, iblis itu adalah pribadi yang penuh dengan tipu muslihat. Saya pernah ambil contoh juga di dalam pelayanan yang saya lakukan ada satu bapak yang kemudian datang kepada saya, “Pak, ada arwah orang mati yang bisa merasuki orang, kita bisa membedakan mana yang iblis, mana yang malaikat dengan cara bagaimana? Cium hawanya, bau atau wangi, kalau wangi adalah malaikat, kalau bau adalah iblis.” Lalu kita bicara mati-matian berdasarkan Kitab Suci, malaikat bisa, iblis bisa menyamar menjadi malaikat terang, kita berkata bahwa arwah orang mati itu langsung terpisah masuk surga atau pun neraka, dia tetap ngotot dan percaya, “Bapak ndak pernah mengalami sih.” Saudara, hati-hati. Tapi belakangan saya lihat dia mulai ada keterbukaan dan belajar dan untuk mau mengerti yang benar itu seperti apa. Saya lebih menghargai orang yang tidak mengerti firman, bertanya, atau bahkan mendebat saya dan melawan pengajaran yang saya berikan, tetapi dia tetap duduk, dan duduk, dan ikut terus tiap kali pertemuan, daripada orang yang duduk satu kali, nggak setuju, marah, lalu meninggalkan persekutuan itu dan tidak ikut lagi. Saudara, saya yakin kita ndak akan bertumbuh kalau seperti itu. Tetapi kalau Saudara memberi diri duduk, dengar, walaupuan ndak ngerti, walaupun emosi, walaupun marah seperti itu, walaupun ndak bisa menerima, tapi begitu Saudara tetap duduk dengar saya percaya kebenaran Tuhan akan bekerja, firman Tuhan itu akan bekerja dalam hati kita untuk memberikan pengertian. Suatu hari pasti Saudara akan mengerti kebenaran itu. Jadi iblis bekerja untuk membuat kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan Saudara jangan merasa bahwa Saudara menjadi orang yang menghakimi ketika Saudara berkata ini benar itu salah, seolah-olah menghakimi itu tidak diperbolehkan di dalam kehidupan orang Kristen. Padahal Alkitab berkata, dengan jelas-jelas sekali, Saudara harus menghakimi, Saudara harus bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Karena cara lain dari pada tipu muslihat Iblis adalah untuk Saudara menerima segala sesuatu sebagai kebenaran dan kita tidak boleh mengatakan itu salah ini benar.
Yang keempat adalah, ini berkaitan juga dengan poin yang nomer 2, membuat kita sulit untuk menjalani kehidupan Kristen, tetapi ini berkaitan juga dengan bagaimana kita melayani Tuhan. Saudara, mungkin beberapa kali kalau Saudara ikut dari pelayanan penginjilan yang kita lakukan dari awal. Pada waktu kita mengadakan KKR, misalnya, pernah kita mendapatkan penolakan berapa kali. Bahkan kita sampai dipanggil ke polisi lalu mengadakan forum diskusi bersama dengan mereka, mereka datang ke lapangan untuk melihat, sampai akhirnya polisi turun untuk mencegah mereka di dalam mengadakan demonstrasi atau membatalkan usaha kita, atau penutupan gereja. Saya percaya, itu adalah hal-hal yang dilakukan oleh iblis untuk menghentikan pelayanan dari orang-orang Kristen. Jadi kalau yang kedua adalah berbicara mengenai saya jadi orang Kristen, tapi keputusan saya menjadi orang Kristen itu adalah hal yang sulit, menjalani kehidupan Kristen itu adalah hal yang sulit. Yang bagian keempat ini adalah ketika saya ingin melayani Tuhan, untuk mengerjakan tugas Tuhan, perintah Tuhan, misalnya penginjilan dan yang lainnya, memberikan saksi dalam kehidupan saya, maka iblis akan menghambat dan melawan kita, dan menahan dan mungkin menolak kita untuk kita bisa melakukan pelayanan itu. Paulus sendiri, ketika di dalam Korintus, dia melayani, di situ dikatakan, dia sempat hampir putus asa dan dia ingin meninggalkan Korintus karena banyak orang yang menentang dirinya dan pelayanannya kelihatannya tidak terlalu membuahkan hasil. Tetapi di situ kemudian Tuhan berkata kepada Paulus, “Jangan pergi, di sini banyak umat pilihan-Ku!” Lalu dia tinggal lagi 1 tahun lebih, melayani, lalu terbentuklah gereja Korintus pada waktu itu. Jadi Saudara, saya percaya kalau Saudara melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, Saudara pasti mendapatkan pertentangan. Kalau Saudara melayani Tuhan dan tidak pernah ada pertentangan, mungkin Saudara tidak sedang melayani Tuhan. Karena pada waktu Saudara sungguh-sungguh mau memperbesar, memperluas pekerjaan Tuhan di dalam dunia ini, iblis yang menjadi musuhnya, pasti tidak suka dan pasti akan melawan dan menghambat. Kalau yang lebih sederhana apa? Contohnya, misalnya, baca Alkitab itu susah nggak? Susah ya? Kenapa susah? Baca buku cerita, nonton TV, baca koran, gampang nggak? Gampang ya. Kok baca Alkitab susah? Waktu mau pergi ke gereja, umumnya orang-orang yang baru itu selalu mengeluh, “Pak, ada aja yang menghalangi saya pergi ke gereja dan beribadah kepada Tuhan!” Lalu apalagi? Saudara ingin pelayanan, mungkin pasangan Saudara marah-marah, ngomong ke Saudara, “Sudahlah nggak usah terlalu terlibat di dalam urusan gereja.” Jangan pikir bahwa serangan itu dari luar saja, mungkin bisa dari keluarga kita sendiri, dan dari pasangan kita, istri atau suami kita lho, atau anak-anak kita. Iblis bisa memakai mereka untuk menghambat kita melayani Tuhan di dalam gereja atau di dalam pekerjaan-Nya. Saudara, itu adalah cara yang keempat di dalam iblis bekerja menyerang kita. Yang pertama apa ya? Dicatat ya. Yang pertama adalah meragukan karakter Allah. Kedua, memberi kesulitan. Ketiga, membuat kita bingung mana doktrin yang benar mana doktrin yang salah. Keempat, menghambat kita di dalam melayani Tuhan.
Yang kelima, adalah membuat terjadinya perpecahan di dalam gereja, perselisihan. Saudara lihat Korintus. Korintus itu adalah satu jemaat yang penuh dengan perselisihan di dalamnya. Dan kenapa perselisihan di dalam ini bisa dikatakan sebagai karya Iblis? Karena ketika Saudara berbicara mengenai pekerjaan Kristus dan Roh Kudus di dalam Kitab Suci, selalu berkaitan dengan kesatuan. Misalnya, Saudara bisa lihat di dalam Efesus pasal 2. Tuhan justru ketika datang ke dalam dunia, untuk merobohkan tembok pemisah antara orang Yahudi dengan orang non-Yahudi sehingga kita bisa hidup di dalam kesatuan untuk beribadah kepada Tuhan. Saudara boleh baca Efesus pasal 4, ketika Roh bekerja, maka Roh akan memberikan kesatuan di dalam tubuh Kristus. Dan Iblis caranya adalah membuat kecurigaan yang ada di dalam gereja, antara orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain, membuat ada perselisihan yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain. Dan tetap, mungkin Saudara berpikir, baik-baik saja untuk melakukan itu dan melakukan perselisihan itu di dalam kehidupan kita. Saudara, itu adalah hasutan Iblis. Tuhan selalu mempersatukan, Iblis selalu memecah. Tetapi mempersatukan ini kembali, jangan berpikir bahwa kita boleh bersatu dengan semua logo yang namanya gereja. Karena Alkitab juga berkata ada gereja-gereja palsu, ada hamba-hamba Tuhan palsu, nabi-nabi palsu di dalam gereja. Sehingga kita jangan berpikir bahwa kesatuan itu adalah kesatuan yang bersifat label, kesatuan yang menyatakan jubah Kristen, itu harus mempersatukan. Tapi Saudara harus peka, gereja yang tidak melihat Alkitab firman Tuhan, yang adalah mutlak 100% firman Tuhan, yang berotoritas dalam hidup mereka, itu pasti bukan gereja. Gereja yang mulai mempertanya atau mencari hal-hal lain sebagai substitusi dari kebenaran firman Tuhan, itu pasti bukan gereja. Dan Saudara nggak bisa bersatu dengan mereka. Jadi, waktu berbicara mengenai kesatuan, ingat, kesatuan di dalam aspek apa? Dalam kebenaran. Kesatuan di dalam visi. Kesatuan di dalam hati untuk melayani Tuhan, berdasarkan kebenaran daripada firman Tuhan. Tapi Iblis berusaha untuk menanamkan kecurigaan dan mulai menanamkan suatu, mungkin kebingungan, ada perselisihan di dalam gereja, dan bahkan mungkin ketakutan untuk meng-claim bahwa yang kita pegang itu adalah kebenaran. Dan yang diajarkan oleh, mungkin, pendeta yang lain itu adalah sesuatu yang salah. Hati-hati! Saya bukan ngomong kita benar sendiri, banyak gereja juga benar, bukan hanya kita tapi berbeda di dalam aspek kedalaman pemberitaan firman. Tetapi yang saya maksudkan adalah ada gereja atau pendeta yang betul-betul mengajarkan hal yang bertolak belakang dengan firman Tuhan. Saudara harus bisa bedakan itu! Tetapi satu hal, ketika Saudara ada di dalam gereja yang benar, firman yang benar, dengan satu catatan: tidak ada gereja yang sempurna, Saudara jangan mau dipakai Iblis untuk memecah gereja ya. Iblis bisa saja menyerang untuk memecah gereja, tapi saya pesan: targetnya jangan pada diri Saudara ya! Jangan Saudara yang menjadi orang yang berinisiatif untuk memecah, menghasut, dan membuat kecurigaan di dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan di dalam gereja. Itu tidak baik. Itu adalah Saudara sudah dipakai Iblis dalam aspek ini. Termasuk di dalam keluarga juga. Yang kelima adalah bicara mengenai Iblis berusaha untuk membuat adanya perpecahan di dalam gereja.
Yang keenam adalah Iblis bisa membuat Saudara berpikir bahwa Saudara punya kekuatan, kekuatan dari diri Saudara sendiri, yang membuat Saudara tidak perlu mengandalkan Tuhan dalam hidup Saudara. Alkitab berkata, dari awal kita beribadah atau percaya kepada Kristus, itu adalah anugrah Tuhan yang Tuhan karuniakan kepada diri kita melalui iman kepada Kristus. Dan kemarin di dalam persekutuan doa, saya bahas mengenai Roh Kudus membantu kita di dalam doa yang tidak terucapkan. Itu maksudnya apa. Dan di situ saya membahas dari konteks pasal yang ke-8, itu bukan berbicara mengenai bahasa Roh, tetapi itu berbicara mengenai Roh Kudus yang berdoa bagi diri kita dengan tanpa kata-kata yang keluar dari mulut kita, dan itu berbicara mengenai perseverance of the saints. Atau itu bicara mengenai ketekunan orang kudus, di mana Allah yang bekerja untuk memelihara kehidupan kita, dan Allah itu siapa? Allah Tritunggal. Bapa memilih kita, Kristus menebus kita, dan Kristus menjadi pendoa syafaat bagi kita di hadapan Allah, dan Roh Kudus adalah materai dan pendoa syafaat bagi kita di hadapan Allah juga. Dan Roma 8 berbicara mengenai Roh Kudus adalah pemelihara iman kita, pendoa bagi kita untuk kita terpelihara di dalam iman, sampai kita menerima kemuliaan di dalam kehidupan kita, seperti yang Allah janjikan untuk diberikan bagi diri kita. Jadi, Alkitab kalau berbicara mengenai kehidupan rohani, Alkitab jelas sekali berbicara kehidupan rohani harus bergantung kepada iman kepada Allah. Bergantung kepada Allah. Mengandalkan Allah senantiasa dalam semua aspek hidup kita. Bukan hanya dalam peperangan rohani, tetapi segala sesuatu yang Saudara lakukan dalam hidup ini, jangan pernah lupa ada campur tangan Allah dan pemeliharaan atau penopangan Allah dalam hidupmu. Tapi, umumnya, kita ngerasa kita mampu. Misalnya, di dalam 1 Tawarikh 21, pada waktu Daud sudah mulai mencapai puncak posisinya, dia punya kekuatan, lalu Alkitab mencatat: Daud kemudian menghitung prajuritnya, jumlah orang yang sanggup berperang. Lalu Tuhan marah. Kenapa Tuhan marah ya? Karena, Daud mulai sombong dan berpikir kekuatan perangnya itu, prajuritnya itulah yang menjadi kekuatan dia untuk bisa berhasil menaklukkan musuh. Nah Alkitab berkata, itu adalah cobaan dari Iblis kepada Daud. Akibatnya Tuhan menghukum dan banyak yang mati dengan tulah.
Saudara, Perjanjian Lama begitu banyak berbicara mengenai bagaimana Allah berperang bagi kita. Bukan kita yang dengan kekuatan kita menghadapi musuh. Tuhan nggak ingin itu terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Tapi kadang kala kita sebagai orang Kristen, dan mungkin secara khusus orang Reformed, pada waktu kita memiliki doktrin yang begitu banyak. Kita bisa menjawab katekisasi punya soal dengan baik, kita bisa menjawab orang-orang yang bingung di dalam masalah iman, dan bukan Kristen menjawab diri kita, eh, mempertanyakan iman, kita bisa menjawab mereka dengan baik. Kita punya begitu banyak kelimpahan pengetahuan firman dalam hidup kita, pikiran kita. Saya bertanya, Saudara berdoa nggak? Begitu Saudara tidak mementingkan doa, itu hanya menyatakan Saudara mengandalkan kekuatan sendiri di dalam menjalani hidup. Pengetahuan teologia seharusnya membawa kita semakin menundukkan diri di hadapan Tuhan, makin mengandalkan Dia dalam kehidupan kita, karena kita tahu Dia adalah Allah yang Mahakuasa, Dia Allah yang menopang seluruh ciptaan ini, Dia adalah Allah yang mengarahkan seluruh ciptaan ini ke arah yang Dia kehendaki, semua rencana-Nya pasti terjadi seperti yang Dia kehendaki. Saudara bagian di dalam itu. Saudara bisa hidup, Saudara milih hidup seperti apa? Begitu Saudara merasa bahwa Saudara tidak perlu datang kepada Tuhan karena Dia sudah merencanakan segala sesuatu, saya tahu Saudara nggak mengerti firman, dan kemungkinan itu adalah muncul dari hati yang memberontak sebenarnya. Kemarin di dalam seminar Pendeta Eko, Pendeta Eko ngomong, orang yang beralasan tidak perlu berdoa karena Allah itu berdaulat, sebenarnya dia adalah orang yang pakai dobel standar dalam hidup dia. Maksudnya adalah, ketika Saudara berbicara mengenai pekerjaan, berbicara mengenai keluarga atau pasangan hidup, berbicara mengenai studi, bicara mengenai rencana hidup Saudara, Saudara bicara nggak tentang kedaulatan Allah dalam hidup ini? Nggak kan? Pokoknya saya mau apa, saya kejar. Waktu saya nggak dapatkan saya agak kecewa, saya nggak bisa terima mungkin, saya kejar lagi, kejar lagi sampai saya dapat apa yang saya inginkan. Tapi begitu berbicara mengenai doa, bicaranya ngomong apa? Ngapain doa, kan Allah berdaulat dalam hidup saya. Saudara kalau percaya Allah berdaulat, apakah Allah berdaulat hanya di dalam bidang doa saja, atau di dalam seluruh aspek hidup? Seluruh aspek atau hanya doa? Seluruh aspek kan? Kenapa ketika Saudara diminta berdoa Saudara ingat kedaulatan Allah, tapi kenapa ketika Saudara bekerja melakukan segala sesuatu yang Saudara senangi Saudara nggak ingat kedaulatan Allah? Itu nggak bisa. Makin kita melihat kedaulatan Allah harusnya makin kita menundukkan diri, makin kita berjuang untuk sesuai dengan apa yang Allah kehendaki dalam kehidupan kita, makin kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Itu kalau ngerti kedaulatan Allah. Atau contoh lainnya seperti ini, di dalam Matius ada kalimat, kalau engkau beribadah, ada orang yang engkau musuhi atau benci kepada engkau, atau ada relasi yang tidak baik dengan musuhmu, harus bagaimana? Harus bagaimana? Cari orang itu lalu apa? Berdamai. Kejar dia sampai berdamai nggak? Berdamai ya. Kejar dia sampai berdamai kan, supaya jangan nanti dia menggugat kita atau mempermasalahkan kita. Begitu nggak? Saya pakai bahasa sendiri ya, Saudara boleh baca bahasa Alkitabnya seperti apa.
Sekarang, saya bilang, Saudara berhadapan dengan Allah yang kuat itu, pribadi yang kuat itu, pribadi yang punya hidup mati Saudara, pribadi yang menentukan nasib hidup Saudara, pribadi yang tahu segala sesuatu yang akan Saudara alami, pribadi yang menghendaki bukan kejahatan tapi yang baik dalam hidupmu, enggak ada satu pun bagian yang Dia rencanakan yang tidak baik dalam kehidupanmu. Saudara mau tinggalin dia atau dekatkan diri kepada Dia? Kita di dalam dunia ngerti kalau ada musuh, musuh kita itu kuat, musuh kita itu bisa bunuh kita, kita nggak berani main-main sama dia lho, kita berusaha damai dengan orang itu. Tapi dengan Tuhan kita nggak mau ya? Dan kita berpikir bahwa ketika kita sudah ada di dalam Dia kita bisa suka-suka kita sendiri dan bahkan kita menggunakan kebenaran Alkitab untuk menyatakan pemberontakan kita untuk tidak taat kepada Dia. Saudara, itu nggak bisa. Kalau Saudara terpancing di dalam aspek itu, Saudara sudah terpancing untuk hasutan Iblis bagi Saudara untuk mempertanyakan Dia, meragukan Dia, dan bahkan Saudara jatuh di dalam sikap mengandalkan kekuatan Saudara sendiri untuk berjalan di dalam jalan hidup Saudara sebagai orang Kristen. Padahal Alkitab berkata dari awal sampai akhir ada di dalam tangan siapa? Tuhan. Mulai dari iman, berakhir dengan iman; mulai dari anugerah, berakhir kepada anugerah. Jadi iblis akan melawan itu ya, membuat kita berpikir bahwa kita bisa andalkan kehidupan diri kita sendiri untuk menjalani hidup ini.
Yang ketujuh, sebelumnya ulangi, satu apa? Meragukan Allah. Dua? Membuat kesulitan dalam hidup. Tiga? Membuat kita bingung mana yang benar mana yang salah dari doktrin itu. Keempat? Menghambat pelayanan. Lima? Perpecahan. Enam? Mengandalkan kemampuan diri sendiri. Tujuh, hidup di dalam kemunafikan. Saudara, di dalam Ibrani 13 ada satu kalimat yang menarik. Orang Kristen dulu punya satu kebiasaan untuk menyambut tamu di dalam rumahnya, dan kebudayaan orang Israel dari dulu dicirikan dengan orang Israel yang saleh adalah mereka tidak membiarkan Saudara mereka menempuh satu perjalanan lalu membiarkan mereka menginap di penginapan, tetapi untuk menyambut mereka untuk menginap di dalam rumah mereka. Kenapa begitu? Karena di dalam zaman dulu, penginapan itu adalah tempat yang sangat kotor, penuh dengan perzinahan dan kejahatan di situ, sehingga mereka lebih memilih untuk menginap di rumah orang yang percaya, sama-sama umat Allah. Dan Saudara bisa lihat di dalam kehidupan Lot sendiri dan Abraham. Pada waktu Abraham lihat ada tamu yang datang berjalan, dia langsung pergi mengejar orang itu lalu menyambut dia di dalam rumah dan menjamu orang itu di dalam rumah dia. Dan pada waktu Lot melihat ada tamu dua orang yang dia lihat ingin menginap di lapangan dari kampung dia atau kota dia, dia kemudian menyamperi orang itu lalu membawa orang itu tinggal di dalam rumah dia dan bahkan dengan desakan untuk orang itu tinggal di dalam rumah dia. Tujuannya untuk apa? Saya percaya, itu satu sisi bicara mengenai keterbukaan kita, belas kasih kita, perhatian kita dan kepedulian kita, dan kalau kita tarik di dalam aspek pelayanan, maka kita bisa mendukung orang-orang Kristen yang lain yang memiliki hati yang mau melayani untuk men-support mereka di dalam pelayanan, menolong mereka di dalam perjalanan pelayanan mereka. Tetapi di sisi lain saya juga lihat itu bisa menolong kita terhindar dari kemunafikan dalam hidup. Banyak orang Kristen menampilkan diri baik, banyak orang Kristen mau lihat dihormati oleh orang, bukan karena dia terhormat tetapi supaya orang berasumsi bahwa dia adalah orang yang terhormat, orang yang rohaninya baik, dan dia selalu menampilkan diri seperti ini supaya apa? Supaya orang tidak kerok cari tahu masalah di dalam pribadi dia, kelemahan dia, atau pergumulan di dalam kehidupan dia, kesulitan dia di dalam menjalankan iman dia, tapi dia ingin selalu menampilkan diri sebagai orang yang baik dalam kehidupan dia, atau istilah lainnya adalah dia tidak memberi kesempatan orang masuk ke dalam kehidupan dia lebih dalam. Orang Kristen dulu tidak seperti itu. Saya percaya, ketika seseorang itu menampung orang Kristen lain di dalam rumahnya, satu sisi dia menolong orang Kristen yang lain itu di dalam menempuh perjalanan, tetapi di sisi lain dia juga membuka kehidupan diri dia, keluarga dia, kebiasaan dia, karakter dia, sifat-sifat dia untuk dikenali oleh orang. Dan bahkan demi ini, penulis kitab Ibrani itu kemudian berkata, “siapa tahu engkau menjamu malaikat ketika engkau menerima orang-orang itu di dalam rumahmu.” Saya percaya, pengertiannya bukan berarti kita menjamu malaikat seperti itu, walaupun di dalam Perjanjian Lama ada orang yang bahkan menjamu Tuhan dan malaikat seperti Abraham pada waktu mereka menyambut orang-orang itu dan Lot. Tetapi di situ sebenarnya lebih ke arah penulis Ibrani mau memotivasi kita untuk melakukan kebaikan kepada orang Kristen yang lain, membuka kehidupan keluarga kita untuk diterima oleh mereka, untuk menerima orang Kristen yang lain.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hidup Kristen itu adalah suatu kehidupan yang luar-dalam harus sama, bukan suatu kehidupan munafik di luar kelihatannya baik, di rumah berbeda. Di gereja bicara baik, di rumah maki-maki. Di gereja sepertinya orang yang kudus, di rumah mungkin tidak menghargai orang yang ada di dalam keluarga, suami atau istri. Di gereja sepertinya bisa berdoa, di rumah tidak berdoa sama sekali, jarang berdoa. Apalagi? Di gereja kayaknya penuh dengan kasih, di rumah yang ada bukan kasih tapi kayak neraka. Saudara, kita tidak bisa seperti itu. Kekristenan itu adalah luar dan dalam harus sama. Dan bahkan Alkitab berkata seperti ini, tidak ada tempat bagi pezinah, tidak ada tempat bagi pemburit, tidak ada tempat bagi pembohong, tidak ada tempat bagi orang yang hidup di dalam dosa-dosa lain, ada beberapa dosa itu, dan tempat mereka ada di dalam neraka. Maksudnya adalah, ketika Saudara hidup sebagai orang Kristen, Kekristenan itu bukan dilihat dari bagaimana Saudara rajin beribadah, Saudara rajin melayani, Saudara rajin ikut persekutuan-persekutuan yang ada di dalam gereja, Saudara terlibat di dalam hal-hal yang dikerjakan oleh gereja, tetapi yang menjadi masalah penting adalah, Kekristenan itu berbicara mengenai karakter Saudara, hidup Saudara. Saudara mau rajin dalam gereja tapi kalau Saudara hidup sebagai pezinah, Saudara tempatnya tidak ada di dalam Kerajaan Allah. Saudara kalau begitu rajin melayani Tuhan tapi Saudara hidup di dalam satu kehidupan yang terus berbohong dan hidup melakukan dosa dalam hidup Saudara, Saudara nggak ada tempat di dalam Kerajaan Allah, tetapi Saudara tempatnya di dalam neraka. Karena apa? Tuhan menuntut kita hidup sebagai karakter-karakter Kristen dalam hidup ini yang sungguh-sungguh dari dalam menyatakan kita adalah iman Kristen, bukan dari luar saja. Kemarin juga di Pemuda saya bilang, di dalam kehidupan orang Kristen kita bisa membagi menjadi dua bagian dalam ilustrasi, karena Alkitab membagi ilustrasi kehidupan Kristen itu seperti tubuh dan anggota tubuh. Lalu tubuh kita dibagi menjadi berapa bagian? Dua, yaitu pertama tulang, dan anggota tubuh. Tulang itu memberi kehidupan tidak? Tidak. Yang memberi kehidupan adalah organ-organ di dalam tubuh kita. Kekristenan bisa digambarkan seperti ini. Tulang itu berbicara mengenai apa? Saudara sepertinya orang yang mengenal Allah, meninggikan Allah, sepertinya hidup di dalam kekudusan, sepertinya Saudara memberitakan injil, sepertinya Saudara adalah orang yang tunduk di bawah ordo, tetapi Saudara, ketika Saudara mengenal itu semua tanpa Saudara mengerti aspek di dalam yang bersifat kasih, iman, kesabaran, damai sejahtera, sukacita, dan apa lagi buah Roh Kudus? Penguasaan diri, Saudara jadi orang Kristen yang mati. Saudara bisa jelaskan begitu banyak mengenai Kristus, Saudara bisa memberitakan injil kemana-mana tapi Filipi berkata ada orang yang memberitakan injil karena mereka inginkan saya dihukum lebih berat. Saudara bisa hidup sebagai orang yang sepertinya melayani Kristus dan menaati Kristus tapi dalam hati mungkin Saudara lakukan itu supaya Saudara dihormati dan dihargai orang, bukan karena meninggikan Kristus. Atau mungkin supaya Saudara diterima oleh orang Kristen yang lain, bukan karena kasih Saudara kepada Kristus dan kerinduan hati yang sungguh-sungguh ingin meninggikan Tuhan. Saudara harus mengejar pertobatan dalam, bukan pertobatan luar saja. Karena dalam itulah yang menunjukkan Saudara adalah orang Kristen yang sejati atau bukan. Dan iblis seringkali membuat kita hidup di dalam kemunafikan, antara luar dan dalam itu berbeda. Itu yang ketujuh.
Yang kedelapan adalah Saudara hidup secara duniawi. Tadi saya ada singgung sedikit dan ini minggu lalu juga saya ada singgung. Ketika Saudara melihat kehidupan Kristen, masih ingat nggak saya kutip Kejadian 6? Tuhan menilai Saudara itu bukan seperti manusia menilai kita tetapi Tuhan menilai kita berdasarkan apa yang ada di dalam hati kita Kejadian 6:5. Tetapi di dalam Kejadian 6:5 itu, Alkitab yang secara lebih jelas berkata bukan hanya berkata di dalam hati tetapi apa yang Saudara pikirkan, imajinasi Saudara, itu dinilai oleh Tuhan. Imajinasi hati. Jadi pada waktu kita hidup dalam kehidupan Kristen, salah satu dari pada cara iblis untuk menyerang kita adalah dia memberikan konsep nilai atau konsep pikir yang duniawi dalam pikiran kita, yang tidak Kristiani. Jadi Saudara mungkin bisa menampilkan luar orang Kristen yang baik tapi dalam pikiran betul-betul duniawi semua. Prinsip yang Saudara gunakan untuk menjalani hidup betul-betul duniawi, prinsip yang Saudara jalankan untuk dagang dan usaha itu duniawi, ndak ada Kristianinya di dalam situ. Prinsip hidup Saudara, keluarga, bangun keluarga, bekerja, studi, semuanya berprinsip duniawi. Yang Saudara utamakan itu adalah hal-hal duniawi bukan hal-hal rohani dalam hidup Saudara. Kalau Saudara memiliki itu berarti iblis berhasil di dalam mencobai dan membuat Saudara jatuh di dalam dosa. Masih ingat jemaat Pergamus yang saya bilang Wahyu 2? Mereka ditegur oleh Tuhan, akhirnya kita bisa lihat di mana jemaat Pergamus sekarang? Sebabnya karena apa? Mereka mengizinkan dunia masuk ke dalam gereja, mereka menghidupi cara-cara dunia walaupun mereka masih pakai jubah orang Kristen tetapi sebenarnya nggak ada lagi Kekristenan yang tersisa di dalamnya tetapi hanya ritual-ritual mungkin Kekristenan. Padahal esensi hidup Kristen itu bukan di dalam ritual keagamaan yang kita lakukan tetapi dimulai dari perubahan karakter hidup yang dipengaruhi oleh pola pikir kita. Mungkin Saudara masih ingat Roma 12:1 dan 2? Kita buka saja Roma 12:1, 2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Di dalam Roma 12 ini dikatakan ada yang harus kita alami pembaruan. Apakah itu hanya perbuatan? Nggak kan? “Kamu harus persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati.” Harus enggak? Harus. Tapi stop di situ tidak? Alkitab bilang tidak. Alkitab kemudian lanjutkan atau Paulus lanjutkan ke dalam ayat 2 bagaimana kita bisa mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, dan kudus, sejati dalam ibadah kita? Yaitu dimulai dengan pembaruan budimu atau akal budimu. Ketika engkau mengalami suatu pembaruan di dalam cara engkau berpikir, maka engkau akan bisa membedakan mana yang merupakan kehendak Allah dan mana yang bukan merupakan kehendak Allah, mana yang sempurna, mana yang tidak sempurna, dari situ baru engkau bisa mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup. Kalau kau berpola pikir dunia, mungkin nggak engkau mempersembahkan hidupmu sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan? Jawabannya tidak mungkin. Itu harus dimulai dari cara pikir Kristen, nilai-nilai Kristen, apa yang dianggap penting oleh Tuhan, kita betul-betul anggap itu penting dalam kehidupan kita. Dari situ itu akan mempengaruhi bagaimana kita berbicara, bagaimana kita mengambil keputusan, apa yang kita lakukan, apa yang kita utamakan dalam kehidupan kita. Mulai dari pola pikir kita yang mengutamakan Tuhan penting, Kristus penting, kebenaran rohani itu penting dalam hidup kita baru kita bisa lakukan itu. Kalau ndak, saya ndak yakin kita bisa lakukan itu. Jadi mulai dari situ.
Tapi masalahnya adalah saya pikir ini juga jadi masalah besar ya, banyak orang Kristen ndak mengerti apa makna “mempersembahkan hidup sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan.” Ini berkaitan dengan mengenakan ikat pinggang kebenaran nanti. Tapi saya kasih tahu dulu, banyak orang Kristen dalam hidup mereka berpikir mati syahid, mati martir itu adalah hal yang hebat, hal yang rohani, hal yang diinginkan mungkin. Tapi Saudara, saya mau ngomong walaupun itu hebat tetapi jauh lebih hebat dan menantang kalau Saudara bisa mempersembahkan hidupmu kepada Tuhan seumur hidupmu. Karena itu tidak gampang, itu butuh komitmen, itu butuh kesetiaan dan ketekunan, itu butuh bayar harga yang banyak. Tetapi kenapa Tuhan biarkan kita hidup dalam dunia berpuluh-puluh tahun ndak langsung angkat kita ke surga waktu kita mati, percaya kepada Kristus? Sebabnya supaya kita menyatakan kehidupan kita yang dipersembahkan bagi Tuhan seumur hidup kita, itu tujuannya. Dan Alkitab bilang iblis menyerang kita dengan cara membuat kita berpola pikir duniawi karena dia tahu begitu kita berpikir duniawi, kita pasti lakukan hal dunia. Saudara masih ingat saya pernah bicara tentang Daniel? Daniel adalah orang yang diculik dari bangsanya sendiri lalu dibawa ke Babel, lalu dia dididik di situ. Pertama bagaimana caranya? Ganti namanya. Kedua, menerima pendidikan segala ilmu pengetahuan di Babel. Ketiga, beri makanan dari meja raja. Pertama, dia terima nggak namanya diganti? Atau dia ngomong, “Nggak, nama saya Daniel. Pokoknya panggil saya Daniel, ndak boleh panggil yang lain.” Nggak kan? Dia terima. Kedua, pendidikan dia terima nggak? Terima. Ketiga, makan dia terima nggak? Kenapa dia nggak terima makan? Saya pikir bukan karena aspek dipersembahkan sebagai darah walaupun ada penafsiran seperti itu. Tetapi makan makanan yang semeja dengan raja itu berbicara mengenai gaya hidup. Nama Saudara diubah, gampang, identitas Saudara nggak berubah. Pendidikan Saudara terima, pendidikan enggak bisa mengubah identitas seseorang kok, yang diimani seseorang. Bahkan sampai ada kalimat, “Pengetahuan itu adalah gudang iman.” Orang ateis belajar habis setinggi apapun jadi ateis. Orang percaya Kristen belajar setinggi apapun tetap Kristen yang saleh dan nggak menjadi ateis. Orang non-Kristen belajar sesuatu akan jadi orang non-Kristen yang fanatik sekali. Pengetahuan itu adalah gudang iman. Jadi pada waktu Daniel diberikan pendidikan di Babel, dia bisa seleksi lho mana yang diterima mana yang bukan. Dia adalah orang yang pinter sekali dan penuh dengan hikmat Tuhan. Tetapi begitu berbicara mengenai makanan, itu berbicara mengenai pola hidup dan gaya hidup seseorang. Dan kalau dia terima itu berarti penyucian otak yang dilakukan oleh Babel itu berhasil terhadap diri Daniel. Dia tolak, itu menunjukkan bahwa dia tetap punya integritas sebagai umat Allah, dia tetap menjaga ada aspek dalam kehidupan dia yang tidak boleh sama seperti dunia, dan dia ada perbedaan di dalam hidup dia itu yang dia tetap pertahankan, yang lain enggak apa-apa tetapi dalam aspek gaya hidup dia enggak boleh berubah. Dan gaya hidup dimulai dari mana? Bukan cuma perilaku, tapi saya yakin dari pola pikir. Jadi Saudara, kalau setan berhasil mengubah pola pikirmu yang berdampak kepada kehidupanmu yang seperti orang dunia, cara nilaimu, siapa orang yang dihargai dan terhormat adalah orang yang kaya misalnya. Saya pernah bertemu dengan satu orang dia ngomong, “Pak di sini ya tahu ndak Pak, orang yang salah sekalipun kalau dia berhasil dalam hidup dia jadi orang kaya, kesalahannya seperti dihapus, dia jadi orang benar.” Kalau Saudara punya konsep itu Saudara betul-betul duniawi sekali. Kita punya kehormatan, kredibilitas, penghargaan itu bukan dari kekayaan kita, bukan apa yang dianggap orang penting dan dikejar oleh orang dunia dalam kehidupan mereka, tetapi apa yang Kristus ajarkan, firman Tuhan ajarkan itu integritas hidupmu, apa yang Kristus pentingkan itu yang harus kita pentingkan dalam hidup kita. Setan ingin kita terjebak masuk ke dalam pemikiran dunia, yang terakhir ketidaktaatan.
Saudara kuncinya adalah dari semua tadi yang saya bicara adalah tidak taat kepada Tuhan, tidak menjaga moral, tidak menjaga kekudusan, itu sama dengan melawan hukum Tuhan, itu sama dengan melawan Tuhan. Jangan berpikir pada waktu kita tidak menaati Tuhan itu sama dengan kita hanya tidak menaati seperti kita tidak mentaati peraturan orang tua kita. Saudara, pada waktu Tuhan memberi perintah, Saudara melawan perintah itu dengan ketidaktaatan, tahu tidak Saudara melawan pribadi Tuhan secara personal, bukan melawan peraturan yang tidak ada sangkutpautnya dengan pribadi Tuhan? Makanya Adam dan Hawa mati, makanya kebohongan itu ujungnya adalah maut, makanya dosa suatu keinginan dalam hati kalau Saudara pelihara itu ujungnya maut, karena apa? itu mencirikan Tuhan kita. Kenapa Tuhan ngomong tidak ada Allah lain dalam dunia ini, hanya Aku adalah Allah? Karena Dia memang satu-satunya Allah, kenapa Tuhan tidak boleh kita menyembah dalam bentuk patung, karena dia adalah Roh, karena Dia harus membuat kita menjaga jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan, karena dia adalah Allah yang kudus. Kenapa harus ingat dan kuduskan hari Sabat? Karena Dia memang mau diutamakan satu hari itu, ditinggikan dan disembah. Saudara, Allah ketika berbicara mengenai hukum dan bahkan menghormati orang tua, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan bersaksi dusta, itu bicara mengenai karakter Tuhan, ketika Saudara melawan itu, Saudara melawan pribadi Tuhan. Dan ketika Saudara melawan itu, Saudara pikir baik-baik, setan sudah berhasil menghasut Saudara untuk melawan Tuhan. Jadi ini adalah cara setan di dalam berkerja menyerang gereja. Kalau Saudara berpikir perlawanan terhadap setan, karena setan adalah mahkluk supranatural, roh yang tidak kelihatan dengan semua kuasa gaibnya maka kita harus melawan kuasa gaib juga melawan setan, saya pikir justru kita terhasut untuk mengabaikan cara kerja setan untuk menghancurkan gereja yang lebih halus, tetapi pasti, yang kita tidak peka untuk melihatnya karena kita terfokus pada hal-hal lain itu yang sebenarnya tidak penting.
Nah sekarang, begitu banyak cara setan didalam menghasut kita, atau menghancurkan kehidupan kita, dan akan mungkin bukan cuma 9 ini, dan lebih bisa dikombinasikan dengan satu yang lain, bagaimana cara kita hadapi dia? Mungkin engggak kita menang? Tuhan kasih tahu kita, kita pasti bisa menang, pertama adalah lari ke Tuhan dalam doa, kedua adalah kenakan senjata, perlengkapan senjata Allah. Kita baca ya ayat 11, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis.” Lalu perlengkapan senjata Allah apa yang harus kita kenakan? Yang pertama adalah ayat 14, “Jadi berdirilah tegap dan berikat pinggangkan kebenaran,” itu yang pertama. Yang kedua adalah berbajuzirahkan keadilan. Saudara, di dalam Paulus menggambarkan mengenai senjata, perlengkapan senjata kehidupan Kristen, dia menggunakan gambaran dari pada baju zirah orang Romawi. Saudara bisa lihat di situ ada helm, ada bagian bahu, plate tembaga di sini, ada bagian pelindung tubuh, ada belati, ada perisai, ada pedang, ada sandal, ada tunik,itu yang merah, itu pakaian dalamnya, ada tombak. Satu lagi, ikat pinggang. Ikat pinggangnya itu di sini ya, yang kuning itu. Nah pada waktu Paulus berbicara mengenai kita harus berdiri tegak berikat pinggangkan kebenaran maksudnya apa? Di dalam berikatkan kebenaran ini ada orang yang bisa menafsirkan, “Oh itu bicara mengenai firman, kebenaran, jadi pada waktu kita melawan serangan iblis apa yang harus kita gunakan? Kita menggunakan firman untuk menyerang iblis kembali atau melawan iblis,” betul tidak? Ada benarnya, karena Alkitab mengajarkan Yesus melawan pencobaan iblis dengan firman Tuhan. Tetapi di dalam bagian ini kalo kita melihat jubah orang Romawi dan kita lihat di dalam bagian yang Paulus jelaskan di sini maka firman Tuhan itu disimbolkan dengan pedang, pedang Roh. “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.” Jadi pada waktu berbicara mengenai kebenaran, kebenaran itu bicara mengenai firman bukan? Tentunya ada kebenaran firman di dalamya, karena kebenaran tanpa firman itu kemungkinan bukan kebenaran. Tetapi karena Paulus menggambarkan firman Allah itu dalam simbol khusus yang lain yaitu pedang, yang dikenakan oleh prajurit itu sebagai firman Allah, maka kelihatannya ikat pinggang kebenaran itu bukan firman, tetapi mengenai sikap hidup, komitmen hidup yang didasarkan kepada kebenaran firman.
Di dalam Perjanjian Lama kenapa kita berbicara seperti itu, karena kalau Saudara perhatikan di dalam Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru, itu ada kalimat seperti ini, pada waktu Israel akan di bawa keluar dari Mesir, pada malam Paskah itu Tuhan berkata, “Ini adalah tulah terakhir yang Aku akan berikan kepada bangsa Mesir, yaitu semua anak sulung dari orang Mesir, dari raja Firaun sampai kepada binatang akan pada mati semua,” dan pada waktu itu orang Israel diminta untuk menyembelih seekor domba lalu kemudian akan mengambil darahnya, lalu mengoleskan darahnya diambang pintu rumah mereka masing-masing. Dan ketika Malaikat Tuhan melewati pintu yang ada darahnya Dia tidak akan masuk dan mencabut nyawa anak sulung tetapi Dia akan melewati, maka namanya pass over, Tuhan melewati rumah orang-orang Israel. Dan seluruh orang-orang Mesir, dari Firaun sampai kepada binatang mereka itu ada kematian karena mereka ada tidak taat, tetapi ada orang Mesir yang taat juga kelihataannya dengan mereka pergi bersama-sama dengan orang Israel keluar. Nah pada waktu itu Tuhan itu melalui Musa berkata seperti ini, “Engkau pada waktu malam itu, engkau tidak boleh keluar dari rumah,” engkau harus apa? Makan domba Paskah itu dengan sayur pahit dan mengenakan sandal, dan mengikat pinggang, masih ingat artinya apa? Siap sedia. Mengikat pinggang itu berarti selalu siap sedia. Dan itu seperti pakaian perang orang Romawi, pakaian perang Romawi yang bagian merah itu, kalau kita kan ada kancingnya, bagus kayak ini ya pas di dalam tubuh, kalau orang dulu mungkin tidak seperti itu, kain. Atau bayangin gini aja, kalau Saudara kehujanan cara paling praktis untuk buat jas hujan bagimana? Kalau enggak ada jas hujan, cari plastik kan yang besar, bolongi atasnya, kiri-kanannya bolongi, Saudara pakai kayak gitu, itu jadi jas hujan. Ya kira-kira kayak gitu lah baju perang orang Romawi ya, jadi kain ada lengan, lalu bawahnya itu terusan kayak gitu, kaya rok. Nah kalau Saudara kayak begini Saudara pergi berperang, bisa enggak? Pasti enggak bisa. Kalau lawannya berperang lihat dia gombor-gombor kayak gitu. Caranya adalah langsung ambil saja bagian bawahnya, kalau diangkat ke atas menutupi mukanya, dia enggak bisa lawan lagi. Itu kalau saudara nonton Jet Li , sering kali kayak gitu. Jadi Saudara, kalau dia tidak pergi berperang dengan cara seperti itu, saya yakin mereka mati kok, pasti banyak kekalahan dalam hidup mereka. Jadi caranya bagaimana? Salah satu cara siap sedianya adalah berikat pingggang dengan suatu ikat pinggang dari kulit. Kalau kita ikat pinggang kayak sesuatu yang mewah, sesuatu model, tetapi mungkin kalau di zaman Romawi enggak seperti itu. Dan Saudara kalau beladiri misalnya karate dan lain-lain, mereka harus ada ikat pinggangnya karena baju mereka lobok, bahasa Indonesianya adalah longgar. Dan Saudara kalau sampai bajunya longgar, Saudara enggak mungkin bisa mempertahankan diri, Saudara Cuma sibuk di dalam baju.
Jadi pada waktu seorang tentara Romawi berikat pinggangkan kebenaran Tuhan berkata orang Kristen berikat pinggangkan kebenaran itu berarti kita harus menjadikan kehidupan kita senantiasa commit dengan suatu kebenaran, atau kita memiliki suatu integritas hidup sebagai orang Kristen dan commit-kan diri kita untuk menghidupi kehidupan yang berintegritas sebagai orang Kristen berdasarkan kebenaran Tuhan. Misalnya saya tidak mau melakukan dosa, saya tidak mau melawan firman Tuhan, saya harus menjaga kekudusan pernikahan saya, saya harus menjaga kekudusan hidup saya. Kalau ada cobaan, misalnya di dalam keluarga, saya tetap harus pertahankan apapun akibatnya saya tidak boleh cerai, misalnya seperti itu. Atau di dalam ujian mahasiswa berkata, “Pokoknya saya tidak boleh mencontek,” karena apa? “Itu menyatakan identitas saya sebagai orang Kristen yang jujur yang benar yang bertanggung jawab.” Apalagi di dalam dagang misalnya, Oke orang bilang keuntungan kecil padahal besar tapi saya bisa ngomong mungkin saya perlu hidup atau cari cara lain yang tidak menipu customer tetapi customer bisa mengerti dan Saudara mungkin menjual sesuatu yang produk yang bukan KW2, KW3 dengan KW1 punya harga tetapi Saudara bisa bertanggung jawab sesuai dengan barang harga dan barang itu sesuai dengan produknya. Saudara bagaimana berelasi dengan karyawan atau Saudara sebagai karyawan berelasi dengan bos Saudara, itu saudara commit untuk hidup seperti itu. Jadi siap sedia senantiasa, tidak izinkan diri senantiasa kita sadar bahwa kita ada di dalam peperangan dan kita tidak ingin musuh bisa melawan kita atau mengalahkan kita dengan cara apapun kita tetap bertahan untuk mempertahankan integritas hidup kita sebagai orang Kristen. Itu namanya mengenakan sabuk kebenaran.
Saudara, saya percaya kalimat ini berkata ketika Dia bilang, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,” maka intinya adalah kita tidak usah pusingi strategi musuh kita, tetapi yang Saudara perlu pentingkan adalah apakah Saudara siap untuk menghadapi musuh. Engkau enggak usah tahu bagaimana musuh akan menyerang dirimu tetapi yang penting adalah Saudara persiapkan diri baik-baik untuk menghadapi musuh itu. Mungkin bisa ambil contoh begini ya, karena ini bicara tentang peperangan dan bela diri, saya ambil contoh misalnya baru-baru ini ada film silat yang terkenal, Ip Man. Ip Man kan melawan musuhnya dari Jepang, kemudian pernah melawan orang boxing Amerika, lalu bahkan sampai akhirnya terakhir dia pergi ke Amerika bawa anaknya studi disana. Dan setiap kali dia menghadapi tantangan dari orang-orang itu dia pikir enggak kira-kira musuh saya gimana ya menyerangnya seperti apa ya? Waktu dia menerima tantangan untuk mempertahankan nama baik dari bangsanya. Kita lihat film nya tidak terlalu pikirkan itu kan? Yang penting dia latihan baik-baik silat, persiapkan diri dengan sebaik mungkin. Soal lawan akan melawan seperti apa itu nanti urusannya di lapangan. Tetapi ketika dia mempersiapkan diri dia dengan sebaik mungkin cara menangkis, cara menyerang dan kekuatan dia, ketepatan di dalam pukulan dan segala macam, itu akan membuat dia bisa melawan musuh, siap untuk menghadapi musuh. Peperangan kita juga seperti itu. Saudara ketika melawan setan Saudara kalau mau mikirin strategi setan? Saudara saya yakin pertama enggak kepikir sama sekali, enggak kebayang karena dia terlampau licik, dan mungkin Saudara stres sendiri. Itu bukan tanggung jawab kita untuk melawan strategi, tetapi tanggung jawab kita adalah mempersiapkan diri ketika serangan itu tiba kita tahu dan kita tahu bagaimana mempertahankan diri. Urusan strategi bukan urusan kita. Urusan siapa? Urusan Tuhan. Makanya saya bilang ketika prajurit itu melihat musuh datang yang dia lakukan adalah lapor pada pimpinan untuk membawa pasukan pergi menyerang. Yang dilakukan pemimpin apa? Dia memikirkan kekuatan musuh, dia memikirkan cara penyerangan musuh, dia pikirkan bagaimana mengatasi itu dan bagaimana hasilnya. Yang kita kerjakan sebagai prajurit hanya pergi berperang dan menaati perintah tuan kita, itu caranya. Dan Alkitab bilang kita bukan Tuhan, kita prajurit Tuhan. Dan Tuhan juga memberikan kepada kita cara-cara untuk bisa mengatasi musuh yaitu mengandalkan Dia dan mengerjakan bagian kita, yaitu hidup di dalam komitmen terhadap kebenaran. Itu yang pertama.
Mungkin Saudara masih ingat Ayub. Saya suka mengkutip Ayub ya. Ayub adalah orang yang tahu enggak sampai hari ini bahwa kitabnya akan dibaca oleh semua orang Kristen? Ayub tahu enggak bahwa sampai hari ini kitabnya menjadi suatu kekuatan bagi kehidupan orang Kristen dalam menghadapi kesulitan, tidak tahu kan? Bahkan saya percaya Ayub juga enggak tahu pertama kali ketika dia menghadapi pencobaan itu bahwa ada rencana Allah di balik itu. Tetapi ketika dia menulis itu dia diberi tahu kemudian ini rencana Tuhan makanya dia tulis pasal satu dan pasal dua bahwa dia tidak bersalah, Tuhan melihat dia benar, ada rencana Tuhan dibalik itu. Tetapi dia tahu enggak rencana itu apa? Dia enggak tau, yang dia tahu adalah melalui proses itu sekarang dia mengenal Allah lebih baik lagi. Kalau dulu dia mengenal Allah melalui perkataan orang tapi sekarang dia mengenal Allah secara pribadi melalui relasi dia dengan Allah. Urusan nanti melalui hidup dia akan menjadi berkat seperti apa itu urusan Tuhan kan. Saudara paham ini? Saudara dimana pun Saudara berada, hidupi komitmenmu terhadap kebenaran firman. Saudara tidak perlu pikir terlalu jauh, jalani tanggung jawabmu sebagai orang Kristen, hidup di dalam kekudusan, hidup di dalam kebenaran, pertahankan, yakinkan diri dan pastikan kepada diri bahwa engkau harus apapun, berapapun harga yang engkau harus bayar, firman Tuhan harus terjadi di dalam hidupmu dan kehendak Tuhan harus tergenapi dalam hidupmu. Walaupun itu berarti Saudara harus menyangkal diri dan terluka-luka demi menyangkal diri, itu tersakiti, tetapi yang pasti adalah bagaimana firman Tuhan tergenapi dalam hidupmu. Urusan yang lain serahin ke dalam tangan Tuhan, biar Dia yang menangani itu semua. Itu cara hidup kita. Cara kita bisa menang melawan cobaan iblis dalam hidup kita. Saya harap saudara pegang ini baik-baik.
Sebenarnya kita perlu tahu enggak sih masa depan kita, outcome dari pada pergumulan kita itu apa? Ada yang mau harus tahu enggak? Kita dibiasakan hidup untuk tahu dulu baru jalan, tahu dulu baru jalan, gitu ya? Kalau Saudara disuruh mengerjakan sesuatu kadang kala Saudara harus tahu dulu alasannya apa baru jalan, gitu ya? Tapi coba Saudara perhatiin Alkitab, Tuhan pimpin Israel tanya, “Kenapa Tuhan gini? Kenapa Tuhan gini?” dikasih jawaban enggak? Enggak kan, ikut saja. Ikut dulu, kamu mengerti, ikut dulu, kamu mengerti. Di dalam kita mengikut Tuhan saya pikir satu sisi boleh lah tanya, “Kenapa ya Tuhan tetapkan begitu di dalam hidup saya?” tetapi jangan kehilangan iman. Cuma persoalannya adalah ya sebagai manusia yang berpikiran kita tidak akan terhindar dari pemikiran seperti itu. Tetapi saya pikir yang lebih penting adalah Tuhan mau apa dari saya? Karakter apa yang Tuhan ingin bentuk dari hidup saya? Saya harus merespon bagaimana terhadap situasi yang saya alami dalam hidup saya ini? Soal nantinya apakah saya akan kapan saya keluar dari pergumulan itu atau nanti saya punya hidup akan baik-baik mati atau menderita, saya pikir itu ndak perlu terlalu dirisaukan. Atau celaka atau tidak, itu bukan hal yang terlalu penting untuk dirisaukan. Karena kayak Habakuk tadi bilang. Dia bilang apa? “Allah itu adalah Allah yang kekal,” maksudnya adalah Dia punya rencana jauh lebih besar daripada rencana manusia dan bahkan iblis, Dia adalah Allah yang berdaulat, Dia adalah Allah yang tidak pernah melakukan dosa, Dia adalah kudus dan selalu dalam kebenaran, dan Dia adalah Allah yang setia pada janji-Nya. Saudara kalau mengenal Tuhan yang seperti ini saya yakin Saudara ketika mengalami suatu pergumulan dalam hidup, Saudara tahu Saudara ada di dalam tangan Tuhan yang pasti memimpin untuk kebaikan. Hari depan Saudara baik walaupun saudara mati. Amin? Walaupun Saudara mati baik kan? Matinya di dalam Kristus dong, kalau di luar Kristus ya enggak baik. Mati dalam Kristus baik. Kenapa? Karena memang finalitas hidup kita bukan disini kok, di surga. Bukan di surga juga, di langit dan bumi yang baru. Itu finalitas hidup kita. Tuhan bawa, tebus kita untuk hidup di dalam langit dan bumi yang baru untuk menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah. Jadi kalau dalam rencana Tuhan Saudara harus mati dalam dunia ini demi kebenaran injil, saya percaya itu juga baik. Dan yang ditakuti itu apa sih? Caranya mati. Tetap belajarlah untuk percaya kepada Tuhan, jalankan tanggung jawab Saudara dan bagian Saudara dengan baik. Pertama, komitmen hidup di dalam Kekristenan dan kebenaran, untuk tidak membiarkan ada pemikiran-pemikiran lain atau nilai, konsep lain dari dunia yang masuk dalam kehidupan Saudara yang mempengaruhi pendirian Saudara. Saudara pertahankan hidup baik-baik di dalam kebenaran, itu cara pertama. Sisanya serahkan ke dalam tangan Tuhan biar Tuhan pimpin hidup ke arah mana kita harus jalan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.
Kami bersyukur Bapa untuk pagi ini, untuk firman Tuhan yang boleh kami renungan. Kami mohon kiranya Engkau boleh tolong kami sebagai anak Tuhan di dalam kehidupan kami bersama dengan Tuhan. Beri kami pengenalan akan Tuhan yang makin limpah. Beri kami iman yang makin teguh di dalam kepercayaan kami kepada Engkau. KebaikanMu, janjiMu, dan kuasaMu di dalam kehidupan kami, dan bijaksanaMu di dalam kehidupan kami. Sehingga ketika kami menjalani hidup kami boleh tetap mempertahankan integritas kami sebagai orang Kristen dan selalu siap sedia dalam menghadapi segala macam bentuk pencobaan dalam hidup kami dengan cara menghidupi kebenaran Tuhan dan memiliki komitmen terhadap kebenaran itu dalam hidup kami. Tolong berkati dan pimpin gerejaMu ini Tuhan dan setiap anak-anakMu yang berbakti di tempat ini. Dalam nama Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]