Doa Bapa Kami (7), 17 Maret 2024

Doa Bapa kami (7)

Vik. Nathanael Marvin

 

Pada hari ini kita akan merenungkan tentang kalimat, “Di bumi seperti di surga.” Jadilah kehendak Tuhan di bumi seperti di surga. Di bumi seperti di surga sebenarnya adalah menunjukkan dua realitas kehidupan yang berbeda dan saling bertentangan. Ada dua dunia yang saling bertolak belakang tetapi terjadi bersama-sama dan tidak saling menghancurkan satu dengan yang lainnya. Kalau kita lihat dua dunia ini, Saudara sekalian, yang satu dunia atahu realitas yang fana atahu sementara yaitu bumi, ya, ini adalah sesuatu yang sementara yang bisa hilang yang bisa berubah tetapi juga ada realitas kehidupan yang kekal yang melampaui ruang dan waktu. Ada realitas atahu kehidupan atahu dunia yang natural yang di bumi ini, ada hukum alamnya yang tidak bisa kita lawan, tetapi juga ada realitas atahu kehidupan yang supranatural yang justru di atas hukum alam. Ada yang di mana kalau barang dilempar dari bawah ke atas akan jatuh, tetapi Tuhan Yesus bisa naik ke surga. Ya, melawan hukum gravitasi. Ketika ada benda di atas air itu kita bisa taruh benda tersebut kemudian lebih berat daripada air, maka akan tenggelam, tetapi ada juga ketika Yesus di malam hari berjalan di atas air. Ada dunia natural alamiah, ada juga supranatural di atas alamiah. Ada juga dunia yang jasmani kelihatan secara fisik tetapi juga ada dunia roh yang tidak kita bisa lihat secara kasat mata. Ada juga dunia materi yang betul-betul kita bisa lihat bendanya dengan mata tetapi juga ada hal yang non-materi yang tidak bisa kita lihat. Ada dua dunia ini berjalan bersama-sama. Dunia yang pertama adalah dunia yang mayoritas kelihatan kasat mata dalam hidup kita yaitu tubuh kita. Tubuh makhluk hidup hewan, tumbuhan, kita bisa lihat, alam ciptaan Tuhan, benda-benda buatan manusia kita bisa melihatnya. Hukum alam pun meskipun kita tidak bisa melihatnya, tetapi kita percaya hukum alam, misalkan hukum gravitasi dan lain-lain ya. Oleh karena itu hal tersebut kelihatan lebih nyata dan mudah kita percayai karena kita alami, karena kita lihat dengan panca indera kita, dan mudah menjadi berhala kita. Ini adalah hal-hal yang terlihat dengan kasat mata. Kita lebih mudah memberhalakan atahu memprioritaskan sesuatu itu yang terlihat bukan yang tidak terlihat. Inilah realitas fenomena yang terlihat.

Lalu dunia yang kedua adalah dunia yang mayoritas tidak kelihatan dengan yang kasat mata tetapi betul-betul ada. Seperti Tuhan, tidak bisa kita lihat tapi ada. Seperti udara juga, udara tidak bisa kita lihat tetapi ada. Roh manusia ya, kita juga bisa merasakan roh itu ada. Ya ketika seseorang berduka, bersuka, kita bisa rasakan emosi tersebut. Ya, ada pikiran dari orang tersebut kita bisa sampaikan. Lalu kita juga bisa rasakan ada kekekalan, di mana kita itu bisa melihat ada hal yang kekal tetap ada selama-lamanya. Ada mujizat, ada ima, pengharapan, kasih, pikiran, emosi dan kehendak, itu semua tidak terlihat tetapi juga betul-betul terjadi. Dan seringkali orang tidak mudah percaya terhadap hal yang tidak kelihatan ini.

Nah dua dunia ini bukan saja jalan bersama-sama tetapi juga ada kaitan satu dengan yang lainnya. Kalau kita lihat slide Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kalau kita lihat slide ini, coba boleh ditampilkan, yang satu adalah dunia bumi, yang kedua adalah dunia kekekalan atahu dunia yang berbeda naturnya dengan bumi. Ya surga dan neraka. Dua-duanya diciptakan oleh Tuhan. Baik bumi, baik surga, maupun neraka itu diciptakan oleh Tuhan. Dan keduanya ada pembatas yang jelas di mana tidak bisa gabung. Nanti kedatangan Yesus kedua kalinya barulah dua dunia ini bergabung. Dunia di bumi ada tubuhnya, nanti surga itu turun menjadi bumi yang baru. Ya kalau masalah neraka kita tidak membahasnya, Alkitab pun tidak terlalu membahas. Tetapi dunia yang pertama ini bisa berhubungan dengan dunia yang kedua, baik surga maupun neraka. Memang tidak bergabung bersama-sama melainkan kita bisa lihat bahwa, kita bisa berdoa bahwa “datanglah kerajaan Tuhan.” Maksudnya apa datanglah kerajaan Tuhan? Di bumi seperti di surga. Realitas surga itu ada. Jadilah kehendak Tuhan di bumi seperti di surga. Kita tarik yang di surga menuju ke bumi. Itu berarti apa yang ada di surga dapat terjadi di bumi. Ada irisan yang sedikit antara surga dan bumi. Yaitu apa? Kerajaan Allah. Demikian juga firman Tuhan mengatakan apa? Jauhi dosa, jauhi kejahatan, upah dosa adalah maut. Orang yang berdosa akan dihukum. Karena apa? Allah itu kudus dan adil. Dia adalah Allah yang pencemburu. Dia hakim di atas segala hakim, Allah yang murka. Bila kita di bumi ini tidak melakukan kehendak Tuhan, maka bumi ini akan merasakan cicipan neraka. Ada irisan neraka yang terjadi di bumi. Kalau kita lakukan dosa, kalau kita dihukum oleh Tuhan, kalau Tuhan murka kepada kita, itu adalah cicipan neraka. Sedangkan di dalam surga, cicipan sukacita dan kasih Tuhan yang begitu besar. Maka kita bisa melihat bahwa apa yang ada di neraka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bisa terjadi di bumi, secara irisan. Bukan sepenuhnya. Nah inilah kerajaan setan. Yang satu kerajaan Tuhan di surga, yang satu kerajaan setan, kerajaan dosa, di situ adalah ada penghukuman, ada dosa, ada keadilan Tuhan, ada murka Tuhan dan itu kita bisa rasakan itu di bumi ketika kita megikut setan.

Nah ini adalah hal yang kita rasa “Oh kayaknya nggak mungkin.” tapi itu hal yang betul-betul terjadi. Alkitab mengatakannya. Kalau kita melihat kalimat “di bumi seperti di surga”, berarti kita bisa percaya juga bahwa di bumi itu bisa seperti di neraka. Kalau kita bisa mengatakan kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di surga, kita juga bisa melihat bahwa kalau kehendak Tuhan tidak terjadi di bumi berarti bumi ini seperti neraka. Meskipun kita tahu bahwa di dalam definisi kehendak Tuhan, kehendak Tuhan yang bersifat penetapan semua itu terjadi di dalam kedaualatan-Nya. Tetapi ada hal-hal kehendak Tuhan yang bersifat aturan, hukum. Kalau kamu tidak lakukan perintah Tuhan, kamu membunuh, kamu berzinah, kamu mencuri, murka Tuhan ada di atas kita yang berdosa. Keadilan Tuhan ada di atas kita. Itu neraka. Itu neraka, kita bisa merasakan neraka. Dosa itu rasa neraka ya. Di mana ketiadaan kasih Tuhan, ketiadaan kebaikan, seperti itu ya. Adanya adalah hukuman adanya adalah maut. Kita bisa lihat ini adalah hal-hal yang kita bisa pahami secara manusia berdasarkan Alkitab.

Nah Bapak Ibu Sekalian ada satu ayat yang biasa di telinga kita, tetapi kalau kita pahami dalam perspektif dua dunia ini kita bisa kaget juga. Yohanes 3:16 mengatakan, ini bicara mengenai tiga dunia. Pemisahannya dua dunia tetapi berbicara soal dua, tiga tempat kurang lebih ya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa.” – tidak masuk neraka nanti – “melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ayat ini bicara soal dua jenis dunia. Dunia yang bumi ini dan dunia yang surga dan neraka. Dunia sudah Tuhan kasihi tetapi kalau orang tersebut tidak percaya kepada Kristus maka akan binasa atahu upah dosa adalah maut ya, kematian kekal atahu kematian yang kedua. Melainkan kalau percaya kepada Yesus Kristus, dia memperoleh hidup yang kekal, dalam hal apa? Dalam kasih karunia Tuhan, yaitu keselamatan dalam Kristus maupun kehidupan yang kekal.

Nah firman Tuhan bukan saja berkuasa di surga dan neraka, melainkan firman Tuhan juga berkuasa di bumi ini ya. Kasih Tuhan atas dunia ini begitu besar, kasih Tuhan akan umat pilihannya itu betul-betul besar. Sehingga orang yang seharusnya masuk neraka bisa berubah menjadi masuk ke surga. Kasih Tuhan begitu besar atas orang-orang yang mau percaya kepada Yesus Kristus. Sehingga setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan memperoleh hidup yang kekal.

Jadi Bapak, Ibu sekalian, dampak dari iman kita di bumi, iman yang menyelamatkan dalam Kristus adalah bicara soal dua sifat yang paradoks yaitu already but not yet. Sudah selamat, sudah memperoleh hidup yang kekal, tetapi belum sepenuhnya. Already. Kita yang percaya pada Kristus sudah mendapatkan hidup yang kekal. Sudah. Sudah dikasih kok sama Tuhan. Buktinya mana? Buktinya adalah kita mengenal Tuhan, kita taat pada firman-Nya, itu bicara soal surga. Hidup kekal ini bicara soal sekarang, kita sudah dapat hidup kekal. Berupa apa cicipannya? Cicipan hidup kekal kita bisa merasakan salib Kristus begitu besar dalam hidup kita, kita bisa memperoleh jaminan keselamatan hidup kekal dan kita bisa menjadi pengikut Kristus di bumi itu, itu adalah hidup kekal. Alkitab mengatakan hidup kekal itu apa? Yaitu mengenal Allah yang sejati dan mengenal Yesus Kristus yang sudah Bapa utus. Tapi juga not yet, hidup kekal itu dalam arti apa? Kesempurnaannya akan datang saat second coming, kedatangan Yesus kedua kalinya. Surga itu turun ke bumi dan bersatu menjadi sebuah bumi yang baru. Kita menggunakan tubuh kebangkitan, kita bisa melihat Yesus Kristus mata dengan mata, muka dengan muka, kita akan mengalami kondisi dan tempat yang tidak ada dosa. Itu adalah surga. Surga turun ke bumi dan kita harus ingat bahwa kita sebagai orang kristen sedang menunggu hari itu. Kita sedang dalam penantian hari yang kita harapkan karena kita sudah percaya Yesus. Kita akan mendapatkan hidup kekal itu sampai kepada kesempurnaannya di kedatangan Yesus di kedua kalinya.

Nah Bapak, Ibu sekalian, ketika kita merenungkan kata “di bumi”, di bumi ini adalah hal yang sangat mudah untuk kita mengerti ya. Waktu kita katakan di bumi itu berarti menunjuk ke lokasi tempat ya. Ya kalau kita ada ya orang ditanya, “Rumah kamu di mana?” terus jawabannya, “Di bumi.” Ya itu betul ya, tetapi itu menjengkelkan. Memang betul tetapi maksudnya adalah di daerah mana di bumi ini. Kita semua tahu bahwa kita semua hidup di bumi ya. Tetapi maksudnya tinggalnya di mana kurang lebih supaya tahu daerahnya. Nah di bumi berarti apa Bapak, Ibu sekalian, ini adalah hal yang betul-betul jelas lokasi tempat bukan di planet lain, bukan di bintang, bukan di galaxy yang lain. Ini betul-betul di bumi. Dan kondisi bumi ini ada hukumnya sendiri, ada aturannya sendiri yang Tuhan ciptakan dan berikan.

Nah, kalau kita mempelajari astronomi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya, para peneliti, ya, para peniliti mengatakan bahwa galaksi di dunia ini saja itu sangat banyak. Sangat banyak. Peneliti katakan galaksi itu sampai triliun, ya, ini entah benar entah salah, ya. Ilmu pengetahuan tentu bisa salah, tapi ini penelitian, ilmu pengetahuan. Itu pun katanya triliun itu yang bisa diamati. Galaksi kita sendiri, galaksi Bumi ini, itu namanya Bima Sakti memiliki 100 miliar bintang. Ya, memiliki 100 miliar bintang, planetnya ada 5.500 planet. 1 galaksi loh. 1 galaksi 100 miliar bintang, 5.500 planet. Katanya ada triliunan galaksi. Triliunan galaksi di sistem alam semesta ini. Dan galaksi Bima Sakti ini punya sistem yaitu namanya sistem tata surya di mana Bumi ada, yaitu ada 8 planet. Si Pluto ini dianggap sebagai dwarf planet (planet kerdil). Tadinya adalah planet, ya, sekarang dihilangkan lah, Pluto kayaknya dwarf planet (planet kerdil) deh bukan planet. Pluto sekarang dianggap sebagai dwarf planet (planet kerdil) bukan planet dan di sini ada 8 planet. Matahari terus kemudian, ada 8 planet, ya. Kita lihat galaksi Bima Sakti dan sistem tata surya ini adalah di mana Bumi ada ya.

Bumi itu ada di posisi ke berapa dari matahari? Ada di posisi ketiga. Unik ya, 3. Angka 3 dari matahari. Terus kemudian, yang pertama paling dekat matahari adalah Merkurius, yang kedua adalah Venus. Setelah Bumi, yang paling jauh adalah yang lebih jauh dari pada Bumi adalah Mars, kemudian Jupiter. Ini adalah planet-planet di sistem tata surya. Jarak antara Bumi ke matahari itu 150 juta kilometer. Dan jarak itu adalah jarak yang pas di mana manusia bisa hidup. Kalau kejauhan, misalkan, Bumi itu di planet Mars, lokasinya, maka Bumi itu akan kedinginan. Kita nggak akan bisa hidup di Bumi ini, maka para astronot pergi ke Mars, itu coba ya, kita ingin agar planet di mana manusia bisa hidup. Salah satu kesulitan dari planet Mars adalah itu terlalu dingin, terlalu jauh dari matahari. Dan uniknya juga, ya, planet yang lebih dekat dengan matahari yaitu Venus maupun Merkurius, itu adalah planet yang terlalu panas. Kita nggak bisa hidup di sana, ya, suhunya bisa mungkin kita langsung mati, tidak bisa ada oksigen karena terlalu panas maupun terlalu dingin. Bumi di posisi yang ke tiga ini adalah tempat yang cocok yang sudah Tuhan ciptakan manusia bisa hidup di Bumi ini. Ini kurang lebih kalau kita lanjutkan nanti jadi pelajaran geografi, gitu ya, bukan teologi. Kita sekarang mau belajar teologi kan ya, mengenal Tuhan.

Nah, sekarang, kita mau belajar tentang surga. Surga itu bagaimana? Ini hal yang sulit, ya. Saya pernah diskusi dengan seorang jemaat, “Surga itu tempat atahu kondisi?”. Betul-betul place (ruang dan waktu), atahu kondisi aja? Kayak gitu ya, situasi dan kondisi. Apa sih surga itu? Atahu kedua-duanya? Seperti Bumi ya, Bumi itu place tapi kondisi juga, ya, kondisi Bumi. Ya, ada atmosfernya, ada makhluk hidupnya, ada angkasanya, dan lain-lain, ya. Lokasi surga di mana? Coba kita pakai Google Maps, ya? Surga di mana itu ya? Cari coba ya, temukan nggak alamat di surga itu ya. Nah, dalam perenungan tentang Tuhan kita Yesus Kristus, Yesus Kristus mati di atas kayu salib. Dia dikubur, pada hari yang ketiga Dia bangkit, 40 hari Dia menampakkan diri dengan tubuh kebangkitan yang ada, kita bisa sebut, kita bilang cacatnya karena paku di tangan-Nya, ya, di kaki-Nya, di lambung-Nya. Tubuh kebangkitan sengaja Tuhan biarkan cacat menunjukkan pengobanan-Nya yang begitu besar. Itu tubuh kebangkitan Yesus selama sebulan lebih, 40 hari Yesus menampakkan kepada para murid-Nya. Kemudian, selanjutnya, Yesus naik ke surga, ya. Kita sudah ingat peringatan setiap tahun, Ascension of Christ to Heaven. Maksudnya, tubuh Yesus itu fisik, bisa makan ikan goreng, ya, kemudian naik ke surga tuh ke mana? Surga itu tempat atahu kondisi? Kok bisa ada tubuh Yesus? Tubuh Yesus itu, apakah bisa betul-betul mengalahkan atmosfer? Ya, betul juga ya, bisa juga ya. Tubuh kebangkitan itu melampaui kan, supranatural. Ketika tubuh manusia biasa kalau melawan atmosfer saja sudah mati kita, ya. Telinga kita sudah nggak bisa tahan, pecah semua, kebakar itu atmosfer Bumi itu. Kita nggak bisa naik kok, nggak bisa keluar Bumi dengan tubuh kita sendiri, kecuali dengan roket. Nah, tubuh Yesus ke surga tuh ke mana? Waktu pergi ke surga, ya. Nah, di sinilah yang membingungkan. Alkitab memang tidak jelaskan bagaimana surga yang sekarang kok bisa ditinggali oleh Yesus Kristus? Yesus naik ke surga kita semua percaya kan orang Kristen, surganya di mana? Kondisinya bagaimana?

Sekarang, kita mikir lagi. Di Perjanjian Lama, ada orang-orang yang naik ke surga, kita nggak masalahkan, kan? Henokh diangkat ke surga, Nabi Elia diangkat ke surga. Masalahnya, mereka itu bukan tubuh kebangkitan, berarti, naik ke surga, kena atmosfer, mati, mungkin hilang jadi debu, bisa juga, rohnya masuk surga. Itu yang kurang lebih masuk akal. Kita bisa, kita nggak terlalu ribet. Nabi Elia dan Henokh nggak masalah. Mereka bukan tubuh kebangkitan kok, tapi tubuh Yesus kebangkitan itu menembus bumi, masuk ke surga, dan sekarang Yesus bertakhta di surga. Ini berarti apa, Bapak, Ibu sekalian? Surga itu tidak mudah kita mengerti. Tadi, gambarannya itu saya buat-buat juga, berusaha cara membuat 2 dunia ini lebih mudah dimengerti seperti apa ya, bumi, kemudian ada surga dan neraka. Sebatas itu yang bisa kita buat.

Bagaimana Yesus ke surga dengan tubuh-Nya? Kita nggak tahu. Orang-orang yang sudah mati mendahului kita, yang Kristen masuk surga. Rohnya masuk surga, tubuhnya kan di bumi. Nanti, kedatangan Yesus kedua kalinya baru digabung. Surga, bumi digabung. Neraka? Alkitab juga nggak terlalu jelaskan bagaimana. Ini adalah realitas yang sangat besar. Untuk kita mengerti Bumi, galaksi saja kita tidak mengerti kok. Betul-betul sampai tahu semua hal di dalam bumi ini, baik yang di dalam Bumi, baik yang di atas Bumi, kita nggak bisa tahu kok sebagai manusia. Apalagi bicara soal realitas yang supranatural yang diatas kita, realitas Allah sendiri. Makanya, karena anugerah, kita boleh mengenal Allah. Hanya karena anugerah, kita boleh percaya Alkitab. Hanya karena anugerah, kita betul-betul dipimpin Roh Kudus untuk mengenal Tuhan.

Tapi, fakta yang Alkitab ceritakan adalah surga berarti tempat tinggal Allah. Neraka adalah penghukuman, tempat di mana orang-orang yang berdosa tidak mau bertobat akan di sana, beserta setan dan pengikutnya. Dan bumi berarti tempat tinggal semua manusia. Ini adalah tempat tinggal kita. Dengan menyadari dua realitas ini, maka sebagai manusia, kita tidak boleh sombong. Kita nggak tahu kok soal bumi sedalam-dalamnya itu seperti apa. Kita nggak ngerti ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya itu seperti apa. Kita ini makhluk yang kecil. Di dalam tata surya saja begitu kecil. Kita nggak boleh sombong, “Saya sudah tahu Tuhan, saya sudah tahu bumi, tidak perlu belajar lagi.” Kita nggak bisa sombong. Kita nggak bisa pikir bahwa manusia dan bumi lah yang terbesar. Di atas bumi ada surga, di atas manusia ada Tuhan. Jangan pikir bahwa hidup kita itu tuh di bumi saja, untuk diri kita saja dan akhirnya kita hidup sembarangan, berdosa. Tidak! Suatu hari nanti Tuhan akan hakimi kita. Hidup yang berdosa di bumi itu akan berefek di dalam kekekalan. Ada pengaruhnya, seperti tadi, ya, yang gambar saya jelaskan, gambar tersebut, itu ada pengaruhnya. Apa yang kita lakukan di bumi itu akan berpengaruh di dalam kekekalan nanti. Dan dunia yang sesungguhnya, realitas dunia yang sesungguhnya adalah kekekalan, adalah kehidupan di surga dan di neraka, bukan di bumi ini. Maka, ada yang gambarkan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya, semua pendeta, semua orang tuh, menggambarkan dengan sebuah tali. Seperti itu ya, tali yang panjang, tali-tali roll seperti itu ya. Itu hidup kita di bumi cuma 70 tahun, tetapi menentukan nantinya yang di kekekalan, yang tidak tahu talinya itu sampai kapan. Maka, betul-betul sebagai manusia itu, kita harus perhatikan hidup kita. Nggak boleh sembarangan. Tidak boleh sombong. Jangan melupakan Tuhan. Hidup kita di bumi ini sementara dan akan dipertanggungjawabkan di kekekalan, entah itu di surga maupun di neraka.

Di bumi seperti di surga”, ini adalah kalimat pertama dalam Doa Bapa Kami yang mengatakan “Bapa kami yang di surga, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga”, ya. Kalimat pertama dalam Doa Bapa Kami sudah mengingatkan kita akan realitas kehidupan, yaitu di surga. Lalu, di dalam permohonan selanjutnya “Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga”, ini menggabungkan 2 realitas ini. Surga itu ada kaitannya dengan bumi. Jadilah kehendak Tuhan di bumi ini seperti di surga. Surga adalah tempat Allah bertakhta, surga merupakan realitas yang melampaui bumi yang penuh dengan dosa. Bumi adalah tempat tinggal manusia, tapi Tuhan harapkan di bumi ini kamu memuliakan Tuhan yang ada di surga.

Sekarang, kita akan merenungkan, ya, beberapa makna di surga, ya. Saya ingatkan kembali, ya, Saudara-saudara sekalian, sebelumnya kita memang sudah membahas. Coba next. Yang pertama, di surga itu tidak boleh ada dosa. “Dosa Tak Boleh Masuk”, itu lagunya buatan Pendeta Stephen Tong. Dosa nggak boleh masuk surga. Kamu berdosa, nggak bisa masuk surga, ya. Di surga hanya ada kesucian Allah, hanya ada ketaatan kepada Allah dan itulah yang Tuhan harapkan di bumi ini terjadi oleh orang-orang yang sudah dikuduskan di dalam Kristus, yaitu kita melakukan hal-hal yang seperti yang ada di surga, ya. Pelayanan kepada Tuhan, ketaatan kepada Tuhan, pekerjaan baik, kita lakukan demi apa? Demi kehendak Tuhan. Kekudusan Allah itu di surga begitu memerintah sehingga tidak ada yang bisa menodai surga dan orang-orang Kristen yang sudah mendapatkan hidup kekal, kamu sudah dapat surga, hidup kekal, Tuhan tuntut supaya mereka hidup kudus. Diselamatkan untuk hidup kudus, diselamatkan untuk dikuduskan, itu orang Kristen. Kita punya kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan bagi orang Kristen itu, yaitu kebebasan untuk taat. Sebelum jadi Kristen, kita tidak taat terus. Tapi, setelah jadi Kristen, kita punya kebebasan yaitu kita bisa melakukan ketaatan kepada Tuhan. Maka, Rasul Paulus katakan “gunakanlah kemerdekaanmu itu untuk melakukan hal-hal yang baik”, hal -hal yang berkenan kepada Tuhan di surga. Itu yang pertama, ya.

Yang kedua, di surga tidak boleh Allah tidak berkuasa sepenuhnya. Meskipun kita tahu Bapak, Ibu sekalian, ya, di dalam kehendak yang bersifat penetapan, Tuhan itu berkuasa di bumi, di surga, maupun di neraka. Tuhan itu berdaulat, cuman di bumi ini ada hal di mana kita itu melawan perintah Tuhan, ini dalam kehendak yang bersifat aturan atau hukum. Banyak kok orang berdosa, banyak kok orang melupakan Tuhan, melakukan kejahatan. Nah itu kan seolah-olah Allah itu “nggak berkuasa”, “Saya yang berkuasa. Saya bisa taat, saya bisa nggak taat”. Kurang lebih kayak gitu ya gambarannya. Tetapi tetap Allah itu berkuasa sebenarnya, cuman di surga dalam arti kuasa Tuhan sepenuhnya itu berarti apa? Tidak ada yang bisa lakukan dosa di surga. Di bumi OK, Tuhan katakan ada perizinan Tuhan ya, “kamu punya kehendak bebas, ya udah. Tanggung jawab terhadap hidupmu. Tapi di surga nggak ada yang bisa lakukan dosa.” Betul-betul Allah berkuasa.

John Flavel adalah seorang pelayan Tuhan yang disebut sebagai pengkhotbah atahu hamba Tuhan yang bersedih. Selalu bersedih. Kenapa? Karena panggilannya waktu mau menjadi hamba Tuhan itu banyak kesusahan dan kesedihan dalam melayani Tuhan. Sudah menikah dengan seorang istri, terus kemudian istrinya hamil, punya bayi tetapi akhirnya malah keduanya meninggal dunia. Karena apa? Karena sang istri ketika melahirkan bayi, dia tidak bisa melahirkan dengan baik. Ini tahun kurang lebih 300 tahun yang lalu ya. John Flavel punya istri, istrinya hamil, istrinya melahirkan, istrinya mati. Bayinya sudah dilahirkan mati juga. Ini zaman teknologi tidak terlalu bagus. Sedih, pelayan Tuhan yang bersedih. Waktu mau melayani Tuhan, dia sempat dikejar-kejar oleh pihak yang berwenang pada waktu itu. Dia mau mengabarkan Injil, sampai dia harus menyamar jadi perempuan waktu naik kuda. Untuk kabur itu dia jadi perempuan, memalukan kayak gitu ya. Kabur dari kejaran orang-orang yang membenci dia. Terus kemudian waktu dia naik kuda, karena dikejar-kejar, kudanya sempat dibuang ke laut. Kemudian dia berenang melalui daerah berbatu. Pokoknya susah lah hidupnya. Kalau kita merenungkan hidupnya John Flavel, ini kurang lebih 300-400 tahun yang lalu ya. Dan John Flavel pernah mengatakan bahwa, “Kenapa Allah disebut berada di surga? Ini untuk menunjukkan kedaulatan kuasa dan pemerintahan Allah atas segala sesuatu, sebagai pekerjaan dasar iman dalam doa.” Jadi waktu kita berdoa, kenapa kita berdoa? Karena kita tahu Allah itu berkuasa, Allah itu berdaulat di surga dan Dia bisa menunjukkan kedaulatan-Nya di bumi. Di surga saja Dia bisa atur, realitas yang supranatural saja bisa atur, apalagi di bumi, yang natural. Itu menunjukkan bahwa kita harus berdoa kepada-Nya. Surga menunjukkan kedaulatan Allah atas segala sesuatu dan Dia sedang memerintah bumi dari surga.

Yang ketiga Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di surga itu tidak boleh tidak ada yang baik. Segala sesuatunya di surga itu baik di mata Tuhan, tidak ada yang buruk, tidak ada yang najis, tidak ada yang menjijikkan, yang berdosa. Heidelberg Catechsim mengatakan, “Di surga mengajarkan kita untuk tidak menganggap keagungan Tuhan di surga sebagai sesuatu yang bersifat duniawi.” Jadi betul-betul berbeda. Di surga berarti apa? Di surga berarti mengharapkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi tubuh dan jiwa dari kuasa Tuhan di surga yang maha kuasa. Di surga hanya ada yang baik. Kita berharap. Kita waktu berdoa kepada Bapa yang ada di surga, kita berharap segala sesuatu yang baik di surga itu kita alami, yang sesuai dengan perspektif atau cara pandang Tuhan sendiri. Di surga tidak ada yang jahat. Maka kita pun mau berdoa agar di bumi pun tidak ada yang jahat. Meskipun kita tahu bumi ini sudah jatuh dalam dosa. Kecenderungan bumi selalu jatuh dalam dosa. Kecenderungan manusia yang berdosa itu selalu merusak bumi, selalu ingin berbuat jahat. Tetapi ketika kita berdoa kepada Bapa yang di surga, kecenderungan itu kita lawan. Kita nggak ingin merusak bumi, kita nggak ingin merusak ciptaan, kita nggak ingin melawan Pencipta.

Lalu yang ke-empat, ada ketidakharmonisan. Ini adalah makna di surga. Sebelum ada dunia, sebelum Tuhan ciptakan bumi, sebelum Tuhan ciptakan surga bagi ciptaan-Nya, sebelum Tuhan ciptakan neraka bagi yang melawan Dia, yang ada adalah Allah. Allah Tritunggal, Bapa, Anak, Roh Kudus. Allah harus tiga Pribadi satu Allah karena itu menunjukkan Allah yang penuh kasih, yang saling cukup satu dengan Diri-Nya saja, dan Dia tidak membutuhkan ciptaan supaya Dia bisa jadi Allah. Ini Allah Tritunggal. Waktu hanya ada Allah Tritunggal, nggak ada bumi, nggak ada surga, nggak ada neraka, apa yang ada di sana? Yang ada adalah keharmonisan. Bapa nggak pernah bertengkar sama Anak. Anak nggak pernah tengkar sama Roh Kudus. Roh kudus tidak pernah melawan Anak. Anak tidak pernah melawan Bapa. Semua harmonis, cukup pada Diri-Nya sendiri. Harusnya Tuhan juga tidak menciptakan segala sesuatu nggak ada masalah. Dia sudah Pencipta, nggak perlu ciptaan. Ketika Tuhan mencipta, yang repot Tuhan sendiri kok. Kalau kita jadi tuhan-nya, kita nggak mau cipta ya. Sudah lah, cukup pada dirinya sendiri. Tapi inilah Tuhan kita, Dia menciptakan segala sesuatu demi kita, manusia ciptaan-Nya untuk bisa merasakan kasih-Nya yang begitu besar.

Di surga hanya ada malaikat yang taat. Orang-orang percaya akan hidup harmonis satu dengan yang lainnya. Kita nggak akan saling melukai di surga. Kita nggak akan saling ngotot mau menang argumen, pendapat. Kita nggak akan mengatakan bahwa, “Saya yang benar, kamu salah!” Semua nya benar. Kita saling mengasihi, kita harmonis. Dan inilah harapan yang menjadi doa kita, kehendak Tuhan itu jadi di bumi seperti di surga. Berarti ada keharmonisan satu dengan yang lainnya, seia sekata, tidak bertengkar, tidak memusuhi satu dengan yang lainnya tetapi justru kita mau supaya mentaati perintah Tuhan semuanya.

Lalu yang ke-lima, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita lihat di surga juga tidak ada dukacita, tidak ada hal yang membuat Allah berdukacita di surga. Di surga hanya ada sukacita. Karena apa? Semua hukum Tuhan terpenuhi kok, semua anak-anak Tuhan, semua malaikat taat pada Dia. Yang membuat Allah itu berdukacita, yang membuat Roh Kudus itu berdukacita apa? Ketika kita melawan kehendak Tuhan, ketika kita langgar 10 hukum Taurat. Kita langgar, Tuhan berdukacita, Tuhan sedih. Tetapi ketika di surga, nggak ada yang membuat Dia bersedih. Semuanya taat kok, semua sudah diberikan kuasa oleh Tuhan, semua sudah diberikan fungsi raja untuk memimpin dirinya sendiri dan juga melakukan ketaatan kepada Tuhan. Di surga ada puji-pujian kepada Tuhan dan semua bersukacita, tidak ada kesedihan. Nah ini adalah di surga.

Dan yang ke-enam, di surga juga tidak ada keraguan. Pernah ada mahasiswa semester 6 bertanya kepada saya. Kemudian dia tanya nya adalah kadang-kadang atau mungkin seringkali, dia masih bingung kehendak Tuhan di dalam hidupnya, “Apakah saya harus lanjutkan kuliah saya atau harus berhenti di dalam jurusan ini.” Sudah semester 6, dan kemudian saya jelaskan, “Kamu sudah semester 6. Sudah 3 tahun kuliah. Kuliah adalah hal yang baik, bukan buruk kan. Kecuali kuliah untuk menjadi penjahat yang bagus itu baru berdosa ya. Kuliah perampok itu berdosa. Ini kuliah yang baik, jurusan yang baik. Masih bertanya, “Ini kehendak Tuhan atau bukan ya saya di jurusan ini.” Sudah 3 tahun Tuhan pimpin, biayanya sudah berapa, waktunya sudah berapa, terus kuliah sendiri naturnya adalah hal yang baik, masak nggak bisa pikir itu kehendak Tuhan?” Ya saya nggak ngomong kayak gitu ya, saya ngomongnya ya coba bandingkan yang jelas-jelas berdosa lah. Terus akhirnya saya tanya, “Kenapa kamu ragu bahwa jurusan yang kamu pelajari, 3 tahun yang kamu habiskan itu bukan kehendak Tuhan?” Terus dia cerita-cerita, pikir-pikir, “Oh ya itu ketika kuliah terasa berat. Kuliah terasa susah. Kayaknya nggak ada pengharapan.” Kurang lebih dia merasa stress. Ketika kuliah itu stress, oh ini bukan kehendak Tuhan. Cari kehendak Tuhan yang lain. Loh berarti itu bukan kehendak Tuhan yang salah, tapi kamunya yang salah karena kamu tidak kuat untuk menjalani kuliah tersebut. Saya nggak katakan itu ya, saya nggak menghakimi dia, “Kamu salah!” nggak. Maksudnya saya berikan pengertian bahwa kenapa kamu bisa rasa itu bukan kehendak Tuhan, saya ceritakan. Biar dia mikir sendiri.

Terus kalau saya lihat perspektif kenapa kuliah itu kehendak Tuhan? Karena itu hal yang baik kok, bukan yang berdosa. Ya sudah, nggak masalah, kita katakan kehendak Tuhan. Kalau kita sudah belajar tentang 3 jenis kehendak Tuhan kan oh ya, kita bisa katakan, kehendak Tuhan yang bersifat penetapan itu pasti kehendak Tuhan kok. Kalau kamu jalani hari ini itu semua karena penetapan Tuhan, pasti kehendak Tuhan. Tapi bicara soal kehendak Tuhan dalam hukum-Nya, misal kamu jalani kuliah itu dengan mencontek, dengan betul-betul kejahatan, malah membawa orang untuk tidak kenal Tuhan, nah itu kamu harus pikirkan apakah waktu kamu jalani kuliah, kamu meresponi nya itu di dalam kehendak Tuhan atahu bukan. Bicara soal hukum Tuhan.

Nah itu adalah hal yang seringkali kita bisa ada keraguan di dalam hidup kita. Saya menikah dengan dia, betul kehendak Tuhan nggak. Kok hidup saya susah. Loh kalau sudah diberkati di pernikahan pasti kehendak Tuhan. Di gereja itu sudah pasti kehendak Tuhan. Kita masih tanya lagi kehendak Tuhan bukan. Kalau seiman ya sudah. Betul-betul lah, kita lihat firman Tuhan yang meyakinkan kita. Di surga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, nggak ada keraguan. Semua itu pasti. “Ini pasti kehendak Tuhan.” “Ini pasti kehendak Tuhan.” Karena semuanya hal yang baik. Tapi kalau di dalam dunia, kita merasakan penderitaan, merasakan dosa, merasakan kesusahan, kita bisa berkata kepada Tuhan, “Kayaknya ini bukan kehendak Tuhan deh. Pernikahan saya, pekerjaan saya, pendidikan saya, kayaknya bukan kehendak Tuhan deh.” Karena apa? Kita sendiri yang salah menilai. Kita yang merasa susah sendiri. Sudah pasti kalau baik, pasti kehendak Tuhan. Jalankan dengan sungguh-sungguh! Jangan ragu.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau di surga itu pasti ada kepastian. Kita ingin di dalam hidup kita ini kita pasti kan? Nah maka belajar firman Tuhan. Semakin kita belajar firman Tuhan, semakin keraguan itu hilang kok. Apalagi kalau belajar semua dalam kedaulatan Tuhan, kita tenang gitu ya. Kita yakin menjalani hidup ini. Nah itu yang diharapkan Tuhan, “di bumi seperti di surga”.

Yang ke-tujuh, di surga itu berarti apa? Tidak ada penundaan dalam melaksanakan perintah Tuhan. Itu di surga, nggak ada delay. Kita paling nggak suka delay kan Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Baik di pesawat, baik di gereja juga. “Oh ini sudah jam 9 ni, kok, nggak mulai-mulai?” Kita nggak suka di-delay, ya. Di surga, nggak ada delay. Semua lakukan kehendak Tuhan langsung. Setiap malaikat akan mematuhi apa yang Tuhan perintahkan dengan segera. Setiap orang-orang yang sudah masuk surga, roh mereka di surga, ya, tubuh mereka di bumi. Nanti, kita akan masuk surga juga. Ketika Tuhan berkata, “Ayo, kerjakan ini!” Langsung lakukan. Kita nggak akan, “Aduh, Tuhan, males, nih! Encok, ya. Pegel linu, nih!” Disuruh memuji Tuhan, “Aduh, serak, ada sakit!” nggak ada! Kita bisa nggak ada suara di bumi ini, ya karena sakit. nggak bisa nyanyi, nggak bisa song leader misalkan, ya. Di surga, semua sehat. Semua yang terbaik gitu, ya. Lakukan perintah Tuhan! Lakukan langsung. Tidak ada penundaan. Salah satu kelemahan dan dosa kita di bumi adalah menunda-nunda pekerjaan. Kita tahu, itu hal yang baik. Kita tunda. Nanti, masih bisa nanti, gitu, ya.  Nah, itu orang yang melihat bisa jengkel, kan ya, orang yang melihat kita. Kenapa, sih ditunggu-tunggu? Udah bisa dilakukan, kenapa enggak lakukan? Nah, di surga nggak ada yang seperti itu, ya. Karena apa? Bagi kita, pekerjaan di bumi itu bisa membebani, tetapi bagi surga, penghuni surga, ada pekerjaan dari Tuhan itu adalah sukacita. Tuhan kasih perintah kepada kita, kita akan taat.

Lalu, yang terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di surga itu apa? Tidak ada ketidaksempurnaan. Kita diberikan tubuh kebangkitan. Tubuh yang terbaik. Ingat, ya. Tubuh kebangkitan itu seperti tubuh Yesus, kurang lebih, meskipun tidak terlalu jelas digambarkan. Yesus, tubuh kebangkitan, tapi supranatural. Tiba-tiba di satu rumah, pintu terkunci semua, Yesus bisa muncul di situ. Yesus muncul di situ, mengatakan, “Damai sejahtera bagimu!” Lalu, Yesus bisa makan ikan goreng. Ingat, ya! Siapa tahu, di surga bisa makan makanan yang kita suka, ya. Bisa, lho! Di surga itu, sistem pencernaan tetap ada, kok! Yesus makan, tiba-tiba ikannya keluar gitu? Enggak, kan? Ditelan, masuk sistem pencernaan. Tapi, itu tubuh yang sempurna. Maka kemudian, para teolog mengatakan bahwa- Augustinus, ya, Augustinus berpikir -perkiraan, kira-kira tubuh di surga itu adalah tubuh yang terbaik. Ya, seperti Tuhan Yesus, lah. Umur 33 tahun. Itu tubuh terbaik manusia. Nah, kurang lebih, kita semua nanti jadi young living. Semua muda, hidup dan muda gitu, ya di surga. Kita tidak tahu seperti apa, ya. Tapi, kalau kita lihat Yesus, tubuh kebangkitan, ya seperti itu. Kita katanya, Yesus adalah anak sulung, kita itu anak-anak adopsi dari Allah Bapa. Maka, kita kurang lebih mirip, kan? Seperti tubuh kebangkitan milik Yesus Kristus. Mental kita itu yang terbaik. Otak kita itu yang terbaik. Di dunia ini, ada yang sakit cacat, ada yang mentalnya kurang, nggak bisa berpikir, nggak bisa bergaul, nggak bisa beremosi dengan tepat, ya, tapi di surga itu mentalnya semua bagus. Roh kita tidak berdosa.

Di bumi, roh kita berdosa. Kita bisa berpikiran dosa, beremosi dosa, kehendak dosa, tapi di surga itu, roh kita tanpa dosa karena sudah dipulihkan oleh Allah sendiri. Di surga, hanya ada kepuasan. Karena apa? Sempurna. Di bumi, kita bisa tidak sempurna, ya. Kita rasa tidak puas. Gereja ini tidak puas pelayanannya. Mungkin kita katakan demikian, ya. Tidak puas makanannya, tidak puas pekerjaannya, tidak puas perilakunya. Karena apa? Di bumi ini tidak sempuna memang karena sudah jatuh dalam dosa, tapi di surga itu puas terus. Tidak ada sakit. Tidak ada rumah sakit. Bangkrut, rumah sakit kalau di surga, ya. Tidak ada kecacatan.

Saya baru-baru ini lihat muka saya, Bapak, Ibu sekalian. Muka yang semakin tua, ya. Itu mulai banyak cokelat-cokelat. Nggak tahu, apa itu, ya. Tahi lalat atau apa, ya? Cokelat-cokelat di sini, di sini, di sini. Lho, kok bisa gitu, ya? Kayaknya dulu nggak ada cokelat-cokelat, bercak-bercak gitu, ya. Kita nggak puas, bisa. Wah, sama wajah kita nggak puas! Sama tubuh kita nggak puas! Kok, makin pendek kalau sudah tua gitu, ya. Makin rentan. Tetapi di surga itu selalu puas, selalu fit, selalu sehat dan kita tidak ada yang membuat kita tidak puas. Nggak ada orang lain yang mengancam hidup kita. Nggak ada orang lain yang mau memukul kita. Nggak ada ketakutan. Nggak ada risiko bahaya.

Saya baru juga ngobrol-ngobrol dengan jemaat, ya yang baru sakit di rumah sakit, terus mengunjungi. Anaknya itu, kan main basket, kan. Terus, nggak mau main basket lagi kenapa? Karena sempat jatuh, terus retak tangannya. Sudah setahun. Setahun lalu. Terus, kita pikir-pikir, ya memang bisa, ya kita bikin trauma, main basket gitu. Itu main basket, kan bahaya. Terus dibandingkan. Kalau badminton gimana? Ya, sama-sama juga, ya. Ada risiko bahaya. Bisa kakinya cedera dan lain-lain. Yang paling aman apa? Pingpong, katanya. Pingpong itu lembut sekali. Kayaknya nggak terlalu banyak cedera. Tapi, Bapak, Ibu sekalian, kemudian diskusi. Sebenarnya, semuanya itu ada risiko, kok. Kita jalan tenang-tenang, nggak perlu olahraga pun, ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kesandung, jatuh, sobek, dioperasi. Ada yang kayak gitu. jadi, celakanya itu bukan karena permainan yang berbahaya atau olahraga yang berbahaya. Karena jalan doang, terus kesandung, jatuh. Orang bisa juga ada risiko. Di dunia ini, pasti ada risiko. Mau jalan pun, ada risiko jatuh, kok. Terus, kenapa kita terlalu takut, ya dalam hidup ini, dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan? Tuhan yang pelihara. Nah, demikian, ya, di surga itu tidak ada risiko bahaya apa pun yang melukai kita. Di surga, ada ketenangan, ada kepastian dari Tuhan, kebaikan dari Tuhan, tidak ada yang mengancam kehidupan kita.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kurang lebih ada 8 hal perenungan inilah yang harus menjadi hasrat orang-orang Kristen ketika hidup di bumi ini. Memang, kita tidak bisa muluk-muluk bahwa bumi ini jadi surga sesuai dengan waktu kita. Nggak bisa! Tapi, setidaknya, kita usahakanlah. Bukankah itu tugas-tugas orang Kristen, yaitu bagaimana kita mempertahankan jangan sampai dosa itu semakin besar? Mana ada orang Kristen yang setuju berdosa? Nggak ada! Itu orang bukan Kristen yang setuju dosa boleh. Enggak! Nggak ada orang Kristen yang setuju boleh berdosa. Nggak ada! Tapi, kita tahu juga di bumi ini nggak mungkin nggak ada dosa satu pun. Hidup kita saja banyak dosa. Kita punya hasrat untuk terus taat, terus mau yang di surga itu ada di bumi, meskipun cicipan-cicipannya saja. Bukankah itu arti menjadi orang Kristen? Istilah “orang Kristen” juga disebut sebagai “Kristus-Kristus kecil.” Waktu Kristus datang dari surga ke bumi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di situ ada surga. Yesus tidak pernah berdosa. Kemana itu Dia datang, Dia itu tidak tercemar dosa. Di situ, kerajaan Tuhan keliling di Yerusalem dan sekitarnya, Galilea. Dan itu pun juga sebagai orang Kristen, kita demikian juga, ya. Ketika kita menjadi pengikut Kristus, kita menghadirkan surga di bumi ini, meskipun sementara. Meskipun sebentar, kita ingin kebaikan Kristus ada di dalam bumi ini. Yesus di bumi cuma 33.5 tahun, tapi di dalam kehidupan-Nya, di sekitar kehidupan-Nya, Dia boleh memancarkan surga itu sendiri.

Orang-orang Kristen juga, ya, kita sudah memiliki surga. Maka dari itu, kita terus berbuat baik supaya apa? Supaya setidaknya di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini terjadi surga-surga yang kecil. Surga kecil ada di rumah tangga kita, di keluarga kita. Ada surga di dalamnya. Surga yang kecil ada di dalam gereja ini. Rumah Tuhan, kok! Maka, rumah Tuhan kalau betul-betul berdosa, ya, wah, itu penghakimannya besar juga, ya. Rumah Tuhan kalau tidak betul-betul kudus di hadapan Tuhan, bagaimana Tuhan mau berkenan? Kita menjadi Kristus kecil yang membawa surga-surga kecil di bumi ini. Kiranya banyak cicipan surga di dalam bumi ini melalui kehidupan kita, maka kita bisa berkata bahwa “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Kita mohon supaya hidup kita ini betul-betul memancarkan Kristus, betul-betul memancarkan surga. Ini adalah harapan yang terbaik bagi bumi yang kita hidupi, kita tinggali saat ini yaitu “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Ini adalah gambaran second coming. Tuhan Yesus nanti datang dari surga ke bumi dan surga itu dibawa oleh Yesus Kristus menjadi bumi yang baru. New heaven and new earth.

Kita ingin betul-betul belajar suka terhadap kehendak Tuhan. Kalau kita mengasihi seseorang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, salah satu tandanya adalah kalau orang itu punya kehendak, kita ingin ikuti. Dia punya kehendak, orang yang aku kasihi punya keinginan, saya menunjukkan cinta saya kepada orang yang aku kasihi dengan cara apa? Nurut kehendaknya dah, meskipun akhirnya bisa juga malah jadi memanjakan dia. Namanya manusia berdosa punya kehendak, ya. Tidak selalu kudus, tidak selalu suci. Tapi, kalau kita mengasihi orang itu punya kehendak apa, saya coba turuti deh, sekalipun itu tidak masuk akal. Namanya kasih, ya. Cinta. Mari, kita sama-sama mengasihi Tuhan. Kita menyukai kehendak Tuhan. Ingat, ya bahwa hidup kita ini terkoneksi dengan surga, dengan Allah sendiri. Nah, kita ingin agar orang-orang di sekitar kita itu bukan mencicipi neraka. Ini kalau orang Kristen malah menghadirkan neraka itu kacau sekali. Orang Kristen itu menghadirkan surga, meskipun terbatas, sebentar, sedikit, tapi setidaknya kita punya kemampuan itu karena Yesus Kristus.

Dan terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada seorang tokoh, Robert Law. Coba, lihat slide-nya. Ini sangat bagus sekali, ya. Kalimatnya mengatakan: “Prayer is a mighty instrument, not for getting man’s will done in heaven, but for getting God’s will done on earth.” Doa adalah instrumen yang ampuh, bukan untuk mewujudkan kehendak kita itu jadi di surga. Tuhan nurut kita gitu, ya.  Tetapi, justru untuk mewujudkan kehendak  yang Tuhan di surga itu menjadi di bumi. Kiranya kita boleh belajar terus peka terhadap kehendak Tuhan dan kita pun rela untuk menjalankan kehendak Tuhan di bumi seperti di surga karena Yesus Kristus pun sudah memberikan teladan-Nya di Jumat Agung, maupun Paskah. Yesus Kristus taat menjalankan kehendak Bapa di surga sampai mati di atas kayu salib. Demi apa? Demi kita. Itu adalah kasih dan teladan Yesus Kristus yang begitu besar. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di surga, kami mengucap syukur Tuhan, boleh merenungkan kembali satu kalimat dari doa Bapa kami yaitu “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Ajar kami Tuhan untuk terus mengasihi Tuhan dengan seluruh kehidupan kami, seluruh keberadaan kami, dan kami pun mau menjalankan kehendak Tuhan di bumi ini seperti di surga. Kami mau menyenangkan hati Tuhan. Kami mau melayani Tuhan dengan sepenuh hati kami karena Engkau sudah terlebih dahulu mengasihi kami dan melayani kami. Ampunilah Tuhan atas segala dosa kami. Kami mohon ketika kami menyadari keberdosaan kami, itu membuat kami bukannya menjadi putus asa ataupun minder, tetapi membuat kami rendah hati bahwa kami selalu bergantung kepada Tuhan saja. Kami mohon Tuhan memelihara hidup kami dan mengubahkan hidup kami menjadi orang-orang Kristen yang takut akan Tuhan, orang-orang Kristen yang boleh memancarkan kasih Kristus, maupun juga memancarkan surga di sekitar bumi ini yang kami hidupi. Kami mau Tuhan, kami bukan menjadi orang yang malah melakukan kejahatan, tetapi kami mau melakukan kebaikan yang sudah Tuhan persiapkan sebelumnya untuk kami lakukan. Terima kasih, Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (HS)