Doa Bapa Kami (9), 21 Juli 2024

Doa Bapa Kami (9)

Vik. Nathanael Marvin, M. Div

 

Di dalam Mat. 6:12 di situ dikatakan, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Seorang Hamba Tuhan, seorang teolog, ya, beberapa ratus tahun yang lalu, John Charles Ryle, mengatakan, “Dalam permohonan pengampunan di dalam doa Bapa kami ini, kita sebenarnya mengakui bahwa kita adalah para pendosa, dan setiap hari kita membutuhkan pengampunan.” Di dalam definisi doa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, doa bukan saja kita itu memohon kepada Tuhan, tetapi perspektif lain dari doa kepada Tuhan adalah kita itu mengaku, “Saya ini berdosa. Saya ini berdosa, Tuhan. Saya tuh sudah lawan Tuhan. Saya sudah memberontak perintah Tuhan. Saya sudah melawan pemerintahan Tuhan, Kerajaan Tuhan. Betapa saya itu adalah orang yang tidak layak dikasihi Tuhan. Saya adalah orang yang layaknya apa? Dihukum oleh Tuhan; menjadi buronannya Tuhan!” Dan sampai pada akhirnya, tanpa kasih Tuhan, tanpa belas kasihan Tuhan, kita yang berdosa ini harus masuk ke dalam neraka yang kekal. Maka kita minta pengampunan dosa dari Tuhan dan dari sanalah kita dimampukan juga untuk bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Karena tanpa pengampunan dosa dari Tuhan, kita tidak bisa mengampuni sesama kita yang bersalah kepada kita. Kalau kita bisa mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, itu karena pertolongan Tuhan. Karena kita sudah mengalami pengampunan dosa dari Tuhan. Kita butuh pengampunan Tuhan terlebih dahulu, barulah kita dapat mengampuni sesama, dengan sesuai firman Tuhan. Itu pertolongan Tuhan.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita betul-betul manusia berdosa. Kita harus sadar kita sudah melakukan kesalahan yang sangat besar kepada Tuhan, ya. Kita adalah manusia berdosa dan setiap hari kecenderungan kita berdosa. Dan status kita sampai sekarang pun – meskipun kita adalah dikatakan orang Kristen, orang yang sudah ditebus dengan darah Kristus – kamu orang berdosa nggak? Kita jawab, “Berdosa.” Kita ini berdosa kok, ya. Kita memang lemah. Kita memang berdosa. Maka dari itu yang dibutuhkan manusia berdosa adalah pengampunan dari Allah.

Nah, jika sungguh-sungguh menyadari dosa, maka manusia akan sampai kepada perasaan penyesalan, ya. Sampai perasaan bersalah dan akhirnya memohon ampun kepada Allah. Maka kesadaran sebagai manusia berdosa ini harus kita terus ingat! Jangan sampai kita rasa kita orang benar saja. Sudah dibenarkan dalam Kristus, sudah dibenarkan oleh darah Yesus. “Kita orang benar! Kita orang yang suci!” Nggak! Orang Kristen itu hidup dalam paradoks life, ya. Kita itu hidupnya betul bukan terpecah belah pemikiran kita tetapi sadar saya berdosa tapi sadar saya juga dibenarkan dalam Kristus. Itu yang membuat kita itu hidup benar di hadapan Tuhan. Kalau kita hanya sadar, “Saya berdosa, saya berdosa, berdosa.” Wah, kita akan menghina diri kita. Kita akan takut. Kita akan minder. Kita betul-betul layak binasa. Kita melupakan kasih Tuhan. “Saya berdosa.” Tapi kalau kita mengingat diri kita itu benar, benar saja, nanti jadi orang Farisi. Orang yang anggap diri benar, semua benar. Kebenaran itu memampukan dia selamat. Kebenaran itu memampukan dia berkenan di hadapan Tuhan. Nggak! Orang Kristen itu betul-betul sama-sama kedua hal ini. “Saya berdosa.” Betul-betul berdosa, ya. Betul-betul menyadari keberdosaan. Dan saya juga adalah orang yang dibenarkan di dalam Yesus Kristus. Dan kesadaran akan dosa ini akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu kita dikuduskan oleh firman Tuhan, ya, oleh Roh Kudus sendiri.

John Newton pernah mengatakan bahwa dirinya adalah great sinner. “I am great sinner. I am a great sinner.” Pendosa besar! Ketika menyadari dirinya pendosa besar, membawa kepada mana? Membawa kepada penyesalan. Nah, ini rumusannya: kalau kita betul-betul ngaku kita berdosa, ngaku kita itu betul-betul orang yang bersalah kepada Tuhan, mulai ada guilty feeling. Guilty feeling, penyesalan, merasa diri salah, buruk, sudah berdosa kepada Tuhan. Dan dengan usaha sendiri kita tidak ada jalan keluar untuk menyelesaikan guilty feeling ini, penyesalan ini. Gimana? Yudas berdosa, Yudas menyesal, tetapi dia tidak mohon ampun dan tidak bertobat. Untuk menyelesaikan guilty feeling, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, untuk menyelesaikan penyesalan harus ada pengampunan dan pertobatan. Itu tidak bisa dilepaskan. Kalau kita rasa bersalah, rasa buruk, minta ampun, minta maaf, ya. Terus bukan berhenti di situ: tinggal minta maaf, beres. Sudah, hati nurani lega gitu, ya. Minta maaf. Kalau salah minta maaf. Nggak! Ada pertobatan. Dan terutama kita minta kepada Tuhan sendiri yang menolong kita untuk diampuni dan juga mengampuni sesama dan akhirnya bertobat.

Nah, setelah penyesalan ada pengampunan, ya. Pengampunan Tuhan sediakan bagi kita yang berdosa dan Allah yang sendiri menggerakkan kita untuk memohon ampun atas segala dosa-dosa kita. Dan pengampunan yang sejati di dalam Kristus itu betul-betul menuntun kepada pertobatan setiap hari. Jadi kita bisa lihat urutannya ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebelum pengampunan ada penyesalan. Sebelum penyesalan, ada kesadaran dosa. Setelah pengampunan ada pertobatan. Mzm. 130:4 di situ dikatakan ya, “Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.” Pada Tuhan itu ada pengampunan supaya apa? Supaya kita itu takut pada Allah. Bukan penghukuman ya. Bukan penghukuman. Di dalam Tuhan ada pengampunan yang luar biasa besar, sehingga kita hormat kepada Allah. Menuntun kepada mana? Kepada pertobatan. Jadi seorang teolog, William de Burgh menjelaskan bahwa pengampunan yang dijelaskan dalam Mzm. 130:4 bukanlah pelonggaran keadilan yang ketat dari Allah. “Sudah karena Saya ampuni, sudah nggak ada keadilan. Kamu bebas.” Tetapi pengampunan dari Allah adalah penebusan Allah di dalam Yesus Kristus dan juga pemeliharaan Allah. Itu maksud dari Mzm. 130:4.

Nah apa itu pengampunan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Pengampunan itu sederhananya adalah melepas; dari yang tadi kita memegang sesuatu, kemudian melepas. Atau dari tadi kita terus berjalan, terus berhenti. Itu mengampuni. Itu definisi dari katanya. Nah Allah yang mengampuni itu seperti apa? Allah yang mengampuni adalah Allah yang memberi kelepasan, kebebasan. Dari mana? Dari hukuman dosa, hukuman neraka. Harusnya kita berjalan menuju neraka, Tuhan hentikan. Tuhan berhentikan. Ya Tuhan lepaskan kita dari hukuman neraka. Dengan cara apa? Bukan tidak adil, tetapi dengan cara mengutus Yesus Kristus untuk menanggung hukuman dosa kita supaya kita yang percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Nah ini adalah pengampunan yang sejati dari Allah. Itu pengampunan yang sejati.

Manusia pada akhirnya ketika bisa mengampuni sesama manusia, di dalam konteks betul-betul anugerah umum lah; karena pengampunan yang sejati itu dari Kristus, wahyu khusus, dan orang Kristen punya privilege untuk bisa mengampuni seperti Yesus mengampuni. Nah di dalam konteks anugerah umum, bagaimana sesama mereka yang berdosa, yang di luar Kristus, yang tidak pernah rasa diampuni Kristus bisa mengampuni sesamanya? Nah ini kan perbedaannya di antara orang Kristen dan orang non-Kristen itu bagaimana mengampuni. Nah sederhananya ya, manusia yang mengampuni itu adalah tindakan untuk tidak menyimpan dendam, kebencian, atau kesalahan orang lain. Sederhana gitu. Dia lupakan, berusaha lupa atau lupa sendiri, dia sudah mengampuni. Di dalam tataran anugerah umum. Orang yang tidak mengenal Kristus bisa lupa nggak? Banyak yang lupa. Bisa tidak mendendam nggak? “Sudah deh, ya sudah cuek!” Bisa. Atau mungkin dia menutup, menekan hati nuraninya, melupakan kesalahan orang lain. Bisa. Berhenti menjauhi, berhenti membenci, berhenti jahat kepada orang lain, itu artinya kita saling mengampuni sesama manusia. “Saya stop berbuat jahat. Saya stop menjauhi kamu. Saya stop membenci kamu. Stop. Lepas. Saya ada hak untuk membalas kamu, saya lepas.” Sudah, itu mengampuni.

Pengampunan berarti apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kembali mengasihi, kembali berelasi dengan orang yang sudah jadi musuh kita, yang sudah ada batasan dengan kita, yang sudah ada jarak. Kita mengampuni sesama. Mengampuni kesalahan sesama. Rumusnya seperti ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, 4P sederhananya. Dari mana kita bisa mengalami pengampunan? Yaitu ketika kita menyesal dan mengaku dosa. Kalau kita nggak mengaku dosa, kalau kita nggak menyesal, kita nggak akan meminta pengampunan kepada Tuhan. Dan Tuhan mengharapkan orang yang betul-betul memohon ampun ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita seringkali berdoa, “Tuhan ampunilah dosa-dosaku.” Setelahnya itu bukan cuma berhenti, “Ya sudah, yang penting Tuhan ampuni.” Melainkan pengampunan itu membawa kita kepada pertobatan setiap hari.

Nah mari kita baca Mzm 32:1,2,5 Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita buka suara, kita baca bersama-sama. Mzm 32:1,2,5, “Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ”Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” Di sini kita bisa lihat dari pengakuan dosa, ada penyesalan, ada rasa bersalah, ada pengampunan, ada pertobatan dan ujung-ujungnya adalah apa? Kebahagiaan. Daud mengatakan, “berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi.” Berbahagialah, bersukacitalah. Kalau kita diampuni dosanya oleh Tuhan, dan kita pun bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Dan orang yang bersalah kepada kita pun bersukacita karena kita ampuni. Jadi pengampunan itu membawa kepada apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Membawa kepada sukacita yang sejati, sukacita yang murni, tanpa beban. Kita bisa lepas, hidup kita dari beban kita tidak mengampuni kesalahan orang.

Salah satu definisi kasih apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian dalam 1 Kor. 13? Kasih itu menutupi segala sesuatu. Apa tutup-tutupi kesalahan orang? Semua ditutupi, pokoknya memperkenalkan orang itu sebagai orang yang baik saja gitu, ya. Bukan! Kalau di dalam bahasa Inggrisnya lebih jelas itu kasih itu bear everything. Ya, menanggung segala sesuatu. Yang tidak perlu diceritakan, tidak perlu. Kita bawa kepada Tuhan, kita doakan, Tuhan yang membereskan. Ya, tapi kita juga berusaha ingat, ya, karena ada pengampunan, setelahnya pertobatan, waktu kita ampuni kesalahan orang, tentu kita tuntut orang itu supaya bertobat, selayaknya Tuhan. Jadi, kita nggak memberikan kasih kita itu secara sia-sia. “Ya, sudah, saya ampuni! Saya ampuni!” Dia malah sudah minta hati, terus minta jantung dan lain-lain. Wah, makin berlebihan, ya. Makin melonjak, orang yang sudah kita maafkan seperti itu, ya.

Yesus menanggung apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Menanggung semua dosa kita. Itulah pengampunan. Dia menanggung semua hukuman dosa kita di atas kayu salib. Dosa di masa lalu, dosa di masa kita saat ini, bahkan dosa yang akan kita lakukan ke depannya sampai kita mati dalam dunia ini, Yesus tanggung semuanya di atas kayu salib. Bear everything. Bear our sins. Dia tanggung semuanya. Maka, hanya di dalam Kristus ada pengampunan dosa yang sejati. Pengampunan dosa yang sejati akhirnya membawa kita kepada pertobatan. Bukankah ini memberikan sukacita yang kekal, Bapak, Ibu sekalian? Harusnya, sukacita kita yang terbesar adalah ketika kita itu rasa diampuni oleh Kristus. Maka, kalau kita mau memberitakan Injil Tuhan, mau mengampuni sesama kita, mau memberikan sukacita kepada orang lain itu, caranya dengan apa? Salah satunya adalah dengan pengampunan. Maafkan mereka, tapi tuntut, “Ayo, kembali ke firman!” Maafkan dan tuntut dia bertobat. Itu susah. Susah sekali! Ini adalah di dalam kerohanian.

Seorang penulis yang sukses dari luar negeri bernama Greg Anderson,-ini suatu cerita yang terkenal sekali dalam dunia medis-dia pernah sakit kanker paru-paru dan kemudian dioperasi. Empat bulan setelahnya, Greg ini dikatakan bahwa kankernya sudah menyebar. Kanker dari paru-paru itu sudah menyebar ke sistem getah beningnya. Dokter bedahnya itu memberi tahu, “Kira-kira kamu akan bertahan hidup itu kurang lebih 30 hari lah, kamu bisa bertahan.” Terus kemudian, dia sudah putus asa. Coba, ya, bayangkan, ya, ini kita bisa menempatkan diri di posisi orang lain. Kalau dokter kasih tahu kita bahwa hidup kita tinggal 30 hari lagi, rasanya seperti apa? Ini gunanya imajinasi, ya, membayangkan, ya. Kita nggak pernah bisa mengalami pengalaman dia. Mungkin ini adalah pengalaman yang unik, ya, terjadi pada orang tersebut. Dia putus asa, sekarat. Dia kemudian menelepon organisasi-organisasi di seluruh negeri, terus ngomong kepada individu-individu yang mengalami situasi yang serupa. “Kalau sudah didiagnosis kanker, terus kemudian akan mati dalam waktu singkat itu, kamu itu memikirkan apa, sih? Pengalaman apa yang kamu pikirkan?” Lalu, ketika dia coba konsultasi dengan banyak orang, banyak organisasi, akhirnya satu-satunya pesan yang terus-menerus dia terima adalah tentang pengampunan. Lambat laun, Anderson menyadari bahwa, “Pengampunan adalah urusan saya. Forgiveness is my issue. Issue terbesar dalam hidup saya adalah pengampunan di dalam kondisi saya kristis, mau mati, sakit di rumah sakit,” gitu, ya.

Dan juga, akhirnya kita betul-betul lihat pengampunan ini juga menjadi suatu jalan di mana mempersiapkan orang untuk memasuki dunia yang akan datang. Biasanya, kan, kalau ada orang yang sudah mau mati, “Masih ada nggak yang ganjelan di dalam hati kamu?” Kita, kan, mempersiapkan orang mati juga, ya.  Bukan saja kita mempersiapkan orang untuk hidup dalam dunia ini, tetapi mempersiapkan orang juga untuk mati, menjalani kehidupan yang akan datang. Biasanya tanya, masih ada benci, nggak? Terus, kalau di Indonesia, ya, ada orang tuanya mati, meninggal gitu, ya, anaknya memohon, ya, “Mohon ampun kalau papa mama saya ada yang melakukan kesalahan kepada kalian.” Jadi, seolah-olah di dalam menuju kematian ini, perenungan yang muncul adalah tentang pengampunan. Jangan sampai ada grudge, ada dendam dalam hati, terus nggak bisa lepas gitu, ya.

Nah, Greg Anderson ini memiliki kesempatan untuk merenungkan tentang pengampunan cukup lama dan dia pernah ingat, ya, “Sebelum saya didiagnosis kanker, saya pernah bentrok keras dengan seseorang pekerja di kantornya.” Bertengkar keras, saling serang, saling tuduh. Dan ternyata, dia baru dengar juga, orang yang bertengkar juga sakit kanker akhirnya, tapi bukan kanker paru-paru, melainkan kanker prostat. Terus, dia berpikir, “Oh, ternyata ada hubungan antara perilaku dengan kesehatan. Perilaku kita itu berhubungan dengan kesehatan tubuh kita. Maka, ini sangat umum, ya. Ini pengetahuan umum, kok. Alkitab sendiri mengatakan, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur.” Kalau kita sedih, sedih, murung, murung, cepat mati! Itu berpengaruh dalam tubuh kita juga. Kemudian, apa yang dia lakukan? Si Greg Anderson ini melakukan apa? “Saya bergumul soal pengampunan. Saya ambil kertas.” Kemudian, dia mencatat nama-nama yang dia benci, gitu ya, yang dia sebel. Yang dia kayaknya rasa, “Saya butuh mengampuni dia”. Dia tulis namanya semua, terus dia juga berdoa supaya orang lain mengampuni kesalahan yang dia sudah perbuat.

Nah, kemudian diam-diam si Greg Anderson ini memaafkan. “Saya maafkan si A, saya maafkan si B, saya maafkan si C, saya ampuni orang-orang yang sudah bersalah kepada dirinya”, di tempat tidurnya selama empat hari dia berdoa kepada Tuhan, gitu ya. Terus Greg juga ingin mengunjungi musuhnya yang ada di rumah sakit juga. Ya, di dalam tulisan itu, wah, ada satu musuh yang baru bertengkar dia datengi. Ya, dia datengi, dia kunjungi orang yang sedang sakit kanker prostat itu, temannya itu. Terus kemudian dengan dia takut dan gentar, ya, dia berhasil mengucapkan, “Saya datang untuk memaafkan kamu. Saya minta maaf juga atas segala kesalahan yang saya perbuat. Saya sudah menyesal dengan luka yang sudah saya timbulkan kepada kamu.”. Oh, itu betul-betul, ya, perjuangan untuk ngomong kepada orang yang dibenci. Ya, yang dia sungguh-sungguh tidak mau ampuni dan akhirnya si musuhnya ini, ya, di dalam ranjang—di atas kamar tidurnya itu dia kemudian coba duduk di tempat tidurnya dan dia menggumamkan sebuah doa, “Ya Tuhan, ampunilah kami semua”. Ya, “Ampunilah kami semua”. Ya, ternyata orang yang dia anggap sebagai musuh juga membutuhkan pengampunan.

Dan uniknya ya, ternyata Greg setelah mengalami pengalaman pengampunan itu, dia mulai pulih dari kanker paru-parunya dan dia bertahan lebih lama dari pada diagnosa—diagnosis dokter. Dan dalam setahun dia membuat keputusan untuk membantu orang lain menyembuhkan kanker berdasarkan apa yang dia sudah pelajari. Ya, jadi apa? Tahun 1985 dia dirikan yayasan pemulihan kanker non-profit di Amerika. Ya, kisah Greg ini sangat terkenal sampai banyak orang diajak menggumulkan soal pengampunan dalam kehidupannya.

Unik, ya. Tuhan pakai seorang penulis dan itu berdampak pada kesehatan fisik seseorang sampai dia buat buku ini, ya. Lima puluh (50) Essensial Things to do When the Doctor Says It’s Cancer. Apa sih, yang seharusnya dilakukan orang ketika dokter mengatakan, “Kamu tuh sakit kanker”. Apa yang penting? Dia menjalani kehidupannya dan ini adalah satu kisah anugerah umum yang begitu indah, ya. Betapa pentingnya kita belajar mengampuni kesalahan orang. Betapa pentingnya kita rekonsiliasi. Masalah pasti ada. Ya, pasti bermasalah. Pertengkaran pasti ada. Mana ada manusia yang tidak ada pertengkaran? Pasti ada. Kalau memang pasti ada, justru solusinya harus bagaimana, ya, untuk mengatasinya? Ya, salah satunya adalah kita minta maaf dan memaafkan satu orang dengan yang lainnya. Itu memberikan kelegaan dan sukacita dalam hati kita dan ini sesuai dengan Firman Tuhan, ya. Joyful heart is good medicine. Hati yang gembira itu adalah obat yang manjur. Dari mana orang Kristen mendapatkan hati yang gembira? Dari meresponi anugerah Tuhan. Dari meresponi Firman Tuhan katakan apa. Waktu kita lakukan dengan tepat, dengan motivasi yang tulus ‘karena saya mau melakukan Firman’, pasti sukacita. Mana mungkin Tuhan katakan, “Ayo lakukan Firman. Kamu pasti sedih, pasti menderita”. Nggak, kan? Tuhan ketika beritakan perintah-Nya, Firman-Nya, itu, supaya kamu baik, sehat, sukacita, diberkati Tuhan. Ya, itu Firman Tuhan.

Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah doa yang diajarkan oleh Yesus. “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kalau kita bisa mengampuni orang, yaitu karena Tuhan sudah mengampuni kita terlebih dahulu atau karena anugerah-Nya yang menopang kita supaya kita bisa mengampuni kesalahan orang lain. Doakan orang lain yang sudah jadi musuh kita. Itu jauh lebih penting didoakan dari pada orang yang kita kasihi. Kita sering kali berdoa untuk orang yang kita kasihi. Salah! Ya, harusnya lebih sering berdoa untuk orang yang kita benci. Susah. Karena apa? Yang mengubah itu, orang adalah ketika kita lakukan Firman. Yaitu apa? Doakan musuhmu. Yesus katakan, “Doakan musuhmu, berkatilah mereka yang menjadi orang yang jahat kepadamu.” Doa pada musuh adalah sarana yang menolong untuk kita bisa mengampuni musuh tersebut, adalah sarana untuk memberikan kita juga sukacita, kelegaan, kelepasan. Dari “saya harusnya lakukan ini, saya benci kepada dia”, dari memegang beban itu kemudian kita lepaskan. Udahlah, ya, semua serahkan kepada Tuhan yang Maha adil.

Tim Keller pernah mengatakan, ya, suatu kalimat, “It is hard to stay angry at someone if you are praying for them. It is also hard to stay angry unless you feel superior and it is hard to feel superior if you are praying for them. Since in prayer you approach God as a forgiven sinner.” Coba kita lihat slide-nya. Ya, “Sulit untuk tetap marah pada seseorang jika anda mendoakannya.” Mungkin kalau kita sering marah sama orang tersebut, terus marah, mungkin kita jarang mendoakan, ya. Kenapa kita bisa marah sama orang? Nggak pernah doakan. Alkitab katakan boleh marah, ya, tapi jangan sampai berdosa. Berarti apa? Kita boleh marah, tapi kalau marah berlarut-larut, sampai matahari terbenam, akhirnya kita membenci dia, jahat sama dia, menjauhi dia, kita bukan melakukan kemarahan yang kudus, kita melakukan kemarahan yang tidak kudus. “Sulit untuk tetap marah kecuali anda merasa lebih unggul”, ya, biasanya gitu. Kita bisa marah kenapa sih? Saya rasa unggul, saya lebih hebat dari kamu, kamu tuh banyak cacatnya, jelek, negatif, ya, kacau hidupmu. Marah kan? Tapi kalau kita di bawah, gimana mau marah? Dia lebih hebat, dia lebih baik, misalkan ya, dia lebih cukup, dan lain-lain. Nggak bisa. “Sulit untuk merasa lebih unggul jika anda mendoakannya, karena dalam doa, anda mendekati Tuhan sebagai orang berdosa yang sudah diampuni.” Waktu kita berdoa itu kita merendahkan diri, datang kepada Tuhan, berlutut kepada Tuhan, ya. Ini suatu kalimat kristalisasi yang sangat bagus bicara soal pengampunan dari Timothy Keller, ya.

Nah, kemudian kita lihat juga, Bapak, Ibu sekalian, next slide. Ini juga adalah satu hal yang dicontohkan oleh Tuhan kita di atas kayu salib. Sebelum kematian Yesus di atas kayu salib, Yesus mengatakan 7 perkataan di atas kayu salib, dan kita lihat 7 Good Words from Jesus Christ. Pertama-tama apa? “Father forgive them”. Unik ya. Yesus sedang disakiti, Yesus sedang dijahati, Yesus ada godaan besar untuk membenci, ya, Yesus ada godaan besar untuk membinasakan mereka dengan menyuruh malaikat untuk menghanguskan mereka. Yesus ada godaan besar untuk benci kepada sesama tetapi Yesus berdoa untuk mereka, berdoa minta pengampunan dari Allah kepada mereka. Dan Yesus pun mengampuni mereka. Inilah yang membuat kita tidak berdosa di hadapan Tuhan dan juga tidak salah di hadapan sesama. Apa yang Yesus perintahkan bukan perkataan kosong yang tidak dilakukan oleh Yesus sendiri, Yesus mengampuni sesama-Nya, Yesus berdoa untuk musuh-Nya, Yesus Tuhan yang menjelma jadi manusia, sudah memberikan teladan bagi kita.

Lalu perkataan kedua kita tahu, ya, “Today you will be with Me in paradise”. Ini perkataan kepada penjahat yang dapat anugerah, ya, anugerah keselamatan. Terus ketiga, “woman, behold your son.” Ya, Yesus katakan kepada Maria, “inilah anakmu yaitu rasul Yohanes, Aku akan mati, Aku akan naik ke surga, sekarang kamu tetap punya anak” ya, yaitu rasul Yohanes yang masih muda ini. Dan rasul Yohanes dikatakan juga “Son, this is your mother”, ”ini adalah ibumu.” Jadi, kemudian perkataan keempat, “My God, my God why have you forsaken Me?” Ya, “Tuhanku, Tuhanku kenapa Engkau meninggalkan Aku?” Perkataan kelima, ⁠”I thirst”, “Aku haus”, betul-betul haus, ya, Yesus. Terus kemudian yang keenam, ⁠”It is finished.” Semua penderitaan Yesus tanggung, pengampunan dosa dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib. Kemudian yang ketujuh adalah “Father, into Thou hands I commit my spirit.” Ya, “kepada-Mu kuserahkan roh-Ku, hidup-Ku.”

Nah, untuk melakukan firman ini, Ia mengampuni sesama, orang lain, ya, di antara kita yang bersalah kepada kita, kita betul-betul susah, ya, bukan hal yang mudah. Tetapi justru karena itu hal yang sulit, berkatnya pun melimpah, ya, sukacitanya pun Tuhan janjikan dengan luar biasa besar. Ya, maka apa sih yang kita doakan kepada orang yang kita benci? Apakah doa kutukan seperti dalam Mazmur misalkan, ya, “binasakanlah dia Tuhan”, ya, “celakakanlah mereka”, ya, “kiranya mereka betul-betul menderita”, sengsara. Nggak ya. Ya, kita doakan apa, kita tetap doakan yang terbaik untuk dia. Ya, Tuhan boleh jalankan keadilan-Nya, terserah Tuhan, tetapi hati kita adalah mau mengasihi musuh kita.

Bila kita sudah beres di hadapan Tuhan, kita minta ampun dari Tuhan dan Tuhan sudah mengampuni kita maka kita belajar untuk mengampuni sesama kita yang berdosa, sesama kita yang melakukan kesalahan satu dengan yang lainnya. Kita tetap belajar, mendoakan, kita berelasi dengan baik dan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Wah, susah ya, ini sangat susah. Hukum Kristen itu sangat susah dilakukan di dalam dunia ini, karena dunia mengajarkan kalau orang jahat, ya bales jahat, kalau orang baik, bales baik. Tapi, hukum Kristen tidak mengatakan demikian, ya, kalau orang baik sama kita tetep baik, ya, kalau orang jahat sama kita tetep baik. Wah, susah sekali, justru ini adalah standar hukum Tuhan sendiri yang menunjukkan bahwa kasih Tuhan itu kepada orang yang berdosa dan lemah juga.

Nah, seorang novelis pernah menceritakan tentang pengalaman Yesus ketika berdoa, yang pertama itu ya, perkataan Yesus diatas kayu salib, “Father forgive them”. Kepada orang yang menyiksa dan membunuhnya, Tuhan Yesus memikirkan kepentingan hidup mereka supaya Bapa mengampuni mereka. Nah, ini adalah satu momen di mana iblis datang kembali setelah pencobaan di padang gurun. Di dalam Alkitab kan dikatakan “Setelah pencobaan di padang gurun, iblis itu menunggu waktu yang tepat untuk mencobai Yesus kembali.” Kita bisa melihat di awal pelayanan, Yesus dicobai oleh setan begitu besar selama 40 hari, setiap hari dicobai dan tiga pencobaan yang besar yang dicatat oleh Alkitab, tapi 40 hari dicobai. Nah, di awal pelayanan Yesus dicobai dengan begitu besar dan ketika di proses pertengahan pelayanan Yesus pasti setan pun mencobai dengan banyak hal. Dan terakhir sebelum menjelang kematian Yesus Kristus, setan datang kembali. Ini seorang novelis ya, menggambarkan bukan Alkitab jelaskan, ini mengimajinasikan seorang novelis itu mengatakan iblis itu datang kepada Yesus, lalu di telinga Yesus itu iblis membisikkan “Mereka itu tidak layak Tuhan, mendapat pengampunan, tidak usah ampuni, mereka berdosa gitu, sudah tidak usah ampuni”. Itu bisikan dari si iblis. Tetapi kemudian iblis mendengar perkataan Yesus, lalu dengan lantang mengatakan “Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus lawan dengan firman Tuhan, dengan kebenaran.

Bapak, Ibu sekalian, Yesus dicobai apalagi kita. Kita pun dicobai untuk membenci, untuk tidak mengampuni, kita bisa kesal sama orang, kita marah sama orang, lalu menggibah, menebar racun, menggosip, ngomongin kejelekan orang tanpa ngomong kebaikannya. Kalau masih ngomong kebaikannya mending ya. Dari ngomong yang jelek-jeleknya ada baiknya kok, berarti kita masih normal ya bisa objektif. Orang itu pasti ada baiknya ada buruknya kok. Masalahnya kita mempolarisasi itu nggak? Atau tetap objektif? Kalau polarisasinya terus baik, baik, baik terus kayanya salah sih. Mana ada orang yang baik-baik terus tanpa ada jahatnya. Tapi kalau kita mengatakan orang itu jahat-jahat terus nggak ada baiknya juga salah, kita harus lihat semua dalam terang firman Tuhan ya. Solusi kita dari kepahitan, kebencian adalah apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Penawarnya atau obat penawarnya adalah kita mengampuni. Nggak ada solusi lain ya. Bukan menindas, bukan menggunakan keadilan kita “Saya rasa harus begini hukumannya.” Nggak! Justru dengan pengampunan. Itu senjata terbesar kita sebagai orang Kristen kepada orang yang salah, yang berdosa kepada Tuhan, yang salah kepada kita, kita ampuni dia. Itu solusi terbaik bagi orang Kristen ya, doakan musuh.

Inilah persembahan yang membuat Tuhan senang pada kita, yaitu apa? Kita mengampuni kesalahan sesama kita. Next slide, kita lihat Mzm. 51:18-19 coba lihat slide selanjutnya. Di dalam Mzm. 51:18-19 di situ dikatakan “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Di dalam Mzm. 51:18-19 di situ dikatakan persembahan yang terbaik itu apa? Apakah uang kita? Uang kita yang banyak? Apakah perpuluhan kita? Apakah waktu kita? Apakah tenaga kita? Atau hasil kerja keras kita? Saya telah melayani Tuhan dengan giat, saya persembahkan seluruhnya hasil-hasil yang dipandang manusia begitu besar, saya berikan kepada Tuhan. Tetapi ternyata di dalam bagian Mzm. 51:18-19 ini dikatakan bukan itu persembahan yang paling berkenan di hadapan Tuhan, tapi apa? Hati yang hancur. Bukan hati yang bagus ya, hati yang ada bentuknya, ibarat hati seperti itu ya. Tetapi hati yang berkeping-keping, hancur. Kenapa? Jiwa yang hancur, hati yang patah, hati yang remuk, kenapa kita bisa remuk? Kenapa kita bisa patah hati? Kenapa kita betul-betul hancur jiwa kita? Karena sadar kita itu berdosa. Kita sudah lawan Tuhan. Nggak ada gitu merasa rendah hati, rendah diri di hadapan Tuhan ketika kita tuh berdosa. Hati yang hancur, kita tuh sudah bobrok. Hati yang menyesal atas dosa-dosanya dan pada akhirnya itu membawa kepada apa? Penyesalan, pengampunan dan pertobatan. Itu adalah persembahan yang terbaik bagi Tuhan.

Tuhan Yesus itu betul-betul menegur orang-orang yang memberi persembahan, memberi persembahan, memberi persembahan tapi tidak ada pengampunan, tidak ada kasihnya. Kamu lakukan semua kewajiban agamamu, kamu perpuluhan, kamu persembahan, kamu berdoa, kamu melayani sesama, kamu memberitakan firman – ini kepada orang Farisi ya dan ahli Taurat – tapi kamu tidak ada kasihnya, itu semua sia-sia di hadapan Tuhan, kasih kepada Tuhan ya. Maka dari itu, ini adalah persembahan yang paling berkenan kepada Tuhan. Pertobatan, ya. Tuhan tidak butuh hasil kita, ya. Tuhan tidak butuh usaha kita untuk bekerja bagi Dia. Dia sudah sempurna, Dia tidak butuh apa-apa. Dia cukup pada diri-Nya sendiri. Tapi, yang Tuhan lihat ketika Tuhan senang berkenan kepada kita tuh hati kita yang hancur. Dan ketika hati kita yang hancur itu memimpin kepada pertobatan, pasti hidup kita pun berbuah. Pasti hidup kita pun berdampak bagi sesama kita, ya. Itu pertama-tama. Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah kita sudah menyadari pengampunan Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita?

Seorang hamba Tuhan pernah mengatakan bahwa pengampunan Allah itu adalah produk surga, ya. Di surga itu ada pengampunan, Allah yang begitu besar kepada manusia yang berdosa, sehingga manusia yang berdosa tetap dipilih oleh Tuhan ini bisa masuk ke surga. Karena apa? Pengampunan Tuhan. Tanpa pengampunan, nggak ada orang yang bisa masuk surga, ya. Pengampunan adalah jalan menuju surga, pengampunan dari Yesus Kristus. Pengampunan Allah adalah tindakan kasih karunia Allah di masa lalu, sekarang, dan masa depan, yaitu adalah kedaulatan Allah. Maka, ada orang Kristen, ya, sebagian orang Kristen itu tidak setuju. Yesus mengampuni dosa kita itu bukan sampai ke masa depan kita waktu kita akan lakukan dosa. Nggak. Yesus mengampuni dosa itu hanya di masa lalu dan masa sekarang. Masa depan bagaimana? Nggak diampuni dosanya. Makanya kita berdoa, ”Tuhan ampuni dosa saya,” baru diampuni. Apakah Tuhan itu diatur oleh kata-kata kita dan doa kita Bapak, Ibu sekalian? Kalau saya berdoa minta ampun, baru Tuhan ampuni. Kalau saya tidak berdoa minta ampun kepada Tuhan, Tuhan tidak ampuni. Nggak. Tuhan mengampuni kita tuh tanpa syarat. Dia sudah pilih kita dan Dia akan ampuni kita. Bukankah itu pengampunan yang sangat besar? Tapi sayang sekali bila orang Kristen sendiri tidak mengerti pengampunan Allah yang begitu besar ini. Ketika kita mengerti pengampunan Allah, desain Allah, kita mulai belajar mengampuni kesalahan orang.

Ada satu cerita lagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya. Ada seorang pengkhotbah bernama Edgar Jones, bercerita tentang khotbahnya tentang “Pengampunan”, ya. Dia berkhotbah tentang pengampunan terus tiba-tiba setelah khotbah itu ada surat masuk ke dia. Ada kertas dari seorang jemaat perempuan, ya. Semoga nanti tidak ada surat, ya, ke saya, ya, tentang pengampunan ini. Nah, seorang jemaat perempuan ini ngasih surat ke dia, gitu ya, terus apa isinya? Ternyata jemaat perempuan ini background-nya adalah suaminya itu dibunuh orang, trus surat itu bertuliskan, dia baca, si pengkhotbah ini, ya mengatakan, ”Bagaimana kamu mengharapkan aku mengampuni para pembunuh yang keji yang telah mengambil nyawa suamiku? Kamu khotbah di sana, di depan, khotbah terus, kamu nggak mengalami pasangan kamu dibunuh, kan? Bagaimana kamu suruh saya untuk mengampuni?” Trus kemudian dia mengatakan, ya, si pengkhotbah Edgar Jones ini mengatakan, ”Tidak. Tidak temanku. Aku tidak harap kamu mengampuni para pembunuh kejam itu, ya, sebab aku adalah manusia yang lemah seperti dirimu.” Ya, ini dengan cara pendekatan yang halus tentunya, ya. Dia seolah-seolah, ”Udah, ya. Aku nggak memaksa kamu untuk mengampuni, tetapi, siapa yang ”memaksa”, akan tetapi Yesus Kristus mengharapkan kamu dan aku untuk mengampuni kesalahan orang, nggak peduli apa pun.”

Kita harus mencoba untuk mengasihi musuh-musuh kita dan berdoa bagi mereka yang sengaja memanfaatkan kita, ya. Dia memberitakan firman, perempuan itu lupa bahwa khotbah itu adalah perkataan Tuhan, bukan pengkhotbah itu sendiri. Pengkhotbah itu sendiri nggak usah didengar, manusia berdosa saja kok. Tapi, kalau pengkhotbah itu memberitakan firman Tuhan yang adalah firman di dalam Alkitab, dengar! Jangan tidak dengar. Yesus Kristus yang nyuruh kok, bukan kita. Kita ini lemah, saya juga nggak mau mengampuni, mungkin, seorang yang sudah membunuh keluarga, misalkan, ya. Banyak kejadian-kejadian di dunia itu begitu mengerikan, ya. Pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan, hukuman mati. Tanpa anugerah Tuhan, kita nggak bisa mengampuni. Tetapi, kalau perintah Tuhan untuk mengampuni, kalau Tuhan sudah memerintahkan kita untuk mengampuni, Tuhan pasti kasih kekuatan kepada kita untuk mengampuni. Apa pun itu, ya. Kesalahan orang sebesar apa pun, mengampuni.

Yesus Kristus telah mengajarkan hal itu dan telah memberi contoh, telah menghidupi tentang pengampunan di dalam kehidupan. Yesus dikhianati rasul-Nya, Yesus dibenci banyak orang, Yesus betul-betul disakiti oleh orang. Yesus pernah dipukul, Yesus pernah diludahi, ya. Yesus betul-betul mengalami penderitaan yang begitu besar dan Dia mengampuni, loh. Penderitaan kita bukan sampai fisik, ya, masih dalam tataran mental, pemikiran, gitu ya. Mungkin juga ada yang secara fisik, tapi kita bisa lihat bahwa Tuhan Yesus bisa mengampuni. Tuhan Yesus mengajarkan pengampunan. Maka, kita pun belajar untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tidak mudah? Tidak mudah. Kata siapa mudah, ya? Susah. Tetapi ini perintah Tuhan. Apalagi berkaitan dengan hal yang menurut kita berharga, ya. Misalkan kita ditipu ratusan juta, ada yang sampai stress. Hilang milyaran uang karena penipu. Itu bisa nggak mengasihi penipu lagi, gitu, ya? Terus baik-baik, ngopi bareng. Wah, kayaknya nggak bisa, ya? Susah. Gimana ya? Kayak gitu, ya? Tapi kita minta pengampunan Tuhan bagaimana akhirnya kita berespons kepada dia. Orang yang sudah menyakiti kita, mempermalukan kita, memperlakukan kita dengan tidak adil, bagaimana sih, bisa baik-baik sama orang tersebut? Nggak bisa, susah, dan memang tidak bisa. Namanya manusia berdosa, kita ingin balas dosa kepada Tuhan itu, dengan dosa lagi kepada Tuhan itu. Jahat sekali. Sekarang orang yang berdosa, yang melakukan kejahatan kepada kita, pertama-tama dia jahat sama Tuhan, baru dia jahat sama sesama. Nah, sekarang kita mau balas kejahatan orang tersebut dengan kejahatan, berarti kita jahatin Tuhan dulu baru jahat kepada dia. Pertama-tama hidup kita itu respons kepada Tuhan. Kenapa kita bisa baik terhadap sesama? Karena kita mengasihi Tuhan, baik kepada Tuhan. Kenapa kita bisa jahat sama sesama? Karena kita jahat sama Tuhan. Kita berdosa kepada Tuhan. Seluruh respons di dalam kehidupan kita ini, respons pertama-tama adalah kepada Tuhan dulu, kok. Nah, sekarang kalau kita mau membalas kejahatan orang dengan kejahatan, kita sudah dosa kepada Tuhan dulu. Nah, itu bukanlah hal yang Tuhan kehendaki.

Yesus perintahkan dan ajarkan untuk mengampuni. Di Alkitab, Rasul Petrus pernah bergumul soal pengampunan. Petrus katakan, tanya kepada Tuhan Yesus, ya, “Tuhan sampai berapa kali sih, aku harus mengampuni kesalahan orang? Tujuh kali?” Ya, angka sempurna bagi orang Yahudi, tujuh kali. Yesus katakan, “tidak tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh.” Apakah 490 kali? Bukan. Maksudnya adalah kamu itu ampuni terus. Sampai kamu mati, ampuni. Karena dosa selalu ada di dalam dunia ini, kamu pun pasti dijahatin orang, kamu pun pasti mengalami gesekan dengan orang, orang lain pun bisa salah kepada kamu, ya ampuni solusinya, apalagi? Ya, nggak ada. Solusi orang yang berbuat jahat kepada kita atau salah kepada kita itu, apa? Mau bales? Mau berdosa kepada Tuhan? Nggak ada. Solusinya ampuni sampai kamu mati. Dan kamu tahu bahwa pengampunan itu, kamu tidak bisa lakukan, karena Allahlah yang memberikan pengampunan dan menolong kamu untuk mengampuni.

Bukankah kisah-kisah pengampunan itu begitu banyak hal diceritakan di Alkitab? Ya, perumpamaan anak yang hilang. Yaitu apa? Bicara soal bapa yang penuh ampun. Anaknya sudah nggak hormat, minta warisan pada waktu orang tua masih hidup. Anaknya mau pergi ke negeri yang jauh, sebagai anonimus, ya. Dikatakan sebagai anonimus. Dia mau pergi ke negeri yang jauh, supaya apa? Orang tidak kenal dia, dia bebas melakukan apapun, karena tidak ada orang yang kenal dia. Kalau ada orang yang kenal dia, kan dia mungkin jadi malu, ya. Melakukan dosa di negerinya sendiri. Dia pergi jauh-jauh melakukan dosa. Udah miskin, udah melarat, udah Tuhan tegur, Tuhan hukum, akhirnya pikir-pikir, balik ke bapanya. Dan bapanya langsung mengampuni. Itu ya, mengampuni itu nggak ada ingat-ingat anak ini kurang ajar. Nggak ada. Kurang ajar sudah minta warisan, udah pergi jauh-jauh, tapi bapa yang mengampuni ini terus membuka relasi, ya. Bahkan menunggu di depan rumah setiap hari. “Mana anakku?” ya, “Kapan dia pulang?” Sampai dia bisa menyambut anaknya yang hilang itu.

Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya, Alkitab itu betul kita bisa katakan, ini buku pengampunan, kok. Mau belajar pengampunan itu di Alkitab. Nggak ada buku lain yang ngajarin pengampunan. Itu Alkitab tuh, betul-betul pengampunan, dari Yesus, dari Allah sendiri. Begitu indah pengampunan itu, ya. Alkitab juga menjelaskan kan, suatu kisah. Kalau ada orang yang hutangnya satu juta, dibandingkan dengan orang yang hutangnya 100 juta, mana sih orang yang mengucap syukur kalau hutangnya dihapuskan? Hutangnya yang banyak, bukan? Maka dari itu, kita sadar juga, ya. Maka kesadaran akan dosa ini penting sekali. Betul, kita tuh dosa begitu banyak di hadapan Tuhan, tapi Tuhan ampuni kita. Bukankah itu suatu sukacita yang begitu besar?

Sekali lagi Bapak, Ibu, sekalian, ya, agar kita bisa mengampuni kesalahan orang, itu tidak bisa dengan usaha kita sendiri. Kita hanya bisa meminta, berdoa kepada Tuhan, dan belajar melakukannya, ya. Hanya melalui pertolongan belas kasihan Tuhan saja. Pengampunan Allah atas dosa kita menjadi ukuran kemurahan pengampunan kita terhadap kesalahan orang lain. Ya, bagaimana saya bisa mengampuni kesalahan orang lain? Pikirkanlah pengampunan Allah kepada kita, ya. Pengampunan Allah itu begitu besar. Dosa kita begitu besar. Sebagaimana Yesus telah ampuni dosa kita, marilah kita mengampuni sesama kita.

Saya rindu, ya, menutup kotbah ini, kita menyanyikan lagu pujian, satu, ya. Tentang, ini pujian yang sangat bagus, ya. Judulnya “Meekness And Majesty”, Itu ada di KRI. Mari kita lihat saja, ya di slide-nya, teksnya. Ini bicara soal Yesus Kristus dengan kerendahan hatinya yang luar biasa, mau mengampuni kita, ya. Mari Bapak, Ibu sekalian, kita menyanyikan lagu pujian ini. Kita dengarkan dulu melodinya bersama-sama, ya.

Meekness and majesty, Manhood and Deity, in perfect harmony, the man who is God. Lord of eternity dwells in humanity, kneels in humility, and washes our feet. Oh what a mystery, meekness and majesty. Bow down and worship, for this is your God. Father’s pure radiance, perfect in innocence, yet learns obedience to death on the cross. Suff’ring to give us life, conqu’ring through sacrifice, and as they crucify prays, “Father, forgive.” Oh what a mystery, meekness and majesty. Bow down and worship, for this is your God. Wisdom unsearchable, God the invisible, love indestructible in frailty appears. Lord of infinity stooping so tenderly, lifts our humanity to the heights of His throne. Oh what a mystery, meekness and majesty. Bow down and worship, for this is your God.”

Mari kita berdoa. Bapa kami yang di surga, kami bersyukur untuk firman Tuhan yang boleh kami terima hari ini. Kami diingatkan kembali tentang pengampunan Yesus Kristus yang begitu sempurna di atas kayu salib. Kami seharusnya binasa dalam dosa kami, kami seharusnya terhilang, tetapi karena kasih Kristus, karena pengampunan Kristus, kami boleh diselamatkan, kami boleh Tuhan cari dan kami boleh ditemukan oleh Tuhan untuk bisa melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan. Ajari kami Tuhan untuk mengampuni sesama kami, mengampuni orang yang jahat kepada kami, yang salah kepada kami. Dan kiranya Tuhan sendiri juga boleh memberikan kami kekuatan untuk menjalani hari-hari bersama dengan Tuhan saja. Pimpin, Tuhan, hidup kami ini. Kami serahkan hidup kami ke dalam tangan Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa. Amin. (HS)