Yak. 1:13-15
Pdt. Stephen Tong (VCD)
Ayat-ayat yang kita baca ini adalah ayat-ayat yang paling unik mengenai sumber dan keberadaan dosa di dalam alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan. Ayat-ayat yang kita baca ini mempunyai keunikan tersendiri yang tidak ada di dalam seluruh Kitab Suci. Satu-satunya tempat yang memberikan penjelasan kepada kita dosa dari mana dan dosa mengakibatkan apa, sehingga sesuatu rangkaian, sesuatu sistem, dan sesuatu proses dari mana berdosa dan akhirnya bagaimana dosa mengakibatkan kematian, seluruhnya diungkapkan di dalam beberapa kalimat ini.
Saudara-saudara, kita sudah bicara berapa kali dalam pasal pertama mengenai perbedaan antara ujian dan pencobaan. Manusia menerima pencobaan, dan manusia menerima ujian. Ujian dan pencobaan dua-duanya itu tidak enak diterima. Dua-duanya itu mempunyai kesulitan-kesulitan yang tertentu sehingga kadang-kadang kita sulit menahan, sulit menolak, dan kadang-kadang kita sulit mengatasinya. Tetapi Saudara-saudara sekalian, kita telah membicarakan 3 perbedaan di antara pencobaan dan ujian. Pencobaan itu dari setan, ujian dari Tuhan Allah. Pencobaan bersifat jahat, ujian bersifat baik. Pencobaan mengakibatkan manusia jatuh di dalam dosa untuk melawan Tuhan, ujian mengakibatkan manusia dikuatkan di dalam iman dan lebih dekat kepada Tuhan. Itu sebab ujian bukan pencobaan, dan pencobaan bukan ujian. Namun demikian, jangan lupa, pencobaan dan ujian waktu tiba kepada kita, kadang-kadang kita tidak bisa menerima karena kesulitan yang sangat berat. Itu sebab kita harus tahan. Kita harus mengalahkan. Kita harus bisa menerima dan mengalahkan, melewati, mengalami semua ini, akhirnya kita menang, baik di dalam pencobaan maupun di dalam ujian. Bagaimanakah caranya? Cara mengalahkan pencobaan yaitu engkau mempunyai kekuatan dari Tuhan yang cukup, bahkan lebih, sehingga engkau bisa melihat, bisa menjelaskan, bisa membedakan, dan akhirnya engkau bisa menolak. Bagaimana engkau bisa mempunyai kekuatan untuk mengalahkan atau berada di dalam ujian dari Tuhan? Jika engkau mengerti mengapa menderita, engkau mengerti segala sesuatu yang diizinkan oleh Tuhan mempunyai keindahan dan mempunyai rencana yang menyempurnakan. Nah engkau mengerti di dalam ujian engkau tidak mungkin dibiarkan. Engkau tidak mungkin dibuang, ditolak, sehingga kurang anugerah Tuhan untuk engkau. Dengan iman dan pengertian semacam demikian, engkau pegang erat tangan Tuhan, dan engkau betul-betul minta kepada Tuhan bijaksana dan kekuatan, keberanian dan penuh cinta kasih kepada Tuhan untuk melewati, melampaui proses diuji ini.
Saudara-saudara sekalian, orang yang mengalahkan ujian akan memperoleh mahkota hidup, seperti apa yang kita sudah katakan pada minggu yang lalu; Kemenangan atas ujian, mengalahkan ujian, mengalahkan segala pencobaan dan akhirnya engkau setelah diuji, engkau memperoleh mahkota hidup. Yang disebut mahkota hidup ini bukan mahkota kehidupan, tetapi mahkota hidup terjemahan bahasa Indonesia kurang tepat sedikit. Saudara-saudara, life and living harus dibedakan. Hidup dan kehidupan itu berbeda. Hidup adalah zat asasi yang berada di dalam. Kehidupan adalah suatu proses yang dialami. Banyak orang mengalami kehidupan yang indah, yang kaya, yang mulia, tapi tidak mempunyai hidup yang mulia dan bermutu. Sedangkan ada orang mempunyai hidup yang sangat mulia, hidup yang sangat anggun, tapi dia tidak pernah mengalami kehidupan yang kaya dan lancar. Ada orang yang anggun, hidupnya tidak lancar. Ada orang yang hidupnya tidak anggun sama sekali, tetapi karena dilahirkan di dalam keluarga kaya, dia berfoya-foya. Kehidupan dan hidup itu berlainan. Jikalau engkau mempunyai hidup, dan hidupmu mempunyai mahkota, berarti engkau mulia bukan karena uangmu, bukan karena kedudukanmu; mulia karena imanmu, karena kebenaranmu, karena watakmu, karena moralmu, karena kesucianmu. Maka di sini dikatakan, jikalau orang sudah mengalahkan, sudah menang atas ujian-ujian itu, maka dia akan diberikan mahkota hidup, the crown of life. Crown of life, your life is so valuable. Your life is so honorable. Engkau punya hidup begitu bermutu, begitu bernilai, begitu hormat, sehingga hidupmu adalah hidup yang bermahkota.
Saudara-saudara, orang yang hidup bermahkota selalu mempunyai kecacatan, cacat yang berada dalam hidupnya, karena mereka melewati peperangan yang sengit, melewati ujian yang sangat berat, melewati kesulitan-kesulitan, lembah-lembah tangisan yang mencucurkan air mata yang banyak. Dan di situlah mendapatkan sesuatu ketangguhan, kekuatan, kemuliaan, kehormatan hidup, tidak mungkin sembarangan digoncangkan oleh siapa lagi. Orang yang mempunyai mahkota hidup, dia sudah diangkat tinggi oleh Tuhan. Karena mahkota itu diberikan oleh Tuhan sendiri, sehingga ia berada di tempat yang sangat tinggi dan banjir tidak akan melanda dia. Tak mungkin dia dihanyutkan dalam kebinasaan karena dia sudah diangkat tinggi oleh Tuhan. Sebagaimana Alkitab mengatakan Allah mengangkat orang miskin dan duduk bersama dengan anak raja, Allah mengangkat orang keluar dari lumpur dosa, dan berdiri di atas batu karang. Itu artinya. You are ascended. Saudara diangkat, ditaruh di tempat yang tinggi, Saudara dipermuliakan oleh Tuhan, Saudara tidak akan dipermalukan karena engkau sudah melewati ujian-ujian yang diizinkan oleh Tuhan kepada engkau, dan engkau sudah mencapai kemenangan atas segala kesulitan-kesulitan yang tidak gampang ditangani oleh orang lain. Orang yang sudah melewati ujian-ujian, melewati penganiayaan, melewati ejekan, fitnahan, maka dia akhirnya berada di tempat yang tinggi karena Tuhan memberikan tambahan nilai di dalam hidupnya. Dan nilai yang tertinggi itu adalah Tuhan sendiri menaruh mahkota di atas kepalamu. Orang yang mewarisi kerajaan, pada waktu ayahnya meninggal dunia, mereka diberikan pelantikan, diberikan mahkota, dan itu merupakan suatu puncak kemuliaannya seumur hidup.
Kalau Saudara pergi ke Versailles, pergi ke Louvre, engkau akan melihat satu lukisan asli dari pada David, lalu dikopi lagi, satunya taruh di Versailles, yaitu pada waktu mahkota diberikan kepada Napoleon, dan Napoleon membawa mahkota itu untuk memahkotai istrinya namanya Josephine. Dia begitu cinta sama Josephine, dan dia tidak mau Josephine, dan tidak mungkin Josephine dimahkotai karena Josephine seorang perempuan. Yang dimahkotai raja, bukan dia. Tetapi dia sendiri memberikan mahkota kepada Josephine, padahal Josephine tidak layak menerima mahkota itu, dan Josephine juga seorang perempuan yang tidak memuaskan Napoleon. Dan akhirnya begitu penuh dengan cinta, kalau tidak dapat Josephine, Napoleon seumur hidup rasa hidup tidak berarti. Tapi setelah nikah, hidupnya ndak pernah bahagia sungguh-sungguh. Saudara-saudara, itu pemahkotaan di dalam dunia merupakan puncak kemuliaan hidup engkau di dalam dunia ini. Queen Elizabeth pada waktu umur 20 lebih sudah menjadi ratu Inggris. Dan pada waktu dia dijadikan penerus dari pada King George V yang meninggal dunia maka dia menjadi ratu perempuan, ratu yang dijunjung tinggi seluruh British Empire pada waktu itu. Tahun kedua dia dimahkotai. Nah Saudara-saudara, ini adalah kemuliaan dia yang paling tinggi. Tetapi orang seperti begini di dunia ini tidak lebih dari 10. Sekarang kerajaan-kerajaan yang masih sisa sedikit sekali.
Alkitab mengatakan barang siapa yang mengalami ujian diberikan mahkota hidup oleh Tuhan sendiri. Itulah kemuliaan sungguh-sungguh. Banyak orang ingin mulia tapi tidak ingin ujian. Banyak orang ingin dihormati tidak ingin bayar harga. Banyak orang ingin sukses, tapi tidak ingin mengalami penderitaan. Saya minta gereja ini, pendeta-pendeta di gereja ini, mahasiswa-mahasiswa yang berada di dalam institut di dalam gerakan ini, dengar baik-baik semua prinsip-prinsip ini. Tanpa kematian tidak ada kebangkitan, tanpa salib tidak ada mahkota. Ini prinsip dasar. Ini prinsip total. Ini prinsip Alkitab. Ini prinsip yang tidak bisa diabaikan. Kita ingin mendapatkan mahkota, kenapa kita tolak salib? Kita ingin dibangkitkan, kenapa kita tidak mau dimatikan? Kita ingin mulia, kenapa engkau tidak mau dipermalukan? Saudara-saudara, dipermalukan, salib, susah, menderita, siksa, sengsara, penganiayaan, bukankah itu sudah diselesaikan oleh Tuhan di dalam kemenangan keselamatan? Bukankah itu sudah karena Kristus mengalahkan dosa, kita dibebaskan dari itu? Tidak. Saudara-saudara, itu pengertian yang beda antara success theology dan reformed theology. Di dalam teologi reformed prinsip-prinsip Alkitab itu tetap berlaku dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, sampai segala zaman, sampai Kristus datang kembali. Di dalam teologi dispensasi, di dalam teologi orang-orang yang tidak bertanggung jawab, mereka selalu mencomot ayat-ayat janji untuk menjadi daya tarik. Ayo datang menjadi orang Kristen, engkau mulia, engkau hormat, engkau diberkati, engkau diberi kecukupan, engkau kaya, itu teologia kemakmuran yang menghilangkan atau membuang proses. Proses lebih penting daripada akibat.
Saudara-saudara, biarlah konsep-konsep ini tertanam di dalam pikiranmu, lalu engkau didik kepada anak-anakmu sehingga mereka yang tidak melalui proses hanya mau menerima akibat mereka itu adalah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Biar mereka mengerti, akibat itu menunggu orang yang mau diproses. Dan semua orang ingin prosesnya sehemat mungkin, segampang mungkin, sesingkat mungkin, sehingga saya boleh mendadak menjadi orang yang sukses. Itu namanya kebudayaan Supermi. Apa itu Supermi? Yaitu kotak dikasih air panas, langsung matang, langsung boleh makan. Orang yang mengerti makanan, orang yang mengerti seni makan, tahu kalau Supermi itu ndak enak. Semua orang bilang Supermi enak, enak, enak, anak kecil. Saudara-saudara, kalau engkau bilang saya dewasa, saya juga mengatakan Supermi enak, engkau anak kecil. Engkau tidak akan merobah, karena itu tidak mengalami proses. Lain sekali. Orang yang diproses oleh Tuhan adalah orang yang berbahagia sekali. Tetapi di dalam proses tidak enak sekali. Sangat tidak enak. Harus menderita, harus miskin, harus tidak lancar, harus dihina, harus mengalami studi yang berat sekali. Proses itu menjadikan engkau matang. Begitu banyak orang yang ingin mendapatkan mahkota tanpa salib, mendapatkan kebangkitan tanpa mati, mendapatkan kemuliaan tanpa penganiayaan, mendapatkan kekayaan tanpa tanam modal, mendapatkan kesuksesan tanpa bayar harga, itu tidak bisa.
Saudara-saudara sekalian, barang siapa yang tahan uji, menang atas ujian, dia dapatkan mahkota hidup. The crown of life. Mahkota hidup. Mahkota eksistensi. Mahkota nilai jiwamu yang diangkat oleh Tuhan sendiri dari lumpur dosa ke atas batu karang. Dari tempat orang miskin, dari sampah, ke istana. Siapakah kita? Kita adalah orang-orang yang akhirnya akan diundang di dalam pesta dari Anak Putra Mahkota Allah, Yesus Kristus, pada waktu Dia datang kembali dan orang yang diundang berada dalam pesta itu adalah orang yang sudah menerima keselamatan, orang yang sudah menerima ujian, orang yang mencapai kemenangan. Saudara-saudara, dan yang mengundang kita, yang menjamu kita, Kristus Yesus. Dia adalah orang yang mengalami proses dilahirkan di dalam palungan, dan dia berdoa taat di dalam Getsemani. Bayangkan dari pada tempat lahir sampai tempat dia ditangkap, itu seumur hidup berapa banyak kesengsaraan, kesulitan, penganiayaan, umpatan, fitnahan, penghinaan, peneomoohan yang diterima. Akhirnya Dia bangkit, dan status kekekalan Dia tidak mungkin dirobah oleh siapa lagi, karena Dia sudah melalui proses, Dia sudah mengalahkan segala pencobaan dan sudah melewati segala ujian.
Saudara-saudara, kita bisa membedakan ujian dan pencobaan. Kalau kita sudah bisa membedakan, lalu kita akan melihat sesuatu yang sudah disinggung minggu lalu. Kenapakah Tuhan menguji orang dan Tuhan mengizinkan orang yang sama itu pada waktu ujian di dalam pengalaman yang sama, dicobai setan? Sekali lagi perhatikan. Tuhan menguji orang, orang yang sama, saat yang sama, peristiwa yang sama, mengapa Tuhan senang menguji dia, Tuhan mengizinkan setan untuk mencobai dia? Nah ini yang bikin orang Kristen kacau. Kalau begini, bukankah Tuhan Allah sedang bekerja sama dengan setan sehingga memakai setan untuk mencobai kita dan memperalat pencobaan itu dirobah menjadi ujian supaya kita diproses, begitu? Kenapa ada joint venture? Kenapa ada company? Kenapa ada kerja sama antara Tuhan Allah dengan setan? Bukan kerja sama, Saudara-saudara. Kalau kerja sama berarti ada tujuan yang umum; apa yang menjadi tujuanmu, juga menjadi tujuanku. Kerja sama berarti ada rencana yang sama tetapi mungkin kompromi di dalam metode. Tuhan tidak ada rencana in common with satan. Tuhan tidak ada interest yang sama dengan setan. Maka yang ditetapkan oleh Tuhan justru dibenci oleh setan. Dan yang direncanakan oleh setan justru akan dirusak oleh Tuhan Allah. Itu sebab, tidak ada, dan jangan ada pikiran dan potensi bibit pikiran memberikan konklusi Allah kerja sama dengan setan. Nah Saudara-saudara, di dalam Alkitab ada istilah-istilah yang sangat mengagetkan, istilah-istilah yang membikin kita sulit mengerti. Alkitab tempat pertama mengatakan, Allah merangsang Daud untuk menghitung akan rakyatnya. Peristiwa lain di dalam buku yang lain mengatakan, setan yang merangsang Daud untuk menghitung bilangan dari pada rakyat. Loh kalau begini bukankah berarti dua-dua merangsang? Kalau begini bukankah berarti Allah sama setan bekerja sama? Justru bukan.
Alkitab adalah buku paradoks. Alkitab adalah buku yang melampaui logika, supralogical writings. Itu sebabnya, jangan kita pakai logika sepenuhnya untuk mengerti. Saya tidak berarti tidak boleh pakai logika, harus ada logika. Dan orang Reformed adalah orang logical, tapi kita mengetahui our faith is supralogical. Kita memakai logika kita sekuat mungkin, tetap kita percaya firman melampaui logika. Orang-orang liberal pakai logika untuk mengikat kebenaran, orang-orang Karismatik untuk apa yang mereka percaya di intuisi mereka untuk membuang logika. Dua-duanya salah. Orang Reformed di dalam metode, kita mengerti kita pakai logika semaksimal mungkin, we should be very rational, tetapi we must not be a rationalist. Kita adalah orang rasional, orang yang memakai logika sekuat mungkin, tetapi kita tidak terjerat oleh ikatan dan keterbatasan logika karena logika itu dicipta, logika tidak melampaui penciptaan.
Saudara-saudara, yang dicipta adalah terbatas. Dan yang dicipta dan sudah dinodai oleh dosa, bukan saja terbatas, sudah terpolusi. Jadi saya memberikan 3 hal tentang logika: First, created. Kedua, limited. Ketiga, polluted. Yang dicipta dan yang terbatas, yang sudah dipolusikan, tidak mutlak. Sehingga logika dari filsuf siapapun yang paling kuat tidak boleh dipersamakan dengan, identikkan dengan kebenaran. Pengertian-pengertian yang masuk akal tidak berarti sudah kebenaran. Banyak hal yang masuk akal adalah hal yang tidak sesuai dengan tuntutan hati nurani. Saudara-saudara, kalau engkau mencari pengacara, lalu naik banding, apa saja, sampai mendapatkan pengacara yang terpintar. Pengacara-pengacara itu biasanya sudah begitu hafal, dan mereka bisa betul-betul mempergunakan butir-butir di dalam hukum, dengan begitu lincah dan begitu logis, sehingga sulit dibantah oleh orang-orang lain. Namun demikian, banyak pengacara itu bukan melayani kebenaran, mereka melayani uang. Sehingga client-nya membayar lebih banyak, dia bisa putar balikkan yang benar menjadi salah, salah menjadi benar. Itu sebab banyak hakim yang sulit masuk surga. Semua… satu dua tiga: banyak hakim yang sulit masuk surga karena mereka lebih suka melayani uang dan orang kaya daripada melayani kebenaran. Nah Saudara-saudara sekalian, kenapa bisa begitu? Karena hukum yang dibikin oleh manusia terbentuk daripada sastra, terbentuk daripada huruf, terbentuk daripada kalimat-kalimat yang bisa diartikan berbeda-beda. Sehingga, kalau hatinya serong, otaknya pintar, hati yang serong memperalat otak yang pintar. Itu sebab apa yang dikatakan Martin Luther: ratio bisa menjadi pelacur. Our reasoning is a whore, prostitution. Orang yang mempelacuri perempuan sama seperti orang yang hatinya serong mempelacuri akan otak.
Saudara-saudara, maka mari kita mengerti, itu katakan serangan daripada setan merangsang Daud, sama serangan daripada Tuhan Allah merangsang Daud untuk menghitung. Dua peristiwa sama. Tetapi karena they have not the final purpose in common, no right motivation in common, only God has the right and the pure motivation in edifying people. Itu sebab, Allah menguji, setan mencobai. Tetapi orang yang mengalami tidak tahu, ini ujian Allah atau itu pencobaan setan. Maka pada waktu itu, waktu imannya lemah, dia mengomel. Nah sekarang, ayatnya di sini, “Jikalau kau dicobai, jangan berkata: aku dicobai oleh Allah.” Hati-hati! Begitu banyak orang Kristen kalua di dalam kesulitan, di dalam kemiskinan, kepicikan, penganiayaan, langsung datangnya kepada Tuhan dan langsung menyerang Tuhan, langsung mencela Tuhan, langsung ngomel kepada Tuhan, “Kenapa…. Kenapa…?” kita ngomel kepada Tuhan hanya karena satu sebab: kita tuntut yang Maha Kuasa harus kerjakan segala sesuatu menurut apa yang kita ingin kuasai Dia. Jadi kalau Engkau Maha Kuasa? Kerjakan ini.. kerjakan itu! Engkau kalau Maha Kuasa, kenapa tidak selesaikan dengan cara begini? Engkau percaya Allah Maha Kuasa? Percaya… aku percaya Allah Maha Kuasa. Jadi Allah yang Maha Kuasa – engkau percaya Dia supaya memperalat Dia dengan kuasamu, begitu? Kalau begitu, Dia Maha Kuasa, engkau Maha Kuasanya Maha Kuasa. Kalau Dia Maha Kuasa, engkau ingin menguasai yang Maha Kuasa – itu kurang ajar. Maka kedaulatan Allah, ini menjadi salah satu segi doktrin yang penting di dalam Reformed Theology. Kita seumur hidup takluk kepada kedaulatan Allah, takluk kepada kehendak yang tertinggi, kemauan Dia, sehingga kebebasan Dia lebih tinggi daripada kemauanku. Tuhan, let Thy will be done!
Di dalam hal ini, ide dari Islam sangat mirip dengan Reformed Theology, di dalam hal ini orang Islam menyebut diri sebagai muslimin. Muslimin berarti orang yang taat mutlak kepada Tuhan Allah. Saudara-saudara, orang Kristen harus belajar menjadi taat kepada kehendak Allah, taat kepada kedaulatan Allah karena Allah bukan Santa Claus yang menjadi dermawan sewenang-wenang. Allah bukan alat yang boleh dipakai oleh kita menurut kehendak kita. Allah adalah Allah yang berdaulat, maka kedaulatan Tuhan, hak Tuhan, kebebasan Tuhan harus di atas manusia. Jikalau engkau menderita, engkau tidak membedakan ini ujian atau ini adalah pencobaan. Jika engkau menderita, engkau langsung dating kepada Tuhan tuntut: “Kenapa Engkau kerjakan ini? Kenapa Engkau memperbolehkan ini terjadi? Di manakah Engkau waktu sengsara ini terjadi?” Di manakah Tuhan pada waktu sengsara terjadi? Engkau kira Dia tidur, engkau kira Dia mengabaikan, engkau kira Dia lupa, engkau kira Dia tidak mampu, engkau kira Dia tidak berkuasa.
Sir Arnold Toynbee di dalam bukunya mengenai Religion in the 20th century dan di dalam study of history, dia mengatakan salah satu kesulitan dalam agama, adalah sulit menerima dua ini sejajar – sesuatu: Allah yang Maha Kuasa apakah Dia Allah yang Maha Baik? Atau Allah yang Maha Baik apakah Dia Maha Kuasa? Orang yang percaya Allah itu baik, tidak mengerti kenapa begitu baik Tuhan Allah membiarkan aku menderita seperti ini? Berarti baik Tuhan, Engkau baik, aku tahu Engkau baik, tapi Engkau tidak berdaya menolong aku pada saat itu. Jadi Engkau adalah Allah yang baik tapi kurang berkuasa. Atau kesulitan kedua: Allah itu Maha Kuasa, Dia bisa kerjakan segala sesuatu. Tetapi pada waktu saya menderita, Dia tidak mau kerjakan, karena tidak Maha Baik. Is God all good, at the same time also He Almighty? Kalau Allah Maha Kuasa, kenapa pada waktu saya menderita Dia tidak bantu? Mungkin Dia tidak Maha Baik. Atau, jika Allah itu hatinya baik, sepenuhnya baik, Allah Maha Baik; pada waktu saya menderita Dia tidak menolong, Dia tidak Maha Kuasa, “Oh anakku, aku mau tolong tapi nggak mampu.” Kasian ya Tuhan, ya?
Jadi saya mau tanya, Saudara bisa percaya nggak, Allah yang Maha Baik sekaligus adalah Allah yang Maha Kuasa? Bisa nggak? Eh saya tanya, lu diam-diam melotot liat saya buat apa? Jawab dong. Yang you anggap baik, selalu menurut interpretasimu. Sama, yang you anggap kuasa, selalu menurut kemauanmu, “Kalau Allah Maha Kuasa, mustinya begini.. begini.. begini… baru Maha Kuasa.” Berarti Maha Kuasa Allah harus berada di dalam lingkup pengertian kuasamu dan kehendakmu. Allah tidak mau. Berarti kebaikan harus menurut interpretasimu, apa itu baik. Allah tidak mau. Nah di sini kedaulatan Allah menjadi penting luar biasa. Di sini signifikansi Teologia Reformed menjadi sangat-sangat nonjol, karena apa? Our God is totally different from gods in human understanding and human apprehension. Saudara-saudara, bukanlah Allah yang kita ngerti setelah kita berdosa, itu yang menjadikan Dia Maha Kuasa dan Maha Baik. Allah yang Maha Baik adalah Allah yang melampaui pengertian setelah otak kita jatuh dalam dosa. Created, limited, polluted. Jangan lupa otak kita adalah otak yang dicipta, yang terbatas, yang sudah dinodai. Sehingga bagaimana kita merefleksikan pikiran kita untuk menuntut kepada Tuhan Allah, itu bahaya sekali.
“Allah, Engkau kalau baik, kenapa Engkau tidak kerjakan ini?”
Tuhan mau tanya: “Kenapa Saya harus kerjakan?”
“Itu baik untuk saya!”
Tuhan mengatakan: “Benarkah itu baik untuk kamu? Itu baik untuk kamu adalah menurut ukuranmu sekarang, menurut interpretasimu sekarang, yang akan kau menyesal pada hari-hari yang akan datang.”
Selain interpretasi kebaikan dan kekuasaan, dua hal yang kita sudah tercemar, yang ketiga adalah proses. Nah ini apologetika. Proses apa? Waktu mempunyai peranan yang penting di dalam menggenapi rencana Tuhan Allah. Belum waktunya. Baik sih baik, tapi bukan sekarang. Kita terlalu tergesa-gesa, kita terlalu mendesak, kita terlalu mau Tuhan kerjakan sesuatu menurut apa yang saya ngerti dan apa yang saya mau sekarang! Tuhan bilang tanya, “Why according to your interpretation? Why submit to your will? And why now? Kenapa sekarang? Kenapa harus sekarang memberikan apa yang kau mau?”
Saudara-saudara, yang Tuhan tentukan itu jauh lebih penting daripada saat-saat kita rasa perlu. Anak umur 12 minta pisau cukur, papa bilang: “Saya akan kasihkan kamu, tapi engkau belum ada jenggot, buat apa kasih pisau cukur sekarang? Nanti dong. Tunggu dong. Tunggu!” Tetapi anak wanita bilang, “Saya juga mau!” Sampai mati nggak usah dikasih, karena nggak ada jenggot yang perlu dicukur. Saudara-saudara… engkau bilang, “Saya cukur tempat yang lain.” Terserahlah.. Tetapi Saudara-saudara, Tuhan mempunyai waktunya tersendiri yang tidak boleh diganggu gugat oleh kita. Berkali-kali Yesus mengatakan, “My time is not yet up. My time is not yet up. WaktuKu belum tiba… Waktuku belum tiba…” Pada waktu Yesus mengatakan: waktunya sudah tiba. Saat waktu sudah tiba, no comment, no compromise, no debate, no discussion. The only thing: total submit! Pada saat Tuhan sudah sampai, tidak perlu debat lagi, tidak perlu diskusi, tidak ada kompromi, tidak reserve. Pada saat Tuhan mengatakan: waktunya sudah sampai, engkau harus taat mutlak, taat seluruhnya, taat sempurna untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ini tidak gampang.
Kadang-kadang, saya tidak tahu orang Muslim yang mengatakan: saya taat sepenuhnya kepada Tuhan – itu apa sih artinya? Karena di dalam kalimat itu masih ada interpretasi yang lain. Tetapi banyak orang Kristen sudah nggak ngerti, namanya Kristen jauh lebih tidak mengerti istilah ini daripada orang-orang Islam. Begitu banyak orang Kristen diajar-ajarkan dari mimbar-mimbar yang tidak bertanggung jawab. “Minta kepada Tuhan, Tuhan akan kasih dengan iman…” mereka kira kalau teriak karena suara keras, itu namanya kebangunan rohani. Itu kebangkitan suara speaker bukan kebangunan rohani. Kalau ajarannya tidak benar, bagaimana keras suaranya, tidak ada gunanya. Jika ajaran yang betul-betul benar tapi tidak mau pakai suara yang betul-betul, berapi-api, itu sayang. Tapi suara berapi-api, suara keras, tidak tentu mewakili itu kebenaran.
Saudara-saudara sekalian, sekali lagi, God is all good and God is Almighty, and God is the time controller. Ini tiga digabung baru engkau mengerti rencana Tuhan tidak segampang apa yang kita pikirkan. Saat belum tiba, Tuhan tidak bekerja, kita harus taat. Kemarin dalam pembukaan Reformed Institute, saya minta lain kali Reformed Institute kalau ada pembukaan, majelis sini ikut, karena ini tempat penggodokan Hamba Tuhan. Lain dengan STTRII, didirikan oleh 3 orang. Reformed Institute langsung milik GRII, majelis-majelis jangan malas, ikut melihat perkembangan dan ikut mengawasi baik dosen baik murid. Sekolah Teologi yang sudah tidak ada orang mengawasi, kecuali pemimpinnya masih baik, kalau tidak besok jadi apa saya tidak tahu. Di dalam kemarin saya sharing visi, saya mengatakan kepada mereka: Musa ajaran baik? Baik. Musa motivasi baik? Baik. Musa betul mencintai Tuhan? Betul. Musa mencintai rakyat? Betul! Sehingga dengan cintanya rakyat dan keberanian, langsung dia bunuh seorang Mesir. Wah mustinya dijadikan pahlawan nasional. Mustinya dijadikan dia adalah pemimpin yang hebat! Tapi Tuhan mengatakan, “What are you doing? NO! I am not going to use you!” Maka Musa dilempar ke padang belantara, 40 tahun tidak dipakai. Salah apa? Dia membenci orang Mesir, nggak salah kan? Dia melawan musuh, nggak salah kan? Dia mencintai rakyat, patriotis, nggak salah kan? Dia mau menolong bangsa sendiri, nggak salah kan? Nggak salah! Semua nggak salah, motivasinya nggak salah. Suruh khotbah nggak salah, suruh mengerti doktrin nggak salah, suruh berjuang nggak salah. Salahnya apa? Waktunya belum sampai. Dan engkau memakai kekuatan daripada nafsumu untuk menggenapi rencana Allah, itu tidak benar. Karena apa? Karena engkau masih muda, maka Tuhan bukan tidak mau pakai Musa, Tuhan buang dulu 40 tahun sampai sudah umur 80, Tuhan mengatakan, “Sekarang Aku pakai kamu, pergi ke Firaun! Sekarang Aku pakai engkau!”
“Tuhan…sudah tua!”
“Nggak usah perduli, tua nggak tua, waktu Saya sudah sampai!”
Jadi almighty God, all good God, is a controlling-time God, Dia menguasai waktu. Tiga hal ini dicampur menjadi satu berarti sengsara dan proses di dalam rencana waktu Tuhan itu mari kita hitung ke dalam. Kalau kita tidak menghitung waktu di dalam proses, kita maunya sendiri, itu rusak. Ada anak Reformed Institute, umur 30 lebih, baru sekolah tidak sampai 1 tahun minta nikah, saya bilang, “tunggu, tunggu 1 tahun.” “Tapi umur saya sudah.” “Tunggu.” Dia baru masuk, “Saya tidak tahu you masuk sekolah ini mau nikah atau mau sekolah? Kalau sudah dapat jodoh trus tidak mau sekolah, mau nikah? Ya lebih baik dari dulu saya tidak terima kamu.” Biar dia taat. Ada orang yang mau jadi hamba Tuhan tapi Inggeris ngggak karu-karuan; kita terima untuk pencobaan karena banyak dosen luar negeri yang dipanggil untuk langsung kuliah dalam Inggeris, di dalam 1 semester kalau tidak beres, pergi, sekolah bahasa Inggeris selesaikan 1 tahun baru kembali lagi. Tidak ada kompromi. Saudara-saudara, bukan aku meragukan kemungkinan, meragukan potensi, meragukan motivasi, tidak, tapi waktunya, waktu proses harus dihitung ke dalam. Kadang-kadang kita tidak mengerti kenapa Tuhan begini, mengapa Tuhan begitu, Tuhan bilang, “Stop! Nggak usah tanya. Saya yang berdaulat, Saya Tuhan, Saya tetapkan you harus diproses.” Nah jangan kita ngomel kepada Tuhan.
Maka di sini dikatakan, jikalau engkau dicobai, di dalam pencobaan, engkau jangan mengatakan, “aku dicobai oleh Tuhan.” Oh Tuhan cuci tangan? Bukan, memang bukan dari Dia. Sehingga di dalam pencobaan engkau musti tahu sumbernya itu dari Setan. Sumber kalau dari Setan, sekarang kita melihat apa yang diajarkan di sini. “Sumber dari Setan berarti saya tidak bertanggung jawab tho? Bukan salahku tho, itu kan salahnya Setan.” Inilah kelemahan orang Kristen: orang Kristen terlalu gampang mencela Setan sehingga kadang-kadang Setan itu kasihan sedikit; karena yang dia kerjakan kita bilang, “Setan yang kerja,” yang dia tidak kerjakan, engkau bilang, “Setan yang kerja,” dia difitnah. Waktu dia difitnah dia membela diri, mau naik banding, Tuhan membela orang Kristen, tidak membela dia, jadi dia susah naik bandingnya. Maka Setan kalau dicela, mari kita lihat sedikit ya, kadang-kadang kita sendiri yang salah tapi kita tidak ngaku, kita maunya, “Oh Tuhan, kenapa Engkau tidak musnahkan Setan? Kalau Setan tidak ada semua beres,” kalimat ini betul nggak? Kalau tidak ada Setan seluruh dunia beres, betul nggak? Kalau nggak ada Setan dunia ini beres? Nggak, kalau nggak ada Setan bahaya, apa bahayanya? Kau menjadi Setan. Maka Tuhan kasihan sama kamu, biar dia ada supaya kamu lolos, puji Tuhan ada Setan. Lho ini bukan lelucon ya, engkau pikir baik-baik. Engkau bilang, “Kalau tidak ada Setan saya tidak berdosa, saya berdosa gara-gara ada Setan, kenapa Tuhan tidak membuang Setan?” Tuhan bilang, “Betul nggak? Betul pikiranmu, kalau tidak ada Setan engkau tidak berdosa?” “Iya dong, dia yang mencobai aku kok, Tuhan tidak mencobai aku.” Salah. Saudara-saudara, kalau Setan mencobai engkau baru engkau berdosa maka tanpa ada yang mencobai engkau tidak berdosa? Lalu Setan itu dulunya bukan Setan, Setan menjadi Setan karena dia berdosa. Kalau Setan menjadi Setan karena dia berdosa, siapa yang mencobai dia? “Kalau tidak ada Setan yang mencobai saya maka saya tidak berdosa.” Maka Setan mengatakan, “Saya juga. Kalau tidak ada Setannya Setan yang mencobai, saya nggak jadi Setan.” Jadi Setannya Setan bilang, “Kalau nggak ada Setannya Setannya Setan, saya nggak jadi Setan.” Jadi kalau begini Setan yang pertama itu apa?
Saudara-saudara sekalian, siapakah the original devil? Siapakah the original tempter? Siapakah pencoba pertama? Nah inilah ayat yang paling penting. Seluruh Kita Suci tidak ada ayat yang lebih penting dari ayat ini, asal usul dosa itu apa? Jangan engkau pada waktu dicobai mencela Tuhan. Orang dicobai adalah karena dicobai oleh keinginan sendiri. Ah ini satu-satunya kali, the only time in the bible, yourselves, your desire, your lust. Dan self itu dari mana? Self itu dicipta oleh Tuhan. “O kalau begini Tuhan menciptakan sesuatu, diri, yang mungkin berdosa, kalau begitu Tuhan perencana dosa, Tuhan adalah sumber dosa?” No, tidak. Tuhan menciptakan diri di luar diri Tuhan. Karena apa? Karena diri Tuhan adalah diri yang esa, yang tidak mungkin multiply, tidak mungkin mempunyai sifat identik dari pada yang lain. Itu baru namanya ciptaan. The qualitative difference between the Creator and creature. Ini adalah suatu absolute qualitative difference. Saudara-saudara, jangan mempersamakan yang lain dengan Allah, Allah mengatakan, “I Am God, I Am The Only God, beside Me there is no god. Filsuf Jerman, Leibniz, mengatakan itulah sebabnya Allah tidak mungkin mencipta yang sempurna seperti Dia sendiri. Dengar kalimat ini baik-baik, ini apologetika 250 tahun yang lalu. Kalau Allah menciptakan yang sempurna seperti Dia sempurna itu sendiri, bukankah berarti yang sempurna seperti Allah, mirip dan 100% sempurna seperti Allah itu juga Allah? Kalau demikian Allah mungkin mencipta Allah? Kalau Allah mungkin mencipta Allah, bukankah berarti Allah bisa dicipta? Kalau bisa dicipta, yang mencipta disebut Allah, yang dicipta juga disebut Allah, jadi ada Allah Pencipta, ada Allah ciptaan? Ini tidak benar.
Nah pikiran dari pada Liebniz yang begitu tajam, itu memang orang seperti dia tidak banyak, tapi dia telah memberikan sesuatu pikiran yang akhirnya sampai 150 tahun yang akan datang baru muncul dari mulut seorang bernama Søren Aabye Kierkegaard: qualitative difference. Dan ini diperkembangkan oleh pikiran saya: the absolute qualitative difference, itu yang membedakan antara Creator and creature. The absolute qualitative difference between the Creator and creature is an absolute necessity. Ini suatu keharusan yang mutlak. Allah itu Allah, yang bukan Allah bukan Allah; Pencipta itu Pencipta, yang dicipta itu dicipta, sehingga no compromise, no identical possibility. Maka Allah boleh mengatakan, “Akulah Allah yang Esa, di luar Aku tidak ada allah, tidak ada allah yang boleh dibandingkan dengan Aku, karena Aku Allah yang satu-satunya.” Kadang-kadang engkau mengatakan, “Mengapa sih Tuhan tidak menciptakan dunia yang sempurna, kenapa Tuhan tidak menciptakan manusia yang sempurna sehingga masih mempunyai kelemahan, kekurangan, ada dosa, ada kesusahan, ada sengsara penderitaan, kenapa nggak mau cipta yang sempurna Dia kan sempurna?” Justru Allah yang sempurna mencipta sesuatu yang tidak mungkin sesempurna Allah, bukan karena Dia tidak Mahakuasa, karena Dia adalah Allah itu sendiri. “I Am who I Am, besides I Am there is no one that can be compared with God. I Am the only God, beside Me there is no god.” Jadi di luar Allah yang lain itu semua ciptaan; ciptaan bukan Pencipta, Pencipta bukan ciptaan, harus dibedakan.
Tetapi di dalam yang dicipta, baikkah kayu, baikkah metal, baikkah materi, baikkah udara, baikkah dunia roh, yang kelihatan dan tidak kelihatan, itu tetap ada tingkatan yang membedakan sifat, qualitative difference amongst the creature, yaitu yang ada diri dan yang tidak ada diri. Kayu ada nggak? Ada. Saya ada nggak? Ada. Saya ada di pinggir kayu, sekarang saya berdiri, sender kepada kayu; ini kayu, ini orang; orang itu ada, kayu itu ada. Orang Jerman membedakan sein dan dasein, ada dan keberadaan, eksistansi sama existing itu lain. Jadi saya ada, ini kayu ada, bedanya apa? Saya ada yang sadar kalau saya ada. Ini kayu ada yang tidak tahu dia ada, mengerti? Engkau duduk di kursi, engkau tahu “aku sedang duduk di kursi”; kursi bilang, “aku sedang diduduki”? Nggak ada. Dia tidak ada perasaan, tidak ada kesadaran keberadaan, engkau ada sadar keberadaan. Kesadaran keberadaan itu namanya diri, I myself. Self, diri, ini yang dikatakan di sini. Saudara-saudara, ayat-ayat Alkitab itu kelihatan sederhana, itu dalamnya sampai filosofi modern pun tidak ada hak, tidak layak mengerti kalau mereka tidak takut kepada Tuhan. Jadi waktu engkau dicobai jangan engkau katakan, “Aku dicobai oleh Allah,” karena apa? Allah tidak mencobai, Allah juga tidak dicobai. Orang kalau dicobai adalah karena dicobai oleh diri, oleh desire, oleh lust yang berada di dirimu.
Nah Saudara-saudara, ayat ini sudah meng-exclude, sudah menolak ajaran “kita dosa karena kita dicobai Setan, kalau nggak ada Setan kita tidak berdosa”; itu pikiran terlalu dangkal. Semua manusia itu kalau sudah sampai kepada agama, kalau sudah memikirkan tentang persoalan masalah ‘evil,’ the problem of evil, selalu memikirkan i become a sinner, i fall in sin, i be evil because of the temptation of Satan; ada satu yang di luar diriku, “Hayo merayu, ayo menggoda,” sehingga aku berdosa karena digoda oleh sesuatu yang di luar ku menggoda aku di dalam; ditolak oleh ayat ini. Jadi Yakobus bukan Surat yang gampang. Yakobus adalah Surat teologi yang berat luar biasa. Dan di sini pertama kali di seluruh dunia, dari Socrates tidak, dari Aristotle tidak, dari Plato tidak, dari Confucius tidak, dari Lao-Tzu tidak, dari Mencius tidak; not even one philosopher mention about the self in the relationship with sin, nggak ada. Satu-satunya yang menggabungkan dosa dengan self desire ini di sini. Nah nanti kalau kita bandingkan, apakah mirip dengan Buddha? Buddha mengatakan bukan dosa, sengsara datang dari kemauan; keinginan itu sumber penderitaan. “Aku ingin mobil,” nggak ada, setiap kali lihat mobil orang lewat benci. “Aku ingin kaya,” nggak dapat, lihat orang kaya iri. Jadi penderitaan itu sebenarnya tidak ada menurut Buddha, itu hanya ada karena ada keinginan diri, karena keinginan diri ingin akhirnya iri, akhirnya curi, akhirnya rampok, akhirnya berjudi, supaya dapat kekayaan beli mobil, itu semua karena keinginan diri yang liar. Nah di dalam hal ini seperti mirip dengan ayat ini, tapi ayat ini langsung menolak Setan mejadi sesuatu yang menjadi sumber dosa, tapi diri menjadi sumber dosa.
Sekarang saya mau tanya, diri itu dari mana? Saya sudah jawab tadi, diri diciptakan oleh diri Allah; diri Allah menciptakan diri di luar diri Allah, dan yang disebut diri mempunyai fungsi mandiri, mempunyai fungsi berdaulat, mempunyai fungsi berkemauan. Maka setiap orang ingin menjalankan sesuatu menurut keinginan sendiri, kalau boleh seluruh dunia taat sama saya baru saya senang. Nah itu namanya suatu peta teladan Allah yang sudah disalah gunakan. Saudara perhatikan, “I want, i want to be, i like this, you should obey me”; itu makin kuat makin mirip Allah. Dan setiap diri yang berperan seperti Allah, diri itu adalah sesuatu yang bukan mirip tetapi mirip-mirip secara maksa mau menjadi Allah. Itu yang akan ditolak oleh Tuhan Allah. Allah akan berkata, “I am the only God, beside Me there is no god.” Maka the absolute necessity or the qualitative difference between Creator and creature ini ditekankan oleh Alkitab. Engkau sekarang mengatakan, “Aku bersalah, aku dicobai, aduh saya berdosa,” kenapa? “Karena ada si pelacur itu yang mengganggu saya, karena ada orang itu yang merusak saya, ada orang lain menggoda saya,” Alkitab bilang jangan, jangan bicara orang lain; kalau engkau berdosa, engkau ditarik oleh napsumu sendiri, jangan salahkan orang lain, jangan salahkan Setan. Lalu yang pertama salahkan Allah, kedua salahkan yang dicipta oleh Allah, ketiga salahkan lingkungan, akhirnya diri tidak berdosa. Jangan lupa 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengaku dosa diri kita sendiri, maka Allah itu setia dan adil.” Kesulitan kita adalah ngaku dosa orang lain, “Aduh aku salah karena ditipu,” Salah karena ditipu? “Aku salah karena digoda, jadi aku memang salah tapi karena dia goda saya baru saya salah, maka yang goda lebih salah daripada yang digoda kan?” Jadi mempersalahkan Tuhan menciptakan dia, mempersalahkan Tuhan yang memperbolehkan dia menggoda engkau, mempersalahkan orang lain yang sedang menggoda engkau, akhirnya engkau meloloskan diri dari mengaku dosa. Orang yang begini sulit diselamatkan, orang begini sulit maju kerohaniannya, karena dia hanya tahunya menolak, menggeser kewajiban kepada orang lain. Jikalau engkau menjadi majelis seperti ini, bertobatlah. Jikalau engkau menjadi pendeta seperti ini, bertobatlah. Jikalau engkau menjadi anggota Kristen seperti ini, bertobatlah. Jikalau engkau menjadi manusia seperti ini, bertobatlah. Akhirnya engkau baru kembali, jikalau kita menngaku dosa kita sendiri.
Nah sekarang Saudara-saudara, saya menjelaskan dulu 2 kalimat: Allah tidak mencobai dan Allah tidak dicobai. Inipun prinsip yang hanya satu kali muncul di Kitab Suci, yaitu di ayat ini. Jadi ayat ini memiliki keunikan sendiri, itu kalimat pertama khotbah saya. Seluruh Kitab Suci, berjuta-juta huruf, hanya ayat ini yang mengatakan God is not tempted and God is not the tempter; Allah tidak dicobai dan Allah juga tidak mencobai. Engkau bilang, “Mana bisa? Waktu Yesus di dunia kan Yesus dicobai, Yesus menerima pencobaan dari Setan,” ada nggak? Berapa kali? Ribuan kali. Dicatat berapa kali? Dicatat 3 kali, tapi setiap saat Setan berusaha menggoda, mencobai, menjatuhkan Yesus, Yesus tolak, tolak, sementara dia pergi, dia datang lagi, terus seumur hidup, tapi Yesus tidak jatuh di dalam dosa. “Oh sebab Dia Allah, pantesan Yesus nggak berdosa; Allah tidak dicobai dan Allah juga tidak mencobai, pantesan Yesus tidak bisa berdosa.” Can Jesus sin when He was a man? Logically no. Di dalam logika, Yesus tidak mungkin berdosa. Tapi di dalam pergumulan hidup Dia pernah menjadi manusia, Dia pernah realita jelma menjadi daging. Setelah Firman menjadi daging, Dia segalanya sama, segala sesuatu sama dengan saudara-Nya, engkau dan saya mempunyai tubuh dari materi, mempunyai tubuh, dan daging, darah seperti kita. Itu sebabnya logically no, tetapi di dalam realitasnya itu ada kemungkinan, dan akhirnya Yesus mengalahkan. Kalau Allah tidak dicobai kenapa Yesus dicobai? Karena Yesus menjadi manusia, jadi saat Dia menjadi manusia Dia mungkin dicobai tapi sifat ilahi Dia tidak mungkin dicobai; sehingga pada waktu Allah menjadi manusia, Firman menjadi daging, Allah Bapa mengizinkan Yesus yang menjadi daging itu dicobai. Karena apa? Di dalam proses. Kenapa harus? Menjadi contoh teladan bagaimana orang Kristen akhirnya melalui proses yang menderita pencobaan, penderitaan, penganiayaan, dan kesulitan, dan juga ujian supaya kita mencapai kemenangan. Pada waktu Yesus menjadi manusia He learn by obedient to Father through the sufferings in order to be perfected. Perfected perfection. Masih ingat minggu lalu? Kesempurnaan yang disempurnakan, different from original perfection that has been created. Waktu dicipta kita mempunyai kesempurnaan di dalam keadaan natural, di dalam keadaan yang dicipta. Tetapi di dalam hari yang akan datang kita mendapatkan kesempurnaan yang disempurnakan, accomplished perfection, perfected perfection. We will be perfected by His total will.
Dengan demikian waktu dicobai jangan katakan, “Aduh aku dicobai oleh Tuhan,” sebab Allah tidak mencobai dan Allah juga tidak dicobai. Allah memberikan latihan, memberikan kesulitan, memberikan ujian dan tidak mencobai; tujuan Allah sama tujuan Setan beda. Engkau bilang, “Kalau begini saya dicobai oleh Setan?” Iya tetapi bukan Setan yang satu-satunya kemungkinan menjatuhkan engkau dalam dosa, karena malaikat pada waktu jatuh ke dalam dosa nggak ada Setan kok, saat itu nggak ada Setan kenapa malaikat bisa menjadi dosa? Sebabnya sama, self, diri. Di dalam diri kita ada satu lust, keinginan, desire, sesuatu napsu, keinginan diri, “Aku ingin, aku, aku,” nah ini yang menjadi bahaya. Maka di sini formulanya keluar dengan 3 proses, pertama si diri dengan desire itu membuahi. Membuahi apa? Sesuatu pikiran kejahatan, lalu akhirnya dosa dilahirkan. Jadi dosa itu menjadi fakta, dosa itu menjadi realita melalui pembuahan. Seperti laki-laki yangg bersetubuh dengan wanita, mengirim sperma masuk ke dalam rahimnya, di situ membuahi dia. Setelah membuahi dia, maka telur itu yang tadinya tidak mungkin menjadi sesuatu embryo, sekarang melalui diterimanya sperma dia mulai menjadi embryo dan pelan-pelan menjadi suatu hidup yang sejenis dengan orang yang memberi sperma itu. Itu namanya membuahi. Nah inilah yang diistilahkan khususnya dalam bahasa Indonesia.
Dan istilah Indonesia pakai bahasa pasif, setelah itu dibuahi akhirnya menjadi dosa. Itu sebabnya napsu itu jangan menjadi sistem pembuahan. Napsu dan pikiran itu ada, tapi jangan diizinkan menjadi pembuahan. Maksudnya apa? Seorang remaja umur 15, pikir perempuan yang cantik kalau telanjang bagaimana; itu suatu pikiran yang baik atau jahat? Engkau bilang jahat, saya kira itu natural, seorang anak umur 15, umur 16, sudah dewasa mulai memikirkan, “Wah kalau saya laki-laki, kalau dia perempuan, perempuan itu tubuhnya bagaimana; waduh, kalau saya cium dia, kalau saya besok menikah sama dia,” itu dia mulai menjadi teenagers, teenagers memikirkan tentang seks itu normal, nggak bisa katakan itu dosa, itu sesuatu naluri yang dicipta oleh Tuhan; dia itu manusia, manusia yang mungkin pikir seperti itu. Tetapi kalau dia mulai mikirkan, “Waduh, saya ingin melihat,” maka dia paksa perempuan buka baju untuk melihat tubuhnya, itu ‘membuahi.’ Sesudah ‘membuahi’ bagaimana? Lalu nonton DVD, sudah nonton itu lalu dia, “Oh begini cara pegangnya, Oh begini cara bersetubuhnya,” sesudah mengetahui lalu ingin mau coba, ingin mau dekat, itu ‘membuahi.’ Jadi dosa jangan bilang dari Setan, dari diri. Diri mempunyai desire, mempunyai lust yang sudah jatuh; created, limited, sekarang polluted. Kalau sudah polluted itu sekarang satu pikiran dasar itu adalah satu evil thinking, itu menjadi satu bibit, itu desire. Jangan bilang Setan, tetapi itu bisa dari baik menjadi tidak baik, bukan asalnya semua tidak baik. Seks itu baik, seks itu pemberian Tuhan, dan seks yang diberikan Tuhan dalam diri manusia jauh lebih bebas daripada binatang. Sehingga Tuhan mendesain tubuh manusia yang begitu lincah sehingga dalam menikmati seks pun manusia jauh lebih bebas dari binatang apapun. Coba lihat tubuhnya, kakinya, untuk lari sih cepat dia, untuk menikmati seks nggak ada binatang lebih bebas, lebih indah daripada bentuk tubuh manusia. That is good, that is the gift from God.
Lalu ayat selanjutnya mengatakan “segala anugerah yang indah dari Allah.” Keinginan-keinginan yang benar, yang natur, jangan dipakai untuk untuk menjadi tidak natur. Nah ini yang dikritik di dalam Roma pasal pertama. Perempuan tidak lagi memakai fungsi seks nya secara natural tapi membaliknya, akhirnya menjadi laki sama laki, perempuan sama perempuan, karena sudah tidak natur. The good one become very ugly one, the best one become the worst one. Sex can be very beautiful and can be the most ugly thing. Karena apa? Wrongly used. Kenapa wrongly used? Karena lust sama desire itu sudah dibuahi oleh evil thinking menuju kepada not the right time, not the right person, not the right methode, not the right system. Semua yang salah sistem, salah orang, salah waktu, tidak diproses dan tidak tunggu waktunya Tuhan, itu menjadi dosa. Maka di sini kita melihat, buah dibuahi adalah sesuatu hal yang membahayakan. Desire harus diserahkan kepada Tuhan, desire harus dikontrol oleh Roh Kudus, desire harus dipakukan di atas kayu salib sehingga akhirnya kita mempunyai kebangkitan desire sesuai salib dan kebangkitan; itu namanya kemenangan. Saudara-saudara, orang yang menang dan orang yang tidak menang itu tidak bisa dilihat dari luar. Ada orang kemenangan luar biasa engkau tidak kelihatan tapi Tuhan tahu. Kita bagaimanapun ada perasaan takut kepada Tuhan, lalu kita adalah manusia yang mungkin berdosa, tetapi karena takut kepada Tuhan mencegah kita dari kemungkinan jatuh dalam dosa. Itu namanya kemenangan. Dan mengenai hal ini, ajaran dan pengalaman menganalisa saya dari Alkitab begitu banyak berbeda dan lebih mendalam dari banyak buku yang membicarakan. Saya nggak ada waktu satu persatu tema bikin seminar, itu akan membawa kita masuk ke dalam kedalaman firman Tuhan yang luar biasa. Allah Pencipta kok, jangan salahkan, “Kenapa Engkau bikin kelamin dalam tubuhku? Kenapa Engkau bikin saya berfungsi seks? Saya mulai melacur, salahMu!” Allah memberikan fungsi seks kepada engkau itu cinta kasih. Allah memberikan kepada engkau desire itu cinta kasih, itu anugerah. Tapi jangan dibuahi, kalau itu sudah dibuahi oleh napsu yang serong itu akan menjadi dosa; kalau tidak dibuahi tapi akan berkembang sampai waktu natural itu sampai, engkau nikah dan menikmati sukacita yang luar biasa di dalam jalur yang benar, itu namanya anugerah, itu namanya gift, itu namanya berkat.
Saudara-saudara sekalian, jangan mencela Tuhan karena Dia tidak dicobai dan Dia tidak mencobai. Kalau orang berdosa karena dia membuahi dengan desire-nya, diri yang tidak takut kepada diri Allah. Perasaan takut kapada Allah itu kuncinya untuk engkau mengontrol diri. Kalau orang musti disuruh orang lain baru kerja ini, kerja itu, itu orang pasif. Saya tidak akan dengar siapapun yang sembarangan omong sama saya, saya mempunyai kompas, mempunyai kunci bagaimana takut kepada Tuhan. Nah itu yang membikin engkau tidak membuahi. Kalau itu desire tidak dibuahi akhirnya tidak menjadi dosa, dan kalau dosa tidak jadi maka engkau akhirnya hidup dalam kesucian. Tetapi berahi dan desire salah membuahi sampai bertumbuh menjadi dosa, seperti sperma menyentuh telor, embryo, akhirnya menjadi anak, engkau bilang, “Celaka sudah ada anak bayi saya belum nikah.” Minta dokter untuk menggugurkan, itu dosa lebih besar daripada engkau berdosa tadi. Akhirnya mengakibatkan kematian. Maka ini 3 hal berderetan: napsu membuahi dan akhirnya menjadi dosa, dosa kalau sudah matang mengakibatkan kematian. Jangan. Biar kita pelihara baik-baik di hadapan Tuhan. Hari ini saya khotbah sampai di sini. Ini semua adalah supaya kita hidup suci, berkenan kepada Tuhan.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]