Hakekat Iman, 29 Mei 2022

Yak 2:14-17

Vik. Nathanael Marvin

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan memiliki kemampuan untuk beriman, kemampuan untuk percaya. Dan segala ciptaan mau pun ide yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk bisa memikirkan ide tersebut, itu semua bisa diimani oleh semua orang. Kita bisa beriman kepada benda, kita bisa beriman kepada pribadi, kita bisa beriman kepada ide, pemikiran, bahkan kita bisa beriman kepada apa pun di dalam kehidupan ini. Semua manusia sebenarnya punya kemampuan untuk percaya, baik percaya kepada object iman yang benar, maupun percaya kepada object iman yang salah. Problemnya bukan di kemampuan manusia, apakah bisa percaya atau tidak, tetapi problemnya adalah bagaimana kita harus percaya kepada object yang benar. Itu jauh lebih penting karena pada dasarnya, manusia itu punya kemampuan iman. Kemampuan untuk percaya. Tetapi sebagai manusia yang berdosa, kita tidak memiliki iman kepada Allah yang benar, kita tidak bisa punya iman kepada Firman Tuhan, kebenaran, karena kita sudah jatuh ke dalam dosa. Itu pun kita bisa melihat, ada iman yang khusus, iman yang dianugerahkan oleh Tuhan sendiri, meski pun pada umumnya Tuhan memberikan iman secara umum, kemampuan kepada manusia untuk bisa percaya kepada sesuatu.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada 1 buku yang sangat bagus sekali tentang apa yang kita percaya. Tentang bagaimana seharusnya kita melihat Alkitab dan mengenal Allah, yaitu di dalam Teologi Reformed itu ada buku yang berjudul ‘Iman Reformed’. ‘Iman Reformed’ itu buku yang kecil, sederhana, tulisan dari Loraine Boettner. Loraine Boettner ini adalah seorang penulis Reformed, penulis tulisan-tulisan predestinasi dan khususnya di dalam Teologi Reformed dan juga dia adalah seorang Teolog, seorang pengkhotbah. Nah, saya menyarankan sekali kita bisa membaca buku yang tipis, memang agak sedikit rumit yah karena banyak doktrin, penjelasan, tetapi itu sangat bagus sekali untuk bisa memahami apa sih yang kita percaya, bagaimana seharusnya kita percaya kepada Firman Tuhan di dalam kerangka Teologi Reformed.

Nah, sebenarnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, setidaknya kita perlu juga ya melatih diri kita bukan hanya membaca Alkitab, tetapi membaca 1 buku Teologi yang lain yang terus kita baca setiap hari sampai pada satu hari tertentu buku tersebut habis. Nah itu menjadi pelatihan iman kita juga, disiplin rohani bagaimana kita terus membaca buku Teologi. Saya pun demikian Bapak, Ibu, Saudara sekalian, setiap hari pasti ada 1 buku yang terus dibaca entah berapa lama pembacaannya, nanti juga selesai 1 buku. Setelah 1 buku selesai, kita bisa pilih buku yang lain terus kita baca. Nah, itu memperlengkapi kita untuk senantiasa memikirkan kebenaran Firman Tuhan.

Loraine Boettner menjelaskan, bahwa di dalam dunia ini sederhana, di dalam dunia ini ada 2 sistem kepercayaan yang muncul, atau 2 sistem keagamaan, yaitu agama yang didasarkan kepada iman dan juga agama yang didasarkan pada perbuatan. The religion of faith, dan juga the religion of works. Ada 2 jenis iman ini saja di dalam seluruh umat manusia yang bermilyar-milyar ini ada 2 jenis iman, ada 2 jenis agama saja. Agama yang berdasarkan iman yang dari Tuhan sendiri, iman yang sejati, dan agama yang berdasarkan pekerjaan manusia itu sendiri, bagaimana manusia itu selamat karena pekerjaan baik dan juga bagaimana manusia itu selamat karena iman. Ini 2 jenis kepercayaan sistem keagamaan yang berbeda. Dan orang-orang Kristen itu masuk ke dalam sistem kepercayaan ataupun agama ini di dalam sistem iman. Kita itu bisa selamat, bisa berbuat baik karena iman yang diberikan Tuhan sendiri. Boettner mengatakan bahwa iman yang paling sesuai dengan kebenaran pengajaran Alkitab adalah iman Reformed. Ya, iman Reformed itu sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita ditanya, “Apa sih iman itu?” Sederhana ya, sederhana. Langsung sinonimnya, yaitu apa? Percaya. Iman adalah percaya. Bagi kita kata ini adalah hal yang umum ya, hal yang mudah dijawab. Tetapi waktu kita merenungkan soal iman, ternyata ini bisa bertumbuh. Ini bisa semakin berkembang dan kita bisa melakukan tindakan-tindakan karena iman kita, percaya kita kepada Tuhan. Jadi iman itu percaya, dan percaya itu berarti ada suatu tindakan. Ini seperti 2 sisi mata koin yang berbeda. Kalau katanya ada iman, di sisi yang lain itu ada juga perbuatan. Iman dan perbuatan ini tidak mungkin terlepas atau pun salah satu hanya dikerjakan. Ya itu adalah hal yang mustahil. Iman itu pasti ada perbuatan yang nyata. Dan ketika manusia itu bisa melakukan sesuatu, itu ada yang mendasarinya. Yaitu apa? Percaya, yaitu iman. Ya, iman dan perbuatan ini berjalan bersama-sama.

Lalu kalau kita renungkan saudara sekalian, iman itu di dalam Teologi Reformed pun ada dibagi ke dalam 3 aspek. Ya bahasa Latinnya Notitia, Assensus, dan juga Fiducia. Notitia bicara soal knowledge ya, pengetahuan, untuk bisa percaya itu perlu pengetahuan yang paling mendasar, tahu tentang sesuatu, baru kita bisa percaya. Lalu Assensus itu penilaian atau persetujuan. Ini aspek iman yang kedua ya, Saudara sekalian, yaitu bagaimana kita menyetujui pengetahuan yang baru kita tahu. Dan yang ketiga adalah Fiducia, bagaimana kita sudah tahu, kita sudah setuju, dan kemudian kita menyerahkan diri kita kepada pengetahuan tersebut dan persetujuan kita, nah itu Fiducia. Iman yang sejati adalah menyerahkan dirinya kepada pengetahuan dan persetujuan yang sudah dilakukan oleh orang tersebut.

Nah, Bapak,Ibu,Saudara sekalian, Iblis itu punya Notitia dan Assensus. Iblis itu tahu Yesus anak Allah, Iblis itu setuju Yesus itu Maha Kuasa, tetapi Iblis tidak punya aspek iman yang Fiducia atau menyerahkan dirinya kepada Yesus Kristus. Nah, inilah kelebihan orang Kristen dibandingkan dengan Iblis, kelebihan orang Kristen dibandingkan dengan orang-orang non-Kristen, kita punya Fiducia yang diberikan Allah sendiri. Kita bisa menyerahkan diri kita menjadi korban persembahan kepada Allah karena anugerah iman yang murni yang sudah diberikan kepada kita oleh Tuhan. Nah, kemudian waktu kita merenungkan iman itulah iman. Iman itu berarti percaya dan ada tindakan.

Lalu kalau kita pikirkan tentang Reformed, apa itu Reformed? Kalau Loraine Boettner menulis satu buku “Iman Reformed” kita perlu merenungkan 2 kata ini saja sudah dalam sekali ya. Sudah begitu banyak kebenaran yang Tuhan sediakan bagi kita. Reformed berarti suatu Teologi yang kita tahu adalah terus mau kembali kepada kebenaran Alkitab, terus mau belajar Firman Tuhan, nggak cuma sekali-sekali, tapi terus sepanjang hidup itu merenungkan Firman Tuhan siang dan malam. Ya, Teologi Reformed sesuai dengan Firman Tuhan yang mengatakan, ”Berbahagialah orang yang merenungkan Firman Tuhan siang dan malam dan juga melakukannya.” Nah, ini adalah Teologi Reformed. Dan khususnya, Teologi Reformed itu menekankan soal kedaulatan Allah atas keselamatan manusia yang berdosa. Jadi Teologi Reformed pun menekankan soal iman yang diberikan kepada manusia, iman untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Itu di dalam kedaulatan Tuhan. Bukan saja kedaulatan Tuhan di dalam keselamatan, di dalam memberikan iman, tetapi Teologi Reformed juga bahkan menekankan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Hal yang besar, hal yang kecil, hal yang berdosa, maupun tidak berdosa, hal yang penting maupun tidak penting, Tuhan itu mengendalikan semuanya, Tuhan itu berdaulat, tidak ada satu hal apa pun yang diluar kendali Allah. Manusia pun di dalam kendali Allah. Nah, ini adalah penekanan dari Teologi Reformed. Manusia itu betul berdosa, dan manusia itu mutlak berdosa, tetapi bisa diselamatkan karena anugerah Tuhan di dalam kedaulatan Allah saja. Nah, ini adalah Teologi Reformed ya, yang senantiasa mau terus memperbaharui diri, direformasi menurut Alkitab.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bicara soal iman Reformed ya, saya ingin membagikan sedikit ya untuk bisa kita ingat. Apa sih artinya iman Reformed? Apa sih artinya percaya kepada Alkitab? Sederhananya, di dalam sejarah reformator ataupun Teolog-Teolog Reformed, itu menjelaskan iman Reformed itu di dalam 3 kerangka. Tadi saya sudah sedikit jelaskan ya. Yang pertama kita bisa lihat, kerangka yang pertama adalah 5 Solas ya. 5 Solas, slogan Reformed. Ini kita percaya kepada slogan-slogan ini, itu berarti kita punya iman Reformed. Yaitu apa saja? Sola Scriptura, bagaimana kita percaya sepenuhnya kebenaran itu bersumberkan kepada Alkitab, hanya karena Alkitab saja, hanya melalui Alkitab saja Tuhan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Kebenaran Firman Tuhan itu berdasarkan Firman Tuhan atau Alkitab, scripture, Kitab Suci. Dan kemudian Sola Gratia ya, bagaimana kita itu hidup dan diselamatkan hanya karena anugerah Tuhan saja, pemberian Tuhan saja. Kemudian ada Sola Fide, bagaimana kita dibenarkan, diselamatkan itu melalui iman, hanya melalui iman, bukan perbuatan baik, bukan kehebatan kita, bukan suatu usaha atau jasa kita, tetapi hanya karena pemberian Tuhan saja. Kemudian Solus Christus, bagaimana Yesus Kristus hanya satu-satunya pengantara kita kepada Allah, kepada Surga, itu hanya di dalam Yesus Kristus saja. Dan kemudian juga yang terakhir adalah Soli Deo Gloria, bagaiman kita mengembalikan apa yang sudah Tuhan percayakan, apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita untuk kemuliaan Allah saja, untuk kepentingan Allah saja. Wah, ini sudah begitu dalam ya. Nah, ini kita pahami, inilah salah satu iman Reformed, 5 Solas, 5 The only, the only aspect, Scriptura, Gratia, Fide, Christus, dan juga kemuliaan Allah.

Lalu yang kedua Saudara sekalian, yang kedua iman Reformed juga adalah singkatannya yaitu TULIP ya. TULIP ini sudah kita pelajari juga bagi orang-orang yang sudah mengikuti katekisasi. Itu TULIP. Kita percaya hal ini. Total depravity, semua manusia itu sudah jatuh ke dalam dosa dan semua aspeknya itu sudah tercemar oleh dosa, sehingga apa yang kita pikir, apa yang kita rasakan, apa yang kita kehendaki sebenarnya cenderung ke arah dosa. Maka, manusia itu perlu ditegur. Maka, manusia itu perlu dinasehati karena hatinya itu cenderungnya, pengennya, jatuh ke dalam dosa. Dan memang seluruh hidup kita, aspeknya itu tercemar oleh dosa. Meski pun kita manusia yang diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah. Nah, gambar dan rupa Allah itu sudah rusak sehingga kita inginnya terus bukan kepada Allah tetapi kepada dosa. Lalu, di dalam TULIP juga adalah Unconditional election, bagaimana kita dipilih itu tanpa syarat, bukan karena kebaikan kita, tetapi umat pilihan Tuhan itu berdasarkan kehendak Tuhan sendiri, berdasarkan kemauan Allah sendiri, anugerah Allah sendiri. Dan juga Limited atonement itu berarti penebusan yang Yesus Kristus lakukan di atas kayu salib itu terbatas kepada umat pilihan saja. Penebusan Yesus Kristus itu tidak untuk semua orang. Tidak semua orang bisa menerima penebusan Kristus juga, hanya untuk umat pilihan saja. Kemudian Irresistible grace, bagaimana ketika Tuhan memberikan anugerah keselamatan itu tidak mungkin kita tolak. Tidak mungkin kita punya kuasa untuk menolak lahir baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus atau pun iman yang sudah Tuhan berikan. Dan yang terakhir adalah Perseverence of the Saints, yaitu ketekunan orang kudus. Setiap orang yang mengaku Kristen, yang sungguh-sungguh sudah lahir baru, dia akan terus bertekun di dalam perbuatan baik, bertekun di dalam Firman Tuhan dan doa. Nah, ini adalah rangkaian iman yang kita miliki dalam iman Reformed.

Lalu yang ketiga tentang kedaulatan Allah, yang tadi saya sudah jelaskan. Jadi kita bisa katakan, apa itu iman Reformed? Apa artinya menjadi jemaat Reformed? Apa artinya menjadi orang Kristen Reformed? 3 hal ini: 5 Solas, 5 TULIP, dan juga bicara soal kerangka kedaulatan Allah. Inilah yang membedakan ya, aliran-aliran atau Teologi-teologi di dalam Kekristenan yang begitu banyak. Begitu banyak soal Kristen, tetapi kembali lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dasarnya yang terpenting adalah Firman Tuhan. Nah, itu bagaimana kita memahami tentang iman Reformed. Jadi kita sederhana, sederhana untuk mengerti apa itu iman Reformed: “55K”. Bukan lima puluh lima ribu ya, tetapi “55K”: 5 Solas, 5 TULIP, Kedaulatan Allah. Nah, ini adalah semua bicara soal ringkasan Injil. Ini adalah bicara soal keselamatan, karya Allah yang terbesar, hari yang begitu special, di mana Yesus Kristus menebus umat yang berdosa, umat pilihan-Nya. Itu adalah hari penebusan, diringkas di dalam iman Reformed.

Steven Lawson mengatakan bahwa Reformed atau iman Reformed merupakan sebuah pernyataan minimalis tentang Injil. Pernyataan yang sederhana, yang bagus tentang Injil adalah bicara di dalam iman Reformed. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita dijelaskan tentang iman Reformed, iman yang berdasarkan Alkitab, ternyata ajaran maupun iman ini pun, justru malah membedakan pandangan-pandangan yang lain dan akhirnya banyak orang itu, banyak orang Kristen sendiri akhirnya mulai berpikir. Bahkan banyak orang Kristen sendiri itu akhirnya nggak percaya kepada iman Reformed. Ya, padahal mereka samasama Kristen, kita sama-sama belajar Alkitab. Tetapi waktu kita sebutkan iman Reformed, orang Kristen Reformed, jemaat Reformed, Teologi Reformed, itu banyak orang mental karena pandangan-pandangan mereka yang menolak kepercayaan atau pun ajaran dari Alkitab yang dirangkum di dalam Teologi Reformed. Ada yang kebingungan, ada yang mundur, ”Nggak mau belajar lagi lah, ini ajaran sesat, Teologi Reformed itu!” Dan kemudian ada yang menentang begitu keras. Argumen-argumen mereka adalah, “Bagaimana mungkin Allah yang Maha Kasih itu, tetapi berdaulat juga di dalam penghukuman kekal di Neraka? Allah yang Maha Kasih harusnya ciptain Surga aja dong! Kok ngapain sih ciptain Neraka, membuat orang menderita. Menderitanya juga kekal.” Nggak bisa mereka percaya karena mereka kurang menekankan keadilan dan kekudusan Allah. Mereka juga berkomentar atau berargumen, “Bagaimana Allah itu yang berdaulat, Maha Baik itu berdaulat atas kejahatan dan dosa manusia juga? Berarti dosa itu di dalam kendali Allah? Berarti Allah itu berdaulat atas dosa? Allah bertanggung jawab atas dosa?” Ya jelas tidak. Yang melakukan dosa itu adalah manusia. Allah itu tidak menciptakan dosa. Jadi inilah argumen-argumen bagaimana manusia itu tidak punya jasa sama sekali dalam keselamatan, keselamatan itu hanya anugerah Tuhan. “Kita punya kok kemampuan untuk bisa percaya! Saya bisa kok melakukan perbuatan baik! Harusnya karena perbuatan baik saya, saya bisa selamat juga! Jadi keselamatan itu 50% anugerah Allah, 50% perbuatan baik saya. Itu baru saya benar, terima.” Nah ini kan semua, muncul semua ya. Justru ketika kita menyatakan suatu hal yang benar, hal-hal yang kurang benar, hal-hal yang tidak benar muncul semua. Nah, itulah iman yang begitu berharga yang kita miliki di dalam iman Reformed. Iman Reformed memang bisa dikatakan seperti cari-cari masalah ya, cari gara-gara gitu di dalam Kekristenan. Kita nyatakan yang ini, orang yang Kristen pada umumnya banyak orang nggak setuju dan lain-lain. Tetapi itulah kebenaran.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pada surat Yakobus yang akan kita bahas ini, ini adalah sebuah pengajaran tentang iman, ya, bagaimana iman itu harusnya ada perbuatan, iman itu bukan hanya dikatakan oleh kita. “Saya beriman! Saya beriman kepada Yesus! Saya beriman kepada Alkitab!” Tapi, nggak ada perbuatan nyatanya. Maka, Yakobus katakan itu bukan iman yang sejati, bukan iman yang hidup, bukan iman yang efektif, bukan iman yang dari Tuhan sendiri, tetapi itu iman yang mati, iman yang salah. Nah, kemudian kita lihat bahwa di dalam pengajaran Yakobus ini, seolah-olah pengajarannya itu kontradiksi dengan pengajaran Paulus yang menekankan bahwa kita diselamatkan itu hanya karena iman. Sedangkan Yakobus katakan, pekerjaan baik juga penting. Di dalam apa? Di dalam mengerjakan keselamatan. Sebenarnya tidak bertentangan ya, antara Paulus dengan Yakobus. Kita saja memahami kitab Yakobus ini, kelihatannya Yakobus itu menekankan perbuatan baik, sampai seolah-olah perbuatan baik itu bisa menyelamatkan jiwa kita. Tetapi sebenarnya Paulus dan Yakobus ini saling bekerja sama dalam menekankan 1 pemahaman dan pemahaman yang lain. Paulus menekankan iman, Yakobus menekankan perbuatan baik. Paulus itu, pembaca surat Paulus adalah orang-orang Kristen yang mengatakan, “Saya diselamatkan karena iman!” Betul, tapi tambah hukum Taurat, tambah sunat orang Yahudi, baru bisa selamat. Maka Paulus katakan, “Kita diselamatkan hanya karena iman, bukan perbuatan baik.” Itu pembaca surat Paulus. Tetapi pembaca surat Yakobus adalah, mereka itu suka ngomong, “Saya orang Reformed. Saya itu punya iman. Saya ini orang Kristen!” Mungkin perkataannya ini bukan hanya sebatas perkataan, tetapi perilakunya. “Saya orang Kristen, tiap Minggu ibadah! Saya orang Kristen, baca Alkitab! Saya orang Kristen, berdoa di gereja! Saya orang Kristen, ikut pelayanan gereja!” Ya, ikut semuanya tetapi sebenarnya motivasinya hanya untuk mencari pujian atau bukan untuk bersyukur atas iman yang Tuhan berikan. Hanya berkata, ”Saya orang beriman!” Mengklaim “Saya itu orang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan!” Tetapi perbuatannya adalah perbuatan yang berdosa. Maka Yakobus tekankan, “Kamu itu harus berbuat baik!” Seolah-olah sampai diselamatkan karena perbuatan baik. Tetapi perbuatan baik itu sebenarnya Yakobus bilang adalah hasil dari iman yang sejati.

Jadi, pembaca mereka itu memang berbeda. Konteksnya satu menekankan keselamatan tambah perbuatan. Satu lagi menekankan omong doang. “Saya beriman, saya orang Reformed, saya ke gereja, saya orang Kristen!” Tapi sehari-hari perbuatannya itu favoritisme, sehari-hari perbuatannya itu munafik ya, tidak melakukan kebaikan sama sekali, tidak ada perbuatan yang nyata, maka itu bukanlah iman yang sejati. Harus ada perbuatan nyatanya. Nah, itu Yakobus menekankan demikian. Ya, Yakobus menekankan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Apakah Yakobus tahu bahwa iman yang sejati itu pasti ada perbuatan? Tahu! Sangat tahu! Yakobus tahu kok kalau iman itu pasti ada perbuatannya. Tetapi yang ditegur oleh Yakobus adalah orang yang suka ngomong dia itu beriman. “Saya ini orang baik!” gitu ya. Tetapi perbuatannya nggak baik. “Saya ini orang rajin, saya ini yang takut akan Tuhan. Saya orang Kristen!” Tapi tidak ada perbuatan baik sama sekali. Itu yang ditegur oleh Yakobus. Sehingga sampai Yakobus itu mencoba untuk memisahkan iman dan perbuatan. “Kamu ini cuma omong doang. Iman, iman, Teologi, Teologi. Semua ajaran-ajaran Kristen kamu tahu. Hanya sebatas tahu di pikiran tetapi perbuatan tidak ada yang dilakukan.” Maka Yakobus pisahkan iman dan perbuatan, padahal nggak bisa dipisahkan. Tapi untuk memperjelas, menolong pembaca dari surat Yakobus bahwa mereka itu salah dan berdosa sampai perlu dipisahkan, iman dan perbuatan itu pisah. “Kamu kan sering ngomong kan. Kamu punya iman, punya iman. Tapi sebenarnya kamu itu tidak punya iman. Ya, kamu ini hanya cuman ngomong. Kamu itu belum memiliki iman yang sejati.” Karena iman yang sejati pasti ada perbuatan.

Dan iman yang sejati yang diharapkan Yakobus adalah iman Yesus Kristus, bukan iman yang pada umumnya. Tadi saya sudah jelaskan bahwa kita semua manusia punya iman kok. Orang nonKristen pun punya iman. Masalahnya orang non-Kristen tidak punya iman kepada Yesus Kristus. Nah, “Kamu sebagai orang Kristen, kamu katakan kamu beriman kepada Yesus Kristus tapi tidak ada perbuatan baik yang dilakukan oleh kamu, maka kamu itu belum beriman sungguh-sungguh. Jangan katakan kamu itu orang yang rohani. Jangan katakan kamu itu orang yang beriman.” Iman yang sejati itu di dalam Yesus Kristus dan iman yang sejati itu akan terus mendorong atau menarik kita untuk bisa melakukan pekerjaan baik.

Nah, Bapak,Ibu,Saudara sekalian, Billy Graham pernah menjelaskan suatu ilustrasi tentang bagaimana antara dermaga atau pelabuhan dengan perahu yang begitu besar, kapal laut yang begitu besar. Nah, ketika ada jangkar atau tali lah ya, tali dipasang di perahu yang besar itu ya, mungkin perahu Titanic misalkan, anggap Titanic ya, terus ditali ke dermaga. Ketika tali itu ditarik, yang tertarik apa? Perahunya, bukan dermaganya kan ya. Bukan dermaganya tetapi perahunya. Nah, demikian kata Billy Graham jelaskan bahwa orang Kristen yang berdoa itu, yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, dia itu tertarik ke Tuhan. Bukan sebaliknya ya, bukan Tuhan yang ditarik ke kita. Dermaga atau pelabuhan dan juga kapal laut yang besar itu, kapal pesiar yang besar itu kalau talinya ditarik, yang ketarik itu adalah perahunya, mendekat ke pelabuhan. Nah, demikian juga kalau kita beriman kepada Yesus Kristus, berdoa kepada Yesus Kristus, kita yang ketarik, bukan Tuhannya. Kita yang ketarik ke Tuhan, dan Tuhan suka melihat manusia yang melakukan perbuatan baik. Maka, kalau kita beriman dengan sungguh-sungguh, kita yang terbawa terus mau untuk melakukan pekerjaan baik. Tidak usah disuruh-suruh, tidak usah dipaksa-paksa. Ya, kita bisa introspeksi saja, “Kamu katanya orang Kristen. Tapi sungguh-sungguh nggak melakukan pekerjaan baik yang disediakan oleh Allah?” kaya gitu ya.

Di dalam Yak. 2:14, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Pada bagian ini memang Yakobus menekankan pada perbuatan, dan gereja yang benar ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, gereja yang benar itu kita bisa teliti bahwa kadang-kadang gereja itu salah dalam menekankan sesuatu. Ada gereja yang terus menekankan doktrin, doktrin, doktrin saja. Akhirnya itu seperti mengatakan kita beriman, beriman, beriman terus sampai lupa perbuatan. Ada yang mengatakan, gereja yang lain juga mengatakan bahwa doktrin tidak penting, yang penting itu praktek, praktek, praktek, praktek. Udahkan, Firman Tuhan nggak usah lama-lama langsung praktek, penginjilan. Ya ngapain punya pengetahuan yang banyak tapi nggak ada prakteknya? Nggak ada penginjilan, nggak ada pengajaran, nggak ada penggembalaan, nggak ada perbuatan baik, kaya gitu itu. Nah, ini salah dua-duanya. Gereja yang tekankan ajaran, ajaran, ajaran, lupa mendorong jemaat, ayo melakukan ajaran itu, salah juga. Akhirnya seperti apa? Seperti orang Farisi, ya, seperti ahli Taurat. Bayangin, ahli doktrin, ahli pengajaran. Tekankan, tekankan, tekankan, akhirnya lupa untuk mendorong jemaat atau memberikan penjelasan bagaimana kita mempraktekkan Firman Tuhan, itu juga salah. Jadi, gereja yang benar adalah gereja yang mengajarkan doktrin dan praktek.

Nah, kalau mau diteliti lagi ya, ini terlalu banyak memang suatu pemisahan-pemisahan penekanan. Kalau kita belajar doktrin yang sejati harusnya ada praktek yang benar. Nah, tetapi kalau kita langsung kepada praktek ya, belum tentu benar. Maka, yang utama memang doktrin. Nah, kita bisa lihat ya memang dua-duanya begitu penting, tapi jangan salah satu ditekankan saja, doktrin saja, lupa praktek. Terus praktek saja, lupa doktrin. Dua-duanya harus ditekankan. Nah, tetapi ketika kita melihat urutannya, kalau doktrin salah, praktek salah. Doktrin benar, praktek bisa salah. Tapi kalau prakteknya sudah jalan ya, salah, nggak ada doktrinnya, itu bisa salah, salah terus malah. Karena tidak diperlengkapi dengan doktrin yang semakin komprehensif. Maka memang, lebih dulu kita perlu memikirkan soal pikiran, doktrin. Belajar sesuatu, baru kita bisa praktek sesuatu dengan baik dan benar.

Ini senada dengan pertobatan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pertobatan itu pikiran dulu atau perilaku dulu? Ya jelas, pikiran dulu, hati dulu. Bertobat dari hati dulu, baru perilaku itu akan otomatis menyesuaikan. Terus didorong-dorong lagi ya soal perilaku supaya lebih baik lagi. Nah, ini bicara soal apa, Bapak,Ibu,Saudara sekalian? Bicara iman dan perbuatan itu bicara soal yang di internal dalam diri kita, jiwa kita, kemudian perbuatan bicara soal eksternal, bicara soal pikiran, tahu, ide, tapi juga bicara soal prakteknya bagaimana.

Ayat 14 ini Yakobus menjelaskan dengan sebuah retorika. Retorika adalah sebuah teknik atau cara membujuk orang, ya, cara untuk menyampaikan pesan bagaimana supaya lebih efektif, bagaimana supaya lebih efisien. Dan Yakobus ini menggunakan dengan pertanyaan-pertanyaan. Di ayat 14 ini ada 2 pertanyaan yang digunakan oleh Yakobus, dan tidak perlu jawaban pertanyaannya, karena di dalam pertanyaan itu tersirat jawabannya. Yakobus katakan, “Apakah gunanya?” Ya, “Apakah gunanya? What is good? What good? Apa sih gunanya? Kalau seorang mengatakan…”, jadi ini bicara soal perkataan ya, “kalau ada seorang mengatakan ia punya iman tapi perbuatannya nggak ada. Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Nah di sini Yakobus pakai retorika ya. Bagaimana? Jawabannya jelas. Kalau orang berkata, “Saya punya iman!” nggak ada perbuatan, itu nggak ada baiknya sama sekali. Nggak usah ngomong. Ya, nggak usah kamu ngomong kamu itu orang Kristen kalau tidak ada pekabaran Injil. Malu! Ya, janganlah, jangan bilang kita ini orang yang beriman kalau kita nggak pernah melakukan kehendak Allah.

Bukan hanya itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus juga menjelaskan lebih dengan detail lagi, kalau kamu punya iman, terus kamu itu hanya berkata-kata saja dan tidak ada perbuatan, apakah iman yang kamu miliki itu bisa menyelamatkan kamu? Apakah kamu bisa selamat dari hukuman dosa? Nggak bisa juga! Keselamatan itu pasti ada perbuatannya, pasti berdampak, pasti terlihat. Kalau kamu dibenarkan oleh iman, tapi tidak ada perbuatan, maka sebenarnya kamu tidak mempunyai iman yang sejati. Nah ini adalah bicara sampai soal keselamatan. Makanya banyak Teolog atau orang-orang Kristen itu selalu memikirkan kitab Yakobus ini bahaya, sesat jangan-jangan, kitab Yakobus ini, menekankan bahwa kita itu diselamatkan karena perbuatan baik, dan ini bertentangan dengan surat-surat Paulus. Tetapi tidak. Di dalam kedaulatan Allah, kita melihat Yakobus ini tetap ada di dalam kanonisasi Alkitab, standarisasi Alkitab. Bapa-bapa Gereja bisa melihat keindahan surat Yakobus yang terus menjelaskan tentang, “Ayo, berbuat baik!” Perbuatan baik itu sebagai respons iman. Perbuatan baik itu karena iman. Perbuatan baik itu sebagai ucapan syukur diselamatkan oleh Yesus Kristus. Jadi kita nggak usah khawatir lagi soal keselamatan. Kita fokusnya adalah khawatir kalau saya tidak berbuat baik. Langsung rasa, ”Saya kok nggak nyaman kalau nggak berbuat baik.” Tapi jangan sampai memberhalakan juga ya, memberhalakan perbuatan baik itu salah juga ya, memberhalakan tindakan kita, akhirnya kita menjadi sombong dan tidak takut akan Tuhan.

Nah, bicara soal keselamatan, tentu Yakobus tahu tentang doktrin keselamatan orang Kristen. Bagaimana Yakobus itu mengerti bahwa orang yang bisa percaya kepada Kristus itu diselamatkan hanya karena melalui anugerah iman saja. 100% anugerah Allah. Karena apa? Pada dasarnya manusia memang tidak bisa mengusahakan keselamatan karena manusia itu sudah jatuh ke dalam dosa. Manusia itu sudah mati rohaninya, maka butuh anugerah dari atas. Karena sudah mati, tidak bisa punya kemampuan untuk bergerak, tidak punya kemampuan untuk berkehendak, tidak punya kemauan untuk bisa mengambil keputusan. Namanya juga sudah mati rohani. Bagaimana bisa ambil keputusan, “Saya percaya kepada Kristus. Saya mau!” Nggak bisa kok, sudah mati kok, nggak bisa ambil keputusan. Sudah final. Maka butuh anugerah dari atas, itu adalah keselamatan orang Kristen. Yakobus tau kok. Justru Yakobus ini penulis yang pintar, pandai dia. Dia nggak perlu menjelaskan ribet-ribet, dia bikin fokus tulisan yang kelihatannya sampai orang itu berpikir keselamatan itu karena pekerjaan baik, sangking dia tekankan sekali, tekankan sekali, tekankan sekali. Memang kalau kita terlalu menekankan, kadang-kadang pesan yang utama itu bisa hilang juga ya, bisa orang berpikiran dari konteks yang lain, bisa salah tafsir juga. Karena Yakobus menekankan hal ini.

Kemudian keselamatan juga hanya di dalam nama Yesus Kristus saja, ini adalah Yesus sebagai satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia, Yesus saja yang bisa membawa kita ke Surga dan mengenal Allah Bapa. Di luar Yesus Kristus tidak ada keselamatan, di luar Yesus Kristus itu iman yang umum dimiliki oleh manusia. Tetapi iman di dalam Yesus Kristus adalah iman yang spesial, yang bagus, yang menyelamatkan. Dan waktu kita lihat Yesus Kristus hidup, itu adalah hidup yang penuh iman, di mana Yesus Kristus memiliki iman yang hidup dan juga bukan iman yang mati. Mau tau bagaimana orang Kristen harus hidup? Hiduplah, teladanilah, pelajarilah Yesus Kristus hidup. Pelajarilah kelemah-lembutan hatiNya, pelajarilah ketegasan-Nya, itu semua di dalam Yesus Kristus, perbuatan baik yang nyata yang Yesus Kristus sendiri kerjakan di Bumi ini. Itu bicara soal ayat 14.

Kemudian di ayat 15, Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita lihat, Yak. 2:15, “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari” Nah di sini Yakobus memulai mencontohkan perbuatan-perbuatan dari iman yang menyelamatkan, yaitu bicara soal apa? Iman yang sederhana, iman yang sehari-hari, perbuatan baik yang sehari-hari, yaitu bicara soal pakaian maupun makanan sehari-hari. Nah ini memang adalah pelajaran terus ya, kita eksposisi Kitab Yakobus selalu ditekankan untuk menolong sesama. Nah kita bisa pikirkan kapan ya kita menolong orang yang butuh pakaian? Langka ya, mungkin nggak setahun 12 kali, nggak juga. Mungkin setahun sekali atau dua kali kita menolong orang yang butuh pakaian. Ya, jarang. Pemerintah, Puji Tuhan ya, baik ya, sudah menyediakan berbagai institusi sosial atau dinas sosial yang mengurus kebutuhan orang-orang yang membutuhkan. Kapan juga kita memberikan orang itu yang membutuhkan atau kekurangan makanan sehari-hari? Nah untuk bisa memberikan kasih yang nyata dan tepat ini ya tentu perlu pengenalan yang terus berlanjut. Terus pengenalan yang berlanjut, kita tau orangnya, kita tau orangnya itu sulit dan lain-lain, membutuhkan, dan mungkin kita yang inisiatif untuk memberikannya kepada mereka.

Dan juga bukan selalu orang yang membutuhkan sebenarnya kita bisa berikan, tetapi orang yang kita rasa Tuhan pimpin kita untuk memberikan kebaikan kita beri juga. Nggak apa-apa, nggak masalah memberikan sesuatu itu kepada orang yang butuh tetapi kepada orang yang memang Tuhan arahkan kita memberikan pertolongan. Ini adalah hal yang kita sulit cari kesempatan, langka lho untuk bisa memberikan orang yang betul-betul butuh pakaian maupun makanan sehari-hari, orang -orang yang miskin, yang kelihatan betul-betul miskin, meski pun mereka itu sebenarnya ada di sekitar kita. Masalahnya kita mau bergaul nggak ya, mau coba kenal nggak, orang-orang yang miskin tersebut. Tetapi kita bisa mudah mencari itu misalkan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, mencari di institusi atau lembaga-lembaga sosial. Baik di penjara, baik di rumah penampungan mungkin ya, ada orang-orang yang sedang mengungsi di panti asuhan, nah itu bisa kita cari. Perbuatan baik itu tidak serta merta kita disodorkan atau lewat kesempatan perbuatan baiknya, tapi kita juga cari. Kalau kita lihat Indonesia, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, isu kelaparan dan kemiskinan menjadi, sebenarnya, isu yang sehari-hari terjadi di negara Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia pun memiliki peringkat yang tinggi soal kelaparan. Ternyata banyak juga ya. Kita pikir di lingkungan kita sehari-hari tidak banyak orang yang miskin, yang membutuhkan perhatian, pertolongan kita, tetapi, secara negara memang kita juga banyak orang yang lapar, yang sulit sekali. Baru-baru ini saja saya bertemu dengan seorang pemulung. Ini beda ya, pemulung itu biasanya nggak suka ketemu orang, atau inisiatif minta ke orang, biasanya nggak, justru mereka itu bekerja kerasa. Sehari itu cari botol-botol aqua, plastik, mereka dapat 1 kg saja sudah bersyukur, lalu mereka bisa jual, makan sehari-hari. Tidurnya di pinggir jalan, dia juga sempat cerita, Bapak ini cerita, waktu pandemi dia tidur dengan karung-karung plastik-plastik nya itu. Dia tidur Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dengan sarungnya, eh ketika dia tidur terlelap, ada yang curi juga ya, bayangkan. Ada yang curi karung plastiknya itu dan sarungnya juga, ketika dia tidur. Jadi sudah miskin, dicuri lagi, tambah miskin lagi. Berat sekali ya. Dan mereka juga ya bekerja keras, pokoknya bisa hidup. Nah orang-orang seperti itulah yang kita perlu hampiri. Biasanya yang menghampiri kita adalah pengamen di lampu merah, terus minta-minta di pinggir jalan, kadang-kadang kita yang perlu datang lho ke mereka.

Saya keluar dari suatu toko mart ya, terus melihat dia, terus tergerak lah, terus saya sapa. Setelah itu saya belikan roti, terus ngobrol, Injili, terus cerita-cerita, langsung lah ya sudah kita Injili, dan akhirnya kasih uang lah, sedikit ya, sebagai perbuatan baik. Dia bekerja, dia nggak minta, kita yang datang ke dia. Oh itu perlu keberanian ya, jarang-jarang juga saya kaya gitu ya. Tapi pada waktu momen yang sempat, yang baik, saya yang datangin dia, nyapa, tanya nama, terus ngobrol aja. Maka saya bisa tau kehidupannya.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mencari perbuatan baik itu sulit sekali ya, dan yang paling penting mengabarkan Injil kepada mereka selain memberikan pemberian-pemberian. Menolong orang yang miskin dan membutuhkan tidak juga selalu harus dengan pemberian, bisa kita menolong orang itu bukan dengan pemberian melainkan dengan doa dan juga ikut menolong apa yang dia sedang gumulkan. Menggumulkan, misalkan ada orang yang mungkin secara materi nggak butuh apa-apa, cukup lah, bisa nabung, bisa cukup, mungkin mereka mencari soal kebutuhan pasangan hidup. Kita coba carikan, sedikit-sedikit jadi mak comblang ya, meskipun kadang mak comblang juga dihakimi ya, kalau misalkan tidak berhasil dan yang lain-lain itu juga jadi tanggung jawab. Tapi kita juga bisa carikan, kenalin orang soal pasangan hidup. Kemudian bicara soal pekerjaan, ada orang yang membutuhkan perkerjaan, kita coba pikir ada koneksi nggak, yang membuat orang tersebut bisa dapat pekerjaan. Itu pun adalah menolong, itu adalah perbuatan baik, itu soal pelayanan kepada sesama kita manusia.

Dan di sini Yakobus menjelaskan tentang iman yang paling sederhana, yaitu memperhatikan kebutuhan makanan orang sehari-hari. Ini adalah sifatnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebenarnya dari ajaran Yakobus ini, dia itu mau menjelaskan tentang kerajaan Allah. Kalau bicara soal kebutuhan sehari-hari aja kita nggak bisa melegakan orang, bagaimana kita mengaplikasikan perkataan Yesus Kristus, atau undangan Yesus Kristus yang mengatakan, “Marilah kepada Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” Waktu kita bicara soal ada orang yang betul-betul membutuhkan pertolongan, bukan menipu, bukan sembarangan, lalu kita belajar untuk melakukan perbuatan baik, itu kita seperti Yesus Kristus yang memberikan kelegaan kepada yang letih lesu dan berbeban berat.

Nah ini bicara soal kerajaan Allah, bicara soal bagaimana kerajaan Allah itu datang di dunia yang penuh penderitaan dan dosa. Di dunia yang penuh dengan kejahatan, kriminalitas, dan lain-lain, kita mau berbuat baik itu menyatakan kerajaan Allah. Menyatakan apa? Shalom, orang sedang butuh, orang sedang butuh pertolongan, kita menjadi shalom untuk mereka, tetapi dengan cara yang benar. Cara yang benar itu biasanya adalah kita yang inisiatif, lebih baik biasanya. Kadang ada orang yang minta-minta, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu juga licik ya, menipu, dia nggak butuh sebenarnya, dia cuma ingin ngerjain orang minta pertolongan, kelihatan miskin, kelihatan kurang, tapi sebenarnya tidak bertanggung jawab. Nah itu juga hati-hati ya. Lebih baik kita inisiatif, kita yang inisiatif berbuat baik, bukan nunggu bola, kita yang cari bola, kita yang betul-betul bekerja, berbuat baik. Itu yang diharapkan oleh Tuhan sendiri ketika Tuhan menyatakan kerajaan Allah datang. Namanya kerajaan Allah itu yang aktif siapa? Kerajaan dunia? Ya nggak lah, yang aktif itu adalah Rajanya dan prajuritnya untuk membereskan masalah yang ada di kerajaan tersebut, bukan ketika ada orang datang ke kita baru kita bereskan. Nah ini harapan yang besar sekali ya. Nah ini bicara hal yang sederhana ya, iman yang paling sederhana, coba memikirkan kebutuhan sehari-hari.

Di ayat 16 Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus menambahkan, “dan seorang dari antara kamu berkata: ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?” Ini juga kalimat retorik ya, kalau ini hanya sebatas kamu bilang, “selamat jalan” bahasa Inggris nya itu adalah “go in peace” silahkan berjalan dengan damai, bagus ya. Kalau kamu kedinginan, semoga badan kamu hangat. Itu seperti ada yang sakit, kita mengatakan, “semoga kamu sembuh” berdoa. Ini bicara soal apa sih? Bicara soal doa. Kalau akhirnya hanya sebatas doa saja, “selamat jalan ya. Hati-hati di perjalanan” itu bagus, bukan berarti salah ya, doain orang, harapkan yang baik itu bukan berarti salah. Tapi Yakobus itu menekankan jangan sekedar doa, jangan sekedar berharap yang baik, tapi lebih lagi. Di sini kan kalimat ini adalah, “selamat jalan, hati-hati di jalan, kenakanlah kain panas.” “Be warmed” bahasa Inggris nya itu, kamu supaya hangat lah, tapi nggak dikasi baju. Jadi orang itu kekurangan pakaian, dingin-dingin, “ya semoga kamu hangat ya.” Bayangin, hangat, didoakan ya, padahal dia lagi dingin. Dan makanlah sampai kenyang, “be filled” dipenuhilah kamu. Jadi ini bukan bicara soal tindakan, ini bicara soal harapan dan doa yang tentu kita perlu pelajari sebagai orang Kristen. Kalau kita nggak berharap, nggak berdoa, bagaimana kita mau melakukan perbuatan baik. Bagaimana melakukan perbuatan baik kalau kita nggak berharap dan berdoa.

Tapi Yakobus lebih jauh lagi dari harapan dan doa, Yakobus menekankan ayo coba kamu menjadi jawaban doa bukan hanya sekedar berharap dan berdoa. Di sini Yakobus katakan, “tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, what good is that?” Apa guna nya itu kalau cuma sekedar doa, pikirin yang baik-baik. Itu perlu ya, pikirin yang baik, doain yang baik, itu perlu, tetapi Yakobus bicara yang lebih jauh lagi. Jangan sampai doa kita itu menjadi klise. Jangan menjadi doa yang melepas tanggung jawab yang seharusnya kita lakukan.

Ada seorang hamba Tuhan itu menjelaskan bahwa sering kali orang Kristen itu berdoa, tetapi berdoanya itu melepas tanggung jawab, dan menjadikan doa itu sebagai penenang saja, yang murah harganya. Penenang hati. Jadi ketika ada orang yang membutuhkan, kita doain aja yah, itu sebagai tanggung jawab yang murah. Akhirnya kita nggak mau kontribusi, nggak mau melakukan sesuatu. Di sini seperti perumpamaan orang Samaria yang baik hati itu. Saya yakin orang Farisi yang lewat, pemimpin-pemimpin ahli Taurat itu ketika melihat ada orang terkapar, mereka itu pasti berdoa lah, mana mungkin nggak berdoa, cuek, “Semoga ada yang menyelamatkan. Semoga ada yang berbuat baik kepadanya.” Tapi bukan saya. Nah itu menjadi doa yang klise, doa yang menjadikan tanggung jawab kita itu menjadi hilang untuk melakukan sesuatu kepada orang tersebut. Nah itu jenis doa yang aneh ya, doa itu menjadi tanggung jawab yang murah. Hanya sebatas doa, selesai, tidak berkontribusi apa-apa.

Tetapi untuk lebih jauh lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seharusnya ya, kita itu berdoa yang baik itu adalah punya kemauan dan keterlibatan dipakai Tuhan, untuk menjadi jawaban doa bagi orang yang membutuhkan tersebut. Jadi waktu kita doakan, doakan supaya sembuh, anggap ada orang yang sakit, kita coba berpikir, kalau Tuhan pimpin saya untuk melakukan perbuatan baik, maka saya mau lakukan. Yang penting itu mau dulu, masalah ada perbuatan baik atau nggak, yang penting doa kita itu disertai kemauan untuk melakukan perbuatan baik. Nah ini adalah doa yang indah. Makanya dikatakan bahwa doa orang benar itu besar kuasanya, karena apa? Doa itu disertai dengan kemauan untuk melakukan sesuatu. Maka kita nggak akan sembarangan berdoa juga. Kita nggak akan sembarangan berdoa, karena apa? Waktu kita berdoa, berarti kita sedia untuk diutus Tuhan, sedia untuk melakukan sesuatu.

Anggap ya, contoh, kita doakan misionaris dari GRII di Jepang. Anggaplah kita punya beban terhadap misionaris, kita doakan, ya udah. Udah, doakan, selesai. Kita kan sering beberapa kali mungkin doakan waktu SPIK juga kita doakan ya SPIK Penginjilan itu, tapi jangan berhenti di situ. Kalau kita dipimpin Tuhan untuk memberikan suatu bantuan, atau memberikan suatu support, ya kita cari. Ya mungkin cari info, sebenarnya misionaris di Jepang itu butuh apa sih? Butuh apa, mungkin kita ada koneksi di Jepang, kita bisa usahakan apa. Nah itu jadi mikir terus ya, doa yang sejati itu terus mikir untuk berbuat baik. Tapi kalau sudah mentok, “Oh, memang saya nggak bisa kok, saya nggak punya banyak uang, nggak cukup. Saya nggak ada koneksi di Jepang, saya cuma bisa berdoa supaya pelayanan misionaris GRII itu di Jepang itu betul-betul berkembang, jangan sampai hilang semua jemaatnya. Jangan sampai akhirnya nggak ada orang yang bertobat.” Jangan-jangan kita bisa juga memikirkan kalau ada hamba Tuhan lain yang kita kenal, kita bisa juga pikirkan untuk penginjilan di Jepang juga, dan lain-lain.

Nah itu ya contoh ya, contoh. Itu akan menolong kita untuk melakukan perbuatan baik, dan menolong kita untuk tidak sembarangan berdoa. Kita nggak berani doa yang muluk-muluk, toh kita nggak bisa lakukan. Tapi bukan berarti kita nggak berdoa, ya, tetap berdoa. Tapi apa yang bisa kita kerjakan itu kita siap. Nah ini kesediaan hati seorang murid untuk menjalankan kehendak gurunya, kesediaan hati seorang prajurit untuk menjalankan kehendak komandannya. Itu di dalam doa. Maka kita doa itu hati-hati sekali, kita ingin supaya kita terlibat juga di dalam harapan dan doa yang baik yang kita miliki.

Yakobus 2:17, di situ dikatakan, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Ini adalah sebuah ayat kesimpulan dari Yakobus soal iman dan perbuatan yang sudah dipisah oleh Yakobus, yaitu iman kalau tidak disertai perbuatan, iman itu mati, itu berarti bukan iman. Itu bukan iman, kamu belum punya iman. Kalau kamu belum punya iman, minta iman. Kalau kamu sudah punya iman, minta supaya iman semakin bertumbuh, semakin kuat, semakin kokoh di dalam Yesus Kristus. Jangan rasa kamu punya iman sebenarnya kamu tidak punya iman. Iman itu sebenarnya mati karena kamu tidak ada perbuatannya sama sekali.

Waktu kita merenungkan soal kematian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kematian itu seharusnya menjadi hal yang kita hindari. Namanya mati kok ya, nggak ada orang yang normal, yang baik hati, yang sungguh-sungguh, yang takut akan Tuhan, yang menginginkan kematian, penderitaan. Nggak ada. Alkitab mengatakan dalam 1 Kor. 15:26 bahwa kematian itu adalah musuh yang terakhir dan yang dibinasakan oleh kuasa kebangkitan Yesus Kristus adalah maut. Jadi kematian itu adalah hal yang asing, yang kita hindari. Maka kalau ditegur, ya, Yakobus mengatakan, “kamu itu memiliki iman yang mati.” Seharusnya kita introspeksi, pembaca Surat Yakobus itu harus sadar, “Wah saya itu dalam kondisi iman yang mati. Bahkan saya tidak punya iman.” Ini adalah suatu hal yang buruk, suatu hal yang harus kita hindari. Maka berdoa minta iman. Perlu menjalankan iman yang dari Tuhan sendiri.

Kematian itu adalah musuh, kematian itu adalah suatu hal yang kita hindari, yang jahat, yang merusak, dan juga hal yang serius, hal yang tidak seharusnya terjadi bagi manusia ciptaan Tuhan. Kematian itu muncul karena dosa. Jadi segala hidup yang mati, itu kita bisa ibaratkan demikian ya. Hidup tapi sebenarnya mati, nah itu kita hindari. Hidup rohani yang sebenarnya mati. Iman yang mati itu juga seharusnya kita hindari, jangan sampai kita memiliki atau dalam kondisi yang demikian, kondisi yang mati, yang stagnant. Dan dengan demikian kita bisa lihat bahwa Yesus Kristus pun sebenarnya membereskan masalah kematian. Ya kematian rohani, kematian fisik, bahkan kematian iman kita bisa sebut, iman yang mati, yang orang di mana tidak punya iman, itu dibereskan di dalam Yesus Kristus saja. Tuhan Yesus yang menjadi sumber hidup.

Yesus mengatakan, “Akulah jalan kebenaran dan hidup.” Jadi bicara soal kerohanian yang mati atau iman yang mati itu membutuhkan Yesus Kristus. Dan Yesus Kristus bukan saja membereskan masalah kematian, tetapi di dalam Yesus Kristus justru kematian itu diubah konsepnya. Bagi orang Kristen, kematian bukan sebagai hukuman dosa, ya, tetapi menjadi pintu gerbang menuju kekekalan. Kematian itu diubah konsepnya oleh Yesus Kristus. Upah dosa adalah maut, Yesus sudah tanggung hukuman dosa kita di atas kayu salib, Yesus yang mati kok. Maka waktu orang Kristen mati, itu diubah konsepnya bahwa kematian itu sebagai pintu gerbang menuju Yesus Kristus, bertemu dengan Yesus Kristus. Musuh yang terakhir itu sudah dikalahkan oleh Yesus Kristus, maka ketika kita mati itu sudah beda konsepnya dengan orang yang belum dalam Kristus. Kita justru menerima hidup yang kekal.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada beberapa analogi tentang iman ya, dari beberapa Teolog, iman itu seperti apa. Seperti api, api yang pasti membakar. Bila api tidak membakar atau tidak panas, maka hakekat api itu adalah mati, ya itu adalah bukan api. Ya namanya api harusnya ada panas dan juga bisa membakar, namanya api. Nah juga dengan iman ya, namanya iman itu harus ada perbuatan, itu baru iman. Kalau api tidak membakar atau tidak panas, hakekat api itu mati. Kalau iman tidak ada perbuatan baik, tidak ada perbuatan menyembah Kristus, maka pada hakekatnya iman itu adalah mati. Analogi iman juga adalah seperti nafas, kalau kita nafas berarti ada hidup, berarti bisa bergerak, bertumbuh. Kalau kita nafas, nafas, nafas, tapi nggak hidup, itu bukan nafas, hakekat nafas adalah mati. Demikian juga dengan iman. Hakekat air, misalkan ya, air itu membasahi ya, cair. Ya demikian ya, itu adalah hal-hal yang kita harusnya pikirkan dengan matang. Jangan sampai kita katakan kita orang beriman, kita orang Kristen, tapi tidak ada perbuatan baik kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik kepada Yesus Kristus, ini sangat penting sekali kita pikirkan.

Kita akan membaca bersama-sama beberapa hal yang disebabkan oleh iman yang sejati, mari kita buka Alkitab kita dalam Kitab Ibrani Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Ibrani 11. Saya hitunghitung setidaknya ada 19 kalimat yang muncul karena iman. Itu ada banyak sekali karena iman ya. Ibrani 11, itu ada 19 kalimat yang menjelaskan karena iman, karena iman, karena iman, maka seseroang itu melakukan perbuatan baik di mata Allah. Saya akan bacakan untuk kita semua Bapak, Ibu, Saudara sekalian bisa membaca dalam hati ya ayat-ayat yang saya sebutkan. Ibrani 11:3-5, “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” Ayat 5, “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” Lanjut ke ayat 7, “Karena iman, maka Nuh – dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan – dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.” Ayat 11, “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” Ayat 17, “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal” Ayat 20, “Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya. Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya.” 23, “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun” Ayat 27, “Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka. Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga. Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya. Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersamasama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.” Ayat 33, “yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa” Ya itu ya, itu tentang hakim-hakim di ayat 33.

Di sini kita bisa lihat bahwa karena iman kita bisa melakukan banyak perbuatan baik yang tepat sesuai yang dikehendaki Allah. Tanpa iman, kita tidak mungkin memperkenankan hati Yesus Kristus. Betapa pentingnya iman, betapa pentingnya kita mengarahkan iman kita, percaya kita kepada objek yang sejati, yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus pemberi iman, Allah Tritunggal pemberi iman, maka kita harus arahkan iman kita itu kepada Pribadi Allah Tritunggal ini. Allah sendiri, itulah iman yang tepat. Dan ketika kita percaya sepenuhnya, bersandar kepada apa yang kita ketahui dan kita setujui tentang Allah Tritunggal, maka Allah Tritunggal akan memimpin kita untuk terus melakukan pekerjaan baik, pekerjaan baik, pekerjaan baik sampai kita terus bisa hidup berkenan di hati Allah. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sangat penting sekali kita memandang kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah teladan iman kita, yang paling sempurna. Di dalam Kitab Ibrani 11, itu juga adalah saksi-saksi iman. Mereka orang-orang yang beriman kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan di situ ada perbuatannya, disertai dengan perbuatan-perbuatan yang nyata. Iman kepada Allah Tritunggal itu adalah ada wujud nyata dalam perbuatan kita. Iman kepada Allah Tritunggal menghasilkan perbuatan baik dari Allah Tritunggal. Kita mau terus melakukan perbuatan baik.

Maukah kita memiliki hidup yang beriman Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kita belum punya iman, minta iman. Maukah kita punya iman yang senantiasa bertumbuh di dalam Kristus Yesus? Kiranya kita boleh sungguh-sungguh datang kepada Yesus Kristus, “Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat” Yesus akan memberikan kelegaan. Kita yang lemah imannya, kita yang bahkan, “Saya ini tidak percaya. Banyak hal yang saya tidak percaya dari Alkitab.” Nah kita datang pada Kristus, Kristus itu akan memberikan iman, memberikan kelegaan kepada kita semua. Dan Yesus Kristus pun akan memberikan kejelasan mana kuk yang harus kita pikul, mana tugas yang enak dari Tuhan itu apa. Karena Tuhan itu memberikan iman dan kekuatan kepada kita untuk bisa setia dan taat kepada-Nya. Maka kuk yang berat itu pun akan menjadi ringan karena kita beriman kepada Kristus, karena Kristus memberikan kelegaan dan kekuatan kepada kita. Kiranya kita bisa terus memikul salib, menyangkal diri, dan mengikut Yesus Kristus senantiasa. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang di Surga, kami bersyukur Tuhan, Engkau sudah memberikan kepada kami iman di dalam Yesus Kristus. Dengan sungguhsungguh kami percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup kami, sebagai pengantara kami satu-satunya dan pengantara kami selama-lamanya untuk datang kepada Allah Bapa, dan juga menikmati segala berkat yang sudah Bapa sediakan bagi kami semua. Terima kasih Tuhan untuk Tuhan Yesus Kristus yang kami boleh percaya, dan kiranya sebagai orang Kristen kami bukan saja berkatakata bahwa diri kami ini punya iman, tetapi kami juga boleh menyatakan iman kami kepada Kristus bahwa kami melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang Tuhan perintahkan, yang Tuhan rencanakan bagi kami semua. Ajar kami Tuhan untuk peka, untuk melakukan pekerjaan baik. Ajar kami Tuhan untuk bisa melihat kesempatan-kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kami, di mana kami bisa menyenangkan hati Tuhan. Peliharalah iman kami Tuhan, tolonglah kami supaya kami bisa memiliki iman yang hidup, iman yang sejati, iman yang disertai penyerahan diri, dan juga disertai kemauan untuk melakukan perbuatan baik sehingga iman kami ini murni di hadapan Tuhan dan menjadi nyata di dalam seluruh kehidupan kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah.