Ef. 3:14-21
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, doa, kita telah lihat adalah sebuah triggeryang membuat kuasa Allah itu bekerja di dalam kehidupan kita. Saya bukan berkata bahwa sebagai manusia kita bisa mengubah Allah, sebagai manusia kita bisa mempengaruhi Allah untuk membuat Allah mengikuti apa yang menjadi keinginan kita, atau sebagai manusia kita sebagai inisiator untuk membuat Allah bekerja. Saya bukan berkata seperti itu. Tapi yang saya maksudkan adalah, kita sebagai orang yang sudah mendapatkan anugerah Tuhan, kita sebagai orang yang sudah mendapatkan kuasa Tuhan, yang menerima pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita, kita perlu bisa menggunakan kuasa itu, yang ada pada diri kita, melalui doa yang kita naikkan kepada Tuhan. Yakobus berkata, “engkau tidak menerima apa yang engkau inginkan bukan karena sesuatu hal yang mungkin kau nggak kerja atau kau nggak kejar itu, tetapi karena engkau tidak berdoa di hadapan Tuhan atau karena engkau salah di dalam engkau berdoa kepada Tuhan Allah.” Jadi pada waktu kita mengingini sesuatu, terutama hal-hal yang bersifat rohani, maka di situ kita coba tanyakan kepada diri, kita berdoa meminta itu tidak kepada Tuhan? Kalau kita ndak meminta itu, maka walaupun Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatu, menyediakan itu bagi diri kita, Tuhan tidak akan berikan kepada diri kita. Jadi doa itu adalah satu trigger untuk membuat kuasa Allah itu bekerja di dalam kehidupan kita orang-orang percaya atau anak-anak Allah di dalam kehidupan kita. Makanya di dalam pasal yang pertama ayat 15 sampai 23 ketika Paulus sedang memberikan segala karya Tuhan, memberitakan itu bagi kita, memberi tahukan kita apa yang Tuhan sudah kerjakan, Paulus berdoa meminta Tuhan membuka mata kita untuk kita bisa melihat segala pekerjaan Tuhan itu dalam kehidupan kita dan kuasa Tuhan itu dalam kehidupan kita. Setelah Paulus berbicara mengenai penebusan Kristus dalam kehidupan kita, kita orang berdosa, kita adalah orang yang tidak layak, semuanya karena karunia daripada Roh Kudus, karunia daripada Allah dalam kehidupan kita untuk melahir barukan kita, untuk memberikan iman kepada kita, lalu mempersatukan kita di dalam gereja antara Yahudi dan non-Yahudi, Paulus kemudian kembali berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan bekerja dalam diri kita, agar kita mau menyatakan kuasa Tuhan yang mempersatukan itu, non-Yahudi dan Yahudi di dalam kasih karunia Allah, nyata di dalam kehidupan daripada gereja atau orang-orang Kristen. Jadi, doa memberikan satu gerakan bagi Tuhan untuk bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan kita atau setiap sesuatu yang kita inginkan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Saudara, di dalam doa yang Paulus naikkan kepada Tuhan ini, ada satu hal yang kita perlu lihat, yaitu setiap Paulus berdoa, hampir mayoritas di dalam doanya itu Paulus tidak pernah menyinggung akan keadaan-keadaan yang lahiriah. Paulus tidak menyinggung akan keadaan-keadaan yang bersifat fisik. Paulus tidak meminta dirinya untuk dibebaskan daripada segala kesulitan, segala masalah, pemenjaraan yang dia alami dalam kehidupan dia. Paulus tidak berdoa supaya kebebasan itu menjadi satu alat untuk bisa membawa injil atau melayani orang-orang Efesus dengan lebih rajin lagi. Itu semua tidak menjadi hal yang Paulus pikirkan atau utamakan di dalam pergumulan doa yang dia naikkan kepada Tuhan Allah. Saya percaya ini adalah hal yang berbeda sekali dari mayoritas orang-orang Kristen ketika mereka menaikkan doa. Pada waktu kita berdoa kita lebih banyak berfokus pada hal-hal yang lahiriah, hal-hal yang bersifat fisik. Itu menyatakan bahwa apa yang kita pikirkan, apa yang kita utamakan, apa yang kita khawatirkan dalam kehidupan kita, itu sering kali lebih besar kepada hal-hal yang bersifat lahiriah, yang fisik, daripada hal-hal yang bersifat rohani. Tapi Paulus berbeda sekali, pada waktu dia melihat segala kuasa Allah yang bekerja di dalam gereja, di dalam diri orang percaya, Paulus tidak sanggup lagi untuk bisa berdiri dan berdoa di hadapan Allah. Dia harus berlutut di hadapan Allah sebagai satu tanda pengakuan akan kuasa itu yang begitu besar, sebagai satu tanda kebutuhannya akan pekerjaan Tuhan,karya Tuhan dalam kehidupan dia dan gereja Tuhan; sebagai satu tanda kebergantungannya yang total kepada Tuhan Allah dan karya Allah di dalam kehidupannya itu.
Dia berlutut di hadapan Allah, berdoa, kepada siapa? Bukan hanya Allah Pencipta, tapi Dia adalah Allah yang adalah Bapa daripada orang-orang percaya. Saudara, di dalam lagu ada orang berkata, “mamaku adalah uang, bapaku adalah kuasa.” Kita sebagai anak-anak Tuhan, Bapa kita kita harus tahu, dia adalah Allah yang telah menebus kita daripada dosa, di dalam Yesus Kristus. Dia adalah Bapa kita yang sesungguhnya. Dan ini membuat ketika Paulus melihat cinta kasih Allah yang begitu besar dalam hidupnya itu, dia datang kepada Allah sebagai seorang anak datang kepada Bapa-Nya. Itu berarti apa yang dia minta sebagai seorang anak pasti akan didengarkan oleh Bapanya. Pasti akan didengarkan ataupun dijawab oleh Bapanya itu. Tapi pada waktu dia tahu statusnya sebagai anak, dia tahu kuasa Bapanya itu yang begitu besar, begitu berkuasa, sanggup untuk menjawab setiap doa yang dia minta, sanggup untuk menggenapi setiap hal dalam kehidupan daripada Paulus itu, yang baik untuk anak-anakNya itu, dan gereja-Nya, apa yang Paulus doakan? Nah di sini kita bisa lihat bijaksana daripada Paulus di dalam doa yang dia naikkan kepada Tuhan Allah. Paulus ndak doakan hal-hal fisik, tapi justru dia doakan hal-hal yang bersifat rohani. Saudara, ini juga menyatakan apa yang menjadi perhatian utama Paulus, apa yang menjadi fokus kehidupan Paulus, apa yang menjadi hal yang Paulus khawatirkan atau prihatinkan dalam hidup dia, itu adalah hal-hal yang bersifat rohani, bukan hal-hal yang bersifat fisik. Fisik tidak terlalu bermasalah bagi Paulus. Tetapi rohani jauh lebih bermasalah bagi Paulus dibandingkan hal-hal yang bersifat fisik tersebut. Saudara, pada waktu saya berkata seperti ini, bukan maksud saya untuk berkata kita ndak perlu doa akan fisik kita, kita ndak perlu doakan kesehatan kita, kita ndak perlu doa akan keadaaan, mungkin ekonomi atau pergumulan yang kita alami dalam kehidupan kita. Saya percaya ada bagian itu di dalam kehidupan doa pribadi kita kepada Tuhan Allah. Tetapi Paulus berkata di dalam 2 Korintus 4:16 dan 18, segala apa yang kita doakan berkaitan dengan kebutuhan fisik, itu adalah bersifat sementara, tapi apa yang kita doakan berkaitan dengan kebutuhan batin atau rohani kita, itu adalah bersifat kekal. Segala yang kita miliki sekarang, yang kita lihat di depan mata kita, yang kita rasakan, kita nikmati dalam kehidupan kita, kesenangan, uang, kekayaan, segala macam hal yang kita bisa lihat, itu adalah hal-hal yang memang menyenangkan, tetapi ingat, itu adalah hal-hal yang bersifat sementara, tidak selama-lamanya akan kita nikmati, tidak selama-lamanya akan kita butuhkan dalam kehidupan kita. Suatu hari itu semua akan berlalu termasuk tubuh kita pun sendiri akan berlalu. Ayub di dalam pergumulannya berkata, “aku datang dengan telanjang, aku pun akan pergi dengan telanjang juga.”
Jadi Saudara, apa yang menjadi utama di dalam pelayanan daripada Paulus? Apa yang menjadi hal utama di dalam doa yang Paulus naikkan kepada Tuhan, atau fokus utama di dalam kehidupan Paulus? Paulus memikirkan hal-hal yang rohani. Rohani akan bertahan selamanya, tetapi hal yang fisik itu akan ada batas akhir dan setelah itu tidak akan berlanjut lagi dalam kehidupan kita. Karena itu mana yang lebih utama? Mana yang lebih penting? Kita harus bisa melihat, yang bersifat sementara itu sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus, dan terutama sebagai orang yang adalah orang yang menerima teologi Reformed, harus bisa membedakan, mana yang penting, mana yang kurang penting. Mana yang harus lebih didahulukan, mana yang belakangan yang kita boleh dilakukan dalam kehidupan kita. Saudara, firman Tuhan yang kita bicarakan, yang kita dengarkan, itu akan memberikan hikmat bagi kita, bijaksana bagi kita, sehingga kita bisa mengetahui apa yang utama di dalam kehidupan kita, seperti yang dilakukan oleh Paulus ini. Dia melihat kebutuhan rohani sebagai hal yang utama, dan kebutuhan fisik sebagai hal yang kurang utama atau kurang penting di dalam kehidupan diri dia ataupun di dalam pergumulan daripada jemaat Tuhan. Ini hal yang pertama.
Tapi ada hal lain yang saya ingin tekankan pagi ini adalah berkaitan dengan apa yang dikatakan dalam 2 Korintus 4:17, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh leibh besar dari pada penderitaan kami.” Ayat 16 berbicara, “kami tidak tawar hati karena, meskipun tubuh lahiriah kami itu merosot tetapi manusia batiniah kami itu diperbaharui dari hari ke hari.” Ayat 18, yang tadi saya katakan, “karena tubuh fisik kita itu bersifat sementara tetapi tubuh batiniah kita itu bersifat kekal,” tetapi di ayat 17 itu ada poin juga yang kita harus perhatikan, “penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segalanya jauh lebih besar, dari pada penderitaan kami.”Saudara, ayat ini mau bicara apa? Saya mendapatkan suatu kesimpulan dari pada ayat ini adalah pada waktu kita menghidupi kehidupan kita maka Tuhan menyatakan atau firman Tuhan menyatakan bahwa keadaan fisik yang kita alami itu memiliki tujuan untuk kebaikan keadaan rohani kita, bukan sebaliknya. Keadaan rohani seseorang itu bukan sesuatu yang akan mempengaruhi atau mengubah atau memperbaiki keadaan fisik sesorang.Saya ulangi ya.Pada waktu kita membaca mengenai kehidupan rohani, Alkitab mengajarkan keadaan fisik yang kita alami itu adalah suatu keadan yang akan mempengaruhi atau yang akan Tuhan pakai untuk mempengaruhi atau membentuk keadaan rohani kita, tetapi bukan sebaliknya, bukan keadaaan rohani kita akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki keadaan fisik kita.Saudara, di dalam gereja, kita sering kali dengar pengajaran “kalau engkau memiliki rohani yang baik, engkau memiliki iman yang kuat, yang percaya kepada Tuhan Allah, maka di situ engkau akan bisa mengubah Allah atau membuat segala yang engkau minta itu digenapi oleh Tuhan Allah.” Jadi, seakan-akan apa yang menjadi keadaan rohani internal kita, statusnya baik atau tidak baik, itu mempengaruhi apa yang Tuhan Allah berikan atau tidak berikan dalam kehidupan kita untuk mengubah keadaan yang kita alami dalam hidup kita. Jadi, pada waktu kita sakit, pada waktu kita mungkin kesulitan, pada waktu kita miskin, kalau kita beriman kepada Tuhan, kita meminta kesembuhan, kesehatan, kekayaan, maka Tuhan akan menjawab apa yang menjadi permintaan kita. Tapi saudara, saya lihat, ini bukan apa yang Kitab Suci ajarkan bagi diri kita, bukan hal-hal yang bersifat rohani yang di dalam itu membuat perubahan di dalam keadaan fisik kita di luar, tapi justru keadaan fisik kita di luar itu mempengaruhi keadaan rohani kita yang ada di dalam.
Nah, tapi kalau misalnya bicara seperti ini, mungkin bapak-ibu berkata, ‘di dalam Alkitab banyak sekali ayat-ayat yang berbicara keadaan rohani seseorang membuat Yesus menjawab apa yang menjadi kebutuhan dia, secara fisik.” Misalnya, seorang perwira Kapernaum datang kepada Yesus Kristus, lalu di situ dia berkata kepada Yesus Kristus seperti ini, ‘hambaku sakit’, lalu Yesus berkata kepada perwira Kapernaum itu, ‘ayo.. kita pergi ke rumahmu untuk sembuhkan hambamu itu.’ Lalu perwiranya ngomong, ‘ndak usah, saya seorang bawahan, kalau atasanku bilang kerjakan ini, lakukan itu, pergi ke sana, pergi ke mari, aku pasti lakukan itu, karena itu Kau nda usah datang susah-susah ke rumahku.’ Ada orang yang menafsirkan, baik juga ada yang berkata, perwira Kapernaun ini sangat mengerti sekali dia adalah orang non-Yahudi, Yesus adalah orang Yahudi, orang Yahudi pantang masuk ke rumah orang non-Yahudi sehingga dia bilang “ndak usah datang ke rumahku.” Tapi, saya nda lihat poinnya di situ saja, ada poin yang lebih penting, nanti yang kita lihat, namun yang saya akan lompati dulu, pada waktu perwira ini berkata seperti ini, “nda usah datang, tetapi katakan saja,” Yesus berkata apa? “Jadilah seperti yang engkau imani,” begitu ya? Mukanya bingung semua. Kita buka Matius, Mat. 8.Sebelumnya ada orang kusta yang Tuhan Yesus sembuhkan, lalu di ayat 5, pasal 8, itu perwira Kapernaum datang kepada Yesus lalu memohon, ayat 9 itu berkata, “sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Lalu di dalam ayat 13, dikatakan, “lalu Yesus berkata kepada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka saat itu juga sembuhlah hambanya.” Itu adalah bagian contoh pertama, dimana seorang yang sepertinya orang yang datang kepada Yesus dengan iman, percaya kepada Yesus, Tuhan mendengarkan apa yang menjadi permohonan dia, lalu Tuhan tegaskan, jadilah seperti imanmu tersebut.Lalu di dalam ayat berikutnya, ada bicara mengenai, 2 orang buta yang datang kepada Yesus Kristus, lalu ketika 2 orang buta ini melihat Yesus Kristus, mereka berteriak, “Yesus, Anak Daud, tolong sembuhkan kami!.” Nah pada waktu Yesus mendengar apa yang dia itu, Yesus tanya, “percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” Lalu orang-orang buta itu menjawab, “Iya Tuhan, kami percaya, Engkau bisa menyembuhkan mata kami.” Lalu Yesus bicara apa? “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Pasal 9:27-31, sebelum-sebelumnya ada hal yang Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus, tapi saya gak angkat itu karena disitu gak bicara iman. Pasal 9:27-31, di situ dikatakan, di dalam ayat yang ke-29, “… Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “jadilah kepadamu menurut imanmu.” Pada waktu orang-orang berkerumun di dalam sebuah rumah yang ditempati, lalu di situ ada orang yang membawa orang lumpuh datang kepada Yesus Kristus, karena dia gak bisa masuk ke dalam rumah itu dan itu akhirnya mereka membongkar atap, lalu turunkan orang itu ke rumah itu, lalu di situ dikatakan apa? Yesus melihat iman orang ini, lalu Yesus menyembuhkan sakit dari pada temannya yang lumpuh itu. Saudara, pertanyaan saya, apa yang membuat Yesus menyembuhkan orang tersebut? Apakah karena iman orang ini, keadaan rohani orang ini yang baik, yang membuat Yesus kemudian mendengarkan apa yang menjadi permohonan doanya dan menjawab apa yang menjadi permintaan mereka sehingga orang ini disembuhkan, atau bagaimana? Kalau ini yang bener, berarti kalimat saya tadi salah, karena kalimat saya tadi bilang, keadaan rohani tidak mempengaruhi atau tidak mengubah, atau tidak memperbaiki keadaan fisik, tetapi keadaan fisik itu adalah alat yang Tuhan pakai untuk mempengaruhi dan mengubah, membentuk keadaan rohani kita, yang bener yang mana?
Saudara, saya lihat, yang benar itu adalah tetap prinsip di mana keadan fisik mengubah apa yang ada di dalam keadaaan rohani kita, membentuk keadaan rohani kita.Kita tahu dari mana? Ada satu bagian di dalam Yohanes 9 berbicara mengenai hal ini ya, Yoh. 9:1-40, itu satu perikop yang cukup panjang, tapi intinya adalah berbicara mengenai keadaan rohani orang itu tidak membuat dia mengubah keadaan dari pada fisik orang tersebut.Ini adalah berbicara mengenai orang yang buta sejak lahirnya, pada waktu Yesus lewat, Dia melihat ada orang yang buta, lalu di situ murid-murid-Nya tanya kepada Yesus Kristus, mereka tanya, “Guru, kira-kira orang ini buta karena dosa yang dia lakukan atau dosa yang orang tuanya lakukan?” Yesus bilang, “bukan karena dosanya, bukan juga karena dosa orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Tuhan harus dinyatakan di dalam kehidupan orang ini atau melalui kehidupan dari pada orang buta ini.” Nah pertanyaannya adalah pekerjaan Tuhan apa yang harus dinyatakan melalui kehidupan orang buta ini? Apakah mau menyatakan bahwa iman orang buta ini itu membuat Yesus dan bisa menggerakkan Yesus untuk bisa menyembuhkan diri dia? Saya percaya ini tidak ada satupun bagian yang dicatat di dalam perikop ini dari ayat 1 sampai ayat 40, Saudara nda akan menemukan prinsip ini. Karena apa? Orang buta ini tidak pernah datang kepada Yesus, orang buta ini tidak pernah meminta kepada Yesus untuk menyembuhkan dirinya, dan Yesus juga tidak pernah berkata, “karena imanmu itu maka jadilah seperti yang engkau imani, engkau akan sembuh atau engkau mengalami kesembuhan,” itu nda ada dikatakan oleh Yesus sama sekali. Lalu apa yang dimaksud dengan “kehendak Allah harus dinyatakan di dalam kehidupan orang ini”? Saudara bisa lihat di dalam ayat 5, 22, dan 35-39 ya. “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia,” Yesus berkata di ayat 5. Lalu ayat 22, “Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan,” lalu ayat 35-39, “Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” Katanya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.””
Saudara, ayat-ayat yang tadi kita baca, itu semua berbicara mengenai tujuan Tuhan untuk menjadikan atau menyatakan pekerjaan Tuhan di dalam kehidupan dari pada orang percaya ini. Pertanyaannya, pekerjaan Tuhan apa yang harus dinyatakan di dalam kehidupan orang buta ini? Tadi saya tekankan lagi, bukan iman orang itu tetapi apa? Yesus adalah Tuhan, Dia adalah Mesias, Dia adalah Anak Manusia itu. Karena itu ketika Yesus berkata kepada orang yang dulunya buta ini, “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Orang buta ini bertanya, “Siapakah Anak Manusia itu?” Yesus bilang, “Dia bukan saja engkau lihat tetapi Dia yang berkata kepada engkau, yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu,” Yesus yang sedang berfirman kepadanya Dialah Tuhan Allah itu dan orang buta ini langsung sujud menyembah kepada Yesus dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Saudara, dari sini kita bisa lihat keadaan fisik yang dialami orang buta itu adalah satu alat yang Allah gunakan untuk membentuk iman dari orang tersebut guna orang itu bisa memuliakan Allah, mengenal Allah, bukan sebaliknya, kondisi iman orang itu mempengaruhi keadaan fisiknya karena dia percaya kepada Tuhan dan dia bisa mengubah apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk mempengaruhi kehidupan dia. Bingung ya? Bagaimana sinkronkan ini dengan ayat orang beriman itu? Saudara coba perhatikan baik-baik ya, setiap perikop yang berbicara mengenai Yesus mendengar iman orang itu lalu menyembuhkan, yang dimaksud iman itu apa? Coba kita balik lagi ya Matius 8:5, perlu baca nggak perikop ini? Sudah tahu ya? Kalau sudah mengerti konteksnya bicara apa, saya nggak akan baca semua. Saya mau minta kita perhatikan ayat yang ke-10, setelah perwira di Kapernaum ini berkata, “kerjakanlah ini, maka ia mengerjakannya,” ayat 10, “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.”” Titik di situ. Kalau kita baca sampai di situ lalu melompat ke ayat 13, konteksnya bicara apa? Iman perwira itu membuat hambanya disembuhkan, begitu ya? Tapi coba baca ayat 11 dan ayat 12, “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”” Baru setelahnya bicara “apa yang ada pada imanmu terjadilah seperti itu.” Saudara, maksudnya apa? Yang utama yang mana? Kenapa Yesus menyembuhkan orang itu, kenapa Yesus mendengarkan doanya? Dia datang untuk apa? Dia mungkin datang adalah untuk hambanya itu disembuhkan dari pada sakitnya, tetapi dalam pemikiran Yesus dan apa yang Yesus kemudian ungkapkan bagi orang yang perwira Kapernaum maupun para pengikut yang mengikut Yesus saat itu Yesus berkata, “Ini bukan hanya masalah sembuh fisik, tapi kamu tahu tidak, iman sebesar bangsa lain ini, bukan orang Yahudi ini, Aku nda pernah temuin di antara orang Yahudi,” dan dari situ dikatakan bahwa nanti suatu saat Kerajaan Allah itu akan terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi, bahkan sebagian besar dari orang Yahudi itu akan disingkirkan dan dicampakkan di dalam neraka. Saudara, ini adalah masalah rohani. Orang ini mau Yesus bawa datang dan melihat, dan orang banyak yang menyertai Yesus itu yang melihat peristiwa itu untuk melihat bahwa Yesus adalah yang menjadi pengikat orang untuk datang, bangsa-bangsa untuk datang dan mempersatukan mereka di dalam Kerajaan Allah. Dan Yesus memiliki kuasa itu, makanya orang yang sakit itu, hamba itu, itu disembuhkan, nda perlu datang dari jauhpun Dia bisa sembuhkan, Dia berkuasa untuk melakukan hal itu.
Lalu kemudian, saya masuk ke ayat 14 saja ya, ibu mertua Petrus yang sakit itu disembuhkan. Yesus masuk ke rumah Petrus, menjabat tangannya, lalu ibu itu sembuh. Tujuan penyembuhannya apa? Untuk sembuh saja? Saya pikir bukan hanya untuk sembuh tapi di dalam kalimat berikutnya adalah setelah demamnya hilang “Iapun bangunlah dan melayani Dia.” Sifat rohani. Lalu di bagian bawahnya, menjelang malam banyak orang datang untuk meminta kesembuhan dari pada Yesus Kristus, Yesus sembuhkan nggak? Yesus sembuhkan semuanya, lalu ayat 17 bicara apa? “Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”” Saudara, “Dia yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” itu di dalam Yesaya 53:4. Yesaya 53:4 itu bicara mengenai menanggung keadaan fisik kita atau menanggung penyakit rohani kita? Kita buka Yesaya 53, dari ayat 3, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena…”?“pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena…”?“kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Ayat ini bicara kesembuhan fisik? Ayat ini bicara penanggungan penyakit fisik? Yesaya bilang bukan, tetapi penyakit rohani yang kita alami yang ditanggung oleh Yesus Kristus. Makanya pada waktu Yesus menyembuhkan orang-orang yang datang kepada Dia, itu bukan masalah diri orang itu, iman orang itu, tapi Yesus mau mengatakan, ‘Ini yang Aku lakukan dalam menggenapi apa yang dinubuatkan nabi dalam Perjanjian Lama, Aku datang untuk menanggung semua kelemahanmu, dosamu, penyakitmu, penyakit bukan fisik tapi rohanimu.’ Itu yang Yesus ingin ungkapkan bagi orang-orang tersebut. Tapi mereka salah menangkap apa yang menjadi pengajaran Yesus Kristus.
Lalu Saudara boleh baca selanjutnya, misalnya, orang lumpuh yang disembuhkan, pasal 9. Ada orang lumpuh datang kepada Yesus, yang tadi, yang dibawa oleh teman-temannya. Lalu Yesus bilang apa? Waktu Yesus melihat dia, Yesus bilang apa? Dikatakan, ‘Ketika Yesus melihat iman mereka’ – iman mereka itu apa? Iman untuk disembuhkan? Yesus bilang, nyambung kalimat itu bukan iman untuk disembuhkan, tetapi iman bahwa dosamu sudah diampuni. ‘Percayalah anakKu bahwa dosamu sudah diampuni.’ Jadi, pada waktu orang datang kepada Yesus, saya percaya mereka datang dengan satu pengertian: Yesus bisa menyembuhkan saya maka saya datang untuk disembuhkan, maka saya datang bawa keluarga saya untuk disembuhkan oleh Yesus Kristus. Tapi ketika mereka datang kepada Yesus Kristus, Yesus tidak ngomong, ‘Oh kamu mau sembuh? Aku sembuhkan.’ Selesai perkara. Tidak seperti itu. Tapi Yesus mau menggunakan keadaan fisik orang itu untuk membawa mereka ke dalam satu tingkat pengertian kerohanian atau pertumbuhan kerohanian yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Yaitu apa? Orang lumpuh itu dibawa untuk menyatakan Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa orang tersebut. Karena itu orang itu kemudian bangkit, berdiri dan berjalan.Yesus lalu menyembuhkan orang dari lintas ruang dan waktu, Yesus Maha Kuasa untuk lakukan hal itu.Yesus bisa meredakan laut untuk menyatakan Yesus berkuasa atas alam dan segala yang Yesus lakukan dalam keadaan yang kita alami di sekitar, atau keadaan yang kita alami di sekitar kita itu adalah alat Allah untuk membentuk keadaan rohani daripada anak-anak Tuhan atau orang percaya.
Saudara, saya lihat ini adalah satu kebenaran yang seringkali kita mungkin lewati ya, sehingga di dalam kehidupan kita, kita seringkali hidup di tengah kekhawatiran ketakutan lalu ketidak-bisa-berserahnya kepada Tuhan Allah, selalu ingin merasa kehidupan saya harus berubah, harus berubah, harus menjadi lebih baik dari keadaan masa lalu; kalau saya miskin, harus jadi kaya; kalau saya adalah orang yang sakit, harus sembuh. Saudara, Alkitab tidak pernah ngajarkan itu lho! Itu adalah konsep orang dunia mengenai kesuksesan dan kesejahteraan. Tapi itu adalah konsep juga yang diajarkan di dalam gereja dengan memakai cara itu untuk menarik orang dan datang kepada Yesus Kristus. Padahal Yesus tidak pernah menggunakan cara ini untuk menarik orang. Nah Yesus juga menyembuhkan bukan karena tujuan untuk memenuhi apa yang menjadi iman kita ingin disembuhkan. Karena itu kalau kita membaca apa yang Paulus tuliskan, misalnya di dalam 2 Korintus, di situ dikatakan, pada waktu Paulus berdoa kepada Allah, meminta duri dalam daging itu disingkirkan daripada diri dia, apa yang Paulus dapatkan? Jawaban apa? Bukan: “Karena imanmu, duri dalam daging itu Aku singkirkan,” Yesus berkata, tidak seperti itu! Tetapi, “Percayalah kalau..” apa? “dalam kelemahanmu, kuasaKu menjadi sempurna.” Berarti, Tuhan sengaja berikan kondisi yang tidak baik secara fisik dalam kehidupan Paulus dan tidak singkirkan itu supaya Paulus di situ menjadi orang yang bergantung kepada Allah dan percaya kepada Allah sepenuhnya. Dan dari kelemahannya itu justru di situ kuasa Allah menjadi nyata dan sempurna dalam kehidupan Paulus. Masalah rohani lagi.
Saudara, saya harap kita punya satu konsep berfikir seperti ini ya, dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Apapun yang kita alami dalam kehidupan kita, baik ataupun susah, itu adalah sesuatu yang Tuhan pakai untuk menyembuhkan atau memperbaiki keadaan rohani kita di hadapan Tuhan, sehingga kita menjadi anak Allah yang semakin sempurna seperti Kristus, semakin memiliki kehidupan yang memuliakan Allah di dalam kehidupan kita. Tapi Saudara, kalau kita bicara seperti ini, rasanya nggak enak ya? Lebih baik jadi orang yang kalau berdoa, doanya didengarkan, begitu kan? Kalau saya sakit, doa kepada Tuhan, disembuhkan – itu baik. Kalau saya orang miskin, doa minta Tuhan berkati, maka usaha saya menjadi maju – itu baik. Kalau saya adalah orang yang dalam kesulitan dan pergumulan, saya berdoa kepada Tuhan maka pergumulan dan kesulitan itu menyingkir daripada kehidupanku – itu adalah baik.Saudara, kita mau jadi yang mana? Mana yang lebih baik? Yang semua itu disingkirkan kalau kita minta? Atau yang semua itu tidak disingkirkan kalau kita minta? Yang mana? Kalau kita tetap berpaku dalam pemikiran: yang baik adalah semua itu disingkirkan kalau kita minta kepada Tuhan, saya takut Saudara akan menjadi kecewa. Karena Alkitab memang tidak pernah menjanjikan segala itu, tidak pernah menjanjikan kondisi rohani kita memperbaiki mengubah atau menjadikan keadaan fisik kita lebih baik. Tetapi yang Alkitab janjikan dan Tuhan janjikan adalah, semua keadaan fisik yang kita alami, kamu tidak usah terlalu khawatirkan itu, karena itu semua adalah alat yang Tuhan pakai untuk membentuk keadaan rohani kita.
Saudara, kita harus mengingat kembali ya, kita itu siapa? Alkitab bilang, kita itu adalah orang yang terlahir sebagai orang yang berdosa. Dan sebagai orang yang terlahir berdosa, itu mendapatkan karunia Tuhan dan keselamatan dan kelahiran baru daripada Tuhan Allah. Tetapi orang yang mendapatkan keselamatan dan kelahiran baru dari Tuhan Allah itu, itu adalah sesuatu yang bukan mengubah total kehidupan kita sehingga kita tidak bisa lagi tercemari oleh dosa atau jatuh di dalam dosa. Tuhan sengaja membiarkan kedagingan kita itu tetap ada pada diri kita di tengah-tengah kelahiran baru yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita, supaya terjadi satu pergumulan, peperangan antara ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada keinginan daging yang melawan Tuhan Allah. Sehingga dari proses pergumulan ini, peperangan yang kita alami ini, Tuhan bisa memunculkan siapa anak Tuhan yang sejati dan tidak sejati. Orang-orang yang adalah anak Tuhan yang sejati, dia pasti akan melawan keinginan dagingnya dan bertumbuh di dalam kekudusan hidup dia. Tapi orang yang bukan anak Tuhan sejati, sepertinya hidup kudus, mungkin, sepertinya baik tetapi sebenarnya tidak ada pertumbuhan di dalam kekudusan tersebut, dan dia tidak ada satu pergumulan untuk melawan keinginan dagingnya, mungkin ada, tetapi bukan sesuatu yang dikarenakan untuk Tuhan tapi mungkin untuk nama baik dia, untuk diterima oleh orang lain dan yang lain-lain. Tapi itu tidak pernah bisa melekat secara sempurna pada orang itu. Satu hari dia pasti jatuh dan dia akan dikuasai oleh dosa lagi.
Maka saya gunakan ilutrasi Pak Tong seperti ini ya, manusia ketika dicipta oleh Tuhan, dia seperti selembar kertas ini yang utuh, yang sempurna, yang baik. Tetapi ketika dosa masuk, apa yang terjadi? Yang sempurna itu telah robek, karena apa? Dosa itu memiliki beberapa pengertian ya. Dosa berarti pelanggaran terhadap hukum Allah. Dosa berarti tidak sanggup mencapai sasaran yang sudah Tuhan tentukan. Tapi ada satu istilah lagi yaitu dosa adalah kehilangan kemuliaan Allah. Semula segala sesuatu itu baik, Tuhan cipta, segala sesuatu itu mulia, memancarkan kemuliaan Tuhan Allah dalam kehidupan kita, tapi ketika kita jatuh ke dalam dosa, ini menjadi robek, rusak. Kemuliaan Allah itu hilang. Yang semula ada, itu sekarang menjadi tidak ada, yang sekarang ada apa? Yang sebelumnya tidak ada,yaitu dosa. Nah ini yang terjadi dalam kehidupan kita. Pada waktu kita lahir, kita lahir bukan sebagai orang yang seperti ini, tapi orang yang sudah seperti ini, yang sudah rusak itu. Nah di dalam keadaan seperti ini, kita lahir dalam kondisi rusak, apa yang kita akan pikirkan dan kita akan dinilai daripada keadaan diri kita. Saya percaya kita akan melihat diri kita dalam keadaan baik walaupun kita ini ada dalam keadaan rusak karena kita sudah terlalu terbiasa dengan keadaan yang rusak dari lahir sampai mati kita ada di dalam keadaan yang rusak. Atau istilah lainnya saya ambil contoh, Saudara kalau terlahir sebagai orang yang tidak ada satu tangan, Saudara akan lihat saudara normal atau tidak? Mungkin tidak normal. Tetapi Saudara akan anggap tidak ada satu tangan itu masalah atau tidak? Kadang saya lihat di TV itu, National Geographic atau apa ya? Mengenai orang-orang yang luar biasa itu ya, kadang orang ngga punya tangan sama sekali, kaki pun pendek seperti itu, seorang perempuan bisa nyetir pesawat terbang lho. Bisa terbangin pesawat dan turunkan pesawat ndak pake tangan sama sekali. Lalu ditanya, “kalau kamu terlahir kembali, kira-kira kamu ingin punya tangan atau ndak?” Dia bilang apa?“Kalau saya terlahir kembali, saya akan memilih untuk menjadi seperti sekarang ini”. Saudara, kalau kita terlahir sebagai orang yang cacat, kita mungkin, atau ketika melihat orang lain yang baik, orang lain yang utuh seperti itu, kita akan merasa ada beda antara kita dengan diri mereka, tapi perbedaan itu tidak akan menjadi halangan bagi kita. Itu adalah sesuatu yang sudah biasa, saya sendiri waktu perjalanan dalam Magelang, saya kaget, dikagetkan oleh satu orang, saya bawa motor waktu itu. Satu orang yang mendadak nyusul saya dari belakang saya sudah jalan 80-an ya. Lalu dia menyusul sampai, pas di depan saya, saya lihat ini orang hebat sekali ya. Bawa kendaraan 100 lebih begitu nyusul itu bukan cuma di depan, langsung menghilang jauh di depan kaya gitu. Cepet sekali, tapi kok kayaknya satu tangan ya, cuma tangan kiri. Tangan satunya dimana? Saya coba kejar, gitu ya. Kejar.. ndak kekejar sih, dia motor besar saya bebek, tapi bisa kekejar di lampu merah. Lalu saya coba lirik-lirik kaya gitu. Waktu saya lirik-lirik, eh bener lho dia satu tangan lho. Dia ndak ada tangan kanan, tapi satu tangan itu dia bisa bawa motor dengan begitu cepat, kencang dan stabil sekali, ndak ada goyangan sama sekali.Saudara yang bisa bawa motor coba bawa satu tangan, goyang nggak motornya? Berani nggak cepet 100 km/jam? Saya yakin nggak berani, tapi orang ini bisa lho.
Saudara, orang yang terlahir dalam kondisi seperti itu, dia akan merasa bahwa itu adalah sesuatu yang normal bagi diri dia. Kalau kita adalah orang yang terlahir dalam kondisi yang cacat, yang berdosa, kita akan merasa diri kita hidup normal kalau kita melakukan dosa dalam kehidupan kita. Sehingga pada waktu Tuhan ingin mengembalikan kita kedalam posisi yang semula, kita ngerasa ini aneh, ini nggak benar, ini salah, ini nggak nyaman. Menjalankan kehendak Tuhan menjadi sesuatu yang pergumulan yang berat sekali bagi diri kita, dan sulit. Tapi tahu tidak, ketika Tuhan mengijinkan sesuatu keadaan sulit dalam kehidupan kita, lalu keadaan itu kita doakan tetep tidak terjadi, atau saya tanya saja ya. Bapak ibu yang pernah mengalami kondisi seperti itu, doa, permasalahannya disingkirkan nggak oleh Tuhan? Mungkin ada, tapi mayoritas tidak, gitu ya? Lalu pada waktu tidak menjadi mulai malas doa atau doa mulai dalam satu keraguan Tuhan nggak dengar juga, seperti itu? Saya percaya, bukan karena Tuhan ndak dengar, tapi karena kita salah berdoa kepada Tuhan Allah. Kita berdoa meminta sesuatu yang Tuhan tidak pernah janjikan. Coba ubah doanya, bukan lagi menjadi sesuatu pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi pemenuhan kebutuhan rohani yang kita minta di hadapan Tuhan. Dan buka mata lihat Tuhan bekerja untuk mempertumbuhkan rohani kita itu seperti apa. Nah Saudara, pada waktu kita melihat keadaan ini, kita merasa tumbuh secara rohani dengan fisik, mana yang lebih baik? Mana yang lebih baik? Ubah secara rohani sama ubah dengan keadaan fisik, mana yang lebih baik? Yang fisik kan, itu rasa lebih srek ya? Makanya mayoritas dari kadar doa kita, prosentasenya adalah doakan fisik, begitu? Tapi Saudara ingat ya, pada waktu Tuhan mengubah keadaan rohani kita melalui fisik dengan membiarkan itu, Tuhan sedang melakukan ini lho, memperbaiki keadaan kita. Tapi kita ngerasa ini aneh, nggak nyaman, tapi ini yang baik. Maksud saya adalah apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita, Dia adalah Allah yang memberikan yang terbaik dalam kehidupan kita. Apa yang Dia kerjakan dalam kehidupan kita apakah itu dalam keadaan baik atau tidak baik, kita bisa percaya itu adalah sesuatu yang baik. Nah apa yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, itu adalah sesuatu yang paling bijaksana yang sempurna, yang Tuhan rencanakan bagi kehidupan kita, yang tidak mungkin salah, selalu tepat, dan selalu benar. Dan kita perlu belajar menundukan diri kita di bawah apa yang menjadi kehendak Allah, untuk membentuk iman kita, melalui situasi dan keadaan fisik yang kita alami dalam kehidupan kita.
Saudara saya harap kita, apa yang kita belajar ini ya, itu boleh mengubah cara kita berdoa ya. Apa yang kita lihat dalam kehidupan kita itu juga boleh diubah melalui kebenaran firman yang kita renungkan, atau kita dengarkan setiap hari. Pada waktu Alkitab berkata pentingkan kebutuhan rohanimu, lebih daripada kebutuhan fisikmu, coba belajar doakan itu, Saudara akan lihat perubahan besar yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan Saudara. Sesuatu pendewasaan dalam iman, satu kehidupan yang diubahkan untuk membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan satu kehidupan yang semakin dikuduskan menjadi serupa dengan Kristus. Nah saya harap ini menjadi satu pergumulan kita, yang kita terapkan dalam kehidupan kita. Ingat sekali lagi, doa adalah trigger supaya kuasa Allah yang sudah Allah berikan itu, bisa bekerja dalam kehidupan kita. Saudara mau gunakan itu atau tidak, termasuk di dalamnya, ketika kita ingin mematikan dosa, mematikan dosa dengan cara apa? Bukan bisa dosa disingkirkan semua, tetapi dengan menggunakan sarana Roh Kudus yang sudah Tuhan berikan bagi kehidupan kita, kuasa Roh Kudus yang kudus itu untuk mematikan dosa. Bagaimana caranya gunakan sarana itu? Kalau keselamatan itu bukan karena perbuatan, satu-satunya cara adalah berdoa meminta kepada Tuhan, pertolongan. Itu namanya menggunakan kuasa Tuhan yang sudah Tuhan berikan bagi kita, untuk bisa kita terima dan terjadi dalam kehidupan kita supaya kita memiliki kehidupan Kristen yang limpah. Saya akan akhiri firman Tuhan kita sampai pada hari ini ya. Nanti kita akan lanjutkan lagi minggu depan. Saya harap setiap pembahasan mengenai doa, mengenai Firman jangan dianggap angin lalu. Tetapi biarlah kita boleh belajar menerapkan itu dalam kehidupan kita. Mari kita masuk kedalam doa.
Kembali kami bersyukur untuk Firman-Mu.Kembali kami bersyukur untuk segala hal yang boleh Engkau izinkan terjadi dalam kehidupan kami.Dan kiranya Engkau juga boleh mengaruniakan kepada kami mata untuk dapat melihat ya Tuhan, akan pekerjaan-Mu yang membentuk iman kami, kerohanian kami, melalui didikan-didikan yang engkau berikan dalam keadaan kehidupan fisik kami. Tolong kami ya Tuhan, sehingga segala sesuatu yang kami kerjakan, kami boleh fokuskan kepada hal-hal yang bersifat rohani atau pertumbuhan di dalam kerohanian kami, sehingga hal itu membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Tolong kami masing-masing ya Bapa, dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]