Ef. 5:18
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ayat yang kita baca di dalam ayat 18 ini, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,” saya percaya ini adalah suatu ayat yang sangat penting sekali. Yang kita perlu pikirkan dan renungkan dan mengerti dalam kehidupan iman kita sebagai orang percaya. Mengapa ini menjadi hal yang penting? Suatu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh. Kalau Bapak, Ibu, Saudara masih ingat di dalam pembahasan firman yang kita bahas di dalam surat Efesus 3:14-21 atau secara khusus dari ayat yang ke 16-21, maka di situ kita akan mendapatkan kehidupan yang dipenuhi oleh Roh itu menjadi suatu kehidupan yang menginisiasi kehidupan ketaatan kepada Tuhan atau kehidupan yang dikuduskan. Sebelum kita mengerti kita punya suatu kuasa dari Tuhan untuk bisa menjalakan apa yang menjadi kehendak Tuhan, saya percaya hal pertama yang kita perlu tahu adalah segala resources, segala kekuatan, segala sumber daya yang ada dalam diri kita yang Tuhan sudah karuniakan bagi diri kita, kalau kita tidak pernah mengerti apa yang menjadi sumber daya kekuatan yang sudah berikan ke dalam kehidupan kita, saya percaya kita tidak mungkin akan bisa memanfaatkan sumber daya itu dalam kehidupan kita.
Misalnya ambil contoh, kalau Bapak-Ibu dikaruniakan, diberikan, sebuah kendaran yang bagus itu apa ya? Kendaraan yang misalnya 3000cc kayak gitu, mobil yang sport, sporty yang bisa menempuh perjalanan misalkan kecepatan sekian berapa ratus kilometer dalam waktu beberapa waktu detik misalnya, punya high endurance atau kekuatan yang besar sekali. Lalu Bapak-Ibu diberikan mobil itu tapi tidak mengerti mobil itu, tidak tahu cara memfungsikannya seperti apa, cara menghidupkannya bagaimana, kekuatan mobil itu seperti apa besarnya, bagaimana kenyamanannya dimana dengan segala fasilitas, kita nggak tau cara menggunakan fasilitas yang ada didalam mobil itu, kira kira bisa nikmati dan menggunakannya nggak? Saya pikir yang kita bisa lakukan adalah kita hanya bisa menjalankan kendaraan itu dengan ala kadarnya, tetapi kita tidak pernah bisa memaksimalkan potensi yang ada di dalam kendaraan itu secara maksimal atau sepenuhnya. Itu sebagai kehidupan rohani juga seperti ini. Pada waktu kita dipilih oleh Allah, ditebus oleh Kristus, dikaruniakan oleh Allah Roh Kudus dalam kehidupan kita sebagai materai dan dikarunikan kuasa dalam kehidupan kita dengan kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari kematian, pertanyaan saya adalah, kita paham nggak seberapa besar kuasa itu? Kita paham nggak seberapa besar pekerjaan Allah yang sudah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita? Kita paham nggak kita diberikan firman yang adalah kebenaran firman untuk menuntut kehidupan kita, dan segala yang dikatakan adalah suatu kebenaran, manual yang bisa menuntut kehidupan kita dan memberikan suatu kehidupan yang baik dan bahagia yang bisa memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita? Kita sadar nggak itu semua resources itu baik dari Kitab Suci, baik dari pada Roh Kudus yang diberikan kepada kita, baik dari kuasa yang ada dalam diri kita itu ada di dalam diri kita? Saya agak khawatir adalah yang kita tahu saya sudah diselamatkan melalui iman kepada Kristus, tapi kita tidak pernah tahu Tuhan sudah menyediakan begitu besar kuasa dalam diri kita untuk bisa menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Sehingga di dalam hidup kita selalu bergumul jatuh, bangun, jatuh, bangun, untuk hal-hal yang sepele, hal-hal yang menjadi dosa, yang seharusnya kita sudah bisa melewati hal itu. Dan kita tidak pernah bisa dipakai Tuhan secara luar biasa. Karena apa ? Kita tidak pernah mengerti.
Itu sebabnya Paulus dalam Efesus pasal 1 sampai pasal yang ke-3 ayat yang ke 13, Paulus memberitahu kepada kita resources itu apa, sumber daya yang begitu besar yang Tuhan sudah berikan dalam kehidupan kita. Bapak-Ibu ketika membaca kita membahas eksposisi Efesus ini boleh diulang ya dari pasal 1. Coba perhatikan detail-detail yang ada di situ dan apa yang saya sampaikan, coba perhatikan. Pada waktu saya bicara pasal 1 sampai pasalnya yang ke-3 ayat 13 bicara tentang resources, coba perhatikan resources apa yang Tuhan berikan bagi kita. Misalnya saya ambil contoh pasal 1 ayat yang 3, disitu dikatakan ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” Segala berkat rohani ada di dalam sorga sudah dikaruniakan pada diri kita. Mohon tanya, maksudnya apa ya segala berkat rohani itu sudah dikaruniakan kepada kita? Seberapa besar itu? Kalau kita cuma spesifik-kan ke dalam berkat pengertian sorga, saya pikir kehidupan Kristen kita menjadi suatu kehidupan yang sangat minim sekali ya. Di balik itu ada begitu banyak berkat yang Tuhan berikan bagi diri kita. Karena itu misalnya kalau Bapak-Ibu baca pasal yang ke-2 ayat yang ke 10, di situ ada kalimat, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Saya percaya kalau Tuhan ingin kita memiliki suatu kehidupan yang baik berdasarkan pekerjaan baik yang sudah Tuhan siapkan maka itu bukan hanya bicara tentang saya percaya Kristus masuk surga, itu minim, ada hal-hal lain yang Tuhan ingin kita kerjakan di dalam dunia ini. Dengan melakukan pekerjaan Tuhan yang begitu besar sekali, begitu mulia, dan Tuhan sudah berikan semua bekal untuk bisa mengerjakan itu. Dan itu dikatakan di dalam pasal 1 sampai pasal yang ke-3.
Maka itu yang di dalam pasal 1 sampai pasal yang ke-3 dan pasal yang dari ke-3 ayat yang 14 seterusnya sampai pasal yang ke-6, kalau Bapak-Ibu perhatikan ada dua doa yang dinaikkan oleh Paulus dalam Kitab Suci atau surat Paulus, surat Efesus ini. Dan dua macam doa yang dinaikkan oleh Paulus itu berbeda satu dengan yang lain. Kalau doa yang Saudara baca di dalam pasal yang ke-1 ayat 15-23, Paulus doakan adalah, “Saya minta Tuhan memberikan kepada kamu wahyu-Nya, Tuhan memberikan kamu pengenalan akan Dia dengan benar.” Paulus meminta supaya kita mengerti pengharapan apa yang terkandung di dalam panggilanNya, betapa kaya kemuliaan bagian yang ditentukan bagi orang-orang kudus, betapa besar kuasaNya, dan betapa besar kuasa yang bekerja atau dikerjakanNya dalam Kristus dengan membangkitkan dari antara orang mati dan itu di dalam diri kita. Dan Dia adalah kepala kita, Tuhan menjadikan Kepala Jemaat dan jemaat adalah tubuhNya. Dan di dalam bagian ini kalau Bapak, Ibu, Saudara perhatikan, Paulus cuma minta kita mengerti yang Tuhan sudah kerjakan bagi kita. Tidak ada satu tuntutan pun dari doa ini yang berbicara kamu harus lakukan sesuatu, tetapi kenalilah, mengertilah apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam dirimu sebagai orang yang percaya. Tetapi ketika Bapak-Ibu baca pasal 3, ayat yang ke-14, 16, khususnya sampai ke ayat 21, doanya beda. Doanya menjadi satu doa yang mulai berbicara mengenai kita bisa hidup di dalam kasih yang begitu panjang, lebar, tinggi dan dalam. Kita bisa hidup di dalam suatu kehidupan di mana Allah bekerja di dalam diri kita dengan suatu pekerjaan yang melampaui segala yang bisa kita doakan dan kita pikirkan dalam kehidupan kita. Berarti, pada waktu kita baca ayat 14 sampai ayat 21 dari pasal 3, ini berbicara mengenai suatu doa yang Paulus naikkan kepada Tuhan, agar supaya semua resources yang Tuhan sudah kerjakan dalam diri kita, di dalam, yang dinyatakan dalam pasal 1 sampai 3 ayat 13, itu bisa berfungsi dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Makanya kalau Bapak-Ibu baca pasal 4 ayat 1 sampai ayat yang ke-6, di situ Paulus mulai berbicara mengenai etika hidup Kristen. Kita harus memiliki kehidupan yang rendah hati seorang dengan yang lain, kita harus memiliki suatu kehidupan yang ada di dalam kehidupan manusia baru, dewasa di dalam kerohanian, mengerti kebenaran, hidup menjaga mulut kita, menjaga emosi kemarahan kita, hidup sebagai anak-anak terang di dalam kasih, seperti Kristus sudah mengasihi kita, kita perlu mengasihi orang seperti Kristus mengasihi diri kita, jangan hidup di dalam dusta dan yang lain-lain, seperti itu, termasuk di dalamnya nanti hidup sebagai suami-istri, hidup di dalam pujian kepada Tuhan Allah, itu mengenakan persenjataan Allah. itu semua bisa kita lakukan kalau apa? Kalau resources itu sudah hidup, menyala, bekerja, dan berjalan dalam kehidupan kita. Dan untuk bisa bekerja, kunci nya di mana? Kunci nya adalah, kita harus mengerti itu anugerah Tuhan.
Makanya kita perlu berdoa minta kepada Tuhan, supaya Tuhan bekerja di dalam diri kita. Tetapi pada waktu kita berdoa meminta kepada Tuhan, permohonan apa yang paling penting untuk kita minta kepada Tuhan supaya kita bisa hidup di dalam kuasa itu, hidup menerapkan semua resources itu, apa yang menjadi doa yang harus kita doakan, mintakan, kepada Tuhan pertama kali yang menjadi hal yang penting. Paulus bilang di dalam ayat yang ke-16, pasal yang ke-3, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,” ini permohonan pertama yang Paulus naikkan. Supaya apa? Allah atau Bapa kita menguatkan dan meneguhkan diri kita oleh Roh-Nya, bukan berdasarkan hal-hal fisik, tetapi justru berdasarkan hal-hal yang bersifat rohani atau batiniah. Perhatikan baik baik, pada waktu Paulus tulis surat Efesus, pada waktu Paulus tulis surat Filipi dan yang lain-lain, itu adalah dalam kondisi dia ada di dalam penjara. Dalam kondisi di mana dia mengalami penderitaan yang hebat. Tetapi perhatikan pada waktu dia dalam kondisi itu, apa yang dia doakan? Bapak, Ibu, Saudara boleh baca seluruh surat Paulus, Bapak-Ibu akan menemukan satu hal, dia tidak pernah doakan kondisi fisiknya, tetapi yang dia doakan kondisi rohaninya, yang dia perhatikan tidak pernah kondisi fisik, tetapi yang dia selalu perhatikan adalah kondisi rohani. Itu yang menjadi penekanan pertama Paulus, dan utama Paulus. Kenapa? Karena saya percaya, kalau kita tidak punya kondisi rohani yang kuat, maka kita tidak akan punya kekuatan menjalani kehidupan dalam dunia ini. Kalau kita tidak punya kondisi rohani yang kuat, kita tidak punya kekuatan untuk bisa bertahan di dalam kebenaran Firman, kesalehan dan kekudusan hidup, di tengah-tengah dunia yang begitu berdosa, yang selalu mencari celah untuk menjatuhkan hidup kita. Dan kita nggak mungkin bisa bertahan hidup dalam kehidupan dunia yang mayoritas bukan anak Allah tetapi orang yang menentang kebenaran Firman dan kekudusan hidup. Bagaimana kita bisa hidup di dalam kekudusan kalau sebelah-sebelah kita menghina kekudusan? Saya pikir, budaya kita di Indonesia ini yang merupakan budaya sosial, relasi yang nggak bisa terlepas dari keberadaan teman-teman kita dan keluarga, ikatan keluarga seperti itu. Sangsi sosial menjadi unsur yang berat sekali kita terima. Pada waktu kita hidup di tengah-tengah keluarga, lingkungan pertemanan yang berbeda dengan mereka, yang mengakibatkan mereka mulai mempertanyakan iman kita, mempertanyakan sikap kita, mempertanyakan mungkin segala perbuatan kita yang baik menurut Kitab Suci, ada kecondongan mungkin kita akan goyah dan terseret, karena apa? Lebih baik memilih diterima manusia daripada diterima Tuhan.
Bagaimana kita bisa hidup secara kuat? Dan bahkan saya percaya sekali, walaupun ada penyakit yang merupakan penyakit psikosomatis, kalau nggak salah penyakit psikosomatis ya, itu penyakit yang merupakan penyakit fisik yang mempengaruhi kejiwaan kita, tetapi, kalau jiwanya jauh lebih kuat, atau jiwanya, atau kerohaniannya itu dalam kondisi yang kuat, penyakit yang bisa mempengaruhi jiwa itu saya percaya tidak akan pernah menguasai kehidupan dari orang itu yang mengakibatkan orang itu jadi depresi. Karena apa? Kerohaniannya kuat. Itu sebab nya Paulus ketika berdoa hal pertama yang dia minta untuk kita bisa hidup menjalankan, menghidupkan kuasa atau resources yang ada di dalam diri kita adalah Tuhan minta kita dikuatkan secara rohani, manusia batinnya kita yang diteguhkan, yang dikuatkan oleh Roh Kudus. Tapi maksudnya diteguhkan, dikuatkan itu apa? Saya percaya hal pertama adalah tidak terlepas dari Firman, karena Roh Kudus ketika bekerja selalu akan bekerja berdasarkan Firman Tuhan. Karena Yesus pernah berbicara, “Roh itu akan mengingatkan kamu akan perkataan-perkataan yang Aku pernah katakan kepada kamu, Dia akan menyampaikan itu kepada engkau.” Dan itu sebabnya Roh Kudus tidak mungkin bekerja di luar Firman. Tetapi di sisi lain, pada waktu Roh Kudus memimpin kita dan meneguhkan manusia rohani kita, istilah lain nya adalah Roh Kudus membuat kita hidup di dalam ketaatan kepada Firman atau ketaatan pada pimpinan Roh Kudus, atau istilahnya adalah hidup dipenuhi Roh Kudus. Itu yang akan dikerjakan oleh Roh Kudus, dan itu yang diminta oleh Paulus. Saya agak mundur sedikit nggak apa-apa lah ya, kalau saya nggak selesai bahas bagian ini, belum sempat masuk bagian ini tapi saya sudah tanamkan pada Saudara hal yang penting sekali dan saya ingatkan hal yang penting ini. Saya percaya ini adalah hal yang penting sekali. Bapak-Ibu punya kerinduan tidak untuk punya kehidupan yang mengasihi, dengan kasih agape? Bapak, Ibu, Saudara punya kerinduan tidak untuk dipakai oleh Tuhan secara luar biasa? Punya, kan? Pertanyaan saya: “Kita dipakai secara luar biasa, doa kita dijawab, ada kasih tidak, agape yang mengalir dalam kehidupan kita?” Jawabannya apa? Sedikit sekali mungkin ya, atau mungkin juga tidak. Saya tanya, sebabnya kenapa, problemnya di mana? Apakah karena Tuhan tidak mengaruniakan kasih itu kepada kita? Coba kalau baca ya, misalnya dalam ayat ke-19, pasal yang ke-3, di situ semua orang mengenal kasih itu, “Sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Sebelum itu ya, di dalam ayat yang ke-18, “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.” Siapa yang Paulus doa “supaya kamu bersama-sama semua orang kudus’’? Berarti semua orang harusnya memiliki kasih itu. Tapi kok kita tidak memiliki kasih itu, hanya beberapa orang tertentu. Kok Tuhan bekerja melalui beberapa orang tertentu, kita tidak di situ? Kadang-kadang mungkin bisa menyebabkan sedikit putus asa ya: ‘’Ngapain saya doa, doa kepada Tuhan, kayaknya itu semua janji tinggal janji, di mana Tuhan juga tetap tidak bekerja di dalam kehidupan saya?”
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, problemnya adalah kita melihat ini menjadi poin-poin doa yang terpisah satu dengan yang lain, yang tidak ada saling berkaitan dan berkesinambungan, yang tidak berefek antara satu dengan yang lain. Kalau Bapak-Ibu perhatikan kalimat penghubung dari doa yang satu dari lima pokok doa ini ya: manusia batiniah dikuatkan, kemudian Kristus tinggal di dalam diri kita, lalu dipenuhi dengan kasih yang melampaui pengetahuan itu, atau pengertian, dipenuhi oleh segala kepenuhan Allah, dan Allah bekerja dalam kehidupan kita melalui suatu kuasa yang melampaui yang kita bisa doakan dan pikirkan. Kata penghubungnya itu adalah ‘hina’. ‘Hina’ itu adalah ‘in order to,’ ‘agar supaya,’ berarti apa ? Setiap, pada waktu Paulus berdoa : manusia batiniahmu dikuatkan, saya minta Roh Kudus menguatkan itu; kalimat berikutnya adalah agar supaya apa? Kristus tinggal di dalam hidupmu. Kenapa Kristus perlu tinggal dalam hidup kita? Agar supaya, kasih Kristus yang begitu lebar, panjang, tinggi, dan dalam bisa dinyatakan dalam kehidupan kita. Kenapa kasih Kristus itu perlu dinyatakan dalam kehidupan kita? Agar supaya seluruh kepenuhan Allah ada dinyatakan dalam hidup kita. Kenapa semua itu harus terjadi? Agar supaya Allah bisa bekerja dalam kehidupan kita melampaui segala yang kita doakan dan pikirkan. Tapi kalau Bapak, Ibu lompat, “Tuhan pakai saya dengan luar biasa, Tuhan berikan kasih saya kepada sesama dengan begitu besar, nyatakan cinta kasih dalam kehidupan saya dengan begitu besar,” tapi kita lupa Kristus tinggal nggak dalam diri kita? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini nggak ada kasih Kristus dinyatakan. Kalau kita lupa untuk kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus dan dipenuhi oleh Roh Kudus itu tidak ada dalam kehidupan kita, kira-kira Kristus akan nyaman nggak tinggal dalam kehidupan Bapak-Ibu? Kalau Kristus nggak pernah nyaman tinggal kehidupan Bapak-Ibu, mungkin nggak kasih-Nya nyata dalam kehidupan Bapak-Ibu? Kalau kasih-Nya nggak pernah nyata dalam kehidupan Bapak-Ibu, mungkin nggak segala kemuliaan dan kuasa itu, kepenuhan Allah itu dinyatakan dalam kehidupan Bapak-Ibu? Kalau itu semua nggak ada, mungkin nggak Tuhan bekerja dalam Bapak-Ibu, kehidupan kita, lebih besar dari segala yang kita sanggup pikirkan dan doakan? Kalau pingin tahu definisinya itu silakan buka lagi khotbah-khotbah yang lalu ya, saya pernah jelaskan maksudnya Kristus diam dalam diri kita itu apa dan kepenuhan kasih Kristus itu seperti apa. Dan semua itu bermula dari apa? Kalau kita ingin Tuhan bekerja dalam diri kita secara luar biasa, semua itu bermula dari apa? Dari apakah kita menyerahkan hidup kita dipimpin Roh Kudus atau tidak.
Saya ambil contoh, yang menyebabkan keributan dalam keluarga, saya percaya itu bukan karena perbedaan karakter, mungkin beda karakter bisa menjadi pencetus, tetapi sebenarnya keributan itu bukan karena beda karakter. Kita bisa mengasihi itu bukan karena beda karakter tetapi karena kita hidup di dalam Roh Kudus. Dan saya tidak bisa mengasihi seseorang itu bukan karena orang itu orang yang menyakiti hati saya sehingga saya anggap tidak layak untuk dikasihi, sebabnya adalah ada tidak kasih Kristus yang selfless itu tinggal di dalam diri kita, kita alami nggak? Jadi saya percaya hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus, dipenuhi oleh Roh Kudus itu adalah hal yang krusial sekali ya, hal yang esensial, hal yang pertama, hal yang mendasar yang harus ada dalam kehidupan kita, yang kita kejar, baru kita bisa dipakai Tuhan dengan luar biasa. Coba saya tanya, berapa banyak orang Kristen yang punya pemahaman seperti ini? Berapa banyak orang Kristen yang mau hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus? Berapa banyak orang Kristen yang mau hidupnya diserahkan ke dalam pimpinan Roh Kudus? Saya doakan kita semua boleh bertumbuh di dalam aspek ini.
Makanya pada waktu kita bahas mengenai Efesus 5:18, di situ dikatakan oleh Paulus, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, tetapi biarlah kamu penuh dengan Roh atau dengan Roh Kudus,” maka ini menjadi suatu perintah yang penting, yang harus kita miliki. Karena tanpa dipenuhi oleh Roh, kita itu seperti mobil yang tidak punya bahan bakar, punya resources yang besar tapi tidak bisa jalan, hidup pun nggak bisa, mau bagaimana dijalankan? Tetapi kalau kita punya Roh itu dan kita dipenuhi oleh Roh, saya yakin kehidupan yang memuji Tuhan akan otomatis ada, kehidupan yang bersyukur di hadapan Tuhan akan otomatis ada, kehidupan yang saling menundukkan diri satu dengan yang lain, istri tunduk kepada suami, suami mengasihi istri sampai kematian, itu akan otomatis ada, hidup ketaatan antara anak dan orangtua, tuan dan hamba saling mengasihi satu sama lain, memperhatikan dan tidak memanipulasi atau mengeksploitasi dan tidak menipu mereka akan otomatis ada dalam kehidupan Bapak-Ibu. Kalau apa? Minyaknya ada. Jadi itu sebabnya saya sekali lagi ulangi ya, memiliki kehidupan yang dipimpin Roh Kudus itu krusial sekali, itu penting sekali. Saya nggak akan bahas hari ini ya, nanti kita akan bahas dalam pertemuan berikutnya ya. Tetapi saya kasih hint aja ya, sedikit untuk Bapak-Ibu. Apa itu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus? Satu hal, kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus itu pasti karunia karena saya percaya bahwa sebelum orang bisa datang kepada Tuhan, dia butuh karunia Tuhan untuk mengerti Tuhan. Sebelum orang bisa menerima Kristus, dia butuh karunia kelahiran baru untuk bisa datang percaya kepada Kristus, tanpa itu orang ndak ada satu pun bisa datang kepada Kristus dan mengenal kesucian Allah. Kalau begitu, apa pengertian kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus? Kehidupan yang dipenuhi opleh Roh Kudus itu adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Berarti siapa yang aktif? Saya atau Roh Kudus? Roh Kudus. Kita menjadi orang yang hanya meresponi Roh Kudus. Itu yang benar. Tapi di dalam doa kita, saya tanya, waktu Bapak, Ibu, Saudara jatuh di dalam dosa, “Tuhan tolong singkirkan dosa ini, tolong kuduskan saya ya,” lalu yang berjuang untuk hidup kudus itu siapa ya? Saya bukan ngomong kita nggak perlu hidup kudus, berjuang untuk hidup kudus. Hidup kudus itu adalah respon kita terhadap kekudusan Tuhan dan keberadaan Roh yang Kudus dalam hidup kita. Kalau Roh Tuhan itu ada dalam hidup kita, otomatis kita akan hidup kudus. Jadi bukan sesuatu yang kita perjuangkan untuk kita miliki karena itu sudah kita miliki maka kita bisa lakukan itu. Itu pengertiannya.
Nah sekarang, waktu Bapak-Ibu doa, doanya bagaimana? Minta Tuhan kasih kekuatan? Minta Tuhan kasih kemampuan melawan dosa? Minta Tuhan kasih kehidupan yang membuat saya bisa taat sama Tuhan? Ndak salah sih doa seperti itu, tapi kita mau tanya fokusnya di mana? Aku. Aku lakukan ini. Aku kuat melawan dosa. Aku bisa taat kepada Tuhan. Aku bisa melakukan kehendak Tuhan. Saya mau ajak kita mikir agak mundur sedikit, ketika kita bicara karunia keselamatan pekerjaan Tuhan, kehidupan suci, pekerjaan Tuhan dalam hati kita, berarti dan kehidupan ketaatan itu adalah karunia Roh Kudus, seharusnya doa kita bagaimana ya? “Tuhan tolong berikan saya karunia ini dan itu” atau “Tuhan, saya tahu kehidupan saya ada di dalam tangan-Mu, ada di dalam kuasa-Mu, Engkau yang memiliki kuasa itu, saya tidak punya kekuatan itu. Tetapi saya tahu kalau saya menyerahkan diri saya ke dalam kuasa-Mu, mengijinkan diri saya dikuasi oleh Engkau, dipimpin oleh Engkau, maka itu akan membuat saya hidup kudus dan hidup di segala macam ketaatan. Karena itu Tuhan, saya menyerahkan hidup saya, hati saya, keinginan saya, dan segala sesuatunya ke dalam kontrol-Mu dan kuasa-Mu, tolong pimpin saya, kuasai hidup saya, penuhi diri saya dengan ketulusan hati”? Saya yakin keinginan Saudara untuk berdosa, keinginan Saudara untuk membenci orang, keinginan Saudara untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan itu akan disingkirkan oleh Tuhan, oleh Roh Kudus dalam hidup Saudara. Itu namanya dipenuhi oleh Roh Kudus. Mungkin nanti di hari Pentakosta saya akan bicara ini lebih dalam.
Tapi bagian ini saya mau ajak kita melihat satu bagian yang berbicara mengenai janganlah kamu mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, boleh ndak kita minum anggur atau alkohol? Saya pikir ini menjadi satu perdebatan yang ada di kehidupan yang dipengaruhi oleh kehidupan Kristen yang cukup besar, mereka berusaha mengundangkan atau menjadikan undang-undang minum anggur itu adalah hal yang dilarang. Tetapi realitanya adalah sampai hari ini mereka tidak berhasil menjadikan itu undang-undang. Dan menariknya lagi adalah banyak sekali kehidupan dari orang Kristen waktu itu, mereka memiliki tempat membuat anggur di rumah masing-masing. Jadi bagaimana caranya meniadakan peraturan minum anggur? Membuat undang-undang untuk melarang seseorang itu minum alkohol? Jadi ini adalah perdebatan yang cukup besar. Orang Kristen boleh minum alkohol nggak? Saya yakin di antara kita juga ada keributan itu ya. Boleh nggak? Boleh. Kenapa boleh? Kenapa boleh? Karena saya suka? Apa? Mungkin kalau karena saya suka terlalu manusiawi ya, terlalu duniawi. Saya mau yang agak rohani sedikit. Yang rohani apa? Pak Dawis coba lihat aja, orang Israel dari Perjanjian Lama boleh minum anggur kok, bahkan boleh beribadah kepada Tuhan pergi ke bait Allah satu tahun satu kali disuruh apa? Belilah segala minuman yang menyukakan hati. Itu apa? Anggur kan? Suruh beli dan suruh minum. Hal lain apa? Coba perhatikan. Langsung aja ya, Yesus sendiri. Yesus minum anggur nggak? Minum kan. Paling tidak kapan? Perjamuan kudus? Ya pasti minum anggur. Paskah itu Dia pasti minum anggur. Yang menarik juga, yang bikin perjamuan kawin pertama mukjizat itu siapa? Yesus, di Kana, dan apa yang Dia buat? Anggur! Jadi boleh nggak minum anggur? Boleh! Kenapa? “Karena saya ingin menjadi seperti Kristus dan para rasul, maka saya harus minum anggur,” begitu ya? Lebih rohani ya. Kalau yang tadi: “Karena saya suka” – itu agak lebih manusiawi, duniawi. Tetapi karena Kristus sudah memberi contoh itu, maka saya ingin menjadi orang yang Alkitabiah, maka saya minum anggur, atau alkohol? Saya ngomong ini, bukan saya ingin menyetujui atau tidak menyetujui ya, saya belum ngomong ke arah situ ya. Tetapi saya mau angkat bahwa pemahaman boleh tidaknya minum anggur itu adalah sesuatu yang saya percaya di antara orang Kristen sendiri ada perdebatan. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Ada orang Kristen yang seumur hidup nggak pernah mau sentuh alkohol. Karena apa? Dia ngomong, “Alkitab melarang!” Mohon tanya, Alkitab ada nggak melarang itu alkohol? Nggak ada! Alkitab nggak pernah melarang itu minum alkohol. Tetapi dia tetap nggak mau minum alkohol dan dia anggap bahwa orang yang minum alkohol itu kurang baik.
Nah Saudara, apa yang ingin dikatakan oleh Paulus di bagian ini ya? Saya percaya kalau Bapak Ibu mau lebih dalam lagi, nanti kita coba pikirkan kenapa minum anggur itu menjadi hal yang perlu kita prioritaskan atau tidak dalam kehidupan kita atau kita perlu mikir lebih dalam, mungkin nanti di dalam pertemuan-pertemuan berikutnya kalau saya pikir itu adalah sesuatu yang kita perlu gumulkan dan kita perlu jawab, nanti kita akan bicarakan mengenai hal itu. Tetapi pada bagian ini, saya cuma mau ajak bicara seperti ini. Kalau Bapak-Ibu baca dari ayat 15, 17, dan 18, di situ ada semacam paralel. Ayat 15 itu berbicara mengenai, “perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal.” Lalu di dalam ayat yang ke-17, bicara apa? “Sebab itu janganlah kamu bodoh,” Lalu di dalam ayat 18 bicara, “Janganlah kamu mabuk oleh anggur,” Berarti apa? Paulus sepertinya sekarang sedang mau berkata, “Kamu sebagai orang percaya kamu harus menjadi seorang yang berbijaksana, jangan seperti orang bebal yang bodoh, yang tidak mengerti kebenaran firman, yang menggunakan waktunya sesuka-suka hati, seperti seolah-olah waktu ini begitu panjang dan nggak ada akhirnya sama sekali. Tapi kamu harus bisa memperhatikan, menggunakan setiap kesempatan, waktu yang Tuhan berikan dalam kehidupanmu, dengan baik dan termasuk salah satunya adalah kalau kamu hidup sebagai orang yang bijaksana, kamu tidak boleh dimabukkan oleh anggur.” Atau istilah lainnya adalah, Paulus mau bilang seperti ini, saya ada pakai kata yang sedikit kasar ya, “Kebodohan yang paling besar, orang yang paling tidak berbijaksana dalam kehidupan dia, itu adalah orang yang mabuk oleh anggur.” Ini maksud daripada perkataan Paulus. Kenapa Paulus sampai bicara, orang yang paling bodoh, orang yang paling tidak berbijaksana, adalah orang yang dimabuk oleh anggur. Jawabannya adalah anggur umumnya menimbulkan masalah besar dalam kehidupan seseorang, dan juga termasuk masyarakat.
Saya kadang-kadang bertemu, ketika penginjilan, orang-orang yang suka minum alkohol sih, atau anggur ya. Lalu, mereka selalu punya argumentasi: “Nggak masalah minum anggur, apalagi kalau saya minum, saya tidak mabuk. Saya sudah terbiasa minum alkhohol 1 kali, saya minum alkohol 1-2 botol itu nggak masalah.” Kalau kita satu gelas mungkin sudah mabuk. 1-2 botol itu nggak masalah. “Bahkan saya bisa minum 5 botol nggak masalah kok. Paling cuma muka agak merah sedikit.” Saya bilang, “Mabok nggak?” “Nggak mabok.” “Ada penguasaan diri?” Dia agak diam. Memang nggak mabok sih, muka agak merah, tetapi mulut sudah nggak bisa dikontrol. Kan mabok itu namanya? Emosi sudah agak sulit dikontrol. Pernah satu kali ada yang sampai mau mencekek pasangannya sendiri ketika dia abis minum. Tapi dia tetap ngomong, “Saya nggak mabok.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya anggur itu atau alkohol itu adalah satu minuman yang memiliki efek yang lebih buruk daripada kalau kita tidak minum itu. Karena, alkohol itu akan membuat kita menjadi orang yang mungkin bisa, kalau tidak loss control sepenuhnya, paling tidak ada bagian di mana hidup kita tidak bisa kontrol dan dampak yang ditimbulkan dari alkohol, umumnya adalah selalu tidak baik. Boleh perhatikan, siapa yang dipengaruhi oleh alkohol dalam hidup dia, sampai satu kecanduan hidup. Banyak efek negatif atau positifnya? Banyak dampai baik atau tidak baiknya dalam hidupnya? Saya percaya yang tidak baik. Makanya Paulus melarang itu dan berkata bahwa: Orang yang tidak berbijaksana itu adalah orang yang membuat dirinya dimabuk oleh alkohol dalam hidupnya.
Tapi, di sisi lain, Paulus juga di dalam kalimat ini, mungkin kita bisa tarik, ada semacam pengertian: di dalam kebudayaan orang-orang yang merupakan jemaat Efesus sebelumnya, dan budaya daripada lingkup orang-orang Efesus, kelihatannya mereka punya kebiasaan minum alkohol, dan sepertinya alkohol itu adalah sumber kebahagiaan di dalam kehidupan. Maksudnya adalah, “Kenapa kamu minum alkohol?” “Oh karena hidup ini susah. Hidup ini banyak pergumulan. Saya ingin melepaskan pemikiran itu, kesulitan dalam kehidupan saya, beban dalam kehidupan saya. Maka saya minum alkohol. Karena itu, saya minum” Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, betul tidak alkohol itu bisa menghilangkan kesulitan dalam kehidupan kita? Saya pikir mungkin orang-orang yang mabuk itu akan berkata seperti ini, “Ya paling tidak ingat ada masalah pun tidak lah. Untuk saat ini. Makanya saya menjadi orang yang minum, atau bahkan mengkonsumsi obat-obatan dalam hidup saya. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau dia mau jujur, itu dia selesai minum alkohol, masalah tetap ada. Penderitaan tetap ada. Kalau gitu, boleh nggak kita berbahagia? Apakah Allah melarang kita untuk minum anggur supaya kita ingat penderitaan hidup kita? Karena Allah tidak suka kita berbahagia dan kita ingin diminta untuk menghadapi penderitaan itu sedang karena anggur bisa membuat kita melupakan itu maka Allah melarang kita untuk minum anggur dan dimabukkan oleh anggur? Saya percaya, jawabannya bukan seperti ini ya, persoalannya bukan seperti ini. Tapi, yang kita perlu tahu adalah, pertama Allah tidak pernah menginginkan manusia menderita. Allah selalu ingin manusia berbahagia. Tau dari mana? Bapak Ibu boleh lihat, misalnya, pada waktu Yunus diutus ke Niniwe untuk memberitakan penghakiman Allah kepada Niniwe. Yunus kan marah-marah, mangkel setengah mati, dan dia marah kepada Tuhan Allah dan berkata bahwa, “Tuhan, benar kan, Kamu nggak mau menghukum Niniwe, tuh kan mereka bertobat kan, ini bangsa yang jahat lho Tuhan, benar-benar jahat lho,” kalau kita lihat konteks di dalam pergumulan, “mereka adalah bangsa yang menganiaya umatMu, mereka adalah bangsa yang menganiaya saudara-saudaraku dengan suatu penganiayaan yang begitu hebat sekali, Kamu sekarang nggak mau hukum mereka.” Tapi jawab Tuhan apa? “Yunus, tahu tidak di Niniwe itu ada seratus dua puluh ribu anak yang tidak mengerti membedakan baik dan jahat, kalau kamu sayang kepada pohon yang kamu tidak pernah tanam, dan kamu marah ketika pohon itu mati, saya bagaimana tidak sayang kepada bangsa-bangsa ini, yang kalaupun hidupnya jahat, tapi mereka ada di dalam pemeliharaan Tuhan, ciptaan Tuhan, Aku ingin mereka bertobat.” Tuhan ingin manusia hidup itu hidup dalam kebahagiaan, Tuhan nggak bersukacita kok, ketika menghukum seseorang. Jangan pikir karena Tuhan itu adil, maka ketika dia melihat ada orang yang jahat, dan dilemparkan ke dalam neraka, saya percaya Dia tidak bersukacita di dalam kondisi itu. Karena apa? Ya karena ada karakter kasih, kasih yang ingin mereka diselamatkan, ingin mereka bertobat, tapi Dia juga ada keadilan yang tidak bisa menerima orang-orang yang berdosa, bagaimana? Saya percaya Dia dalam kondisi yang susah sekali ketika Dia menjatuhkan hukuman pada seseorang. Kalau kita mungkin kalau orang sakiti kita, dia dapat celaka kita bersukacita sekali, tapi mungkin Tuhan nggak seperti itu. Karena itu pada waktu Yesus Kristus disalibkan, doa pertama, “Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya Tuhan tidak dalam kondisi seperti ini, dan bahkan ketika Dia pergi ke Yerusalem, kita bisa mendengar doa Dia, “Yerusalem, Yerusalem, Aku rindu mengumpulkan engkau seperti induk ayam yang mengumpulkan anak-anak ayam,” tapi mereka nggak mau, Dia nangis pada waktu itu. Dan Saudara boleh telusuri empat Injil, coba cari tahu berapa kali Yesus nangis, cuma dua kali dicatat, pertama waktu lihat Yerusalem, yang kedua waktu mau bangkitkan Lazarus yang mati Yesus nangis. Pada waktu melihat penghakiman yang akan menimpa Yerusalem, Yesus nangis dan berdukacita, dan pada waktu melihat ketidakpercayaan orang terhadap kuasa Allah dan apa yang Dia kerjakan untuk memberikan kehidupan Dia nangis. Dan memang kalau kita cross–check di bagian lain dari pada Kitab Suci, kita bisa menemukan memang Yesus mengajarkan untuk hidup berbahagia. Saya ambil contoh khotbah pertama yang diberitakan oleh Kristus di dalam injil Matius adalah mengenai ucapan bahagia, “Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena mereka yang punya kerajaan surga; berbahagia mereka yang berduka cita, karena mereka akan dihiburkan; berbahagialah mereka yang lemah karena mereka akan dikuatkan,” dan seterusnya. Jadi pada waktu kita berbicara mengenai firman, mengenai hukum Tuhan, saya harap kita boleh mengubah konsep kita dan apriori kita dalam pikiran yang menyatakan bahwa Tuhan menuntut saya untuk melakukan hal-hal yang saya tidak sukai yang akan berdampak kepada kehidupan yang tidak menyenangkan. Hukum Tuhan nggak pernah bertujuan untuk membawa kita ke dalam kehidupan yang tidak berbahagia, hukum Tuhan dan peraturan Tuhan selalu bertujuan baik, untuk kebahagian kita, untuk kebaikan kita, bukan hanya di dalam dunia ini, sampai ke dalam kekalan yang tentunya untuk membawa kemulian bagi nama Tuhan.
Jadi bahagia itu adalah hal yang diinginkan oleh Tuhan. Dia bukan Pribadi yang mencari-cari kesusahan orang dan tidak senang melihat orang bahagia, sehingga ketika Dia dapat orang yang bahagia Dia langsung kemudian berusaha untuk membuat orang itu menderita, nggak seperti itu, tapi Dia memang tidak menghendaki orang menderita, karena itu Dia berikan firman, berikan kebenaran, berikan Kristus anakNya yang Tunggal untuk mati di atas kayu salib supaya kita bisa berbahagia, ada sukacita, ada damai sejahtera yang kita alami, ada kebahagiaan hidup yang kita alami dalam kehidupan kita. Lalu kenapa di sini Paulus melarang orang untuk mengalami mabuk atau “ mengalami kebahagian dalam kehidupan mereka”? Pertama tadi, karena anggur lebih banyak faktor negatifnya, karena alkohol itu adalah pelarian yang sementara sifatnya dan tidak pernah kekal. Karena Paulus ingin kita mengerti, kalau engkau ingin memilki suatu kehidupan yang berbahagia carilah di tempat yang tepat, carilah solusi yang tepat terhadap keinginanmu untuk mendapatkan kebahagian itu, dan solusi yang tepat itu bukan di anggur, bukan di alkohol, bukan di berbotol-botol minuman alkohol yang kita habiskan, itu akan membuatmu mengulang kembali persoalan hidupmu, mengingat kembali dan ditambah makin menderita, bukan cuma secara emosional mungkin, bukan cuma karena persoalan tidak berlalu tetapi saya yakin Saudara akan mendapat penyakit juga, paling tidak penyakit hati sirosis karena hati kita menjadi keras, sehingga tidak ada kemungkinan kembali lagi berfungsi seperti normal, akhirnya membatu dan akhirnya Saudara mati. Itu yang akan dialami oleh orang yang minum alkohol. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini kita bisa kembangkan sedikit ya, karena itu bukan cuma lari ke alkohol ketika Bapak-Ibu ingin mendapatkan penghiburan kebahagiaan, carilah di tempat yang benar, jangan cari ke obat-obatan, jangan cari ke film. Saya bukang ngomong nggak boleh nonton film ya, jangan pikir sesuatu kesenangan penghiburan itu bisa memberikan relaksasi, sampai taraf tertentu mungkin bisa, tetapi kalau Bapak-Ibu pikir itulah solusi yang terbaik, tiap kali Saudara dapat masalah lari ke situ, masalah lari ke situ, satu sisi Saudara nggak akan pernah dewasa, yang kedua, Saudara punya masalah akan berulang kembali, berulang kembali, dan Saudara akan terus terbelenggu, terikat, dan tidak akan pernah keluar dari masalah itu. Termasuk teman, jangan jadikan sandaran hidup, tapi datanglah kepada Allah, jadikanlah Dia sadaran hidup, datanglah kepada Roh Kudus, mintalah Dia memenuhi kehidupan kita, saya yakin itu adalah solusi yang paling baik untuk memberikan satu pelepasan dari kehidupan yang menderita dan kebahagian dalam hidup.
Nah ini yang Paulus inginkan dari kita, karena apa? Karena salah satu sifat atau karakter dari Allah Roh Kudus adalah Dia adalah Allah yang penghibur. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat ini baik-baik, Roh Kudus itu adalah Roh penghibur, penghibur apa? penghibur kesusahan hidup , bukan membuat kesusah hidup tetapi penghibur kesusahan kita. Cara menghiburnya bagaimana? Sekali lagi, nggak mungkin lepaskan dari firman Tuhan. Kenapa? Di dalam Firman mengandung janji Allah bagi diri kita. Jadi kalau mau tanya bagaimana caranya Roh Kudus menghibur diri kita? Caranya adalah Roh Kudus akan membawa kita mengingat kembali akan janji Tuhan bagi kehidupan kita, kekuatan yang Tuhan berikan, penyertaan Dia dalam kehidupan kita yang Dia tidak pernah tinggalkan. Dari situ saya yakin kita akan mendapatkan penghiburan dan kekuatan. Misalnya ambil contoh, kalau Saudara sudah, Saudara hidup dalam iman yang baik lalu Saudara hidup di dalam mayoritas orang yang tidak percaya kepada Kristus, lalu mereka hina-hina Saudara dan mereka persulit Saudara punya studi, persulit pekerjaan Saudara, tidak membuat Saudara bisa naik jabatan dengan lancar, bahkan mungkin menurunkan jabatan Saudara, seperti itu, atau membuang sebuah kesempatan yang Saudara miliki untuk bisa naik jabatan atau dipromosikan, jengkel ya? Ingin marah kan? Balas nggak kalau ada kesempatan? Sayangnya kita minoritas ya, makanya kita nggak bisa balas ya. Tapi kalau Saudara punya pikiran seperti ini, begitu Saudara jadi mayoritas, Saudara akan hina orang yang minoritas yang membuat Saudara celaka. Karena itu bagaimana? Saya percaya di dalam kesulitan itu Roh Kudus akan ingatkan, misalnya, “Dawis, kamu itu hidup sementara lho dalam dunia ini. Orang itu menghina kamu karena iman, dia bukan menolak kamu, tapi dia menolak Kristus Tuhanmu. Dan tahu tidak, Kristus Tuhanmu itu siapa? Dia adalah hakim segala bangsa, segala manusia. Saat ini mungkin Dia belum menunjukkan kuasa-Nya dan keadilan-Nya dalam kehidupan orang tersebut yang merendahkan dirimu, tetapi ingat suatu hari Dia akan datang kembali sebagai hakim. Bukan sebagai penyelamat lagi, tetapi hakim yang akan berdiri di atas pengadilan, yang sangat-sangat adil, di mana nggak ada satu orang pun yang bisa menyuap Dia, lalu orang itu akan diperhadapkan di depan Yesus, kamu akan diperhadapkan depan Yesus, dan Yesus akan menjatuhkan hukuman bagi orang itu.” Kalau dalam kondisi seperti ini mungkin nggak kita akan membalas? Saya yakin yang kita lakukan bukan membalas tetapi kita mengasihi, kita mendoakan.
Lalu misalnya ambil contoh lain, ini sangat umum sekali ya. Bapak-Ibu kan sering kali lihat gambar yang ada jejak empat kaki orang lalu kemudian tinggal dua jejak, dua telapak kaki. Empat telapak kaki, dua telapak kaki orang lalu pada waktu itu si orang yang berjalan itu semula dia merasa bahagia, senang, ada Yesus berjalan bersama-sama dengan dia, immanuel, seperti itu. Eh tapi begitu dia dalam pergumulan, telapak kakinya cuma satu. Lalu dia merasa yang hilang itu adalah Kristus. Tapi pada waktu dia tanya, “Tuhan, ke mana Engkau?” “Aku nggak ke mana-mana kok. Aku ada tetap berjalan bersama engkau.” Lalu kenapa cuma ada sepasang telapak kaki? “Persoalannya adalah, itu telapak kaki siapa? Aku atau kamu?” Gambar itu bilang, Yesus punya telapak kaki, karena kamu Aku sedang topang berjalan. Nah Saudara, saya percaya itu adalah suatu gambaran yang baik ya dari Kitab Suci. Waktu Tuhan memimpin hidup kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Itu janji Dia. Karena apa? Bukan karena kita ada sesuatu yang baik, tetapi karena Dia sudah berjanji Dia nggak pernah tinggalkan anak-anak-Nya. Maka, dan di dalam kehidupan tidak pernah meninggalkan anak-anak ini maka kita perlu melihat ada suatu kalimat yang Tuhan katakan yang penting sekali, yang sering kali kita abaikan, yaitu apa? Pada waktu Yesus berbicara kepada Tomas yang ketika melihat lobang di tangan Yesus, luka di perut Yesus, Dia langsung sujud kan, menyembah Yesus dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Yesus bilang, “Kamu percaya karena kamu lihat. Tetapi,” tetapi apa? “Berbahagialah mereka yang tidak melihat tetapi percaya.” Saya percaya ini kalimat Tuhan berikan untuk mendidik kita. Ini guyon sedikit ya, salah satunya adalah tentang makanan juga. Bapak-Ibu suka gorengan nggak ya? Senang sekali ya gorengan? Saya juga suka sekali kayak pisang goreng, tapi kalau andai kata Bapak-Ibu dengar, pernah dengar berita kan? Kenapa pisang goreng itu, apa itu, tahu goreng, ubi goreng bisa gurih sekali? Sebabnya karena apa? Karena isu orang masukin plastik kan? Masih makan nggak waktu isu itu ada? Masih makan ya? Sekarang, kalau Bapak Ibu lihat langsung penggoreng itu masukin itu, makan nggak? Yang dari sukacita menjadi nggak sukacita kan? Yang pikir enak jadi nggak enak. Yang bahagia menjadi nggak bahagia. Jadi lebih berbahagia melihat atau tidak melihat? Tidak melihat ya? Tapi ini memang adalah suatu kebenaran ya. Tuhan ingin kita berjalan di dalam iman. Dan iman itu kadang-kadang membuat kita dalam kondisi yang tidak melihat. Jangan pikir Tuhan akan selalu ada seperti di samping kita. Kadang-kadang Tuhan seperti menghilang dalam kehidupan kita, tapi sebenarnya Dia tidak pernah menghilang supaya kita belajar beriman kepada Dia. Dan Roh Kudus menggunakan prinsip ini ingatkan kita kembali. Berdasarkan apa? Firman-Nya. Supaya apa? Kita dihiburkan. Oh ternyata Tuhan nggak pernah tinggalkan kita. Dia selalu ada dalam kehidupan kita dan Dia ingin menyertai kita. Tapi pertanyaan yang penting adalah, kita ingin disertai Tuhan nggak? Kita ingin dipimpin Tuhan nggak? Kalau Dia ingin menyertai hidup kita, saya percaya satu sisi adalah Dia ingin menyertai, bukan di dalam pengertian Dia mengikut kita, tapi Dia ingin kita yang mengikut Dia. Saya mungkin stop di sini dulu ya, karena waktu kita sudah hampir habis, masih ada persembahan orkestra lagi habis ini. Kita akan lanjut di dalam pembicaraan ini dalam pertemuan berikutnya. Mari kita berdoa.
Kami berdoa bersyukur Bapa untuk firman, kebenaran yang telah Engkau nyatakan bagi kami. Kami bersyukur untuk karunia-Mu, kami bersyukur untuk segala pemeliharaan dan kami sungguh bersyukur terutama ya Bapa, ada kebenaran yang senantiasa Engkau karuniakan untuk menyertai kehidupan kami sepanjang waktu dan bahkan sampai ke dalam hidup kami. Biarlah semua kebenaran itu boleh menjadi kebenaran yang kami hargai, kami miliki, kami aminkan dalam kehidupan kami. Dan biarlah kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu menjadi suatu kehidupan yang sungguh-sungguh memenuhi kehidupan kami, sehingga namamu boleh dipermuliakan dan kami boleh hidup di dalam rencana-Mu yang penuh dengan sukacita dan bahagia, dan kemuliaan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]