Ef. 4:18-19
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat kembali kepada Kitab Suci, saya kadang-kadang berbicara, Kitab Suci itu bukan hanya sesuatu yang berbicara mengenai firman Allah, tetapi Kitab Suci itu juga berbicara mengenai sesuatu catatan sejarah yang sungguh-sungguh terjadi di dalam dunia ini. Nah pada waktu kita melihat Kitab Suci kita sebagai suatu catatan sejarah, kadang-kadang ada orang yang berpikir seperti ini: Kitab Suci kita adalah suatu kitab yang sudah ditulis ribuan tahun yang lalu, kira-kira berapa lama, kira-kira yang paling mendekati kita adalah dua ribu tahunan yang lalu itu ditulis dan diselesaikan di dalam Kitab Wahyu; Sehingga pada waktu mereka melihat waktu yang terlalu lama, terlalu jauh kembali ke belakang, dan sedangkan kehidupan kita sekarang ini adalah suatu kehidupan yang menuju ke depan, sepertinya menuju kepada suatu kemajuan, sesuatu yang meninggalkan keterbelakangan yang ada di belakang, ada orang-orang Kristen mungkin, atau orang-orang dunia bahkan, melihat apa yang menjadi pengajaran Alkitab itu adalah sesuatu kebodohan atau sesuatu yang sudah tertinggal, kalau kita tetap mau kembali ke situ dan menegakkan pengajaran itu dan menerapkan pengajaran itu dalam kehidupan kita di zaman modern sekarang ini. Tetapi pada waktu kita kembali kepada bagian-bagian Kitab Suci, saya harus katakan kepada Bapak Ibu semua, apa yang dikatakan oleh Kitab Suci itu tidak pernah tertinggal walaupun ditulis paling cepat atau paling baru 2 ribu tahun yang lalu, tetapi itu tetap berlaku sampai hari ini dan bahkan sampai Kristus Yesus datang kedua kali. Kenapa saya berbicara mengenai hal ini, khususnya secara apa yang kita bahas pada pagi hari ini mengenai keadaan dari pada manusia yang ada di dalam dunia ini? Kalau kita perhatikan nanti, apa yang diajarkan oleh Paulus, yang dicatat oleh Paulus dari ayat 17,18,19 itu betul-betul merupakan suatu gambaran mengenai keadaan manusia yang ada di luar Kristus, yang bukan Kristen, yang bukan hanya ada pada zaman Kristus, bukan hanya ada pada zaman Abraham, bukan hanya ada pada zaman Adam, pada waktu itu, tetapi juga adalah sesuatu yang masih benar untuk hari ini, di zaman modern kita ini, dan bahkan sampai Kristus datang yang kedua kali.
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa kita diminta untuk hidup sebagai orang yang merupakan manusia baru? Kenapa kita diminta untuk hidup sebagai orang yang meninggalkan manusia lama? Nah ini membuat kita harus bisa mengerti terlebih dahulu, apa yang menjadi pergumulan yang ada di dalam kehidupan orang-orang dunia, dan apa yang menjadi kehidupan dari orang-orang Kristen sebelum kita ditebus oleh Kristus. Nah ini yang saya katakan tadi, pada waktu kita melihat kembali pada Kitab Suci, pada waktu kita melihat pergumulan diri kita kembali, pada waktu kita melihat pergumulan dari pada manusia yang ada di dalam dunia ini, apa yang dikatakan Kitab Suci itu adalah suatu kebenaran yang masih berlaku sampai hari ini. Dan itu kita perlu ketahui untuk bisa hidup sebagai manusia yang baru, yang berbeda dari pada manusia yang lama. Lalu pada waktu kita ingin hidup sebagai manusia baru, Paulus berkata, kita harus mengerti terlebih dahulu kehidupan kita yang lama. Kehidupan yang mana yang Paulus ingin kita mengerti dari pada Kitab Suci? Yaitu mengenai keadaan rohani atau pikiran dari orang-orang yang ada di luar Kristus atau pikiran dari diri kita yang sebelum menjadi orang Kristen.
Di dalam ayat 18 dan 19 Paulus berkata, pada waktu kita menjadi orang Kristen, kita harus mengerti keadaan kita sebelum menjadi orang Kristen itu sama seperti keadaan orang dunia yang belum mengenal Kristus. Jangan pikir kita adalah orang yang memiliki pikiran yang lebih baik dari mereka, memiliki terang yang lebih terang dari mereka sehingga kita bisa kemudian datang kepada Tuhan dengan pikiran kita dan keinginan kita sendiri. Tetapi pada waktu kita melihat Kitab Suci, Paulus bilang, keadaan kita yang sebelum mengenal Kristus itu, sebenarnya sama seperti keadaan orang dunia yang belum mengenal Kristus sebelumnya, yaitu kita hidup di dalam suatu pemikiran yang sia-sia, di dalam suatu pengertian yang gelap dalam kehidupan kita. Paulus memberikan ada 4 ciri orang yang ada dalam kehidupan di luar Kristus. Pertama, mereka memiliki pikiran yang gelap. Kedua, mereka memiliki suatu persekutuan yang jauh dari pada Tuhan Allah. Yang ketiga, mereka memiliki pemikiran yang bodoh. Lalu yang keempat, mereka adalah orang yang degil hatinya. Itu adalah kondisi orang yang di luar Kristus atau kita yang lama, yang hidup sebagai manusia yang lama, sebelum kita mengenal Yesus Kristus. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat 4 hal ini saya mau ajak kita melihat 4 hal ini merupakan sesuatu yang bisa dibagi menjadi 2 kelompok 2 kelompok. Tetapi sebenarnya 4 hal ini bisa kita lihat sebagai sesuatu yang berkaitan, berurutan satu dengan yang lainnya. Paulus mau mengatakan, di dalam kehidupan orang di luar Kristus, yang membuat mereka bisa hidup jauh dari pada persekutuan dengan Kristus dan dengan Allah yang sejati itu bukan dikarenakan hati mereka yang bodoh, bukan dikarenakan mereka memiliki hati yang degil di hadapan Tuhan; tetapi sumber pertamanya itu adalah karena mereka memiliki pengertian yang gelap. Perhatiin baik-baik ya. Kenapa orang menolak Kristus? Kenapa mereka mengeraskan hati mereka terhadap Injil? Mengapa mereka kemudian hidup di dalam suatu kebodohan, dalam pengertian adalah hidup di dalam kecuekan, tidak ambil pusing dan tidak peduli terhadap kebenaran dan Injil? Sebabnya bukan karena mereka bodoh, bukan karena mereka mengabaikan kebenaran dan belum mau menyelidiki kebenaran, tetapi karena mereka memang memiliki pengertian yang gelap dalam kehidupan mereka. Itu yang membuat mereka tidak bisa datang kepada Injil, tidak bisa datang memiliki persekutuan dengan Allah, dan itu yang membuat mereka memiliki hidup yang keras di dalam hati mereka untuk menolak Injil, berita yang mereka dengar di dalam kehidupan mereka. Jadi kedegilan hati, kehidupan yang jauh dari persekutuan, sumber utamanya itu adalah karena pengertian mereka yang gelap dan itu tetap ada di dalam kegelapan.
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita bisa melihat kebenaran ini misalnya dicatat di dalam 2 Korintus 3:14 ya, mari kita buka bersama-sama ya, 2 Kor 3:14. “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” Dan dari sini kita akan melihat, Paulus mengajak kita melihat kenapa orang-orang yang hidup di luar Kristen tidak mau datang kepada Kristus? Sebabnya karena pikiran mereka sudah menjadi gelap. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah dasar, sebab kenapa seseorang itu bisa tidak menolak Kristus? Saya percaya ini adalah hal yang penting sekali untuk kita bahas ya. Pikiran yang menjadi gelap itu adalah sesuatu yang berbicara mengenai suatu kondisi di mana ketika kita melihat kepada kebenaran, kita memang tidak mampu melihat kepada kebenaran itu, atau istilah lainnya adalah, seseorang yang berada di dalam pikiran yang gelap itu adalah orang yang berada di dalam kondisi yang bodoh di hadapan Tuhan. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bodoh itu bukan bicara mengenai IQ, IQ yang kurang, IQ yang di bawah rata-rata. Kalau kita perhatikan dari Kitab Korintus surat yang pertama, di situ Paulus bilang, di antara kamu itu tidak banyak yang pintar, tidak banyak orang yang mungkin mengatakan dirinya bijaksana, tidak seperti orang-orang dunia yang mengatakan diri mereka pintar dan bijaksana. Ini menunjukkan bahwa pada waktu seseorang itu berada di luar Kristus, mereka bukan orang yang bodoh. Mereka secara IQ mungkin orang yang pintar, seperti itu. Tetapi problem–nya adalah satu. Pada waktu mereka melihat kehidupan mereka, melihat kebenaran yang ada dinyatakan bagi diri mereka melalui Injil, mereka punya pikiran itu tidak dapat mencapai kebenaran itu, mereka tidak bisa mengerti dan memahami kebenaran itu melalui kemampuan mereka dan kecerdasan yang mereka miliki tersebut.
Ini yang dikatakan oleh Paulus, pikiran mereka ada di dalam kegelapan. Dan kenapa bisa ada di dalam kegelapan? Karena di antara kebenaran dengan diri mereka, Paulus katakan, ada selubung yang menutupi pengertian mereka sehingga mereka tidak bisa menerima kebenaran itu sebagai suatu kebenaran. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah sesuatu yang penting untuk kita pahami. Saya ulangi penting dan penting terus karena nanti ketika kita hidup sebagai orang Kristen dan kita melihat kembali kepada aplikasi hidup dari orang-orang yang ada di luar Tuhan, kita bisa mengerti bahwa kehidupan kita sebagai orang Kristen yang sudah menerima terang dari Tuhan, seharusnya berbeda dan bertolak belakang dari kehidupan orang-orang yang belum ada di dalam Kristus, yang ada di dalam kegelapan tersebut. Jadi, siapa mereka? Mereka adalah orang yang tidak mungkin bisa datang kepada Kristus. Apakah mereka adalah orang yang bodoh? Bukan bodoh; mereka adalah orang yang pintar mungkin. Mereka adalah orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi dan mungkin di atas dari pada orang Kristen juga, tetapi ketika mereka berusaha untuk datang, mereka tetap tidak bisa melihat kebenaran yang ada di dalam Injil. Apakah karena kebenaran itu tidak ada? Bukan karena tidak ada, tetapi karena mereka tertutup mata mereka untuk melihat kebenaran itu. Saya ambil ilustrasi seperti ini ya. Pada waktu saya awal mula datang ke Jogja ini 7 tahun yang lalu, saya langsung diajak oleh pemuda kita dan pemudi kita untuk pergi ke Merapi. Lalu di situ mereka bilang, “Bagus Merapi itu”. Lalu saya ikut mereka satu keluarga pergi ke situ; kita betul-betul pergi sampai ke lereng Merapi. Waktu itu namanya perkampungan Mbah Marijan, ya, Kaliadem. Dibawa ke situ. Lalu mereka bilang, “Kaliadem itu ada di lereng Merapi.” Di kaki gunung Merapi itu; dan pada waktu kita sampai di situ, saya tanya, “Di mana gunungnya? Katanya bisa lihat gunung dari tempat ini dan gunung itu begitu bagus sekali dan begitu dekat sekali dengan kita? Di mana gunungnya?” Dia bilang, “Di sana gunungnya,” saya bilang, “Enggak kelihatan,” karena waktu itu kabut itu tebal sekali ya. Dan Saudara, pada waktu saya berada dalam kondisi itu, posisi lereng gunung itu, lalu di situ saya melihat ke arah gunung yang ditunjuk itu. Lalu, gunung itu tidak terlihat karena ada kabut yang tebal di situ. Boleh nggak saya bilang, “Ah, kamu ini main-mainin saya ya? Kamu ajak saya ke gunung tapi sebenarnya tidak ada gunung sama sekali di depan situ.” Yang pernah lihat Gunung Merapi pasti tertawa ya, Saudara, kenapa? Karena Gunung itu tetap ada di situ. Yang menghalangi pandangan saya adalah kabut itu. Kalau kabut itu disingkirkan dan dipindahkan, maka saya pasti akan bisa melihat gunung itu dengan jelas. Dan itu memang terbukti. Berapa lama kemudian saya pergi lagi ke situ di posisi yang sama, saya betul-betul melihat gunung itu begitu besar, begitu dekat sekali dari tempat tersebut. Dan begitu bagus sekali.
Nah ini yang menjadi realita yang dihadapi oleh orang-orang yang di luar Kristus. Pada waktu mereka mendengarkan Injil, pada waktu mereka hidup dalam kehidupan mereka yang menolak untuk menjadi orang Kristen, mereka bukan orang yang bodoh tapi mereka ditutupi – seperti kabut yang menutupi gunung itu. Sehingga pada waktu mereka melihat kebenaran itu, mereka tetap tidak bisa mengerti itu. Pada waktu mereka melihat Yesus adalah Allah yang Sejati yang datang untuk menyelamatkan mereka dari dosa, mereka tetap ndak bisa memahami itu dalam kehidupan mereka. Dan ini terjadi pada waktu Paulus berbicara dengan orang-orang Yahudi, kepada orang-orang di dalam Kisah Rasul, pada waktu itu Paulus berkata seperi ini, “Hai, engkau, orang-orang Yahudi, pada waktu engkau mendengar Firman Tuhan, pada waktu itu kau baca Firman, kau mendengarkan khotbah dari orang mengenai Firman Tuhan, engkau baca dari Perjanjian Lama, tetapi engkau tetap di dalam kebutaan dan tidak bisa melihat kebenaran tersebut”. Nah, Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam kondisi seperti ini, bagaimana dengan kehidupan orang yang di dalam keadaan yang buta itu? Nah, yang menjadi hal yang tragis itu adalah Kitab Suci mengatakan, “Mereka pada waktu tidak bisa melihat kebenaran, mereka tidak pernah berpikir mereka perlu rendah hati untuk datang kepada Kebenaran itu.” Tetapi justru yang terjadi adalah sebaliknya: mereka merasa diri mereka tetap hidup dalam kebijaksanaan, tetap hidup dalam keadaan tidak membutuhkan kebenaran itu, dan tetap menolak Kristus dalam kehidupan mereka. Nah, pada waktu mereka melakukan itu, mereka tetap merasa justru mereka adalah orang yang pintar, dan orang yang menerima Kristus itu adalah orang yang bodoh. Sauadara, ini adalah hal yang tragis sekali. Kita yang tahu kebenaran ini, kita bisa mungkin hidup di dalam suatu pengertian mereka adalah orang yang sangat kasihan sekali. Tapi bagi mereka yang ada di dalam kondisi itu, mereka merasa ndak perlu dikasihani. Yang perlu dikasihani itu adalah kita yang datang kepada Kristus dan percaya kepada Yesus Kristus. Satu hal yang saya kadang-kadang dengar orang suka berkata seperti ini – waktu Injil diberitakan – “Yesus itu disalibkan, kasihan sekali ya, Dia disalibkan. Padahal Dia tidak berdosa. Padahal Dia tidak melakukan kejahatan di dalam hidup Dia. Tetapi Dia disalibkan, kasihan sekali ya.” Kasihan nggak Dia (Yesus) disalibkan? Nggak kasihan? Memang pantas untuk disalibkan? Saya cuman tanya kayak gini ya. Pada waktu dia bilang, “Kasihan sekali ya Yesus disalibkan,” posisinya waktu berkata “Kasihan sekali disalibkan,” itu dalam posisi seperti apa? Kamu merasa diri-Nya benar dan menjadi korban kejahatan manusia? Yang sebenarnya Dia tidak perlu alami itu, karena saya pun adalah orang yang baik, yang sebenarnya tidak terlalu butuh penebusan Kristus, atau bagaimana? Atau dengan suatu kesadaran, “Saatnya saya yang di posisi itu; saya yang harusnya dikasihani,” seperti itu? “Saya yang harusnya dihukum di posisi Kristus yang mendapatkan hukuman kekal dari Tuhan Allah, tetapi justru Dia menggantikan saya di posisi itu. Karena itu saya yang seharusnya dikasihani.” Bukan melalui kematian Kristus sehingga saya boleh mendapatkan kebenaran dan hidup yang kekal oleh kematian itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya sikap hati seperti ini, kita perlu gumulkan dan kita perlu miliki dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Yesus datang, itu karena Dia kasihan sama kita. Dia dihukum di kayu salib, itu karena Dia kasihan sama diri kita; bukan karena kita yang kasihan sama diri Dia, tapi Dia yang memberi kasihan itu pada diri kita sehingga kita yang harusnya dikasihani itu boleh mendapatkan suatu posisi yang mulia bersama-sama dengan Dia di hadapan Tuhan Allah, Bapa. Nah, orang-orang dunia itu tidak bisa melihat kebenaran ini. Mereka tetap di dalam kebutaan tetapi ketika mereka melihat kebenaran itu mereka justru berkata, “Kami yang bijaksana, kamu yang bodoh.” Mereka tetap mengeraskan hati untuk tidak mau datang kepada Yesus Kristus dan bahkan mereka tetap hidup di dalam suatu kehidupan yang berdosa dalam diri mereka dan dipenuhi dengan hawa nafsu. Ada satu ayat di dalam Kitab Suci, yang kalau kita renungkan dengan baik dan kita baca, ini bisa dikatakan sebagai suatu ayat yang cukup mengerikan untuk kita bisa gumulkan. Mari kita buka Yohanes 3 ayat 19, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” Yesus bilang apa? Pada waktu Dia melayani Nikodemus, dan Nikodemus tanya kepada Dia, bagaimana bisa memperoleh hidup yang kekal, di situ Yesus berkata, “Kamu harus bisa dilahirkan kembali.” Lalu, di dalam percakapan itu sampai satu titik, “Engkau harus percaya kepada Kristus; kalau engkau tidak percaya kepada Kristus engkau tinggal di dalam kegelapan dan bukan dalam terang.” Lalu, pada waktu mereka tinggal di dalam kegelapan, Tuhan ngomong apa? Mereka akan dihakimi atau mereka telah menerima penghakiman mereka? Ayat 19 ngomong apa? Ayat 19 bilang, “Dan inilah hukuman itu…” Betul, nggak?
Saudara, kenapa saya angkat poin ini? Karena saya mau ajak Saudara melihat ke dalam suatu kehidupan, khususnya ketika kita hidup dalam kondisi sudah dibenarkan oleh Tuhan. Kadang-kadang mungkin kita selalu beralasan di dalam kehidupan kita; “Roh memang penurut, tetapi daging lemah,” sehingga pada waktu kita hidup di dalam kehidupan sebagai anak Tuhan, kita sering kali biarkan diri kita jatuh dalam dosa, jatuh di dalam ketidakdisiplinan rohani, jatuh di dalam kehidupan yang menyedihkan Tuhan Allah. Nah, pada waktu kita jatuh di dalam kondisi ini kita ngomong, “Tuhan, roh itu penurut, daging itu lemah.” Dalam pengertian Tuhan, seperti mencandakan Tuhan, seperti itu mungkin ya, bukan dari hati yang sungguh-sungguh gentar di hadapan Tuhan untuk hidup mau mentaati Roh di dalam kehidupan kita. Tapi kita merasa, “Tuhan, Engkau kan begitu baik dalam kehidupanku, Engkau kan begitu pengasih. Engkau tahu kan, daging lemah dan roh itu penurut? Karena itu, tolong ampuni saya dong kalau saya hidup di dalam dosa, dan tolong Engkau bersabar ya dengan saya, kalau saya terus jatuh di dalam dosa, dalam kehidupan saya.” Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hati-hati kalau kita punya pikiran seperti ini, karena ini adalah pemikiran orang yang berdosa, orang yang ada di luar Kristus. Dan mereka berpikir, ketika mereka melakukan itu, Tuhan itu begitu mengasihi mereka, begitu bersabar, Tuhan pasti akan mengampuni diri mereka, dan selama mereka tidak tertangkap dalam kejahatan yang mereka lakukan, mereka berpikir, Tuhan itu masih bersabar dan penuh dengan kemurahan dalam diri hidup mereka, dan mereka dalam kondisi yang baik dan tidak apa-apa. Saudara, Yesus bilang: nggak seperti itu. Pada waktu kita hidup di dalam dosa, pada waktu kita hidup di dalam kegelapan, waktu kita hidup di dalam hawa nafsu kita, pada waktu kita memiliki pikiran yang jahat, hidup dalam kedengkian, kebencian, dan tidak mau bertobat dari semua tindakan itu. dan kita belum tertangkap karena kita melakukan semua dosa itu. Jangan pikir kita tidak ada dalam hukuman, tapi justru itulah hukuman yang sedang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.
Saudara, orang Kristen yang mengatakan diri anak Tuhan tapi tetap hidup dalam perzinahan, dia sedang dihukum oleh Tuhan walaupun mungkin perzinahan itu tidak diketahui oleh orang lain. Orang yang Kristen, yang hidup dalam kebencian, saat mereka beribadah kepada Tuhan Allah, dan tidak pernah mau mengampuni orang lain, pikir mereka adalah orang yang tetap baik-baik, tapi Tuhan berkata: mereka ada di bawah hukuman daripada Tuhan Allah. Dan kita bisa tarik itu serentetan daripada kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Saya kenapa bilang orang Kristen bukan dalam konteks dia orang pilihan, mungkin. Kalau orang pilihan, Alkitab berkata, dia akan meninggalkan dosa. Sebagai manusia yang baru, dia tidak akan izinkan dirinya terus dikuasai oleh dosa dalam kehidupan dia. Tapi dia akan berusaha untuk mengatasi dosa dan mematikan dosa dalam hidup dia. Tapi kalau dia hidup di dalam suatu kondisi di mana dia izinkan dirinya dikuasai oleh hawa nafsu, oleh kedagingan dia, dan dia merasa itu adalah sesuatu yang nikmat, sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, nah orang dunia juga memikirkan hal itu dan mereka berkata bahkan Tuhan itu mungkin tidak ada, karena apa? Kejahatan masih ada, saya melakukan kejahatan, saya melakukan dosa, dan saya masih hidup baik-baik. Hati-hati! Bukan Tuhan nggak ada, cuma matamu terlalu gelap untuk melihat keberadaan Tuhan yang sedang menghakimi dirimu dalam kehidupanmu yang ada di dalam kehidupan berdosa itu.
Ini dikatakan oleh Paulus di dalam Roma 1. Saudara kalau kita buka dari Roma 1:18 dan seterusnya., di situ dikatakan, orang sebenarnya tahu tentang Tuhan, mengenal Tuhan, tetapi mereka mengabaikan itu dan mereka menindas kebenaran itu, menekan kebenaran itu dalam hati mereka. Sehingga pada waktu mereka menekan itu, apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan mereka? Mereka dihukum mati? Apakah Tuhan langsung menjatuhkan hukuman seperti pada waktu air bah? Apakah Tuhan langsung menjatuhkan hukuman seperti Sodom dan Gomora, penghakiman itu? Alkitab mencatat nggak semuanya seperti itu, nggak selalu Tuhan mendatangkan air bah, bahkan Tuhan berkata: “Aku tidak akan datangkan air bah lagi, dengan cara itu, untuk menghukum manusia.” Dan kita pasti yakin sampai akhir zaman, air bah nggak mungkin terulang kembali, dan Tuhan akan menghakimi dunia dengan api. Lalu, pada waktu Sodom Gomora dihanguskan, kenapa dihanguskan? Apakah itu masih akan terulang lagi? Saya nggak tahu. Tapi yang dicatat oleh sejarah, sejak hari itu, mungkin sampai hari ini, tidak terlalu banyak peristiwa. Atau mungkin dulu ada satu catatan sejarah lagi, mengenai suatu kondisi dimana gunung meletus lalu orang terkubur hidup-hidup dalam kondisi yang sedang berdosa, seperti itu. Itu Pompeii kalau nggak salah. Tetapi sampai hari ini, kita tidak lagi melihat Allah langsung intervensi ke dalam dunia ini untuk menegakkan keadilan itu bagi orang yang berbuat jahat. Apakah itu berarti Allah tidak akan menegakkan keadilan? Di dalam Roma 1:18 dan seterusnya berkata, “Kalau engkau meninggalkan Tuhan, engkau menindas kebenaran Tuhan Allah itu dari hidupmu, dari hatimu, sebenarnya engkau akan jatuh di dalam, pertama penyembahan berhala. Kedua adalah, engkau akan jatuh di dalam perbuatan hawa nafsu yang tidak wajar, dimana laki-laki menyetubuhi laki-laki, perempuan menyetubuhi perempuan, dan engkau akan jatuh di dalam semua pikiran yang jahat, yang ada. Dan pada waktu itu terjadi, ada satu kalimat yang selalu dikatakan oleh Paulus: Allah menyerahkan engkau kepada penyembahan berhala, Allah menyerahkan engkau ke dalam persetubuhan yang tidak wajar. Allah menyerahkan engkau ke dalam pemikiran yang jahat, pemikiran yang penuh dengan hawa nafsudan kedengkian dan yang lain-lainnya.
Saudara, itu artinya apa? Orang yang hidup dalam dosa, terus hidup dalam dosa, dan belum mendapatkan hukuman, sebenarnya dia sedang dihukum oleh Tuhan. Dia belum ketahuan, bukan karena dia hebat dan bukan karena dia pintar. Tapi mungkin Tuhan biarkan dia di dalam hukuman dan belenggu dosa itu, di mana dia tidak bisa keluar dari situ. Jadi yang bijaksana itu siapa? Yang pintar itu siapa? Tuhan? atau orang yang berani bermain-main dengan Tuhan? Di dalam Kitab Taurat, itu ada satu kalimat yang ditulis oleh Musa, “Orang yang bermain-main dengan Tuhan, seakan-akan dia lebih bijaksana dari Tuhan Allah, sebenarnya dia sedang dipermainkan Tuhan dengan kebijaksanaan yang dia anggap dia miliki itu. Saya percaya kita perlu rendah hati. Ketika kita melihat kebenaran Kitab Suci, kita tidak boleh merasa diri kita lebih pintar dari kebenaran yang Tuhan nyatakan dalam Kitab Suci. Tapi justru, kita harus melihat apa yang Tuhan nyatakan ini adalah suatu kebenaran. Dan kita tidak boleh bermain-main dengan dosa, apalagi kita sudah hidup dipanggil ditebus dan diberikan suatu posisi hidup di dalam terang, yang ada di dalam Kristus.
Saudara, orang dunia hidup di dalam pikiran mereka yang sia-sia. Orang dunia hidup di dalam pengertian mereka yang gelap, suatu ketidakmampuan untuk mengerti kebenaran, suatu kehidupan yang dipenuhi oleh hawa nafsu. Lalu kita sebagai orang Kristen bagaimana? Kalau kita nggak bisa melihat perbedaan yang ada antara kehidupan orang dunia dengan kehidupan kita yang adalah manusia yang baru, itu bahaya besar sekali. Saudara bisa tidak melihat bahwa orang dunia itu hidup dalam kegelapan. Saudara bisa tidak melihat hidupku ini sama dengan hidup mereka atau hidupku ini berbeda dari kehidupan mereka? Kalau Saudara tidak bisa melihat ada perbedaan itu, dan Saudara merasa saya hidup seperti ini baik-baik saja, nggak masalah hidup seperti orang dunia itu, dan mereka juga baik-baik saja. Mungkin, kita perlu uji ulang, jangan-jangan kita masih hidup di dalam pemikiran kita yang gelap. Lalu dalam kondisi seperti ini, bagaimana kita bisa keluar dari keadaan ini? Kalau Saudara dalam kondisi ini bagaimana Saudara bisa hidup di dalam terang Tuhan? Nah ini dicatat di dalam peristiwa ketika Paulus pergi ke dalam kota Damaskus untuk menganiaya orang-orang Kristen yang ada di Damaskus. Lalu di tengah perjalanan itu, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Paulus di dalam terang dari langit, lalu Paulus di situ terjatuh dari kuda, dia mendengar suara dari langit yang mengatakan, “Kenapa engkau menganiaya Aku, Paulus?” dan pada waktu itu Paulus sadar, dia sudah menganiaya Yesus Kristus, yang adalah Tuhan Allah yang sejati. Dan pada waktu itu, Paulus kemudian dalam kondisi buta, dia dibawa ke tempat seorang yang bernama Ananias, dia dibawa ke rumah situ, lalu di dalam rumah itu dia mendapatkan penyataan Tuhan, “Paulus, kamu Aku panggil untuk menjadi pelayanKu. Dan Aku panggil kamu untuk menjadi pelayanKu supaya melalui Injil yang kamu beritakan, mata orang-orang buta itu tercelikkan.”
Orang yang hidup dalam pengertian yang gelap, itu tidak lagi hidup dalam pengertian yang gelap, tapi dalam pengertian hidup yang ada di dalam Kristus, yaitu ada di dalam terang. Ya itu tujuan Paulus dipanggil oleh Tuhan. Dan dari sini kita tahu satu hal, kalau kita ingin hidup di dalam terang, jalannya cuma satu, yaitu melalui Injil. Nggak ada jalan yang lain. Karena melalui Injil, Tuhan bisa memberikan pengertian dan terang itu bagi diri kita. Lalu ketika kita mengerti, sebelumnya kita ada di dalam kegelapan, terus di dalam pengertian yang gelap. Untuk bisa hidup dalam terang, selain daripada Injil, maka kita juga mengerti kalau itu adalah sesuatu yang dikerjakan oleh Tuhan Allah. Makanya orang Kristen harus memiliki satu kehidupan yang senantiasa berdoa, tidak boleh tidak. Saudara, kita pernah tidak doakan keadaan rohani kita di hadapan Tuhan seperti apa? Kita pernah tidak meminta kepada Tuhan untuk memberikan pengertian firman? Kita pernah tidak berdoa di hadapan Tuhan, “supaya saya lebih dekat kepada Tuhan, tolong berikan terang-Mu itu bagi diri saya”? Pernah tidak kita doa, “Tuhan, berikan saya hidup yang makin kudus dan makin disiplin secara rohani di hadapan Engkau”? Kalau kita tidak lakukan itu, saya yakin kita tidak akan berubah di dalam kehidupan kita karena itu adalah karya Tuhan, bukan karya kita. Orang dunia hidup dalam kegelapan, hidup dalam pengertian yang tidak bisa mengerti kebenaran, senantiasa mengerti kebenaran, dan itu semua adalah sesuatu yang dikerjakan oleh Tuhan Allah, melalui apa? Injil dan melalui doa yang kita naikkan kepada Tuhan untuk minta pertolongan Dia.
Dan ini juga yang membuat saya harus berkata seperti ini, pada waktu kita menginjili orang, yang membuat orang itu datang kepada Kristus itu bukan karena kemampuan kita meyakinkan orang, yang membuat orang bisa tundukkan diri di bawah kebenaran Kristus bukan karena kita pandai berargumentasi, pandai mendebat orang itu sehingga semua argumen dia dan pemikiran dia kita patahkan satu persatu dan dia tidak bisa berkata apa-apa lagi kecuali dia harus mengakui, “Kamu memang benar.” Saat dia mengakui yang kita katakan benar, yakinlah Bapak, Ibu, Saudara, orang itu tetap mungkin tidak percaya kepada Kristus, tetapi dia akan kembali dengan sakit hati. Karena itu saya bilang penginjilan itu bukan berbicara mengenai bagaimana kita bisa menaklukkan orang dengan kepandaian kita dan pengetahuan kita yang begitu banyak sekali. Memang itu perlu untuk kita bisa menundukkan pemikiran orang yang selalu mau melarikan diri dari kebenaran Kristus, yang tidak bisa melihat kebenaran itu, karena Petrus bilang kita harus siap sedia untuk mempertanggung jawabkan iman kita di hadapan mereka yang meminta pertanggungan jawab itu. Tapi di sisi lain, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang bisa membuat orang datang kepada Kristus itu adalah kuasa Tuhan, bukan kuasa kita dan kemampuan kita. Karena itu di dalam penginjilan yang namanya doa itu penting sekali, bukan hanya bagaimana kita menyampaikan firman secara jelas tapi kebergantungan kita secara total kepada Tuhan itu penting sekali untuk bisa membawa orang datang kepada Kristus. Termasuk di dalam diri kita mendekatkan diri kepada Kristus. Kalau ada kesempatan belajar firman, gunakan itu baik-baik; kalau ada kesempatan untuk berdoa yang Tuhan masih berikan dalam gereja, datang dan berdoa, karena itu adalah poin yang penting.
Saudara, makin kita mengenal teologi yang benar seharusnya teologi itu membawa kita bukan makin sombong, makin tinggi hati, tetapi justru akan membawa kita makin berlutut di hadapan Tuhan. Karena teologi yang benar itu akan membawa kita mengenal Allah yang sejati itu adalah Allah yang berdaulat penuh terhadap kehidupan kita, teologi yang benar itu akan membawa kita melihat diri kita hanyalah manusia yang kecil, yang hina, dari debu tanah yang tidak ada artinya sama sekali, yang diberikan suatu kehidupan yang baru oleh Tuhan, sesuatu nilai yang mulia oleh Tuhan Allah, yang selalu ditopang oleh Tuhan Allah sepanjang kehidupan kita. Kalau kita mengerti ini, mungkin tidak kita bisa meninggikan diri seperti Setan yang mau melawan Pencipta? Meninggikan diri seperti Adam yang mau menjadi seperti Pencipta? Saya pikir yang kita bisa lakukan adalah hanya berlutut di hadapan Tuhan, berdoa minta Tuhan senantiasa melindungi, memimpin jalan kehidupan kita, menopang kita, dan makin berusaha mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan di dalam kehidupan kita, itu yang bisa kita lakukan. Nah ini yang harusnya kita bisa lihat ya, ada tidak sikap hidup seperti itu dari pada kehidupan kita? Atau justru seperti yang tadi saya katakan, kita merasa ya fine-fine aja, “hidup saya yang sekarang dengan hidup saya sebagai manusia yang lama nggak ada terlalu banyak beda, ya nggak apa-apa,” bahkan mungkin “manusia kita yang sekarang dengan manusia yang lama itu dan manusia dunia itu sama, nggak apa-apa.” Saudara, bahaya.
Paulus bilang hendaklah kamu tidak lagi hidup menurut cara hidupmu yang lama tetapi hiduplah sebagai manusia yang baru, manusia yang sudah ditebus oleh Kristus, jangan lagi hidup dalam pengertianmu yang gelap, jangan lagi hidup dalam suatu persekutuan yang jauh dari Tuhan Allah tetapi hiduplah dalam persekutuan yang dekat dengan Tuhan dalam pengertian yang sudah diterangi oleh Tuhan Allah. Jangan lagi mengeraskan hatimu dan jangan lagi hidup dalam suatu pengabaian terhadap kebenaran firman, tetapi hiduplah untuk mempedulikan apa yang menjadi perkataan Tuhan, lembutkanlah hatimu untuk mendengar perkataanNya, dan hiduplah mendekati Tuhan dalam suatu persekutuan, sebabnya karena apa? Engkau sudah memiliki pikiran yang diterangi oleh Tuhan, atau pengertian yang diterangkan oleh Tuhan Allah. Saya harap ini boleh menjadi pergumulan kita pagi hari ini ya. Saya bukan menyampaikan sesuatu dalam posisi untuk menghakimi Bapak-Ibu semua, tetapi saya menyampaikan sesuatu dalam hati yang mengasihi supaya kita betul-betul mengerti apa yang menjadi kebenaran firman, dan kita bisa hidup dalam kebenaran itu, dan kita bisa sungguh-sungguh menjadi orang Kristen yang berkenan di hadapan Tuhan Allah, itu tujuan saya menyampaikan hal ini. Dan kiranya kita betul-betul bisa menghargai apa yang menjadi penebusan Kristus yang Dia sudah korbankan di kayu salib senagai suatu bayaran yang begitu berharga, begitu mahal, yang tidak mungkin kita bisa bayar dengan apapun yang kita miliki di dalam kehidupan kita. Bukan karena Dia yang perlu dikasihani, tapi kitalah yang perlu dikasihani oleh Tuhan Allah makanya Dia digantung di kayu salib untuk menebus dosa kita. Saya akhiri khotbah di sini. Mari kita masuk di dalam doa.
Bapa di Sorga, saat kami merenungkan firmanMu, saat kami melihat pada kebenaran firman, kami seringkali begitu merasa jauh dari pada kebenaranMu, kami merasa bahwa terangMu itu begitu terang sedangkan kami ini begitu gelap dan begitu berdosa di hadapan Engkau. Tapi kami sungguh bersyukur ya Bapa, dari kebenaran yang Engkau karuniakan bagi kami ini, Engkau juga boleh mengaruniakan suatu pengertian bahwa terang itu, pengertian yang ada di dalam kebenaran Injil, itu bukan sesuatu yang kami dapat peroleh dengan kemampuan kami, justru kami dapat lihat karena Engkau telah karuniakan mata untuk melihat pada kondisi tersebut, sehingga melalui itu kami boleh melihat pada cinta kasih yang Engkau karuniakan di dalam Kristus Yesus di dalam kehidupan kami. Kami boleh melihat suatu tujuan yang mulia yang Engkau sudah sediakan bagi kami, yaitu supaya kami hidup sebagai manusia yang baru, anak-anak Allah, dan meninggalkan manusia yang lama dalam kehidupan kami. Sehingga dari kehidupan kami sebagai manusia yang baru di situ namaMu boleh dimuliakan dan dinyatakan di tengah-tengah dunia ini pada manusia yang berdosa. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, dan kiranya apa yang telah Engkau kerjakan di dalam kehidupan kami itu boleh menjadi suatu pekerjaan yang nyata dinyatakan dalam apa yang kami pikirkan ataupun apa yang kami lakukan dalam kehidupan kami. Jauhkan kami dari kehidupan manusia lama, tapi berikanlah kepada kami suatu kehidupan sebagai manusia yang baru, yang ditandai dengan suatu keseriusan, disiplin rohani yang boleh kami lakukan untuk menyatakan memang kami adalah manusia yang baru di hadapan Engkau dan di hadapan orang dunia. Kami mohon belas kasihMu untuk hal ini ya Bapa, dan kami mohon pimpinanMu untuk setiap kami anak-anakMu yang hadir pada Kebaktian Minggu hari ini. Dan kami mohon kiranya senantiasa damai sejahtera yang Engkau berikan di dalam hati anak-anakMu itu ada di dalam kehidupan kami sehingga Kristus Yesus yang ditinggikan di atas kayu salib itu boleh senantiasa ada dan dinyatakan dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]