Yak 1:2
Pdt. Sutjipto Subeno, M.Th., M.Div.
Saudara, pada pagi hari ini saya ingin bersama-sama anda merenungkan satu bagian. Mungkin ini menjadi satu intro yang baik untuk kita merenungkan satu Kitab yang sempat dianggap atau dicurigai kurang alkitabiah, yaitu Surat Yakobus. Nah Saudara, Surat Yakobus sempat dianggap kurang bersifat alkitab oleh beberapa tokoh mulai dari sepanjang sejarah awal, dari mulai pelaksanaan kanonisasi, kemudian masuk ke dalam Alkitab kita. Kemudian di tengah-tengah era dimana pergunjingan tentang sola scriptura kembali ditegakkan, Martin Luther, bapak Reformasi kita, sempat juga mencurigai kembali Kitab ini, sempat mengatakan Kitab ini adalah ‘kitab jerami’ yang nggak penting karena dianggap kurang teologis. Tetapi toh akhirnya dia segera sadar dan kemudian mencabut kembali itu dan dia melihat bahwa ini adalah bagian justru yang sangat penting di dalam iman Kristen. Maka mengerti Kitab Yakobus itu adalah salah satu hal yang unik tetapi juga sekaligus kita mendapatkan kekayaan yang luar biasa dahsyatnya. Kedua, Saudara, alasan kembali kita perlu mempelajari Kitab Yakobus adalah karena kita seringkali dianggap menjadi orang-orang Reformed yang tahunya berteori. Banyak orang, nggak tahu sebenarnya itu benar atau tidak, seringkali berkomentar, “Ah Reformed itu teori thok, debat thok, nggak ada praktisnya. Saya setiap dengar kalimat ini selalu bertanya kepada dia, “What is practice? Apakah praktis menurut kamu?” “Yang praktis itu ya hidup sehari-hari itu lho, kenapa nggak bicara hidup sehari-hari?” Saudara, nanti kita perlu pelajari apa itu ‘hidup sehari-hari,’ karena ‘hidup sehari-hari’ itu adalah kalimat yang sangat-sangat ambigu di tengah-tengah dunia abad sekarang ini. Ketika kita belajar Kitab Yakobus, justru Kitab yang tadi dianggap tidak alkitabiah karena justru Kitab ini terlalu praktis, jadi semua teolog melihat Kitab Yakobus sebagai a very practical Book atau sangat-sangat praktis. Jadi kalau begitu, kalau betul-betul Reformed, begitu teoritis dan begitu doctrinal, tidak praktis, maka kita juga seharusnya tidak khotbah Kitab Yakobus, gitu ya? Karena Kitab Yakobus adalah Kitab yang super praktis. Tapi justru di sini kita melihat apa yang namanya praktis. Ketika anda dan saya mengerti konsep praktis dengan tepat, otak anda perlu dibongkar total untuk kembali kepada apa yang sebetulnya Alkitab mau kita kembali.
Kegagalan dunia kita adalah ketika otak kita dikuasai oleh pikiran dunia yang tidak bisa dibuka oleh firman Tuhan, ketika otak kita tutup terhadap kebenaran firman Tuhan akibat kita dekat dengan dunia ini, dekat dengan pola pikir dunia ini, kita pikir kita pintar, wah ini bahaya sekali ya, ini nanti isunya Kitab Yakobus. Lu pikir lu pintar, saya pikir saya pintar, justru waktu saya pikir saya pintar itulah saya bodoh yang paling bodoh, kenapa? Karena di situlah keterkuncian saya. Maka Alkitab mengatakan di Roma 1, salah satu yang membuat kita gagal menjadi manusia sejati ketika pikiran kita menjadi bodoh dan hati kita menjadi gelap. Saudara, ini yang mengatakan bukan orang yang dikategorikan oleh dunia kita IQ jongkok, tetapi yang mengatakan kalimat ini adalah orang yang diakui sangat jenius, yaitu rasul Paulus. Secara human, secara manusia, Paulus adalah orang yang otaknya jenius luar biasa, tetapi secara praktikal akhirnya terbukti jeniusnya Paulus andaikata sama Tuhan tidak digebug maka jeniusnya Paulus membinasakan diri Paulus. Cara Tuhan untuk membiarkan orang masuk neraka adalah dengan cuma memberikan kebebasan kepada dia. Jika Paulus berulah, sebelum Paulus namanya Saulus, andaikata Saulus berulah dan Tuhan mengatakan, “OK, silahkan. Lu mau pikir apa, jalanin. Lu mau aniaya orang Kristen, silahkan. Kamu mau hancur-hancurin apa yang kau pikir itu salah, silahkan. Kamu mau tawan lawan yang kamu pikir salah, silahkan. Kamu rasa kamu hebat, kamu rohani, kamu pintar, silahkan,” itu cara terbaik untuk membuat Saulus masuk neraka. Diemin aja. Tuhan bilang, “OK, lu mau apa silahkan; lu rasa hebat, silahkan,” Saudara, andaikata itu terjadi, bukan untung buat Saulus, mati buat Saulus. Maka Saulus ketika digebug sama Tuhan di atas kuda waktu dia berjalan ke Damaskus, itulah titik balik dia. Dia mulai menyadari, “berapa bodohnya aku.” Karena itu dengan statement itu dengan jelas dia nyatakan kepada orang-orang itu dalam pelayanan dia, baik di Kolose, Efesus, maupun personally dia katakan kepada Timotius, murid yang dikasihinya, “Aku itu orang yang nggak punya pengetahuan, nggak punya iman.” Saudara, kenapa sampai keluar kalimat itu? Bukankah orang mengenal dia adalah anggota Sanhedrin, anggota Mahkamah Agama pada zaman itu, dan pada zaman itu orang yang menjadi anggota Mahkamah Agama dianggap mempunyai kualitas teologi yang tertinggi melampaui sekedar seorang Farisi atau ahli Taurat. Banyak ahli Taurat tapi tidak semua jadi anggota Sanhedrin, banyak orang Farisi, nggak semua jadi anggota Sanhedrin, Sanhedrin atau Mahkamah Agama adalah kelompok elit yang dianggap super-super teologis lalu menjadi hakim untuk semua isu agama di tengah-tengah bangsa Yahudi. Paulus adalah seorang yang sangat muda, begitu muda tetapi sudah menduduki posisi begitu tinggi, dia murid dari Gamaliel.
Saudara, waktu dia mencapai karier yang paling hebat secara manusia, dia mengatakan di dalam Filipi, “Kalau engkau banding-banding sama saya, enggak ada yang lawan sama saya. Siapa lebih pintar dari saya? Siapa lebih hebat dari saya? Siapa punya semangat lebih tinggi dari saya? Siapa bekerja lebih keras dari saya? Semua teman sebayaku nggak ada yang bisa lawan.” Saudara, kalimat itu bukan kalimat bohong, itu kalimat secara fakta, semua orang nggak ada yang berani bilang nggak karena ternyatakan di dalam semua apa yang dia lakukan, tetapi kalimat itu tidak berhenti sampai di situ. Begitu kalimat itu selesai, dia mengatakan, “Tetapi pengenalanku akan Kristus merubah semua,” kenapa? “Yaitu semua adalah sampah yang busuk, aku mengenal Kristus itu jauh lebih mulia,” this is the point of value, inilah cara mengerti mendobrak diri untuk mencapai nilai yang lebih tinggi. Kemampuan seseorang untuk mendobrak diri itu adalah kapasitas yang paling besar tetapi juga sekaligus kapasitas yang paling sulit. Musuh manusia terbesar bukan orang lain, musuh manusia terbesar adalah diri sendiri. Ini bukan kalimat khusus, ini kalimat umum, semua orang tahu, tetapi pada saat yang sama ternyata kesombongan manusia mengunci. Waktu dia mengunci dirinya dia bukan terkuakkan untuk naik, dia justru terjepit untuk hancur. Nah Kitab Yakobus mau membicarakan bagaimana saya bisa hidup sehari-hari di dalam practical life saya, bagaimana saya hidup secara praktis, apa yang disebut praktis, bagaimana itu praktis, dan bagaimana kita menyelesaikan urusan praktis. Di sini kita mau mempelajari suatu cara Yakobus yang justru demikian begitu bijaksana, begitu tingginya karena ini bukan urusan manusia. Practical life, hidup praktis anda dan saya, hidup kita mulai melek mata sampai tidur lagi bukan urusan kita, tetapi itu urusan yang jauh lebih tinggi dari pada kita. Ketika itu kita tarik masuk ke dalam urusan kita maka hidup kita menjadi terkunci, tertutup, kita seperti hidup di dalam sebuah tempurung, nggak bisa lihat apa-apa lagi. Maka di sini kita perlu mengerti, buka, mendapatkan inspirasi, satu bijaksana tertinggi yang melampaui semua aspek. Darimana kita mulai masuk? Ayo kita baca awalnya doang Surat Yakobus ini.
Hari ini saya mau ajak kita membaca ujungnya, kita tahu ujungnya untuk tahu kelima pasal Kitab Yakobus, setelah itu anda baca sendiri ya di rumah, membaca Surat Yakobus 5 pasal nggak sampai 25 menit. Jadi 5 pasal ini kalau dibaca pelan-pelan, jangan cepat-cepat ya kalau baca, pelan-pelan sambil dipelajari setiap kalimat, bukan dipelajari detil tapi anda baca saja dan coba mengerti, seluruh dari 5 pasal itu 25 menit nggak sampai selesaikan. Jadi seluruh rahasia ini kalau Saudara tangkap akan ketemu begitu banyaknya pengertian yang didapat, kalau anda teliti satu persatu mungkin 3 tahun nggak selesai. Mari kita baca Yakobus 1:2,3, itu menjadi isu pertama yang saya ingin kita bersama-sama mendalami, tapi untuk background-nya saya bacakan ayat 1 dulu, “Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Mari kita berdoa.
Bapa di Sorga, sekali lagi Tuhan, kami diberi kesempatan membaca firman-Mu. Tapi kalau bukan karena Tuhan, bukan karena kebaikan dan kemurahan Tuhan, kami tidak pernah mungkin mengerti firman, mengerti kebenaran-Mu bukan karena kami pandai, mengerti kebenaran-Mu bukan karena kami mampu. Kami sadar hanya karena anugerah, hanya karena Tuhan yang mencerahkan, kami baru boleh mengerti firman. Bapa, hamba sekali lagi mohon, jangan lewatkan satupun dari kami, kasihanilah kami Tuhan, manusia bodoh ini supaya kami sekali lagi boleh beroleh bijaksana Tuhan. Tolonglah kami Tuhan, manusia-manusia yang seringkali menuju kepada kebinasaan ini boleh mendapatkan satu anugerah untuk kami boleh dibongkar dan diubah oleh Tuhan, untuk kami boleh mengerti bagaimana rahasia hidup yang terbesar, yang sebenarnya Tuhan sediakan untuk kami. Bapa, sekali lagi biarlah jam yang singkat di depan ini boleh menjadi momen yang sangat berharga, merubah seluruh tatanan pikir kami, merubah seluruh tatanan kehidupan kami, dan merubah seluruh cara-cara, sikap, dan tindakan kami, sehingga hidup kami ke depan boleh menjadi hidup yang sungguh-sungguh berbijaksana dan berkenan di hadapan Tuhan. Berkati Tuhan setiap kami dengan firman-Mu, berkati setiap kami dengan kebenaran-Mu. Kiranya setiap kami pulang boleh memuliakan Tuhan, membesarkan nama Tuhan, dan melakukan firman kebenaran. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Firman yang hidup, kebenaran yang berinkarnasi, Allah kami, Tuhan kami, Juruselamat kami, kami naikkan doa ini. Amin.
Saudara, kalau kita membaca tadi Kitab Yakobus ini dari ayat pertama, pasal 1 ayat 1, kita sudah melihat bahwa sasaran dari pada pembicaraan Surat ini adalah seluruh orang Kristen yang ada di perantauan, dia pakai istilah yang unik di dalam bahasa Yunani adalah diaspora, diaspora adalah orang-orang Kristen yang sudah tidak bisa lagi tinggal di Yerusalem akibat dianiaya habis-habisan, lalu mereka ‘pecah,’ keliling tersebar kemana-mana, sampai ke Asia Kecil, sampai pergi ke Eropa Utara, sampai ke Eropa Selatan dan Afrika Utara, sampai pergi ke daerah Arab, sedemikian terpencar-pencar orang Kristen kemana-mana. Maka kepada orang-orang Kristen yang terpencar kemana-mana, mereka sudah tidak bisa bersatu lagi, mereka pergi ke tempat-tempat jauh, mereka perlu mendapatkan penggembalaan, kenapa? Karena Tuhan memperkenankan satu ccara unik dari pada pertumbuhan iman Kristen. Saudara, seluruh kehidupan Kristen dididik oleh Tuhan dari sejak Kekristenan awal berdiri. Maka dari kalimat ini kita mengerti bahwa Surat ini bukan ditujukan kepada kelompok spesifik, Surat ini bukan ditujukan kepada orang tertentu, fungsi Surat ini bukan ditujukan kepada mereka-mereka yang mengalami situasi atau kondisi yang spesifik tertentu, tempat tertentu, nggak, Surat ini ditujukan kepada semua orang Kristen dimanapun dia berada. Maka kita merasa bahwa berarti dari sejak pertama Yakobus memikirkan this is a general letter dan tujuannya adalah siapapun, termasuk kita juga hari ini di dalam seluruh keadaan.
Nah Saudara, kita tahu Yakobus pada saat itu, Yakobus ini konon dikatakan adalah salah seorang saudara Tuhan Yesus yang kemudian menjadi gembala sidang Yerusalem dan sekaligus menjadi soko guru. Jadi dia adalah orang yang dianggap mewakili seluruh Kekristenan, seperti ketua sinode hari ini, yang memberikan berita kepada semua jemaat. Jadi Saudara, kita melihat ini adalah sebuah Surat penggembalaan, Surat dari seorang pemimpin yang mau memberikan kepada seluruh jemaatnya bagaimana mereka berbicara, bagaimana mereka bersikap, dan bagaimana mereka berpikir tentang hidup iman mereka. Maka kita bisa tahu bahwa kemudian di dalam pembahasan seluruh Kitab Yakobus ini yang disebut sebagai pembahasan praktis, seperti yang hari ini banyak orang pingin praktis. Tetapi Saudara, kalau kita mengerti apa itu praktis, orang ternyata aneh sekali, seperti tadi saya katakan. “Ya orang Reformed itu cuma berteori doang, debat doang, tolong dong yang praktis.” Saya tanya balik sama dia, “Praktis itu apa sih?” “Ya hidup sehari-hari.” “Yang kamu sebut hidup sehari-hari itu apa sih?” Bingung, nggak bisa ngomong. Artinya orang mau mengerti hidup praktis, dia sebenarnya tidak tahu praktis itu apa, kenapa? Karena justru di situlah hilangnya kunci yang paling penting. Mengerti kehidupan praktis justru bukan praktis, orang yang mau praktis tanpa kehilangan kepraktisannya sadar justru mulainya tidak dengan praktis. Ini adalah prinsip yang hilang di dalam era post-modern kita. Dari zaman dahulu sampai hari ini, spirit, semangat yang disebut pragmatis itu disamakan dengan praktis. Jadi apa sih sebetulnya yang disebut praktis? Kemudian saya bilang sama dia, “Jadi sebentar ya, gua definisikan buat kamu, kamu ngomong praktis, praktis, praktis, Reformed kurang praktis, saya tanya balik lu juga nggak bisa jawab praktis itu apa; ta kasih tahu yang kau pikir praktis itu apa, yaitu praktis kalau gua dapat masalah, lu nyelesaiin gua gimana, gua nggak mau teorinya, langsung 1,2,3 kasih tahu sama gua jalannya gimana, itu namanya praktis, betul nggak?” Dia pikir-pikir, “Iya kali,” lho kok iya kali? Tapi Saudara, kalau Saudara perhatikan, orang-orang yang minta praktis actually itu yang dia pikirkan. “Gua lagi susah nih, kerjaan gua susah, gimana ya?” Datang ke pak pendeta, “Pak, bisnis saya lagi susah nih, gimana?” “Oh, gini, gini, gini,” itu namanya praktis. Nanti sebentar lagi, “Pak, keluargaku mau cerai, gimana?” “Oh, gini, gini, gini,” itu namanya praktis. Jadi praktis adalah: “Ketika ada masalah, aku tanya pak pendeta, terus aku nggak usah mikir apa-apa, trus pak pendeta kasih tahu 1,2,3,4, beres urusannya,” Saudara, itu namanya praktis? Saya bilang kalau betul demikian definisi praktis, seumur hidup lu nggak pernah gede, kenapa? Lu nggak pernah tahu cara yang benar menyelesaikan masalah, setiap kali kamu cuma depend, tunggu ada wangsit untuk kasih tahu 1,2,3,4, selesaikan masalah, dan setiap hari lu bakal berhadapan dengan ratusan masalah, ribuan masalah bertahun-tahun dan kepala lu mabok setiap hari dengan masalah kalau setiap kali kamu cuma bergantung kepada pendetamu lalu pendetamu yang disuruh jadi tukang penyelesai masalah. Sudah gitu belum tentu pendetamu menyelesaikan masalah, bikin hidupmu tambah ruwet dengan masalah yang baru yang dikasih sama dia sebagai praktis. Lu tahu, itu namanya tidak praktis, that is not a practical way menurut Yakobus.
Yakobus mengajak kita mengerti praktis dari konsep. Mengerti apa itu praktis, mengerti bagaimana melihat praktis, dan bagaimana bukan menggantung kemana-mana tetapi menggantung pada kebenaran Tuhan tahu menyelesaikan isu praktis. Dan Saudara, ketika Saudara mempelajari Kitab Yakobus Saudara akan sadar bahwa ternyata yang namanya isu praktis itu bukan isu yang ruwetnya luar biasa. Kita setiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi, hidup kita penuh dengan keruwetan, mabok setiap hari. Maka Saudara tahu, makin dunia modern, manusia tambah enak hidup atau tambah stress? Tambah stress. Kenapa manusia hidup tambah stress? Kenapa melek mata sampai tidur stress terus? Karena manusia dituntut dengan segala isu praktis yang dia sendiri nggak ngerti nyelesaiin praktis. Dia nggak ngerti apa itu praktis tiap hari dia bangun tidur udah stress, sampai tidur lagi tetep stress. Maka hari ini obat tidur menjadi konsumsi umum, narkoba laris di mana-mana, dan psikolog begitu banyak pasien. Kenapa? Karena praktis. Saudara, kalau kita melihat di sini bagaimana dunia coba mau menyelesaikan isu praktis, lalu gereja menggunakan cara-cara psikologi untuk mau menyelesaikan isu praktis, Alkitab mengatakan, that is not true. Why? Because practical way is about God. Hidup praktis bukan urusan sekedar sehari-hari. Hidup praktis menjadi hancur ketika hidup praktis dilepaskan dari sumber Pencipta yang menciptakan kehidupan itu sendiri. Ketika Saudara melepaskan seluruh hidup anda dari Tuhan yang membuat kita ada, yang membuat alam ini ada, yang membuat semua hal itu ada, dan membuat sejarah ini berjalan, kalau itu engkau potong, maka engkau potong semuanya, seluruh kehidupanmu hancur. Nah ketika, Yakobus mengajak kita kembali kepada isu praktis, Yakobus yang pertama-tama membongkar, di-preteli, bahwa sebetulnya isu praktis manusia itu bukan urusan ruwet. Kalau anda mengerti bagaimana melihat hidup, anda mengerti mengurus segala masalah dunia kita, ternyata praktis itu very practice. Practice is a very practical life. Very very practice, sangat praktis. Kenapa? Karena praktis itu tidak ruwet sama sekali. Ketika anda mulai mendengar begini, anda mulai bingung. Jadi sebetulnya Tuhan menciptakan kehidupan manusia itu bukan untuk kita bikin ruwet. Tuhan menciptakan kita hidup supaya kita bisa menghidupi keseharian kita dengan begitu indahnya, dengan begitu luar biasa tajamnya. Kenapa? Karena memang Tuhan mencipta kita bukan untuk jadi monumen, bukan untuk jadi patung, tetapi Tuhan menciptakan kita berdinamika di dalam sejarah. Tetapi ketika anda gagal menjalankan dinamika sejarah seperti yang Tuhan setting, anda cari masalah. Inilah yang namanya masalah. Inilah yang namanya practice.
Nah Saudara, kita kembali kepada isu kita, apa yang sebetulnya disebut practice di dalam kitab Yakobus? Kalau Saudara mempelajari ya, nanti Saudara nggak sempet ya, kalau nanti Saudara mau, bisa, tapi nggak usah lah, Saudara baca sendiri aja supaya lebih baik. Gitu ya Saudara? Saudara mau baca 5 pasal dari kitab Yakobus, Saudara langsung tahu bahwa seluruh cerita di dalam surat Yakobus itu cuma berkisar kepada isu praktis yang kalau Saudara bilang praktis dari mulai kita melek mata sampai tidur lagi, cuma 3 poin. Jadi Saudara mulai melek mata sampai tidur lagi urusanmu cuma 3 urusan. Dan kalau 3 urusan itu engkau tahu cara menyelesaikannya, sebetulnya nggak ada masalah sama sekali dan nggak ada urusan sama sekali. Jadi kalau Saudara lihat what is practice, Yakobus membagi, di pasal 1 saja sudah langsung kelihatan, apa sih sebetulnya yang isu praktis menurut Yakobus. Yang pertama, isu praktis yang paling membuat kita ruwet, yang membuat kita bermasalah, yang membuat kita mabok setiap hari, itu adalah urusan penderitaan. Ini isu pertama. Apa yang membuat kita suntuk, setiap kali kita hidup susah. Kenapa? Pada dasarnya kita nggak mau hidup susah. Makin orang nggak mau hidup susah, dia makin susah atau makin nggak susah? Makin susah. Jadi ini isu pertama yang bikin ruwet manusia. Jadi Saudara, di dalam kita melek mata sampai merem, kita takut sekali untuk susah. Nggak tau bener atau kagak anda begitu. Begitu anda takut untuk susah, anda susah. Belum susah sudah susah. Kenapa? Karena takut susah. Jadi Saudara, ketika ini menjadi problem, anda setiap hari ribut dengan berbagai kesusahan. Anda sekolah, baru melek mata, kepikir sekolah, langsung stress. Mau bangun aja udah nggak ada semangat. Mau bobok lagi. Kenapa? Musti sekolah. Saudara, lebih celaka lagi kalau anda musti kerja juga begitu. Bangun tidur, inget kantor, langsung dah lemes lagi. Apalagi kalau inget, hari ini gua meeting, habis itu gua bakal jebol duit sekian, habis itu kena urusan lagi sama supplier, wah, habis itu diuber sama debt collector. Mati gua. Begitu ya Saudara? Itu bikin melek mata langsung pengen tidur lagi, nggak mau bangun. Gitu ya? Akibatnya apa? Banyak orang memang betul-betul nggak pengen bangun, Saudara. Akhirnya telen 20 pil valium, gitu ya Saudara-saudara. Lalu berangkat ke kamar sebelah, 2×1, gitu ya Saudara? Jadi di dalam dunia kita, sekian banyak orang yang nggak mampu lagi menghadapi masalah berat ketika dia takut sekali melihat penderitaan yang akan dia hadapi di depan muka. Begitu takutnya dia menghadapi penderitaan di depan dia, akhirnya dia pilih menderita yang paling menderita, masuk neraka. Saudara, itu adalah cara yang begitu mengerikan. One, this is the first problem. That is a practical life. Jadi urusan praktis hidup kita yang membuat kita suntuk setiap hari, membuat kita stress setiap hari, yang pertama adalah urusan penderitaan.
Urusan kedua yang membuat anda stress setiap hari, bangun tidur melek, susah, mabok, susah, pusing, mencari penyelesaian urusan praktis adalah, isu yang kedua adalah isu pengetahuan. Your knowledge. Saudara yang anak sekolah isunya adalah takut nggak bisa ngerjain ulangan. Yang paling membuat susah adalah ketika belajar hal yang kita nggak bisa. Begitu ya? Setelah ke kantor, di kantor kerjaannya adalah bagaimana mengurusi pegawai, bagaimana ngurusin kerjaan, bagaimana pengetahuan manajemen, bagaimana mengetahui urusan teknik whatever you kerja. Otak kita mabok. Kenapa? Karena kita dipermainkan oleh pengetahuan. Lalu, yang lebih konyol, kita pikir kalau kita kurang pengetahuan, jawabannya adalah jadi pinter. You know, dunia kita sekarang teriak, “Bisa, bisa,” saya ketawa. Bisa, be foolish. Makin pinter, makin smart, makin goblok. Aneh ya? Itu Alkitab punya. Itu bukan prinsipnya dunia. Dunia pikir kalau, apa namanya, bodoh, itu lawannya smart, atau lawannya cerdik, atau lawannya pinter, maka orang dunia nguber-uber jadi pinter. Dia pikir dengan pinter dia bisa menyelesaikan semua urusan. Ternyata nggak. Howard Gardner sudah membuka kasus ini. Dulu orang pikir, pinter, pinter, be smart, be smart, you can solve any problem, jadilah smart engkau selesaikan semua masalah. Howard Gardner bilang, justru yang smart-smart bermasalah. Jadi orang hari ini, Saudara tahu, semua yang juara-juara olimpiade, yang top-top olimpiade otaknya jenius-jenius, nggak bisa hidup. Waktu dia jadi juara-juara olimpiade di-published gede-gedean, tunggu 20 tahun lagi, 10 tahun lagi, cek itu mereka, sebagian gila, sebagian jadi berandalan, sebagian nggak karu-karuan hidupnya. Cek satu-satu, semua bermasalah. Kenapa? Terlalu smart. Orang yang sudah terlalu smart, makin smart, makin nerd, Saudara-saudara, kemudian gendeng. Super pinter, nggak bisa ngapa-ngapain lagi kecuali pinter. Orang super pinter, dia bisa bersosialisasi nggak? Bisa kerja nggak? Bisa ngadepin orang nggak? Bisa ngadepin masalah nggak? Nggak. Howard Gardner bilang, justru orang-orang pinter-pinter itu sing rada-rada, dan orang-orang yang sukses-sukses itu biasanya nggak terlalu-terlalu pinter-pinter banget, tapi punya ilmu lain.
Di dalam Yakobus mengatakan, isu manusia bukan urusan pengetahuan menjadi pinter, karena Paulus itu orang yang super pinter, tapi pinternya dia bikin dia masuk neraka. Jadi yang dibutuhkan manusia lawannya bodoh itu bukan pinter. Lawannya bodoh adalah berhikmat, bijaksana. Cuma, apa itu bijaksana? Saya tertarik sekali, hal ini kita nggak sempet bahas ya. Kita cuma mau lihat ujungnya. jadi bijaksana, saya bilang, satu-satunya bahasa di alam semesta ini yang sangat luar biasa, karena orang Indonesia nggak cukup bilang bijak, nggak cukup, musti bijaksana. Di dunia kita adalah bijaksini. Engkau pakai bijaksini, rusak. Yang dibutuhkan bukan bijaksini, butuhnya bijaksono. Kalau engkau sudah punya bijaksana, baru engkau bijak beneran. Saudara, orang perlu kembali. Jadi kalau Alkitab bilang, “bodoh kamu,” itu lawannya adalah bijak. Orang bodoh bisa sangat pinter, begitu pinternya ternyata dia bodoh. Tapi kalau yang bijaksana, sudah pasti nggak bodoh. Jadi kalau Saudara melihat Alkitab, ketajaman mengerti sebuah isu, begitu luar biasa. Alkitab mengajar kita, jangan menguber pinter, uberlah menjadi orang bijak. Apa itu orang bijak? Orang bijak itu, kalau dia mempertimbangkan sesuatu, dia bisa pas melihat sesuatu realita. Maka kunci bijaksana adalah isu pertamanya gini, menyelesaikan kasus pertama dulu, bagaimana dia menyikapi realita, bagaimana dia menyikapi yang namanya penderitaan. Kalau engkau bisa menyelesaikan isu pertama, engkau baru bisa menyelesaikan isu kedua. Kalau isu pertama urusan penderitaan engkau tidak bisa selesaikan, engkau tidak mungkin punya bijaksana. Maka bijaksana terjadi ketika engkau bisa mengerti realita dengan interpretasi yang tepat. Jadi anda kalau mau bijaksana, kunci pertama adalah engkau bisa melihat dunia dan realita dengan cara mikir yang tepat. Dan cara mikir yang tepat itu bukan cara mikir dunia, cara mikir yang tepat itu presaposisi. Itu cara paradigma. Kalau versi filsafat, itu musti dilihat dari sudut pandang tertentu yang tepat. Cuma sudut pandang tertentu yang tepat, para filsuf tau cara, musti cara sudut pandang yang tepat, cuma dia nggak tau cara pandang, sudut tepat itu sebelah mana.
Alkitab menjawab, sudut pandang yang tepat itu kalau engkau melihat semua isu dari, kalau pakai istilah Reformed, Trinitarian point of view. Melihat apa-apa dari sudut Allah Tritunggal. Melihat dari sudut pandang Tuhan. Tuhan kalau melihat realita ini kayak apa, gitu saya musti lihat. Saya nggak boleh melihat realita menurut mata saya karena mata saya menipu. Jadi, saya melihat semua realita, tanya, kalau Tuhan ada di sini, Tuhan ngelihat ini kayak apa cara Tuhan melihat? Itulah bijaksana. Nah, kalau anda bisa mencocokkan sampai klop apa yang engkau lihat seperti yang Tuhan lihat, itu yang bijak. Jadi bijaksana adalah ketika engkau bisa mengerti realita, lalu ambil keputusan tepat seperti yang Tuhan mau. Nah orang bodoh adalah ketika dia pakai pinter otaknya, kehebatan pengalamannya, dia mengambil keputusan, dan keputusannya, Tuhan susah hati, Tuhan pusing luar biasa, lalu setan yang happy. Kalau anda ambil keputusan kurang baik, setan: “Hore, cocok.” Bikin keputusan, “Hore, cocok,” ya engkau mirip setan. Dan Tuhan susah. Ini namanya bodoh. Tapi kalau engkau bikin keputusan Tuhan yang puji Tuhan, “Ini bagus, Saya suka sekali, wah ini bagus.” Lalu setan, “Nggak cocok,” itu baru bijaksana. Jadi setiap kali anda bijaksana, anda akan mengambil keputusan yang Tuhan suka, dan setan benci. Setiap kali anda bikin keputusan tidak bijaksana, setan suka, Tuhan benci. Nah tinggal tergantung, engkau ada di sebelah mana. Itu urusanmu. Makin engkau cocok sama setan ya hidupmu makin susah, makin menderita. Kenapa? Nggak pernah hidup di dalam setan bisa kayak gini. Itu nggak ada ceritanya. Ujung terakhirnya pun binasa. Nah Saudara, tapi kalau baca ya, saya menarik sekali. Ulang kembali Mazmur 49. Sungguh saya tidak janjian sama liturgis, nggak janjian sama gereja bahwa saya mau khotbah bagian mana. Bahkan saya menetapkan bagian khotbah nggak kasih tau siapa-siapa. Jadi kalau tadi keluar dari Mazmur 49, nanti baca lagi 100 kali. Gitu ya? Itu adalah rahasia kehidupan yang dahsyat. Tepat sekali 24, 23 ayat tadi ya, dari Mazmur 49 itu adalah rahasia hidup. Nah, Saudara sekalian, ini isu yang kedua.
Lalu isu yang ketiga yang Saudara bisa lihat di dalam, Yakobus pasal yang pertama, itu adalah isu yang biasa sekali membikin kepala pusing. Isu apa? Isu yang paling terakhir adalah isu apa? Isu duit. Isu uang. Jadi, Yakobus melihat, isu yang ketiga yang bikin kepala kita pusing, yang namanya urusan praktis dari mulai melek mata sampai tidur lagi adalah urusan duit. Nah Saudara, jadi, ketika anda mengurus duit anda nggak beres, anda mempunyai pandangan terhadap uang nggak beres, cara sikap anda berelasi dengan uang nggak beres, anda bikin masalah untuk hidup anda. Tapi menyelesaikan masalah uang dengan beres butuh penyelesaian urusan kedua. Jadi, mau menyelesaikan urusan duit butuh kunci kedua, yaitu butuh bijaksana, yaitu hikmat. Jadi saya mau menyelesaikan urusan ketiga, urusan kedua nggak selesai, bohong saya bisa selesaikan urusan ketiga. Jadi Saudara kalau sudah mengerti, sebetulnya isu kita sehari-hari dari mulai melek mata sampai tidur lagi cuma 3. Isu apa? Penderitaan, kedua pengetahuan, ketiga duit. Itu 3 udah. Coba cek sepanjang anda melek sampai tidur lagi, ada nggak isu keempat? Semua isu di dalam hidup anda cuma bisa 3 urusan. Jadi kalau 3 urusan ini anda dengan tepat bisa selesaikan, actually, you don’t have any problem. Kita nggak punya masalah apa-apa. Yang jadi masalah kita hidup, karena kita nggak selesai dengan 3 urusan ini, dan memang nggak gampang menyelesaikan masalah ini. Lalu Saudara perhatikan ya di dalam kitab Yakobus, 3 urusan ini diputer terus. Kalau Saudara sepintas lihat ya, Saudara akan melihat 3 urusan ini puter terus. Penderitaan, bijaksana atau pengetahuan, terus urusan duit. Urusan kekayaan. Puter lagi, urusan bijaksana, pengetahuan, terus uang. Dan semakin ke belakang, isunya semakin di-kompleksitas-kan. A dihubungkan dengan B, B dengan C, C dengan A. A,B,C, gandeng lagi, terus begitu sampai pasal lima. Jadi kalau Saudara melihat, Yakobus mengajak orang melihat dari basic concept sampai ke practical asli. Jadi sekali lagi dari sini kita belajar satu konsep yang penting, yaitu anda mau menyelesaikan urusan praktis, mulailah bukan dengan urusan praktis. Engkau mau menyelesaikan urusan praktis, mulailah dengan mengerti praktis itu apa. Mengerti praktis itu apa, itu bukan isu praktis, itu isu teologis. Engkau mau menyelesaikan isu praktis, engkau nggak punya dokrin yang kuat, engkau nggak punya pengertian teologis yang kuat, engkau nggak punya pengenalan akan Allah yang kuat, bodoh, nggak selesai, nggak beres. Kenapa? Karena engkau akan terputar-putar di dalam ketidakjelasan praktis. Even what is practice, apa itu praktis, itu pun nggak praktis.
Nah Saudara, kalau Saudara mengerti ini, kita mencoba sekarang pakai satu, apa ya, simulasi di isu pertama untuk anda nanti pakai untuk anda belajar kedua dan ketiga. Oke, sekarang mari kita masuk ke dalam ayat yang kedua dan ketiga. Di dalam ayat yang kedua dan ketiga, ini kita masuk ke dalam isu yang pertama yaitu bagaimana di-link dengan penderitaan, ya, isu pertama. Mari kita kembali melihat ayat ini. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan.” Saya mau membereskan penerjemahan ini dulu. “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,” itu pakai teks bahasa Indonesia. Saudara punya teks-teks lain, Saudara bisa bandingkan, sebagai isu kedua saya menggunakan isu bahasa Inggris yang paling simpel ya, kalau pakai bahasa Yunani mungkin agak ruwet. Kita pakai, ya, hēgeomai, satu kalimat yang unik sekali. Tetapi kalau Saudara melihat ke bahasa Inggris kira-kira sudah kebayang nggak, kata “anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,” bukan salah murni, tetapi kalimat ini memberikan ke rodo-rodo ambigu, rada-rada membuat kita nggak jelas lagi, kita kemudian betanya-tanya bahagia itu seperti apa dan seterusnya. Tapi kalau Saudara kembali ke bahasa Inggris saja, Saudara langsung kelihatan yang dimaksudkan dengan kebahagiaan itu apa? Saudara, misalnya, misalnya saya ambil dari ESV, English Standard Version, yang sekarang dianggap terjemaah termodern terbaik, gitu katanya Saudara ya, dia pakai istilah begini “Count it all joy, my brothers, when you meet trials of various kinds.” “Count it all joy,” pakai kata count it all joy, artinya apa? Perhitungkan itu. Kalau bahasa indonesia pakai “anggaplah itu,” ESV pakai kalimat “perhitungkanlah itu,” artinya kau kalau melihat itu, hitung itu sebagai apa? Sukacita berarti ya, “kebahagiaan” yang ada di bahasa Indonesia, diterjemahkan ESV langsung di-stated dengan tegas count itu of joy, oke itu satu isu dari terjemahan. Nah, sekarang kalau kita mundur katanya, terjemahan paling konservatif, paling baik, nah kalau orang-orang fanatik dengan terjemahan ini, itu yang namanya King James Version, wah Saudara kalau segitu gilanya sampai menganggap semua, semua terjemahan lain itu semua bidat gitu ya. King James Version mengatakan, “My brethren, count it all joy when ye fall into diverce temptations.” Kalimatnya tetap sama, jadi kalau Saudara mengerti pakai yang paling kuno “count it all joy” sampai yang paling modern “count it all joy,” berarti yang dimaksud adalah sebagai suatu sukacita itu bukan sekedar menganggap tetapi perhitungkan itu, artinya kau tangkap itu sebagai suatu konsep dimana itu adalah suatu sukacita, tetapi sukacita kenapa? Sukacita waktu engkau jatuh ke dalam berbagai bagai pencobaan.
Itu Saudara-saudara, di titik pertama, anda sama Alkitab diajar untuk melintir, diajar untuk kembali, lepas dari jeratan dunia, kenapa? Dunia tidak pernah bisa melihat sebuah penderitaan sebagai suatu sukacita. Tadi saya katakan apa isu yang membuat manusia ruwet pertama? Manusia takut menderita. Ketika manusia takut menderita, disitu dia bukan menjadi sukacita. Waktu manusia mau menghilang diri, mau membuang diri, mau meniadakan semua penderitaan terhadap diri, dia justru bukan menjadi sukacita, dia justru menjadi ruwet, dia menjadi dukacita, dia masuk ke dalam berbagai-bagai masalah. Makin ngamuk, makin masalah. Saudara, kalau Saudara dapat masalah, penderitaan terus anda marah, waktu marah, penderitaan selesai? Atau tambah menderita? Penderitaannya ya nggak selesai, marahmu nambah penderitaan. Bukan kamu menderita, orang sekitarmu ikut menderita, yang lain nggak perlu menderita jadi menderita, lalu semua orang menderita bikin kamu lebih menderita. Lalu Tuhan membuat reaksi orang juga marah sama kamu, membuat semua tambah menderita. Nah, ini namanya putaran penderitaan, masalah sepanjang hari itu. Maka, Alkitab pertama mengajar kita pertama-tama rubah setting, cara lihat. Count it all joy when you fall itu diverce temptation, anggaplah sebagai suatu sukacita ketika engkau jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Saudara, lalu pertanyaannya adalah, apakah kalimat ini adalah kalimat insane? Kalimat gendeng yang sekedar cuma menjadi seperti utopia, “Oiya ya, pokoknya siap, gua menderita, gila doktrin ini.” Alkitab tidak mengajar kita menjadi irasional, yang menjadi orang gila untuk mengatasi masalah kita menjadi seperti orang lagi main ekstasi begitu Saudara, menjadi orang yang in trance dengan segala sesuatu, bukan. Alkitab kita bukan mengajar itu.
Dengan kata lain, Alkitab mau membawa ktia pada the true reasoning. Ketika anda bisa melihat isu penderitaan dengan tepat, maka caramu melihat penderitaan dengan tepat itu, membuat bukan cuma kamu sukacita tetapi sukacitamu itu akan memutar kehidupan kamu naik. Kenapa? Karena penderitaan itu bukan sesuatu yang perlu dimusuhi, penderitaan itu adalah sesuatu yang harus kita lewati, penderitaan itu adalah sesuatu yang Tuhan perkenankan kita dapat, kenapa? Kita butuh itu. Why? Kenapa kok gua mesti bersukacita kalau gua mengalami penderitaan? Jawaban Alkitab adalah you need it, kamu butuh. Bayangkan kalau seorang anak sekolah, nggak pernah dapat ujian, bagus nggak? Saya ngomong gak main-main loh, hari ini visi itu banyak, “Kok anak dibikin susah, musti kasih ujian, nggak perlu ujian.” Jadi beres nggak? Wah Saudara, dunia pendidikan bisa ngamuk. Maka ada orang mengatakan, “Repot-repot bikin ujian, bikin banyak duit bocor,” jadi bbagaimana? “SD dibuang aja, jadi nanti ujian tinggal SMP aja,” pernah dengar ya? “Kelas 1 sampai kelas 9, baru ujian, jadi kan hilang satu kan? Dua kali “bikin anak pusing,” ujian sekali aja waktu SMP aja.” Wah semua sekolah ngamuk semua, semua guru ngamuk, bisa mati anak gua kalau ujian langsung SMP, terus skalian lagi dari pada sekali SMP baru ujian, kenapa gak SMA aja? Lebih enak, sampai SMA nggak usah ujian, sekali ujian, nanti kalau SMA baru ujian, gitu ya, hilangkan semua ujian, okee? Setuju? Kalau sudah setuju tanggung kenapa musti SMA ujian? Tunggu aja, lewati dulu sampai sarjana, nanti waktu sarjana baru ujian. Kira-kira kalau kayak begini Anda setuju nggak? Lebih pinter atau lebih goblok itu? Saudara, kita sepintas lalu pikir ujian itu menyusahkan, nggak ada yang bilang ujian itu gampang Saudara, nggak ada. Tapi kalau ujian itu tidak kita lewati, actually kita nggak pernah tahu, sebenarnya kita siapa? Kenapa? Because it is needed, we need that suffer, kita perlu penderitaan. Kita perlu dilatih dengan penderitaan karena penderitaan adalah sebuah kebutuhan.
Nah saya pakai ilustrasi ini aja, anak kecil pulang, kelas 1 SD nangis, “Mama, mama nggak mau sekolah.” Mama tanya, “Kenapa?” “Nggak mau sekolah, nggak mau sekolah, susah sekolah itu.” Mamanya binggung ada apa. “Tadi ulangan di sekolah, 3×5, tangannya nggak cukup, kakinya ketutup.” Terus maminya bilang, “Aduh kelewatan ya, sekolahmu itu loh bikin kamu jadi susah kayak gini, memang guru loe itu goblok, masa anak saya dibikin susah, ya udah besok nggak usah sekolah!” Setuju ya? Betul nggak? Hah, nggak? Mosok? Kan namanya orang tua sayang anak, nggak mau anak dikasih menderita, gitu kan? Saudara, saya rasa kalau ibu yang genah, yang masih waras, dia akan bilang; “lu 3×5 nggak bisa, nggak usah makan siang,” gitu, “selesaikan dulu! 3×5 kudu bisa,” betul ya? “[suara tangis] Besok sekolah lagi?” “Sekolah!” “Penderitaan [suara tangis].” 5 tahun kemudian adiknya pulang nangis, “Mama nggak mau sekolah, tadi di sekolah nggak bisa, 3×5, tangannya nggak cukup, kakinya ketutup.” Kakaknya langsung dari kamar buka pintu, “15 goblok!” Pakai ‘goblok’ sekarang. Wih terus tambah lagi kalimat-kalimat, “15 tahu, kecil, gitu aja nggak bisa.” Dia lupa 5 tahun yang lalu dia juga nangis. Saudara, nangkep Saudara? Kalau 3×5 dia nggak pernah selesaikan, dia nggak akan sampai di kelas? Sampai kelas 6 nggak? Seorang anak perlu selesaikan 3×5, perlu nangis untuk selesaikan 3×5, dia perlu belajar untuk 3×5, supaya apa? Supaya dia bisa belajar 3 pangkat 5. Kalau dia nggak pernah selesaikan 3×5 , bohong dia bisa selesaikan 3 pangkat 5. Kalau dia nggak bisa lulus SD kelas 1 jangan harap dia selesaikan SD kelas 2, kelas 2 lebih susah atau lebih gampang dari SD kelas 1? Pasti lebih susah. Kelas 3 lebih susah lagi nggak dari kelas 1? Pasti lebih susah. Kelas 4 lebih susah nggak? Jadi kalau gitu, kita sekolah lebih susah atau lebih gampang? Berarti selama hidup kita sekolah adalah sekolah penderitaan. Jadi, Saudara kalau mengerti ini, saudara mengerti bagaimana kita hidup. Orang yang nggak mau melewati semua penderitaan tadi, dia bukan menjadi beres. Tuhan memperkenankan kita melewati penderitaan supaya apa? Supaya ujian kita beres, supaya kita bisa naik kelas, supaya kita menunjukkan kualitas kita.
Suffering is needed. Maka, Sokrates mengatakan unexemined life unworthed living, hidup yang nggak pernah diuji, hidup yang nggak pernah mengalami kesulitan, nggak usah diceritain, malu diceritain. Orang kalau cuma cerita, ‘Hidupku tu lancar,’ nggak usah cerita lebih lanjut, kenal sama loe aja udah nggak layak gua, kenapa? Nggak punya mutu. Orang yang punya mutu adalah orang yang sudah melewati semua kesulitan. Saya bersyukur, saya bangga sekali dengan ayah saya, ayah saya memang bukan Kristen awalnya, tapi dia justru yang awalnya buat kami semua jadi Kristen. Tapi banyak pikiran dia sangat tajam, jadi dipengaruhi sangat banyak dengan positive thinking dari Norman Vincent Peale dan segalanya, setelah belajar baru saya mengerti, tapi ada beberapa prinsip dia yang saya rasa sangat baik. Dari kecil dia latih kami semua anak tiga, bertiga Saudara, dilatih sama dia, prinsip yang dia berikan, “Ingat ya, kesulitan, penderitaan bukan buat kita misikin, semua kesulitan, penderitaan buat dilewati.” Ini prinsip. Jangan tangisi penderitaan, penderitaan kamu tangisi nggak pernah selesai, penderitaan ada bukan buat ditangisi tetapi buat dilewati. Lewati semua penderitaan, lewati semua kesulitan, sampai ngggak ada kesulitan lagi muncul di depanmu, itu baru sukses. Pikir: semua kesulitan, lewat; semua kesulitan, lewat; semua kesulitan, lewat; sampai “mana lagi kesulitan? Nggak berani lagi nongol di depan kita,” berarti kita survive semuanya. Itulah kesuksesan kedua, itulah kekuatan kita, kenapa? Isunya sama kayak si anak SD tadi, semua kesulitan yang kita lewati, semua jadi? Semua jadi? Gampang. Apa yang kau sebut sulit, karena belum lewati, itu poinnya. Tuhan mau kita bukan turun kelas, Tuhan mau kita tambah lama, tambah naik kelas. Dunia kita tambah lama tambah turun kelas, maka dunia kita tambah lama tambah bodoh, tambah goblok, tambah rusak karena dari titik pertama, starting point, lihat realita sudah salah, begitu berhadapan dengan hal yang seharusnya bisa membangun dia, dia bukan dibangun, dia melawan, jadinya tambah rusak dia. Kalau anak dikasih ujian, nggak mau ujian, dia nggak pernah lulus ujian, dia bukan menjadi sukses, dia keluar kemana-mana “enak gua, gua nggak perlu ujian-ujian-an, sekarang gua nggak ujian,” kenapa? “Ya gua keluar dari sekolahan, gua nggak mau ujian. Pintar dong gua.” Semua orang bilang, “Hah, pintar? Kayaknya nggak deh.” Jangan pikir kalau loe lepas dari ujian, terus loe bilang loe pintar? Oh sorry aja, nggak tentu. Nanti selamanya ya loe SD, gua lewat, gua lewat terus sampai SMA. Saudara, ketika seseorang mencoba menghindar, melarikan diri dari kesulitan, dia pikir dia pintar, Tuhan di atas bilang, “Sedih, dibodohi setan kok mau, kau nggak pernah naik kelas.” Tuhan mengatakan kepada engkau, kebahagiaan kehidupan adalah ketika engkau berhasil keluar melewati bayang-bayang kekelaman atau bayang-bayang maut, itu adalah isu disepanjang Alkitab. Kau sudah perhatikan di seluruh-seluruh Alkitab, seorang yang mau dipakai Tuhan, dia akan dilatih oleh Tuhan dengan keras untuk dia menunjukan kualitasnya.
Kedua, kenapa penderitaan itu begitu diperlukan? Karena penderitaan adalah sebuah ujian untuk memurnikan hidup kita. Alkitab memberikan kita suatu ilustrasi, dikatakan hidup itu macam-macam, ada hidup yang kualitasnya jerami, rumput kering, kayu, adalagi hidup yang kualitas emas, bagaimana caranya melihat? Jawabannya diuji dengan api, bakar dia. Saudara, ini adalah isu dimana kita sanctified our life, melalui penderitaan, melalui semua ujian, hidup kita dimurnikan, di situ ujian, loe kebakar atau kagak? Semua yang hidupnya murni di bakar tambah jadi, semua yang hidupnya palsu dibakar tambah end. Maka Alkitab mengatakan, sebelum terjadi ujian yang keras, nggak usah ngomong apa-apa tentang mutu. “Beriman,” waduh, loe udah lewat penderitaan belum? Loe sudah lewat pencobaan belum? Loe nggak lewat penderitaan, loe nggak lewat pencobaan, forget it about faith. Loe ngomong beriman-beriman, selama bersukacita, selama dapat berkat, selama dilimpahi apa, apa pun kau mau dikasih, itu bukan tanda kamu beriman, itu tanda kamu tidak ada iman. Semua tokoh Alkitab yang beriman, minta apa dikasih atau ada hal-hal apa yang paling susah, justru nggak di kasih? Paulus berkata, “Aku meminta kepada Tuhan, minta supaya tantangan ini atau semua cobaan ini disingkirkan. Allah mengatakan anugerah-Ku cukup bagimu.”
Saudara-saudara, Tuhan memperkenankan Paulus harus lewati ujian, Tuhan memperkenankan Musa harus lewati ujian, Tuhan memperkenankan semua anak-anak-Nya lewati ujian, kenapa? Untuk memurnikan kita. Ketika seseorang sudah dibakar api, kelihatan aslinya. Dan inilah perbedaan orang Kristen yang hari ini dicoba, ditipu, ditutup, dibongkar supaya dia tidak pernah lagi lihat, itu cara iblis yang paling ngeri, yaitu memakai gereja untuk memelintir kebenaran, sehingga akhirnya salah konsep. Saudara kalau kembali kepada sejarah, perhatikan, 300 tahun pertama orang Kristen hidup, enak atau dianiaya? Dianiaya. Bukan setahun dua tahun, 300 tahun, sepuluh Kaisar Roma kejamnya luar biasa, super kejam. Orang Kristen itu kalau ketangkap di gergaji Saudara, hidup-hidup digergaji. Orang Kristen kalau ketangkap, satu keluarga dimasukin ditengah-tengah arena lalu siapin macan lapar. Saudara bisa bayangkan, kalau engkau sekeluarga, terus macan laper lepas, yang diuber pertama itu siapa? Bapaknya, mamanya, atau anaknya? Anaknya. Terus papi-maminya liatin anak di-edhel-edhel singa, digigit, teriak, “Mama!! Ahh!” Mamanya nggak bisa ngapa-ngapain, papinya nggak bisa apa-apa, gimana perasaannya, bisa bayangin? Tolong tanya, waktu mereka diperlakukan seperti itu, ditanya, “Kau masih percaya? Beriman?” “Iya!” Lepasin singa, “Kalau engkau menyangkal, lepas saat ini juga.” Hayo mau tetap beriman atau menyangkal iman? Tetap beriman atau menyangkal iman? Hari ini kalau terjadi, saya hampir tanda tanya berapa yang bertahan? Katanya yang suka bersaksi di gereja, “Saya tuh cinta Tuhan, Tuhan memberkati,” kalau Tuhan izinkan kayak gitu, pengen tahu saya, nanti lihat apa yang terjadi, betul dia beriman? Seperti Polycarpus sebelum dibakar, ditanya, “Kau sangkali Tuhanmu, kami lepaskan!” Polycarpus bilang, “Aku ikut Tuhan 78 tahun, belum pernah Dia mengecewakan aku. Apakah sekarang aku akan berani mengutuki Dia? Tidak! Bakarlah! Aku tetap beriman kepada Dia.” That is faith! Itu yang namanya iman. Waktu seperti itu, seperti terjadi penganiayaan, tolong tanya: kemudian apinya mati atau nggak? Hallo? Nggak! Kalau hari itu apinya mati, hari ini nggak ada orang Kristen. Waktu orang Kristen dianiaya, dimakankan singa di tengah area, singanya tetap makan, orang Kristennya tetap mati nggak? Tetap! Kalau hari itu, singanya dibungkam kaya Daniel, Kekristenan mati. Saudara tahu? Kalau hari ini, “Kalau engkau ikut Tuhan kau nggak akan mengalami penderitaan” – itu ajaran paling sesat di alam semesta. Itu ajaran liar yang membalik seluruh cerita firman. Maka orang yang dapat kaya gini, begitu sekali kena penderitaan, lewat dia, imannya copot, luntur sama sekali. Kenapa? Karena imannya bukan iman asli. Bagaimana iman asli? Jawabannya satu: diuji sama api. Baru kelihatan lu asli atau bukan?
Nggak usah ngomong cerita banyak tentang iman. Prove it! Buktikan iman melalui penderitaan yang Tuhan perkenankan. Maka ketika saya harus melewati penderitaan, Paulus bisa bersukacita. Orang pikir Paulus ketika di Filipi, ditaruh ke tempat paling hina, dibelenggu abis-abisan, taruh di dungeon yang begitu ngeri, bisa nyanyi di dalam. Ya orang pikir, ekstasi kali ya? Saking stressnya terus gendeng, terus nyanyi-nyanyi dia di penjara? Bukan, Saudara! Paulus bukan stress, Paulus tahu, penderitaan itulah yang memberikan kepada dia kemenangan iman dan membuktikan akhirnya dia betul-betul melihat. Waktu dia dipenjara, dianiaya sedemikian, digebukin, baru pertama kali masuk ke Makedonia, Tuhan di dalam mimpi, panggil-panggil Makedonia, ‘Sini… sini… kami butuh kamu.’ Begitu masuk Makedonia, langsung masuk penjara, langsung digebukin. Tapi Saudara, hari itu, hampir seluruh orang di dalam penjara bertobat gara-gara Paulus. Kepala penjaranya hampir bunuh diri pikir penjahat paling gilanya lari. Nggak, begitu Paulus tidak lari, mereka seluruh keluarga, kepala penjara plus seluruh anggota keluarganya bertobat semua. Bertobat karena Paulus dapat berkat atau bertobat karena Paulus dianiaya? Itu cara Tuhan. Seluruh cara pikir itu perlu bongkar total. Kalau Anda masih mengikuti mindset-nya dunia, Anda nggak pernah ngerti apa sebetulnya yang sedang Tuhan kerjakan.
Yang ketiga, yang paling penting juga adalah, melalui penderitaan, Anda mengerti the true reality of this world. Salah satu kepandaian setan adalah mengatakan: dunia ini baik, manusia ini baik. Saudara, cara menyangkal dengan tabula rasa, manusia itu seperti tablet putih, seperti kertas putih, memberikan ide kepada manusia bahwa manusia itu hidup di dalam kondisi yang baik. Alkitab mengatakan: Tidak, manusia dari lahir, dilahirkan dengan dosa. Maka manusia, selalu hidup cenderung jadi..? Kenapa perlu pengajaran? Karena manusia kurang ajar. Kenapa manusia perlu iman, perlu agama? Karena manusia rusak. Untuk jadi rusak, nggak perlu agama, rusak sendiri. Tapi untuk mendidik seseorang bisa hidup baik? Susah aujubilah. Untuk menjadikan anak kurang ajar, nggak usah diapa-apain, jadi sendiri. Tapi untuk menjadi seorang anak yang bermoral, beriman, punya kekuatan integritas, perlu dididik kerasnya luar biasa. Berarti, manusia sudah punya negative balance, kenapa? Bukan manusia. Seluruh alam semesta. Saudara, kalau kita hari ini bisa duduk di sini manis-manis, kita pikir itu wajar. Kenapa? Ya baik-baik begini. Saudara perhatikan, Anda bisa hari ini tidak sakit, itu ajaib luar biasa. Setiap saat ini, sekarang ini, di lingkungan ini, jutaan bakteri bertebaran dan engkau sedang menghirupnya. Kalau kau nggak sakit, itu ajaib. Kenapa? Dunia kita super kotor. Makananmu banyak sekali mengandung racun. Orang luar negri datang ke sini, langsung masuk UGD. Jadi Saudara kalau hari ini makan masih bisa sehat, jangan pikir semua beres, semua baik, nggak! Itu anugerah! Kalau satu hari engkau kena sakit, saya bilang, itu wajar. Namanya juga dunia kotor, bakteri segudang, hidup nggak karu-karuan, ya wajar kalau sakit. Justru kalau nggak sakit itu, anugerah terlalu besar.
Saudara, dunia ini, manusia itu baik apa jahat? Jahat! Manusia cenderung melanggar hukum, manusia cenderung melanggar moral. Sampai satu orang waktu saya Injili, jawabannya begitu ngenes, ‘Ngapain jadi Kristen? Nggak enak jadi Kristen.’ Wih baru tahu saya ada jawaban begini: nggak enak jadi Kristen! Saya bilang, ‘Kenapa pak, nggak enak pak?’ ‘Ya iya jadi Kristen, bohong dikit aja nggak boleh.’ Huh? Kaget saya. ‘Maksud bapak?’ ‘Iya, jadi orang Kristen lho katanya, semua musti jujur, bohong sedikit dosa, apa dikit dosa.’ Lho dia kok paham? ‘Jadi menurut bapak, kalau bohong itu boleh, jadi enak bapak?’ ‘Ya iyalah! Bohong nggak boleh, bikin hidup susah!’ Saudara, hebat ya? Mitosnya dunia itu pinter sekali. Saya bilang, ‘Nggak salah, pak? Mikir ulang dong, pak! Kalau Bapak masih bisa mikir, kecuali bapak selama ini nggak bisa mikir. Kalau bapak bisa mikir, mikir dulu. Kalau hari ini saya bohong sama bapak, saya nggak pernah taatin negara.’ Saya bilang sama bapak, ‘Saya pernah ke Amerika,’ bohong. Eh ternyata bapak pernah ke Amerika, mati lu. Terus saya bilang, ‘Lho bapak ke Amerikanya di mana?’ Mati lu. Nah bohong nggak pernah ke Amerika, bilang Amerikanya di mana? Bohong lagi, pikir-pikir… ‘Saya tahu Los Angeles.’ Lho, mati lu ternyata dia pernah tinggal di Los Angeles. Lalu dia tanya, ‘Lho, pernah ke Los Angeles, pak? Tinggal di mana?’ Mati lu. Wah saya musti cepet-cepet kabur sama dia, nanti kalau keterusan ketahuan saya bohongnya. Begitu Saudara? Saya bohong lagi sama orang tua, ‘Oh saya tuh sekolah kedokteran.’ Ternyata nggak pernah sekolah kedokteran, cuma supaya kelihatan keren. Maka kemudian, ‘Lho sekolah kedokteran? Di mana Pak?’ Lho… mati lu! ‘Di UI.’ Wah ternyata, ‘Lho, kakak saya dokter professor di UI. Bapak angkatan tahun berapa?’ Waduh nggak pernah kuliah bisa bohong. Wah mati, musti cepet-cepet kabur, nanti ketahuan lagi. Saudara bayangin, Saudara baru bohong sama dua [orang] sudah bingung. Terus selama-lamanya Saudara musti pelajari: Los Angeles itu kaya apa – kenapa? Satu hari kalau ketemu dia lagi ditanya, nggak bisa jawab mati. Diam-diam mempelajari Los Angeles, nggak pernah ke Los Angeles, cari. Teko ditanyain, ‘Lu tinggal di daerah mana, di situ ada apa?’ mati lu nggak tahu. Wah musti bolak-balik cari, pelajari setengah mati. Nggak tentu ketemu lagi padahal. Bingung kalau ketemu juga nggak tahu, kalau nggak ketemu juga bingung. Terus diam-diam otak dipenuhi sama urusan Los Angeles yang nggak penting. Terus udah gitu, musti cari di UI di mana, kuliahnya di mana, gedungnya kaya apa. Nanti kalau ditanyain bingung. Terus nanya, ‘Lu biasa makan siang di mana?’ Mati lu! ‘Kantinnya kayak apa? Mati lu. Itu berbohong terus. Kalau bohongnya sama 10 orang? Mati lu. Ntar ketemu sama satu orang lupa, gua bohong apa ya? Kelihatan benar bohongnya. Ngapain otak kita dipenuhi dengan kegoblokan-kegoblokan kaya gitu? Yang paling enak kan hidup jujur. Apa adanya ngomong. Nggak pernah ya nggak pernah. Nanti udah kelar, dilupain aja. Nanti ketemu, tanya lagi: ‘Kemarin ngomong sampai mana? ‘Lho kemarin kan kita ngomong sampai sini.’ ‘Iya bener, lupa. Sorry aja.’ Itu nggak termasuk memori yang perlu diingat. Gitu ya? Saudara, saya perlu tahu lebih banyak, otak tuh terbatas, alias sangat goblok, jadi kalau sangat goblok, ini cuma memori kecil, ya dipake buat yang lebih penting lah, gitu ya? Kalau Pak Tong mengatakan, “Otak kita jangan diisi barang-barang yang sebentar lagi dibuang, ganti-ganti. Lebih baik otak kita yang cuma kecil ini diisi hal yang kekal, yang setiap saat perlu kita perlukan, setiap saat menjadi kekuatan buat kita.” Nah itu baru otak yang beres dipake. Begitu kan? Semua yang tidak terlalu penting, dibuang saja. Otak bukan otak yang super, bisa menangkap semua hal, nggak mungkin.
Dan Saudara, ketika Anda bisa mengerti realita seperti ini, ketika engkau melihat sakit, ketika engkau melihat kecelakaan, ketika engkau melihat kejahatan, lihat orang di-maling-in, lihat ada orang kejahatan tertentu, ada orang mati bahkan, Saudara tidak akan menjadi aneh, kenapa? Engkau tahu, bahwa, that is the true reality. Alam ini sudah dikutuk sama Tuhan. Hidup juga sudah terkutuk. Kita sudah orang-orang yang jatuh ke dalam dosa. Nah, efeknya apa? Kalau Anda salah melihat penderitaan, waktu Anda ngalami enak, Anda nggak bisa bersyukur. Waktu Anda ngalamin nggak enak, Anda ngamuk-ngamuk. Ketika Anda mengerti pengertian realita penderitaan, waktu terjadi hal yang enak, engkau bisa bersyukur, engkau bisa tahu bahwa itu anugrah Tuhan limpah kepada kita. Kita tuh bisa hidup kaya begini, bukan karena kita bisa kaya gini. Ini karena Tuhan kasih kekuatan sama kita. Tuhan masih kasih pemeliharaan sama kita. Tuhan masih kasih pertolongan sama kita sehingga kita bisa hidup seperti ini. Tetapi ketika engkau mengalami penderitaan, engkau tahu dunia ini memang seperti ini. Dunia kita memang dunia yang tambah lama tambah rusak. Alkitab kita mengatakan, dunia kita ke belakang, tambah baik atau tambah rusak? Tambah rusak. Generasi engkong saya, jauh lebih nyaman daripada generasi ayah saya. Generasi ayah saya lebih nggak nyaman dari engkong saya tapi lebih nyaman dari saya. Generasi saya jauh lebih nggak nyaman dari generasi papa saya, tapi papa saya, yang generasinya lebih nyaman, itu tetap buat dia tetap kurang nyaman, tapi buat saya, saya jauh lebih nggak nyaman. Anak saya, lebih nyaman atau lebih nggak nyaman? Lebih nggak nyaman. Cucu saya? Ya engkau bisa terusin saja.
Jadi Saudara, kalau mengerti the true reality, Alkitab mengatakan: dunia ini menuju akhir akan menjadi masa yang sukar. Manusia perlu dengan penderitaan. Jadi kalau And acara pandang sudah tepat, Anda nggak overreact, Anda nggak bereaksi secara aneh terhadap realita. Anda bisa bersiap hati, bahkan, mengantisipasi apa yang sedang terjadi di depan. Anda tidak terbius dengan gambaran-gambaran bohong yang sedang ditiupkan oleh masyarakat. Silahkan lu ngomong apa! Gua belajar melihat realita dengan tepat. Ini dunia mau lari ke mana? Situasi kita ke depan bakal apa? Saudara, kalau Saudara sudah setting-nya salah, engkau melihat sesuatu sudah nggak bisa tepat. Kenapa? Karena itu interpretasi Anda, tergantung kacamatamu pakai apa. Alkitab tidak mengajar kita untuk menjadi unrealistic. Tuhan mengajar kita supaya kita realistic. Tetapi kita tahu dunia kita tambah rusak, bukan berarti kita ikut-ikut rusak. Justru di situ kekuatan kita, jalan di depan daripada semua apa yang bikin kita alami.
Ya saya kemarin cerita, orang seringkali pikir kemajuan-kemajuan, tapi seringkali kemajuan mau menyenangkan sebagian orang, mematikan sebagian besar orang. Saudara tahu kan kemarin kasus 7-11 bangkrut? Ini satu-satu nanti. Semua retail hancur. Kenapa? Nggak siap terhadap perubahan zaman yang begitu cepat. Mulai dari perubahan taxi online dengan taxi biasa, itu sesuatu yang membikin heboh. Bukan itu. Yang pertama mati kantor pos. Dulu setiap kali kita tulis surat, kirim kartu pos, wah setiap kali Natal, Lebaran, panen kantor pos. Sekarang kantor pos ngapain? Boro-boro, siapa sih masih kirim surat? Kita sudah pakai email semua bukan? Natalan: siapa kirim kartu? Blass. Merry Christmas, Happy New Year –2000 lewat. Begitu ya? Nggak pakai duit. Terus kantor pos ngapain? Saudara, kemarin kita happy, jalan tol Jakarta-Jogja akan segera jadi, nanti saya dari Jakarta ke Jogja 4 jam sampai. Saudara senang? Saudara senang. Yang nangis segudang. Kemarin laporan, itu semua kota: Cikampek, Kerawang, Cirebon, Brebes, Pemalang, Tegal – semua mati, nggak ada lagi yang lewat. Dulu semua lewat situ, makan. Oh kelihatan ada buah, beli. Lihat batik, beli. Oh sate kambing, beli. Tiap jalan, samping jalan berhenti sana sini, sana sini, hidup semua. Seluruh perjalanan, semua hidup. Sekarang lari di tol 140… weng… apa yang dilihat? Mati semua. Kemarin mereka nangis sekali, penjualan mereka nggak sampai 20%, habis. Lebaran kemarin mereka nggak hidup, sisa stok mereka gantung 80-90% nggak laku. Saya bilang, ‘Kenapa kok nggak ada pemkot yang bijak melihat jalan tol sudah jadi, langsung bilang: semua pengusaha stop, bisnismu berhentiin, stop, tahan, jangan produksi banyak-banyak, mungkin lu nggak laku. Berubah, pindah ke rest area atau ke mana.’ Atau kalau ke rest area semua ke situ ya nggak bisa juga, dan nggak semua mobil berhenti di rest area, bukan? Dan kalau kita kecepatan seperti itu, mau lihat apa di rest area? Begitu kan? Saudara, kecuali mampir, yang mampir berapa? Apalagi yang lewat tol, nggak mikir, pokoknya mikir: cepat sampe, cepat sampe, cepat sampe. Gitu kan? Nggak lewat. Nggak belanja apa-apa, cepat selesai. Saudara bisa bayangkan, berapa ruginya mereka? Bagaimana mereka merayakan lebaran? Mereka nggak dapat penghasilan. Tadinya mereka kaya raya, tiba-tiba dalam sekejap, mati semua.
Saudara, kalau orang sudah terbiasa dihimbau dengan segala kenikmatan, matanya sudah nggak awas lagi, mati dia. Dunia ini bukan dunia kita bisa manteng, nggak. Dunia ini dunia siap mengancam kita dengan segala penderitaan dan kesulitan. Bukan buat kita tangisi, tapi kekuatan kita mengantisipasi ke depan. Kekuatan kita bertahan di dalam kesulitan yang seperti itu. Nah itu orang survived. Saudara, belajar melihat realita dengan baik. Kalau kita mengerti tiga aspek ini: tahu konsep ujian, tahu bagaimana kita maju kualitas kita, bagaimana menguji mutu kita, tahu bagaimana kita mengerti melihat dunia kita dan mengantisipasi. Saya mengatakan, jangan lu, cuma karena pak Tong bilang, menjawab tantangan zaman. Langsung pak Tong bilang, “Nggak! Menjawab tantangan zaman. Zaman nantangin terus, lu kerjaan nya jawabin terus. Ya lu ada di belakangnya dia terus, sampai kapan? Mati lu! Nggak bisa! Kita memimpin zaman! Melihat zaman, kita ada di depan, dia gua langkah.” Nah itu baru bener. Kita kalau cuma nungguin, mantengin zaman, ya kita cuma adanya ruwet nge–jawab–in. Zaman yang bikin masalah, kita yang suruh jawab–in. Terima kasih, nggak! Lu aja urusan itu. Gua mau ada di depannya zaman. Kenapa? Karena apa? Karena Tuhan buka realita buat kita.
Orang yang meninggalkan Tuhan, orang yang meninggalkan Firman, jangan pikir dia lebih bijaksana. Nggak mungkin. Orang yang meninggalkan Tuhan, orang yang meninggalkan Firman, nggak mungkin. Maka hari ini saya ajak kita baca, kenapa kita butuh surat Yakobus? Surat Yakobus yang katanya ini surat sampah, ini katanya nggak teologis, ini very practical. Kok baru ngerti, practical itu apa? Yakobus bukan ngawur bicara practical. Hidup kita adalah hidup praktis, cuma hidup praktis itu perlu ditata dengan prinsip yang benar. Satu per satu diberesin, nanti seluruh praktika kita jadi jalan lancar, jadi jalan baik. Caranya adalah mata kita yang berubah, cara pandang kita yang berubah, prinsip otak kita yang berubah, baru seluruh citra praktis kita beres. Bukan setiap kali masalah nanya: diapain ya? Setiap kali ada masalah: diapain ya? Mari kita belajar tekun, kembali kepada Alkitab. Mari kita berdoa.
Berkati ya Tuhan apa yang kami pelajari hari ini. Biarlah hari ini kami sekali lagi melihat bagaimana Tuhan sudah menyediakan satu kebenaran yang begitu dahsyat untuk kami boleh hidup di tengah dunia, bukan berdasarkan dunia tetapi berdasarkan apa yang Tuhan ingin kami mengerti dan kami hidupi. Bagaimana kami melihat apa yang sedang terjadi dan Tuhan perkenankan lewat di depan kami supaya kami betul-betul boleh mempunyai kekuatan menyatakan iman untuk kami boleh mendemonstrasikan ketekunan dan kami boleh mempermuliakan Tuhan melalui satu kehidupan yang suci, yang tidak kotor dan tidak rusak. Kami sekali lagi berdoa, Tuhan pimpin setiap jemaat. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]