Jangan Lupa Berbuat Baik (1), 31 Juli 2016

Ibr 13:15-16


Minggu kita telah membicarakan tentang suatu korban yang dipersembahkan orang Kristen kepada Tuhan yaitu korban syukur, terima kasih, ucapan syukur kepada Tuhan, merupakan suatu korban yang kita berikan sebagai buah dari bibir orang yang beriman kepada Tuhan. Mereka yang menyebut Yesus sebagai Tuhan pada zaman itu adalah orang yang bersedia mati. “Saudara-saudara serulah nama Tuhan, serulah nama Tuhan maka engkau akan diselamatkan,” ini dikatakan oleh Paulus di dalam Roma 10:9, “barang siapa yang menyeru Tuhan, Tuhan, maka dia akan diselamatkan.” Tetapi di bawah kerajaan Romawi, di dalam zaman penganiayaan, siapakah yang mau menyebut Yesus Tuhan? Saudara-saudara, jikalau engkau menyebut Yesus Tuhan engkau diselamatkan, engkau bilang saya mau, tetapi kerajaan Romawi mengatakan barangsiapa menyebut Yesus Tuhan dipenggal kepala, engkau masih mau tidak? Maka kita mengerti Kitab Suci dan konteks keadaan latar belakang yang begitu membahayakan, begitu menakutkan, sehingga orang yang mengatakan Tuhan adalah orang yang bersedia mati, orang yang mau mati syahid karena iman, karena kepercayaan, karena keyakinan memang betul Yesus Tuhan. Saudara-saudara tidak main-main kerajaan Romawi adalah kerajaan yang paling kuat sepanjang sejarah sampai hari itu, tentara Romawi adalah tentara yang paling bengis sepanjang sejarah sampai saat itu, dan konstitusi-konstitusi dan hukum-hukuman yang diberikan kepada manusia adalah hukuman yang paling kejam di dalam sejarah sepanjang hari itu. Bahkan sampai sekarang yang melawan dipenggal kalau dia penduduknya adalah penduduk Romawi, kalau dia orang kafir dipaku di atas kayu salib, digantung, pelan-pelan mengalirkan darahnya sampai tiga, sampai lima hari, bahkan pernah tercatat tujuh hari belum mati. Saudara-saudara, engkau masih mengatakan Yesus Tuhan, engkau masih menyebut Dia “Oh Tuhan”?

Saudara-saudara, sekarang penginjilan-penginjilan yang sangat sangat dangkal selalu mengatakan:“panggil Yesus Tuhan, engkau diselamatkan, panggil Yesus Tuhan engkau diselamatkan,” tetapi Saudara-saudara, banyak orang memanggil Yesus Tuhan hanya untuk mau mendapatkan faedah, mendapatkan keuntungan, mendapatkan kesembuhan, mendapatkan profit, mendapatkan kekayaan, kemakmuran dan kejayaan dari Tuhan sedangkan Alkitab pada saat itu barangsiapa yang menyebut Yesus Tuhan berarti mereka harus mengalami bahaya, bersaksi bagi Kristus sebagai seorang yang beriman sungguh-sungguh kepada kebenaran yang diberikan oleh Tuhan. Saudara-saudara sekalian, dan Yesus berkata, “Jangan kira semua orang yang memanggil Aku Tuhan Tuhan pasti diselamatkan,” pasti diselamatkan?Tidak, karena ada orang pada hari itu, yaitu hari Tuhan kembali ke dunia, mereka berkata, “Bukankah demi namaMu kami sudah bernubuat, bukankah demi namaMu kami sudah melakukan mujizat?” Maka Tuhan berkata, “Enyahlah engkau dari padaKu, dari pertama-tama sampai sekarang belum pernah Aku mengenal engkau yang melakukan perbuatan jahat.” Saudara-saudara, dengan demikian yang disebut ‘menyebut nama Tuhan,’‘menyeru nama Tuhan,’ itu mungkin bermotivasi berdasarkan seseorang yang perbuatannya jahat sekali. Saudara-saudara bahkan memakai nama Tuhan melakukan mujizat, mengusir setan, melayani Tuhan, menjadi penipu-penipu rohani yang Tuhan berkata Aku tidak pernah kenal engkau. Tetapi ada juga ada orang yang menyatakan Tuhan dengan jiwa yang motivasinya bersih dan cinta kepada Tuhan sampai rela mati kepada Tuhan, itulah aku orangnya yang bibirnya menyebut nama Tuhan.

Pada waktu Ibrani 13 mengatakan kalimat ini, dia mengatakan syukur kepada Tuhan, itu merupakan satu korban yang keluar dari bibir orang yang berbuah sebab mereka menyebut nama Tuhan. The fruit of those who call Jesus as they Lord. Saudara-saudara inilah fruit of your lips, satu buah dari pada bibirmu yang menyebut Yesus Tuhan, bibirmu yang memuji Yesus Tuhan, juga adalah bibir yang bersyukur kepada Tuhan. Berarti kita mengaku Tuhan, kita selalu memasyurkan namaNya, kalau kita mengaku Tuhan dengan bibir ini, kita mempermalukan nama Tuhan dengan bibir ini juga maka kita adalah orang seperti apa yang dikatakan oleh Yakobus. Dari satu sumber keluar dua macam air, air yang manis dan air yang pahit sekaligus, mungkinkah itu? Tidak mungkin, tidak boleh, satu sumber mata air cuma satu macam rasa air yang keluar, biar kita menyebut Yesus Tuhan, kita mengaku Kristen, kita percaya kepada Dia, kalau demikian mulut kita bukan untuk mengutuk, bukan untuk memaki, bukan untuk ngomel, bukan bersungut-sungut tetapi untuk bersyukur kepada Tuhan. Saudara-saudara, inilah minggu lalu yang sudah kita lihat.

Nah jangan lupa ini meneruskan dari pada ayat ke-12, 13, 14, menderita bersama Kristus. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang sudah menderita dan menderita bukan karena perbuatan dosa, menderita bersama dengan Kristus, sesudah menderita tetap bersyukur kepada Tuhan. Pada waktu engkau di dalam penderitaan, apa yang kau katakan dari mulutmu itu menjadi barometer kerohanianmu. Saudara-saudara, di dalam penderitaan engkau bersunggut-sunggut berarti rohanimu tidak pernah mateng, nda pernah mahir, nda pernah akil balik. Jikalau di dalam penderitaan engkau bermarah-marah kepada Tuhan berarti engkau masih berjiwa anak-anak. Apabila kalau penderitaanmu itu berasal dari pada dosamu yang diadili, sebaliknya jikalau engkau menderita karena Kristus, menderita bukan karena dosamu sendiri sudah menderita masih bersyukur kepada Tuhan itu membuktikan rohanimu sudah menjadi dewasa. Nah ini yang diartikan. Selama berbulan-bulan ini saya coba mencari kaitan antara ayat dan ayat, saya menemukan organic relationship between the verses the chapter of 13th.

Saudara-saudara, pasal ini mempunyai satu ciri khas yang tidak ada pada pasal yang lain, seperti setiap ayat bersifat fragmentalis, seperti setiap ayat berkeping-keping, seperti tidak ada relasinya sebenarnya mempunyai relasi organis yang sangat kuat dan sangat rumit luar biasa. Bukan saja demikian di dalam ayat ini dikatakan 3 korban bukan 1, korban pertama korban syukur korban, kedua korban melakukan kebajikan, korban ketiga membantu orang lain. Nah ini tiga hal menjadi inti dari pada hidup kekristenan yang sudah mahir, thanksgiving to do good and to help other. Saudara-saudara, kepada Tuhan saya bersyukur, kepada diriku menjadi saluran berbuat baik, kepada orang lain memberikan bantuan atau memberikan sokongan kepada mereka yang perlu. Ini tiga hal kepada Tuhan, kepada diri, kepada sesama dan kepada orang miskin dan orang-orang yang sulit. Hari ini saya akan berbicara tentang persembahan yang kedua, pertama korban syukur, minggu lalu kita sudah selesai membicarakan, hari kita bicara tentang korban perbuatan baik. Jangalah lupa melalukan kebaikan.

Saudara-saudara, engkau persembahkan korban syukur kepada Allah yaitu ucapan bibir yang memuliakan namanya, terjemahan lain yaitu buah dari bibir orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan lalu janganlah kamu lupa berbuat baik. Saudara-saudara, berbuat baik adalah inti dari agama-agama, to do good is the most important essence of all religion maka tangkapnya biasanya semua agama itu baik, dan semua agama itu mengajar dan menuntut supaya orang yang mengikut agama itu berbuat baik sehingga ini adalah suatu hal yang harus kita terima sebagai konsensus agamawan. Orang-orang yang beragama mengetahui harus berbuat baik maka mereka mengatakan religion lies in walk more than lies in talk. Agama bukan terletak kepada kalimat tetapi terletak kepada kalimat tetapi terletak kepada kelakuan. Kalau engkau ngomongnya muluk-muluk, kerjanya jelek-jelek, engkau ngomongnya tinggi-tinggi perbuatannya rendah-rendah, engkau ngomongnya sangat agung dan mulia tetapi kelakuannya sangat remeh dan hina maka engkau belum pernah mengenal agamamu. Religion lies ini walk more than lies in talk. Kita harus berlaku dengan baik tetapi hari ini justru, jam ini kalau perlu, ditambah satu minggu lagi kita bicara mengenai istilah baik, hanya istilah ini, ini buah kedua yang harus kita sajikan, kita jangan lupa berbuat baik.

Nah Saudara-saudara apakah semua agama baik? Jawaban umum iya. Apakah semua agama mengajar baik? Jawaban umum iya. Apakah semua yang beragama menuntut supaya yang mengikuti agama itu harus melakukan baik? Jawaban umum iya. Jadi ini adalah 3 hal agama itu baik, agama mengajar baik, agama menuntut supaya orang yang percaya harus melakukan perbuatan baik ini adalah hal yang umum tetapi yang paling sulit dan paling dasar adalah satu inti yang belum diselesaikan yaitu apa itu baik, what is good? Agama baik tidak? Baik, agama mengajar baik? Agama menuntut kita melakukan baik? Iya, baik. Baik, harus baik? Harus, melakukan baik? Baik, apa itu baik? Apa itu baik ini tergantung, jadi di sini agama tetap merupakan sesuatu yang belum ada standar dan sasaran yang mutlak, ini kelemahannya. Saudara-saudara, kita memiliki kekekalan, kita dicipta Tuhan menurut peta dan teladan Tuhan Allah maka kita dibubuhi satu zat kekekalan sehingga setelah mati tidak selesai tetapi kekekalan semua ngaku ada, kekekalan hilang arah. Kedua kebaikan hilang standar, semua kekekalan hilang arah, kebaikkan hilang standar. Jadi apa itu baik? Yang dianggap baik oleh agama ini, dianggap tidak baik oleh agama lain, betul nggak? Yang dianggap tidak baik oleh agama yang lain dianggap sangat baik oleh agama yang ketiga sehingga semua mengajar baik tetapi semua tidak sepakat apa itu baik. Ada agama mengatakan tidak nikah lebih baik, orang kalau nikah itu tidak suci, engkau jaga keperawananmu sampai mati engkau paling suci di dunia, engkau tidak pernah nikah, tidak pernah hubungan seks engkau orang yang suci. Saudara, ada agama mengajarkan nikah itu baik kok, lebih baik nikah dari pada ngawur kan jadi nikah itu baik, menikah itu baik, lalu nikah bisa melahirkan anak, nikah bisa melestarikan akan eksistensi umat manusia, nikah membentuk keluarga yang sangat bagus meskipun kadang-kadang cekcok tetap baik, lebih baik cekcok dengan nyonya dari pada diam-diam sendiri bunuh diri. Saudara-saudara, nikah itu baik. Lalu agama lain mengatakan, nikah baik, nikah 4 juga baik. Nikah 2,3,4 tetap baik.

Jadi yang disebut baik itu apa? Agama ini lain, agama itu lain. Sama-sama mengaku agama baik, tapi sama-sama tidak setuju apakah standar baik, sehingga baik itu ada tidak? Baik ada pada subjektivitas pribadi, dan baik ada pada standar masing-masing yang tidak ada konsensus. Baik ada secara tidak universal. Saudara-saudara, keagungan daripada klasik filsafat grika yang diwakili oleh 3 orang: Sokrates, Plato, Aristotel, keagungan ketiga orang ini ialah mereka berusaha seumur hidup mau mencari yang disebut universal, yaitu konsensus yang bisa diterima oleh semua bangsa, bisa diterima oleh semua zaman, melampaui keterbatasan ruang dan tempat. Nah, saudara-saudara, jikalau ada sesuatu yang dianggap benar, benar di sini juga benar di sana, dianggap baik di Indonesia juga di India, yakni baik di India juga dianggap baik di Beijing, yang dianggap Beijing baik juga dianggap baik oleh Washington, itu namanya melampaui ruang. Nah, kalo zaman ini baik, 200 tahun kemudian tetap yang baik, itu namanya melampaui tempat, melampaui waktu. Kalo transcends time,transcends space, itu namanya universal truth.

Saudara-saudara, tetapi pernahkah ada kebenaran yang melampaui semua waktu, semua zaman, semua sejarah, semua suku, semua bangsa, semua benua, semua negara, semua daerah, tetap diakui seluruhnya yang mutlak itu universal, ada tidak? Saudara-saudara, setiap agama membenarkan diri. Yang saya anggap benar ini benar, yang kau tidak benar. Sampai abad ke-20, 21, masih ada orang yang bunuh banyak orang bisa masuk Sorga. Masih ada konsep agama seperti ini. Engkau bunuh sebanyak mungkin di dalam jihad, engkau di Sorga ribuan perawan tunggu engkau, boleh bahagia terus menerus di situ. Masih ada konsep seperti ini. Maka itu mengakibatkan pemuda-pemudi berani bom, meledakkan tubuh sendiri asal bisa bunuh jiwa yang lebih banyak. Mengorbankan diri tanpa kasih seperti gong yang berbunyi. Engkau mengorbankan diri itu bukan agung, karena pengorbanan kalau bermotivasi membunuh lebih banyak orang, itu adalah kejahatan yang luar biasa. Saudara-saudara, Paulus sudah tulis di dalam Korintus pasal 13, “jikalau aku rela mengorbankan diri untuk dibakar habis tetapi tidak ada kasihnya, itu tidak ada gunanya.” Orang-orang yang suicide bomber, mereka membunuh diri, mereka mengorbankan diri, agung, hebat? Tidak, karena mereka bermotivasi membunuh lebih banyak. Itu semangat dan keberanian berlainan dengan semangat dan kasih yang ada di dalam Alkitab.

Saudara-saudara, agama baik? Agama mempunyai motivasi baik. Agama baik? Agama mempunyai sasaran baik. Agama baik? Agama mempunyai pengajaran baik. Agama mengakibatkan semua kebaikan yang sungguh-sungguh? Tidak.Saudara-saudara, saya harus berani mengatakan, yang disebut baik harus dinilai dari Tuhan Allah sendiri melalui Firman yang diwahyukan kepada manusia. Orang Kristen mengaku hanya 66 jilid di Kitab Suci kita. Saudara-saudara, Allah itu satu-satunya yang baik. Yesus Kristus satu-satunya utusan untuk menyatakan apa itu baik di dalam hidup. Saudara-saudara, apa itu baik? Semua orang mengatakan saya mau brbuat baik. Baik, apa itu baik? No standard. No standard. No absolute standard. No universal standard. No universal truth to support your goodness in your concept. Konsep kita mengenai baik, baik, baik, baik apa? Satu kali saya di Kuala Lumpur, seorang muda dari barat, ganteng luar biasa, begitu dia lihat di sini lebih pendek lalu dia lari ke sini, terobos. Saya mengatakan kepada dia, “that’s not good,engkau tidak antre, engkau terobos begitu kasar. That’s not good.” Dia menjawab apa? “Not good for whom?” Tidak baik untuk apa? Maksud dia baik untuk dia, tapi tidak baik untuk orang lain. Saya menjawab, “not good for you,” tidak baik untuk kamu. Orang mengatakan baik, itu baik untuk saya. Asal saya dapat untung, apa saya dapat profit, asal saya dapat kemakmuran, itu baik. Itulah karena baik sudah dinodai, baik sudah dicampuri dengan egoisme, baik sudah dicampuri dengan egosentrik, satu pikiran diri, diri, diri, maka baik tidak lagi mutlak.

Saudara-saudara sekalian, apa sih baik? Kalau saya memberikan kuliah tentang summum bonum, memberikan kuliah tentang baik, mungkin kita perlu 5 jam, 10 jam menelusuri apa yang pernah dibicarakan oleh Plato, oleh Sokrates, oleh filsafat-filsafat barat dari kuno sampai klasik, sampai kepada medieval dan Kristen sampai zaman ini, sampai modern dan post-modern, itu baik, baik, baik mengalami peralihan definisi begitu banyak. Saudara-saudara sekalian, apa sih itu baik? Mari kita pikir lebih tuntas, setiap istilah, setiap kalimat, setiap ide yang pernah kita disentuh dan diransang, mari kita baik-baik memikirkan berdasarkan wahyu daripada Tuhan, sehingga kita menjadi orang yang bertanggung jawab. Saudara-saudara sekalian, orang yang dangkal tahu istilah itu dan tidak berdefinisi, tetapi hanya ambil konsep, secara umum lalu tidak memikir lagi. Inilah gereja, inilah mimbar yang terus menerus meransang anda berpikir, bertanggung jawab, membandingkan, dan harus menghadap kepada Tuhan. Man is the only being to react before God. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan secara pribadi. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berkapasitas, mungkin berespon kepada semua yang diutarakan oleh Tuhan.

Saudara-saudara, apakah agama baik? Iya. Apakah agama mengajarkan baik? Iya. Apakah agama menuntut kita menjadi baik? Iya. Tapi tanya lebih tuntas, apa itu baik? Saudara-saudara, semua harus bungkam, semua harus tutup mulut karena Roma pasal 3:10-12. Allah berkata, “Aku dari Sorga melihat ke bawah, ada tidak orang baik.” Ada tidak orang benar? Ada tidak orang menjalankan kebenaran? Jawabannya seorang pun tidak ada. Not even one man on earth is good.Nda ada baik. Saudara-saudara, mari kita tidak melihat gejala agama. Kita bukan hanya menerima mentah-mentahan, bungkusan agama. Mari kita melihat hati Tuhan, Wahyu yang turun dari Sorga berkata “Aku melihat, adakah yang baik?” Dan Tuhan menjawab dari Sorga, seorang pun tidak baik. Not even one man is good on this earth. Not even one man is doing righteousness. Nda ada satu yang melakukan kebenaran, ndak ada satu yang baik, ndak ada satu yang mengerti kebenaran. Not even one man understand the truth. Satupun tidak ada. Semua bohong, semua penipu, semua tidak jujur. Lalu engkau mengatakan, kalau begini agama untuk apa? Apa itu agama?

Pada waktu saya berkhotbah di Laussane Conference, demikian John Stott juga berkhotbah di Laussane Conference. Saya berkhotbah dengan judul Sin and Lostness, sampai hari ini masih disimpan datanya di internet Laussane Committee. Saudara boleh cari sendiri, apa yang makalah saya dalam bahasa inggris tetap disimpen terus di dalam datanya. Dan John Stott di dalam menafsirkan pasal 3 dari Roma, saya memperhatikan, muncul satu kalimat saya kaget dan saya setuju 100%. Dia mengatakan, “religion is not seeking after God, religion is the effort to try to escape from God.” Agama bukan mencari Allah, agama adalah usaha manusia melarikan diri dari Allah. Saya nda pernah bisa menemukan istilah lebih tajam daripada kalimat itu. Di dalam agama aku mencari Allah. Aku mencari Allah. Benar? Tidak. Di dalam agama, manusia mencari selamat, mencari bahagia. Dan agama daripada teologia kemakmuran dari karismatik-karismatik yang tidak bertanggung jawab mengajar orang Kristen mencari kekayaan. Agama bukan mencari Tuhan. Religion is not seeking after God, religion is human effort try to escape from God. Manusia berusaha melarikan diri dari Allah, karena apa? “Sudah ada agama kan, maka Tuhan jangan hukum saya, ya, kan saya orang beragama. Jangan buang saya ke neraka, jangan taruh saya di tempat api, saya sudah ber-allah. Saya sudah beragama. Saya setiap minggu ke kelenteng, ke masjid, ke gereja, ke kuil, ke tempat ibadah. Saya sudah ada agama, jangan lagi hukum saya,”itulah manusia.

Saudara-saudara, di sini katakan, jangan lupa berbuat baik. Saya gentar, setiap kali kalimat-kalimat perintah dari Tuhan saya baca, saya tidak bisa baca begitu saja lewat, saya harus memikirkan sampai tuntas. Saya tidak bisa khotbah hanya hafal ayat. Saya berkhotbah harus mengajak Saudara bergumul bersama dengan saya supaya kita pada satu hari bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kalau nggak, mengapa Tuhan pilih saya menjadi pendetamu? Kalau bukan demikian, apa sebabnya Tuhan atur engkau datang ke gereja ini? Saya harus bertanggung jawab. Apa yang saya mengerti dari firman Tuhan, saya ajak saya share, saya membagi-bagikan supaya kita sama-sama bertanggung jawab kepada Tuhan.

Jangan lupa berbuat baik! Apa itu baik? Dan mungkinkah manusia berbuat baik? Engkau bilang: “Tidak ada satu yang baik.” Tidak ada satu yang baik, bukan saja diwahyukan melalui Daud – di dalam Mazmur 2x, lalu di dalam Roma 3:10-12 dikutip satu kali, diulangi lagi di Perjanjian Lama, lalu keluar dari mulut Yesus Kristus yang menjawab orang muda yang ngawur tapi kelihatan paling terpelajar, learned, so learned, considered the most learned,yang paling akademis, yang paling pintar, berlutut rendah hati dan berkata kepada Tuhan, “Oh guru yang baik.” Langsung Tuhan sapu habis konsep itu, “Kenapa sebut Aku guru yang baik? Tahu tidak yang baik hanya satu, yaitu Tuhan Allah.” Nah Saudara-saudara, orang-orang saksi Yehova mentafsirkan ayat itu sangat-sangat menyeleweng. Dia berkata, ‘Bukankah ini buktinya, Tuhan Yesus tidak mengaku Dia baik.’ Kurang ajar kan?

Saudara-saudara, Yesus menjawab orang muda itu, “Mengapa sebut Saya baik? Tahukah kalau yang baik cuma satu, yaitu Allah.” Itu bukan Tuhan Yesus menyangkal: Dia baik. Dia cuma tanya, “Kenapa kamu sebut Saya baik? Apakah kamu tahu Saya adalah Allah yang jelma menjadi manusia?” Itu maksudnya. Oh cilakalah orang yang tidak ngerti Kitab Suci lalu berani khotbah dengan sembarangan. Mereka pasti akan dihukum lebih berat daripada orang biasa. Saudara-saudara, ini prinsip Alkitab. Dari Yakobus dengan jelas, “Jangan di antara kamu banyak yang suka menjadi guru karena akan menerima hukuman lebih berat.” Saudara-saudara sekalian, dan Petrus berkata, “Mengenai Saudara kita yang terkasih, Paulus, menerima wahyu yang begitu dalam dari Tuhan. Barangsiapa yang tidak ngerti apa yang ditulis oleh Paulus dan mentafsirkan sembarangan, dia hanya membinasakan diri sendiri.” Ini semua kalimat membuktikan mimbar itu terlalu anggun, mimbar itu terlalu penting, mimbar itu terlalu dahsyat, dan mimbar ini sangat kritis. Jikalau kita sembarangan mentafsirkan kitab, kita akan mendapatkan hukuman lebih berat, maka membinasakan diri sendiri. Itu sebab Paulus berkata kepada Timotius, “Be aware of you, yourself, and your teaching because by doing this, you can save yourself and save others.” – “Dengan engkau memperhatikan dirimu dan ajaran-ajaran engkau yang kau ajarkan, engkau bisa menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang lain.” Karena pengajaran yang benar, kebenaran yang dari Tuhan, itu merupakan sesuatu dasar kita mengenal keselamatan.

Saudara-saudara sekalian, baik, apa itu baik? Baik – menurut orang Farisi, yaitu melakukan Taurat. Oh…, nah ini suatu solusi yang besar. Saya akan mengupas istilah ayat ini, atau kalimat ini dengan sangat teliti. Saudara, what is doing good? Doing good is to obey God and walk in His commandments. His commandments – apa itu? Taurat kan? Allah memberikan Taurat, lalu saya menjalankan Taurat, itu berbuat baik, betul tidak? Eh saya tanya! Allah memberikan Taurat, saya melakukan Taurat – itu namanya berbuat baik. Betul, tidak? Betul ya… betul ya…? Tunggu dulu. Saudara diajak untuk memikir. Inilah filsafatnya Farisi yang dilawan oleh Yesus Kristus. Kenapa Allah memberikan Taurat? Nah sekarang masuk ke dalam tema yang penting: Why God give human beings commandments? Kenapa diberikan Taurat? Kenapa diberikan 10 hukum? Diberikan 10 hukum – orang Farisi mengatakan: supaya kita mengetahui bagaimana hidup. Jangan bunuh, jangan tipu, jangan curi, jangan berzinah, jangan… jangan… Adanya Taurat, ini patokan, ini standar, supaya saya berjalan di dalam sesuatu yang ditetapkan Allah. Supaya saya berbuat baik, supaya saya jalannya beres, hidup saya baik, diperkenan oleh Allah. Ini adalah versi dari Farisi.

Saudara-saudara, bagaimana dengan Kristen? Seluruh Protestan, seluruh Katolik, seluruh Kristen mengetahui Kitab Suci Perjanjian Baru mengatakan, ‘Tidak pernah ada satu orang bisa melakukan Taurat.’ Nah Saudara, tetap melakukan? Harus! Bisa nggak? Nggak bisa. Nggak bisa, kenapa lakukan? Nah ini sulit. Saudara-saudara, setiap istilah itu mengandung kesulitan-kesulitan yang bukan main dalamnya. Hari ini saya minta Saudara pikir dengan tuntas, baik-baik. Setiap khotbah di GRII harap menjadi kuliah teologi yang bikin setiap orang ikut kebaktian mengerti inti yang paling penting. Saya karena tidak percaya teologi hanya boleh dimonopoli oleh orang-orang seminari, oleh orang-orang mahasiswa sekolah teologi. Teologi, yaitu pengenalan tentang Tuhan, itu adalah hak yang dimiliki bersama oleh setiap orang Kristen, bukan hanya dimonopoli oleh teolog. Itu sebab kita pakai mimbar ini menjadi tempat kuliah umum bagi orang yang mau mengerti firman Tuhan.

Saudara-saudara sekalian, orang Farisi mengatakan, ‘Itulah, Tuhan kasih Taurat, saya melakukan. Kalau saya bisa melakukannya semua, saya diselamatkan, karena inilah tujuan Tuhan memberikan Taurat.’ Tetapi Saudara-saudara, betulkah ada orang bisa melakukan Taurat? Tidak ada. Kalau tidak pernah ada, tidak mungkin ada, dan tidak ada orang mungkin melakukan Taurat, mengapa Tuhan memberikan Taurat? Oh ini menjadi lebih runcing lagi kita masuk ke dalam: Why God gave His commandments? Tuhan tahu tidak: tidak ada orang bisa mejalankan? Tahu tidak? Jawab, Tuhan tahu tidak? Tahu. Tuhan tahu tidak ada orang mungkin menjalankan. Kalau sudah tahu – tidak ada orang mungkin – kenapa tetap kasih Taurat? Untuk mempermainkan manusia. Nah ini sesuatu versi dari ateis: Allah mempermainkan manusia, bikin manusia lalu kasih ular supaya diganggu, sudah ganggu supaya diusir, sudah diusir suruh manusia tunggu Yesus, mati-matian harus bertobat. Itu permainan Tuhan Allah bikin repot kamu. Lalu kasih Taurat, sudah kasih Taurat, tahu kamu tidak bisa jalankan, lalu engkau mati-matian ketinggalan tidak bisa jalankan Taurat, susah-susah, Dia senang. Itu versi ateis. Versi-versi ateis, versi-versi musuh Kristen, membikin segala kesulitan untuk kita makin bingung.Nah Saudara-saudara, engkau bilang, ‘Saya tidak pernah bingung, kok. Sudah dengar khotbah Stephen Tong baru bingung.’ Saudara-saudara, engkau tidak pernah bingung, itu yang bikin saya bingung. Kok ada orang nggak pernah bingung, gitu lho. Gendeng… Terus dia plong, sama sekali tidak mikir, sampai besok, sampai di hadapan Tuhan baru tahu, engkau seumur hidup buang waktu untuk hal-hal yang tidak perlu, tentang kebenaran tidak pernah pikir baik-baik.

Saudara-saudara sekalian, Tuhan memberikan Taurat untuk kita melakukan? Tidak. Kenapa tidak? Karena Alkitab membuktikan tidak ada orang bisa melakukan. Tuhan memberikan Taurat untuk mempermainkanmu, mempermainkan manusia? Tidak. Karena Tuhan tidak pernah mempunyai motivasi yang jelek. Di dalam Yeremia ada satu ayat, “Hei Israel, segala sesuatu yang Aku perbuat bagimu, berniat yang baik.” – “All things but done by God is from His goodwill.”Allah tidak pernah mempunyai niat yang jelek, tidak pernah mempunyai motivasi yang jelek untuk melakukan apapun, sehingga no way to conclude God is the source nor the cause of evil. Saudara-saudara, ini harus kita pegang dengan teguh, Allah bukan sumber kejahatan, Allah bukan penyebab kejahatan, Allah tidak menciptakan kejahatan. Allah itu adalah Allah yang baik. Our God is good God, absolutely good God. And what He is doing, everything He does is according to His good will only.

Saudara-saudara, kalau demikian, saya mau tanya lagi: Allah memberikan Taurat untuk apa? Tahu manusia tidak bisa lakukan kan? Tahu tidak ada orang sanggup kan? Tahu manusia tidak mungkin melakukan kebajikan di dalam jalankan Taurat. Lalu Allah memberikan Taurat untuk apa? Untuk mempermainkan juga bukan. Untuk bermotivasi jelek? Bukan. Mengapa Allah memberikan Taurat? Saya kaget waktu saya kira-kira umur 18, baca satu buku dari Watchman Nee, tulis satu kalimat: Allah memberikan Taurat supaya sengaja manusia boleh jatuh di dalam pelanggaran. Lho ini apa ini? Allah memberikan Taurat untuk supaya manusia melanggar Taurat, supaya kamu kesandung, baru lu tahu, lu lemah. Waktu you tahu lu lemah, baru tahu you perlu Tuhan Yesus. Nah belakangnya itu baik. Kalau saya tahu, saya sakit, saya perlu dokter. Kalau saya tahu sakit, saya perlu obat. Kalau saya tidak sadar, saya perlu obat, saya akan mati di dalam penyakit. Kalau saya tidak sadar saya sakit, saya akan mati binasa tanpa pertolongan. Tapi karena saya sadar, saya sakit, saya perlu, maka saya ke dokter. Orang sakit perlu dokter, ini kalimat Yesus Kristus, itu good, bagus itu. Tetapi kalau Allah memberikan Taurat supaya manusia melanggar, kesulitan teologis itu apa? God is not a good God. Allah mempunyai motivasi yang jelek. Masakan Allah mempunyai motivasi yang jahat karena orang yang bermotivasi yang jahat, lebih jahat daripada apa yang dia inginkan daripada orang lain yang berbuat jahat, karena dia menjadi penyebab. Ini berlanggar dengan semua teologi yang sesuai dengan seluruh Kitab Suci, no way to make conclusion, no way to say: God is the source or the cause of evil. Allah tak mungkin.

Saudara-saudara, dengan demikian Watchman Nee saya tolak, Farisi saya tolak, ateis saya tolak, lalu saya mau cari Tuhan. Sebenarnya apa sebabnya, mengapa Engkau memberikan Taurat? Saudara-saudara, Paulus dan Petrus, dua-dua pemimpin-pemimpin rasul yang paling penting mengaku tidak ada orang menjalankan Taurat. Paulus berkata, “Segala sesuatu yang kita sudah langgar, dan tidak seorang pun yang bisa menjalankan Taurat. Sekarang sudah disediakan Kristus.” Ini Paulus. Petrus mengatakan, “Dari nenek moyang kita, sampai kita, tidak ada seorang yang bisa menanggung kuk daripada Musa, yaitu Taurat.” Jadi baik Petrus maupun Paulus dua-dua mengaku tak pernah ada orang mungkin bisa melakukan Taurat. Orang Farisi tidak mengaku, orang Farisi tetap mengatakan, “Kita bisa menjalankan Taurat, laksanakan Taurat itulah kebajikan. Kalau engkau melaksanakan kebajikan dengan jalankan Taurat engkau akan diselamatkan.” Maka mereka berusaha tuntut diri untuk melakukan Taurat, berbuat baik, berbuat baik agar diselamatkan. 10 Hukum nda cukup, diperkembangkan menjadi 280 lebih, diperkembangkan, akhirnya seluruhnya disimpulkan adalah 620 lebih. Saudara-saudara, 600 saya kalau tidak salah ingat 612 hukum, itu kepenuhan seluruh tuntutan Tuhan untuk mereka, jadi orang Farisi berusaha menghapal 1, 2, 3, 4, sampai 600an, semua, lalu mereka menjalankan, akhirnya dianggap itulah tuntutan akademis sudah cukup jalankan toh manusia ada kelemahan. Mereka mengampuni diri dan mempunyai pengetahuan yang tinggi. Orang-orang Farisi seperti apa yang dikatakan Alkitab ayat-ayat dari Taurat diikat di tangannya, ditaruh dalam kotak yang ada di kepalanya, taruh di kakinya, padahal itu semua artinya apa? Artinya ‘taruh di dahimu’: ingat selalu firman Tuhan, ‘taruh ditanganmu’: berarti betul-betul kerja segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan, ‘taruh di kakimu’: berarti perjalananmu jalanlah apa yang sebenarnya berkenan kepada Tuhan, tetapi tidak berarti engkau bisa menjalankan kebajikan secara penuh. Mereka nda ngerti, mereka anggap itu adalah letterlijk atau harafiah betul-betul bikin kotak, ayat shemaditaruh di dalam, diikat disini [di kepala], diikat disini [di lengan], diikat di kaki, lalu mereka menganggap “saya paling benar karena saya sudah menjalankan firman Tuhan.”

Saudara-saudara, jangan lupa melakukan perbuatan baik, orang Farisi bilang “saya sudah,” Paulus bilang belum, Petrus bilang nda mungkin, Yesus bilangnda ada, Tuhan Allah mengatakan tidak ada satu orang berbuat baik. Lalu saya tanya, “Allah memberikan Taurat untuk apa?” Saudara-saudara, dengar kalimat di bawah ini, 2 hal. Pertama, Allah memberikan Taurat supaya manusia mengetahui Allah itu adalah Allah yang baik, Allah yang suci, dan Allah yang adil. Tiga sifat ilahi yang penting dan dasar ini menjadi motivasi pemberian Taurat. Saudara, engkau tanya, “Pak Stephen Tong, darimana engkau mengambil kesimpulan ini?” Ini dari Roma pasal ke-7, Roma 7 mengatakan dari Taurat kita mengetahui Allah itu suci, Allah itu baik, dan Allah itu adil adanya, maka inilah motivasi memberikan Taurat. All manifestation, all revelation from God is to manifest, is to introduce, is to reveal who God is. Supaya kita melalui firmanNya kita mengenal Dia. Jadi melalui Taurat kita mengetahui Allah itu Allah yang suci, Allah yang adil, dan Allah yang baik. Saudara-saudara, tidak ada ajaran kitab suci dari agama lain mungkin memberikan kepada manusia pengertian dewa mereka itu suci, dewa mereka itu baik dan adil seperti Allah, nda ada karena memang dewa mereka itu adalah bayangan-bayangan dari pikiran manusia yang sudah berdosa. Seperti apa yang dikatakan oleh Ludwig Feuerbach: all gods are projected from human imagination in the absolute form. Manusia dengan mutlak memikirkan sesuatu secara antroposentris, kita mempunyai konsep keadilan maka kita projeksikan kepada satu keadilan yang mutlak lalu mengatakan itulah Allah. Dengan demikian Ludwig Feuerbach seolah-olah berkata Allah itu dicipta oleh manusia menurut peta dan teladan manusia sendiri. Alkitab balikkan, Alkitab yang aslinya mengatakan manusia dicipta Allah menurut peta teladan Allah. Maka pada waktu Allah memberikan kepada manusia Taurat di situ apa itu suci, apa itu adil, apa itu baik tercantum di dalam perintah-perintahnya sehingga manusia melalui hukum Taurat mengenal Allah adalah Allah yang suci, Allah yang baik dan Allah yang adil.

Kedua, Taurat diberikan supaya manusia mengetahui manusia sudah melanggar. Nah Saudara-saudara, Taurat diberikan bukan supaya manusia melakukan kebaikan tetapi membuktikan manusia sudah melanggar, bukan mengatakan manusia boleh menjalankan atau mengatakan manusia boleh melanggar tapi sudah langgar. Taurat seperti x-ray, Taurat seperti rontgen, Taurat menjadi satu pencerahan untuk menggugah kepada manusia: who you are. Saudara-saudara, itulah sebabnya Calvin mengatakan: mengenal Allah dan mengenal diri, to know God and to know ourselves. The moment when you trully know God at the same time from knowing God you know yourself. Demikian seluruh sistem sama, Allah memberikan Taurat supaya kita mengenal siapa Dia, demikian melihat Dia siapa langsung mengetahui siapa kita. Begitu melihat Allah itu suci langsung sadar saya tidak suci, begitu mengenal Allah itu baik langsung insyaf saya tidak baik, begitu mengenal Allah itu adil langsung mengaku saya tidak adil. Saudara-saudara, itu sebabnya kita berada di dalam keadaan status sudah langgar, sudah berdosa, sudah tidak suci, sudah tidak baik, sudah tidak adil, maka kita perlu keselamatan bukan perlu pengajaran, ini bedanya Kristen dengan agama yang lain. Saya kira pagi ini merupakan satu kuliah yang sangat penting mengenai perbandingan agama. What is good? What is goodness? Goodness is not an imagination of the absolute idea in phylosophy. Goodness is something not true in what is taught by the religions as a human unachieved ability. Saudara-saudara, goodness adalahessence of God Himself dan goodness manifested in the teaching of commandments. Sekaligus melihat Taurat kita tahu Allah itu baik dan suci dan adil sekaligus kita harus sadar kita tidak suci, kita tidak adil, kita sudah melanggar. Sehingga Taurat mempunyai 2 fungsi: pertama, menyatakan sifat ilahi; kedua, menyatakan kejatuhan manusia sebagai satu fakta yang harus diakui. Lalu fungsi positif dari Taurat: membawa kita kepada Yesus Kristus.

Saudara-saudara, tetapi heran ya, di tengah-tengah sesudah berikan Taurat beratus-ratus tahun, sesudah Musa memberikan Taurat lebih dari 800, 900 tahun, mendadak Tuhan kirim satu orang nabi, nabi itu mengatakan, “Hei manusia, Allah sudah memberitahu kepada kamu apa itu baik, bukan Taurat. Allah sudah menunjukkan kamu apa itu baik. God show you already what is good, apa itu baik.” Nah ini satu kali muncul di dalam seluruh Kitab Suci. Mari kita membaca nabi Mikha pasal ke-6, Mikha 6:8, ini ayat yang penting sekali dan minggu depan saya akan menjelaskan ayat ini. Kita segera akan berhenti disini, kita bicara dengan kebajikan dari agama, akhirnya kita lari kepada apa yang Tuhan tuntut tetapi bukan di Taurat. Ayat 8, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” Saudara-saudara, kalau saya tanya apa itu baik, apa definisi baik, apa artinya baik, di seluruh Kitab Suci ayat yang paling penting ini. This is the most important word in the whole Bible about goodness. “Hei manusia,” kenapa tidak katakan “hei Israel”? Kenapa tidak katakan “hei Yudas,” kenapa dikatakan “Hei manusia”? Disini dia menunjukkan ini adalah perintah untuk seluruh muka bumi, tidak peduli engkau Yahudi tidak, tidak peduli engkau komunis tidak, tidak peduli engkau beragama tidak, tidak peduli engkau atheis tidak, disini adalah satu tuntutan, satu petunjukan, suatu perintah dari Tuhan untuk seluruh umat manusia. Heihuman beings, the whole mankind, be aware, Allah sudah menunjukkan kepada kamu apa itu baik, 4 hal. Pertama, melakukan keadilan; kedua, suka dengan bukan ‘kesetiaan,’ yang aslinya ‘penuh dengan kemurahan hati’; ketiga, rendahkan dirimu di hadapan Tuhan; keempat, berjalan dengan Allahmu, walk with God. Saudara-saudara, apa itu baik? Pertama,  lakukan keadilan. Kedua, cintailah kemurahan. Ketiga, rendah hati di hadapan Tuhan. Keempat, berjalan dengan Dia. Ini baik.

Saudara-saudara, Ibrani sebelum selesai mengatakan bersyukur kepada Tuhan dan berkata jangan lupa berbuat baik. Engkau bilang “OK, saya berbuat baik, saya sudah kasih 5 Rupiah sama pengemis, saya sudah memberikan pertolongan kepada orang lain, saya sudah membantu orang yang melakukan kejahatan, saya juga membantu orang yang berada di bencana alam,” itu berbuat baik? Nanti dulu, ini baik [tunjuk ke arah Alkitab]. Allah mengatakan: “berbuat baik? Apa itu baik? 4 hal: pertama, lakukan keadilan; kedua, cintai kemurahan; ketiga, rendahkan dirimu di hadapan Allah; keempat, berjalan dengan Tuhanmu.”