Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saat ini saya mau ajak kita melihat kembali kepada satu peringatan yang Tuhan berikan kepada gereja-Nya. Waktu kita berbicara tentang HUT gereja, hari ulang tahun gereja, itu sepertinya menjadi 1 hari yang penuh dengan sukacita dan kebahagiaan yang kita boleh alami dalam hidup kita. Tapi ketika saya makin bertambah usia, makin bertambah usia, saya merasa bahwa, kalau ini dikomparasi dengan kehidupan pribadi ya, makin datang hari ulang tahun setiap tahunnya, saya merasa waktu tidak banyak lagi. Dulu senang, dulu bersukacita, dulu merasa, “Waduh, hari ini saya bertambah usia 1 tahun lagi!” dan itu membawa satu kebahagiaan karena saya makin dewasa dan saya makin, makin apa ya? Dan di situ mulai saya pikir ketika usia semakin besar, semakin besar, dan itu dikonfirmasi oleh pertanyaan Pdt. Stephen Tong pada waktu dia datang ke Yogyakarta kemarin untuk menghadiri konser yang ada di Borobudur. Pdt. Stephen Tong bilang sama saya, “Dawis, kamu sekarang sudah 40-an tahun. Kalau andaikata hidupmu hanya sampai 60-an tahun, berarti tinggal 20 tahun. Dan 20 tahun itu bukan sesuatu yang lama, tetapi itu adalah waktu yang sangat singkat sekali.“ Dan saya mengkonfirmasi 20-an tahun itu sangat singkat, bahkan 40-an tahun itu sangat singkat sekali, karena saya waktu punya anak, begitu anak saya sudah kuliah, saya merasa itu baru di hari kemarin. Cepat sekali berlalu seperti itu. Dan kalau saya sekarang usia 40-an tahun masih memiliki kekuatan yang baik, cukup baik lah ya. Tuhan pelihara, nggak ada penyakit yang membuat menjadi penghambat di dalam pelayanan seperti itu, itu adalah anugerah Tuhan. Betul-betul anugerah Tuhan karena setiap hari saya harus sport jantung, setiap hari harus kurang istirahat, kurang tidur seperti itu. Dan saya ngomong saja kurang tidur ya, baru 2 hari yang lalu, 2 hari berturut-turut saya hampir tidak tidur sama sekali untuk mempersiapkan khotbah. Kemarin teler sekali, akhirnya saya pulang. Setelah menyiapkan khotbah untuk hari ini, saya tidur sebentar. Pagi-pagi sudah harus bangun lagi. Itu gaya hidup setiap hari. Kalau ke Solo, pulang sampai ke Jogja itu kira-kira hampir jam 12 malam. Kalau saya tidak percepat perjalanan itu saya sampai 12 malam, tapi kalau percepat kira-kira jam 11, 11.30 seperti itu. Dan sampai rumah, belum tentu bisa langsung tidur. Nah, kalau saya bisa punya kesehatan, itu adalah kasih karunia Tuhan di dalam kehidupan saya.
Nah, waktu kita punya kasih karunia itu, kesempatan itu, bisa menjalani hidup ini dan pelayanan ini, apakah itu berarti akan terus ada pada diri kita kesempatan itu? Apakah terus akan ada kesehatan itu? Saya percaya dari pengalaman-pengalaman orang-orang sebelum kita, kesempatan itu nggak selalu ada dan kemampuan untuk melayani Tuhan itu tidak selalu akan diberikan oleh Tuhan. Ada waktunya ketika kita mungkin diizinkan oleh Tuhan mengalami satu penyakit dalam hidup kita sehingga kita tidak bisa melayani Dia seperti sebelumnya lagi. Walaupun saya juga percaya bahwa apapun yang menjadi kondisi kita, kita bisa tetap melayani Tuhan. Tetapi mungkin kesempatan untuk melakukan hal yang lebih banyak, hal yang lebih memiliki pengaruh yang besar itu tidak seperti sebelum-sebelumnya lagi dalam hidup kita. Dan waktu itu nggak banyak. Apa yang kita lakukan? Apa yang Tuhan ingin kerjakan? Dan apa yang saya bisa lakukan untuk kerajaan Tuhan? Itu terus terang menjadi satu pemikiran yang membuat tidur pun tidak nyenyak lagi, dan hidup pun, dan hari-hari yang dilalui juga tidak tenang karena berpikir, “Kalau saya harus bertemu dengan Tuhan, kira-kira apa yang akan saya katakan di hadapan Tuhan? Apa yang harus saya pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan?” Karena rasanya masih belum kerja apa-apa.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya ketika gereja makin bertambah di dalam usia, itu adalah seperti kita mungkin bertambah di dalam usia. Kita berpikir, “Gereja bertambah usia. Wah, hebat ya 26 tahun gereja kita!” Tapi kalau Bapak, Ibu memperhatikan dari aspek kekekalan atau dari aspek dari kedatangan Kristus kedua kalinya, maka kita akan ngomong, “Oh, gereja nggak akan selama-lamanya ada di dalam dunia ini.” Jangan salah nangkap saya ya, gereja adalah satu-satunya yang akan terus masuk ke dalam kekekalan, tetapi kesempatan untuk melayani Tuhan di dalam dunia ini juga nggak akan terlalu panjang lagi. Nah, apa yang kita sudah kerjakan? Apakah kita tetap berjalan di dalam terang yang Tuhan kehendaki atau tidak? Itu menjadi 1 pergumulan yang saya gumulkan. Dan terutama adalah pada waktu kita tetap ada di dalam dunia ini, apakah kita sungguh-sungguh telah menjadi sebuah gereja yang diperkenan oleh Tuhan atau tidak? Dan apa yang menjadi tantangan-tantangan yang ada di dalam dunia ini sebagai gereja Tuhan yang bisa membuat gereja kita tidak lagi menjalankan kehendak Tuhan dan menjadi terang atau berkat Tuhan di dalam dunia ini? Itu adalah 1 hal yang saya percaya kita harus mengerti karena kalau kita tidak mengerti akan hal itu, maka kita akan dimanfaatkan oleh iblis untuk menghancurkan pekerjaan Tuhan di dalam dunia ini dan mungkin kita adalah generasi terakhir yang sungguh-sungguh memiliki 1 iman di hadapan Tuhan. Tetapi generasi kita berikutnya, anak kita, cucu kita tidak seperti kita lagi di dalam mengikut Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara tentang gereja, maka Alkitab mengatakan gereja itu bukan gedungnya. Tetapi gereja itu adalah setiap pribadi dari orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, yang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Lalu ketika Yesus Kristus menyelamatkan diri kita, Yesus kemudian mengumpulkan kita bersama-sama dengan orang-orang percaya yang lain, yang membuat kita hidup di dalam satu persekutuan dan ibadah bersama-sama dengan orang-orang percaya yang lain dan itu yang namanya gereja. Jadi, gereja kita bisa lihat sebagai satu pribadi dari orang percaya, tetapi gereja juga adalah satu perkumpulan dari orang-orang percaya yang telah mendapatkan penebusan dari Yesus Kristus. Dan pada waktu Kristus menebus diri kita, tujuannya untuk apa? Saya percaya, tujuan paling utama Kristus menebus kita itu bukan untuk mengaruniakan hidup kekal kepada diri kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa yang datang kepada Kristus karena inginkan hidup kekal? Saya yakin semua orang Kristen percaya kepada Kristus itu adalah karena ingin diselamatkan, ingin tidak mengalami kebinasaan kekal di dalam kehidupan kita, ingin tidak dihukum selama-lamanya oleh Tuhan di dalam neraka, tapi ingin hidup di dalam Surga, di dalam kekekalan bersama dengan Kristus. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apakah itu yang menjadi tujuan utama Tuhan di dalam menebus kita? Saya percaya itu bukan tujuan utamanya. Kalau itu yang menjadi tujuan utama Tuhan menebus diri kita, Ia setelah menebus kita, Ia memanggil kita meninggalkan dunia ini dan tidak perlu tinggal di dalam dunia ini lagi. Karena apa? Kemungkinan kita jatuh dalam dosa, kemungkinan kita tidak memuliakan Tuhan, kemungkinan kita hidup di dalam menentang Tuhan itu jauh lebih besar daripada kalau kita mati dan masuk Surga.
Ada 1 kalimat yang Paulus katakan di dalam surat Korintus, misalnya, “Di antara kamu ada orang-orang yang melakukan dosa yang tidak seperti orang-orang dunia, yaitu engkau biarkan ada orang yang bahkan tidur dengan ibunya sendiri atau mamanya sendiri dan bagi engkau itu bukan sesuatu masalah yang terlalu besar. Lebih baik orang itu kamu doakan supaya tubuhnya diserahkan ke dalam kebinasaan tetapi jiwanya diselamatkan.” Maksudnya apa? Supaya lebih baik orang itu mati saja. Kalau dia mati, maka dia nggak melakukan dosa lagi kan. Maka dia tidak merusak pelayanan di dalam dunia ini, tetapi dia tetap diselamatkan. Kalau memang kita punya tujuan utama adalah untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal, maka lebih baik Tuhan matikan kita saja. Kalau kita sudah mati, maka apa? Kita nggak akan lakukan dosa lagi, kita tidak akan membuat satu kehidupan yang tidak mempermuliakan nama Tuhan dan kita juga menikmati Tuhan selama-lamanya di dalam kekekalan. Kita bisa memuji Dia di situ dan biarlah Tuhan yang bekerja terus dalam dunia ini untuk memenangkan orang bagi kemuliaan nama Tuhan. Senang? Saya kira senang, tapi nggak terlalu senang. Karena dari situ kita tidak diberikan satu kesempatan untuk berbagian di dalam pekerjaan Tuhan yang sangat mulia itu di dalam dunia ini. Orang Kristen adalah orang yang diberi kesempatan untuk hidup bagi Tuhan. Orang Kristen adalah orang yang diberi kesempatan untuk menjalankan atau mengerjakan pekerjaan yang Kristus kerjakan di dalam dunia ini. Orang Kristen adalah orang yang ketika Yesus Kristus tebus daripada dunia ini atau dari kegelapan ini, ditempatkan di dalam dunia yang gelap ini untuk bisa menerangi dunia yang gelap ini. Kalau kita mau ambil ilustrasi, mungkin Bapak, Ibu pernah melihat ada lampu yang digerakkan oleh sensor gerakan tidak? Jadi, semula ruangan itu gelap semua, lalu ketika Bapak, Ibu sudah jalan masuk ke ruangan itu, mendadak ada 1 lampu nyala. Lalu Bapak, Ibu gerak lagi, ada lampu lagi yang menyala, begitu seterusnya.
Ketika kita ada di dalam dunia ini, Bapak, Ibu jangan berpikir bahwa dunia ini terang. Memang terang, ada matahari. Tiap pagi kita bangun, matahari terbit di Timur, tenggelam di sisi Barat. Selalu seperti itu. Tetapi Alkitab berkata dunia ini bukan ada di dalam terang, melainkan ada di dalam kegelapan. Ini menarik, pada waktu kita membaca Kitab Suci, Alkitab berkata bahwa hari berganti, dari gelap menuju kepada terang. Bukan dari terang menuju kepada malam. Lalu yang kedua adalah pada waktu Yesus inkarnasi ke dalam dunia ini, di dalam Injil Yohanes pasal pertama dikatakan Yesus datang ke dalam dunia yang gelap ini. Dunia ini gelap. Gelap karena apa? Dosa. Gelap karena apa? Kerusakan yang diakibatkan oleh manusia yang melawan Tuhan. Lalu di dalam kondisi yang seperti ini, ada datang Tuhan ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kegelapan itu. Lalu ketika Dia menyelamatkan orang-orang itu, Yesus berkata di dalam Yoh. 17, “Aku tidak meminta Bapa untuk mengangkat mereka dari dunia ini, tetapi Aku meminta Bapa untuk memelihara mereka di dalam dunia ini.” Tujuannya supaya kita menjadi terang. Di mana orang Kristen berada, harusnya di situ kegelapan diterangi oleh lampu. Di mana orang Kristen pergi, di situ kegelapan harusnya diterangi oleh terang itu atau lampu daripada terang Tuhan yang harusnya bersinar di dalam kehidupan kita. Itu yang menjadi tujuan Tuhan menempatkan kita. Tetapi kalau gereja hidup di dalam dosa, dunia melihat tidak ada terang itu. Dunia melihat ketika kita berada, tidak ada bedanya dari mereka sama sekali, ya nggak ada gunanya gereja. Saya percaya kita nggak mengerti tujuan di dalam Tuhan menebus diri kita.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mengerti prinsip ini, kalau kita adalah gereja Tuhan yang ditempatkan dalam dunia untuk menyatakan terang Kristus itu, pertanyaannya adalah mudah tidak? Ada tantangan tidak? Saya percaya itu bukan hal yang mudah. Itu adalah hal yang sulit dan seringkali gereja tidak menyadari kalau perjalanan hidup di dalam dunia ini untuk menjadi terang adalah hal yang sulit. Gereja pikir semua urusan mungkin adalah urusan pribadi. Gereja berpikir semua urusan itu adalah berkaitan dengan bagaimana saya menjalankan planning saya. Dan gereja berpikir kalau ada masalah-masalah yang timbul di dalam dunia ini dan di dalam pelayanan, di dalam kehidupan kita itu adalah masalah personal kita dengan orang lain. Saya mau katakan kalau kita berpikir seperti itu, kita sudah ditipu oleh iblis. Kita sudah jatuh ke dalam suatu perangkap iblis untuk menghancurkan gereja Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam surat Petrus itu dikatakan, “Iblis itu seperti singa yang mengaum-aum berkeliling mencari mangsanya dan menerkam mangsanya itu.” Pertanyaan saya, mangsanya siapa? Siapa yang menjadi mangsa? Orang dunia? Orang dunia sudah ada di bawah kuasa iblis kok. Yohanes pasal 8 dikatakan oleh Yesus Kristus, “Bapamu bukan Abraham, tetapi bapamu adalah iblis!” Dan orang dunia yang ada di dalam dosa, sejak semula mereka terlahir di bawah kuasa iblis dan di bawah kuasa maut. Iblis nggak perlu cari mereka. Mereka sudah menjadi milik iblis. Tetapi yang iblis akan lakukan adalah mencari orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus, yang sudah diselamatkan dari dunia ini untuk menerkam mereka, untuk membinasakan mereka, untuk membuat kesaksian yang Tuhan kehendaki dinyatakan oleh gereja itu menjadi tidak efektif lagi.
Saya dengar ada 1 khotbah dan di dalam khotbah itu saya nggak tahu di dalam konteks Indonesia seperti apa ya? Tapi di Kanada katanya, suatu hari ada 1 pendeta yang punya teman yang dekat sekali dengan diri dia, satu pasang keluarga. Lalu pasangan keluarga ini adalah orang yang sama-sama melayani dengan diri dia, tetapi suatu hari mengalami satu kerusakan atau masalah di dalam keluarga mereka. Lalu pendeta ini kemudian memanggil mereka, berusaha untuk membawa atau mengkonseling mereka supaya masalah mereka baik atau dipulihkan, seperti itu. Tetapi pada waktu mereka berusaha lakukan itu, yang terjadi adalah keadaan tidak membaik. Makin lama makin buruk, makin lama makin buruk. Akhirnya, suatu hari mereka mendapatkan kabar kalau istri dari teman sepelayanan itu bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya, lalu mati. Pendeta ini bingung. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kita sudah berusaha untuk menjadi jembatan supaya keluarga ini baik. Tetapi kenapa akhirnya keluarga ini tidak pulih, bahkan akhirnya terjadi satu ketragisan yang sangat menyedihkan sekali. Lalu dia akhirnya kemudian berkata, “Saya akhirnya mendapatkan pencerahan. Dan pencerahan itu adalah karena ada orang yang datang kepada saya memberi tahu saya, apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam dunia ini.” Nah, di dalam konteks saat itu adalah orang ini berkata, “Suatu hari, ketika saya ada di dalam sebuah restoran untuk makan, ada orang Kristen di sana yang merasa bahwa tempat umum terbuka itu bukan sesuatu yang cocok untuk bersekutu atau untuk belajar Firman atau untuk berdoa kepada Tuhan karena di sisi pojok dari tempat makan itu ada sekelompok orang yang berkumpul di situ untuk berdoa.” Lalu orang ini kemudian dihampiri oleh orang ini dan ditanya, “Kenapa kalian? Apa yang kalian doakan di sini?” Dia kaget sekali mendapatkan jawaban dari sekelompok orang ini. Mereka berkata, “Kami adalah pengikut setan dan kami mendoakan para pelayan Tuhan untuk keluarganya dirusak dan dihancurkan.” Supaya apa? Pekerjaan Tuhan terhambat dan tidak bisa diteruskan karena pelayanan Tuhan itu rusak di dalam keluarganya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, maksudnya apa? Maksudnya adalah seperti ini. Kalau gereja berkembang, orang Kristen bertumbuh, dan pekerjaan Tuhan disebarkan di dalam dunia ini, Saudara jangan pikir setan tinggal diam. Setan akan bekerja, berusaha untuk menghancurkan pekerjaan Tuhan. Dimulai dari menghancurkan pemimpin dari gereja dan juga akhirnya orang-orang yang ada di dalam gereja itu supaya gereja tidak menjadi kesaksian yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan orang untuk datang kepada Kristus. Kalau Saudara malas berdoa, orang-orang di luar itu yang menjadi bukan pengikut Kristus rajin berdoa untuk menghancurkan gereja Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Ini adalah peperangan. Itu sebabnya Petrus berkata, kita sebagai gereja Tuhan harus memiliki satu kepekaan, satu mawas diri mungkin, berjaga-jaga karena yang menjadi lawan kita itu adalah iblis yang berusaha untuk menghancurkan gereja, menghancurkan pekerjaan Tuhan di dalam dunia ini, menghancurkan para pemimpin dari gereja Tuhan yang ada di dalam dunia ini.
Itu sebabnya pada waktu kita berbicara tentang HUT gereja yang ke-26 ini, saya menggumulkan mungkin kita boleh mendengarkan kembali apa yang menjadi peringatan Tuhan supaya gereja kita bisa terus ada. Gereja di dalam dunia ini bisa terus menyatakan cinta kasih Kristus dan kebenaran yang Tuhan nyatakan kepada kita di dalam Kitab Suci, supaya gereja kita tidak menjadi mandul yang hanya fokus kepada diri sendiri dan tidak menjadi berkat bagi dunia ini, bagi orang-orang yang ada di sekitar diri kita karena kita berpikir bahwa, “Ini adalah masalah personal saya dengan Tuhan. Ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan hidup yang ada di sana. Nggak ada hubungannya sama sekali dalam dunia ini. Nggak ada hubungannya sama sekali dengan gaya hidup saya, cara saya berbicara, apa yang saya lakukan, ibadah saya, dan kejujuran saya di dalam pekerjaan. Nggak ada hubungannya sama sekali karena saya punya iman adalah urusan pribadi saya dengan Tuhan dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain.“ Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita bersikap seperti itu, takutnya kita sudah ditipu oleh iblis untuk tidak menjadi seorang yang ditebus Kristus untuk menjadi terang di dalam dunia ini.
Itu sebabnya saya pada pagi ini mau mengajak Bapak, Ibu merenungkan dari satu bagian Kitab Suci, yaitu dari Wahyu 2. Ini adalah berbicara tentang 7 gereja yang ada di Turki. Dan 7 gereja ini, di antara 7 itu ada 2 gereja yang baik, yang Tuhan tidak tegur mereka, dan mereka tetap ada di dalam satu pemeliharaan Tuhan yang baik itu. Tetapi di antara 7 ini, ada 5 gereja yang Tuhan memberi peringatan kepada mereka. Dan peringatan itu bukan sesuatu peringatan omong kosong, tetapi ini adalah satu peringatan yang betul-betul memprediksikan apa yang akan terjadi kepada gereja itu di kemudian hari, di tahun-tahun yang akan datang. Dan pada waktu kita berbicara tentang prediksi itu, prediksi yang Tuhan berikan itu adalah sesuatu yang benar. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di mana gereja Efesus hari ini? Di mana gereja Pergamus hari ini? Di mana gereja Tiatira, Sardis, Laodikia pada hari ini? Nggak ada. Habis. Kalau Saudara lihat ke Turki, itu hanya menjadi puing-puing dari sisa-sisa yang ada. Nah, apa yang membuat gereja bisa mengalami kehancuran seperti ini? Saya percaya, karena gereja tidak mendengarkan peringatan yang Tuhan berikan kepada diri mereka. Nah, apa yang menjadi peringatannya? Kalau Saudara perhatikan di dalam Wahyu pasal 2, maka Saudara akan menemukan ada 1 peringatan pertama yang diberikan oleh gereja yang kita harus uji kembali di dalam diri kita ketika kita beribadah kepada Tuhan atau melayani Tuhan di dalam dunia ini. Nah Saudara, kita mungkin akan lihat satu per satu bagian ini ya. Kalau ada waktu, nanti yang bagiannya yang lain saya akan jelaskan secara cepat. Tetapi yang menjadi dasar pertama ini saya anggap kita harus lebih mendalami untuk kita lebih mengerti dan menguji apa yang menjadi motif kita di dalam melayani Tuhan.
Pada waktu kita membaca surat Wahyu ini, khususnya di dalam surat kepada 7 gereja, maka ini adalah satu surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes ketika dia ada di Pulau Patmos, sebelum ia dibebaskan dari Pulau Patmos. Ia ditahan di situ kira-kira 2 tahun. Menjelang akhir dari 2 tahun itu, sebelum dia dibebaskan karena kaisar yang menahan diri dia itu mati, maka di situ Tuhan menyatakan diri -Nya kepada Rasul Yohanes untuk menuliskan surat kepada 7 gereja ini. Dan pada waktu dia menuliskan kepada 7 gereja ini, ada yang berkata ini adalah suatu surat yang ditujukan kepada masing-masing gereja yang terpisah satu dengan yang lain, dan memang masing-masing gereja ada yang mencerminkan apa yang diwakilkan oleh 7 gereja ini. Saya percaya itu adalah hal yang benar. Tetapi juga Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat pada peringatan ini, jangan cuma pikir, ”Oh, gereja kita mungkin seperti Efesus. Oh, gereja kita mungkin menjadi seperti Pergamus. Oh, gereja kita adalah seperti Laodikia atau Tiatira seperti itu.” Dan itu menjadi 1 bagian daripada gereja kita yang dinyatakan di dalam kitab ini. Mungkin yang sesungguhnya adalah kita bisa mengadopsi ada 2, 3, dan bahkan 5 aspek yang menjadi peringatan yang ada di dalam surat Wahyu ini.
Nah, itu sebabnya ini menjadi hal yang harus kita peka dan melihatnya ya. Siapa yang menulis surat ini? Yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus menulis surat ini ditujukan kepada siapa? Kita bisa bilang 1, tetapi juga mungkin 2 tujuan. Yang pertama adalah kepada yang namanya sebagai ketujuh bintang yang ada di tangan kanan dari Yesus Kristus, itu yang pertama. Sudah kita baca saja ya, supaya kita ada gambarannya. Wahyu 2:1-7, “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.” Nanti untuk yang lainnya, kita akan baca seterusnya ya. Kita kutip-kutip saja ya. Nah Saudara, pada waktu kita membaca surat yang ditujukan kepada 7 gereja ini, pertanyaan pertama adalah kepada siapa surat ini ditujukan? Satu, kita bisa katakan ini adalah surat yang ditujukan kepada ketujuh bintang itu. Siapa yang menjadi ketujuh bintang itu? Yaitu para pemimpin dari gereja Tuhan. Ini adalah surat yang ditujukan kepada setiap leader, setiap pemimpin, setiap orang yang bertanggungjawab di dalam mengelola gereja itu atau memberikan pembinaan kepada gereja itu atau menjadi pemimpin di dalam melayani di gereja itu. Tetapi yang kedua adalah pada waktu kita berbicara ini adalah surat yang ditujukan kepada bintang-bintang itu, tetapi Alkitab juga menyatakan surat ini ternyata ditujukan kepada kaki dian itu. Kaki dian emas itu. Siapa yang menjadi kaki dian emas? Itu adalah gereja Tuhan atau orang-orang Kristen yang ada di gereja itu. Jadi pada waktu kita melihat kepada peringatan ini, itu adalah satu peringatan yang ditujukan kepada totalitas daripada gereja Tuhan dan setiap pribadi dari orang Kristen yang mengaku dirinya percaya kepada Yesus Kristus. Tetapi terutama adalah pada waktu kita melihat surat ini, para pemimpin gereja itu harus menjadi seorang yang mawas diri atau memperhatikan sikap dia, iman dia, pengajaran dia, motif dia di dalam melayani Tuhan karena mereka adalah orang-orang yang akan dituntut pertama kali untuk bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan di dalam pelayanan mereka.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah hal yang sangat serius sekali. Kita seringkali di dalam melayani Tuhan atau berbakti kepada Tuhan, mungkin di dalam pemikiran kita, “Oh, kami datang untuk bersama dengan orang-orang Kristen yang lain untuk memuji Tuhan. Datang ke gereja untuk beribadah kepada Tuhan di hari Minggu.” Lalu apa yang kita lakukan di dalam gereja itu? Ya duduk, dengar, ya ikuti saja tata liturginya seperti itu. Lalu pada waktu kita mengikuti semua tata liturgi itu, kadang-kadang kalau dengar Firman, kita bisa tidur, main HP, ngobrol dengan orang lain, dan saya percaya itu ada. Sebabnya kenapa? Mungkin karena kita tidak melihat kehadiran Tuhan di dalam gereja. Di dalam peringatan ini, Saudara harus melihat 1 sisi, pada waktu orang-orang ini disurati oleh Rasul Yohanes, memang ditujukan kepada para pemimpin, tetapi juga ditujukan kepada semua gereja Tuhan. Tetapi selain dari ditujukan itu, ada 1 kata yang terus-menerus diulangi di dalam kalimat ini yaitu di dalam ayat ke-2, Saudara bisa lihat. “Aku tahu segala pekerjaanmu.” Memang di dalam ayat ke-8 di Smirna itu tidak dikatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu” tetapi dikatakan, “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu–namun engkau kaya.” dan seterusnya. Tetapi kalau Saudara baca bagian itu, Saudara akan tetap memahami mengapa Tuhan tahu bahwa Smirna itu susah, Smirna itu miskin walaupun engkau kaya seperti itu. Karena Tuhan tahu pekerjaan yang dilakukan oleh jemaat yang ada di Smirna. Nah, kata ini diulangi di dalam 7 gereja. “Aku tahu segala pekerjaanmu.” “Aku tahu segala pekerjaanmu.” “Aku tahu segala pekerjaanmu.” Dan bukan hanya “Aku tahu segala pekerjaanmu.” tetapi “Aku berjalan di antara ketujuh kaki dian itu.” Saudara bisa pahami ini. Jadi pada waktu Saudara melayani, waktu Saudara beribadah kepada Tuhan, waktu Saudara hadir bersama dengan orang Kristen lain untuk bersekutu bersama, berdoa menyembah Tuhan, dan memuji Tuhan, Saudara harusnya punya satu pemikiran atau penglihatan secara rohani. Saudara bukan berdiri di hadapan saya sebagai hamba Tuhan. Saudara bukan berdiri di hadapan teman-teman Saudara yang hadir di tempat ini untuk memuji Tuhan. Saudara bukan dilihat oleh mereka yang ada di sekitar Saudara, apakah Saudara menyanyi? Apakah Saudara berdoa? Apakah Saudara konsentrasi? Apakah Saudara berbicara atau Saudara sedang main HP? Dan segala macam seperti itu. Tetapi Saudara harus tahu, ada Tuhan yang berjalan di sekeliling kita untuk mengamati satu per satu pribadi orang yang hadir di gereja-Nya, apakah mereka beribadah kepada Tuhan atau tidak. Dan setiap orang yang melayani Tuhan secara khusus akan dituntut oleh Tuhan untuk apa yang mereka kerjakan atau mereka ajarkan kepada jemaat.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, senang nggak kalau kita datang ke dalam gereja, kita duduk di dalam gereja, eh mendadak kemuliaan Tuhan hadir di depan kita? Senang nggak? Saya kira semua orang Kristen merindukan itu kan? Bisa melihat kemuliaan Tuhan, kehadiran Tuhan ada di tengah-tengah kita. Saya percaya, ibadah kita totally berbeda. Saudara pasti akan memuji Tuhan dengan penuh sukacita, Saudara pasti akan duduk tenang mendengarkan setiap pemberitaan yang Yesus katakan dari mulut Dia sendiri, dan Saudara akan sungguh-sungguh berdoa dan menyembah Dia. Tetapi Saudara, di sisi lain Saudara juga harus tahu pada waktu Yesus datang, hadir di tengah-tengah kita, dan Dia mengerti segala yang kita kerjakan di dalam hidup kita, satu sisi itu memang membawa berkat kepada kita. Tetapi di sisi lain, kehadiran Tuhan itu juga bisa membawa bencana di dalam kehidupan umat percaya. Banyak sekali cerita di dalam Kitab Suci, kehadiran Tuhan membawa bencana bagi umat Tuhan. Dan salah satu yang paling mencolok adalah pada waktu Israel menyembah patung lembu emas, di situ 3.000 orang mati. Pada waktu Israel tergoda untuk mengikuti Baal-Peor, di situ puluhan ribu orang mati. Pada waktu Israel mencaci maki Musa, Musa yang mewakili Tuhan. Waktu mempertanyakan pimpinan Tuhan yang Tuhan berikan melalui Musa di dalam perjalanan mereka di padang gurun, di situ Tuhan menghukum 1 generasi untuk mati semua. Saudara, kehadiran Tuhan itu menyenangkan tidak? Saya yakin itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Tetapi Saudara juga harus punya hati yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan karena ketika Saudara tau Tuhan hadir beserta dengan diri kita maka itu berarti Tuhan menuntut kemurnian bukan menuntut dosa. Atau Tuhan bukan toleransi terhadap dosa tetapi Tuhan menuntut kesucian dari hidup orang yang mengikut Tuhan.
Salah satu contoh yang pernah kita bahas di dalam Kisah Rasul 5 yaitu pada waktu Ananias dan Safira berdosa, Tuhan matikan mereka di hadapan jemaat. Mengapa? Karena Tuhan tidak bisa toleransi terhadap dosa dan umat Tuhan adalah umat yang Tuhan kuduskan dari dosa melalui bayaran yang sangat mahal sekali, dari anak tunggal-Nya, Yesus Kristus, mati di atas kayu salib. Kalau Yesus sudah mati bagi kita, mungkinkah atau bolehkah kita terus hidup di dalam dosa? Saya percaya tidak boleh jawabannya. Karena kalau kita begitu membuat Yesus mati lagi dan mati lagi dalam kehidupan kita dan kita tidak menghargai penebusan yang Kristus lakukan kepada diri kita. Jadi pada waktu kita mengikut Tuhan, waktu kita datang beribadah kepada Tuhan, apakah itu di dalam gereja sebagai satu perkumpulan dari orang-orang percaya yang beribadah kepada Tuhan, melayani Tuhan, atau pun Saudara berada sendirian tanpa ada orang Kristen yang lain, atau Saudara sedang di dalam pekerjaan yang Saudara jauh daripada gereja di mana engkau berada dan Saudara seimanmu. Saudara harus mengerti satu hal, Tuhan ada di situ, Tuhan ada di sebelahmu, saya pakai istilah sebelah ya, walaupun Tuhan ada di dalam hati kita, tapi Dia ada di sebelahmu dan Dia mengamati semua yang engkau kerjakan dan Tuhan akan menuntut daripada kita apa yang kita kerjakan dalam hidup kita. Kalau itu benar, itu baik, yang mempermuliakan nama Tuhan, Tuhan akan berkati. Kalau itu tidak, Tuhan akan hukum diri kita. Saya bukan ngomong kita akan hilang dari keselamatan, tetapi paling tidak ada konsekuensi yang harus diterima oleh anak-anak Tuhan yang tidak hidup di dalam memuliakan nama Tuhan.
Nah sekarang, pada waktu kita berbicara mengenai gereja Efesus, apa yang menjadi masalah di sana? Apakah karena mereka adalah orang-orang yang tidak memperhatikan Tuhan ada di sebelah mereka, mengamati mereka sehingga hidup mereka sembarangan seperti itu? Saya percaya nggak seperti itu, walaupun ada bagian dari gereja lain yang sepertinya tidak terlalu memperhatikan itu. Seperti misalnya Laodikia, mereka suam-suam kuku. Saya percaya itu karena mereka tidak melihat Kristus dan kematian Kristus di dalam hidup mereka. Ada gereja yang seperti di dalam gereja Sardis atau Tiatira yang hidup berkompromi terhadap dosa, yang membuat gereja itu tidak menjaga kekudusan tetapi gereja mengijinkan dosa dan dunia masuk ke dalam gereja Tuhan dan hidup bersama dengan gereja Tuhan. Ini mereka adalah orang-orang yang tidak memperhatikan pimpinan Tuhan dan kasih karunia penebusan Kristus di dalam hidup mereka. Efesus berbeda, Efesus adalah gereja yang sungguh-sungguh bisa dikatakan sebagai gereja yang ideal. Kalau Bapak, Ibu ingin mencari gereja Tuhan dibandingkan dengan gereja yang ada ini, walaupun Smirna itu adalah gereja yang tidak pernah dikutuk oleh Tuhan tapi penuh dengan penderitaan dan penganiayaan di situ. Filadelfia adalah gereja yang juga tidak dikutuk oleh Tuhan tapi ada kesulitan dan ada satu kehidupan yang terus memberitakan Injil di situ.
Saya kira, ketika Saudara ingin mencari gereja, hal pertama yang Saudara akan jadikan prioritas untuk memilih gereja adalah Efesus. Mengapa Efesus itu menjadi satu gereja dengan prioritas yang kita bisa jadikan patokan untuk bisa memilih gereja di mana kita beribadah? Karena Tuhan memuji Efesus di dalam 3 hal ini. Pertama adalah gereja Efesus adalah gereja yang rajin bekerja, rajin melayani. Kalau Saudara perhatikan di dalam ayat yang ke-2 di situ, “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu.” Berarti gereja Efesus bukan gereja yang anteng-anteng, diam-diam, terus yang penting adalah “Saya datang ke dalam gereja, beribadah kepada Tuhan, lalu saya pergi meninggalkan gereja setelah kebaktian selesai. Saya tidak terlibat di dalam satu pelayanan apapun.” Ada orang Kristen yang seperti ini ya, datang terlambat untuk tidak dikenali, mungkin, atau segala pergumulan yang lain. Pulang yang paling pertama tanpa ada orang yang pernah mengetahui kehadiran dia. Kadang-kadang saya setiap minggu pasti nge-cek absensi untuk tau siapa yang datang, siapa yang tidak datang, seperti itu. Dan ketika saya baca absensi saya lihat ada orang si A, yang nggak pernah dicatat namanya di situ tapi saya tau ada orang itu karena apa? Karena orang tuanya pernah menitipkan dia kepada saya, sehingga di situ saya tau orang itu ada dan orang itu harus datang ke dalam kebaktian tetapi nggak pernah lihat mukanya. Lalu ketika ditanya, “Kamu datang nggak kebaktian?” Dia bilang, “Saya datang tetapi saya pulang duluan sebelum semua orang lain membuka mata untuk berdoa kepada Tuhan.” Datang ketika semua orang sudah masuk, kebaktian sudah mulai dia baru datang menyusup masuk ke dalam ibadah. Saudara, ada orang seperti ini, orang Kristen, ini bukan jemaat Efesus. Jemaat Efesus adalah orang-orang yang begitu rajin dan giat bagi Tuhan. Kalau kita mau agak hiperbola, seluruh dari jemaat Efesus itu melayani Tuhan, rajin memperhatikan satu dengan yang lain. Itu yang poin pertama, Tuhan berkata ketika melihat keaktifan dari jemaat Efesus, nilai berapa yang diberikan kepada jemaat Efesus? Kalau kita pakai istilah A, B, C, mungkin jemaat Efesus diberikan nilai A+. Karena mereka adalah gereja yang sungguh-sungguh melayani dan aktif bekerja untuk melayani Tuhan. Itu yang dilihat oleh jemaat dan orang-orang terhadap gereja Efesus.
Yang kedua adalah gereja Efesus bukan hanya gereja yang begitu giat di dalam melayani Tuhan, tetapi gereja Efesus adalah gereja yang sangat mementingkan doktrin yang ortodoks, doktrin yang setia kepada pengajaran Nabi dan Rasul. Yang kita bisa lihat bahwa dalam ayat ke-2, “engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mereka selektif, mereka tidak biarkan sembarang orang untuk menyampaikan Firman Tuhan. Saya percaya mereka menerapkan apa yang Rasul Yohanes katakan di dalam Surat Yohanes bahwa kita tidak pernah boleh menyambut sembarang orang ke dalam rumah-mu. Rumah itu adalah gereja. Karena kita menyambut sembarang orang ke dalam gereja itu sama dengan kita mendukung pelayanan orang itu dan kita mengkonfirmasi kalau pelayanannya itu baik dan benar. Gereja Efesus tau siapa yang mengajarkan Firman yang baik, siapa yang mengajarkan Firman yang salah. Gereja Efesus tau orang yang salah harus dikucilkan dari gereja atau mendapatkan disiplin daripada gereja Tuhan, nggak bisa dibiarkan untuk melayani Tuhan. Dan mereka betul-betul selektif karena apa? Karena mereka tau doktrin yang benar, doktrin yang diajarkan para Rasul dan para Nabi.
Di dalam Surat Efesus dikatakan Paulus, orang yang bertumbuh di dalam kedewasaan adalah orang yang bertumbuh di dalam pengenalannya akan Kristus, dan orang yang mengerti kebenaran yang Tuhan ajarkan. Bagus nggak? Tau Firman, bisa membedakan yang benar dan salah, aktif untuk terlibat dalam kegiatan yang gerjea adakan, mungkin penginjilan, mungkin di sekolah minggu, mungkin di choir, mungkin di bagian musik, mungkin dalam KKR regional, seperti itu, dan juga aktif di dalam kegiatan masyarakat, misalkan, untuk menyatakan dirinya adalah orang Kristen. Hebat sekali lho. Efesus itu adalah satu kota yang menyembah dewi Diana dan itu adalah satu kota yang sangat dirusak oleh penyembahan kepada berhala tapi mereka mengerti tentang Firman yang benar, ajaran yang benar, mereka betul-betul giat untuk Tuhan di dalam gereja mereka tapi bukan hanya sampai di situ. Ada satu lagi yang menjadi poin penilaian positif yang Tuhan berikan kepada gereja Efesus. Tadi 2 ya, satu sikap pelayanan A+. Dua, doktrin yang mereka pahami A+. Luar biasa? Saya kalau tanya kepada Bapak, Ibu, Saudara tentang misalnya Firman Tuhan, berapa % yang bisa jawab dengan benar? Mungkin nggak banyak. Tapi Efesus bisa. Itu berarti mereka adalah orang yang mengerti perkataan dan pengajaran Tuhan.
Yang ketiga adalah mereka bukan hanya ngerti tetapi mereka hidup di dalam suatu moralitas yang baik, yang benar. Tau dari mana? Kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-6, “Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.” Siapa Nikolaus? Nikolaus adalah orang yang nggak terlalu jelas diketahui siapa dia dan apa yang menjadi pengajaran yang dia ajarkan kepada jemaat di Efesus. Tetapi ketika Saudara membaca bahwa di sini dikatakan, “Aku membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus.” Maka ada yang menafsirkan seperti ini, Nikolaus adalah kemungkinan besar seorang yang berasal dari penganut dewa-dewa yang ada di Efesus atau pengikut penyembah berhala, seperti itu, tetapi ketika dia mengenal Kristen, dia menjadi orang Kristen bersama dengan sekelompok orang yang menjadi pengikut dia. Ada di dalam gereja Tuhan tetapi dia tidak pernah meninggalkan perbuatan dia yang berdosa, dia mungkin tidak meninggalkan perzinahan dan pelacur bakti, seperti itu, dan melakukan hal-hal berdosa yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus. Dan bagi mereka nggak apa-apa, kami adalah orang yang tetap mengenal Kristus, diselamatkan di dalam Kristus, dan adalah anak Tuhan atau umat Tuhan. Tuhan Yesus berkata kepada jemaat di Efesus, “Engkau bukan orang seperti itu, engkau tidak hidup seperti gaya hidup mereka yang berdosa. Perbuatan-perbuatan mereka engkau nggak teladani. Tapi engkau bahkan menolak perbuatan mereka.” Itu berarti jemaat Efesus adalah jemaat yang secara moralitas hidup di dalam kesucian bukan dalam pergaulan bebas tetapi hidup di dalam kekudusan, ketidakberdosaan dan bertobat dari perbuatan yang berdosa.
Ini yang tadi saya katakan kalau Bapak, Ibu, Saudara pergi ke satu kota, Bapak, Ibu, Saudara ingin mencari gereja, kira-kira gereja seperti apa yang kita cari? Dari sisi doktrin? Harus yang utama. Dari sisi keaktifan bagiamana? Pasti cari yang betul-betul mau melayani Tuhan. Dari sisi kesucian hidup dan moralitas? Saya kira kita juga akan sangat mendukung sekali gereja yang sungguh menjunjung tinggi moralitas yang benar, yang baik, yang tidak berdosa. Tetapi Saudara, kalau ini menjadi satu gereja ideal dan satu gereja yang dinyatakan di dalam Efesus ini, kenapa Tuhan kemudian menegur gereja ini lalu memberikan satu peringatan untuk mereka bertobat dan, “Kalau tidak bertobat maka Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya.” Itu berarti Tuhan akan meninggalkan mereka, menjatuhkan penghakiman kepada mereka. Dan itu membuat gereja Efesus tidak ada lagi. Dan kelihatannya di dalam sejarah itu menunjukkan bahwa gereja Efesus memang tidak bertobat dari dosa dan peringatan Tuhan ini.
Ada yang mengatakan seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya surat yang Tuhan tulis kepada Efesus ada berapa? 1? 2? 3? 4? 5? Berapa? Ada 4 surat. Pertama adalah Surat Efesus, yang Paulus tujukan secara langsung kepada Efesus. Tapi beberapa tahun kemudian Paulus menulis surat kepada Efesus yang ditujukan kepada Timotius, 1 Timotius. Lalu beberapa tahun kemudian Paulus kembali menuliskan surat kepada Timotius yang disebut dengan 2 Timotius. Lalu setelah itu 30 tahun kemudian Tuhan menulis surat kepada jemaat Efesus di dalam Kitab Wahyu, Wahyu 2 ini. Ada 4 surat yang ditujukan Tuhan kepada jemaat Efesus dan itu berarti pada waktu tulisan ini diberikan itu ada satu pergeseran yang besar sekali dari jemaat yang pertama, generasi yang pertama, menuju kepada generasi yang kedua; yaitu 30 tahun atau 40-an tahun kemudian. Dan apa yang menjadi penyebab terjadi pergeseran itu? Orang yang tidak terlalu mengerti sebabnya kenapa, ada yang menafsir ini adalah salah satu cara pekerjaan iblis untuk menghancurkan gereja Tuhan. Dan saya percaya ada bagian itunya, tapi paling tidak, gereja yang semula dibangun oleh Paulus sendiri, ada orang-orang penting yang sangat berelasi erat dengan Paulus di dalam Efesus, dan bahkan Rasul Yohanes sendiri ada di Efesus, Timotius ada di Efesus, Lukas ada di Efesus, orang-orang yang sangat penting sekali di dalam gereja mula-mula, bahkan Maria, Ibu Yesus pun, ada di Efesus. Tapi semua itu yang ada dari mula yang dimulai oleh Tuhan dan begitu ada di dalam iman kepada Yesus, 1 generasi kemudian itu dibinasakan atau meninggalkan iman itu atau apa yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Apa yang menjadi penyebab itu? dan mengapa mereka diperingatkan oleh Tuhan? Jawabannya adalah karena mereka meninggalkan kasih mula-mula.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa itu kasih mula-mula? Saya percaya kasih mula-mula itu adalah kasih kepada Kristus. Itu kasih mula-mula. Kasih mula-mula itu adalah satu kasih yang ditujukan kepada Kristus dan menjadi motif kita di dalam melakukan segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan dan di dalam gereja kita. Dan mereka tidak lakukan itu lagi. Maksudnya apa? Kalau Saudara melayani Tuhan, pertanyaannya adalah kenapa Saudara melayani Tuhan? Kayanya untuk Tuhan ya karena ada “melayani” Tuhan. Tapi kalau Saudara teliti lebih jauh, untuk apa Saudara melayani Tuhan? Mungkin jawabannya bukan untuk Tuhan. Tapi ada orang yang melayani itu karena dia suka di situ, karena dia punya interest ada di situ dia melayani. Ada orang yang melayani Tuhan bukan karena dia suka di situ tetapi karena dia harus melayani karena dikasihkan satu jabatan atau posisi tertentu, tanggung jawab tertentu untuk dia lakukan itu maka dia lakukan itu. Ada orang yang mengerti bahwa itu adalah hal yang penting, misalnya mengajarkan Firman Tuhan, seperti misalnya para pengkhotbah di dalam gereja ini, dia tau bahwa mengajarkan Firman Tuhan yang benar itu adalah benar dan itu adalah penting sekali, dan itu adalah sesuatu yang menjadi esensi dari sebuah gereja yang murni, seperti itu. Dia melakukan itu tapi tujuannya adalah satu kewajiban yang harus dikerjakan. Tetapi Saudara, ada orang yang melayani Tuhan karena untuk menghilangkan rasa bersalah dan memberikan kelegaan. Untuk apa kita melayani Tuhan? Untuk apa Saudara memuji di dalam choir, yang kita akan lihat nanti. Untuk apa orang main pianis? Untuk apa seseroang menjadi song leader? Untuk apa saya memberitakan Firman Tuhan? Untuk apa Saudara jadi usher dan kolektan? Untuk apa Saudara datang dan duduk di tempat ini setiap hari Minggu-nya? Untuk apa? Apakah untuk menghilangkan rasa bersalah karena orang Kristen harus datang dan berberbakti ke gereja? Kalau saya nggak datang ke gereja itu menyatakan saya bukan orang Kristen yang baik, supaya menghilangkan rasa bersalah itu saya datang ke gereja? Untuk apa saya melayani? Karena saya suka di bidang itu? Untuk apa? Saudara, kalau Saudara tidak lakukan itu untuk Tuhan, Saudara bukan orang yang memelihara kasih mula-mula itu. Saudara tidak melakukan itu untuk Tuhan.
Saya percaya sebagai gereja Tuhan yang ideal ketika kita melakukan segala sesuatunya kita harus uji untuk siapa kita lakukan itu. Apakah untuk Tuhan atau untuk diri. Semua yang tadi saya katakan sebagai satu contoh, saya percaya itu bukan pelayanan tapi itu adalah sesuatu “pelayanan” yang sepertinya ditujukan untuk Tuhan tapi sebenarnya semuanya ditujukan untuk diri sendiri. Dan kalau itu benar, apa yang akan terjadi? Saya percaya semua yang berkaitan dengan yang namanya ortodoksi di dalam pengajaran nggak ada gunanya. Semua keaktifan yang Saudara tunjukkan di dalam hidupmu, di dalam gereja, di dalam relasimu dengan teman-teman yang lain nggak ada gunanya. Semua moralitas yang Saudara jaga untuk hidup baik, berkata benar, hidup di dalam kesucian nggak ada gunanya sama sekali. Karena Tuhan tidak melihat Saudara melakukan itu untuk Tuhan. Dan bahkan yang terjadi adalah Saudara akan membuat satu relasi yang dalam menjadi sebuah relasi yang dangkal dan akibatnya di dalam perjalanan waktu Saudara akan membuat masalah timbul di dalam gereja dan di dalam kehidupan Saudara.
Saya kutip ada satu orang yang bernama Chuck Swindoll, dia berkata soal kesibukan demi kesibukan yang ada di dalam kehidupan orang Kristen dan secara khusus itu kepada gereja yang ada di Efesus. Dia berkata seperti ini, “Kesibukan merenggut relasi. Kesibukan itu menggantikan persekutuan mendalam dengan yang dangkal. Kesibukan itu menjanjikan mimpi yang memuaskan tetapi yang membawa kepada mimpi buruk atau yang menakutkan. Kesibukan itu memberi makan kepada ego tetapi membuat lapar manusia rohani atau inner man. Kesibukan itu mengisi kalender tetapi memecah keluarga. Kesibukan itu mengkultivasi program tapi membajak hal-hal yang bukan merupakan prioritas. Kesibukan itu akan meretakkan atau merusak pernikahan dan kesibukan akan membuat gereja menjadi buruk. Berhati-hatilah kepada terang kesibukan.” Gereja Efesus adalah gereja yang sibuk, sibuk, sibuk tetapi bukan untuk alasan yang benar atau motif yang benar yaitu untuk Kristus. Mereka menggantikan devosi kepada Kristus dengan kesibukan yang mereka lakukan. Saudara, akibatnya apa? Habis, binasa, Tuhan hukum gereja itu.
Petrus berkata penghakiman Tuhan mula-mula bukan ditujukan kepada dunia tetapi penghakiman mula-mula ditujukan kepada gereja Tuhan. Itu sebabnya Efesus mengalami penghakiman itu. Lalu apa yang harus kita lakukan? Saudara, di sini Tuhan juga memberikan kepada kita satu peringatan, apa yang harus kita lakukan kalau kita jatuh di dalam kondisi seperti ini? Ada pengharapan tidak? Ada, kalau kita bertobat. karena di sini dikatakan, “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Apa yang harus dilakukan? Saudara, pertama Saudara harus bertobat dari tindakan kesibukan itu. Bukan berarti Saudara bertobat tidak sibuk lagi ya. Tetapi ketika Saudara bertobat, hal yang pertama adalah Saudara menyadari kesibukan itu bukan hal yang Tuhan kehendaki. Tetapi yang kedua Saudara harus datang adalah ingatlah akan kasihmu yang mula-mula yang engkau miliki di dalam Kristus. Jadi pada waktu engkau bertobat dari itu, coba uji kembali ada nggak sukacita saya di dalam melayani? Kalau ada sukacita, kenapa saya bersukacita? Apakah saya mendapatkan pemuasan? Bukan! Tapi karena saya melakukannya untuk Kristus. Ada tidak itu? Coba uji kembali, ingat kembali keindahan masa lalu ketika Saudara pertama kali mengenal Tuhan, Saudara bertobat dari dosa Saudara, Saudara diselamatkan oleh Kristus, Saudara ingin betul-betul menyenangkan Tuhan Yesus Kristus. Kembali kepada hal itu. Dan bukan hanya ingat, lakukan kembali sikap itu dan kehidupan seperti itu maka Saudara akan tetap menjaga kasihmu yang mula-mula itu.
Saudara di sini ada diberikan satu dorongan bagi kita, mengapa kita perlu melakukan itu, di dalam ayat ke-7, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.” Pada waktu kita baca di dalam ayat ke-7, ini bukan berbicara, “Oh kalau saya kembali kepada Tuhan dengan sikap hati yang mengasihi Tuhan, saya melayani Tuhan dengan baik, saya mengajarkan satu kebenaran sesuai dengan Kitab Suci dan saya hidup di dalam kesucian moralitas, maka itu akan membuat saya menikmati Surga atau masuk ke dalam Surga.” Bukan! Tetapi kalimat Yohanes yang menyatakan “memberi makan dari pohon kehidupan“ itu, kalau Saudara bandingkan dengan surat 1 Yohanes 4, di situ mengatakan bukan orang itu diselamatkan melalui perbuatannya tetapi menyatakan orang yang memiliki hidup, melakukan semua ini. Jadi pada waktu kita memiliki hidup kita akan menjaga kasih kita kepada Kristus, kasih mula-mula itu, dan kita akan melayani berdasarkan kasih yang mula-mula itu. Dan pada waktu kita melakukan semua itu, yang ditujukan bagi Tuhan, apa yang akan terjadi? Di dalam kekekalan kita akan menikmati relasi dengan Tuhan kita, Yesus Kristus.
Saudara, Surga itu apa? Mungkin kita akan ngomong Surga itu tempat, betul itu adalah tempat karena kita bukan Allah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita akan ke satu tempat, apakah itu di langit dan bumi yang baru nantinya, itu adalah tempat. Tetapi pertanyaannya adalah ketika Saudara ada di langit dan bumi yang baru apa yang Saudara lakukan? Mungkin kita akan berpikir, “Wah rumahku ada berapa ya di situ? Berapa besar. Nanti ada mobil nggak? Nanti saya bisa bertemu tidak dengan istri saya atau suami saya yang ada di dalam dunia ini, anak-anak saya. Saya bisa bertemu nggak dengan Petrus, Paulus, Yohanes dan semua Rasul yang lain di situ? Saya bisa bertemu nggak dengan Luther dan Calvin, orang-orang yang menjadi reformator yang memberi arah yang baru kepada gereja setelah gereja mengalami satu penyimpangan?” Saudara, saya percaya itu membawa sukacita. Tetapi Saudara, kalau Saudara punya tujuan adalah itu, Saudara bias. Saya yakin Saudara nggak akan menikmati Surga atau terlalu menikmati Surga karena apa? Karena di Surga upah terbesar kita adalah Kristus sendiri. Di Surga, Saudara akan menikmati Kristus bukan cuma 30 tahun, 20 tahun, atau 60 tahun, tapi selama-lamanya. Saudara akan menyembah Dia bukan cuma 1 minggu 1 kali, yang kadang-kadang kita sendiri bolong untuk datang menyembah Dia, tetapi Saudara akan menyembah Dia selama-lamanya dan setiap harinya. Saudara akan nikmati itu. Kalau kita tidak membangun devosi itu dari kita hidup dalam dunia ini, saya yakin kita nggak akan menikmati itu semua. Karena di Surga semua orang akan melakukan kegiatannya, hidupnya, ibadahnya untuk Kristus bukan untuk diri kita sendiri. Itu yang harus kita bangun.
Ini yang menjadi satu peringatan, apa yang menjadi motif kita melayani Tuhan? Kalau kita bukan untuk Kristus, Saudara pelan-pelan akan tergeser dan tidak lagi menikmati keindahan itu. Saudara akan jatuh di dalam satu kebiasaan, satu hal yang normatif, satu hal yang merupakan rutinitas di dalam hidupmu dan pelayananmu. Kalau Saudara jatuh ke dalam aspek itu, nggak ada gunanya. Bertobat, kembali kepada Tuhan. Ada sukacita? Kalau ada, untuk siapa Saudara bersukacita? Ada kegiatan? Kalau ada, untuk siapa Saudara sibuk-sibuk itu? Kalau Saudara harus hidup suci, untuk siapa Saudara melakukan kesucian itu? Kalau nggak, kita akan jatuh ke dalam kompromi, akhirnya pelan-pelan kita menjadi orang yang berbeban berat di dalam mengikuti Tuhan, akhirnya kita bukan mengandalkan Tuhan di dalam pelayanan kita, tetapi kita mengandalkan aktifitas, kegiatan untuk menjangkau orang dan bukan kuasa Tuhan. Akibatnya adalah kita kemudian akan menjadi suam-suam kuku dan akhirnya dibuang oleh Tuhan. Semua itu sudah terjadi, apakah kita akan melakukan itu dan mengulangi itu kembali atau tidak? Saya berdoa di usia 26 tahun dari gereja kita, itu boleh membawa kita kembali ke dalam sikap hati mula-mula di mana kita mencintai Kristus dan datang untuk berbakti kepada Kristus. Saya percaya kalau Saudara menjaga sikap hati seperti ini, apa pun Saudara akan korbankan demi Kristus. Saudara akan mengorbankan egomu, Saudara akan mengorbankan waktumu, Saudara akan mengorbankan tenagamu, Saudara akan mengorbankan kesenangan pribadimu ketika Kristus menuntut Saudara untuk mengasihi Dia lebih besar lagi.
Ada satu cerita menarik, sebagai penutup ya. Saya tau agak panjang saya khotbah, tapi saya kira itu adalah hal yang baik. Kalau Saudara baca, ini saya bahas di PA ya, kalau Saudara baca di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, Saudara akan mendapatkan prinsip pengampunan yang begitu baik sekali. Ketika Saudara baca tentang 10,000 talenta dan yang 300 dinar, ketika Petrus datang kepada Yesus Kristus dan bertanya berapa banyak saya harus memberi pengampunan, itu adalah satu cerita tentang prinsip pengampunan yang sangat baik sekali. Tetapi cuma cerita, cuma karangan Kristus, sesuatu yang bukan realita, karena itu adalah perumpamaan dan kiasan untuk mendukung Yesus di dalam memberikan pengajaran. Tetapi kalau Saudara membaca Surat Filemon, itu bukan perumpamaan. Itu bukan kiasan. Itu bukan satu cerita tentang prinsip-prinsip yang tidak realistis, tetapi itu adalah realita hidup dari orang yang sungguh-sungguh mengenal kasih Kristus yang mula-mula itu, yaitu apa? Ketika Paulus menuntut dia menerima Onesimus kembali, dia lakukan itu. Dia tidak mempertimbangkan berapa kerugian besar yang diakibatkan Onesimus. Dia tidak mempertimbangkan berapa besar sakit hati yang dilakukan oleh Onesimus kepada diri dia. Mungkin ada, tetapi dia kemudian ketika mengingat kembali akan apa yang telah Kristus lakukan kepada diri dia, kebenaran yang dia dapatkan, keselamatan yang dia dapatkan, melalui penginjilan yang Paulus berikan kepada diri dia, ketika Paulus minta itu, dia lakukan itu. Saudara, apa yang sudah Kristus lakukan bagimu? Apa yang Saudara sudah lakukan bagi Kristus? Mungkin salah satu aspek yang Saudara bisa gunakan adalah seberapa banyak Saudara membicarakan Kristus dalam hidupmu untuk mengetahui apa yang menjadi kesukaan hatimu. Karena Alkitab berkata dari hati timbul apa yang orang katakan, atau orang mengatakan sesuatu yang ada di dalam hatinya. Apa yang menjadi prioritas hidupmu? Apa yang suka Saudara bicarakan? Apa yang Saudara kejar di dalam hidupmu. Itu menentukan prioritas hatimu. Uji itu, apakah itu untuk Kristus atau bukan. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita semua. (HSI)