Saudara sekali lagi saya tidak tahu apa sebab perenungan-perenungan khotbah dari bagian ini, kisah daripada Daud dan Mefiboset. Bagi saya sendiri, sampai saya membaca, merenungkan dan mempersiapkan khotbah di dalam khotbah ini, saya sebelumnya saya rasa belum pernah dengar khotbah tentang Daud dan Mefiboset. Tapi waktu saya membaca dan mempersiapkan bagian yang ini, saya rasa salah satu kisah yang sangat indah, salah satu kisah yang sangat menggerakkan hati. Salah satu kisah yang menyatakan kasih dan anugerah Tuhan yang begitu besar yang boleh kita saksikan di dalam satu pasal yang sangat singkat, pasal 9 dari 2 Samuel ini. Karena itu saya mengajak kita merenungkan, memikirkan bagian yang ini, dan biarlah kita boleh mengerti akan kasih dan anugerah Tuhan yang begitu besar itu, yang sudah kita alami di dalam waktu-waktu yang lalu. Dan di dalam memasuki tahun yang baru ini kita boleh dengan anugerah dan kasih Tuhan yang dicurahkan bagi kita, kita boleh mentaati Tuhan dan hidup bagi kemuliaan nama Tuhan.
Saudara-saudara sekalian, peristiwa yang kita baca, di dalam hal ini juga adalah satu peristiwa yang kontras. Ini adalah kisah kerajaan Israel, Daud dan Saul, dan kemudian berubah berganti kepada Daud. Dan juga sampai kerajaan-kerajaan sekarang perebutan kekuasaan, pergantian kerajaan, pergantian akan presiden di sepanjang zaman sebenarnya, ini peristiwa yang sangat-sangat berbeda dengan apa yang terjadi di dalam banyak peristiwa sejarah. Peristiwa yang kita baca hari ini dimulai dengan satu pertanyaan raja Daud. Dan kita mengetahui Daud adalah penerus daripada Saul. Saul adalah raja pertama Israel dan di dalam peristiwa apa yang kita baca ini Saul sudah mati, Yonatan, anak daripada Saul, putra mahkota dari Saul itu juga sudah mati. Dan sekarang Daud sudah menjadi raja, bertahta di Israel. Saudara sekalian, dan bagian yang kita baca di sini dimulai dengan perkataan raja Daud yang sangat menarik sebenarnya, di dalam ayat 1b, atau 1a sebenarnya, “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul?” Kalimat yang simple, “Masih adakah keluarga yang tinggal dari keluarga Saul, keluarga raja sebelumnya?” Tetapi sebenarnya kalau kita melihat pertanyaan ini di dalam konteks sejarah dan juga di dalam konteks apa yang terjadi di dalam sejarah sebenarnya ini sangat menarik dan sangat mengagetkan atau sangat mengerikan sebenarnya! “Masih adakah keluarga dari keturunan daripada Saul?” Kalau itu dikatakan oleh, misalnya, kerajaan atau raja dinasti Ming, berbicara tentang kerajaan daripada dinasti Yuan. Di Cina, dinasti Ming itu melanjutkan akan dinasti Yuan, maka itu adalah kalimat yang sangat mengerikan, “Masih adakah sisa daripada keluarga Yuan?” Artinya apa? Artinya kita tahu yang biasa terjadi dalam sejarah adalah dia akan mencari sampai ke akar-akarnya, keluarga, keturunan, keponakan, apa pun daripada keturunan daripada kerajaan sebelumnya. Untuk apa? Kita tahu akan dibinasakan, dihancurkan, dihabiskan sampai ke akar-akarnya.
Tetapi kalau Saudara membaca bagian ini, kita mengetahui Daud bukan bertujuan untuk menghabiskan keluarga Saul tetapi dia mengatakan kalimat selanjutnya, “Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” Jadi apa yang dikerjakan oleh Daud di sini, dia ingin mencari keturunan daripada Saul, keturunan daripada Yonatan, sahabatnya yang sangat dia kasihi itu, yang juga sudah mati sekarang. Dia ingin menunjukkan kasih kepada keluarganya ini. Atau di dalam bahasa Ibraninya, kata “kasih” di sini sebenarnya lebih tepat dimengerti sebagai “kasih setia” atau hesed di dalam bahas Ibraninya. Hesed ini mempunyai pengertian “faithful love promised within a covenant”; adalah “kasih setia yang dijanjikan atau dinyatakan di dalam satu perjanjian yang diikat antara dua pihak”. Itulah dikatakan di sini, “Aku ingin menunjukkan kasih setiaku kepadanya” karena hal ini sudah menunjuk kepada juga apa yang sudah dikatakan Daud dan Yonatan di dalam pasal sebelumnya. Mereka sudah mengikat perjanjian dan Daud di sini mengatakan, meskipun Saul sudah mati, Yonatan sudah mati, aku ingin menunjukkan kasih setia ini, aku sudah janjikan di dalam beberapa tahun sebelumnya, sebenarnya hampir 20 tahun sebelumnya kepada Yonatan, sahabatnya itu. Dan dia ingin menyatakan kebaikan kepada keturunan daripada Yonatan. Dan kita tahu ada Mefiboset di situ, dan itulah yang kemudian dinyatakan Daud kepada keturunan daripada Saul itu.
Saudara sekalian, hari ini saya ajak kita merenungkan akan 3 aspek daripada hesed ini, faithful love, kasih yang setia, kasih setia yang dinyatakan di dalam satu perjanjian. Kita melihat 3 aspek yang sangat indah daripada hesed ini, yang juga tentu akhirnya menggambarkan bagaimana kasih setia Tuhan itu kepada kita dinyatakan di dalam peristiwa ini. Saudara sekalian, hal yang pertama akan kita renungkan bersama adalah the power of hesed, kuasa atau kekuatan daripada kasih setia ini. Itu dinyatakan di dalam ayat yang pertama sampai ayat yang ke-4. Seperti tadi saya katakan, ayat 1b, bagaimana Daud ingin menunjukkan kasih setia kepada keturunan Yonatan. Itu menunjuk kepada perjanjian yang dibuat Daud dengan Yonatan di dalam 1 Samuel 20, saya bacakan bagi Saudara sekalian. Kalau Saudara mau membuka juga boleh bersama-sama dengan saya, 1 Samuel 20:14-17, ini adalah perkataan Yonatan kepada Daud, “Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia Tuhan?” – kata hesed di situ muncul ya, kasih setia Tuhan – “tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan apabila Tuhan melenyapkan setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya Tuhan menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud.” Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.” Nah inilah latar belakang daripada apa yang Daud katakan, bahwa aku akan menunjukkan kasih setiaku kepada Yonatan, kepada keturunan daripada Yonatan. Karena memang Daud dan Yonatan sudah mengikat perjanjian yang dilakukan, peristiwa itu terjadi kira-kira 15-20 tahun sebelum pasal yang ke-9 yang tadi kita baca dalam 2 Samuel ini.
Saudara sekalian, Mefiboset adalah putra dari Yonatan yang jatuh pada waktu pengasuhnya itu terburu-buru mengangkat dia pada waktu dia masih bayi, masih kecil. Mendengar akan Saul mati, mendengar akan Yonatan mati, maka pengasuh daripada Mefiboset, anak daripada Yonatan ini lari terburu-buru, sehingga Mefiboset jatuh dan timpang kedua kakinya mulai dari kecil itu. Itu dicatat dalam 2 Samuel 4. Jadi diperkirakan sekarang ini, dalam 2 Samuel 9, Mefiboset itu sekarang kira-kira sudah berumur 20 tahunan paling sedikit. Tentu tidak pasti, tapi sudah dewasa. Karena kalau Saudara membaca tadi, Mefiboset sudah mempunyai anak. Jadi dia sudah menikah, berarti sudah di atas 17, di atas 18, mungkin 20-an begitu. Dan artinya janji yang Daud katakan dengan Yonatan, ayah daripada Mefiboset itu sudah terjadi paling sedikit 15 tahun yang lalu, yang dicatat tadi yang kita baca 1 Samuel 20. Artinya apa Saudara sekalian? Artinya adalah waktu itu sudah berjalan sangat panjang, cukup panjang antara janji yang Daud katakan dengan Yonatan, ayah dari Mefiboset itu bahwa dia akan memelihara, dia akan menjaga, dia tidak akan membunuh dan membinasakan semua keturunan dari Yonatan. Itu kasih setia yang dinyatakan di dalam janji antara 2 orang itu sudah dinyatakan kira-kira 15 sampai 20 tahun yang lalu. Artinya waktu yang sudah sangat panjang, situasi yang telah berubah secara drastis tetapi tidak mengubah sedikit pun akan janji kasih setia, hesed, yang sudah dinyatakan antara Daud dengan Yonatan.
Saudara sekalian, sebenarnya Daud bisa saja beralasan, “Ah, itu kan sudah 15 tahun yang lalu. Itu sudah 20 tahun yang lalu. Situasi sekarang sudah berubah. Saul sudah mati, Yonatan juga sudah mati. Lagipula, Mefiboset ini kemungkinan besar tidak tahu apa-apa kalau janji itu sudah dinyatakan pasti Mefiboset itu masih kecil sekali, mungkin masih sangat bayi. Dia pasti tidak tahu apa-apa. Dan lebih lagi, ini adalah keturunan Saul. Ini adalah keturunan daripada raja sebelumnya. Jangan-jangan Mefiboset itu bisa mengancam posisi.” Kita tahu itu yang terus terjadi di dalam sejarah, pergantian-pergantian. Dinasti yang sebelumnya akan mencoba mendongkel, mengganti dinasti yang sekarang berkuasa, dan seterusnya.
Tapi Saudara sekalian, Daud tidak berbuat demikian. Meskipun situasi sudah berubah, keadaan sudah berubah, Mefiboset mungkin tidak tahu apa-apa dan ada kemungkinan dia bisa mengancam posisi Daud. Tetapi Daud tidak menghabiskan dan membunuh Mefiboset atau keturunan daripada Yonatan ini. Daud tidak berbuat demikian karena dia sadar bahwa covenant, perjanjian, kasih setia yang sudah dinyatakan itu kepada Yonatan itu adalah dia mengerjakannya di hadapan Allah. Karena itu di dalam ayat ke-3, Daud mengatakan bahwa hesed ini adalah hesed daripada Allah, “Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Atau kasih setia yang dari Allah ini. Ini adalah God’s hesed, yang dilakukan Daud kepada Yonatan di hadapan Tuhan. Sesuatu yang akan terus berlangsung, sesuatu yang tidak akan berubah. Meskipun situasi berubah, meskipun segala keadaan berubah, meskipun juga orang-orang sudah berubah, tetapi janji setia yang Daud katakan kepada Yonatan ini adalah janji setia yang di hadapan Tuhan, dia katakan. Dan itu tidak akan berubah sampai selama-lamanya.
Saudara sekalian, inilah yang menjadi kekuatan bagi kita, bagi anak-anak Tuhan, bagi umat Tuhan. Kita disebut juga adalah umat perjanjian daripada Allah. Dan janji yang Tuhan nyatakan kepada kita, kesetiaan-Nya kepada kita, sudah dinyatakan di dalam hidup kita dan kita disebut sebagai umat perjanjian yang tidak akan dilepaskan oleh Tuhan. Dia tidak akan melepaskan kita karena kasih-Nya, kasih setia-Nya kepada kita di dalam keadaan apa pun yang kita alami, termasuk akan dosa-dosa kita. Dia akan terus menarik, Dia akan terus memegang, Dia akan terus setia, Dia akan terus memimpin akan umat-Nya untuk kembali kepada jalan-Nya dan kepada kehendak. Ini adalah sesuatu yang tidak dimengerti oleh dunia ini. Janji setia, kasih setia Tuhan yang tidak pernah berubah itu.
kita tahu dalam dunia ini banyak sekali orang akan berubah, kehidupan akan berubah dan juga karena situasi berubah, orang-orang itu bisa berubah dan tidak adalah sesuatu yang menetap yang ada di dalam dunia ini. Tapi bagi umat Tuhan, kita adalah umat perjanjian. Kita ada karena perjanjian yang Tuhan terlebih dahulu sudah berikan kepada kita. Dan kita juga sudah menjadi anggota dari GRII Yogyakarta, maka Saudara juga akan ada perjanjian. Ketika engkau akan dibaptis, sidi atau atestasi, Saudara akan ada janji anggota, kalau Saudara membaca. Saya tidak tahu apakah Saudara ingat janji itu, tetapi Saudara sebelum menjadi anggota, Saudara akan tandatangan di atas janji itu. Masih ingat, ada 9, 10 janji, kalau Saudara membaca lagi, mengingat lagi, itu adalah janji setia. Saudara menyatakan Saudara akan terus mengikut Tuhan apapun yang terjadi, Saudara akan setia dan tidak meninggalkan iman kepercayaan berdasarkan pengakuan iman Reformed Injili, Saudara akan terus berjalan di dalam kehendak Tuhan. Itu adalah janji yang Saudara nyatakan, kita nyatakan. Bukan hanya di hadapan hamba Tuhan, umat Tuhan, tapi juga di hadapan Tuhan sendiri yang sudah terlebih dahulu menyatakan kasih setia-Nya kepada kita.
Juga di dalam janji pernikahan, Saudara akan berjanji salah satu janji, kasih setia yang sangat agung yang boleh dikatakan seorang manusia kepada manusia yang lain. Saudara berjanji di hadapan Tuhan, “Aku akan setia kepadamu. Bukan sampai engkau tidak lagi bisa memuaskan keinginanku, bukan sampai aku sudah bosan kepadamu, tapi aku akan setia kepadamu di dalam keadaan susah dan senang, keadaan kesulitan, keadaan kelimpahan dan kekurangan, dalam sakit dan sehat, aku akan setia kepadamu sampai maut memisahkan kita.” Tentu tidak sampai selama-lamanya, janjinya sampai mati, sampai maut memisahkan. Itulah janji yang mungkin ke-2 teragung yang bisa kita katakan di dalam hidup kita. Mengikut Tuhan sampai selama-lamanya, percaya kepada Tuhan sampai selama-lamanya, tapi setia kepada seseorang di dalam keadaan apapun adalah janji setia sampai maut memisahkan kita.
Ada 1 cerita yang sangat indah yang saya pernah baca di dalam sebuah buku tentang hal ini, seorang yang bernama Robertson McQuilkin. Seorang mantan presiden Colombia Bible College, yang kemudian menjadi International University of Colombia. Dia adalah seorang hamba Tuhan yang Tuhan pakai di dalam pelayanannya. Dan dia kemudian karirnya terus menanjak sampai dia satu hari itu menjadi presiden daripada Colombia Bible College. Dan dia memiliki istri yang dia sangat kasihi bernama Muriel. Dan istrinya ini adalah menjadi seorang yang menjadi reporter radio di gereja di kota itu, di kota di mana mereka tinggal. Jadi seorang yang juga sangat melayani, melalui radio, dan tentu berarti cakap berbicara dan menarik dan sebagainya. Dan dia aktif melayani, mendukung akan pelayanan suaminya juga. Tapi kemudian satu kali istrinya, Murial itu terkena Alzheimer. Alzheimer itu mulai kacau, mulai pikun, mulai banyak tidak mengerti, mulai kacau hidupnya, mulai tidak bisa merawat akan dirinya sendiri. Sampai suaminya, Robertson McQuilkin itu kesulitan sekali untuk bisa merawat akan istrinya. Satu kali kemudian satu peristiwa yang membuat dia mengambil keputusan yang drastis adalah satu hari di musim salju yang turun yang salju yang besar sekali, tiba-tiba Roberston McQuilkin yang sedang ada di kantornya, di Colombia Bible College itu, maka dia kedatangan istrinya. Ketok dengan panik. Dan dia waktu buka, istrinya itu masih pakai piyama, kakinya berdarah-darah, karena apa? Karena rumahnya memang tidak jauh dari tempat dia tinggal, istrinya itu saat itu sedang bingung, kacau, panik, dan kemudian dia ingin mencari suaminya karena memang suaminya satu-satunya orang yang mengerti dia, yang merawat dia selama ini. Sehingga dia cari, dia cari, dia panik, dan dia tau suaminya itu pasti ada di Bible College itu. Salju yang dingin itu dia keluar, pakai piyama, tidak pakai alas kaki. Kakinya semua beku dan berdarah-darah masuk ke situ. Dan dia sadar di situ bahwa istrinya itu saat ini adalah sangat membutuhkan dia. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa merawat akan istrinya yang terkena Alzheimer.
Maka dia kumpulkan semua orang pimpinan dari Colombia Bible College itu, dan dia kemudian mengatakan kepada mereka, bahwa menceritakan keadaan istrinya dan sebagainya, dan dia mengatakan, “Saya sudah pikirkan, sudah doakan, menggumuli, maka saya bikin keputusan yang paling tepat adalah saya harus mengundurkan diri dari kepresidenan Colombia Bible College ini.” Maka semua rekan-rekannya, semua pimpinan di College itu mengatakan, “Tidak bisa! Kamu pimpinan kami dan harus bertumbuh, kita sedang mengerjakan banyak hal, banyak proyek-proyek besar yang harus kita kerjakan. Kami sangat memerlukan kamu, pelayanan kamu di sini. Dan sangat kesulitan kalau kamu mengundurkan diri.” Tapi dia katakan, “Pada waktu saya berjanji di hadapan Tuhan, di hadapan gereja, di hadapan umat-Nya bahwa pada waktu hari pernikahan kami, saya sudah berjanji dengan istri saya. Bahwa saya akan setia kepada dia, mengasihi dia, di dalam keadaan sehat maupun sakit. Di dalam keadaan lancar maupun kekurangan, kesulitan. Inilah saatnya dia sangat membutuhkan saya. Inilah saatnya dia sedang sakit. Inilah saatnya dia sedang dalam kesulitan yang besar. Inilah saatnya saya menyatakan janji kasih setia itu kepada dia.” Saudara sekalian karena itu dia mengundurkan diri dan merawat akan istrinya untuk tahun-tahun yang selanjutnya.
Saudara sekalian, inilah yang boleh kita mengerti dari hesed, the power of hesed, kasih setia yang Daud nyatakan kepada Yonatan. Meskipun sudah 15-20 tahun sudah lewat tetapi kasih setia itu terus berkuasa memimpin, membentuk akan hidup umat Tuhan, anak-anak Tuhan yang menyatakan kesetiaan yang penuh dengan kekuatan yang besar. Inilah hal yang pertama yang kita boleh mengerti, the power of hesed, di mana Tuhan juga sudah menyatakan kasih setianya kepada kita dalam Kristus tentunya, dan kita sebagai umat Tuhan juga sudah menyatakan janji kasih setia kepada Tuhan, terus mengikut Dia, terus mentaati Dia, dan Tuhan akan memimpin memberi kekuatan. Itulah hesed yang kita boleh alami. Hesed dari Tuhan yang juga kita responi dengan ketaatan kita kepada Dia.
Saudara sekalian, hal yang kedua yang kita boleh melihat aspek daripada hesed atau kasih setia ini adalah hesed itu melampaui dari sekedar melakukan kewajiban. Itu dinyatakan di dalam ayat yang ke-5 sampai ayat yang ke-8. Saudara sekalian saya bacakan sekali lagi ayat 5 sampai 8 bagi Saudara sekalian, “Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia” – mengambil Mefiboset ini – “dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar. Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: ”Mefiboset!” Jawabnya: ”Inilah hamba tuanku.” Kemudian berkatalah Daud kepadanya: ”Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku” – sekali lagi hesed-nya itu, kasih setia – “kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: ”Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?”” Saudara sekalian, ketika Mefiboset dibawa ke hadapan Daud, maka dia datang dan sujud menyembah Daud. Mungkin sekali dengan gemetar karena dia berpikir inilah akhir daripada hidupku karena dia tahu apa yang terjadi di dalam raja-raja sebelumnya, karena dia tahu apa yang terjadi kepada anak mantan raja yang berkuasa sebelumnya atau cucu daripada mantan raja. Kalau ada penguasa yang baru, maka dia rasa ini akhir hidupnya, habislah aku ketika aku dipanggil oleh Daud. Maka dia datang menyembah Daud dan berkata kepada Daud, “ini hambamu.”
Tetapi apa yang dikatakan oleh Daud dan yang kemudian benar-benar dilakukan oleh Daud adalah melampaui semua pemikiran manusia dan sangat menggerakkan hati kita sesungguhnya. Kalau Saudara mengingat tadi saya katakan janji Daud kepada Yonatan di dalam 1 Samuel 20, sesungguhnya penekanan di situ adalah supaya Daud tidak membunuh Yonatan dan keturunannya, tidak menghabiskan keturunan daripada Yonatan. Artinya apa? Artinya kalau Daud sebenarnya menangkap akan Mefiboset, memenjarakan dia, menaruhnya di penjara rumah, memberi makan dia, sebenarnya dia tidak melanggar akan perjanjian itu sepanjang dia tidak membunuh dan menghabiskan keluarga daripada Yonatan. Tetapi ayat yang ke-7 yang tadi kita baca itu jauh melampaui semua ini. Ini adalah hesed, kasih setia yang Daud sudah katakan kepada Yonatan sekarang dia nyatakan kepada keturunan Yonatan ini. Dia bukan hanya memelihara dan tidak membunuh daripada Mefiboset tetapi dia melindungi Mefiboset, dia memelihara Mefiboset, dia memberikan bahkan posisi yang sangat penting daripada Mefiboset menjadi salah satu anak daripada dia sendiri, anak daripada raja.
Saudara melihat di situ, di dalam ayat 7 khususnya, “Janganlah takut”, Mefiboset jelas takut sekali, dia gemetar datang kepada Daud. Kemudian Daud mengatakan, “Sebab aku pasti akan menunjukkan kasih setiaku kepadamu oleh karena Yonatan.” Daud berjanji akan melindungi, melindungi akan Mefiboset dan kemudian, “Aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul.” Dia bukan hanya dilindungi tetapi dia akan diberikan, dipelihara semua hal yang menjadi haknya dikembalikan, milik daripada Saul, milik daripada Yonatan itu kepada dia. Dan yang ke-3, “Dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku” artinya dia makan menjadi salah satu anak raja, makan bersama-sama dengan Daud.
Daud bukan saja tidak membunuh Mefiboset tetapi dia menyatakan kasih yang berlimpah-limpah kepada Mefiboset. Daud bukan hanya melindungi Mefiboset tetapi dia mengembalikan segala tanah, warisan kepada dia. Daud bukan hanya melepaskan Mefiboset dari lembah, bayang-bayang maut, tetapi menyediakan hidangan semeja dengan raja. Daud bukan hanya memberikan tanah warisan, tetapi mengangkat dia sebagai salah satu anak raja. Bukankah ini sangat menggerakkan hati kita? Mefiboset tahu ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Dia datang dengan gemetar, dia pikir ini habis, akhir daripada hidupnya. Tapi dia diberikan anugerah kasih, belas kasihan yang begitu berlimpah-limpah sehingga dia mengatakan dengan gemetar, “apakah hambamu ini sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku.” Dia sangat digerakkan hatinya, dan dia menyadari apa yang Daud katakan. Sebab yang terjadi pada dia adalah semata-mata belas kasihan Tuhan melalui hidup daripada Daud.
Hesed itu melampaui, jauh melampaui daripada apa yang seharusnya diterima oleh kita. Demikian juga Tuhan menyatakan kasih setia-Nya kepada kita, bukan hanya tidak membunuh, tidak membinasakan, tidak menghabiskan kita, tapi Dia mengasihi kita. Dia bahkan menyerahkan anak-Nya yang tunggal bagi kita. Dia bahkan mengangat kita jadi anak-anakNya, umat Tuhan, kesayangan-Nya yang Dia jaga, pelihara dan memimpin hidup kita. Hesed itu jauh melampaui daripada sekedar melakukan akan kewajiban yang harus dilakukan kepada orang yang dia sudah janji. Inilah Saudara sekalian poin yang kedua yang kita boleh melihat bagaimana kasih setia Daud itu dinyatakan kepada Mefiboset yang melampaui dari sekedar melakukan kewajiban dia.
Dan masuk ke poin yang ke-3 yang terakhir, kita boleh melihat bahwa hesed itu juga diberikan kepada orang yang sebenarnya sangat tidak layak. Kita melihat ini bagian yang terakhir, pasal 9 ayat 11b sampai ayat 13. Digambarkan di sini kita melihat fokus kepada Mefiboset itu sendiri. Dari ayat 11 saya baca, “Berkatalah Ziba kepada raja: ”Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset. Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.” Ini ditegaskan, kita perlu mengingat dan mengerti 2 hal tentang Mefiboset ini, yang pertama adalah dia adalah darah daging daripada Saul. Dia adalah cucu dari Saul, anak Yonatan. Artinya dia adalah rezim penguasa sebelumnya, yang kita mengetahui Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud. Meskipun awalnya dia senang kepada Daud, tetapi setelah Daud kemudian berhasil mengalahkan Goliat dan memimpin tentara Israel mengalahkan musuh-musuhnya maka Saul mulai iri hati dan tidak senang dengan kehadiran Daud. Khususnya ketika dia mendengar bangsa Israel berkata, “Saul mengalahkan beribu-ribu orang tetapi Daud mengalahkan berpuluh-puluh ribu orang, berlaksa-laksa dia sudah kalahkan.” Maka hati daripada Saul mulai membenci dan dia mulai mengejar, mulai ingin menangkap, ingin membunuh daripada Daud. Bertahun-tahun Daud dikejar dan berkali-kali dia hampir mati. Berkali-kali dia ada di ujung jarum. Hanya karena anugerah Tuhan, di ujung tanduk dia hampir mati. Tetapi dia hanya karena anugerah dan belas kasihan Tuhan, Tuhan memelihara dan menjaga terus Daud di dalam kehidupannya sampai dia akhirnya berhasil menjadi raja, sedangkan Saul dan Yonatan itu mati. Dan setelah Daud berkuasa, maka ia, kita mengetahui di sini, bukan hanya tidak membinasakan akan Mefiboset, keturunan daripada Daud, tetapi dia menyatakan kasih setianya.
Saudara sekalian, seorang penulis mengatakan demikian, “Ketika rezim baru berkuasa, ia perlu mengkonsolidasi kekuasaannya.” Berarti dia harus menghabiskan sisa-sisa dari kekuatan sebelumnya. Solidification by liquidation. Dia harus menguatkan, solidkan kekuasaannya dengan menghabiskan semua keturunan-keturunan dari penguasa sebelumnya. Solidification by liquidation. Semua orang mengetahui hal ini. Ketika raja yang berkuasa baru datang, maka keturunan daripada raja sebelumnya itu harus dihabiskan sampai ke akar-akarnya. Semua orang mengetahui hal ini. Semua orang percaya, raja yang baru harus melakukan hal ini. Semua raja melakukan akan hal ini. Tetapi Mefiboset bukan saja tidak dihabiskan dan tidak dibunuh, ia diangkat menjadi anak karena covenant, karena kasih setia yang Daud sudah nyatakan. Dinyatakan kepada Yonatan dan ia menyatakan kasihnya kepada musuhnya. Ini adalah sesuatu, sekali lagi yang sangat menggerakkan hati kita ketika kita mengerti bahwa kita sesungguhnya adalah juga musuh-musuh daripada Tuhan. Kita adalah sesungguhnya orang-orang yang berdosa yang patut dimurkai Allah. Tapi seperti kasih Daud yang mengikuti kasih setia Tuhan kepada dia, dia menyatakan kasihnya kepada Mefiboset yang sebenarnya musuh daripada Daud.
Yang kedua, Saudara sekalian, kitab 2 Samuel pasal 9 tadi menegaskan juga bahwa Mefiboset itu kedua kakinya timpang. Artinya, dia adalah orang yang tidak berdaya. Bahkan kalau dibiarkan saja, tinggalkan, dibiarkan saja, tidak diapa-apakan, maka ia mungkin tidak bisa melakukan apa-apa. Tetapi apa yang dilakukan Daud kepadanya, semata-mata adalah kasih setia, belas kasihan yang begitu besar. Apa yang dilakukan Daud adalah semata-mata karena anugerahnya, semata-mata karena kasih setia yang Daud sudah nyatakan kepada ayahnya Mefiboset, yaitu Yonatan. Sehingga Mefiboset itu menyadari penuh akan hal ini. Sehingga ketika sekali lagi dia dipanggil oleh Daud, dia seorang yang tidak berdaya, dia darahnya sendiri, darah keturunan selanjutnya, dia sendiri timpang, tetapi Daud menyatakan begitu besar kasihnya kepada dia, sehingga dia sujud menyembah Daud dan berkata, “Apakah hambamu ini sehingga kau menghiraukan anjing mati seperti aku?”
Saudara sekalian, tidak sulit melihat bahwa Saudara dan saya adalah Mefiboset-Mefibosetnya Allah. Dan semata-mata karena belas kasihan Tuhan itu, karena anugerah-Nya semata-mata mengikat covenant dengan anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia berdosa. Roma pasal yang ke-5 mengatakan, “Ketika kita masih lemah, Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita.” Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Kristus telah mati bagi kita, bahkan ketika kita masih menjadi musuh daripada Allah. Dan melalui pekerjaan Roh-Nya yang Kudus, kita kemudian dilahirkan kembali dan diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kita boleh memanggil Allah “Bapa” kita, sebagai “Bapa yang di Surga”. Kita adalah anak-anak Allah. Di dalam segala kesulitan, tantangan yang kita hadapi, kita boleh berseru kepada Allah Bapa di Surga melalui Roh-Nya yang Kudus yang mengerti, dan bahkan berdoa bagi kita, anak-anak-Nya.
Saudara sekalian, inilah yang boleh kita ingat melalui peristiwa Mefiboset yang diberikan anugerah, belas kasihan oleh Daud yang sudah mengikat perjanjian. Dan bukan berarti, Saudara sekalian, orang yang telah mengalami belas kasihan Tuhan itu tidak bisa jatuh di dalam dosa. Kita mengerti bahwa Daud boleh menyatakan belas kasihannya kepada Mefiboset karena dia sendiri sudah mengalami akan belas kasihan daripada Tuhan. Tetapi bukan berarti kemudian orang yang sudah mengalami belas kasihan Tuhan, yang sudah juga menjalani, menaati, menyatakan belas kasihan itu kepada orang lain, kasih setia itu kepada orang lain itu, itu dia akan terus setia, dia akan terus hidup di dalam kebenaran, dia akan terus secara sempurna menyatakan kasih setia Tuhan di dalam kehidupan-Nya.
Kita mengetahui kemudian, Daud di dalam 2 pasal setelah 2 Samuel pasal 9 ini, di dalam 2 pasal selanjutnya, pasal yang ke-11, kita tahu Daud kemudian jatuh di dalam dosa yang sangat besar. Daud melanggar akan kasih setia yang Tuhan sudah nyatakan kepada dia, ketika dia berzinah dengan Batsyeba dan kemudian menghancurkan, merencanakan pembunuhan daripada suami dari Batsyeba, yaitu Uria. Kalau Saudara membaca peristiwa ini, saya percaya semua kita sudah mengetahui peristiwa itu. Dan saya mau mengutip saja perkataan daripada Nabi Natan yang kemudian datang kepada Daud. Ia menegur Daud dengan keras karena kesalahannya. Saudara mengetahui apa yang dikatakan Nabi Natan. Dia mengatakan, “Ada 2 orang, yang 1 kaya sekali, memiliki segala harta benda dan kambing domba yang sangat banyak.” Kalau Saudara mengingat bagaimana Nabi Natan kepada Daud berkata, “Ada 2 orang, yang 1 seorang kaya sekali, yang seorang miskin sekali. Tetangganya miskin sekali. Yang kaya ini kemudian kedatangan tamu kepada dia, dan dia ingin menjamu tamu-tamunya itu. Tapi ketika dia mau mengambil salah seekor domba atau kambingnya untuk disembelih untuk menjamu tamu-tamunya, dia rasa sayang. Ini dia rasa sayang kepada kambing atau dombanya. Tetapi dia kemudian melihat kepada tetangganya yang hanya memiliki seekor domba. Harta satu-satunya. Dia begitu miskin. Harta satu-satunya adalah seekor anak domba yang dia pelihara dari kecil seperti putrinya sendiri. Dia sayang. Itulah satu-satunya harta yang dia miliki. Tapi karena orang ini adalah orang yang kaya, punya kuasa, maka dia rebut anak domba itu, dan dia sembelih anak domba itu untuk diberi makan kepada tamu-tamunya yang datang.” Maka Saudara tahu, ketika Daud mendengar peristiwa itu dan cerita itu, dia sangat marah. Dan dia berkata, “Katakan kepada saya, siapa orang ini? Orang kaya ini? Dia harus dihukum mati!” Maka Nabi Natan berkata dengan berani kepada Daud, “Kaulah orangnya! Kaulah orang kaya itu yang telah merebut akan Batsyeba daripada Uria dan kemudian merencanakan membunuh, merencanakan untuk pembunuhan akan Uria, seorang yang sangat setia, seorang yang sangat tulus hatinya, seorang yang sangat mencintai akan istrinya, keluarganya, bangsanya, bahkan mencintai Raja Daud.”
Saudara bisa membaca itu, peristiwa itu karena kita tahu bahwa Uria itu yang dipanggil pulang daripada Daud. Setelah Daud berzinah dengan Batsyeba. Maka kemudian dia tahu Batsyeba hamil, sedangkan suaminya sedang ada di medan peperangan di sana. Kalau ketahuan dia hamil, ini berbahaya sekali. Ia akan ketahuan Batsyeba berzinah dan sebagainya. Konsekuensi juga kepada Daud. Maka dia berencana panggil Uria pulang. Panggil Uria pulang. Lalu ketika Uria pulang, Daud mengatakan, “Kau telah berjasa. Kau adalah seorang tentara yang setia kepada raja, kepada bangsamu, kepada negaramu maka kau sudah saatnya untuk beristirahat pulang. Diberikan hadiah, diberikan penghargaan, dan pulanglah, bersenang-senanglah dengan istrimu.” Tetapi kita tahu, Uria tidak pulang, tapi dia tetap berkumpul bersama dengan rekan-rekannya tentara di istana. Maka Daud memanggil dia kembali, ”Mengapa engkau tidak pulang?” Daud berpikir, ketika dia pulang, kalau dia tidur dengan istrinya dan kemudian istrinya hamil, sudah selesai. Tertutup semua akan aib, kejahatan, perzinahan yang dia lakukan. Tetapi Uria orang yang setia, dia mengatakan, “Bagaimana aku bisa bersenang-senang dengan istriku sementara teman-temanku, rekan-rekan aku, atasanku, jenderalku sedang berperang di medan peperangan, mempertaruhkan nyawa mereka? Aku tidak mungkin bisa pulang bersenang-senang dengan istriku!” Maka Daud berpikir, “Mati saya! Apa yang harus saya lakukan?” Maka Daud membikin rencana. “OK, kalau kamu tidak mau pulang, saya utus kamu kembali ke medan peperangan dan bawalah surat ini, surat yang distempel oleh stempel raja. Dan bawalah surat ini dan berikan kepada jenderal yang ada di medan peperangan.”
Saudara tahu, surat itu surat apa? Singkatnya adalah surat itu adalah surat hukuman mati bagi dia sendiri. Tapi Daud serahkan surat itu kepada Uria, untuk Uria berikan kepada jenderal atasannya di medan peperangan. Karena apa? Karena Daud tahu, Uria adalah orang yang setia, karena Daud tahu, Uria tidak mungkin membuka surat itu. Karena kalau dia membuka surat itu, dia pasti tidak akan memberikan kepada jenderal karena surat itu adalah surat hukuman mati bagi dia. Surat itu berisi kepada jenderal yang ada di medan peperangan. “Bawa Uria ke medan peperangan yang paling sengit. Dan taruh dia di tempat yang paling depan. Dan ketika pertempuran itu semakin sengit, semakin sengit, maka tarik semua tentara yang lain, dan biarkan Uria sendirian di medan peperangan menghadapi musuh-musuh yang paling dahsyat.” Itulah hukuman mati sebenarnya bagi Uria dan itulah sungguh-sungguh terjadi.
Maka ketika Nabi Natan berkata, “Engkaulah orang kaya itu yang mengambil domba milik tetangganya yang sangat miskin itu dan menyembelih domba itu bagi kesenangan dirimu sendiri. Maka engkaulah orang yang seharusnya dihukum mati. Mengapa engkau melakukan hal yang berdosa besar dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan? Bukankah Tuhan telah memberikan anugerah-anugerah demi anugerah yang begitu besar kepadamu? Kalau masih kurang, kau bisa minta lagi kepada Tuhan dan Tuhan akan memberikan kepadamu.” Karena memang Tuhan sudah memberikan begitu banyak kepada Daud dalam kehidupannya.
Ini kita bisa melihat, Saudara sekalian, betapa juga kebodohan, melanggar akan perjanjian kasih setia yang Tuhan sudah berikan kepada kita, yang sudah kita juga responi dengan kasih setia, janji covenant di hadapan Tuhan. Kalau masih kurang, minta lagi. Minta lagi kepada Tuhan dan Tuhan akan memberikan kepadamu, apa yang memang kau perlukan. Dosa itu melanggar semuanya. Betapa bodohnya. Dosa itu bukan hanya melawan Tuhan, bukan hanya melawan kehendak Tuhan, tetapi dosa juga itu sesuatu yang begitu bodoh yang menghancurkan akan hidup kita sendiri. Yeremia pasal yang ke-2, Tuhan berkata kepada kejahatan Israel, “2 hal, umatku itu melakukan 2 kejahatan yang besar. Mereka meninggalkan Aku, sumber air kehidupan dan menggali bagi diri mereka sendiri kolam yang bocor, kolam yang tidak bisa menahan air.” Inilah dosa. Inilah inti daripada dosa. Dosa itu bukan hanya melawan Tuhan, bukan hanya melawan kehendak Tuhan, bukan hanya meninggalkan Tuhan. Tetapi Tuhan mengatakan, “Aku adalah sumber air yang berlimpah-limpah yang akan memuaskan jiwamu. Tetapi engkau meninggalkan Aku, sumber air yang berlimpah-limpah air kehidupan itu. Untuk apa? Untuk menggali kolam yang bocor. Kolam itu yang mencoba memuaskan jiwamu, tetapi ini adalah kolam yang bocor. Kau isi, bocor. Kau isi, bocor. Tidak akan pernah memuaskan akan jiwamu.” Ini adalah seperti perempuan Samaria yang terus mencari, mencari kepuasan dengan tidur dengan sudah ada 5 suami, dan dia sekarang tinggal bersama laki-laki yang bukan suami. Dia mencari, mencari kepuasan, tapi dia tidak pernah menemukan sampai dia bertemu dengan Tuhan Yesus di sumur di pinggir Kota Samaria itu. “Kalau engkau tahu, kepada siapa kau sedang berbicara, kau akan minta kepada Dia, air kehidupan. Dan kiranya kau menerima minum air yang akan Kuberikan. Dan air itu akan mengalir menjadi mata air dalam jiwamu sampai kepada kekekalan.” Perempuan Samaria ini perempuan yang sebelum dia bertemu Tuhan adalah orang yang mencari, menggali kolam yang bocor. Terus mencari kepuasan di dalam dunia ini tetapi tidak pernah akan memuaskan jiwanya.
Saudara pasti pernah mendengar perkataan Augustinus yang mengatakan bahwa, “Tuhan You have created us for Yourself. And our hearts are restless until they find rest in You.” Tuhan, Engkau telah menciptakan kami untuk dirimu sendiri. Kita diciptakan Tuhan untuk diri-Nya, untuk kemuliaan diri-Nya, kemuliaan daripada Allah sendiri. Tapi bukan hanya untuk kemuliaan Allah sendiri, bagi kemuliaan diri Allah itu sendiri, tapi juga untuk kepuasan jiwa, kesukaan hidup kita, hidup yang berkelimpahan yang Tuhan berikan di dalam Kristus. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Aku datang untuk memberikan hidup” dan hidup yang berkelimpahan hanya bisa ditemukan di dalam Kristus.
Ada seorang penulis menggambarkan perkataan Augustinus itu seperti kau mencoba menaruh bola itu di dalam air. Kau tekan bola itu di dalam air. Dia tidak akan berhenti, dia akan terus bergerak. Kau tekan, dia akan terus bergerak. Karena memang dia tidak boleh ada di dalam air, tidak bisa di dalam air. Dia terus bergerak sampai dia keluar daripada air itu, baru dia dalam keadaan tenang. Rest. Ia tidak lagi bergerak. Itulah jiwa kita. Tuhan telah menciptakan kita untuk diri-Nya sendiri, untuk diri Allah itu sendiri. Hidup kita, ketika kita hidup memuliakan Tuhan, menyenangkan hati Tuhan, maka justru di situlah kita menemukan kepuasan, sukacita yang sejati yang Tuhan maksudkan dan inginkan bagi hidup kita anak-anak-Nya.
Daud yang telah mengalami kasih setia daripada Tuhan, dia juga jatuh di dalam dosa. Yang bukan hanya melawan kehendak Tuhan, tetapi juga menghancurkan hidupnya sendiri. Menyatakan kebodohan yang besar bagi dosa yang dikerjakan oleh anak-anak Tuhan. Tapi kita bersyukur kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang jatuh di dalam dosa. Tuhan terus panggil, Tuhan terus tarik. Salah satu yang membawa kita kembali kepada Tuhan adalah juga kasih setia Tuhan kepada kita. Kalau Saudara melihat doa pertobatan daripada Daud dalam Mazmur pasal yang ke-51, itu adalah doa pertobatan Daud setelah dia ditegur oleh Nabi Natan. Saudara membaca di sini, konteksnya Nabi Natan datang kepadanya setelah dia menghampiri Batsyeba. Maka ayat yang ke-3, Daud mengatakan di dalam doa yang sangat indah yang dinyatakan Daud kepada Tuhan. Dia mengatakan, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu.” Hesed dia bilang. “Have mercy on me, Oh God, according to Your unfailing love, of faithful love, according to Your great compassion, blot out my transgressions.” (Maz 51:3-6) “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.”
Saudara sekalian, kasih setia Tuhan juga menjadi dasar Daud dan dasar bagi kita untuk datang kepada Dia. Karena Dia telah berjanji bahwa tidak ada apapun yang bisa memisahkan kasih Allah di dalam Kristus. Bagi kita di dalam Kristus, Dia adalah Allah yang juga turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia, itu bagi orang-orang yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Bukan hanya di dalam hal-hal yang baik, kita tahu Allah bekerja memimpin kita dan menyatakan anugerah-Nya, tetapi juga di dalam hal-hal kesulitan, Ia bekerja di situ. Ia bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi umatnya. Bahkan di dalam dosa-dosa kita umat Tuhan. Ini kadang-kadang bisa menjadi berbahaya. “Kalau begitu kita boleh berdosa saja, karena Allah turut bekerja di dalam dosa-dosa saya?” Saya rasa orang yang berpikir demikian, mengatakan demikian adalah orang yang sama sekali tidak mengerti akan anugerah-Nya. Sama sekali orang yang tidak mengerti akan belas kasihan Tuhan. Sama sekali orang yang tidak pernah mengalami akan kasih setia Tuhan kepada dia.
Itu mirip sekali seperti sebuah perumpamaan yang Yesus katakan, orang yang berhutang 10.000 talenta. Yang begitu banyak. Jumlah 10.000 talenta itu jumlah yang sangat, sangat besar. Sangat, sangat besar kalau dibandingkan dengan kemudian hutang temannya kepada dia itu 100 dinar. Itu 10.000 talenta itu adalah 60 juta dinar. Jadi dia berhutang 60 juta dinar, dia kemudian diampuni 60 juta dinar itu. Sedangkan temannya yang berhutang 100 dinar kepada dia, perbandingannya. Dia cekik temannya itu. “Harus membayar! Harus membayar! Kalau tidak, aku masukkan kau ke dalam penjara! Harus membayar sampai lunas!” Maka raja yang telah mengampuni 60 juta dinar itu sangat marah kepada hamba yang jahat itu, ”Kau telah diberikan begitu banyak anugerah, belas kasihan yang begitu besar! Bukankah engkau juga harus menyatakan itu kepada saudaramu yang hanya berhutang 100 dinar?” Meskipun jumlah yang cukup besar, 100 dinar itu berarti 100 hari kerja, upah 100 hari kerja. Tapi dibandingkan dengan hutangnya yang tidak mungkin terbayar beribu-ribu generasi. Tidak mungkin terbayar itu, dilunasi hutangnya oleh karena belas kasihan, kasih setia Tuhan kepada kita. Maka bukankah kau seharusnya menyatakan belas kasihan dan kasih setia yang sama yang sebagai aplikasi daripada anugerah yang telah engkau terima di dalam hidup?
Artinya, orang ini adalah orang yang sama sekali tidak mengerti anugerah Tuhan, kebaikan Tuhan, belas kasihan Tuhan yang begitu besar itu dia belum pernah sungguh-sungguh menerima dan mengerti dan mengubah hidupnya. Karena ketika seorang mengerti berapa besar anugerah seperti Mefiboset menyadari, “Bagaimana engkau bisa menyatakan belas kasihan kepada anjing mati seperti aku ini?” Dia menyadari bahwa apa yang dilakukan Daud kepada dia, itu semua adalah karena belas kasihan, karena kasih setia, karena anugerah daripada Tuhan melalui Daud yang dia boleh alami. Pasti itu akan mengubah dia. Kalau kita mengerti anugerah Tuhan yang begitu besar, belas kasihan Tuhan yang begitu besar, itu pasti akan mengubah kita, dan menjadikan kita untuk hidup setia, taat melakukan kehendak Tuhan. Apalagi Tuhan menyatakan, “Bahkan dosa-dosamu, Allah turut bekerja juga di situ.” Allah tidak pernah absen di dalam kehidupan daripada umatnya. Ia bekerja di dalam segala sesuatu. God works in all things. Segala sesuatu. For the good of those who love Him. Bagi mereka yang mengasihi Dia. Dia bekerja di dalam segala sesuatu untuk kebaikan. Inilah janji Tuhan. Inilah kasih setia Tuhan.
Bahkan Roma pasal 8 itu, kalau Saudara membaca melanjutkan, maka kita tahu, bahkan kesulitan, tantangan, apapun, penderitaan, ketelanjangan, pedang, bahkan kematian sekalipun tidak akan memisahkan kita daripada kasih Allah di dalam Kristus. Itulah janji setia Tuhan. Itulah kasih setia Tuhan yang Tuhan sudah nyatakan di dalam Kristus. Dan bagi kita yang sudah menerima kasih setia itu, biarlah kita menjadi umat Tuhan yang sungguh-sungguh digerakkan hatinya, yang sungguh-sungguh dengan segenap hati boleh menyangkal diri, memikul salib, mengikut Kristus. Menyatakan kasih setia itu kepada orang-orang di sekeliling, kepada orang-orang yang mungkin pernah menyakiti kita, yang pernah melukai kita, yang pernah melakukan hal yang tidak adil kepada kita. Bahkan kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang pernah menganiaya kita. Tuhan Yesus mengatakan, “Berbahagialah engkau, jika engkau dianiaya demi nama-Ku, demi akan kebenaran.” Karena kasih setia Tuhan sudah dialami.
Saudara sekalian, kalau kita ada dalam keadaan berdosa, seperti Daud juga kemudian jatuh di dalam dosa meskipun dia sudah mengalami kasih setia Tuhan, biarlah kasih setia Tuhan itu juga menarik kita kembali datang kepada Dia. Karena Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya, meskipun Ia akan mendisiplin. Daud mengalami konsekuensi daripada dosanya. Daud mengalami kesulitan yang besar karena dosanya. Tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan Daud. Tuhan terus memimpin Daud sampai tugasnya, pekerjaannya yang harus dia kerjakan selesai. Biarlah kita boleh menjadi umat Tuhan di dalam tahun yang baru ini, menjadi umat Tuhan yang setia, mengerti sekali lagi kasih setia Tuhan yang begitu besar di dalam hidup kita. Dan kita boleh mengikut Tuhan, menaati Dia seumur hidup kita. Berjuang untuk menyatakan juga kasih setia itu kepada orang-orang di sekeliling kita. Untuk kemuliaan akan nama-Nya dan juga untuk kebaikan, sukacita, kelimpahan hidup daripada umat Tuhan. Mari kita berdoa.
Kembali bersyukur Bapa, tahun yang baru ini, Engkau boleh ingatkan kami kembali akan kasih setia Tuhan yang begitu luar biasa, begitu limpah di dalam kehidupan kami. Engkau yang begitu setia kepada janji-Mu. Engkau yang juga berkuasa untuk menggenapkan janji-Mu. Engkau yang tidak melihat dosa dan kesalahan kami sebagai satu penghalang untuk Engkau menyatakan kasih setia-Mu di dalam kehidupan kami. Kiranya apa yang telah Engkau nyatakan ini ya Bapa di dalam kehidupan kami, sekali lagi boleh mengingatkan kami untuk memiliki kehidupan yang menyatakan kasih setia juga, seperti halnya apa yang diteladankan oleh Daud di dalam kehidupannya. Kami sungguh mengharapkan dan berdoa, kiranya kasih setia Tuhan boleh ada di dalam kehidupan kami. Dan juga kasih setia Tuhan boleh dinyatakan di dalam kehidupan kami sepanjang tahun ini. Tolong pimpin ya Tuhan, walaupun ini bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Tapi kami percaya, atas kuasa dari Roh Kudus-Mu, Kau boleh memampukan kami untuk hidup di dalam satu kehidupan yang menyatakan kasih setia Kristus ini dalam kehidupan kami. Karena Engkau telah menebus kami, Kau telah mengampuni dosa kami, dan Kau juga telah menjadikan kami umat-Mu yang kudus, dan ada Roh Kudus yang boleh tinggal di dalam kehidupan kami untuk menyertai kehidupan kami, anak-anak-Mu. Serahkan kembali ya Tuhan waktu berikut ini. Serahkan juga Pdt. Budy dan pelayanannya, kiranya Kau boleh pimpin dan berkati. Kami berdoa, bersyukur di dalam nama Tuhan Yesus Kristus . Amin. (HSI)