Ke Antiokhia di Pisidia (3), 24 April 2022

Kis 13:13-52

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Saudara, pada waktu kita bicara tentang khotbah di pasal yang ke-13, kemarin saya pernah berkata bahwa ini adalah khotbah pertama dari Rasul Paulus yang dicatat di dalam Kitab Suci. Dan ketika khotbah yang dicatat oleh Lukas berkenaan dengan khotbah Rasul Paulus yang pertama, ini adalah satu dari 2 khotbah yang dicatat oleh Lukas secara detail sekali dari khotbah yang Paulus berikan. Dan yang kedua di mana? Yang kedua itu adalah ketika Rasul Paulus ada di Athena. Dan ketika dia berkhotbah kepada orang-orang Yunani di sana, maka itu juga menjadi satu khotbah yang begitu detail yang dicatat oleh Lukas di dalam Kisah Para Rasul ini.

Nah Saudara, apa yang membuat Lukas itu tidak mencatat hal-hal yang lain yang dikhotbahkan oleh Paulus? Kalau Saudara perhatikan setelah pasal 13 dan seterusnya, dia paling mencatat hal-hal parsial yang menjadi penekanan dari perkataan yang Paulus sampaikan di dalam khotbah dia. Ini membuat orang-orang atau penafsir mengatakan seperti ini, pada waktu kita membaca Kisah Para Rasul, dan pelayanan yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas, ataupun Paulus dan Silas di kemudian hari, itu mau menunjukkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Paulus itu sudah menjadi satu metode yang dijalankan oleh Paulus. Lalu berita yang disampaikan oleh Paulus di dalam khotbah-khotbah yang dia berikan di Sinagoge-sinagoge, itu adalah satu berita yang tidak jauh berbeda, atau yang sama dengan berita yang dikabarkan oleh Paulus di Antiokhia, Pisidia.

Antiokhia, Pisidia itu adalah bicara mengenai salah satu kota yang ada di wilayah Galatia. Makanya ketika Saudara membaca bagian ini, Saudara boleh membaca surat Galatia, dan Saudara bisa melihat di situ mengenai hal-hal yang terjadi di wilayah Galatia atau Antiokhia, Pisidia, dan hal-hal apa yang terjadi pada diri Paulus ketika dia melayani ke daerah tersebut. Jadi pada waktu kita membaca ini, kita bisa melihat, inilah berita yang dikabarkan oleh Rasul Paulus, dan metode pergi kepada Sinagoge itu menjadi satu metode yang dia gunakan di dalam pelayanan misi yang dia kerjakan. Dan yang menarik adalah, pada waktu saudara melihat berita yang disampaikan oleh Paulus, maka ini adalah satu berita yang tidak berbeda secara inti atau esensi dari khotbah yang disampaikan oleh Stefanus dan juga khotbah yang disampaikan oleh Rasul Petrus. Jadi, ada satu penegasan bahwa apa yang dikabarkan oleh Petrus, apa yang dikabarkan oleh Stefanus berkenaan dengan Kristus, itu adalah satu kebenaran, dan itu adalah kebenaran yang diberitakan oleh para Rasul sampai ke ujung Bumi ini.

Dan hari ini kita akan melihat secara lebih detail lagi mengenai berita yang disampaikan oleh Rasul Paulus berkenaan dengan penebusan yang Kristus lakukan bagi manusia yang berdosa. Dan Saudara, ketika berbicara ini kita harus melihat bahwa konteks dari pada khotbah yang Paulus berikan itu adalah bagi orang-orang Yahudi dan bagi orang-orang yang takut akan Allah yang ada di dalam rumah ibadat dari orang-orang Yahudi. Itu adalah satu konteks yang Saudara harus pegang untuk bisa memahami kalimat yang Paulus beritakan di dalam khotbahnya ini.

Saya sedikit singgung ya mengenai Sinagoge. Sinagoge itu adalah tempat dimana orang-orang Yahudi yang ada di perantauan akibat dari pembuangan atau penganiayaan yang terjadi kepada orang-orang Yahudi yang kemudian ketika ada di bangsa-bangsa lain, tersebar satu sama lain, mereka jauh dari Yerusalem. Kalau di Yerusalem, ada tempat di mana mereka bisa datang 1 tahun 1 kali untuk beribadah kepada Tuhan, namanya adalah Bait Allah yang ada di kota Yerusalem. Tetapi pada waktu orang Israel dibuang dan tersebar di berbagai daerah, pada waktu memang di dalam Perjanjian Lama ada momen di mana Tuhan memimpin untuk orang Israel kembali dari pembuangan itu, tetapi kelihatannya, ada sebagian dari orang Israel yang tidak mau kembali lagi atau tidak bisa kembali lagi ke Yerusalem untuk membangun kota itu kembali dan membangun Bait Allah di kota itu kembali. Dan mereka adalah orang-orang yang tersebar di berbagai bangsa itu, yang ketika hari raya Yahudi tiba, mereka akan kembali ke Yerusalem untuk memberikan korban persembahan di Bait Allah yang ada di Yerusalem. Tapi pada waktu mereka tidak ada di Yerusalem, apa yang mereka lakukan? Nah, mereka kemudian mendirikan Sinagoge, yaitu suatu tempat ibadah yang menyerupai Bait Allah, di mana orang-orang Yahudi yang ada di luar daripada Yerusalem itu berkumpul setiap hari Sabat di sana. Untuk apa? Tentunya untuk belajar Firman Tuhan, untuk memuji Tuhan di situ, atau beribadah kepada Tuhan, dan satu lagi adalah untuk memperteguh identitas mereka, atau menjaga identitas mereka sebagai orang Yahudi.

Jadi, kalau Saudara tercecer masing-masing kaya gitu, misalnya andaikata seperti ini ya, kalau kita tidak mengadakan KKR Regional secara massal, maka saya lihat orang-orang Kristen yang ada di sekolah-sekolah negeri yang ada di Indonesia ini atau khususnya di Jogja ini, itu adalah minoritas. 1 sekolah negeri itu ada 1 atau 2 anak seperti itu. Dan ketika mereka ada di dalam sekolah itu, yang mayoritas bukan orang Kristen dan mereka adalah orang yang kecil lalu ketika belajar agama kelihatannya tidak terlalu diprioritaskan oleh sekolah karena jumlah mereka yang sedikit itu, itu bisa menimbulkan krisis identitas bagi anak-anak itu. Lalu pada waktu kita mengadakan KKR Regional secara massal, kita kumpulkan semua dari anak-anak itu di satu tempat, mereka akan terbuka untuk melihat ternyata anak-anak di wilayah kami, kita itu tidak sedikit ya yang Kristen. Ada cukup banyak anak di sana, ada puluhan sampai ratusan anak yang boleh berkumpul dan berbakti kepada Tuhan di dalam kebaktian KKR itu. Dan ini membuat ada identitas yang boleh diperteguh, “Saya adalah orang Kristen, dan ternyata orang Kristen itu bukanlah adalah kelompok yang walaupun sedikit tetapi tidak berarti cuma kami saja 1 atau 2 orang dari orang Kristen itu.”

Nah orang-orang Yahudi juga pada waktu mereka ada di perasingan seperti itu, mereka adalah minoritas di antara bangsa-bangsa lain yang tidak percaya kepada Tuhan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Lalu bagaimana mereka bisa menjaga identitas mereka, kemurnian mereka sebagai umat Allah yang memiliki janji Tuhan di dalam kehidupan mereka, memiliki Firman Tuhan, memiliki suatu kepercayaan bahwa Tuhan bekerja melalui diri mereka dan di dalam bangsa Yahudi ini? Maka mereka mendirikan Sinagoge. Dan mereka berkumpul 1 minggu 1 kali di hari Sabat untuk mempelajari Firman dan untuk beribadah kepada Allah yang mereka percayai sebagai Allah yang benar. Nah itu sebabnya Paulus kemudian datang ke sana untuk memberitakan Injil.

Tetapi pada waktu mereka berkumpul di sana, ada 3 hal yang mereka terus nantikan dan mereka percaya sungguh-sungguh di dalam perjalanan hidup mereka. Pertama adalah mereka percaya kalau Allah akan bekerja dan selalu bekerja di dalam bangsa Israel atau melalui bangsa Israel dan bapa leluhur mereka yang adalah Abraham itu adalah seorang yang dipanggil oleh Allah, dipilih oleh Allah keluar dari Ur-Kasdim untuk menjadi bapa mereka atau bapa dari orang-orang pilihan Tuhan atau umat dari pilihan Tuhan Allah. Jadi di dalam pemikiran mereka, mereka selalu punya satu pemahaman, “Kami adalah bangsa pilihan dari Tuhan Allah. Allah di dalam mengerjakan segala sesuatu harus melalui bangsa yang adalah keturunan dari Abraham ini.” Dan mereka adalah orang-orang yang dipercaya memiliki keselamatan dari Allah, memiliki janji dari Allah, memiliki Allah yang sejati. Sedangkan bangsa-bangsa yang lain itu adalah bangsa-bangsa yang tidak memiliki Allah yang sejati di dalam kehidupan dan ibadah mereka. Dan di dalam konsep itu, mereka berpikir bahwa kalau mereka ingin menjadi terang bagi bangsa-bangsa, maka caranya adalah bangsa lain harus menjadi proselit atau menjadi orang yang kemudian mengadopsi seluruh hukum Tuhan, Taurat Tuhan, dan beribadah di Sinagoge atau di tempat pertemuan dari orang-orang Yahudi.

Jadi di dalam pemikiran dari orang-orang Yahudi, bangsa lain boleh beribadah kepada Allah dari orang-orang Yahudi atau Ibrani, tetapi dengan satu syarat mereka adalah level orang yang lebih rendah dari bangsa Israel. Karena mereka tidak bisa datang sebagai satu bangsa dengan satu budaya mereka untuk beribadah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub itu. Nah, ini berbeda sekali dengan Kristen ya. Ketika kita berbicara tentang Kristen, orang seringkali berkata kalau Kekristenan itu adalah satu agama yang terlalu kaku sekali dimana orang-orang Kristen itu memaksakan kebenaran yang dia percayai untuk diterima oleh orang-orang lain, supaya orang-orang lain itu menjadi orang Kristen, dan sepertinya di luar daripada Kekristenan itu tidak ada kebenaran sama sekali. Itu sebabnya Kristen itu begitu eksklusif, begitu sempit hati, begitu fanatik sekali, dan keberadaan orang Kristen itu menjadi satu keberadaan yang kalau dipertahankan akan menghancurkan kesatuan dari satu bangsa atau satu negara. Dan sayangnya adalah orang Kristen ketika mendengar hal ini menjadi minder, lalu berusaha untuk menarik segala sesuatu kegiatan yang bersifat kesaksian di muka umum, itu menjadi eksklusif, tertutup untuk orang Kristen sendiri. Dan mereka mendorong untuk menyatakan kalau agama itu bersifat privasi, antara kita dengan Tuhan, dan tidak ada hubungannya dengan orang yang lain, seperti itu. Dan kita tidak boleh membicarakan agama di muka umum.

Saya sangat setuju sekali dengan Pdt. Jimmy Pardede di Masterclass kemarin, dia bicara seperti ini, “Ketika kita bicara tentang orang Kristen, sebenarnya agama Kristen atau iman Kristen itu mengajarkan untuk menyebar ke luar. Menjadi saksi, memberitakan Injil ke luar. Tetapi liberalisme membuat orang Kristen masuk ke dalam. Menjadi orang-orang yang melihat agama itu bersifat privasi, personal antara diri dia dengan Tuhan. Tetapi di dalam agama Islam, di situ, apa yang dilakukan orang Kristen diterapkan oleh orang-orang Islam. Sehingga ketika mereka beribadah, Saudara bisa dengar doa mereka melalui corong. Ketika mereka shalat, Saudara bisa melihat jalan- jalan ditutup, mereka bisa sembahyang kepada Tuhan Allah mereka. Mereka menjadikan iman kepercayaan mereka itu bersifat publik. Di mana orang-orang bisa menyaksikan bagaimana orang-orang Muslim itu beribadah kepada Allah. Sedangkan orang Kristen yang percaya bahwa apa yang ia imani sebagai suatu kebenaran, menarik diri, lalu menjadikan ibadah itu bersifat personal.”

Saudara akibatnya apa? Akibatnya adalah bahkan ada orang-orang Kristen sendiri mulai melihat kalau iman Kristen itu sendiri tidak lebih baik daripada orang-orang Muslim punya kepercayaan. Karena mereka bersifat sosial, mereka ke luar, mereka memberitakan kepercayaan mereka, mereka memberikan satu kesaksian akan hidup mereka dan ibadah mereka di hadapan dari orangorang banyak yang ada di sekitar mereka. Saya sangat-sangat prihatin sekali, khususnya di masa pandemi seperti ini, orang Kristen sering kali berpikir bahwa atas nama keselamatan, atas nama pandemi, menarik diri, untuk ibadah secara personal di hadapan Tuhan, tanpa memperhatikan kalau Alkitab mengajarkan bahwa ibadah itu harus bersifat kolektif dan menjadi satu kesaksian juga bagi dunia ini untuk melihat kepada kasih Kristus itu.

Jadi Saudara, pada waktu kita berbicara tentang iman Kristen atau apa yang menjadi pengajaran Kristen, betulkah iman Kristen itu adalah satu iman yang eksklusif, yang menyatakan bahwa kita itu adalah satu-satunya kebenaran, dan di luar daripada Kristus tidak ada jalan keselamatan itu? Dan itu berarti bahwa kita adalah ancaman bagi bangsa-bangsa atau bagi dunia ini? Saya percaya jawabannya tidak seperti itu. Itu adalah satu jawaban yang dikatakan dari satu pemahaman yang sangat dangkal sekali berkenaan dengan iman Kristen. Kenapa saya katakan dangkal, karena Saudara ketika melihat iman kepercayaan yang lain, khususnya yang menjadi mayoritas di sini, mereka juga mengklaim bahwa kebenaran itu ada di dalam diri mereka. Mereka mengklaim satusatunya cara untuk bisa diselamatkan itu adalah melalui apa yang diajarkan di dalam kepercayaan mereka. Tetapi Saudara, ada satu hal lagi yang menjadi satu daya tarik dalam iman Kristen, yang berbeda dari Muslim, berbeda dari Hinduisme, berbeda dari Budhisme, berbeda dari Yahudiisme, adalah iman Kristen ketika orang mengadopsinya atau menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidup dia, iman Kristen menjadi satu kepercayaan atau ibadah yang sangat-sangat toleran terhadap budaya setempat atau sangat-sangat bisa beradaptasi diri dengan budaya setempat di mana Injil Kristus itu diberitakan yang tidak ada pada semua kepercayaan yang lain.

Saudara mau jadi orang Muslim? Makin Saudara hidup saleh, makin Saudara mirip siapa? Mirip orang Arab kan? Mengadopsi budaya sana. Budhisme? Tibet. Hinduisme? Mungkin lebih ke arah orang-orang India. Lalu Yahudi? Orang-orang yang mengadopsi Allah mereka menjadi orang seperti orang Yahudi. Tetapi Kristen adalah orang yang bisa menjadi orang Barat, bisa menjadi orang Indonesia, bisa menjadi orang Jawa Kristen, bisa menjadi orang Batak Kristen, bisa menjadi Chinese Kristen, bisa menjadi orang India Kristen, bisa menjadi orang Belanda Kristen, bisa menjadi pokoknya semua suku bangsa itu bisa menjadi Kristen, tetapi tidak meninggalkan identitas mereka dan tidak meninggalkan budaya mereka sebagai orang yang ada di dalam kebangsaan itu. Walaupun kita juga percaya bahwa ada budaya-budaya yang perlu ditransformasi oleh kebenaran Firman Tuhan, yang kita tidak bisa teruskan untuk dilakukan di dalam budaya itu karena bagaimana pun budaya memang baik, tetapi budaya bersumber dari manusia yang berdosa dan bukan kebenaran dari Firman Tuhan.

Jadi pada waktu kita berbicara tentang Sinagoge dan kehidupan orang Yahudi, di dalam pemikiran orang Yahudi, yang pertama, ketika Tuhan bekerja, orang harus menjadi orang Yahudi. Kalau di dalam Kekristenan, ketika Tuhan bekerja, orang tidak perlu menjadi orang Yahudi, atau orang yang ada di Timur Tengah seperti itu, karena Kekristenan itu diperuntukkan bagi semua bangsa yang ada di dalam dunia ini.

Yang kedua adalah pada waktu mereka melihat kepada iman mereka dan keberadaan status mereka itu dan membandingkan dengan janji-janji Tuhan yang Tuhan nyatakan di dalam Perjanjian Lama, maka mereka selalu memiliki satu pengharapan bahwa suatu hari nanti akan ada Mesias yang datang untuk menebus mereka. Dan Mesias itu adalah seseorang yang dipercaya sebagai Juruselamat, yang akan memberikan kebebasan atau penyelamatan bagi diri mereka. Dan Saudara, keberadaan dari orang-orang Israel yang tidak kembali ke tanah perjanjian, yang selalu ada di dalam perantauan itu, yang menjadi minoritas itu, itu menjadi satu bangsa yang ketika berkumpul, dan salah satu yang menjadi salah satu pengharapan mereka di dalam perkumpulan itu adalah kedatangan Mesias untuk membebaskan mereka dan menyelamatkan mereka dari situasi seperti itu.

Maka Saudara, ketika membaca di dalam Kisah Para Rasul 13, Paulus ada katakan bahwa yang mereka lakukan adalah menolak Kristus yang sebenarnya setiap Sabat mereka selalu baca tentang Kristus. Jadi di dalam iman dari orang-orang Yahudi, mereka selalu mengharapkan kehadiran dari Mesias, kedatangan dari Mesias, yaitu itu adalah bahasa Ibraninya, di dalam bahasa Yunaninya adalah Kristus, Mesias sama dengan Kristus. Maka mereka menantikan Dia untuk datang dan memberi pembebasan bagi orang-orang Yahudi. Itu yang kedua ya. Jadi, itu sebabnya bahkan ada orang yang mengatakan seperti ini, perempuan-perempuan Yahudi itu sangat mengharapkan sekali kalau anak yang dilahirkan oleh mereka itu adalah Mesias. Ya walaupun kita tahu bahwa Alkitab juga memberi janji kalau Mesias itu hanya dari keturunan Daud dan Dia akan memerintah sampai selama-lamanya di dalam takhta Kerajaan dari Daud itu. Tetapi mereka punya pengharapan bahwa anak mereka menjadi Mesias, karena di situ menunjukkan bahwa Mesias itu adalah suatu keberadaan Pribadi yang sangat penting sekali bagi orang-orang Yahudi.

Yang ketiga adalah, yang kita akan soroti lebih jauh, yaitu mereka punya kesadaran akan dosa yang sangat kuat sekali. Nah Saudara bisa lihat dari mana tentang pengertian ini ketika kita berbicara tentang khotbah Paulus di dalam Kisah Para Rasul 13? Saudara bisa lihat janji Tuhan bekerja di dalam Israel adalah dari perkataan Paulus tentang Abraham yang dipilih. Lalu kemudian di situ Tuhan memimpin bangsa Israel masuk ke dalam tanah perjanjian. Tuhan memberikan raja yaitu Daud, yang menjadi orang yang menggantikan Saul, setelah Saul disingkirkan, lalu Tuhan menjanjikan ada seorang yang menjadi anak Daud yang akan memerintah sampai selama-lamanya. Lalu mereka juga percaya bahwa ada Mesias, dan Paulus berkata bahwa Mesias itu adalah Yesus Kristus. Dan segala bukti yang berbicara tentang Mesias itu sudah digenapi di dalam Kristus seperti yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama.

Tapi berbicara tentang dosa bagaimana? Saudara kalau perhatikan cara Paulus di dalam mengangkat topik tentang keselamatan yang ada di dalam Yesus Kristus, dimulai dari Abraham, lalu kemudian padang gurun, lalu kemudian HakimH-akim yang memerintah, Saul, lalu lompat ke Daud, dan langsung lompat ke Kristus. Maka walaupun Paulus itu tidak berbicara secara spesifik di dalam ayat-ayat ini, karena saya percaya waktu juga tidak banyak, dia hanya diminta oleh orangorang Yahudi yang ada di Sinagoge itu untuk memberikan sepatah dua kata berkenaan dengan Firman Tuhan yang mereka ingin sampaikan, sehingga ada batas waktu yang Paulus miliki untuk memberitakan tentang Injil Kristus di sana. Sehingga pada waktu dia bicara, dia pasti nggak mungkin bicara sampai detail-detailnya seperti itu.

Yang kedua adalah, karena ketika Paulus berbicara kepada orang-orang Yahudi, Paulus berbicara kepada orang-orang yang begitu erat sekali dengan sejarah bangsa mereka. Mereka menjadikan Taurat itu begitu sakral sekali, dan mereka harus menguasai Taurat di usia 11 tahun. Berarti mereka adalah orang-orang yang begitu paham sekali dengan Firman Tuhan di dalam kehidupan mereka sejak mereka masih kecil, anak-anak yang remaja itu. Sehingga pada waktu Paulus berbicara tentang Abraham, dia nggak perlu berbicara secara detail, dia keluar dari Ur-Kasdim, lalu apa yang terjadi di Kanaan dan segala macam itu. Dia juga nggak perlu berbicara tentang peristiwa mereka ada di Mesir, lalu ketika Israel keluar dari Mesir yang dipimpin oleh Musa. Dia juga nggak perlu bicara tentang peristiwa pada waktu mereka ada di tanah perjanjian dan Hakim-Hakim memerintah di situ. Dan dia juga tidak perlu berbicara tentang apa yang dilakukan oleh Saul secara detail.

Tetapi Saudara, ketika dia merujuk kepada Abraham, kepada padang gurun, kepada Hakim-Hakim, dan kepada Saul, yang ada di dalam benak orang Israel pasti selalu terbersit ini adalah bangsa yang tegar tengkuk. Saudara, pada waktu orang Israel ada di Mesir, apa yang terjadi? Mereka turut menyembah berhala. Pada waktu Allah mengutus Musa untuk membebaskan mereka, apa yang terjadi? Mereka menolak Musa. Pada waktu mereka sudah keluar dari Mesir, di padang gurun, apa yang terjadi? Mereka meragukan pimpinan Musa yang dipilih oleh Allah untuk membebaskan mereka keluar dari Mesir dan di situ mereka kemudian bahkan menjadikan peristiwa itu sebagai satu penolakan kepada Tuhan karena mereka tidak percaya bahwa Tuhan sanggup memelihara mereka di padang gurun itu, sanggup melepaskan mereka dari musuh mereka yaitu Firaun itu. Mereka lebih percaya bahwa Musa membawa mereka untuk mati di padang gurun.

Saudara, pada waktu mereka mau masuk ke tanah perjanjian, di kala itu orang-orang Israel yang mengutus 12 pengintai itu membuat kembali terjadi hal yang membuat rusuh di antara orang Israel dimana mereka mulai bersungut-sungut kembali karena mereka takut menghadapi suku bangsa yang ada di Kanaan yang jauh lebih kuat katanya, yang lebih besar dari mereka, yang tidak mungkin mereka bisa kalahkan. Nah, itu kembali membuat mereka meragukan Tuhan yang telah memimpin dan menaklukkan Mesir dan membawa mereka masuk ke dalam tanah Kanaan itu. Lalu kembali berpetualang selama 40 tahun di padang gurun itu. Lalu, pada waktu mereka ada di dalam tanah perjanjian, ketika jaman pemerintahan Hakim-Hakim, apa yang terjadi? Alkitab berkata, mereka selalu menyimpang dari jalan Tuhan. Ada waktu tertentu mereka setia dan taat, setelah Tuhan mengutus Hakim-Nya. Tetapi setelah Tuhan mengijinkan Hakim itu mengalami kematian, setelah bertahun-tahun berlalu, Israel kemudian menyimpang lagi daripada jalan Tuhan. Sampai akhirnya Tuhan menghukum mereka, lalu mereka berteriak minta Tuhan tolong, Tuhan mengutus Hakim-Nya kembali kepada Israel untuk membebaskan Israel dari pemberontakan dan ketidaksetiaan dan tekanan dari bangsa lain dalam hidup mereka sebagai hukuman Tuhan untuk mereka.

Sampai pada waktu jaman Hakim mulai berakhir, ini saya pakai istilah berakhir ya karena Tuhan sebenarnya ingin memerintah Israel melalui Hakim-Hakim dan memang Tuhan ada janjikan akan ada seorang Raja yang akan datang dan memerintah Israel seperti yang Musa katakan di dalam 5 Taurat Musa. Tetapi pada waktu Hakim-Hakim sudah berjalan satu waktu seperti itu, Israel mendadak punya ide bahwa kita ingin punya raja seperti bangsa-bangsa lain punya Raja. Dan pada waktu Israel meminta raja itu, tujuannya untuk apa? Yaitu untuk tidak mau mengakui pemerintahan Tuhan dan cara Tuhan di dalam memerintah Israel. Itu sebabnya mereka ingin raja seperti bangsa-bangsa lain untuk memerintah diri mereka. Dan anehnya Saudara, pada waktu Tuhan mendengar itu, Tuhan kemudian menyetujui. Saya nggak tahu kenapa Tuhan menyetujui, tapi kemungkinan adalah untuk membuat Israel paham, pilihan mereka akan Saul itu bukan kehendak Tuhan, dan akibatnya apa? Saul membawa mereka ada di dalam dosa. Dan Saul sendiri adalah raja yang ditolak oleh Tuhan Allah. Itu sebabnya setelah Saul ditolak, Paulus katakan Daud, Tuhan menemukan Daud, seorang yang memiliki hati yang sungguh-sungguh seperti hati Tuhan yang kemudian duduk di atas takhta untuk memerintah orang Israel.

Jadi pada waktu Saudara melihat perkataan Paulus di sini, dimulai dari Abraham yang dipanggil keluar Mesir, lalu kemudian keturunannya yang sampai masuk ke dalam tanah perjanjian, dan Saul. Orang-orang Israel itu akan punya satu kesan yang kuat, kita selalu melawan Tuhan, kita selalu berdosa di hadapan Tuhan, kita adalah orang-orang yang mendukakan Tuhan, membuat Tuhan marah, dan bahkan Tuhan seringkali mengatakan kita adalah bangsa yang tegar tengkuk itu, yang seharusnya dilepas oleh Tuhan Allah. Tetapi anehnya adalah pada waktu mereka melihat kepada peristiwa itu, Paulus juga mau katakan, selain dari mereka adalah orang berdosa, mereka juga bisa melihat kesetiaan Tuhan yang begitu luar biasa sekali, yang tetap setia kepada janji-Nya kepada orang Israel, walaupun orang Israel begitu mengecewakan sekali di dalam kehidupan mereka dan ibadah mereka kepada Tuhan. Jadi ada prinsip ini yang Paulus katakan di situ.

Tetapi Saudara, saya akan ambil contoh salah satu dari kehidupan selain dari itu ya tentang dosa itu, saya akan memberi tahu bagaimana orang Israel itu begitu peka sekali akan dosa. Saudara bisa lihat itu dari banyak ayat yang ada di dalam Perjanjian Lama, tetapi saya akan ambil satu contoh bagi Saudara, yaitu dari kehidupan Raja Daud sendiri. Pada waktu Daud telah mencapai puncak daripada kekuasaannya, pada waktu dia ada di dalam kondisi terkuat, dia kemudian mengutus Yoab untuk mengadakan sensus penduduk. Dan sensus penduduk itu bertujuan untuk menghitung berapa jumlah tentara yang mereka miliki atau kekuatan yang mereka miliki. Dan pada waktu itu Yoab sudah melarang Daud untuk melakukannya. Tetapi Daud tetap memaksa Yoab untuk pergi dan mengerjakan sensus itu, sehingga Yoab mau tidak mau akhirnya menjalankan perintah dari rajanya, walaupun ia menjalankan itu dengan setengah hati. Dan kita tahu dari mana dia setengah hati? Karena dia tidak menyelesaikan sensus yang dijalankan oleh diri dia.

Tetapi Saudara, pada waktu Daud sudah mengutus Yoab pergi menjalankan sensus itu, tiba-tiba hati Daud berdebar-debar. Kenapa dia berdebar-debar? Karena dia sadar, dia sudah melakukan suatu dosa di hadapan Tuhan. Dan Saudara bisa lihat kehidupan Daud ini, beberapa kali dikatakan hati dia berdebar-debar. Pertama adalah ketika dia punya kesempatan untuk membunuh Saul yang pertama kali. Yang kedua adalah kesempatan membunuh Saul yang kedua kali. Pada waktu dia tinggal menusukkan pisaunya kepada Saul, atau tombaknya kepada Saul, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya karena dia sadar. “Ini adalah orang yang diurapi oleh Tuhan. Bagaimana mungkin aku berbuat dosa yang besar dengan membunuh seorang dan menolak seorang yang diurapi oleh Tuhan.” Tetapi itu yang dilakukan oleh Saul kepada diri Daud yang diurapi oleh Tuhan, dia berusaha untuk membunuh itu.

Daud punya kepekaan itu. Dan pada waktu dia mengadakan sensus, dia juga punya kepekaan itu bahwa dia adalah seorang yang sudah melakukan dosa di hadapan Tuhan, dengan hati yang berdebar-debar seperti itu. Dan kepekaan itu ditunjang dengan datanglah seorang Nabi yang menegur Daud dan mengatakan, “Kamu sudah melakukan dosa.” Lalu pada waktu Daud menyadari akan dosanya, apa yang dia lakukan? Yang kedua adalah, setelah dia sadar, dia bertobat dari dosanya. Setelah dia bertobat dari dosanya, Nabi ini bilang, “Kalau begitu, engkau sudah dalam kondisi aman.” Ada omongan kayak gitu, yaitu, “Tuhan sudah mengampuni engkau, Daud. Karena Dia tahu bahwa engkau sudah bertobat dari dosamu.” Tetapi apakah pengampunan itu membuat Daud ada di dalam kondisi yang baik, dan Israel ada di dalam kondisi yang baik? Alkitab bilang tidak. Tetap akibat dari dosa yang dilakukan oleh Daud, Tuhan akan mendatangkan hukuman kepada Daud dan bangsa Israel. Daud disuruh memilih, dia akan diserahkan kepada bangsa lain atau dia akan diserahkan kepada penyakit sampar, atau bangsa itu kepada penyakit sampar atau yang ketiga, Daud berkata bahwa, ”Aku lebih baik jatuh ke dalam tangan Tuhan daripada jatuh ke dalam tangan bangsa lain karena bagaimana pun kerasnya Tuhan untuk menghukum dosa, tetap ada kemurahan dan belas kasih dari Tuhan Allah bagi umat-Nya yang berdosa.” Dan itu membuat Tuhan mendatangkan sampar bagi orang Yahudi. Tapi di sini saya mau katakan yang poin ketiga apa, Daud setelah menyadari akan dosanya, meminta pengampunan dari dosanya, dia kemudian tunduk di bawah hukuman Tuhan dan rela untuk menjalani hukuman itu di dalam hidup dia.

Saudara, saya percaya ini adalah hal yang kita perlu mengerti dengan baik. Apa yang membuat Daud itu mempunyai kepekaan yang begitu besar dengan dosa? Apa yang membuat orang-orang Israel dikatakan punya satu kepekaan terhadap dosa? Saya percaya sebabnya adalah karena mereka tidak jauh daripada Firman Tuhan. Mereka membaca Firman Tuhan, mereka merenungkan Firman itu, mereka memperdalam pemahaman mereka akan Firman Tuhan dan pengenalan mereka akan Tuhan, dan pada waktu kita makin dekatkan diri kepada Tuhan maka saya percaya sekali satu hal yang Tuhan selalu ingatkan kepada orang-orang yang sangat dekat kepada Tuhan, bukan betapa kudusnya kita, bukan betapa sucinya kita, bukan betapa layaknya kita untuk berdiri di hadapan Tuhan, dan benarnya diri kita, tetapi kita adalah orang yang begitu berdosa di hadapan Tuhan.

Saya percaya semua orang Kristen yang baik, yang saleh, yang datang kepada Yesus Kristus itu memiliki kesadaran ini, kepekaan ini, makanya kita datang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Karena kita tau bahwa kita adalah orang yang berdosa dan kita tidak mungkin bisa menebus dosa kita itu dengan kebaikan yang kita lakukan di dalam kehidupan kita. Saudara kalau baca di dalam ayat-ayat di sini dikatakan bahwa, “Taurat Tuhan itu tidak mungkin bisa menyelamatkan kita dari dosa, tetapi Tuhan sudah menyediakan Juruselamat bagi Israel, yaitu Yesus Kristus.” Juruselamat itu bicara tentang apa? Bagi orang Israel, Juruselamat itu berbicara tentang kekuatan atau Pribadi atau Mesias yang punya kekuatan untuk membebaskan Israel dari perbudakan secara fisik dan mengembalikan kerajaan Daud secara fisik di dalam hidup mereka.

Tetapi kalau Saudara baca di dalam Perjanjian Baru lalu Saudara mendekatkan diri dengan Tuhan, Saudara menyadari akan dosa itu, maka ketika Tuhan berbicara tentang Juruselamat maka Juruselamat itu selalu identik dengan satu tindakan, satu Pribadi orang yang membuat bangsa Israel yang berdosa itu, atau umat Allah yang berdosa itu untuk bisa datang kembali kepada Tuhan Allah. Itu adalah pekerjaan dari Juruselamat. Makanya Saudara ketika melihat kepada Hakim-Hakim, di situ kapan Tuhan mengutus Hakim? Adalah ketika Israel berdosa dan bertobat dari dosa mereka, maka Hakim datang untuk diutus dan menyelamatkan mereka kembali. Supaya mereka pulih kembali di dalam keadaan mereka sebagai satu bangsa, satu umat Allah di hadapan Tuhan Allah. Jadi Juruselamat itu berkaitan dengan satu tindakan untuk membebaskan kita dari dosa dan memperdamaikan kita dengan Tuhan Allah yang suci dan kudus itu yang membawa kita bisa datang dan menghampiri Tuhan Allah yang suci dan kudus itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Israel melihat kepada dosa mereka, mereka tidak berhenti kepada dosa itu, tetapi orang yang begitu setia dan dekat dengan Tuhan, umat Allah yang bergaul dengan Tuhan sadar bahwa mereka ada berdosa dan sadar kalau Tuhan menghendaki mereka untuk bertobat dari dosa mereka. Saudara boleh bandingkan dengan Imamat 5:5-6, “Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, dan haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan sebagai tebusan salah karena dosa itu seekor betina dari domba atau kambing, menjadi korban penghapus dosa. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya.” Jadi pada waktu Israel berdosa, mereka mengerti Tuhan menghendaki mereka bertobat dari dosanya dan pertobatan mereka ditandai dengan apa? Mereka harus membawa korban binatang untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Saudara bisa bayangkan ya berapa banyak binatang yang harus dipersembahkan kepada Tuhan untuk menyatakan pertobatan mereka di hadapan Tuhan itu. Nanti kita akan masuk ke dalam Kristus di dalam aspek ini. Tetapi saya kembali kepada poin kita, ada pertobatan yang dialami. Dan saya percaya kita sebagai orang Kristen kenapa percaya Kristus? Karena kita sadar kita berdosa dan kita perlu bertobat dari dosa kita. Dan banyak orang Kristen yang akan hidup di dalam aspek ini.

Tetapi Saudara, bagaimana dengan aspek yang ketiga? Pada waktu kita jatuh di dalam dosa, kita bertobat, Saudara jangan pikir bahwa urusan kita selesai. Ada konsekuensi dari dosa yang harus kita tanggung di dalam hidup kita. Dan seperti halnya Daud harus menanggung konsekuensi itu dengan dia menjalankan hukuman dari Tuhan Allah akibat dia menyombongkan diri dia di hadapan Tuhan. Dan saya percaya ini adalah sesuatu yang sulit kadang-kadang untuk kita lalui di dalam hidup kita. Kita lebih suka memilih kalau kita sudah minta Tuhan mengampuni dosa kita, maka segala urusan akibat dari kesalahan yang kita lakukan itu terlepas dari segala dampaknya. Dan pada waktu Tuhan ijinkan kita masuk ke dalam satu kehidupan yang ada dampak itu, kita sering kali merasa kita nggak bisa lalui itu dan kita mempertanyakan kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita atau bahkan kita berusaha untuk melarikan diri dari dampak yang Tuhan ijinkan kita masuk ke dalamnya ini.

Tetapi orang-orang yang takut akan Tuhan mereka tidak lakukan itu. Mereka tundukkan diri, mereka rela untuk melalui jalan itu. Saudara, ini menunjukkan kepada satu iman yang percaya akan kasih Tuhan, kedaulatan Tuhan atas hidup dia, dan kebenaran atau kebaikan yang Tuhan selalu akan berikan kepada umat-Nya. Saudara bisa lihat itu pada diri Kristus juga. Pada waktu Dia disalibkan, maka Dia sebenarnya adalah seorang yang tidak perlu disalibkan, tetapi karena Dia ingin menanggung dosa kita, maka Dia harus disalibkan karena upah dosa adalah maut. Maut menggantikan maut. Itu sebabnya Dia harus digantikan oleh maut, maka itu Dia seharusnya disalibkan. Tetapi pada waktu Dia ada di dalam kondisi yang ditolak oleh Tuhan akibat dari dosa yang dia lakukan, Dia kehilangan iman tidak? Dia lari ke mana pada waktu Dia ditolak oleh Tuhan dengan Dia berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pada waktu langit yang ada di atas itu menjadi kelam, hitam selama 3 jam, Dia ke mana? Siapa yang Dia percayakan diri Dia kepada? Saudara, Dia tetap percayakan diri Dia kepada Bapa-Nya, karena itu Dia teriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Saudara, ketika kita ada di dalam hukuman Tuhan, Saudara lari ke mana? Ketika Tuhan sedang mem-proses kita, saya percaya sekali ya, ketika kita adalah umat Tuhan, Tuhan bisa menggunakan keadaan alam untuk mendidik kita, Tuhan bisa menggunakan teman kita untuk mendidik kita, tetapi Tuhan juga bisa menggunakan dosa kita untuk mendidik kita. Dan pada waktu itu terjadi, saya mau tanya, kita ke mana? Kita rela nggak untuk menjalankan proses Tuhan itu di dalam hidup kita? Atau kita berusaha melarikan diri dan menyingkirkan diri dan menjauhkan diri dari Tuhan dan proses Dia karena kita nggak percaya itu adalah suatu proses yang Tuhan ijinkan untuk kita alami dalam hidup kita? Saudara, Daud lakukan itu, Israel walaupun lakukan itu, tapi mereka lakukan itu dengan satu sikap yang terpaksa untuk mereka lakukan itu, karena Tuhan memaksa mereka untuk melewati proses itu di dalam kehidupan mereka. Tetapi Saudara, semua itu adalah hal yang baik untuk mereka lalui. Karena Saudara bisa lihat setelah itu bagaimana Tuhan bekerja dengan mereka, memulihkan keadaan mereka, lalu memberikan Juruselamat melalui garis darah mereka, salah satu dari garis darah mereka, untuk menggenapkan janji-Nya kepada orang Israel, dan bahkan kepada bangsa-bangsa.

Dan Saudara, kenapa Tuhan tetap menjalankan hukuman? Dan kenapa Tuhan, walaupun kita adalah umat Tuhan, mendatangkan hukuman itu? Karena Dia mengasihi kita. Itu yang membuat Dia menghukum kita dan tidak menginginkan kita terus ada di dalam dosa yang kemudian membuat kita semakin menjauhi Tuhan dan memiliki satu kehidupan yang memiliki relasi yang rusak dengan diri Dia. Itu tujuannya. Dan tentunya untuk kita bersaksi bagi nama Dia secara lebih jelas dan lebih clear lagi di dalam dunia ini.

Dan Alkitab menyatakan hal ini dengan sangat keras sekali bagi orang yang berdosa di hadapan Tuhan. Saudara boleh buka Imamat 26, ini bicara tentang berkat dan kutuk, saya bacakan beberapa ayatnya supaya kita bisa melihat bagaimana Tuhan menghadapi dosa dengan sangat serius sekali, Imamat 26:14, “Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, jikalau kamu menolak ketetapan-Ku dan hatimu muak mendengar peraturan-Ku, sehingga kamu tidak melakukan segala perintah-Ku dan kamu mengingkari perjanjian-Ku, maka Aku pun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu.” Jadi usaha mereka tidak ada keuntungan, mereka juga mendapatkan sakit akibat dari tindakan pemberontakan mereka.

Lalu ayat 17, “Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu,” diserahkan kepada bangsa lain, “dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu.” Lalu apa yang terjadi di ayat 18? “Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikian pun tidak mendengarkan Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu, dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan tanahmu sebagai tembaga.” Maksudnya nggak menghasilkan satu hal apapun ya di dalam usaha mereka, dan bahkan berbalik kepada mereka ya. “Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya. Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu. Aku akan melepaskan kepadamu binatang liar yang akan memunahkan anak-anakmu dan yang akan melenyapkan ternakmu, serta membuat kamu menjadi sedikit, sehingga jalan-jalanmu menjadi sunyi.”

Ayat 23, “Jikalau kamu dalam keadaan yang demikian pun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, maka Aku pun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu, dan Aku akan mendatangkan ke atasmu suatu pedang, yang akan melakukan pembalasan oleh karena perjanjian itu; bila kamu berkumpul kelak di kota-kotamu, maka Aku akan melepas penyakit sampar ke tengah-tengahmu dan kamu akan diserahkan ke dalam tangan musuh. Jika Aku memusnahkan persediaan makananmu, maka sepuluh perempuan akan membakar roti di dalam satu pembakaran. Mereka akan mengembalikan rotimu menurut timbangan tertentu, dan kamu akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang. Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikian pun tidak mendengarkan Daku, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, maka Aku pun akan bertindak keras melawan kamu dan Aku sendiri akan menghajar kamu tujuh kali lipat karena dosamu, dan kamu akan memakan daging anakanakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan.” Kanibalime, “Dan bukit-bukit pengorbananmu akan Kupunahkan, dan segala pedupaanmu akan Kulenyapkan. Aku akan melemparkan bangkaibangkaimu ke atas bangkai-bangkai berhalamu dan hati-Ku akan muak melihat kamu.” Dan seterusnya.

Saudara, bagaimana sikap Tuhan terhadap dosa? Alkitab bilang Tuhan sangat serius sekali di dalam melihat dosa. Dia nggak bisa toleransi sama sekali dengan dosa, Dia pasti akan menghukum orang yang berdosa itu. Tetapi, aneh ya, kenapa Tuhan tidak binasakan saja habis lalu putus hubungan dengan orang Israel, tetapi Dia berikan tingkatan dari hukuman kepada orang Israel dari yang sedikit lebih ringan, lebih berat, lebih berat, lebih berat, sampai sangat berat sekali? Jawabannya adalah karena Dia setia kepada janji-Nya. Itu yang membuat kita tetap bisa bertahan sebagai anak Tuhan. Itu yang membuat kita tetap bisa menikmati penebusan Kristus di dalam hidup kita. Saudara, karena Dia tidak mungkin menyangkal diri Dia sendiri dan janji Dia, Dia tetap mempertahankan umat-Nya karena janji Dia itu dan Dia ingin umat-Nya bertobat dari dosa dan kembali kepada diri Dia. Itu yang dirancangkan bagi orang Israel. Tapi orang Israel gagal untuk melakukan itu. Itu sebabnya mereka menolak Kristus yang Tuhan sediakan untuk menjadi Juruselamat atas hidup mereka.

Saudara, dan itu disambut apakah oleh orang bangsa-bangsa lain saja? Jawabnya tidak, tetap ada orang Israel yang menerima Yesus sebagai Juruselamat, dan kemudian melalui diri mereka meneruskan itu kepada bangsa-bangsa lain. Maksudnya bagaimana? Seperti Paulus, Petrus, dan yang lain nya ya. Maksudnya adalah ketika kita berbicara tentang kekerasan hati dan keberdosaan yang dilakukan oleh Israel, yang sama dengan ketidaktaatan kepada perkataan Tuhan, salah satu dari dosa Israel yang paling fatal juga adalah bukan hanya menggantikan Tuhan dengan Tuhan yang lain, tetapi mereka menolak membuat diri mereka menjadi saksi Tuhan bagi bangsa yang lain. Paulus bukan sedang menciptakan kepercayaan yang baru, tetapi Paulus adalah seorang yang berpegang teguh kepada pengajaran Taurat Musa dan seluruh Perjanjian Lama, dan rencana Tuhan atas Israel di dalam hidup dia untuk menjadikan Israel itu sebagai berkat bagi bangsa-bangsa yang lain.

Saudara boleh lihat itu di dalam Roma 11:11, saya baca lompat-lompat saja ya, supaya kita bisa dapat gambarannya, “Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka,” mereka ini adalah orang Israel ya, “Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka.” Dan Saudara lompat ke ayat yang ke-18, “janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu!” Cabang-cabang itu adalah orang Israel yang ada pada pokok itu, lalu ditebang oleh Tuhan, digantikan dengan cabang yang lain, yaitu orang-orang bukan Yahudi dan kita yang dicangkokkan kepada pokok itu atau akar itu, “janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga. Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali.”

Jadi Saudara, pada waktu kita bicara tentang orang Israel, Paulus mau ngomong apa di sini? Kita sebagai orang bukan Yahudi yang ada di dalam iman kepada Kristus harus ingat asal-usul kita. Kita bukan orang yang melaluinya Tuhan menjanjikan, memilih secara khusus untuk menjadi satu bangsa yang memberkati bangsa-bangsa yang lain. Kita adalah orang yang mendapat berkat itu melalui siapa? Melalui orang Yahudi dan berita yang mereka kabarkan. Dan bahkan Mesias kita sendiri, Tuhan kita, Yesus Kristus itu adalah lahir dari bangsa Yahudi. Itu sebabnya pada waktu kita berbicara tentang berita Injil yang disampaikan oleh Paulus, Petrus, dan Rasul yang lain, itu bukan sesuatu yang melanggar hukum orang Yahudi, tetapi mereka adalah orang-orang yang mengerti rencana Tuhan melalui kehidupan orang Yahudi untuk membagikan Injil itu kepada semua bangsa karena mereka paham rencana Tuhan adalah untuk memberikan Juruselamat-Nya, membawa manusia berdamai dengan Tuhan bukan hanya bagi orang Yahudi tetapi bagi bangsa-bangsa yang lain juga, termasuk diri kita. Karena di luar itu nggak ada keselamatan, karena di luar itu tidak ada pengampunan dosa, karena di luar itu adalah dosa dan penghukuman atas dosa, yang Saudara sudah baca di dalam Kitab Suci, semuanya akan Tuhan hukum dan binasakan kalau kita terus menerus ngotot, dan tidak mau percaya kepada jalan yang Tuhan sudah sediakan bagi diri kita.

Saudara, dosa itu adalah hal yang bukan hal yang remeh yang kita bisa pandang sebelah mata. Saudara ketika hidupmu ada di dalam dosa, dan Saudara tidak mau bertobat dari dosa, kalau Saudara anak Tuhan, mungkin Tuhan akan menghajar engkau. Dan pada waktu itu terjadi, jangan keraskan hatimu, mungkin Tuhan ingin engkau bertobat dan kembali kepada Tuhan. Jangan keraskan hati. Tetapi kalau Saudara hidup dalam pemberontakan kepada Tuhan, dan Saudara mulai melihat nasib Saudara yang tidak karuan itu, lalu ketika Saudara mengalami nasib yang nggak karuan itu, Saudara melihat, “Ngapain saya harus percaya kepada Dia? Ngapain saya harus meneruskan iman saya, Dia membuat saya dalam keadaan seperti ini, seperti itu.” Dan bahkan mulai mempertanyakan Tuhan, kalau Saudara anak Tuhan, Tuhan akan didik Saudara untuk lebih parah lagi dalam hidupmu, dan saya doakan itu. Bukan untuk kutukan bagi Saudara tapi untuk pertobatan Saudara kepada Tuhan.

Tetapi kalau Saudara berkeras dan Saudara kemudian mendapatkan kebebasan dari kekerasan yang Saudara lakukan kepada Tuhan, hati-hati, mungkin Saudara adalah orang yang sudah dibuang oleh Tuhan. Jangan lihat Tuhan itu adalah Tuhan yang tidak serius akan dosa. Jangan lihat Saudara bisa lebih berkuasa dari Tuhan di dalam hidupmu. Jangan lihat Saudara bisa menghindarkan diri dari dosa dari hadapan Tuhan. Saudara mungkin bisa hindarkan diri dalam hidupmu di tengah-tengah dunia ini, tetapi Saudara nggak mungkin bisa menghindarkan diri pada waktu hari penghakiman nanti. Mazmur 139 mengajarkan itu, Wahyu 4 menyatakan itu, lebih baik, mereka bilang, “daripada kami berhadapan dengan murka Allah, lebih baik kami ditimpa oleh bencana alam dan dikubur oleh bencana alam, tanah dan batu-batuan.” Karena mereka melihat murka Allah jauh lebih menakutkan dari Merapi yang meletus, gempa bumi yang terjadi, skala 6 atau 7, dan bahkan 9, dan 10 skala richter dan bahkan tanah yang terbelah dan menelan satu kampung. Murka Tuhan lebih dahsyat dan lebih menakutkan dari semua itu dan Tuhan sudah menyatakan itu di dalam Kitab Suci.

Tetapi Saudara, Tuhan bukan hanya ingin menghakimi manusia, tetapi Dia mengasihi kita, Dia ingin kita diselamatkan. Itu sebabnya Dia mengutus Paulus, itu sebabnya Dia mengutus para Rasul, itu sebabnya Dia sendiri datang ke dalam dunia ini untuk menjadi serupa dengan diri kita, supaya melalui diri Dia, Bapa menjadikan Dia sebagai pemimpin untuk menuju kepada keselamatan. Saudara boleh buka Ibrani 2:8-9, “segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.” Kaki-Nya itu adalah kaki Yesus, “Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatu pun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” Lalu kita teruskan di ayat 10, “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan –, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.” Saudara, di sini Paulus bicara kenapa Yesus itu menjadi manusia dan bahkan lebih rendah daripada malaikat-malaikat, yaitu supaya Dia bisa mati bagi manusia yang berdosa, dan supaya Dia, melalui kematian-Nya itu, dijadikan sebagai pemimpin atas hidup mereka. Dan Dia yang mati itu siapa? Dia yang telah mencipta segala sesuatu, yang diperuntukkan untuk diri Dia.

Jadi siapa Yesus? Dia adalah Tuhan, Dia adalah Pencipta, yang mencipta Saudara untuk diri Dia. Tetapi dosa mengakibatkan manusia tidak menyukai persekutuan dengan diri Dia. Dosa membuat manusia lebih memberontak terhadap diri Dia yang telah mencipta mereka. Tetapi Dia yang telah mencipta mereka yang telah ditolak oleh manusia, oleh kita semua yang berdosa ini, tetap datang ke dalam dunia untuk menjadi seperti kita, agar mati bagi kita, supaya Dia bisa menjadi pemimpin dari semua kita yang Dia kasihi untuk dibawa kepada keselamatan, atau kepada satu kehidupan yang kekal. Istilah pemimpin itu adalah “archegos”, seorang yang menjadi kepala, seorang yang menjadi pemimpin yang Tuhan tunjuk untuk memimpin kita di dalam keselamatan.

Saudara, itu berarti bahwa apa yang dikatakan oleh Yohanes 14:6 itu benar, di luar Dia nggak ada jalan orang bisa diperdamaikan dengan Tuhan. Di luar Dia yang ada adalah murka Tuhan dan bukan damai sejahtera. Saya harap ini menjadi satu khotbah yang mengingatkan kita kembali akan kasih Kristus dalam hidup kita. Ini menjadi satu khotbah yang membuat kita lebih menghargai kematian Kristus di kayu salib, sesuatu yang Dia tidak perlu lakukan dalam hidup kita. Ini membuat kita lebih menyadari akan kasih Kristus, kasih Bapa dalam kehidupan kita yang tidak menyayangkan nyawa anak-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, untuk mati di atas kayu salib demi untuk menebus dosa kita.

Dan Saudara, pada waktu itu terjadi, bisakah kita menyombongkan diri? Bolehkah kita menyombongkan diri? Bolehkah kita menghina umat Allah, yaitu Israel yang menjadi umat yang Tuhan pilih untuk membawa berkat bagi bangsa-bangsa? Bolehkan kita mengulangi kesalahan dari orang Israel yang tidak mau dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa? Saudara, Tuhan tidak rugi apa pun, yang rugi itu adalah diri kita kalau kita menolak rencana Tuhan. Tapi kalau Saudara mengerti Allah Pencipta kita, Allah yang sejati, dan Tuhan Yesus mencipta segala sesuatu untuk diri Dia, jangan lari dari Dia, kembali kepada Dia, karena di dalam Dia Tuhan telah jadikan Dia sebagai pemimpin kepada keselamatan. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali bersyukur Bapa, untuk FirmanMu, untuk kasih-Mu, untuk kebenaran-Mu, untuk kematian-Mu di atas kayu salib, dan juga untuk kebangkitan-Mu yang menyatakan kemenangan atas dosa dan maut sehingga kami boleh sungguh-sungguh ada di dalam damai sejahtera bersama dengan Kristus, atau di dalam Kristus. Kiranya segala sesuatu yang telah Tuhan kerjakan dalam diri kami di dalam Kristus, itu boleh makin dinyatakan melalui kasih kami, melalui kesaksian hidup kami, melalui kesucian yang kami boleh nyatakan di dalam hidup kami. O, Tuhan, beri belas kasih-Mu bagi anak-anak-Mu ini, beri belas kasih-Mu bagi gereja-Mu ini, beri belas kasih-Mu bagi seluruh dari umat-Mu yang ada di dalam dunia. Sehingga ketika kami mengingat kembali akan hari Paskah, hari kematian dan kebangkitan dari Yesus Kristus, kami bukan makin jauh dari Tuhan, kami bukan makin mengeraskan diri dari Tuhan, kami bukan makin berusaha untuk meng-kompromi-kan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi kami boleh makin menundukkan diri, dan merelakan diri kami untuk diproses, dibentuk dan menjadi saksi Kristus yang suci dan kudus, dan menyatakan kasih dan damai sejahtera Kristus di tengah-tengah dunia ini. Mohon belas kasih-Mu ya Bapa, dan kembali untuk gereja-Mu ini, kami sungguh merindukan Engkau boleh hadir senantiasa di tengah-tengah kami melalui Firman yang disampaikan dari mimbar ini. Dan kiranya Engkau boleh kuduskan kami melalui Firman yang telah disampaikan. Kami berdoa bersyukur di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Amin. (HSI)

 

Transkrip Khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah.