Ef. 3:14-15
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, saat ini kita akan masuk ke dalam satu bagian, yang merupakan doa yang Paulus naikkan kepada Tuhan. Satu bagian yang sebelumnya sudah harusnya dibahas oleh Paulus, tetapi kemudian ia menunda itu dari ayat 2 sampai ayat yang ke-13, baru setelah itu Paulus lanjutkan di dalam ayat yang ke-14 sampai ayat yang ke-21. Kita bisa katakan kenapa Paulus menunda, karena kalimat pembukaan dari perikop ayat 14 sampai 21, itu sama persis dengan kalimat pembukaan dari ayat 1 sampai ayat ke-13 daripada pasal yang ke-3. Di situ Paulus katakan “itulah sebabnya, aku” tapi di dalam ayat 2, dia kemudian baru menjabarkan hal-hal yang lain, tapi kemudian di ayat 14 dia baru masuk, ternyata dia ingin berdoa kepada Tuhan Allah. Tapi yang menjadi pertanyaan, pada waktu Paulus berkata “itulah sebabnya, aku” apa yang menjadi sebab Paulus menaikan doa, apa yang mendasari Paulus untuk berdoa kepada Tuhan di dalam ayat 14 sampai ayat yang ke-21 tersebut. Nah ini membuat kita bisa melihat perikop sebelumnya. Pada waktu kita melihat perikop sebelumnya, kita mendapatkan bahwa yang mendorong Paulus untuk berdoa adalah karena Paulus melihat kembali apa yang sudah Tuhan kerjakan di dalam gereja. Jadi pada waktu Paulus melihat kepada dunia, Paulus melihat ada kekacauan di dalam dunia, ada perpecahan di dalam dunia, adanya satu ketidak damaian dalam dunia, adanya peperangan di dalam dunia ini, ada perselisihan antara manusia dengan manusia dalam dunia ini, bahkan antara manusia dengan diri dia sendiri, itupun tidak ada damai tidak ada ketenangan dalam hati mereka. Dan ini adalah satu fakta yang didapatkan ketika kita melihat kedalam dunia ini, nda ada sesuatu orang yang sanggup memiliki satu kemampuan dan kekuatan untuk menjaga kedamaian dalam dunia ini, sampai selama-lamanya. Bahkan itu adalah satu hal yang Alkitab catat terjadi sejak dari manusia pertama, ketika Adam jatuh didalam dosa, di dalam Kejadian pasal 3. Dimana dia dari satu relasi yang baik dengan istrinya, kemudian mulai bermusuhan dengan istrinya, saling menyalahkan satu dengan yang lain, lalu ketika mereka punya anak, anak yang tua membunuh adiknya sendiri dan setelah itu semua kejahatan mulai masuk dan dicatat di dalam kehidupan dunia ini, atau sejarah daripada dunia ini.
Tapi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, dibalik daripada semua kekacauan, semua perpecahan, perselisihan baik itu antara manusia dan manusia atau dengan Tuhan Allah, Alkitab mencatat, ternyata Tuhan telah menyembunyikan satu rencana yang selama ini sudah ada di dalam kekekalan, yang selama ini Tuhan sudah rencanakan tetapi Dia belum bukakan itu kepada manusia, karena waktunya belum tiba. Dan rencana ini adalah satu rencana yang betul-betul luarbiasa, mulia sekali, satu rencana untuk mempersatukan manusia yang berdosa dengan diri Dia, dan untuk mempersatukan manusia yang berdosa dengan manusia yang berdosa. Atau didalam bagian ini Paulus gunakan dua ilustrasi untuk mempersatukan orang-orang Yahudi Kristen yang percaya kepada Kristus dengan orang-orang non Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus. Karena Alkitab melihat, di dalam dunia ini, sebelum manusia percaya kepada Tuhan, manusia dibagi menjadi dua kelompok besar ini. Dari perspektif orang Yahudi, kalau dia bukan orang Yahudi, dia pasti bukan orang Yahudi, sehingga kalau dia bukan umat Tuhan, dia pasti bukan umat Tuhan di dalam kehidupan dia. Hal ini menjadi satu hal yang Alkitab lihat, tapi kemudian Alkitab mengatakan, atau Paulus mengajak kita melihat, dari dua kelompok ini ada ternyata satu kelompok lagi yang disebut sebagai umat percaya atau orang percaya yang ada di dalam Kristus. Siapa kelompok ini? Kalau kedua kelompok ini selalu berselisih sebelumnya, tidak mungkin mendapatkan satu kedamaian, ada tembok perseteruan, permusuhan, pemisah yang selalu menjaga mereka supaya mereka tidak bisa bersatu, tetapi ternyata ketika mereka ada di dalam Kristus, mereka percaya kepada Kristus, tembok pemisah perseteruan itu menjadi hancur, roboh, tidak ada lagi, sehingga dua kelompok ini bisa menjadi satu di dalam Tubuh Kristus atau di dalam gereja daripada Tuhan Yesus. Saudara, ini adalah hal yang tidak pernah terjadi di dalam sejarah sebelumnya. Kalau sebelumnya manusia selalu berselisih dan berperang, walaupun kita sekarang juga lihat ada kadang gereja-gereja tertentu yang berselisih dan ribut antara satu dengan yang lain dalam anggota tapi itu adalah hal yang merupakan anomali di dalam gereja, itu hal yang tidak bener. Karena apa? Di dalam gereja harusnya ada keadamaian antara yang satu suku dengan suku yang lain, antara orang yang berpendidikan dengan orang yang kurang berpendidikan, dan antara segala macam bangsa, itu bisa bedampingan duduk di dalam gereja. Dan itu terbukti, walaupun sebagian yang merupakan anomali, tetapi dari kejadian dimana gereja dibentuk pada zaman Perjanjian Baru sampai hari ini, kita bisa melihat orang-orang yang dari berbagai suku bangsa bisa bersama-sama duduk di dalam gereja, dalam keadaan yang damai, tanpa kecurigaan antara satu dengan yang lain ketika mereka beribadah kepada Tuhan Allah.
Saudara, ini adalah hal yang luarbiasa sekali, sesuatu yang Tuhan sudah rencanakan, dikatakan oleh Paulus, sejak dari kekekalan. Keadaan kita yang non-Yahudi bisa ada di dalam gereja, bukan sebagai satu rencana tambahan, tetapi adalah satu rencana utama yang Tuhan sudah rencanakan di dalam kekekalan. Walaupun Tuhan kemudian memanggil bangsa Yahudi dulu untuk bisa membawa non-Yahudi kedalam tangan Tuhan, kepada Tuhan yang benar. Walaupun mereka gagal melakukan rencana ini, atau tugasnya ini. Tapi sekarang sebenarnya kita sebagai gereja Tuhan-pun, memiliki tugas yang sama. Kenapa Tuhan mengumpulkan kita? Mempersatukan kita, dari berbagai suku untuk bisa satu di dalam satu Tubuh Kristus sebagai sekawan sewarga daripada Kerajaan Allah, sebagai anggota Keluarga Allah yang dibagun di atas dasar pengajaran para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjurunya. Dan kita dijadikan Bait Allah, untuk apa Tuhan lakukan itu semua? Alkitab berkata, supaya kita pun menjalankan fungsi kita sebagai saksi bagi dunia akan kasih yang Tuhan nyatakan di dalam gereja, akan perdamaian yang Tuhan sudah pulihkan di dalam Kristus antara diri manusia berdosa dengan diri Allah yang suci, melalui satu kehidupan gereja yang bisa di persatukan dengan antara seorang dengan yang lain. Jadi kita memiliki satu peran yang besar sekali, kita memiliki tanggung jawab yang berat sekali yang Tuhan percayakan sebagai orang-orang Kristen yang ada di dalam dunia yang ada di dalam gerejaNya sebagai Tubuh Kristus itu. Itu sebabnya ketika Paulus melihat semua kebesaran yang Tuhan kerjakan bagi gereja, itu sebabnya ketika Paulus melihat begitu besar tanggung jawab yang kita harus pikul sebagai orang-orang yang percaya yang hidup dalam dunia ini, supaya bisa menjadi saksi bagi dunia akan kedamaian yang Tuhan sudah perbuat di dalam kehidupan manusia yang berdosa melalui gereja itu. Maka di situ Paulus kemudian berlutut di hadapan Tuhan dan menaikan doanya atau doa syafaatnya kepada Tuhan.
Jadi Saudara, kalau kita mengerti latarbelakang yang membuat Paulus berlutut dan berdoa di hadapan Tuhan, kita akan mengerti bahwa, doa bukan hal yang kita boleh remehkan, doa bukan sesuatu yang boleh sembarangan kita lakukan, atau hal yang kita anggap tidak penting, tetapi doa justru menjadi bagian pelayanan yang penting, yang dilakukan oleh rasul Paulus dan bahkan harus dilakukan oleh orang-orang Kristen. Dia merasa ini adalah tanggungjawabku sebagai seorang rasul, untuk mendoakan jemaat daripada umat Tuhan Allah. Supaya apa? Supaya apa yang menjadi rencana Tuhan itu bisa terwujud di dalam kehidupan daripada jemaat Tuhan atau gereja Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Jadi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat apa yang terjadi di dalam pelayanan Paulus, dia begitu sangat utamakan apa yang menjadi doa. Kalau kita perhatikan, surat Paulus adalah satu surat yang ditulis oleh Paulus ketika dia ada di dalam penjara. Dan pada waktu dia dipenjara apa yang dia bisa lakukan? Alkitab berkata mungkin saat itu dia dibelenggu, mungkin saat itu dia di tahan di dalam rumah dan tidak boleh keluar walaupun dia adalah tahanan rumah, mungkin saat itu dia tidak bisa bebas untuk memberitakan injil kepada orang lain, atau mengajar mereka akan firman Tuhan. Tetapi ketika dia mengalami kesulitan-kesulitan itu dalam kehidupan dia, dia tidak menjadi putus asa, atau merasa dirinya tidak bisa lagi melayani Tuhan dalam kehidupan dia.
Saya mau ajak kita lihat, apa yang dialami oleh Paulus itu bukan dari sisi penderitaan yang dia alami melalui pemenjaraan itu. Walaupun Alkitab juga berkata, ada bagian penderitaan yang Paulus ungkapkan kepada jemaat atau kepada kita. Tujuannya untuk apa? Tujuannya adalah untuk menyatakan semua kesulitan yang dia terima, kesesakan yang dia terima dalam kehidupan dia, itu adalah sesuatu yang berguna, atau dikarenakan dia mengasihi orang-orang non-Yahudi dan dia ingin orang-orang non-Yahudi mengenal Yesus Kristus. Penderitaan yang dia alami, kesesakan yang dia alami yang begitu hebatnya, itu adalah sesuatu untuk menyatakan, bahwa yang hidup di dalam diri dia, itu bukan diri dia sendiritetapi Kristus yang hidup di dalam diri dia. Sehingga ketika orang melihat seorang manusia yang begitu lemah, yang begitu rapuh, yang gampang sekali jatuh dalam dosa, gampang sekali mengalami putus asa, kenapa bisa tetap begitu ngotot mempertahankan injil, memberitakan injil kepada orang lain, dan walaupun dia dianiaya, mau dihukum mati, bahkan hampir mati karena dia dirajam batu, tetep dia tidak putus asa dan mundur, melainkan maju dan terus mempertahankan kebenaran injil yang diberitakan? Itu semua untuk menunjukkan, yang hidup dalam dirinya itu bukan diri dia, yang memiliki kuasa dalam diri dia itu bukan kuasa dan kekuatan diri dia, tapi dari Tuhan Allah. Dan untuk membawa satu berita penting bahwa “apa yang aku sampaikan, kalau bukan sesuatu yang benar, bukan sesuatu yang bersumber dari diri saya, saya pasti akan berhenti untuk beritakan itu.” Saudara, pelayan Tuhan adalah pelayan yang melihat berita yang diberitakan adalah berita yang penting dan benar, dan harus lebih diutamakan daripada diri dia, maka dia akan bisa bertahan di dalam pelayanan tersebut. Kalau dia mengikut Tuhan dengan satu konsep, aku mendapatkan satu keuntungan daripada apa yang aku kerjakan, tengah jalan dia pasti mundur daripelayanan, karena apa? Di dalam pelayanan nda ada orang yang mau memuji, jarang sekali orang mau memuji, tapi banyak orang yang akan menuduh, menyalahkan, orang prasangka, salah sangka terhadap kehidupannya. Itu lebih mungkin terjadi. Tapi pada waktu kita mengalami itu semua, lalu kita merasa, “kok aku nda dihargai, pendapatku nggak diterima, kok aku nda dihormati,” saya yakin dia akan mundur dari pelayanan kalau motivasinya adalah untuk dihormati, diterima, dan dihargai oleh orang. Tapi kalau dia melihat Tuhan yang lebih utama daripada kepentingan diri dia, maka dia akan bertahan di dalam pelayanan yang dia kerjakan di tengah-tengah gereja atau di dalam dunia ini.
Saudara, orang Kristen, Alkitab katakan, adalah orang yang dipanggil untuk mengasihi, karena Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang mengasihi. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk menyatakan Allah yang hidup di dalam kehidupan kita, cinta kasih Allah, melalui cinta kasih yang kita nyatakan di dalam gereja antara orang Kristen dengan orang Kristen yang lain atau kepada manusia yang lain. Alkitab menyatakan, “tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah,” tapi pada waktu engkau hidup di dalam satu cinta kasih antara seorang dengan yang lain, maka di situ mereka melihat Allah yang kita sembah itu adalah Allah yang benar, Dia adalah Allah yang hidup, dan mereka harus menyembah Allah ini. Jadi ini adalah peran yang penting sekali yang Tuhan panggil di dalam kehidupan kita. Tapi Saudara, pada waktu kita mengasihi, kita melihat juga, dunia mengasihi. Pada waktu kita melihat keluarga Kristen mencintai keluarganya, kita juga melihat keluarga non-Kristen mencintai keluarganya. Lalu apa beda antara cinta kasih orang Kristen dengan cinta kasih orang non-Kristen? Atau sebenarnya sama? Atau ada satu perbedaan di dalam cinta kasih tersebut? Nah di sini kita harus mengerti, sebagai orang Kristen, harus ada perbedaan kualitas antara cinta kasih orang non-Kristen dengan cinta kasih orang Kristen. Cinta kasih orang non-Kristen adalah didasarkan kebutuhan. Selama engkau masih bisa menguntungkan diriku, memberi sesuatu yang aku butuhkan, aku akan berlaku baik kepada engkau, aku akan mengasihi engkau. Tuhan Yesus berkata di dalam injil-Nya, kalau engkau mengasihi orang yang berbuat baik kepada engkau, bukankah orang dunia juga mengasihi orang yang berbuat baik kepada engkau? Tetapi bagaimana dengan orang yang berbuat jahat kepada engkau, apakah engkau bisa mengasihi mereka? Nah Saudara, dari kalimat Yesus ini kita mengerti, ketika orang Kristen mencintai, dia harus sadar satu hal, cintanya memang ada bagian di mana dia butuh untuk diterima. Dia butuh untuk dihargai, tetapi di samping daripada kebutuhan untuk kepentingan diri ini, dia harus meletakkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan diri dia sendiri. Kita harus mengasihi orang karena apa? Ini merupakan kehendak Tuhan. Kita harus mengasihi orang karena apa? Ini merupakan perintah Tuhan, keinginan Tuhan. Karena itu keinginan Tuhan harus di atas keinginan diri kita. Itu bedanya antara cinta kasih orang Kristen dengan non-Kristen. Karena itu Saudara, pada waktu kita mengalami kesulitan, tantangan, penderitaan akibat relasi yang ada, saya percaya kalau kita mengerti kualitas cinta kasih Kristen dengan baik dalam kehidupan kita, kita bisa lebih kuat di dalam melewati kesulitan itu atau relasi yang tidak baik yang ada, dan kita tetep bisa mengampuni dan kita bisa belajar mencintai dan mengasihi atau toleransi kita akan ketidaklayakan orang lain untuk berelasi dengan diri kita itu lebih besar daripada toleransi kita kepada orang yang tidak bisa kita terima kalau kita tidak mengerti kebenaran daripada hal ini.
Jadi Saudara, ada satu perbedaan yang kita perlu mengerti. Paulus adalah orang yang ketika menderita bagi Kristus, dia tahu satu hal, dia bukan menderita karena kepentingan dia sendiri, tapi ada kehendak Tuhan dan rencana Tuhan yang lebih agung daripada kepentingan dia sendiri yang dia harus kabarkan itu sebabnya dia mau rela menderita bagi nama Tuhan ketika dia melayani orang-orang non-Yahudi. Semua ini Alkitab katakan. Tetapi Saudara, pada waktu dia berbicara mengenai kesesakan itu, pada jemaat Efesus, kelihatannya Paulus tidak terlalu mau mengangkat mengenai kesesakan dan pemenjaraan yang dialami dalam keidupan dia waktu itu. Di dalam ayat yang ketiga belas pasal yang ketiga, Paulus berkata, “sebab itu aku meminta kepadamu supaya kamu jangan tawar hati karena melihat kesesakanku karena kamu, tapi karena kesesakanku itu adalah kemuliaan bagimu.” Berarti, walaupun Paulus tahu dia tidak baik keadaannya, dia dalam kesusahan, dia dalam keadaaan yang tidak menyenangkan karena pemenjaraan yang dia alami itu, tapi dia nggak mau berfokus kepada apa yang dia alami. Dia ingin orang-orang Kristen di Efesus melihat itu sebagai sesuatu yang harus dibawa syukur kepada Tuhan Allah, karena melalui peristiwa itu justru mereka boleh melihat kemuliaan yang mereka miliki di dalam Yesus Kristus. Nah Saudara, karena itu pada waktu kita melihat bagian ini, itulah sebabnya itu, dan kita melihat doa yang Paulus naikkan kepada Tuhan, saya nda akan mengajak kita melihat kepada kesulitan dan tantangan berat yang Paulus alami dalam kehidupan dia, tapi yang saya mau lihat, ketika Paulus dipenjarakan, di situ dia menyatakan satu prinsip yang betul-betul berharga sekali bagi kehidupan orang Kristen, yang bernilai sekali. Prinsipnya apa? Dia berkata, doa merupakan satu sarana istimewa yang Tuhan anugerahkan kepada anak-anak-Nya untuk kita dapat datang menghadap Tuhan, Bapa kita, tanpa ada satu pun musuh kita yang bisa mencegah kita untuk berdoa.
Saudara, pada waktu kita melayani Tuhan, kalau kita melihat pelayanan itu hanya sebagai satu kehadiran fisik dalam kehidupan kita, keberadaan diri kita, maka saya lihat kemungkinan pelayanan kita itu begitu sempit sekali. Saudara akan merasa, “saya nda bisa melayani kalau orang nda menerima saya. Saya nggak bisa melayani kalau saya dipenjara. Saya nggak bisa melayani kalau negara menolak keberadaan daripada orang Kristen. Saya nda bisa melayani kalau saya dibelenggu oleh sesuatu akibat daripada pelayanan yang saya lakukan.” Mungkin kita bisa berkata seperti itu. Kalau kita melihat pelayanan hanya sebagai sesuatu yang bisa kita lakukan dengan tubuh kita fisik ini untuk orang lain dan untuk gereja, maka saya melihat mungkin kita akan gampang sekali berkata, “cukuplah aku melayani, dan aku nda bisa melayani lagi,” atau “aku merasa putus asa, aku merasa tidak berarti lagi karena aku nda bisa melayani.” Tapi Saudara, kalau kita melihat pelayanan itu bukan hanya didasarkan pada kehadiran fisik, tetapi pelayanan juga adalah sesuatu yang bisa berkaitan dengan doa yang kita naikkan kepada Tuhan Allah, ketahuilah, nda ada seorang pun daripada musuh injil, musuh orang Kristen yang bisa menghambat kita melayani Tuhan. Walaupun mereka menjahit mulut kita, kita nda bisa berbicara kepada mereka memberitakan injil, tapi kita tetap bisa berdoa kepada Tuhan dan mendoakan orang-orang tersebut untuk mengerti kebenaran daripada Tuhan. Nah karena itu saya lihat ini adalah satu sarana yang sungguh istimewa, yang berharga sekali. Dan orang Kristen atau kita harus menyadari kehebatan atau kekuatan daripada sarana doa yang Tuhan sudah anugerahkan di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus.
Saudara, ini adalah hal yang kita harus bisa lihat. Karena apa? Karena tadi saya katakan, kita sering kali melihat bahwa pelayanan itu berkaitan dengan kehadiran dan apa yang kita bisa lakukan untuk orang lain dan dilihat oleh orang lain, tapi kita sering kali gagal untuk melihat bahwa pelayanan itu juga adalah sesuatu yang bisa kita lakukan tanpa ada orang di depan kita. Pada waktu kita sendirian, kita bisa berdoa kepada Tuhan dan mendoakan orang-orang tersebut dalam kehidupan doa kita. Nah, dalam hal ini saya harus kasih catatan, itu bukan berarti kita nda perlu hadir dalam ibadah, itu bukan berarti kita nda perlu hadir di dalam suatu persekutuan. Ibadah tetap penting, karena Tuhan sendiri yang memerintahkan kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Persekutuan juga adalah sesuatu yang perlu, karena tanpa persekutuan bagaimana kita bisa menyatakan cinta kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa, itu adalah hal yang harus kita lakukan dan kita taati untuk kita terapkan dalam kehidupan kita. Tetapi di sisi lain, pelayanan tidak terbatas pada hanya apa yang kita lakukan dalam persekutuan antara seorang dengan yang lain, bukan hanya terbatas pada relasi yang kita bisa bangun dengan orang lain, tapi juga di dalam kehidupan doa kita, tanpa kehadiran fisik kita, kita bisa melayani mereka.
Nah Saudara, kalau kita memahami hal ini, saya percaya kita bisa melihat begitu besar peluang pelayanan yang kita bisa kerjakan. Mungkin kita tidak bisa melayani dalam gereja karena kita tidak terlalu banyak memiliki talenta atau karunia di dalam gereja, atau tidak ada sarana pelayanan yang bisa menampung karunia yang kita miliki dalam gereja, itu bukan hal yang perlu kita sesali atau kita kecewakan sehingga kita merasa kita perlu cari gereja lain yang bisa menampung apa yang menjadi karunia kita, nda harus seperti itu. Tapi Saudara bisa ingat di dalam dunia ini ada begitu banyak orang Kristen, apakah mereka dalam keadaan baik atau mereka dalam keadaan yang tidak baik? Apakah mereka seperti kita yang bisa beribadah seluasa mungkin atau mereka yang ada di dalam suatu penganiayaan dan penderitaan di dalam negara yang lain atau di dalam wilayah daripada negara kita yang lain yang mengalami kesulitan itu, ingat mereka, doakan mereka dalam kehidupan kita, di situ berarti kita sudah turut berbagian di dalam satu pelayanan yang penting dalam kerajaan Tuhan Allah.
Saudara, ini juga perlu dicatat, bukan berarti kita ingin melepas tangan dan tidak mau repot untuk bisa melayani orang lain dalam kehidupan kita. Ada orang yang berkata, “Oh, kamu ada masalah ya? Oh gitu, saya doakan ya,” maksudnya apa? ‘Saya nggak mau urusin masalahmu, itu urusanmu sendiri, saya cukup doakan.’ Bukan seperti itu, karena di dalam Yakobus 1:27 di situ dikatakan orang yang beribadah, dia pasti memperhatikan anak yatim piatu, dia pasti memperhatikan janda miskin, dia pasti memperhatikan cara dia hidup dalam dunia ini yang berbeda daripada orang-orang dunia, itu yang harus kita lakukan.Sehingga pada waktu kita berdoa bukan berati kita mau pangku tangan, kita nda mau repot-repot mengurusi orang yang dalam kesulitan, bukan begitu, tapi kalau kita nda punya kesempatan untuk bisa melayani mereka, berbagian di dalam menyatakan cinta kasih kepada mereka melalui perbuatan kita, kita masih ada satu sarana lain, yaitu kita berdoa dihadapan Tuhan. Tapi pertanyaannya Saudara, dari sekian banyak waktu yang Tuhan berikan dalam hidup kita, 1 hari 24 jam, 1 hari berarti 1440 menit, 1 hari berarti 86400 detik yang Tuhan berikan untuk kita lalui, belum kali 30, belum kali usia kita, saya mau tanya, berapa banya detik waktu yang kita gunakan untuk berdoa? Mendoakan orang lain? Saya pikir kita sangat minim sekali, kita lebih lihat pada kebutuhan kita, apa yang kita perlukan, dan itu yang kita doakan, tapi apa yang menjadi kebutuhan daripada saudara seiman yang lain, kita anggap tidak ada di depan kita, tidak penting, kita tidak memperdulikan diri mereka. Padahal doa yang Tuhan karuniakan bagi kita, bukan hanya diperuntukan bagi kepentingan kita, tapi juga diperuntukan bagi kepentingan kerajaan Allah dan saudara seiman kita yang lain yang mungkin dalam kesulitan hidup mereka, itu yang pertama ya. Doa adalah satu sarana istimewa yang Tuhan karuniakan bagi kita, yang sangat berharga sekali, dimana tidak ada satu pun musuh kita atau musuh Tuhan yang bisa mencegah kita berdoa kepada Tuhan.
Yang kedua, doa adalah satu sarana yang berharga bagi bagi orang Kristen, tetapi sarana yang berharga ini adalah sesuatu yang tidak boleh kita titik beratkan dan utamakan sebagai satu-satunya yang bernilai dan berharga, sehingga kita mengabaikan pengajaran firman Tuhan. Doa adalah sesuatu yang bernilai, utama, berharga, tetapi kita juga harus mengerti firman Tuhan.Pengajaran itu adalah sesuatu yang tidak kalah berharga dibandingkan doa yang kita naikan kepada Tuhan. Nah Saudara, ini harus juga kita perhatikan karena di dalam pelayanan kita, kadang-kadang kita ada lihat orang-orang yang merasa “aku dipanggil hanya untuk berdoa, aku tidak dipanggil untuk mengajarkan firman, aku nda dipanggil untuk melayani orang lain di dalam hal cinta kasih yang kita bisa berikan kepada orang lain, tapi yang aku lakukan hanyalah doa, dan doa, dan doa, dan tidak perlu terlibat dengan orang lain.” Saudara, saya percaya ini bukan apa yang diajarkan Kitab Suci bagi kita. Pada waktu kita melihat kehidupan Paulus, dia adalah orang yang memang berdoa, tapi ingat dia juga adalah orang yang begitu menekankan pengajaran firman di dalam setiap pelayanan yang dia lakukan dan doa itu bukan sesuatu yang hanya dia lakukan ketika dia ada di dalam penjara, tapi doa juga adalah hal yang dia lakukan ketika dia ada di luar penjara, pada waktu dia masih bebas sebagai orang yang merdeka yang tidak di tahan oleh Kerajaan Romawi.Dia bisa mengajar, dia bisa berkhotbah, dia bisa menginjili, tapi itu tidak membuat dia berhenti untuk berdoa dan ini juga hal yang harus kita lihat kebalikannya, pada waktu Paulus berada di dalam penjara kita lihat apakah dia hanya berdoa? Kalau dia hanya berdoa, kita pasti nda akan tahu dia berdoa kepada kita, karena apa?Kita tahu dia berdoa kepada kita karena ada Surat Efesus dan di dalam surat Efesus itu, dia menuliskan hal-hal yang berbicara mengenai iman Kristen, pengajaran itu, lalu di situ dia masuk sisipkan “karena semua kebenaran itu, aku berdoa bagi engkau.” Jadi, Saudara, pada waktu Paulus berada di dalam kesulitan dia tidak lupa tanggung jawabnya yang lain untuk mengajarkan firman dan demi untuk bisa memberitakan firman itu dia berusaha melihat setiap cela yang dia miliki, kesempatan yang dia miliki, fasilitas yang dia ada, yang dia bisa pakai untuk memberitakan injil. Kalau dia tidak bisa pergi kemana-mana karena tubuhnya di rantai, karena dia tidak bisa keluar daripada rumah tahanan itu karena dia di tahan karena injil, dia berkata, “Masih ada kesempatan untuk menulis surat nda? kalau ada kesempatan untuk menulis surat maka aku akan tulis surat kepada jemaat Efesus supaya mereka mengerti Firman Tuhan, supaya mereka tetap bisa diajar kebenaran firman Tuhan.Masih ada kesempatan nggak teman-temanku bisa hadir di dalam rumah itu dan belajar dengan aku?” Kalau masih ada kesempatan, dia mengundang teman-temannya untuk datang ke dalam rumah tahanan itu supaya dia bisa mengajar firman Tuhan kepada mereka di rumah itu. Jadi, Saudara, di dalam pelayanan doa yang Paulus lakukan dia tetap mengingat pengajaran, di dalam pengajaran yang dia berikan dan penginjilan yang dia berikan, dia tetap mengingat dia perlu berdoa dalam kehidupan dia.
Nah pertanyaannya adalah kenapa kita perlu berdoa? Apakah pengajaran firman saja adalah sesuatu yang cukup untuk kita sampaikan tanpa kita perlu berdoa? Nah Saudara, Tuhan membuat suatu peraturan, pengajaran firman saja tidak cukup tetapi kita harus menyertai pengajaran firman itu dengan suatu kehidupan yang berdoa baru menjadi suatu hal kekuatan yang bisa mengubah seseorang.Ini dikatakan oleh Paulus di dalam Efesus 1: 17-18, “dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya,” dan seterusnya ya. Saudara, siapa jemaat Efesus? Paulus berkata, “orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan,” dari mana bukti mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Dari kasih yang mereka nyatakan kepada orang-orang kudus yang lain, itu adalah bukti mereka beriman kepada Tuhan. Tapi kalau mereka adalah orang yang percaya kepada Tuhan, mereka hidup di dalam kasih sesama saudara, kenapa Paulus berdoa supaya mereka memberikan ‘Roh hikmat’, supaya Tuhan memberikan ‘wahyu-Nya’ untuk mengenal Dia, supaya Tuhan ‘membuka mata hatimu’, bukankah Tuhan sudah buka mata hati kita, bukankah Tuhan sudah memberikan wahyu-Nya mengenai Kristus bagi kita, bukankah Tuhan sudah memberikan suatu hikmat bagi kita untuk bisa datang kepada Kristus dan percaya kepada Kristus? Nah Saudara, saya lihat di sini Paulus mengajak kita untuk melihat, kalau kita tidak pernah berdoa kepada Tuhan untuk meminta wahyu, Roh hikmat dan membuka hati kita untuk lihat kepada terang Tuhan, walaupun firman diberitakan, kita tetap ada hal-hal yang kita tidak bisa mengerti dalam hidup kita dan membuat kita tidak bisa bertumbuh di dalam kehidupan sebagai orang Kristen di dunia ini untuk menjadi seperti Kristus, itu adalah hal yang tidak akan terjadi.
Jadi Saudara, pada waktu kita mengajar, pengajaran itu akan menjadi suatu pengetahuan yang mengisi rasa ingin tahu yang ada di dalam otak kita karena kita dicipta dengan satu keinginan untuk mengetahui, menyelidiki, kreatif, dan yang lain-lain sehingga kita ingin bertumbuh menuju hal yang lebih sempurna dalam kehidupan kita. Tapi Saudara, pada waktu kita mengetahui kita perlu bertumbuh dan kita tahu kita perlu bertumbuh dalam pengetahuan akan firman Tuhan, itu bisa diberikan melalui pengajaran dan perlu pengajaran untuk kita bisa bertumbuh, untuk kita mengenal Tuhan lebih baik dalam hidup kita, tapi yang menjadi hal yang penting adalah yang kita perlu perhatikan, supaya firman itu menjadi satu kekuatan, kuasa yang menjadi sesuatu yang bisa kita mengerti dalam hidup kita, itu nda bisa kita lakukan dengan mengajar. Untuk menjadikan firman itu sebagai satu hal yang tertulis di dalam hati kita, itu nda bisa hanya dengan mengajar. Untuk menjadikan firman itu membuat hati kita bisa dibelokkan dari keinginan daging, dari keinginan untuk memuaskan napsu kita, dari keinginan untuk memuaskan apa yang kita ingini menjadi untuk memuaskan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita, itu nda bisa dilakukan melalui pengajaran saja, itu butuh doa untuk supaya firman itu, kebenaran itu bisa menjadi sesuatu yang kita aplikasikan atau kita hidupi dalam kehidupan kita. Jadi Saudara, pengetahuan, pengajaran, dan doa, ini adalah 3 hal yang harus selalu ada di dalam kehidupan kita, baik itu secara pribadi atau dalam relasi dengan orang lain.
Mungkin saya pernah berbicara mengenai bagaimana saat kita bersaat teduh yang baik ya. Saudara kalau lakukan saat teduh caranya bagaimana? Buka buku renungan harian, saat teduh begitu, lalu baca, setelah baca doa sebentar ya? Kalau perlu buka Alkitab dan baca ayat perikopnya, baca renungannya, terus doa, lalu bekerja atau studi, begitu? Kayaknya lupa semua, gimana saat teduh kita? Alkitab bilang saat teduh yang baik adalah seperti di dalam 2 Timotius 3:16. Pada waktu kita membaca firman, carilah apa yang Tuhan sedang ajarkan dala kehidupan kita melalui firman yang kita baca, lalu coba introspeksi diri: ada hal apa yang kita bisa koreksi dari hidup kita yang tidak sesuai dengan firman tersebut; lalu dari situ apa hal yang harus kita ubah dari pada kehidupan kita, yang harus kita komit-kan untuk hidup di dalam suatu pembaharuan sesuai dengan firman itu; dan yang ketiga adalah kita doakan itu dalam kehidupan kita. Saudara, kalau kita hanya baca firman, kita nda pernah khotbahkan firman pada diri sendiri, kita nda pernah berkomitmen untuk mau mentaati firman itu, kita nda mau meng-crosschecked dengan hati kita, kehidupan kita apakah sudah sinkron dengan firman itu, lalu kita nda pernah mikirkan dan kita nda mau doakan itu, bagaimana kita bisa berubah dalam kehidupan kita? Bagaimana kita bisa bertumbuh di dalam kekudusan dalam hidup kita? ini nda mungkin.
Tapi semua kebenaran itu bukan hanya sesuatu yang diperuntukkan bagi diri kita, kita juga perlu lakukan hal yang sama bagi orang lain, orang yang kita kasihi dalam kehidupan kita. Saudara kalau memiliki orang yang dikasihi dan peduli dalam hidup Saudara yang belum percaya kepada Tuhan, Saudara nda cukup hanya memberitakan injil bagi mereka, firman. Kalau Saudara memiliki orang yang Saudara peduli dalam kehidupan Saudara dan dia adalah orang yang mungkin keluarga Saudara, dia mengaku Kristen tapi dia sepertinya belum hidup sebagai orang Kristen, Saudara tidak cukup hanya mengingatkan dia. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk bisa membawa dia kepada Tuhan? Pertama pasti.. Orang suka ngomong yang pertama adalah berikan teladan hidup, begitu ya? Yang pertama itu bukan cuma berikan teladan hidup, pertama itu ajari firman yang benar dahulu bagi orang itu. Kedua, hidupi firman yang kita ajarkan kepada orang itu melalui teladan hidup kita, cukup? Nggak, ketiga, doakan orang itu. Saudara pingin punya keluarga yang percaya kepada Tuhan, sampai hari ini percaya nggak? Kenapa nggak percaya? Mungkin belum waktu Tuhan, tapi mungkin juga karena dia nda lihat sesuatu teladan yang baik dari hidup kita dan dia nda lihat ada suatu perubahan dari kehidupan kita yang penuh dengan cinta kasih. Nah mungkin juga karena kita lupa doakan orang itu sehingga nggak ada kuasa Tuhan yang membuat dia sadar bahwa apa yang kita bawa, pesan kita, hidup kita itu adalah sesuatu yang benar dan harus mereka miliki, yang berharga yang harus menjadi milik mereka.
Saudara, kita hanya bisa memberikan alasan-alasan kenapa dia harus percaya tapi kita tidak pernah bisa membuat dia percaya. Ingat baik-baik ya, kita hanya bisa memberikan alasan-alasan kenapa orang harus percaya Yesus Kristus, tapi kita nggak pernah bisa buat orang percaya kepada Yesus. Yang bisa buat orang datang kepada Kristus, sadar dia membutuhkan Kristus, sadar dia membutuhkan injil Tuhan, hanya Roh Kudus. Karena itu kita butuh bantuan Roh Kudus untuk bekerja di dalam hati orang itu dan membawa orang itu datang kepada Tuhan. Makanya tadi saya bilang mengajar nggak cukup, kesaksian hidup nggak cukup, lalu apa yang harus kita lakukan? Ajar, lalu tolong orang itu, dampingi dia, luangkan waktu untuk dia, doakan dia. Kalau belum bertobat? Ajar lagi, luangkan waktu untuk dia, kalau perlu bantu dia dalam kesulitan dia, terus doakan dia lagi. Kalau belum bertobat? Ulangi lagi, terus sampai kapan? Sampai kita nda bisa kabarkan lagi kepada dia karena dia mati atau kita mati. Itu adalah hal yang harus kita lakukan terus menerus di dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya, yang sudah dikaruniakan berita kebenaran ini dalam kehidupan kita. Jadi Saudara, doa saja bukan hal yang harus kita utamakan sebagai satu-satunya pelayanan, tetapi kita harus sertai itu dengan pengajaran firman. Kalau kita nda pernah menyampaikan firman untuk membuat orang mengenal Tuhan lebih baik, saya yakin juga doanya akan miskin sekali. Tapi Paulus di sini begitu dia bisa melihat segala hal yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan dia, begitu dia doa, Saudara bisa baca sendiri betapa limpahnya, dalamnya pengertian yang Paulus miliki dan cinta kasihnya terhadap Tuhan dan orang yang belum mengenal kebenaran di dalam doa itu. Dia akan menjadi orang yang berdoa lebih tepat dan lebih sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan melalui firman yang dia mengerti dalam hidupnya.
Yang ketiga adalah pada waktu kita berdoa, kita juga perlu memperhatikan sikap doa kita bagaimana. Sikap doa adalah hal yang penting, tetapi sikap doa bukan hanya berbicara mengenai postur tubuh. Pada waktu Paulus berdoa, di sini dikatakan memang dia berlutut di hadapan Tuhan, sujud di hadapan Tuhan untuk menaikkan doa nya di hadapan Tuhan, satu hal yang tidak umum di dalam kehidupan orang Yahudi. Di dalam budaya Yahudi kalau orang mau berdoa biasanya mereka berdiri, menadahkan tangan ke atas, lalu berdoa kepada Tuhan Allah. itu ada dicatat di dalam beberapa bagian ayat, misalnya Markus 11:25, 1 Raja-raja 8:22. Yesus berkata di dalam Markus, “Kalau kamu mau berdoa, berdiri untuk berdoa.” Di dalam 1 Raja-raja 8:22, ketika Raja Salomo sudah membangun bait Allah lalu dia ingin mentahbizkan bait Allah, disitu dikatakan, “dia berdiri lalu menngangkat tangannya dan berdoa kepada Tuhan Allah. Tapi Saudara, berdoa dengan sikap berdiri bukan satu-satunya yang diajarkan Kitab Suci, Alkitab juga berkata ada bagia dimana orang Yahudi berdoa dia berlutut dan berdoa di hadapan Tuhan.
Karena itu sikap tubuh bukan hal yang terlalu utama di dalam kita berdoa, tetapi yang kita perlu mengerti adalah kenapa di bagian ini Paulus berlutut. Saya percaya ini bukan hanya sebagai satu kebiasaan di dalam berdoa dengan berlutut karena setiap kata di dalam Kitab Suci kalau sampai dicatat itu pasti merupakan kata yang penting yang tidak boleh tidak ada. Dan ketika Paulus dikatakan bersujud di hadapan Allah, yang berkaitan dengan pasal sebelumnya berdasarkan apa yang Tuhan sudah lakukan di dalam kehidupan gereja bagi umat Allah, itu berarti sujudnya bukan sembarangan. Sujud itu mengandung satu arti dimana dia betul-betul merendahkan diri dia di hadapan Tuhan, dia menghormati Tuhan yang begitu mulia dan besar itu, dia betul-betul menyatakan dirinya bergantung kepada Tuhan itu dan dia tidak mungkin bisa hidup bergantung pada diri dia dan kekuatan dia sendiri, dan dia membutuhkan Tuhan itu dalam kehidupan dia. Makanya dia langsung, begitu melihat semua kebesaran yang Tuhan lakukan dalam kehidupan dia, dia tidak sanggup untuk berdiri, dia jatuh tersungkur di hadapan Tuhan dan mulai berdoa di hadapan Tuhan.
Jadi, Saudara, berlutut itu bukan hanya satu sikap tubuh ketika untuk kita berdoa. Ada orang-orang yang berlutut tapi sebenarnya tidak berdoa karena hatinya tidak penuh dengan hormat kepada Tuhan dan perendahan diri di hadapan Tuhan. Dia cuma berlutut saja tapi dia betul-betul orang yang tidak menghargai Tuhan dalam kehidupan dia. Atau dia bisa berdiri tapi dia juga tidak menghormati Tuhan dalam kehidupannya, itu juga bukan berdoa. Jadi Tuhan akan lihat bagaimana sikap hati kita ketika kita menaikkan doa kita di hadapan Tuhan. Ini dikatakan dalam Ezra 9:15, Filipi 2:10, yang kita bisa lihat di mana mereka berlutut. Jadi, Ezra menghadap Tuhan dengan satu kesadaran: ketidaklayakan dia untuk bisa menghampiri Tuhan dalam kehidupan dia, karena itu dia berkata, ‘Tidak mungkin kami bisa bertahan berdiri ketika berdoa di hadapan Tuhan dan beribadah kepada Tuhan Allah.’
Jadi doa itu apa? Doa bukan hanya berkaitan dengan postur tubuh, doa bukan bicara mengenai lipat tangan, doa bukan berbicara mengenai tutup mata. Saudara bisa tutup mata, lipat tangan, punya postur seperti orang yang saleh sekali, tapi Saudara bukan doa tapi tidur mungkin. Bisa kan? Saudara bisa berlutut, sambal pejamkan mata seperti ini, orang lain doa, Saudara bukan keluarin suara doa tapi dengkuran. Bisa. Apalagi orang nggak lihat semua, sendirian di situ. Saudara, kita tidak bisa seperti ini, kita harus mengerti doa itu harus dari hati. Kalau kita mengerti ini, itupun akan mempengaruhi postur tubuh, itu yang benar. Bukan postur tubuh menandakan kita berdoa, tapi sikap hati kita yang menandakan kita berdoa dan dinyatakan melalui postur tubuh kita. Dan kalau itu ditambah dengan pengertian kita di dalam ayat 12, kita buka ya, Efesus 3:12, di situ dikatakan, ”Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.” Sekarang saya tanya, bagaimana kita berdoa kepada Tuhan? Dengan keraguan? Tidak boleh ya, dengan satu kepercayaan, keyakinan kita menghampiri Tuhan. Tetapi pada waktu kita menghampiri Tuhan dengan satu kepercayaan, saat yang sama, sikap hati kita bagaimana? Harus dengan sikap hati yang menghormati dan merasa diri tidak layak di hadapan Tuhan. Benar ya? atau lupa yang bagian kedua? “Pokoknya saya doa kepada Tuhan, harus dengan keberanian, keyakinan, kepercayaan, apapun saya boleh ngomong, termasuk satu ungkapan relasi yang begitu dekat tanpa ada hormat sama Tuhan, dengan begitu confident sekali.” Nggak bisa. Nanti kita akan lihat di dalam pertemuan berikutnya, pada waktu kita memanggil nama “Bapa”, “Bapa” itu adalah satu istilah yang memiliki relasi yang dekat sekali. Tetapi ketika Alkitab berbicara mengenai kata “Bapa”, khususnya di dalam surat Efesus dan Paulus menggunakan kata “Bapa,” “Bapa” bukan hanya bicara mengenai satu relasi yang dekat saja, tapi “Bapa” juga bisa menggambarkan Dia adalah Pencipta, Dia adalah Pemilik seluruh alam semesta ini, Dia adalah yang memiliki kita dan semua kuasa pemerintahaan, itu harus tunduk di bawah Dia. Saudara, dalam keadaan seperti ini, mungkinkah kita bisa menghampiri Allah dengan sembarangan? Nggak bisa. Harus ada sikap hormat di dalam kita menghampiri Tuhan, di samping dari sikap satu kepercayaan di dalam menghampiri Tuhan di dalam doa kita.
Tapi yang saya mau kita lihat, pada waktu kita dikatakan, kita bisa dengan berani menghadap Tuhan dengan satu keyakinan karena kita memiliki Kristus, apa yang kita doakan dengan penuh keyakinan? Apa yang dimaksud dengan doa yang penuh keyakinan? “Saya punya keinginan, saya doa, dengan satu hati, Tuhan pasti jawab,boleh? Nggak salah. Tapi boleh nggak saya kemudian mendikte Tuhan, ‘Tuhan, Kau harus jawab ini’? Nggak boleh.Lalu bagaimana doanya? Susah, ya? Yakin, tapi nggak boleh maksa Tuhan. Bagaiimana? Percaya Tuhan bisa jawab? Percaya, harus percaya! Tapi juga harus percaya, ini bukan sesuatu yang pasti Tuhan jawab, begitu? Nah gimana kita mau doa dengan keyakinan? Nah saya bilang, doa dengan keyakinan: Pertama, kalau kita mendoakan janji Tuhan, minta dengan ngotot, nggak usah takut-takut, nggak usah malu-malu. Doakan dengan sungguh-sungguh seumur hidup kita, nggak usah diragukan, pasti Tuhan jawab, kalau Tuhan janjikan dalam Kitab Suci. Tapi kalau Tuhan nggak janjikan dalam Kitab Suci bagaimana? Saya bilang, doa dengan keyakinan, bahwa Tuhan pasti jawab kita sesuai dengan apa yang Tuhan pandang baik. Percaya, saya doa sama Tuhan, Tuhan pasti dengar, Tuhan pasti jawab, dan Tuhan pasti berikan jawaban yang paling baik bagi kehidupan saya, dan itu nggak harus sesuai dengan apa yang saya inginkan. Doakan dengan yakin dan sungguh-sungguh. Sehingga pada waktu Tuhan berikan sesuatu yang berbeda dengan yang kita minta, kita juga masih ada sikap hati hormat sama Tuhan dan tunduk pada apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Bukan memaksa Tuhan untuk mentaati apa yang kita mau dalam hidup kita, dalam doa kita. Itu doa yang salah.
Saudara, kita tidak bisa menghampiri Tuhan dengan satu confident, satu kebanggaan, satu keyakinan seolah-olah kita adalah orang yang benar karena kita memiliki iman dalam Kristus, lalu karena kebenaran kita sebagai anak Tuhan di dalam Kristus, kita bisa meminta semua yang kita inginkan pada Tuhan. Farisi menjadi salah satu contoh yang merasa diri anak Tuhan, umat Allah, dan orang yang benar, orang yang pasti didengar oleh Tuhan dalam doanya. Tapi Tuhan Yesus berkata, ‘Dia pulang sebagai orang yang dosanya tetap ada dan tidak mendapatkan pengampunan Tuhan.’ Atau istilahnya Tuhan tidak dengar doanya. Tapi orang pemungut cukai itu, ketika menghadap Tuhan, dia tahu dia tidak layak, dia tahu dia penuh dengan dosa, tapi apa yang dia lakukan? Dia tetap datang ke bait Allah, atau Sinagoge waktu itu, dia tetap menghampiri Tuhan dengan satu kerendahan hati dan kesadaran akan ketidaklayakkan dia, tapi dia tetap berani datang. Dan Tuhan berkata, ‘Dia pulang sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan karena doanya didengarkan oleh Tuhan.’ Jadi Saudara, pada waktu kita berdoa, coba teliti, kalau ada hal yang salah, perbaiki itu dalam kehidupan kita. Jangan lihat doa itu berkaitan dengan kata-kata yang panjang juga. Jangan lihat doa itu berkaitan dengan kata-kata yang indah. Jangan lihat doa itu berkaitan dengan kalau saya sudah baca buku doa, maka saya sudah berdoa. Tapi coba lihat, doa itu berkaitan dengan bagaimana hati kita yang ditundukkan di hadapan Tuhan, dengan satu kehormatan di hadapan Tuhan. Maka pengakuan: Dia adalah Allahku, yang sudah menebus dan mengaruniakan sesuatu yang tidak layak aku terima, aku menghampiri Allah seperti ini. Saya pikir, kita tidak akan sembarangan, tapi kita akan doa dengan sungguh-sungguh hati dan sepenuh hati dan penuh dengan kegentaran di hadapan Tuhan. Kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya. Kita masuk dalam doa.
Kami saat ini bersyukur kembali, untuk firman yang boleh Engkau kabarkan bagi kami. Kami bersyukur kembali ya Tuhan, untuk kebenaran mengenai doa yang boleh Engkau karuniakan bagi kami. Kami juga bersyukur kembali, untuk satu hal yang boleh Engkau berikan untuk kami merenungkan dan menginstropeksi diri kami sendiri, bagaimana kami hidup di hadapan Engkau, apakah kami sudah sesuai dengan kebenaran firman-Mu atau tidak? Tolong kami ya, Tuhan, pimpin kehidupan kami anak-anakMu. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]