Komplotan orang-orang Yahudi, 22 Oktober 2023

Komplotan orang-orang Yahudi

Kis. 23:12-35

Pdt. Dawis Waiman

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita baca bagian ini, sekali lagi mungkin kita bisa berkata ini adalah kisah di mana Paulus ditangkap. Tetapi mungkin kita bertanya, berapa lama Paulus ditangkap setelah dia ditangkap di Yerusalem ini? Atau berapa lama dia ditahan? Maka ada yang menyatakan dia mulai hari itu, sampai kepada Kisah Rasul pasal yang terakhir, itu tidak pernah dibebaskan lagi, kecuali akhir dari Para Rasul, baru dia dilepaskan. Tetapi sampai pada pasal terakhir status Paulus itu masih ada di dalam tahanan. Dan berapa lama itu? Ada yang mengatakan seperti ini, yaitu kelihatannya dari Yerusalem itu, kemudian dikirim kepada Felix, di situ aja proses yang dibutuhkan oleh Paulus untuk diadili, itu kira-kira dua tahun. Lalu dari Felix kemudian dibawa ke Roma, perjalan yang dibutuhkan itu kira-kira satu tahun. Lalu di Roma sendiri dia harus ditahan selama dua tahun lagi, sebelum sementara waktu dia dibebaskan lalu ditangkap kembali lalu kemudian dipenggal kepalanya. Jadi sejak dari peristiwa ini, Paulus selalu ada di dalam tahanan dari hari demi hari sampai kira-kira lima tahun ke depan. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan. Ini bukan sesuatu yang seharusnya membawa kepada sukacita atau memberikan kekuatan di dalam kita melayani Tuhan tentunya.

Tetapi menariknya kalau kita membaca surat-surat dari Paulus yang lain, maka kita bisa menemukan bahwa ketika Paulus berada di dalam penjara, dia sama sekali tidak pernah meminta orang-orang untuk mendoakan keselamatan dari diri dia. Bapak, Ibu boleh baca Filipi, boleh baca Efesus, boleh baca Kolose. Itu adalah surat-surat yang Paulus tulis dari dalam penjara. Dan di surat itu, Paulus selalu mendoakan jemaat untuk boleh dikuatkan di dalam iman, tidak berputus asa dan kehilangan pengharapannya kepada Kristus karena pemenjaraan yang Paulus alami. Dan bahkan lebih lagi, apa yang dialami Paulus boleh memberikan kekuatan bagi mereka untuk terus beriman kepada Kristus.

Jadi waktu kita berbicara tentang iman Kristen, di zaman gereja mula-mula iman Kristen itu bukan seperti di zaman kita saat ini, iman Kristen seorang yang betul-betul menyatakan, “Saya percaya kepada Kristus,” itu memiliki resiko yang besar di dalam kehidupan mereka. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah ketika mereka mendapatkan resiko yang begitu besar sekali di dalam kehidupan mengikut Kristus, lalu apa yang memberikan kekuatan kepada mereka untuk terus berjalan di dalam iman? Apa yang membuat mereka tidak mundur dan kendor di dalam pelayanan dan kesaksian hidup mereka sebagai orang Kristen? Dan apa yang membuat mereka tetap bertahan walaupun itu berarti bahwa mereka harus mengalami korban jiwa? Nah salah satunya adalah Rasul Paulus sendiri yang dicatat di dalam Kitab Suci.

Bapak Ibu boleh bandingkan dengan 2 Korintus 11 misalnya ya. 2 Korintus 22 dan seterusnya. “Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,” dan seterusnya.

Ini adalah satu hal yang dialami oleh Paulus ketika dia melayani Kristus. Tetapi ketika tantangan begitu berat sekali di dalam pelayanan yang Paulus lakukan, pertanyaannya sekali lagi, kenapa Paulus tetap mau melayani seperti itu, dengan penuh dengan pengorbanan? Tapi satu hal yang kita boleh mengerti sebelum kita jawab hal itu adalah karena waktu Paulus melayani, kita harus mengerti satu hal, yaitu setiap orang Kristen pada waktu melayani Tuhan jangan berpikir bahwa pelayanan itu adalah sebuah pelayanan yang akan ada di dalam kondisi yang lancar, yang baik, semua apa yang kita inginkan itu bisa terkabulkan. Ini adalah satu pengertian pertama yang kita bisa dapatkan dari apa yang dialami oleh Paulus. Paulus adalah orang yang begitu setia, dan pada waktu dia begitu setia di dalam melayani Tuhan, kita jangan berpikir bahwa, oh Tuhan akan memberikan suatu pagar tertentu di dalam kehidupan Paulus. Seperti misalnya Ayub, Ayub yang memiliki kehidupan yang begitu diberkati oleh Tuhan dan pada waktu iblis ditanya oleh Tuhan, “Bagaimana kabarnya hamba-Ku Ayub itu? Bukankah dia seorang yang saleh dan seorang yang benar?” Iblis ngomong, “Iya benar, karena apa? Karena dia Engkau kasih pagar sehingga kami tidak bisa mencobai dia. Coba pagar itu dihilangkan maka kami pasti akan mencobai dia.”

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus berbeda, pada waktu Paulus melayani, nggak ada pagar itu sepertinya, sehingga dia mengalami segala kesulitan penderitaan dan bahkan ancaman demi ancaman dan bahaya maut yang beberapa kali harus dia alami dalam hidup dia. Tapi pertanyaannya adalah sekali lagi, ketika kita melihat kehidupan seorang pelayan yang begitu setia, begitu tekun, begitu betul-betul ingin memberitakan firman Tuhan dan ingin dirinya dipakai oleh Tuhan dan membuktikan dirinya dipakai oleh Tuhan dengan begitu luar biasa sekali, ternyata sepertinya pagar itu nggak ada. Sepertinya Tuhan izinkan dia mengalami begitu banyak kesulitan dan penderitaan demi Injil Yesus Kristus. Dan itu juga mungkin akan kita alami di dalam hidup kita. Tetapi pertanyaannya, sungguhkah Tuhan tidak menjaga Paulus dan pagar itu betul-betul tidak ada di dalam kehidupan Rasul Paulus? Itu adalah poin yang akan kita lihat lebih jelas pada hari ini.

Tapi sebelumnya kita akan soroti, ternyata orang yang mengikut Tuhan, orang yang melayani Tuhan, dari awal dia harus menyiapkan hatinya untuk satu hal, yaitu pada waktu saya melayani, jangan kira bahwa seluruh dunia dan gereja akan berpihak pada diri saya. Pada waktu saya melayani jangan mengira bahwa apapun yang menjadi ide dan program saya pasti diterima oleh orang. Pada waktu saya melayani, jangan kira bahwa orang-orang yang ada di sekitar saya yang merupakan saudara seiman saya, semuanya akan mendukung saya di dalam pelayanan yang saya kerjakan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kehidupan dari pelayanan Paulus itu menunjukkan bahwa tidak seperti itu. Ada kesulitan dari luar, ada kesulitan dari dalam, ada kesulitan yang dialami dari rekan sepelayanan sendiri ketika dia melayani Tuhan. Dan sering kali, ini saya mungkin mengutip dari salah satu pembicara yang ada di Global Convention, walaupun sebelumnya saya juga pernah tahu dari buku yang lain, tapi karena ini masih fresh sekali, di dalam pelayanan salah satu pembicara di dalam Global Convention itu mengatakan, yang membuat seorang missionaris itu mengundurkan diri dari pelayanan, itu bukan beratnya tantangan pelayanan, itu bukan karena penganiayaan yang terjadi dari luar kepada orang-orang yang melayani Tuhan tetapi persentase terbesar dari seorang misionaris itu mundur dari pelayanan itu apa? Dari rekan misionaris yang lainnya. Itu adalah hal yang sungguh-sungguh secara statistik ketika dinilai adalah mendapatkan persentase yang paling besar.

Jadi pelayanan itu mudah nggak? Nggak. Dan tantangan yang terberat mungkin adalah justru bersumber dari orang-orang yang memiliki iman, yang katanya percaya kepada Tuhan. Saya pernah bertemu dengan seseorang yang mengatakan seperti ini, “Pak, mengapa ya orang Kristen itu kalau menghadapi orang luar yang merupakan bidat, atau orang yang berbeda iman dengan diri kita biasanya punya kesabaran yang jauh lebih besar daripada kalau harus menghadapi orang Kristen lain yang menyatakan kalau kita adalah saudara seiman?” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dia sulit sekali menerima realita itu. Dan bagi dia, itu adalah hal yang salah. Kita nggak bicara lebih jauh tapi mungkin ada bagiannya karena konteks pada waktu itu kita berbicara bagaimana orang Kristen menghadapi bidat yang ada di dalam gereja. Tetapi saya mau tarik ke arah yang lebih luas ya, bagaimana kita menghadapi saudara seiman kita, itu bisa menjadi tantangan yang sangat berat sekali untuk kita bisa melayani.

Jadi Bapak Ibu saudara yang dikasihi Tuhan, tantangan itu banyak sekali, dan terutama dari mungkin orang-orang Kristen yang begitu lama datang di dalam gereja, tapi di dalam pemikirannya adalah saya orang Kristen, untuk datang di dalam gereja melayani, tujuannya untuk apa? Tujuannya bukan untuk kemuliaan nama Tuhan tetapi tujuannya untuk mendapatkan nama dan memanfaatkan Kristus di dalam kehidupan dia. Kalau kita datang ke dalam gereja untuk  mendapatkan nama, dan memanfaatkan nama Kristus di dalam pelayanan kita, mungkin kita akan menjadi orang yang menentang orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan satu sikap yang rendah hati, yang betul-betul takut akan Tuhan, yang betul-betul ingin meninggikan Kristus di dalam kehidupan dia. Ini adalah satu realita di mana kita hadapi di dalam dunia pelayanan dan juga di dalam rekan-rekan sesama kita yang beribadah di dalam gereja dan melayani di dalam gereja Tuhan.

Tetapi apa yang membuat kita bisa bertahan? Apa yang membuat Paulus ketika menghadapi begitu banyak kesulitan ini dia begitu kuat sekali di dalam terus menerus melayani Tuhan? Kalau Bapak Ibu baca di dalam pasal-pasal sebelumnya, ada satu peristiwa ketika Paulus dan Barnabas pergi ke satu wilayah dari orang Yunani ketika mereka memberitakan injil, di situ ada satu orang lumpuh yang kemudian Paulus lihat, ternyata dia adalah orang yang memiliki iman di dalam Kristus dan bisa disembuhkan dan Paulus meminta dia bangkit berdiri, dan dia langsung bangkit dan berdiri. Pada waktu imam-imam dari daerah itu kemudian mengetahui bahwa orang itu disembuhkan dan mengira bahwa Zeus dan Hermes datang. Dan mereka langsung membawa binatang untuk dikorbankan kepada Paulus dan Barnabas, dan Paulus yang dianggap sebagai Zeus dan Hermes itu. Paulus dan Barnabas langsung berusaha untuk menahan mereka, pada waktu mereka mengetahui. Mereka bicara, “Kami bukan dewa, kami adalah manusia biasa yang sama seperti kalian. Kami hanya memberitakan tentang Allah Pencipta, supaya kalian tidak menyembah berhala seperti yang kalian lakukan hari ini.” Pada waktu orang-orang itu mengerti bahwa ternyata Paulus bukan dewa, Barnabas bukan dewa, yang terjadi adalah mereka kemudian menjadi marah lalu membawa Paulus keluar dari kota, merajam dia dengan batu, meninggalkan Paulus ketika mereka mengira bahwa Paulus sudah mati.

Tetapi Alkitab berkata ketika orang-orang Kristen datang mengelilingi Paulus, saat itu Paulus mendadak bangkit berdiri, lalu apa yang dia lakukan? Masuk ke dalam kota untuk apa? Lalu Alkitab mencatat keesokan harinya dia pergi ke tempat lain untuk memberitakan Injil. Ada yang mengatakan dia masuk ke dalam kota demi untuk menguatkan hati saudara-saudara yang melihat mengikut Kristus itu begitu besar harga yang harus dibayar. Lalu setelah dia menguatkan saudara-saudaranya keesokan harinya dia pergi ke kota lain dan meneruskan pelayanan pemberitaan Injil tanpa ngaso. Kalau kita sudah kerja berat, lalu sedikit menderita mungkin kita akan berkata, “Wah waktunya mungkin saya istirahat sebentar. Refreshing. Penyegaran kembali sebelum saya melayani lagi.” Tapi Paulus bukan orang seperti itu. Penderitaan tidak membuat dia stop, tapi justru membuat dia terus ngotot untuk memberitakan Injil. Sebabnya kenapa? Satu hal yang saya percaya bagian ini berbicara, yaitu karena Paulus mengerti yang namanya providensi Allah dalam hidup dia, pemeliharaan Allah di dalam hidup dia.

Dan hal itu kita bisa lihat dari ayat 11 yang tadi saya ingin Bapak, Ibu dengarkan. Paulus ada di dalam tahanan, dia diancam kehidupannya dari orang-orang Yahudi yang begitu membenci diri dia. Lalu di dalam ayat 11 itu dikatakan, “Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: ”Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”” Jadi pada waktu itu Tuhan memberikan kekuatan kepada Paulus dan berkata, “Paulus apa yang engkau kerjakan itu baik. Aku sangat suka sekali dengan apa yang engkau kerjakan itu.” Ini pakai bahasa parafrase ya. “Dan sekarang kesaksianmu di Yerusalem sudah cukup. Aku ingin engkau pergi ke Roma untuk memberi kesaksian kepada petinggi dan sampai kepada orang-orang yang ada di Roma.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, lalu providensi nya di mana? Nah menariknya gini, kalau Bapak, Ibu pas baca tadi dari ayat 12 sampai ayat 35, pertanyaannya, pernah tidak muncul yang namanya Tuhan berfirman kepada Paulus? Ada nggak dicatat bahwa Tuhan kemudian menyatakan diri kembali kepada Paulus untuk memberi kekuatan bagi diri dia? Ada nggak Tuhan memberi detail dari hal-hal yang Paulus akan alami paska Tuhan berbicara, “Sekarang engkau akan pergi ke Roma untuk bersaksi bagi nama Tuhan”? Tidak ada! Sama sekali tidak ada disebutkan oleh Tuhan mengenai apa yang akan terjadi kepada Paulus. Cuma satu kalimat yang muncul dari Tuhan, “Sekarang waktunya engkau pergi ke Roma untuk bersaksi kepada orang-orang Roma karena pekerjaanmu di sini sudah selesai.” Lalu yang berikutnya muncul apa? Pada hari siang ada orang Yahudi berkumpul, lalu kemudian keponakan dari Paulus kemudian datang kepada Paulus menceritakan apa yang dia dengar bahwa ada 40 orang lebih yang akan membunuh diri Paulus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mendengar itu ya, kira-kira apa yang kita pikirkan ya? baru kemarin Tuhan ngomong sama saya, saya akan pergi ke Roma untuk memberitakan Injil di Roma. Tapi hari ini saya sudah mendengar bahwa ada orang yang akan membunuh diri saya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mungkin kita frustasi. Di mana pemeliharaan Tuhan? Di mana kebaikan Tuhan? Di mana janji Tuhan bahwa saya harus pergi ke Roma untuk memberikan Injil di sana? Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya apa yang menjadi pemikiran Paulus berbeda sekali dengan apa yang menjadi pemikiran kita di sini? Yaitu apa? Pada waktu Paulus mendapatkan berita bahwa ada orang yang ingin membunuh dia, mungkin itulah menjadi satu tanda bagi Paulus bahwa Tuhan mulai bekerja untuk mau memindahkan dia dari Yerusalem pergi ke Roma. Luar biasa kan. Dan caranya bagaimana? Caranya dengan kelas pengawalan paling elit yang ada di dalam dunia ini mungkin. Yaitu mengutus 40 orang prajurit? Nggak cukup. 100 orang? Nggak cukup. 470 orang untuk mengawal Paulus pergi dari Yerusalem menuju ke tempat Felix. Dan Paulus menikmati itu kayaknya.

Maksudnya apa? Maksudnya adalah begini, pada waktu kita berbicara tentang providensi Allah dalam kehidupan kita – saya pernah ngomong, tapi saya ulangi ini lagi ya – kadang-kadang kita selalu mengaitkan providensi Allah itu dengan hal-hal yang berkaitan dengan supranatural. “Oh Tuhan memelihara hidup saya. Tuhan memimpin hidup saya. Buktinya apa? Buktinya ada mujizat ini terjadi dalam hidup saya, ada hal luar biasa yang betul-betul di mana Tuhan intervensi jalannya hukum alam dalam dunia ini yang membuat saya bisa melihat secara jelas kalau Tuhan bekerja untuk memelihara hidup saya dan memberkati pelayanan saya.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, memang betul satu sisi Tuhan bisa bekerja seperti itu, Tuhan bisa mengintervensi jalannya hukum alam, lalu menyatakan mujizat dalam kehidupan kita untuk membuat kita mengerti kalau Tuhan sedang bekerja. Tetapi ada banyak kasus yang lain di mana Tuhan tidak melakukan hal seperti itu. Dan bahkan banyak orang Reformed yang berpikir bahwa zaman sekarang itu adalah zaman di mana Tuhan tidak bekerja melalui mujizat supranatural tetapi Tuhan menjalankan rencana-Nya, menggenapi rencana-Nya melalui cara providensi di dalam kehidupan manusia. Maksudnya providensi itu apa? Maksudnya adalah Tuhan bukan saat ini sedang duduk diam-diam di surga, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan dunia berjalan sendiri. Tetapi Tuhan terus menopang dan memimpin segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini. Itu bahasa sederhana dari yang Calvin katakan.

Tapi kalau mau bicara dengan lebih detail sedikit, apa yang dimaksud providensi? Saya kutip perkataan dari Wayne Grudem ya, dia berkata providensi itu meliputi 3 hal. Pertama preservasi, Tuhan melakukan pemeliharaan terhadap apa yang ada di dalam dunia ini. Kedua concurrence, Tuhan bekerja bersama-sama dengan apa yang terjadi di dalam dunia ini, termasuk hukum alam. Ketiga, government atau pimpinan Tuhan di dalam sejarah yang terjadi di dalam dunia ini. Jadi pada waktu kita hidup dalam dunia ini, maksudnya baik Calvin ataupun Wayne Grudem berkata bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan apa yang menjadi ciptaan-Nya, Tuhan tidak pernah meninggalkan satu detik pun dari kehidupan manusia dan alam ciptaan Dia, tapi Tuhan terus menopang alam ciptaan yang Dia ciptakan ini dan Tuhan memastikan bahwa alam ciptaan yang Dia cipta dan semua keputusan dan tindakan manusia itu adalah keputusan dan tindakan yang menggenapi rencana Tuhan yang kekal. Itu maksudnya.

Sekarang saya masuk lebih detail ya. Preservasi. Apa yang dimaksud Wayne Grudem preservasi? Dia berkata seperti ini, preservasi itu menyatakan bahwa kalau Tuhan meninggalkan penopangan-Nya terhadap alam semesta dan dunia ini maka alam semesta dan dunia ini sudah tidak ada di dalam dunia ini. Itu penopangan. Dia berkata seperti ini, kenapa air ini bisa dalam wujud air? Kenapa air ini ketika kita pegang tetap adalah air? Dan ketika kita minum adalah tetap air minum? Jawabannya bukan karena hukum alam tapi jawabannya adalah karena Tuhan menopang hukum alam yang membuat air ini tetap H2O ketika ada di meja ini, ketika kita pegang dan ketika kita minum. Itu adalah pemeliharaan Tuhan. Nah ini bicara tentang preservasi atau pemeliharaan Tuhan, preserved atau menopang atau menahan.

Yang kedua adalah bicara tentang concurrence. Concurrence itu adalah Tuhan bekerja dalam dunia ini, betul nggak? Betul! Buktinya apa Tuhan bekerja? Kita bisa menikmati yang namanya hujan, matahari, cuaca yang cerah, perbedaan musim yang ada di dunia ini sebabnya karena apa? Karena Tuhan yang bekerja menjadikan ada musim semi, misalnya musim panas, musim gugur, musim dingin, musim hujan atau musim panas di daerah tropis. Orang-orang ilmuwan mungkin berkata, “Nggak! Nggak seperti itu. Kami bisa jelaskan kok dari mana asal usul hujan, dari mana asal usul musim kemarau itu. Kami bisa memberitahu semuanya yang terjadi di dalam hukum alam.” Betul kah? Ya mungkin betul. Tapi mohon tanya, bisa nggak mereka buat hujan sekarang? Nggak bisa kan. Kita bisa kemarau sudah begitu panjang sekali, tanaman sudah mengering semua. Saya kalau perjalanan ke Solo naik kendaraan kayak di oven. Benar-benar panas sekali. Biasanya kalau malam saya naik motor ya, malam hari pulang dingin sekali. Saya harus naikin jaket, tutup supaya udara nggak terlalu dingin menerpa di dada. Jaket pun tembus. Tapi sekarang saya jalan malam saya buka jaket, aduh panas banget perjalanan dari Solo ke Jogja atau dari Jogja menuju kepada Solo. Benar-benar panas. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa belum turun hujan? Orang boleh sebarin garam, belum tentu hujan lho. Alkitab bilang hujan itu merupakan tanda berkat Tuhan. Jadi kenapa bisa hujan? Ilmuwan mungkin berkata ada kondensasi, ada perubahan udara, pengembunan dan perubahan suhu yang membuat turun hujan. Tetapi Alkitab berkata kita bisa menerima hujan karena Tuhan memberikan hujan-Nya kepada kita. Jadi yang bekerja menjadikan hujan itu apa? Hukum alam yang Tuhan topang untuk bekerja mendatangkan hujan. Waktunya kapan? Ya Tuhan tentukan. Itu namanya concurrence.

Tetapi ada satu aspek lagi, yaitu bicara tentang government. Government ini bicara bukan hanya Tuhan menopang tetapi Tuhan memimpin. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, providensi kadang-kadang kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia kita hanya terjemahkan dengan satu kata yang sebenarnya nggak cukup. Kita sering ngomong providensi adalah pemeliharaan Tuhan. Betul nggak? Ya betul karena ada bagian preservasi, ada bagian concurrence tadi. Tetapi providensi yang Alkitab ajarkan nggak hanya berhenti pada 2 aspek ini, ada aspek government di mana Tuhan memimpin sejarah, Tuhan memastikan apa yang terjadi dalam sejarah itu adalah penggenapan terhadap rencana Tuhan yang kekal itu. Sehingga apapun yang terjadi di dalam dunia ini, orang berpikir, “Saya melakukan apa yang menjadi rencana saya. Saya adalah orang yang bisa memberikan kesuksesan karena saya sendiri yang mengusahakan kesuksesan itu dalam kehidupan saya.” Tapi Alkitab bilang Tuhan membentuk hati raja, mengarahkan hati raja seperti dia mengarahkan aliran sungai. Kita melempar dadu jatuhnya apa? Tuhan yang tentukan! Jadi siapa yang memimpin sejarah? Kalau manusia berkata orang-orang penting yang ada di dalam dunia ini. Manusia terlalu sombong! Kenapa? Karena dunia ini bukan hanya menggenapi apa yang manusia rencanakan, tetapi dunia ini selalu menggenapi apa yang Tuhan rencanakan.

Bapak, Ibu bisa lihat sendiri di dalam kehidupan ketika Israel berada di Mesir. Pada waktu Tuhan mengutus Musa meminta Israel dilepaskan supaya bangsa Israel bisa beribadah kepada Tuhan, Firaun ngomong, “Siapa itu Tuhan? Aku nggak kenal sama sekali Tuhan itu! Israel nggak boleh pergi!” Dia tahan, tapi tulah demi tulah yang ditimpakan Tuhan kepada Mesir pelan-pelan membuat Firaun itu mulai berpikir. Tetapi Alkitab mencatat, bahkan ketika sampai kepada tulah terakhir pun, sebenarnya itu pun karena dia dipaksa untuk tunduk kepada Tuhan melalui kematian anak sulung dan dia sendiri sebenarnya tidak mau tunduk karena setelah peristiwa itu, dia pergi ngejar Israel untuk menangkap Israel kembali ke Mesir.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tetapi di dalam Alkitab ada 1 kalimat muncul kayak gini. “Hai, Firaun! Kamu tahu tidak kenapa engkau bisa bertahan sampai hari ini? Sebabnya karena apa? Karena Aku ingin melalui dirimu, nama-Ku dinyatakan, kemuliaan-Ku dinyatakan.” Di dalam Roma 9 dikatakan, Firaun itu adalah alat Tuhan untuk mempermuliakan nama Tuhan. Tapi setelah dia melawan Tuhan dan Tuhan pakai untuk mempermuliakan nama Tuhan, Tuhan hukum Firaun karena dia begitu menentang Tuhan. Jadi dia pikir, dia bisa melawan Tuhan. Dia pikir, dia adalah pemilik dunia ini. Dia pikir, dia adalah penentu nasib dari orang-orang yang ada dalam dunia ini. Tuhan ngomong, “Bukan. Aku yang menjadi penentunya.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu Tuhan kita. Itu adalah Tuhan yang dinyatakan oleh Kitab Suci kepada diri kita. Makanya, pada waktu Paulus mengalami segala derita dalam hidup dia demi Injil, yang terjadi apa? Dia bangkit lagi, bangkit lagi. Setiap kali ada kesempatan, masih ada kemungkinan dia bisa bangkit, dia bangkit lagi untuk memberitakan Injil. Ini yang membuat kita masuk ke dalam point yang kedua.

Pada waktu kita berbicara tentang pelayanan, maka hal pertama ada tantangan, ada kesulitan. Dan tantangan, kesulitan itu pasti datang setiap kali Bapak, Ibu, Saudara betul-betul ingin menegakkan firman Tuhan dalam hidupmu dan mengerjakan pekerjaan firman atau pekerjaan kehendak Tuhan. Yang kedua adalah pada waktu kita ada tantangan, apa yang harus kita alami? Paulus memberi kita pengertian bahwa walaupun ada kesulitan, jangan mundur, jangan patah arang, tapi bangun kembali untuk tetap mengerjakan apa yang menjadi kehendak kekal Tuhan dalam hidup kita. Karena apa? Karena apa yang Tuhan sediakan, apa yang kita kerjakan kalau kita kerjakan itu untuk Tuhan, Alkitab menyatakan Tuhan pasti memelihara dan menyertai kehidupan dari orang-orang Kristen. Apa yang kita kerjakan, itu bukan sesuatu yang sia-sia, tetapi adalah hal yang akan kita bawa masuk ke dalam kekekalan. Paulus, mungkin kita bisa katakan, “Enak sih, Paulus! Dia dapat janji Tuhan kok! Tuhan langsung berbicara kepada dia muka dengan muka dan mengatakan bahwa, “Engkau akan Saya utus ke Roma hari ini.” Tapi kami enggak!”

Kalau Bapak, Ibu masih ingat, beberapa minggu yang lalu saya pernah ngomong kan. Mungkin Tuhan nggak datang ke sini, tapi kita bisa menolak Tuhan. Buktinya apa? Buktinya adalah kita dengar firman Tuhan, kita taat nggak dengan perkataan firman itu? Karena perkataan yang dikatakan dalam Alkitab ini adalah perkataan Yesus sendiri yang keluar dari mulut Yesus bagi diri kita. Jadi, kalau Yesus berkata kepada kita, “Pergi, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Aku akan menyertai engkau sampai ke ujung bumi ini.” Pertanyaannya adalah, itu kalimat benar apa tidak? Itu kalimat siapa? Ada gereja yang mengatakan itu tambahan, bukan kalimat dari mulut Yesus Kristus. Dan saya pernah dengar itu sendiri dari telinga saya. Tetapi kita sendiri percaya, itu adalah kalimat Yesus yang diberitakan kepada murid-murid kepada semua orang Kristen untuk memberitakan Injil dan kalau kita jalankan itu, maka Tuhan akan menyertai sampai ke ujung bumi ini. Itu adalah perkataan yang benar? Benar tidak? Amin? Amin. Itu tujuan gereja ada. Kenapa Tuhan biarkan kita ada? Kenapa Tuhan tebus kita dari dunia yang berdosa dan tempatkan kita dalam dunia ini? Tujuannya adalah supaya kita menjadi saksi Kristus. Saksi itu bukan hanya bicara saya yang lakukan perbuatan-perbuatan baik dalam hidup saya, tapi saksi itu adalah bicara tentang kita melalui mulut kita dan perbuatan kita menyatakan cinta kasih Kristus dan penebusan yang Kristus lakukan di dalam dunia ini ketika Dia inkarnasi dengan mati di atas kayu salib. Dan kehidupan tujuannya untuk apa? Tujuannya untuk menyatakan kalau kita betul-betul telah dipersatukan di dalam Kristus.

Kemarin, di dalam pembinaan pemuda, kita bahas tentang buah Roh. Dan aspek buah Roh itu menjadi satu tanda bukti kalau orang itu adalah orang yang sudah diselamatkan. Memang ada buah-buah yang lain, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang yang sudah diselamatkan pasti memiliki buah yang nyata di dalam hidup dia. Nggak mungkin tidak. Tapi pertanyaannya kayak gini. Bagaimana kita bisa mengenali kalau si A itu punya buah dari Roh? Si B itu punya buah dari Roh? Si C itu nggak punya buah dari Roh? Dari mana? Dia ngomong “Saya sudah percaya kepada Yesus. Saya adalah orang yang punya penguasaan diri. Saya punya damai sejahtera. Saya punya sukacita.” Seperti itu? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jawabnya nggak bisa. Itu pengakuan sepihak. Cara kita mengetahui, apakah ada buah Roh di dalam kehidupan kita atau tidak adalah dengan cara kita harus izinkan orang masuk dalam kehidupan kita, tinggal bersama kita, bergaul dengan kita satu waktu tertentu. Baru dia bisa ngomong engkau punya buah Roh atau tidak. Itu adalah sesuatu yang dilihat, bukan sesuatu yang dikatakan, bukan sesuatu yang diungkapkan dengan pengakuan iman. Makanya, orang Kristen tidak mungkin boleh hidup sendiri. Saya ulangi ya. Tadi, Vikaris Lukman ajak kita baca dari 1 Korintus 12. Itu mau menunjukkan bahwa kita memiliki karunia Roh atau buah Roh itu tidak dalam kehidupan kita. Melalui siapa? Komunitas di mana kita ada bersama untuk beribadah dan melayani Tuhan.

Jadi, perkataan penting tidak? Penting, tapi hidup yang menyatakan buah Roh itu juga tidak kalah penting bagi orang Kristen. Saya percaya, Paulus adalah orang yang seperti ini karena dia berani berkata, “Aku melatih diriku begitu rupa, sampai ketika aku sudah memberitakan Injil, jangan aku sendiri ditolak oleh orang.” Walaupun banyak orang nolak dia. Tapi paling tidak, dia boleh berbicara, “Aku melakukan segala sesuatu ini dari hati yang murni di hadapan Tuhan.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus mengerti providensi Tuhan dalam hidup dia. Makanya, pada waktu dia menjalankan tugas penginjilan, selama dia masih ada napas dalam hidup dia, mungkin dia melihat itu berarti satu kesempatan yang Tuhan izinkan dia untuk tetap dipakai Tuhan untuk menjadi saksi Kristus. Saya mau ajak Saudara lihat. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak meninggalkan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang memiliki langit dan bumi. Makanya tadi choir nyanyikan lagu “Inilah Dunia Bapa”. Tuhan kita bukan hanya jadi pemilik, tetapi Dia yang menjadi Alfa dan Omega. Dia yang menjadi pencipta, tetapi Dia juga yang menjadi penentu akhir daripada jalannya sejarah di dalam dunia ini. Dan siapa orang Kristen? Orang Kristen adalah orang yang Tuhan izinkan ada di dalam dunia ini untuk berbagian di dalam rencana Tuhan yang kekal, untuk turut berbagian menggenapkan rencana Tuhan itu dalam hidup dia. Mulia tidak? Berapa tinggi martabat kita kalau mau pakai istilah Institutio? Harkat kita. Jangan anggap remeh. Bapak, Ibu jadi orang Kristen, jadi orang yang rohani itu bukan sesuatu yang memalukan, tetapi justru itu membawa kemuliaan bagi nama Tuhan karena akhir dari dunia ini bukan fisik, tetapi rohani dan kita diminta untuk berbagian di dalamnya.

Jadi doa saya, melalui firman ini ketika kita masuk ke dalam hari ulang tahun yang ke-27 dari gereja ini, bukan usia yang muda. Usia yang seharusnya kita sudah punya anak ya, mungkin cucu. Cucu belum lah ya. Kita lahirkan anak lah ya. Anaknya dari mana? Ya mungkin cabang, tapi juga mungkin kehidupan Saudara yang dipakai Tuhan untuk bawa jiwa ke dalam gereja. Ada tantangan? Ada. Ada kesulitan? Ada. Tapi ingat, ini saya suka sekali ya kalimat dari Thomas Watson, kita bahas tentang buku All Things for Good itu. Tujuan Tuhan izinkan adanya kesulitan, penderitaan dalam hidup kita untuk apa? Jadi cermin bagi kita. Cermin dalam hal apa? Cermin apakah? Ini pelajarannya Vik. Marvin kemarin. Cermin untuk menyatakan apakah- saya pakai singkatnya saja ya -Kristus hidup dalam diri kita atau tidak. Karakter Kristus ada tidak dalam kehidupan kita? Misalnya kalau kita tersinggung. Kita marah meledak nggak ada penguasaan diri. Berarti? Ya kita nggak punya penguasaan diri. Lalu, yang salah apa? Kita kan suka ngomong, “Oh, keadaan yang membuat saya nggak punya penguasaan diri.” Tapi, Thomas Watson berkata, “Enggak. Justru keadaan itu Tuhan izinkan kita alami supaya kasih tahu kita, kita nggak punya penguasaan diri.” Seperti itu. Jadi, pada waktu kita mengalami kesulitan dan yang lain, Bapak, Ibu, Saudara ingat, jangan mundur. Tuhan bekerja dalam segala sesuatu. Untuk apa? Memurnikan kita. Untuk apa? Untuk menyatakan kita memiliki karakter Kristus atau tidak. Untuk kita belajar bertumbuh di dalam karakter itu supaya hidup kita makin menjadi kehidupan yang lebih menarik lagi untuk orang bisa datang mengenal Kristus.

Jadi, 27 tahun ini boleh menjadi satu refleksi kembali, tapi juga menjadi semangat bagi kita untuk terus dipakai oleh Tuhan dan mengikut Tuhan ya. Kita punya gereja masih banyak bangku yang kosong. Saya ngomong ini bukan untuk memenuhi gereja, tapi saya ngomong ini adalah untuk Bapak, Ibu belajar bertanggungjawab sebagai orang yang sudah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus untuk hidup di dalam kasih karunia itu. Jangan biasakan lihat segala sesuatu dari apa yang orang lakukan, tetapi biasakanlah diri kita melihat segala sesuatu dari apa yang Tuhan ingin saya lakukan. Biasakan diri bukan melihat sebagai orang yang jadi korban, tetapi biasakan diri untuk melihat segala sesuatu secara dari iman yang membuat kita aktif untuk melakukan dan meresponi secara benar sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Itu panggilan orang Kristen.  Kalau nggak, saya yakinkan Bapak, Ibu, kita pasti nggak lakukan apa-apa untuk Tuhan. Tapi kalau kita betul-betul ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan, lihatlah segala sesuatu dari perspektif Tuhan berprovidensi dalam hidup kita. Paulus lakukan itu, makanya dia bisa berkata, “Aku selesai menjalankan tugasku di dalam dunia ini.” Tadi lagu bicara tentang faithful servant. Satu kalimat yang saya ingat diulang-ulang, ulang-ulang terus yaitu apa, anggota choir? “Well done”. Masuklah dalam kerajaan-Ku. Amin? Itu adalah 1 kata yang saya kira semua orang Kristen ingin dengar. Tapi pujian itu dari mulut siapa? Kalau dari mulut manusia, nggak ada gunanya. Dari mulut pendeta, nggak ada gunanya. Tapi dari mulut Tuhan, itu baru berarti. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita ya. (HSI)