Kuasa Kebangkitan, 31 Maret 2024

Kuasa Kebangkitan

Luk. 24:1-32

Pdt. Dawis Waiman

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, nanti silahkan bisa membaca sendiri seluruh dari pasal ini. Ini adalah satu kisah yang penting sekali berkaitan dengan kebangkitan dari Tuhan Yesus dari kematian. Pada waktu kita berbicara mengenai hari kebangkitan Kristus atau hari Paskah, maka ini menjadi satu hari yang sangat penting sekali bagi kekristenan atau bagi diri kita. Mengapa hal ini menjadi sesuatu yang begitu penting sekali? Bahkan F. F. Bruce pernah berkata seperti ini, “Kalau andai kata Kristus tidak pernah bangkit dari kematian, maka kekristenan tidak akan pernah akan ada di dalam dunia ini.” Saudara dan saya hari ini tidak akan berkumpul di dalam gereja untuk beribadah kepada Tuhan dan memperingati hari Paskah. Sebabnya karena apa? Murid-murid sudah meninggalkan iman mereka kepada Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Lukas 24 ini menjadi satu kisah dari kondisi yang terjadi paska kematian Yesus Kristus. Pada waktu itu apa yang menjadi pemikiran dari para murid? Apakah pada waktu itu mereka ada di dalam satu kondisi di mana mereka menantikan hari kebangkitan Kristus? Apakah mereka teringat dengan peristiwa di mana Yesus pernah mengajar kepada mereka bahwa, “Aku akan menderita, mati, disalibkan dan kemudian dikuburkan dan hari ketiga bangkit dari kematian.”? Bapak, ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Lukas 24 mengatakan tidak! Mereka bukan orang-orang yang mengerti perkataan Yesus itu. Mereka bukan orang-orang yang percaya kepada perkataan Yesus itu. Mereka bukan orang-orang yang menantikan perkataan Yesus itu terwujud pada 3 hari kemudian setelah Yesus disalibkan. Tetapi pada waktu itu, Alkitab mencatat, ada 2 orang dari murid yang berjalan dari Yerusalem menuju kepada Emaus, yang saya percaya itu mewakili daripada murid-murid yang lain dan para rasul yang lain, mengenai kondisi hati mereka dan pemikiran mereka tentang Kristus. Saat itu mereka tidak ada pengharapan, saat itu mereka sedang berdukacita, saat itu mereka sedang ada di dalam kekelaman, saat itu mereka sedang berpikir bahwa tidak ada lagi hari depan karena Guru yang mereka anggap sebagai Mesias itu, Tuhan itu, sekarang sudah terkubur di dalam kuburan, mati. Dan sampai hari ketiga, murid-murid yang merupakan murid-murid perempuan, ketika mereka datang ke kubur itu, bukan untuk menyambut kebangkitan dari Kristus tetapi mereka datang dengan membawa mur untuk mengurapi atau meminyaki dan merempah-rempahi dari tubuh yang merupakan mayat dari Yesus Kristus itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang membuat ketika Paulus menuliskan surat Korintus, dia berkata, “Kalau andai kata Kristus tidak bangkit dari kematian, maka sia-sialah iman kita di dalam Kristus.” Kalau Kristus tidak bangkit dari kematian, percuma Bapak, Ibu, Saudara menjadi orang Kristen hari ini dan percaya kepada Kristus dan mengharapkan keselamatan di dalam Kristus karena Dia, seperti semua pemimpin agama yang lain tetap terbaring di dalam kubur dan tidak ada satu pun yang bisa membuktikan apa yang dia ajarkan itu adalah satu kebenaran. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya Paulus berkata di dalam 1 Korintus, “Kalau andai kata Kristus tidak bangkit dari kematian, maka semua kepercayaanmu itu menjadi sia-sia, imanmu menjadi sia-sia.” Lalu kalimat terakhir itu dikatakan bahwa, “Kita adalah orang yang seharusnya paling diberikan belas kasih dari dunia terhadap diri kita.” Maksudnya belas kasih itu bukan kebaikan tapi orang yang perlu disedihkan, orang yang perlu di-pity, dikasihani hidupnya karena semua pengharapan yang dimiliki di dalam Kristus itu adalah kosong. Kenapa? Yesus nggak bangkit dari kematian. Kalau Dia tidak bangkit dari kematian, bagaimana kita tahu kalau setelah kematian ada hidup? Kalau Dia tidak bangkit dari kematian, bagaimana kita bisa pegang terhadap janji-Nya kalau Dia mati untuk mengalahkan kuasa dosa? Kalau Dia tidak bangkit dari kematian, bagaimana kita tahu kalau Dia mati di atas kayu salib itu untuk menanggung dosa kita semua yang beriman di dalam Kristus? Kalau Dia tidak bangkit dari kematian bagaimana kita tahu bahwa di dalam Kristus ada hidup yang kekal bersama Dia sampai selama-lamanya? Sedangkan kita, demi berpegang kepada itu, rela untuk menderita, rela untuk dianiaya, rela untuk menyangkal diri, rela untuk menjaga kehidupan bermoral di dalam dunia ini, rela untuk menjauhkan diri dari dunia yang membuat diri kita akan dianiaya oleh dunia.

Jadi sebenarnya ketika orang-orang dunia melihat kepada kehidupan Kristen dan berita yang dikabarkan oleh orang Kristen, mereka seharusnya membenci orang Kristen atau tidak? Paulus berkata, “Kalau andai kata Kristus tidak bangkit dari kematian, sebenarnya mereka tidak perlu benci orang Kristen tapi yang mereka perlu lakukan adalah memberikan rasa kasihan kepada orang Kristen karena kita adalah orang yang betul-betul sia-sia di dalam iman.” Tapi bersyukur Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus bangkit dari kematian. Dan apa yang menjadi bukti kalau Yesus bangkit dari kematian? Kita sering kali mendengar kubur kosong. Kubur kosong menjadi salah satu bukti kalau Yesus bangkit dari kematian. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, terus terang saya sendiri nggak terlalu mau memegang konsep kubur kosong untuk membuktikan kalau Yesus bangkit dari kematian. Kenapa? Karena kubur kosong sendiri tidak membuktikan kalau Yesus bangkit dari kematian. Tapi kubur kosong bisa membuktikan kalau Yesus punya mayat dicuri oleh orang. Betul kan? Atau ditarik binatang buas, mungkin, karena prajurit membuka. Ya walaupun itu nggak mungkin karena itu disegel kayak gitu. Tapi paling tidak dicuri oleh orang.

Tapi ada hal yang menarik sekali, pada waktu Alkitab memberi catatan tentang kubur yang kosong itu, ada beberapa hal yang penting yang kita bisa pegang. Pertama adalah kalau andai kata mayat yang dibaringkan di atas batu itu, yang digulung dengan kain kafan sekujur tubuh-Nya untuk bisa menjadi tradisi dan kebudayaan orang Yahudi untuk menguburkan orang yang mati, dicuri, apa yang terjadi? Saya yakin kubur itu betul-betul kosong. Paham? Nggak ada bukti bahwa di situ pernah dibaringkan seorang yang bernama Yesus Kristus. Seluruh yang ada di dalam kubur itu betul-betul kosong karena mayat itu beserta seluruh kain kafan yang menggulung Dia akan dibawa pergi. Tetapi pada waktu Yohanes mengintip masuk ke dalam kubur itu, pada waktu Petrus masuk ke dalam kubur itu melihat apa yang ada di depan mata mereka, mereka tidak melihat kubur itu betul-betul kosong. Tapi yang mereka lihat adalah ada kain kafan yang menyelubungi tubuh Yesus yang tergeletak di lantai, ada kain peluh yang menutupi kepala Yesus yang kemudian sudah  terletak di samping dari tempat Yesus dibaringkan. Itu artinya apa? Saya nggak yakin ada satu pencuri pun yang cukup kreatif ketika mau mencuri mayat Yesus Kristus dia kemudian meninggalkan jejak dengan mengambil tubuh-Nya saja, yang telanjang itu, lalu meninggalkan seluruh kain kafannya di dalam kubur itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini di konfirmasi oleh perkataan malaikat kepada Maria Magdalena maupun Maria yang ada di situ. “Siapa yang engkau cari? Yesus yang sudah bangkit itu, Dia nggak ada di sini. Kembalilah ke Galilea beritahu teman-teman yang lain kalau Yesus sudah bangkit.”

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita berkata bahwa kubur itu kosong, bukti dari kebangkitan Kristus, saya sendiri melihat bahwa itu tidak menjadi satu bukti yang cukup kuat untuk menyatakan  Yesus bangkit dari kematian. Harus ada bukti yang lain. Bukti yang lain itu adalah kain kafan yang masih tertinggal di dalam kubur itu untuk membuktikan Yesus Kristus tidak dicuri mayatnya. Kalau Bapak, Ibu bandingkan dengan Mat. 28, di situ ada satu antisipasi yang Tuhan sudah berikan sebelumnya kepada kita dan murid-murid berkaitan dengan dusta mahkamah agama. Ayat yang ke 11, ketika prajurit-prajurit itu mengetahui atau penjaga kubur itu mengetahui bahwa Yesus sudah bangkit dan terjadi gempa, di sana ada malaikat yang menampilkan diri di situ, lalu mereka kemudian Kembali kepada para pemimpin agama Yahudi lalu mereka menceritakan sesungguhnya apa yang terjadi pada hari itu. Lalu apa yang menjadi perkataan pemimpin Yahudi? Ayat 13, “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang aneh nggak dengan kalimat itu? Ada yang aneh nggak? Mayat Yesus ke mana? Dicuri. Oleh siapa? Murid-murid. Saat kapan? Saat kapan? Malam hari, ketika prajurit lagi tidur. Paham? Kalau tidur gimana tahu yang curi murid? Jadi itu adalah satu rancangan kebohongan yang dilakukan oleh pemimpin agama untuk menyebarkan satu isu yang tidak benar. Tetapi aneh sekali, Tuhan izinkan ada satu lelucon di situ untuk membuktikan kalau itu adalah satu kebohongan; prajurit itu tidur dan kok tidur bisa tahu murid yang mencuri mayat dari Yesus Kristus jadi asumsi yang mereka gunakan di situ.

Tapi ada alasan kedua Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang membuat kita bisa berkata Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian, yaitu bahwa murid-murid dari Yesus Kristus, bukan cuma 1, bukan cuma 2, tapi yang 12 rasul itu, dan yang 500 murid yang lain, serta Yakobus yang tidak percaya kalau Yesus Kristus itu adalah Mesias, saudara Yesus Kristus dan Paulus sendiri, menyaksikan Yesus bangkit dari kematian. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita tanya, apa bukti yang paling valid Yesus bangkit dari kematian? Yaitu murid-murid menjadi saksi mata langsung bahwa Yesus bangkit dari kematian di hadapan mata mereka, bukan secara sesuatu tanpa wujud tetapi secara empiris, sesuatu yang bisa diuji, sesuatu yang bisa dilihat, sesuatu yang bisa dirasakan dengan tangan mereka bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Itu sebabnya kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam surat-surat dari rasul Paulus, Bapak, Ibu perhatikan dari surat-surat Petrus dan para rasul yang lain, mereka tidak pernah berusaha untuk membuktikan Yesus bangkit dari kematian. Tapi yang mereka lalukan adalah memberi satu kesaksian bahwa Yesus sungguh-sungguh sudah bangkit dari kematian. Dan siapa yang menjadi saksi itu? Diri mereka sendiri. Itu kayak seperti ini ya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, andai kata kita hidup di dalam zaman di mana Yesus Kristus hidup, lalu Dia mati di atas kayu salib, lalu kemudian Dia bangkit dari kematian, dan ketika ada orang datang yang baru, yang belum percaya kepada Kristus, yang belum pernah mendengarkan Injil lalu datang ke sini dan duduk bersama-sama dengan kita di dalam gereja, atau berjalan di luar, lalu mulai menanyakan, “Betulkah Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian?” Orang kemudian berkata, orang Kristen yang lain, “Kamu mau tahu Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian atau tidak?”, “Iya benar saya mau tahu. Bagaimana caranya?”, “Silahkan datang ke GRII, di jalan Bener No.1. Di situ banyak orang-orang yang duduk dan berjemaat di gereja itu yang melihat secara langsung Yesus telah bangkit dari kematian.” Itu yang terjadi di dalam gereja mula-mula.

Saya mau mengatakan apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus bangkit dari kematian, itu menunjukkan, pertama, Dia sungguh-sungguh mati. Dia bukan mati suri, tetapi Dia sungguh-sungguh mati, karena para prajurit Roma, menurut catatan sejarah, tidak pernah menjalankan satu hukuman kematian pun kepada para tawanannya yang pernah akhirnya terbukti tidak mati. Semua tawanan kekaisaran Roma kalau ditentukan untuk mati, dia pasti mati. Ini adalah catatan sejarah. Apalagi kalau kita perhatikan dengan kondisi luka pada tubuh Yesus Kristus, ada yang ngomong kayak gini, The passion of Christ itu mengerikan sekali kan? Bagaimana Dia dicambuk, bagaimana tubuh-Nya begitu terluka itu belum apa-apa dibandingkan dengan realita yang sesungguhnya. Jauh lebih mengerikan lagi peristiwa penyaliban Yesus Kristus itu. Jadi, nggak mungkin kalau Dia bisa bertahan setelah melewati penderitaan yang begitu luar biasa sekali. Ya, walaupun kita tahu bahwa hidup mati Yesus ada di dalam tangan Dia. Dia yang menyerahkan nyawanya baru Dia mengalami kematian. Dan Alkitab mencatat bahwa kematian Dia itu terjadi sebelum prajurit menusukkan tombak ke dalam perut dari Yesus Kristus karena Dia sudah menyerahkan nyawa-Nya terlebih dahulu. Tetapi menurut logika manusia dan ketahanan tubuh manusia, tidak ada seorang pun yang bisa kuat untuk melewati hari itu ketika dia menderita luka dengan begitu luar biasa sekali.

Jadi, kenapa kita bisa percaya Yesus bangkit dari Kematian? Pertama adalah karena Dia sungguh-sungguh mati terlebih dahulu. Lalu yang kedua kenapa saya berkata tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kesaksian murid dan segala macam? Saya mau mengatakan bahwa berita kebangkitan yang Bapak, Ibu dengar sampai hari ini, itu adalah berita yang sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah. Yang namanya Yesus Kristus, itu adalah Pribadi yang betul-betul ada di dalam sejarah. Yang namanya Yesus Kristus adalah Pribadi yang sungguh-sungguh pernah mati di atas kayu salib. Dan menurut sejarah, Pribadi yang namanya Yesus Kristus, itu pernah bangkit dari kematian pada hari yang ke-3. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini bukan sesuatu yang hanya dikatakan oleh orang Kristen, karena kita percaya buta terhadap sesuatu yang konyol, sesuatu yang tidak masuk akal sama sekali. Tetapi ini adalah satu kebenaran yang bahkan diakui oleh orang-orang yang menolak kekristenan, orang ateis, orang yang tidak percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Kitab Suci sebagai satu kebenaran. Ketika mereka membaca Kitab Suci, ketika mereka ingin membuktikan dari Kitab Suci, segala fakta yang dipaparkan oleh Kitab Suci berkaitan dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka hanya keluarkan satu kalimat yaitu buktinya terlalu jelas kalau Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Itu adalah satu kebenaran yang kita tidak bisa sangkal sama sekali. Yesus memang sungguh-sungguh mati dan sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Yang membuat orang tetap tidak percaya adalah karena kepercayaan itu adalah anugerah dari Tuhan. Yang membuat mereka tidak percaya adalah karena kekerasan hati mereka untuk tidak mau, secara rendah hati, melihat kepada bukti-bukti itu. Mereka langsung menutup pikiran mereka dan mengatakan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kebangkitan Kristus itu adalah sesuatu yang bisa dibuktikan di dalam sejarah, kebangkitan Kristus itu adalah sesuatu yang bukan hal yang irasional. Tetapi itu adalah sesuatu yang rasional, sesuatu yang bisa kita jelaskan, kita katakan, kita bisa mengerti dalam hidup kita, dan ada buktinya di dalam kehidupan dari orang-orang Kristen sendiri, dan Alkitab.

Dan yang ketiga adalah, hal yang tidak kalah penting, yaitu menurut dari sejarah, orang-orang Yahudi, itu adalah orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Tuhan di hari yang ketujuh. Tetapi ketika Kristus bangkit dari kematian, apa yang terjadi? Pertama kali yang mereka lakukan adalah mereka muncul di hadapan permukaan. Lalu kemudian mereka yang semula adalah orang-orang yang begitu penakut, dan takut dihukum, dan takut mengalami kematian, berdiri di hadapan mahkamah agama dan mengabarkan Yesus bangkit dari kematian. Dan ketika mereka akan diadili di hadapan mahkamah agama, mereka berkata kepada pemimpin agama itu “Silahkan pilih sendiri! Kami harus lebih taat kepada engkau atau taat kepada Tuhan.” Lalu mereka tidak bisa diapa-apain. Dipukul dan disiksa pun, mereka keluar dengan sukacita. Tapi setelah itu, ketika orang-orang banyak percaya terhadap berita mereka, yang mereka lakukan adalah mengubah hari ibadah, Sabtu itu, menuju Minggu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selama berabad-abad dari kehidupan orang Yahudi, mereka tahu hari Sabat itu hari Sabtu. Setiap kali mereka mau datang beribadah, mereka selalu datang di hari Sabtu untuk beribadah kepada Tuhan. Lalu kenapa pada suatu hari, di dalam abad yang pertama, tiba-tiba ibadah yang hari Sabtu itu berubah menjadi hari Minggu dan orang-orang menyembah Tuhan dan berkumpul pada hari Minggu itu? Jawabannya cuma satu, karena Yesus bangkit dari kematian. Nah, di dalam bagian ini kalau kita kaitkan dengan ibadah orang Kristen di hadapan Tuhan, maka ayat yang Bapak-Ibu bisa lihat adalah di Luk. 24:32. Dalam Luk. 24:32 dikatakan bahwa ketika mereka berjalan bersama Kristus, dan berbicara di perjalanan menuju Emaus itu, mereka berkata atau menyadari satu hal: “Bukankah hati kami berkobar-kobar ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan ketika Ia menerangkan kitab suci kepada kita?”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu mau menunjukkan, kalau saya kutip dari R. C. Sproul punya perkataan, ini adalah ayat yang menyatakan ibadah dari orang Kristen. Maksudnya apa? Pada waktu seseorang bertemu dengan Tuhan, berdiri di hadapan Tuhan, dia tidak mungkin menahan hatinya untuk tidak berkobar-kobar bagi Tuhan. Hatinya pasti membara, terbakar, bergelora, punya semangat di dalam diri dia berhadapan dengan Tuhan. Itu pasti terjadi. Dan peristiwa ibadah dari orang Kristen atau umat Allah di hadapan Tuhan, di dalam Kitab Suci, ada dua bagian penting yang dicatat. Pertama adalah di dalam Keluaran 19. Mari kita buka ya. Keluaran 19, kita baca aja ya, nggak terlalu banyak, “Tuhan menampakkan diri di Gunung Sinai”. Pasal 20 itu adalah hukum 10 perintah Allah yang diberikan Tuhan kepada Israel. Tetapi hukum itu sebelum diberikan, ada Keluaran 19 terlebih dahulu. “Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu. Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan Tuhan berseru dari gunung itu kepadanya: ”Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa ke depan mereka segala firman yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: ”Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan.” Lalu Musa pun menyampaikan jawab bangsa itu kepada Tuhan. Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu.” Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada Tuhan. Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga Tuhan akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai. Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapa pun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati. Tangan seorang pun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah mereka boleh mendaki gunung itu.” Lalu turunlah Musa dari gunung mendapatkan bangsa itu; disuruhnyalah bangsa itu menguduskan diri dan mereka pun mencuci pakaiannya. Maka kata Musa kepada bangsa itu: ”Bersiaplah menjelang hari yang ketiga, dan janganlah kamu bersetubuh dengan perempuan.” Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. Lalu turunlah Tuhan ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka Tuhan memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. Kemudian Tuhan berfirman kepada Musa: ”Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan Tuhan hendak melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa. Juga para imam yang datang mendekat kepada Tuhan haruslah menguduskan dirinya, supaya Tuhan jangan melanda mereka.” Lalu berkatalah Musa kepada Tuhan: ”Tidak akan mungkin bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan kepada kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah itu kudus.” Lalu Tuhan berfirman kepadanya: ”Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki menghadap Tuhan, supaya mereka jangan dilanda-Nya.” Lalu turunlah Musa mendapatkan bangsa itu dan menyatakan hal itu kepada mereka. Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: ”Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.””

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa di dalam Keluaran 19 kenapa mendahului Keluaran 20? Dan apa kaitannya dengan ibadah dari umat Tuhan di hadapan Tuhan? Keluaran 19 itu menyatakan bahwa ada Allah yang transenden, ada Allah yang begitu agung dan mulia, ada Allah yang begitu terpisah dan berbeda dari manusia, mau datang ke dalam dunia untuk bertemu dengan manusia di atas Gunung Sinai. Dan pada waktu Allah mau bertemu dengan manusia di atas Gunung Sinai itu, itulah yang menjadi catatan di dalam Keluaran 19 yang begitu penting sekali berkaitan dengan ibadah dari umat Allah di hadapan Allah. Pada waktu itu apa yang harus mereka lakukan? Musa menjadi mediator yang menjadi tipologi Kristus pada waktu itu, memberitahu orang-orang Israel berdasarkan pesan dari Tuhan Allah. Kalau engkau mau menghadap Tuhan, apa yang harus kau lakukan? Cuci baju. Apa yang harus dilakukan lagi? Menguduskan diri. Apa yang harus dilakukan? Tidak bersetubuh dengan perempuan. Berapa lama harinya? Tiga hari. Persiapan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa? Apa kaitan bertemu Tuhan dengan cuci baju? Apa kaitannya? Kalau kita mau tarik aplikasi dulu, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kira-kira orang yang datang menghadap Tuhan, bisa nggak pakai sandal jepit? Orang yang mau menghadap Tuhan bisa, nggak pakai pakaian yang terbuka-buka, yang tidak sopan? Orang yang mau menghadap Tuhan bisa, nggak memakai pakaian yang ala kadarnya? Maksudnya adalah sembarangan. Misalnya kaus oblong, dan yang lainnya. Bisa nggak? Saya nggak ngomong kita antara orang yang memiliki ekonomi yang lebih berada dari orang yang kurang berada itu harus memiliki keseragaman di dalam cara berpakaian. Tetapi paling tidak, orang yang berada mengerti pakaian terbaik yang harus diberikan untuk menghadap Tuhan seperti apa. Orang yang kurang berada mengerti pakaian terbaik yang harus diberikan untuk menghadap Tuhan itu apa.

Kira-kira kalau Bapak, Ibu, Saudara hari ini, semua dari diri kita dapat undangan dari Jokowi untuk bertemu dia di Istana Presiden. Bapak, Ibu mau datang pakai sandal jepit? Mau pakai kaus oblong? Saya yakin sebelum masuk, penjaga pintu menolak suruh kita pulang karena kita tidak diizinkan masuk ke dalam ruangan itu. Ada pakaian khusus di situ. Kalau andai kata di situ dituliskan, “Engkau harus pakai jas”, “Engkau harus pakai sepatu hitam”, “Engkau harus pakai celana kain untuk menghadap presiden”, “Perempuan harus memakai pakaian blazer”, ya, warna hitam misalnya—atau warna ungu atau warna yang aneh kaya gitu, warna orange misalnya. Saya mau tanya, Bapak, Ibu lakukan apa? Hmm? Cari? Pasti cari? Yang ekonomi kurang cari nggak? Cari. Kalau perlu pinjem. Pokoknya semua syarat dipenuhi, kan? Untuk apa? Ketemu presiden. Kalau kita ketemu Tuhan, kalau orang Israel mau ketemu Tuhan, bisa nggak sembarangan?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya yakin sekali orang Israel pada waktu mau berbakti di hadapan Tuhan pada hari itu, mereka memperhatikan bagaimana mereka berpakaian di hadapan Tuhan. Kita bisa lihat dari aturan pakaian yang diberikan oleh Tuhan kepada imam pada waktu mau berbakti di hadapan Tuhan. Salah satunya adalah tubuh harus tertutup semua sehingga orang tidak melihat aurat dari imam itu ketika dia berdiri di tempat yang tinggi. Pakaian pun ditentukan oleh Tuhan, apa yang harus ada pada pakaian itu, nama apa yang harus disandingkan dalam pakaian itu, topi apa yang harus dikenakan oleh para imam itu. Nggak sembarangan. Itu sebabnya pada waktu orang-orang mau bertemu dengan Tuhan di gunung Sinai, Tuhan berpesan kepada mereka. Mereka harus mencuci pakaian mereka karena itu adalah hal yang penting di hadapan Tuhan. Kenapa? Karena itu adalah bagian dari pengudusan yang harus dilakukan oleh orang Israel sebelum mereka bertemu dengan Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang Israel tahu persis menghadap Tuhan tidak boleh sembarangan. Orang Israel tahu persis bahwa kalau mereka berani main-main di hadapan Tuhan—menghadap Tuhan, apa yang terjadi? Bukan hanya imam di dalam kemah suci dan bait Allah lho, tetapi semua orang Israel yang berani mendekat Tuhan tanpa menyucikan diri mereka terlebih dahulu itu harus mati. Bahkan ketika mereka mau menghampiri Tuhan pun setelah mereka menguduskan dirinya di hadapan Tuhan, Alkitab mencatat, mereka tetap diberi batasan di mana mereka tidak boleh tembus batasan itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, menghadap Tuhan dan ibadah kepada Tuhan dalam Perjanjian Lama itu bukan hal yang sesuka hati kita sendiri. Bahkan Alkitab mencatat, ketika Tuhan hadir hari itu, pada hari yang ketiga itu, maka Tuhan hadir dengan apa? Awan yang gelap, guruh, kilat dan bunyi sangkakala yang panjang sekali dan pada waktu bunyi itu terdengar, apa yang terjadi? Maka gunung pun gemetar di hadapan Tuhan karena Tuhan hadir pada waktu itu.

Saya mau ajak Bapak, Ibu, Saudara berimajinasi sedikit, ya. Kalau pada hari itu Saudara ada di sana, apa yang akan Saudara lakukan? Cuma lihat, “Wih, keren! Kayak saya menghampiri Gunung Merapi yang mengepulkan asap!” kayak gitu? Saya pernah, pada waktu Gunung Merapi meletus, waktu pusat berkata, “Coba cek, ada yang perlu bantuan atau enggak?” Saya waktu itu sama pengurus gereja pergi sampai ke Ketep. Bahkan sehari sebelumnya lewat ke Selo. Selo tahu, ya? Merapi, Merbabu satu jalan di situ. Itu kalau asap awan panas turun ke Selo, atau lahar turun ke Selo, nggak ada istilahnya lari lagi. Mau belok ke mana? Cuma 1 jalan. Waktu itu, saya jalan ke sana, lihat gunung yang mengepulkan asap seperti keluar dari peleburan api yang panas sekali, yang begitu besar, mengepul tebal sekali. Cari orang, sih, cari orang, tapi dalam hati juga mikir, “Ini gimana, ya, kalau sampai arahnya itu ke arah kita? Gentar, lho, ngelihat gunung yang seperti itu. Sekarang orang Israel berdiri di gunung Tuhan. Nggak boleh menghampiri. Hampiri, pasti mati. Lalu kemudian di situ Tuhan menampilkan dengan awan gelap, kilat, dan guruh, dan sangkakala yang begitu banyak. Apa yang terjadi? Saya yakin, mereka betul-betul ketakutan sekali pada waktu itu, ketika mereka menghadap Tuhan. Dan untuk menghadap Tuhan, tidak boleh sembarangan dan harus menguduskan diri.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini dicatat di mana? Di Perjanjian Lama. Kalau Perjanjian Baru gimana? Wah, bersyukur, ya, kita tidak hidup di dalam zaman Perjanjian Lama. Kita bersyukur punya Allah yang mengasihi kita sehingga kita bisa duduk di sini dengan tenang, tidur pada waktu dengar firman, pegang HP, WA orang, dan yang lain-lain, bercanda, ngobrol pada waktu mendengarkan firman. Betul nggak? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan-termasuk yang telat datang kebaktian-orang sekarang apakah berbeda dari umat Tuhan yang dahulu dalam beribadah kepada Tuhan? Silahkan buka Ibrani 12. Ibrani 12:18-21. “Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatang pun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.” Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.”” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang dicatat di sini? Kalau Bapak, Ibu baca di dalam Ibrani 12:18-21 ini, kita melihat ada satu kontras yang dibuat oleh penulis Ibrani dengan satu peristiwa yang terjadi di dalam Keluaran 19, bukan? Jadi, pada waktu itu, penulis Ibrani menuliskan, “Kamu coba lihat kehidupan dari umat Israel beribadah di hadapan Allah pada zaman Musa. Betapa mengerikannya kejadian itu, betapa menakutkannya kejadian itu. Mereka sampai gemetar. Musa sendiri ketakutan mau masuk ke dalam awan yang gelap itu karena kalau tidak hati-hati, mereka pasti mati.” Tapi sekarang, kita bagaimana? Baca ayat yang ke-22. “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah  pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika orang Kristen beribadah, kita beribadah di mana? Tolong jawab! Ketika Bapak, Ibu beribadah di hadapan Tuhan di hari Minggu, Bapak, Ibu beribadah di mana? Gereja? Di dalam bagian ini dibilang tempat mungkin gereja, tetapi kita bersama dengan orang suci segala zaman, malaikat, beribadah di hadapan Tuhan. Artinya apa? Bapak, Ibu harus punya satu kesadaran. Pada waktu orang datang beribadah di hadapan Tuhan, kita bukan hanya datang ke gereja untuk mendengarkan pendeta berkhotbah, tetapi Bapak, Ibu sedang datang ke hadapan Tuhan berada di dalam surga untuk beribadah langsung kepada Allah yang suci itu. Itu adalah ibadah orang Kristen. Saya kuatir sekali Bapak, Ibu, Saudara, tiap kali datang kebaktian Minggu nggak punya konsep ini makanya sembarangan datang untuk berbakti kepada Tuhan. Bahkan bisa merasa bahwa kesempatan hari Minggu itu adalah kesempatan yang boleh di-skip pada Minggu ini karena ada urusan lain yang lebih penting daripada datang dan berbakti kepada Tuhan. Tidak!! Tahu tidak, kita diselamatkan untuk beribadah di hadapan Tuhan.

Saya rasa sedih dan saya rasa marah sekali sering kali lihat orang-orang Kristen yang begitu meremehkan ibadah di hadapan Tuhan. Tuhan kasih satu-satunya kesempatan kita bisa menikmati surga, yaitu pada waktu kita berkumpul dengan semua orang Kristen di dalam dunia ini. Tapi pada waktu kita berkumpul dengan semua orang Kristen di dalam dunia ini, tahu tidak, hari itu, saat ini, jam sekarang, di surga atau di tempat ini, ada yang namanya Petrus, ada yang namanya Paulus, ada yang namanya Yakobus, ada yang namanya Stephen, ada yang namanya Calvin, atau Luther, atau Agustinus dan semua tokoh-tokoh penting dalam iman Kristen yang duduk bersama Saudara di hadapan Tuhan untuk beribadah kepada Tuhan. Tidak terhitung lagi begitu banyak jumlah malaikat yang ada bersama-sama dengan kita untuk beribadah di hadapan Tuhan. Ini adalah satu kebenaran.

Tetapi pada waktu kita datang dan beribadah kepada Tuhan, Saudara, penulis Ibrani mengontraskan apa yang ada sekarang dengan hidup di dalam zaman Musa. Pada waktu di dalam zaman Musa, orang menghadap Tuhan di mana? Di dunia, di gunung Sinai melalui seorang mediator yang namanya Musa. Tetapi ketika orang Kristen menghadap Tuhan, menghadap di mana? Di gereja, melalui seorang mediator yang namanya siapa? Yesus Kristus. Pada waktu orang-orang di Israel menghadap Tuhan di Gunung Sinai, boleh nggak menghampiri Tuhan dengan sembarangan? Kenapa? Karena Tuhan adalah Tuhan yang suci, yang kudus dan mediator manusia tetap nggak bisa membuat mereka menghampiri Tuhan. Tapi ketika kita menghadap Tuhan pada hari Minggu dan beribadah di hadapan Tuhan, saya mohon tanya, Tuhannya berubah tidak? Tetap Allah yang suci? Allah yang kudus? Allah yang sama dengan yang menampakkan diri di gunung Sinai. Sama! Tetapi tempatnya di mana sekarang? Kita kayaknya di dalam dunia ini, tetapi Saudara tahu, kita berdiri di hadapan Tuhan secara langsung, karena ada Yesus Kristus. Mana yang lebih mengerikan?

Kita bersyukur ada Kristus yang menjadi mediator kita mungkin, makanya kita tidak mati hari ini. Tapi kalau Kristus tidak menjadi mediator kita, mungkin kita sudah di panah, dilempari batu sampai mati seperti pada zaman Musa. Karena Allah tidak berubah. Bapak, Ibu harus punya satu konsep, Saudara datang ke dalam gereja untuk beribadah. Saudara datang ke gereja bukan untuk bersekutu satu dengan yang lain. Saya sengaja menggunakan kontras ini, karena saya tahu kalau kita datang ibadah ada aspek subnya yaitu persekutuan antara orang Kristen. Tetapi di zaman sekarang, kebanyakan dari orang Kristen berpikir, saya datang gereja untuk bersekutu satu dengan yang lain, bukan untuk beribadah. Makanya apa yang terjadi? Orang berusaha memasukkan hal-hal yang sekuler ke dalam gereja, orang berusaha memasukkan cara-cara dunia ke dalam gereja. Orang akan melakukan hal-hal yang dilakukan oleh dunia di dalam gereja, sehingga pada waktu orang datang ke dalam gereja, apa yang mereka akan lihat Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan? Apa mereka akan lihat orang-orang Kristen yang sedang beribadah di hadapan Tuhan atau mereka melihat dunia ada di dalam gereja?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat baik-baik. Tuhan memang Maha Hadir. Salomo ketika menahbiskan bait Allah, dia pernah berdoa satu hal, “Siapa aku sehingga aku bisa membangun bait Allah ini bagi Tuhan padahal Engkau adalah Allah yang tidak terbatas sama sekali, tidak ada satu tempat yang bisa menampung diri Engkau.” Kita tahu bahwa Tuhan itu tidak terbatas, di mana-mana Tuhan ada dan banyakan orang Reformed kebablasan dengan berpikir bahwa ”Saya tidak perlu ke gereja. Di dunia juga saya bisa beribadah kepada Tuhan. Di dalam hari-hari, Senin sampai Sabtu saya bisa beribadah kepada Tuhan.” Apa keunikan dari gereja dan hari Minggu? Tahu tidak? Tuhan memilih bait Allah untuk menyatakan nama-Nya. Tuhan memilih gereja tempat orang Kristen berkumpul untuk menyatakan nama-Nya. Pada waktu Dia menyatakan nama-Nya di dalam gereja, tempat orang Kristen berkumpul, Dia ingin orang Kristen menguduskan dirinya karena nama-Nya dan kemuliaan-Nya dinyatakan secara jelas dalam gereja, seperti halnya di Gunung Sinai dan di bait Allah. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita berdiri di hadapan Tuhan, kita datang dengan satu hati mau menyembah Tuhan, itu urusan yang paling utama, yang pertama ketika kita datang dan beribadah. Bukan cari temen, bukan cari siapa yang bisa menjadi orang yang saya menolong saya untuk usaha saya, bisnis saya, pacar saya, hari depan saya. Bukan, tetapi Saudara datang untuk mencari Tuhan dan beribadah di hadapan Tuhan.

Mau tanya, kapan terakhir Saudara pernah punya hati yang betul-betul gentar di hadapan Tuhan pada waktu berbakti di hari Minggu? Ada rasa takut itu, tidak? Ada kesadaran, tidak? Kalau Saudara sedang menghadap Tuhan. Kalau tidak, tolong jawab, kenapa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya harap khotbah hari ini boleh mengingatkan kita, Yesus sudah bangkit. Dia tidak mati, Dialah yang kita sembah. Pada waktu kita datang, kita datang menghadap Tuhan dengan perantara Yesus Kristus dalam hidup kita. Ada tidak hati yang berkobar seperti 2 murid dari Yesus Kristus? Ketika jalan menuju ke Emaus dan berhadapan dengan Tuhan, mereka sadar ada sesuatu yang berbeda di situ. Saudara, mulai hari ini saya minta jangan anggap remeh ibadah. Mulailah belajar menghargai Tuhan dalam ibadahmu. Duduk konsentrasi, dengar firman, jangan pegang HP, jangan tidur, usahakan semaksimal mungkin bisa mendengar dan konsentrasi, mengerti. Kalau perlu catat untuk membuat kita tidak tertidur. Mulailah juga dengan datang tepat waktu untuk menghargai Tuhan. Saudara bukan menghadap pendeta di sini, Saudara menghadap Tuhan. Lihat itu, ingat baik-baik peristiwa ketika Tuhan memberikan perintah kepada Israel untuk menghadap Dia di Gunung Sinai. Lalu perintah pertamanya apa? Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Saudara punya allah lain? Itu yang membuat Saudara tidak gentar ketika menghadap Tuhan? Renungkan itu. Sungguhkah Kristus sudah bangkit di dalam hatimu? Sungguhkah kita sudah menerima Tuhan sebagai Tuhan dan Penebus kita?

Mari kita berdoa. Kami kembali berdoa, bersyukur Bapa untuk firman yang boleh Engkau beritakan hari ini. Beri kami kesadaran, ya Tuhan, beri kami mata melihat kepada kesucian-Mu, beri kami telinga untuk betul-betul mau mendengar perkataan-Mu. Beri kami kelembutan hati untuk mau merendahkan diri di hadapan-Mu. Jangan biarkan kami diselewengkan oleh iblis. Jangan biarkan kami keras hati, ya Tuhan, dan berpikir bahwa apa yang dikatakan itu adalah suara manusia dan bukan suara dari Tuhan sendiri. Berikan kepada kami seperti hati Musa, hati umat Allah yang ketika melihat Tuhan hadir di tengah-tengah mereka, mereka memiliki rasa takut dan gentar dan hormat dan perendahan diri untuk menaati Tuhan dan menguduskan diri di hadapan Tuhan. Tolong gereja-Mu ini, ya Bapa, berkati gereja-Mu ini, biarlah Engkau boleh pelihara dan jauhkan kami dari hal-hal yang menyedihkan nama-Mu. Di dalam nama Tuhan Kristus Yesus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin. (HS)