Ef. 3:14-21
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Sebagian daripada khotbah saya memang agak mengulang dari sebelumnya, tapi saya percaya itu adalah hal yang penting untuk kita ingat kembali. Karena bagi kita, pada waktu kita masuk ke dalam pasal yang ke-4 nanti dasarnya semua adalah di pasal 1 sampai pasal yang ke-3, karena apa yang Tuhan kerjakan di dalam pasal sebelum itu, itu yang memberi kekuatan, memberi kemampuan, memberi sesuatu yang tujuan dan sesuatu yang membuat kita memang harus tunduk di bawah apa yang Tuhan sudah kerjakan di dalam pasal 1 dan sampai pada pasal yang ke-3 yang telah kita bahas sebelumnya. Karena itu saya lihat, ini menjadi suatu khotbah yang mengakhiri pasal 3 tetapi juga menjadi suatu perantara kita masuk ke dalam pasal 4 dan itu seharusnya menjadi dorongan, kekuatan bagi kita nantinya untuk masuk ke dalam pasal 4 dan memiliki suatu kehidupan Kristen yang sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Nah, di dalam pasal yang sebelumnya, kita telah melihat bahwa setiap orang Kristen itu adalah orang-orang yang sudah memiliki suatu kuasa rohani di dalam kehidupan kita. Tuhan sudah karuniakan kuasa itu dan melalui kuasa itu kita pasti memiliki kekuatan untuk bisa menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita dan suatu kehidupan yang memuliakan nama Tuhan, atau memberikan kepada kita kekuatan untuk bisa menghadapi kehidupan yang dipenuhi oleh pencobaan di dalam dunia ini. Tidak ada, saya katakan, tidak ada satu pun dari orang Kristen yang perlu khawatir akan keadaannya karena dia tidak memiliki sumber-sumber kekuatan rohani dalam kehidupannya untuk bisa menjalani kehidupan dengan suatu kekuatan di dalam menghadapi pencobaan atau kesulitan di dalam kehidupannya sehingga dia tidak bisa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Allah. Saya sekali lagi mengatakan, tidak ada satu orang Kristen pun dalam dunia ini yang tidak memiliki cukup sumber rohani atau kekuatan rohani dalam dirinya untuk menjalani kehidupannya memuliakan nama Tuhan, itu tidak ada seperti itu, semuanya sudah Tuhan karuniakan di dalam kehidupan daripada setiap orang Kristen.Karena itu di dalam Efesus 1:21, Paulus berkatadi dalam diri kita ada kuasa yang bekerja dan kuasa itu adalah kuasa yang jauh lebih tinggi daripada penguasa-penguasa, daripada pemerintahan, daripada kekuasaan, dan daripada kerajaan yang ada di dalam dunia ini.
Nah, itu semua ada di dalam diri kita, kuasa itu sudah berkerja di dalam diri kita sebagai orang-orang Kristen, dan Allah yang mengaruniakan ini adalah Allah yang memberikan sesuatu yang lebih jauh daripada yang kita bisa doakan dan kita bisa minta atau pikirkan dalam kehidupan kita. Jadi, maksudnya adalah ketika Tuhan memberikan karunia sumber daya itu, saya percaya sumber daya itu jauh lebih dari cukup untuk kita bisa memiliki suatu kehidupan yang berkenan di hadapan dari pada Tuhan Allah, karena Tuhan itu adalah Allah yang begitu limpah sekali, dan Dia limpahkan dengan begitu limpah sekali dalam kehidupan kita semua sumber itu.Dan ini juga yang menjadi dasar Paulus katakan di dalam Efesus 3:15 dan seterusnya, kita diminta untuk bisa bertumbuh di dalam kasih Allah dan mengerti kasih itu yang begitu panjang, lebar, tinggi, dan dalamnya itu. Kasih Allah yang tidak dapat kita selami dengan pengertian kita dan pemikiran kita. Jadi pada waktu Tuhan memberikan karunia, sumber kerohanian yang begitu limpah dalam hidup kita, itu juga berarti kita diberikan kemampuan untuk mengasihi yang begitu limpah dalam kehidupan kita sesuai dengan kasih yang Tuhan miliki. Jadi, ini semua menyatakan bahwa apa yang kita butuhkan sebagai seorang Kristen yang hidup dalam dunia untuk menghadapi peperangan di dalam dosa ataupun di dalam pencobaan hidup kita, itu semua sudah Tuhan karuniakan dalam kehidupan kita. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah kalau itu semua sudah Tuhan karuniakan, kalau kuasa itu sudah bekerja di dalam kehidupan kita, sebagai orang-orang percaya, kenapa ada orang-orang yang hidup di dalam kehidupan Kristen tetapi memiliki kegagalan di dalam menghadapi pencobaan, kegagalan di dalam menghadapi dosa dalam kehidupannya padahal dikatakan kuasa itu ada di dalam diri kita dan kuasa itu telah bekerja di dalam kehidupan kita?Apakah ini menunjukan bahwa pada waktu kita melihat orang Kristen yang satu dibandingkan dengan orang Kristen yang lain, penyebabnya itu adalah karena orang Kristen yang satu ini jauh lebih dikasihi Tuhan Allah, jauh lebih memiliki penyertaan Tuhan daripada orang Kristen yang lain, itu membuat diri orang Kristen yang satu ini tidak memiliki kekuatan di dalam menghadapi pencobaan dan kesulitan hidup, sedangkan orang Kristen yang satu ini memiliki kekuatan untuk menghadapi pencobaan atau kesulitan hidup sehingga membawa kemuliaan bagi nama Tuhan?
Saya percaya ini bukan menjadi dasarnya ya, bukan karena cinta kasih Tuhan yang begitu limpah diberikan kepada seorang tetapi tidak diberikan kepada orang Kristen yang lain, tapiproblempertama adalah karena banyakan dari orang Kristen dalam kehidupannya walaupun memiliki Kitab Suci, tetapi tidak memiliki kerinduan untuk mempelajari Kitab Suci secara lebih mendalam lagi, sehingga pada waktu dia menjalani kehidupan sebagai orang Kristen, dia tidak mengerti kalau ada sumber daya yang begitu besar, yang begitu limpah yang sudah Tuhan karuniakan dalam kehidupannya untuk bisa dipakai demi untuk melawan dosa ataupun melawan suatu pencobaan di dalam kehidupannya, sehingga dia tetap bisa kuat berdiri untuk menghadapi semua itu. Akibat dia tidak mengerti ada kuasa itu, ada sumber daya rohani yang begitu besar yang ada di dalam diri dia, ada kasih yang tidak terbatas yang melampaui pemikiran yang harusnya sudah ada yang Tuhan karuniakan dalam diri dia, itu membuat mungkin kebanyakan orang Kristen merasa hidup yang biasa-biasa itu adalah hal yang normal, hidup yang kalah oleh dosa itu adalah hal yang wajar, hidup yang tidak ada bedanya dengan orang dunia, hidup yang lebih tertarik pada hal-hal duniawi daripada hal-hal rohani, hidup yang tidak kuat di dalam menghadapi pencobaan itu bukan sesuatu yang perlu terlalu dirisaukan dalam kehidupan kita.Karena apa? Kita sama dengan orang lain, kita tidak ada bedanya dengan orang yang belum percaya, kita juga tidak punya kuasa yang begitu besar yang di dalam hidup kita untuk bisa menghadapi dosa dan pencobaan seperti orang dunia juga tidak memiliki kuasa itu untuk menghadapi pencobaan. Saudara, ini yang menjadikan hidup orang Kristen itu tidak ada bedanya daripada orang-orang dunia.Saya percaya faktor utama dan pertama adalah karena kita tidak paham apa yang sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, itu membuat kita tidak ada suatu perbedaan, tidak mengerti bagaimana kita seharusnya hidup ,dan tidak memiliki kekuatan dan pengharapan di dalam berjuang saat mengalami kesulitan, menjalani kesulitan dalam kehidupan kita dan tetap mempertahankan kekudusan yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Allah. Sehingga, pada waktu kita melihat ada orang-orang Kristen yang begitu luar biasa, berusaha hidup kudus, begitu penuh dengan cinta kasih, begitu berbeda dengan orang dunia, memiliki kekuatan di dalam menghadapi pencobaan, kita meresa “dia adalah orang yang pasti berbeda dari diri kita, dia adalah orang khusus yang mendapatkan cinta kasih Tuhan lebih besar daripada cinta kasih yang diberikan kepada diri kita, dan Tuhan memang bekerja memberikan kasih-Nya kepada orang-orang tertentu saja dan bukan kepada semua orang Kristen,” karena apa? Kita pikir kita tahu, tapi sebenarnya kita tidak tahu kebenaran itu seperti apa.
Saudara, apakah orang Kristen memiliki cinta kasih yang sama besar daripada Tuhan Allah atau tidak? Apakah setiap orang Kristen memiliki kuasa yang sama besar daripada Tuhan Allah atau tidak dalam kehidupan dia? Saya percaya semua daripada kita yang ada di dalam Kristus memiliki cinta kasih yang sama besar dari Tuhan Allah. Setiap kita yang ada di dalam Tuhan Yesus sudah diberikan kuasa yang sama bersarnya dari Tuhan Allah untuk kita bisa menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia ini. Apa yang menjadi dasar hal ini? Saya lihat ada 3 sebab ya. Pertama adalah, Alkitab berkata ketika kita menjadi orang Kristen maka keberadaan kita menjadi orang Kristen itu adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah bukan setelah kita lahir dalam dunia, tetapi jauh sebelum langit dan bumi diciptakan kita sudah dipilih oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya. Karena itu, pada waktu Tuhan memilih kehidupan kita, kehidupan kita sebagai orang Kristen bukanlah sesuatu yang ditentukan dari dasar perbuatan yang kita lakukan, bukanlah sesuatu yang ditentukan dari dasar kebaikan yang kita miliki dalam kehidupan kita, yang berbeda daripada orang lain sehingga itu membuat Tuhan memilih hidup kita untuk menjadi anak-anak-Nya, tetapi Alkitab berkata semua itu bukan karena ada kebaikan sesuatu pun, karena sebelum kita bisa melakukan sesuatu yang baik dalam hidup kita Tuhan sudah memilih kita sebelumnya.Kenapa?Karena semua manusia itu berdosa, akibat keberdosaan itu Allah butuh memilih siapa yang ingin diselamatkan dan siapa yang dilewatkan dari pada keselamatan itu, dan itu semua di dasarkan kepada kedaulatan Allah, atau hak prerogatif Allah yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun di dalam dunia ini atau dunia ciptaan. Jadi itu adalah sepenuhnya hak Allah dan ketika Allah memilih seseorang, melewatkan orang lain, kita tidak bisa komplain kenapa Allah memilih yang ini lalu melewatkan yang itu karena ini sepenuhnya adalah hak daripada Tuhan Allah, karena di hadapan Tuhan semuanya sama-sama berdosa dan sama-sama tidak layak untuk diselamatkan dari dosa tersebut, tapi karena kasih-Nya, karunia-Nya, Dia menyelamatkan orang-orang tertentu. Dan dari dasar ini, kalau semua pemilihan itu didasarkan pada hak kedaulatan Allah, bukan didasarkan kebaikan dari diri kita, maka itu membuat pemilihan itu tidak pernah didasarkan pada kasih Allah yang lebih besar antara orang Kristen yang satu dibandingkan dengan orang Kristen yang lain. Kita semua mendapatkan kasih yang sama dari Tuhan Allah, karena dasar pemilihan yang Tuhan lakukan di dalam kekekalan tersebut.
Nah yang kedua adalah pada waktu Tuhan telah memilih kita dalam kekekalan, apa yang Tuhan lakukan? Tuhan kemudian mengutus Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita. Pada waktu Tuhan mengutus Anak-Nya mati bagi dosa kita di atas kayu salib, Alkitab berkata, setiap orang yang datang kepada Kristus, betobat dari dosa, percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat, dia akan dibenarkan, dibenarkan secara hukum.Pada waktu dia dibenarkan secara hukum, pertanyaannya adalah, apakah masih ada sisa dosa yang tertinggal di dalam kehidupan orang Kristen yang satu dibandingkan orang Kristen yang lain? Alkitab bilang tidak. Pada waktu seseorang itu ada di dalam Kristus, percaya kepada Yesus Kristus, maka seluruh dosanya itu sudah dihapuskan. Tidak ada lagi seorang pun Kristen yang berdiri dihadapan Allah yang masih membawa dosa yang tertinggal, sisa dosa yang tidak terhapuskan oleh kematian Kristus di atas kayu salib. Itu berarti korban yang Yesus berikan di kayu salib dengan nyawa-Nya itu, adalah satu korban yang sempurna, yang sudah diberikan demi untuk menghapus semua dosa yang kita miliki dalam kehidupan kita. Siapa orang Kristen yang dihapuskan itu? Semuanya, yang bertobat dan datang kepada Yesus Kristus. Dan semuanya tidak ada satu sisa pun dosa yang tertinggal dalam kehidupan dia. Karena itu pada waktu kita melihat pada poin yang kedua ini, kasih Kristus di atas kayu salib, kematian korban totalitas diriNya yang dipersembahkan bagi Tuhan, itu yang dikaruniakan kepada semua orang Kristen. Itu sebabnya saya bilang, semua orang Kristen memiliki kasih yang sama besar dari Tuhan Allah. Dari sisi penebusan, dia mendapatkan keadilan pembenaran Tuhan yang sama dibandingkan dengan semua orang Kristen yang lain. Itu yang dilakukan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Walaupun memang Alkitab berkata ada orang-orang Kristen tertentu yang bisa mengatakan, “aku memiliki cinta kasih Tuhan yang lebih besar,” seperti halnya Yohanes.
Rasul Yohanes, dia bilang, “aku adalah murid yang paling dikasihi oleh Tuhan Yesus.” Pertanyaannya adalah apakah rasul Yohanes jauh lebih dikasihi Tuhan dibandingkan rasul-rasul yang lain? Kalau seandainya dia memang mendapatkan kasih yang lebih besar, apakah betul bahwa Rasul Yohanes lebih dikasihi daripada Petrus? Tuhan berkata, Petrus diangkat sebagai soko guru, pemimpin dari para rasul. Saya percaya bukan ini yang menjadi dasar Rasul Yohanes berkata “aku lebih dicintai Tuhan Allah,” tetapi adalah dikarenakan memang Alkitab berkata ada orang yang menyadari dosanya lebih besar, ada orang yang memiliki kehidupan dosa yang lebih banyak, dan lebih jahat mungkin, dibandingkan orang lain. Pada waktu dia memiliki kehidupan dosa yang lebih besar daripada orang lain, menerima karunia Tuhan, anugerah keselamatan, dia akan merasa diri dia lebih dicintai dan dikasihi daripada orang lain. Karena apa? Dia merasa dia lebih tidak layak dihadapan Tuhan, dia lebih tidak layak untuk diselamatkan dibandingkan orang lain. Tapi itu dari perspektif orang yang menerima cinta kasih Tuhan. Bapak, Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, orang yang lebih merasa dirinya kurang berdosa, biasanya akan merasa kurang dikasihi dibandingkan orang yang berdosa lebih besar. Tapi apakah itu berarti cinta kasih Tuhan itu berbeda? Saya percaya tidak. Cinta kasih itu tetap sama besarnya, baik orang yang lebih berdosa ataupun orang yang kurang dosanya tersebut, cuma dia merasa kurang diampuni dosanya, karena dia mengkomparasikan diri dengan orang lain, merasa lebih benar, dan lebih baik daripada orang lain. Tapi pada dasarnya dia sendiri adalah orang yang berdosa, pada dasarnya dia sendiri adalah orang yang harus dihukum seperti orang yang berdosa jahat itu. Pada dasarnya kita sama-sama harus dihukum secara kekal oleh Tuhan Allah, itu yang dari perspektif Tuhan Allah, bukan dari perspektif dari manusia yang berdosa.
Karena itu Bapak,Ibu yang dikasihi, pada waktu kita melihat dosa, jangan hanya lihat dosa dari sudut pandang manusia. Kalau kita lihat dari sudut pandang manusia, kita akan merasa diri kita cukup baik, dan bahkan sebenarnya tidak terlalu membutuhkan Kristus dalam kehidupan kita untuk menebus dosa kita. Tapi lihatlah dari sudut pandang Tuhan Allah. Pada waktu kita melihat pada apa yang menjadi kesucian Tuhan, kebenaran Tuhan, keadilan Tuhan, maka kita akan tahu, Tuhan berkata, “tidak ada seorang manusiapun yang cukup layak dihadapan-Ku, tidak ada seorangpun manusia yang cukup benar dihadapan-Ku, semua manusia dalam hatinya terus menerus melakukan kejahatan dalam kehidupan dia, dan ini adalah satu kekejian yang begitu besar dihadapan Allah.” Bapak,Ibu yang dikasihi Tuhan, mari kita lihat kembali, keberadaan dosa diri kita itu dari perspektif Tuhan Allah. Jangan dari perspektif diri kita sendiri. Kalau kita bisa melihat dari perspektif Tuhan Allah, maka kita akan merasa, dosa yang paling kecil sekalipun dalam hidup kita, yang merupakan satu kebohongan mungkin, atau sesuatu yang ada di dalam hati kita, yang tidak diketahui oleh orang lain dalam kehidupan kita tapi yang kita simpan untuk diri kita sendiri dan orang yang paling dekatpun tidak mengerti itu, upahnya tetap sama yaitu kematian kekal. Itu berarti, dosa yang kita pikir adalah milik kita sendiri, yang tidak mempengaruhi orang lain sepertinya, yang hanya merusak diri kita sendiri untuk diri kita sendiri, itu adalah satu kekejian yang benar-benar keji dihadapan Tuhan dan harus dihukum. Nah ini harusnya menjadi satu dasar. Pada waktu kita berelasi dengan Tuhan, kalau kita mengerti ini, kalau kita bisa melihat pada kebenaran ini, saya percaya kita akan menyadari cinta kasih yang Tuhan karuniakan dalam kehidupan kita itu adalah satu cinta kasih yang besar sekali, yang limpah sekali dalam kehidupan kita. Kita tidak usah komparasi dengan orang lain, tapi komparasikanlah diri kita dan kebenaran kita secara vertikal dengan Tuhan Allah. Itu yang kedua.
Yang ketiga adalah, pada waktu kita percaya kepada Kristus maka disitu Tuhan mengaruniakan Roh Kudus-Nya dalam kehidupan kita. Roh Kudus itu menjadi materai dalam hidup kita, Roh Kudus itu tinggal dalam kehidupan kita. Kalau Roh Kudus itu tinggal dalam kehidupan kita, yang adalah Pribadi Allah dan juga yang menyatakan kuasa Allah dan kehadiran Allah dalam kehidupan kita, itu berarti semua orang Kristen memiliki kuasa dan kekuatan untuk menjalani kehidupan Kristen. Ada Roh Kudus yang menolong hidup kita. Jadi dari 3 dasar ini, saya katakan, semua orang Kristen memiliki kasih yang sama besar dari Tuhan Allah, semua orang Kristen itu memiliki Roh Kudus yang sama daripada Tuhan Allah, dan semua orang Kristen itu memiliki kuasa yang sama untuk bisa menjalani kehidupan Kristen di tengah-tengah kehidupan dia yang memuliakan Tuhan Allah. Tapi kalau itu semua sama, kenapa ada orang Kristen tertentu yang dipakai Tuhan secara lebih luarbiasa daripada orang Kristen yang lain? Kenapa ada orang Kristen tertentu yang dikaruniakan dengan karunia yang lebih besar daripada orang Kristen yang lain dalam kehidupannya? Apakah itu menunjukkan bahwa dia memiliki relasi yang lebih dekat pada Tuhan Allah, karena dia lebih dikasihi oleh Tuhan Allah, dibanding orang Kristen yang lain? Saya kembali katakan, bukan karena Allah lebih mengasihi orang itu, tetapi karena hak Allah sendiri yang menentukan berdasarkan Kitab Suci mau memakai siapa lebih besar daripada siapa. Mau memakai orang dengan karunia yang lebih banyak daripada orang lain, itu adalah hak Allah sendiri. Kalau gitu tidak adil? Alkitab berkata, tetap adil. Kalau begitu Allah tidak terlalu mengasihi saya? Tetap Allah mengasihi saya. Kenapa bisa begitu? Karena di dalam Kitab Suci dikatakan orang yang mempunyai karunia yang lebih besar, akan dituntut lebih banyak, orang yang memiliki karunia lebih kecil akan dituntut lebih sedikit. Kalau Allah kurang adil dan kurang kasih, Dia akan menuntut karunia yang lebih besar dengan tuntutan yang lebih sedikit dalam kehidupan dia, dan menuntut orang yang memiliki karunia yang kecil dengan tuntutan yang seperti orang memiliki karunia yang besar, itu baru ketidakadilan. Tapi Tuhan berkata, yang banyak dituntut banyak, yang sedikit dituntut sedikit. Nah ini yang tadi saya katakan, dalam hal ini keadilan itu tidak sama rata. Semua orang dituntut berdasarkan apa yang dia miliki. Seorang yang memiliki karunia yang banyak, memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hidup dia, seorang yang memiliki karunia yang lebih sedikit, memiliki tanggung jawab yang lebih sedikit dalam kehidupan dia, dan ini menyatakan keadilan Allah dan cinta kasih Allah bagi orang itu adalah sama.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jadi ada tidak orang Kristen yang tidak memiliki kuasa untuk menjalani suatu kehidupan yang kudus? Ada tidak orang Kristen yang tidak memiliki kemampuan untuk dapat menghidupi kehidupan yang berbeda daripada orang dunia? Adakah orang Kristen yang memiliki suatu kehidupan yang tidak bisa mengutamakan hal-hal rohani dalam kehidupan dia, atau kekuatan untuk menghadapi pencobaan? Saya percaya tidak ada, semua orang memiliki karunia tersebut dalam kehidupan dia. Nah kalau sebab pertama adalah didasarkan pada kebanyakan orang Kristen tidak tahu bahwa dia memiliki karunia kebenaran Allah yang sudah dikaruniakan kepada diri dia, sebab kedua kenapa seseorang itu kalah di dalam kehidupan sebagai orang Kristen, kehidupan yang bisa menyatakan kehidupan yang memuliakan nama Tuhan, itu dikarenakan dia tidak tahu bagaimana dia bisa mengaktifkan kuasa Allah yang ada di dalam dirinya yang Tuhan sudah karuniakan dalam kehidupan dia. Jadi problemanya pertama adalah dia tidak mengerti bahwa dia ada kuasa itu, kedua, kalau dia mengerti dia ada kuasa itu, dia bingung bagaimana caranya kuasa itu dijalankan. Saudara, ini yang mungkin menjadi satu hal yang umumnya dialami oleh kebanyakan orang Kristen dalam kehidupan ini. Tapi bukankah di dalam setiap orang Kristen dikatakan sudah ada kuasa yang bekerja? Memang, satu sisi dikatakan ada kuasa yang bekerja dan sudah bekerja dalam kehidupan orang Kristen, tapi di sisi lain Alkitab juga berkata di dalam diri semua orang Kristen tetap ada bagian kekuatan kuasa yang belum bekerja tetapi sudah tersimpan di dalam kehidupan orang itu, menunggu untuk diaktifkan sehingga dia baru bisa bekerja.
Saya ambil contoh seperti ini ya, ini batere ya, batere ini baru. Batere yang baru mengandung energi di dalamnya. Kalau saya pegang satu batere, saya pegang satu lampu, lampunya bagus juga nggak putus, nyala nggak? Masalahnya dimana? Nggak ada kabel yang menyambung. Kalau saya tempelkan lampunya di sini, yang bagian positifnya, yang negatifnya saya hubungkan kabel pakai batere, nyala nggak? Nyala kan. Kenapa lampu nggak nyala padahal di sini ada energi? Karena energinya tidak terhubung pada lampu tersebut. Nah kehidupan orang Kristen seperti ini seringkali. Sudah ada kuasa, sudah ada kekuatan rohani itu yang Tuhan karuniakan dalam hidup dia, memang sebagian sudah jalan, tetap jalan, tetapi masih ada sebagian yang tersimpan seperti energi yang ada di dalam batere ini yang belum digunakan dalam kehidupan kita. Nah bagaimana cara kita bisa mengaktifkan itu dan menggunakan itu? Saya percaya hal pertama yang kita sudah bahas panjang lebar sekali adalah di dalam kita berdoa kepada Tuhan Allah. Kita meminta kepada Tuhan untuk mengaruniakan kepada kita kekuatan batin, kita berdoa kepada Tuhan untuk menngaruniakan kepada kita Kristus yang diam dengan nyaman dalam hati kita, kita berdoa meminta kepada Tuhan untuk mengaruniakan cinta kasih yang begitu limpah dalam kehidupan kita, dan kita berdoa untuk kita bisa memiliki kepenuhan Kristus dalam kehidupan kita, ini yang kita minta dalam hidup kita. Sedangkan kalau kita tidak hidup dalam satu relasi seperti ini yang terhubung dengan sumber energi itu, saya percaya kita tidak akan memiliki kekuatan untuk bisa memiliki kehidupan Kristen yang berkenan di hadapan Tuhan Allah. Alkitab berkata yang memutuskan relasi itu adalah segala dosa yang kita alami dalam kehidupan kita, yang memutuskan relasi itu adalah segala ketidak percayaan yang ada di dalam hati kita, yang memutuskan relasi itu adalah kehidupan yang tidak disiplin secara rohani dalam diri kita, dan yang memutuskan itu adalah satu tindakan dan sikap-sikap duniawi dalam kehidupan kita.
Di dalam Yesaya ada satu kalimat yang membuat Tuhan tidak mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita itu bukan karena Dia tidak punya telinga mendengar dan tidak punya cukup kuasa untuk menolong diri kita keluar dari kesulitan, tetapi karena dosa-dosa kita yang menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menolong diri kita. Jadi Saudara, dosa, ketidak disiplinan hidup secara rohani, sikap yang lebih mengutamakan hal dunia membuat kita terputus dari koneksi terhadap energi dan kuasa yang sudah tersimpan dalam kehidupan kita itu. Lalu mengaktifkannya bagaimana? Kita berdoa meminta kepada Tuhan Allah, itu yang pertama. Yang kedua adalah kita tinggal di dalam Tuhan Yesus. Itu dua cara dimana kita bisa mengaktifkan energi yang Tuhan sudah sediakan dalam kehidupan kita. Di dalam Yohanes 15:5 Tuhan berkata seperti ini, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, maka ia berbuah banyak, dia akan memiliki kehidupan yang menjadi berkat, satu kehidupan yang kudus yang berkenan di hadapan Allah. Tapi barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku maka dia tidak mungkin berbuah dalam kehidupan dia.”
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat pada Efesus pasal yang ke-3 ini, Tuhan mengajarkan kita sumber kekuatan itu bukan dari diri kita tetapi semuanya dari pada Tuhan Allah, energi itu, karena ini adalah bicara mengenai hal rohani. Tetapi orang yang sudah meminta kepada Tuhan dan sudah dikaruniakan sumber rohani itu karena dia adalah anak-anak Tuhan, dia harus memiliki satu kehidupan yang menyatakan dia memiliki karunia itu, dia memiliki sumber kekuatan itu, tanpa itu dia pasti bukan anak Tuhan. Karena itu di dalam doa yang Paulus katakan memang secara LAI punya terjemahan atau secara bahasa Inggris punya terjemahan kita bisa membaca dan seakan-akan itu adalah beberapa doa yang Paulus naikkan. Saya mau tanya, kita sudah baca begitu banyak ya bahas Efesus 3:14-21, itu ada berapa pokok doa yang Paulus naikkan? Ada tiga pokok doa kan yang Paulus naikkan, dan ketiga pokok doa ini punya relasi satu sama lain tidak? Kalau baca kayak gitu punya relasi nggak? Atau saya bisa doa yang saya perlukan yang mana, “Oh Tuhan, saya kurang kekuatan batin maka saya minta Tuhan kasih kekuatan batin; Oh saya kurang kasih karena itu saya minta Tuhan lebih memberikan karunia kasih; Oh saya kurang memiliki kepenuhan Allah dalam hidup maka saya doa kepenuhan Allah,” begitu? Kalau kita baca LAI punya terjemahan seakan-akan ini adalah 3 pokok doa yang kita bisa doakan satu persatu, atau seperti kalau kita masuk ke dalam doa syafaat Minggu pagi atau Rabu malam itu kan ada poin doa 1,2,3,4.. kita mau doa yang mana. Itu sepertinya adalah doa yang terpisah satu dengan yang lain. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita kembali pada bahasa aslinya, Yunani, sebenarnya ini bukan 3 pokok doa yang terpisah satu dengan yang lain, tetapi 3 pokok doa yang saling berkaitan satu dengan yang lain dimana yang satu tidak bisa diabaikan karena yang lain lebih penting daripada yang satu itu. Tetapi tiga-tiganya adalah pokok doa yang saling terkoneksi, saling berkaitan dan bersifat progresi.
Saya terjemahkan sambil baca sebenarnya dalam bahasa aslinya itu kalimatnya seperti ini: “Itulah sebabnya aku sujud,” komparasikan ya dengan apa yang diterjemahkan di sini, “itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya agar Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, agar supaya oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu,agar supaya kamu berakar serta berdasar di dalam kasih,sehinggga kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Agar supaya supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah,” baru setelah itu Paulus masuk ke dalam doksologi, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.” Di dalam bahasa asli, kata ‘aku berdoa’ yang tiga kali muncul di dalam terjemahan LAI itu sebenarnya tidak ada. Tetapi yang ada adalah ‘agar supaya,’ ‘agar supaya,’ ‘agar supaya.’ Itu dalam bahasa Yunaninya adalah ‘ina,’ agar supaya. Maksudnya apa? Itu berarti kalau kita menjadi orang Kristen yang ingin memiliki kehidupan yang bisa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Allah kita perlu memiliki kepenuhan Kristus dalam hidup kita. Tapi bagaimana kita bisa memiliki kepenuhan Kristus dalam hidup kita? Itu disebabkan karena kita adalah orang yang memiliki kasih, dipenuhi oleh cinta kasih Allah dalam kehidupan kita, kita berakar dan berdasar di dalam kasih Kristus dalam kehidupan kita baru kita bisa memiliki kepenuhan Allah dalam hidup kita. Tapi bagaimana kita bisa memiliki cinta kasih Allah yang berakar dan berdasar dalam kehidupan kita? Itu karena kita sebelumnya memiliki Kristus yang tinggal nyaman di dalam hati kita. Lalu bagaimana Kristus bisa tinggal nyaman dalam hati kita? Kalau kita memiliki ketetapan batin yang kuat dalam hidup kita. Jadi ini semua berkaitan satu dengan yang lain, ini semua ber-progresi. Karena itu saya tadi katakan selain dari pada kita berdoa kepada Tuhan, kita perlu menuntut diri kita untuk tetap tinggal di dalam Kristus karena Tuhan sudah karuniakan kita untuk tinggal di dalam Dia. Karena itu kita harus bertumbuh di dalam hal kekuatan batin kita, di dalam Kristus yang tinggal dengan nyaman, lalu di dalam cinta kasih Kristus yang begitu limpah dan juga akhirnya membawa kita kepada kepenuhan Allah, dari situ baru kita bisa memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan Allah. Saudara, kita tidak bisa pisah satu persatu, itu semua adalah ketekunan dan disiplin rohani yang harus ada di dalam kehidupan orang Kristen, baru kita bisa memiliki kehidupan seperti yang Tuhan inginkan dalam hidup kita.
Di dalam Perjanjian Lama, saya ada lihat satu bagian kehidupan dari seorang pemimpin, yaitu Yosua yang mirip dengan ini, dan Tuhan katakan dengan prinsip yang sama. Kita coba buka Yosua 1 ya, Yosua 1:3-9. Saudara, dalam bagian ayat 3-9 yang kita baca, saya lihat ada hal-hal yang menarik yang Tuhan katakan kepada Yosua di situ ya. Pertama adalah, tiga kali Tuhan berkata kepada Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” Lalu yang kedua adalah, di dalam ayat 3 di situ dikatakan, “Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa,” kita waktu baca ini kesannya bagaimana? “Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,” sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi seperti itu karena Yosua belum menjalani tanah tersebut. Tapi dalam bahasa Inggris itu dikatakan seperti ini, “Setiap tempat yang diinjak oleh kakimu I have given to you,” present participle, maksudnya adalah apa yang kau akan langkahkan kakimu, tanah yang engkau akan injak itu, sudah Aku berikan kepada kamu, itu sudah menjadi milikmu. Jadi ini bukan bicara tentang sesuatu yang akan datang saja, memang akan datang, tetapi yang akan datang itu adalah sesuatu yang pasti, yang sudah menjadi milik orang Israel karena Tuhan sudah memberika itu kepada orang Israel, dan Tuhan mampu dan memiliki kuasa untuk memberikan itu kepada orang Israel. Jadi bukan akan, bukan nanti kamu coba miliki atau coba kamu kalahkan, tapi itu sudah menjadi milik, tinggal diduduki saja oleh orang-orang Israel pada waktu itu. Yang ketiga adalah, Tuhan akan sertai setiap perjalanan Yosua dan pasti berhasil dan beruntung. Jadi Tuhan sudah berikan tanah itu, sudah pasti jadi milik mereka, dan Tuhan berkata “Aku akan menyertai engkau dalam perjalanan itu dan kamu pasti berhasil,” tetapi di situ dikatakan, “hanya kuatkan dan teguhkanlah hatimu.”
Saudara, jadi pada waktu Tuhan memimpin Yosua untuk masuk ke dalam Tanah Perjanjian itu, ada tidak bagian yang harus dikerjakan oleh Yosua? Ada, tapi sesuatu yang dia akan masuki itu sesuatu yang sudah jadi milik Yosua dan Israel bukan? Sudah, sudah menjadi milik. Tapi yang menjadi milik itu bukan berarti Yosua tinggal masuk tidak perlu lakukan sesuatu, dia tetap harus melakukan hal-hal yang dituntut oleh Tuhan, dia harus melakukan sesuatu berdasarkan apa yang Tuhan inginkan, yaitu apa? Saya lihat ada tiga hal ya. Pertama adalah “kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” Kedua adalah, apa? “Bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu [Yosua] oleh Musa hamba-Ku,” menjalankan Hukum. Yang ketiga? “Jangan lupa memperkatakan kitab Taurat, renungkan siang dan malam, supaya bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,” maksudnya adalah apa? Tuhan sudah berikan semua, kita sudah pasti punya segala resources untuk memiliki itu, tapi bagian kita adalah: kuatkan hatimu; yang kedua adalah, Kristus tinggal bersama kita dengan nyaman, saya pakai bahasa Paulus ya; dan ketiga adalah hidup dipenuhi dengan cinta kasih Tuhan. Taurat punya dasar itu adalah kasih, Taurat punya dasar bukan tuntutan hidup legalis, saya harus jalankan ini dan itu, lalu dengan saya menjalankan ini dan itu yang dituntut oleh Tuhan maka saya dibenarkan oleh Tuhan Allah. Tapi dasar Taurat adalah hidup yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Karena itu saya katakan, apa yang Tuhan minta kepada Yosua kelihatannya adalah mirip apa yang Paulus doakan dan minta kepada Tuhan bagi orang Israel. Kita tidak bisa hanya hidup berdasarkan satu keinginan “Tuhan menyertai diriku maka diriku pasti memuliakan nama Tuhan,” benar Tuhan menyertai tetapi Tuhan berkata, “Aku akan menyertai kalau engkau kuatkan hatimu, engkau hidup dalam kebenaran-Ku maka Aku akan tinggal dan nyaman di situ, dan engkau hidup di dalam kepenuhan cinta kasih Tuhan,” dari situ Tuhan akan memimpin hidupmu untuk membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Kalau tidak bagaimana? Kalau tidak, koneksi kita dengan sumber energi itu terputus. Salah satu contohnya adalah pada waktu Israel mau menyerang Ai setelah mereka mengalahkan Yerikho. Setelah mengalahkan Yerikho dengan satu kemenangan yang begitu mudah bukan karena peperangan mereka tetapi karena Tuhan yang berperang, mereka merasa ini adalah kehebatan mereka. Lalu pada waktu mereka melihat Ai yang kotanya begitu kecil, orang-orang pengintai itu bilang Yosua tidak usah repotin seluruh bangsa Israel, hanya berapa orang saja yang kita utus pergi ke sana untuk bisa mengalahkan, pasti menang. Yang terjadi adalah, mereka kalah. Kenapa mereka kalah? Sudah lupa ya ceritanya ya? Mengandalkan diri sendiri. Pertama. Kedua, ada Akhan yang berdosa. Akhan itu siapa? Yang menyembunyikan barang kepunyaan Allah yang harus dimusnahkan tapi dia ambil demi untuk kepentingan diri dia sendiri. Itu mengakibatkan Israel musnah. Berkaitan mungkin dengan mengandalkan diri adalah yang harus pergi berperang itu Tuhan berkata seluruh Israel, bukan hanya sebagian di dalam mengalahkan musuh. Tapi mereka pikir cukup sebagian tidak perlu mengandalkan Tuhan Allah dan tidak perlu taat kepada apa yang Tuhan perintahkan untuk mengalahkan Ai. Akibatnya mereka kalah. Saudara, kalau kita tidak mau tinggal di dalam kasih Tuhan, kita tidak mau tinggal dalam kepenuhan Allah, kita tidak mau tinggal dalam satu hukum Tuhan yang membuat Kristus nyaman dalam hidup kita, dan kalau kita tidak mau meneguhkan hati kita untuk hidup berdasarkan ketetapan Tuhan, kita tidak mungkin menang walaupun kita berdoa minta Tuhan kasih kemenangan atau kehidupan yang memuliakan Tuhan Allah. Karena apa? Bukan karena Tuhan tidak cukup kuasa, tapi Tuhan sudah menetapkan aturan mainnya harus seperti itu. Karena itu kalau kita hidup sebagai orang Kristen, saya harap kita mulai belajar apa yang Tuhan katakan berdasarkan kebenaran Kitab Suci, itu yang kita tuntut dalam kehidupan kita, karena Tuhan mencipta kita untuk membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Allah.
Saudara, hidup kita, segala kemuliaan, kehormatan yang kita raih dalam hidup kita, tidak pernah Kitab Suci katakan diperuntukkan bagi diri kita dan nama kita, tetapi semuanya adalah diperuntukkan bagi kehormatan dan kemuliaan dari pada nama Tuhan Allah dalam kehidupan kita. Karena itu di dalam doksologi dari Paulus punya doa, dia kembalikan semua yang kita sudah jalankan itu demi kemuliaan bagi nama Tuhan Allah. Dan saya harap kita bisa melihat ini sebagi sesuatu kemuliaan juga dalam kehidupan kita. Memiliki karakter Kristus itu adalah suatu kemuliaan dalam kehidupan kita. Amin? Di dalam diskusi dengan pemuda kemarin saya ada bilang kalimat ini ya, salah satu diskusi itu cukup baik, di situ dikatakan, “bagaimana kalau seandainya kita mengalami satu kehidupan seperti apa yang Yusuf alami?” Lalu di situ dikatakan, “kalau andai kata kita ditolak orang mungkin, lalu kita dicelakakan, kita dipenjarakan, atau kita akhirnya disalah mengerti oleh orang lain, sikap kita bagaimana? Apakah kita bisa bersikap seperti Yusuf terhadap saudaranya itu atau tidak?” Satu diskusi yang cukup sulit ya. Tapi Saudara, perlu nggak kita bertumbuh seperti Yusuf? Di situ ada satu kalimat Ovi kemarin bilang, dia pada waktu bertemu dengan saudaranya, Yusuf bukan hanya menyambut dia saja tapi menjamu mereka makan. Orang yang sudah buat jahat kepada dirinya bahkan dijamu makan oleh Yusuf. Saudara mau gitu? Ketemu orang yang sudah buat jahat kepada kita, dia datang, dia tidak tahu itu diri kita mungkin, dia lupa mungkin apa yang sudah dilakukan bagi diri kita, lalu dia datang dan minta pertolongan dari diri kita. Padahal kita selama bertahun-tahun, belasan tahun mungkin puluhan tahun memendam kebencian kepada orang itu karena orang itu sudah salah kepada diri kita. Kira-kira bagaimana? Mau terima dia? Mau jamu dia makan? Sulit ya? Tapi Saudara, saya mau tanya bagini ya, apa yang Kristus lakukan bagi kita itu sesuatu yang baik tidak, penebusan-Nya bagi kita? Baik nggak? Baik. Apa yang Kristus lakukan bagi diri kita itu sesuatu yang betul-betul terhormat tidak? Yang mulia, dengan kematian-Nya di atas kayu salib bagi diri kita. Iya nggak? Yang Dia lakukan itu membuat kita sujud menyembah kepada Dia dan mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Allah yang penuh dengan cinta kasih yang harus kita hormati dan kagumi dan taati dalam kehidupan kita. Harusnya begitu kan? Nah sekarang, Tuhan meminta karakter itu ada dalam kehidupan kita. Pada waktu Tuhan mengizinkan ada satu kesulitan, penderitaan dalam kehidupan kita, jangan pikir itu adalah sesuatu yang menyulitkan kehidupan kita saja tetapi tujuannya adalah supaya kita memiliki karakter Tuhan yang begitu mulia dalam kehidupan kita karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi seperti Kristus. Nah Saudara, pada waktu kita bisa melihat itu adalah hal yang Yesus lakukan dalam kehidupan kita dan begitu mulia sekali, yang kita kagumi dalam kehidupan kita, dan kita tidak bisa habis mengerti dengan akal kita untuk bisa memahami kasih Kristus yang begitu limpah sekali, pertanyaannya, kenapa kita nggak mau karakter itu ada di dalam kehidupan kita? Padahal itu adalah satu karakter yang kita sendiri terkagum-kagum dan termulia. Kenapa kita nggak mau menjadikan diri kita memiliki karakter itu sehingga orang ketika melihat kehidupan kita terkagum-kagum dan begitu menghormati dan karena itu membawa mereka melihat kepada Tuhan Allah kita yang memiliki karakter yang begitu mulia itu.
Saudara, tujuan Tuhan panggil kita, tentukan disiplin hidup rohani dalam kehidupan kita, memberikan karunia, energi, kuasa yang sudah diberikan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan kita, supaya kita bisa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan Allah. Itu yang menjadi default Tuhan mencipta hidup kita. Karena itu jangan kira hidup ini hanya untuk kepentingan diriku saja, dan kehormatan diriku. Ada rencana yang jauh lebih agung, lebih mulia, lebih bernilai, yang Tuhan sudah sediakan bagi kehidupan setiap orang percaya. Karena itu Dia tebus kita. Karena itu Dia korbankan anak-Nya mati di kayu salib demi untuk menolong kita keluar daripada belenggu dosa, untuk nama Dia dipermuliakan dari kekal sampai kekal. Karena di dalam ke sorga nanti, satu-satunya yang kita bisa lakukan adalah membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Itu yang harus kita tuju dalam kehidupan kita. Nah ini yang menjadi dasar nanti kita masuk ke dalam satu kehidupan yang etis dalam kehidupan orang Kristen mulai dari pada pasal yang keempat. Kenapa kita harus memiliki kehidupan yang, seperti, rendah hati, bersabar, dan yang lain-lain? Karena kita harus membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan Tuhan sudah rancang itu dalam kehidupan kita. Kiranya Tuhan boleh menolong kita, ya. Kita masuk dalam doa.
Kembali kami bersyukur untuk firman-Mu yang boleh kami renungkan pagi hari ini. Kembali kami bersyukur untuk mengingat kembali akan cinta kasih-Mu yang begitu besar yang Engkau telah karuniakan dalam kehidupan kami. Kembali kami bersyukur, ya Bapa, untuk mengetahui bahwa ada sumber kekuatan rohani yang begitu limpah, yang begitu kaya, yang melampaui pikiran yang telah Engkau karuniakan dalam kehidupan kami. Dan juga kembali kami bersyukur, Bapa, karena Engkau boleh menentukan satu kehidupan yang berdisiplin secara rohani, yang harus kami tuntut dalam kehidupan kami. Sehingga melalui kedisiplinan hidup dan melalui karunia yang Engkau karuniakan bagi kehidupan kami, kami boleh memiliki kekuatan untuk memiliki hidup yang memuliakan nama Tuhan. Dan kembali kami bersyukur karena Engkau berikan karunia bagi kami untuk berbagian di dalam kehidupan yang membawa kemuliaan dan kehormatan bagi nama-Mu. Kiranya Engkau boleh pimpin kehidupan kami, memberikan mata bagi hati kami untuk melihat bahwa kemuliaan Tuhan itulah hal yang terindah, hal yang terpenting yang harus kami kejar dan usahakan dalam kehidupan kami sebagai orang-orang yang sudah ditebus dan diselamatkan daripada dosa kami. Sekali lagi kami bersyukur dan berdoa hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]