Latar Belakang, Doktrin & Hal Praktis dari Injil Yohanes
Pdt. Yakub Kartawidjaja
Yoh. 1:1-3
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Saya ingin mengajak Saudara semua untuk melihat 3 hal di dalam bagian ini. Yang pertama itu sedikit latar belakangnya daripada surat ini ya dan daripada Rasul Yohanes. Saya akan bicara latar belakangnya. Lalu yang kedua, nanti saya akan bicara doktrinnya ya, yang terkandung di dalam ayat 1 dan 2 ini. Lalu ketiga, hal praktis apa yang kita bisa pelajari. Jadi ada 3 point. Kesatu, latarnya. Kedua, doktrinnya. Ketiga, praktisnya begitu.
Yang kesatu latar Injil Yohanes. Ini secara umum ya Saudara, kalau kita baca Injil ini, kita akan menemukan tulisan daripada Rasul Yohanes ini lebih mendalam daripada Injil sinoptik yang lain; Matius, Markus, Lukas ya. Lebih mendalam dan lebih spiritual. Kenapa, Saudara? Karena Yohanes melihat sendiri bagaimana Yesus menderita. Murid yang lain kan lari. Dia ikut Yesus sampai ke salib. Itu bedanya. Itu sebabnya, kitab Yohanes itu lebih ada keintiman, lebih menandakan satu relasi dia dengan Yesus itu begitu dekat. Saat transfigurasi, Yohanes ada di situ. Saat Yesus doa di Getsemani, dia diajak. Saat Yesus diadili, dia dekat dengan Yesus dan di Golgota hanya dia yang hadir. Maka setiap peristiwa penting yang Yesus alami, Yohanes ada. Selalu dekat sama Yesus. Dia seperti takut kalau ada kalimat-kalimat dari Tuhan Yesus yang dia kelewat. Bapak, Ibu tahu sendiri kalau di waktu perjamuan kudus itu dia menempelkan kepalanya ke dada Tuhan. Begitu intimnya sampai bayangkan Saudara, doa Yesus yang dicatat di dalam Yohanes itu tidak ada di Injil lain, tapi kok dia bisa tahu? Dia bisa catat doa Yesus. Itu luar biasa kedekatannya Rasul Yohanes dengan Yesus.
Nah, Yohanes itu paling muda di antara semua rasul yang dipanggil oleh Tuhan. Saat dia menulis Injilnya itu, Paulus, Petrus, Matius, Markus, Lukas semua sudah mati. Maka Tuhan sengaja pilih yang paling muda untuk punya hidup paling panjang untuk mempertahankan iman. Dia sendirian waktu itu. Sekitar 25 tahun-an setelah Injil yang lain itu ditulis, dia baru tulis Injil ini. Yohanes. Melawan ajaran sesat zaman itu. Jadi, di sini apa sih sebetulnya yang disiratkan? Semua anak-anak muda itu harus dipersiapkan menghadapi hari depan. Tuhan mempersiapkan Yohanes begitu. Saat semua rasul sudah tua dan mati, dia masih ada. Jadi, anak-anak muda harus kita persiapkan dengan baik untuk menghadapi hari depan yang penuh tantangan. Mereka masih bisa menjadi berkat. Karena hari depan kita itu, tantangan kepada iman itu luar biasa. Teknologi boleh makin maju, tapi tantangan moral itu makin besar. Orang berbuat dosa itu sudah nggak malu-malu kan zaman ini. Malah menonjolkan dirinya berbuat dosa. LGBT segala macam. Ya, obat-obatan Saudara.
Nah, Yohanes sebelum diubah Tuhan juga punya sifat itu yang keras. Tuhan menyebut dia apa katanya? Boanerges, anak guruh karena apa tuh? Sumbunya pendek. Waktu orang Samaria itu menolak Yesus, kan mau masuk ke Samaria, bersamaan dengan Yohanes itu. Ditolak oleh orang Samaria. Dia berkata, “Turunkan api dari sorga! Bakar semua orang di situ!” Ini orang sifatnya keras begini, tapi bisa dipakai Tuhan untuk Injil. Jadi, apa yang diajarin? Saudara itu jangan melihat diri itu terus menghakimi diri, kasihan sama diri. Jangan! Semua sifat kita itu bisa dipakai Tuhan. Diarahkan oleh Tuhan, dipakai oleh Tuhan. Yohanes itu diusia tuanya itu berani masuk ke kumpulan perampok itu, menginjili pemimpinnya sampai bertobat. Itu Yohanes. Beraninya, keras itu sifat diarahin melayani Tuhan. Jadi, kerasnya, ngototnya itu yang diubah untuk Injil. Itu yang luar biasa. Sifat kita yang keras itu tidak total tentu bisa diubah. Puluhan tahun itu mengubah karakter, tapi Tuhan toh yang menciptakan kita. Kalau Dia mau pakai, Dia bisa arahkan sifat itu untuk keras yang berbeda. Bisa Tuhan pakai, keras, ngotot untuk Injil Tuhan. Majukan Injil Tuhan. Tuhan bisa mengubah.
Ini Yohanes makin tua, dia makin matang. Akhirnya dia tulis di dalam surat Yohanes itu, kasih, kasih, kasih, dalam suratnya juga. Itu butuh waktu puluhan tahun untuk mengubah sifat seperti ini. Dari yang tadinya “Turunkan api dari surga!” sekarang “Saling mengasihilah seperti Tuhan sudah mengasihi engkau.” Itu puluhan tahun sampai Yohanes itu seringkali disebut “Rasul Kasih” karena dia paling banyak menulis tentang kasih. 80 kali semua di dalam tulisannya kasih, kasih, kasih. Saudara, akademik itu memang penting, tetapi kasih itu jauh lebih penting. Itu tulisan di dalam 1 Korintus 13 Saudara boleh baca. Kekristenan itu diteruskan bukan oleh murid Paulus yang akademiknya luar biasa, tetapi oleh pengikut Yohanes. Yohanes yang penuh kasih dan Yohanes tulis buku ini bukan untuk tujuan akademik, tapi supaya yang baca surat Injil Yohanes ini, dia boleh percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan supaya oleh imanmu kepada Dia, kamu beroleh hidup. Itu dia sendiri tuliskan di akhir Injil. Dia punya murid itu namanya Polikarpus, lalu Irenaeus, Hippolitus, sampai kepada Augustinus, Bapa Gereja, salah satu terbesar. Itu dari Yohanes turunnya. Kita tidak mengerti Saudara, tetapi cinta kasih itu luar biasa. Ya Saudara, harus diseimbangkan antara akademik dengan hati. Otak dengan hati itu Saudara harus baik-baik menyeimbangkan.
Ya Saudara, di dalam periode itu, ia menulis Injil Yohanes itu sudah tua. Tangannya mungkin sudah gemetar. Dia rambutnya sudah putih. Dia ingat kembali semua yang Yesus pernah ajar, yang dia pernah alami bersama dengan Yesus. Itu memorinya itu disimpan oleh Tuhan sampai tua begitu. Umurnya mungkin 100 tahun waktu dia mati. Saudara, orang sudah tua itu masih berguna. Asal apa? Asal dia serahkan hidup kepada Tuhan. Dari muda, Yohanes begitu. Dia terus ikut Tuhan sampai tua memorinya masih begitu tajam. Dia ingat Yesus ngomong apa. Yesus ngomong apa, dia tulis. Zaman itu, semua orang yang mengaku Tuhan selain kaisar itu harus dibunuh. Maka, yang percaya Yesus pasti menderita aniaya. Yohanes juga harus mati di bawah pemerintahan Domitian yang waktu itu direncanakan dia mati digoreng di ketel yang besar yang diisi minyak yang mendidih, tetapi Tuhan menyelamatkan dia. Akhirnya dia tidak mati, tapi dibuang ke Pulau Patmos. Waktu itu Yohanes itu dia menulis buku Wahyu di situ. Itu sebab Kitab Suci itu selesai menjadi lengkap. Kalau tidak ada Yohanes, maka Kitab Suci hanya menulis bagaimana penciptaan dunia ini, tetapi tidak ada akhirnya. Yohanes menjadi satu-satunya rasul yang melihat bagaimana dunia ini berakhir. Dia melihat Yesus yang telah mati dan bangkit yang berada di sorga.
Ketika itu, dia tahu murid-murid lain semua sudah mati martir. Dia tinggal seorang diri menghadapi tantangan zaman waktu itu. Apa saja tantangan zaman waktu itu? Mirip-mirip sekarang. Cuma dimodernin saja, Saudara. Ini dengar ya. Ada 4. Yang kesatu, Saudara, aniaya. Zaman itu juga ada aniaya, sama seperti zaman ini. Dari pemerintahan Romawi kalau dulu yang menganggap bahwa kekristenan, Kristen itu sudah dianggap pengkhianat bagi negara. Itu sebabnya mereka dipenggal, dibakar seperti lilin. Dilemparkan kepada singa. Itu menjadi tantangan pada zaman itu yang pertama. Yang kedua, tantangan apa? Filsuf-filsuf yang melawan Tuhan. Mereka membuat filosofi-filosofi yang menghina iman Kristen yang percaya Yesus sebagai Tuhan. Dan yang ketiga ajaran Gnostik itu menyebar luas di zaman Yohanes masih hidup. Itu menipu dengan menulis puluhan Injil palsu dengan memakai nama rasul supaya dipercaya orang Kristen. Dan yang terakhir keempat. Ini orang yang sudah Kristen, tapi mereka sudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran daripada filosofi-filosofi itu. Sehingga apa Saudara? Mereka waktu masuk ke gereja setengah-setengah ikut Tuhannya. Jadi, cara yang lama masih dibawa di gereja. Jadi, Tuhan mau, dunia juga mau. Begitu polanya. Minggu, Senin-Sabtu nggak ada hubungannya. Mereka bawa pemikiran sekuler itu masuk ke gereja. Akhirnya merugikan iman Kristen yang sungguh-sungguh. Itu 4 tantangan besar. Semua menjadi tantangan bagi Rasul Yohanes waktu itu yang saat itu menulis Injilnya untuk melawan musuh-musuh ini. Jadi, setiap zaman itu ada tantangannya sendiri-sendiri. Demikian zaman itu. Ajaran palsu, mesias palsu, guru palsu. Saudara-saudara, serigala yang menyamar dengan bulu domba itu ada. Hati-hati Saudara, mengajarkan ajaran-ajaran yang kelihatannya benar tetapi salah sebenarnya. Ya Saudara harus hati-hati kalau dengar-dengar Youtube.
Nah Saudara, apa sih sebenarnya relevansinya panggilan Yohanes dengan hidup kita? Panggilan Tuhan. Saudara, Yohanes ketika dipanggil, dia taat. Yohanes itu masih awal-awal murid Tuhan. Petrus, Andreas, Yohanes. Itu dia waktu masih awal-awal. Dia langsung serahkan, letakkan jala, semua serahkan diri mengikut Tuhan. Kalau saja waktu dia dipanggil, dia tidak taat, maka dunia akan berubah. Saudara-saudara yang masih muda, di antara Saudara ini, coba gumulkan panggilanmu. Itu sebenarnya yang disiratkan dari latar belakang daripada Yohanes. Dia dipanggil ketika dia muda. Kalau Saudara masih muda, Saudara gumulkan panggilan Tuhan. Mungkin satu hari, engkau yang meneruskan pekerjaan Tuhan menjadi laskar Kristus yang menyerang kubu iblis. Itu Saudara. Itu terletak di tangan Saudara, kepemimpinan Kristen. Bukan artinya Saudara yang usia saja sudah tengah itu nggak ada gunanya. Saya menyerahkan diri juga umur 40 tahun, Saudara-saudara, tetapi saya ingin menantang anak-anak muda itu. Saudara coba gumulkan panggilan Tuhan kepadamu. Setiap orang harus menggumulkan panggilan Tuhan. Apa sih saya? Gunanya apa saya hidup di dalam dunia ini? Benar nggak? Semua orang harus, Saudara. Doa sama Tuhan baik-baik. Apakah kerjaan yang saya kerjain ini benar-benar yang Tuhan mau? Jikalau iya, silahkan. Tidak perlu Saudara menjadi hamba Tuhan. Kerjakan dengan iman. Itu kehendak Tuhan bagimu. Tapi kalau yang Saudara khususnya yang tidak ada konsisten, ini nggak konsisten, kerja ini nggak konsisten, mungkin Saudara dipakai Tuhan. Saudara gumulkan.
Dunia ini Saudara, akan berbeda jikalau Yohanes tidak taat ketika dia dipanggil. Umurnya mungkin masih 20-an. Yohanes mencapai usia mungkin 100 tahun. Begitu panjang. Dia mati di Efesus tahun 98. Maka, kalau Yohanes dipanggil Tuhan saat muda sekali, usianya itu mungkin sekitar 20-22 tahun waktu dia dipanggil karena saat Tuhan mati, dia usianya itu 25 tahun. Siapa pernah pikir Saudara, Galilea bisa mengubah dunia? Sekarang tulisan Yohanes itu jauh lebih berpengaruh daripada Aristotle, Plato. Dipelajari oleh banyak profesor theologi, filsafat. Yohanes telah mempengaruhi seluruh Eropa dan dia tidak pernah sangka tulisannya juga akan kita baca sekarang. Tapi dia mau serahkan diri ketika dia dipanggil. Itu rahasianya. Yohanes tidak pernah pikir bahwa dia akan jadi rasul. Dia maunya jadi apa? Jadi penjala ikan. Yang itu memang profesi dia. Pergi ke laut, cari ikan, seperti itu setiap hari. Rutinitas, Saudara. Tapi satu hari Tuhan panggil, “Ikut Aku.” Dia tinggalkan. Ikut Yesus. 100% full-time. Saudara, itu pasti bukan kehendak dia. Karena kehendak dia jadi penjala ikan. Yohanes masih muda sekali ketika Tuhan panggil dia. Sifatnya juga keras sekali. Tapi makin tua, makin penuh cinta kasih Tuhan. Tuhan mengubah dia. Tuhan melihat potensi anak muda ini luar biasa. Akhirnya Tuhan pakai dia di usia 80 tahun. Menulis buku yang mempengaruhi dunia. Injil Yohanes.
Apa yang Yohanes ingin kita tahu di dalam bukunya ini? Sederhana. Dia ingin kita tahu, Yesus itu bukan saja manusia, tetapi dia juga adalah anak Allah yang hidup supaya oleh iman kita kepada Dia, kita beroleh hidup. Tujuannya itu. Bukan persoalan akademik, bukan. Sejak awal, Yohanes menuliskan firman itu adalah Allah. Kenapa Yohanes tulis itu di awal, Saudara? Ayat 1. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Kenapa dia tulis itu di ayat pertama, Saudara? Karena ada ajaran bidat dari orang yang namanya Cerinthus. Dia mengajar kalau Yesus itu hanya manusia saja. Itu ajaran sesat waktu itu. Anak dari Yusuf, tukang kayu itu sama Maria. Tetapi Saudara, memang dia sudah lebih bijak hidupnya daripada orang lain. Dia baik hatinya. Dia agung. Sampai sekarang ada ajaran kayak begitu, Saudara. Yesus itu bukan Tuhan. Dia cuma guru yang baik. Manusia yang agung. Hati-hati, Saudara. Liberalisme. Waktu Yesus dibaptis itu Kristus dalam bentuk merpati turun atas Dia. Itu tidak turun selamanya. Itu tinggalkan Dia lagi, saat Dia sengsara di atas kayu salib. Itu ajaran Cerinthus. Jadi yang menderita, mati, dan bangkit lagi itu bukan Kristusnya, tapi Yesusnya saja. Itu sebab Yohanes menulis bahwa Yesus itulah Kristus, anak Allah. Dan Kristus ini bukan hanya melayang-layang di atas Yesus, tetapi Kristus masuk dan bersatu dengan Yesus dan mengambil natur manusia yang Dia tidak pernah tanggalkan lagi. Artinya Saudara, Yohanes itu ingin menulis Injilnya ini supaya kita percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah. Jangan percaya seperti Cerinthus yang mengajar Yesus itu bukan sungguh-sungguh Allah dan Kristus tidak datang dalam daging. Yohanes melihat bahaya ini. Itu sebab dia menulis, “Firman itu adalah Allah.”
Mari kita melihat sekarang bagian kedua yaitu doktrinnya, Saudara di dalam Injil Yohanes ini. Yohanes menulis di dalam Injilnya 3 ayatnya yang pertama yang kita baca. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Saudara, Yohanes ingin memberitahu kita siapa Yesus. Sama seperti kita kalau ketemu orang, pertama kali kan kita tanya, “Siapa namamu?” “Apa sih kerjaanmu? Apa?” Dan yang paling sering lupa juga ditanya, Saudara. “Asalmu dari mana?” Supaya tidak lupa. Supaya kita bisa semakin kenal sama orang ini. Di dalam pembukaan Injilnya ini, Saudara, Yohanes memberitahu kita siapa Yesus dan dari mana dia datang. Siapa Yesus? Dari mana Dia datang? “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Ini yang sering disebut pre-existence. Pra-eksistensi. Maksudnya, Saudara, ketika langit dan bumi dicipta, Kristus sudah ada. Dia tidak dicipta, tetapi Dia sudah berada.
Ada beberapa tulisan yang berusaha melihat pra-eksistensi dari pada Yesus. Paulus di dalam Ibrani 1:1-2, dia menulis begini, Saudara, ”Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Jadi, Yohanes menulis di awal tulisannya itu, “Pada mulanya.” Itu ada 2 buku dalam Kitab Suci yang menulis “Pada mulanya.” 1 lagi di mana, Saudara? Tetapi di sini. Ini Yohanes yang menulis maksudnya, bukan Musa. Ya pada mulanya juga ada. Tetapi Yohanes itu di dalam surat 1 Yohanes. Itu dipakai untuk menyatakan permulaan pelayanan Yesus di dunia. Yohanes menulis di pasal 1 ayat 1. “Apa yang telah ada sejak semula” Coba kita lihat 1 Yohanes. Nah, ini. Suratnya juga mirip. “Pada mulanya” tapi dia pakai kalimat yang lain di sini. Surat Yohanes yang pertama. “Apa yang telah ada sejak semula.” Itu dia. “Pada mulanya”. Sama, yang nulisnya Yohanes. Jadi, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup. Kedua, kita tahu di dalam Kejadian tentunya, tulisan Musa. Jadi, 1 di dalam Yohanes ini. Yang kedua di dalam Musa, penulis kitab Kejadian. Dipakai sebagai permulaan penciptaan. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”
Jadi, Yohanes menuliskan “Pada mulanya” lagi di sini, di dalam Injilnya ini. Ini bicara ini apa? Permulaan. “Pada mulanya” ini permulaan. Permulaan dari permulaan, Firman telah ada. Yesus Kristus telah ada ketika Allah menciptakan. Pre-existence. Dia tidak termasuk di dalam ruang dan waktu. Barang siapa yang tidak termasuk dalam ruang dan waktu, berarti dia kekal. Benar nggak? Iya dong. Kita dilahirkan ke dalam ruang dan waktu. Dalam kamar rumah sakit, di waktu, masuk langsung. Kronos. Dihitung lahirnya kapan, jadi tua, berproses. Jadi kalau Dia, Saudara tidak termasuk di dalam ruang dan waktu, berarti Dia kekal. Firman itu bukan dalam ruang dan waktu, jadi Dia kekal. Dia sudah ada sejak permulaan itu dimulai. Dia tidak pernah merupakan bagian dari waktu. Maka, bukan dalam ciptaan. Dia tidak termasuk ciptaan. Waktu dimulai dari ciptaan, tetapi Dia berada di luar waktu. Kita berbicara “kekekalan” itu “pada mulanya”. Artinya kekekalan, Saudara. Firman itu ada pada mulanya. Dari kekekalan. Musa tanya, “Bagaimana kalau Israel tanya nama-Mu?” Dia diutus tuh ke Firaun. “Harus kasih tahu apa kalau saya ditanya, nama-Mu siapa? Apa yang harus aku jawab?” Lalu, firman Allah kepada Musa, “Aku adalah Aku.” Itulah yang menyiratkan kekekalan. Maka dia berkata kepada orang-orang Yahudi di dalam Yohanes 8:58 ini, “Sebelum Abraham ada, Aku telah ada.” Sama bahasanya.
Yesus adalah Firman dan Firman itu tidak dicipta. Kita punya pengertian bahwa Allah itu mencipta segala sesuatu melalui Kristus di dalam Kolose 1:16. “Di dalam Kristus segala sesuatu diciptakan.” Nah, banyak ajaran sesat, Saudara. Stoik, Gnostik, Arius, Saksi Yehovah sekarang ya Saudara. Mereka berkata, “Allah mencipta Yesus.” Ya, Yesus OK lah Allah, tapi Allah lebih kecil. Bukan Allah pencipta itu. Tetapi justru Yohanes, “Segala sesuatu diciptakan melalui Dia.” Yesus mencipta segala sesuatu. Dibalikkan oleh Yohanes dengan ayat simple seperti itu. Jika kita menyembah Yesus yang dicipta, Saudara, berarti Yesus adalah ciptaan. Berarti kita sudah idolatry. Itu penyembahan berhala, Saudara. Yohanes berkata, “Pada mulanya adalah Firman”. Artinya, “pada mulanya” ini melampaui daripada asal muasal langit dan bumi. Bahkan melampaui segala ciptaan daripada Kejadian 1:1. Maka itu disebut “kekekalan”. Maka, ketika langit dan bumi dicipta, Firman itu sudah ada. Dengan kata lain, Firman itu tidak diciptakan. Ia pre-existence. Kita semua bukan pre-existence. Kita ada karena dilahirkan. Sebelum 1971, saya ada di mana? Ya nggak ada. 1971 itu awalnya saya di dunia ini, di bumi ini. Dalam waktu dan ruang. Bukan dalam kekekalan. Saya tidak pernah eksis dalam kekekalan. 1971 baru ada. Saya ada di dalam waktu. Saya sementara, tetapi Yohanes berkata, “Pada mulanya adalah Firman.” Dia tidak termasuk dalam waktu, berarti Dia kekal.
Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman.” Firman itu apa sih, Saudara, yang menjadi lambang gereja kita ini apa? Apa di bawah itu? Logos. Kenapa Saudara ditulisin ini di sini, Logos? Karena zaman Yohanes ada ajaran sesat juga yang berkata sama. Logos juga. Istilahnya sama, tapi artinya beda. Nah ini. Apakah Allah itu seperti yang dibayangkan para filsuf Yunani? Logos. Konsep ini baru, Saudara, untuk Yunani. Ini tantangan bagi kekristenan saat itu. Logos. Itu filsuf bicara itu Saudara, sebagai fakta yang ada di dalam ciptaan, Logos itu bagi para filsuf Yunani. Jadi, ini kuasa yang non-personal. Abstrak. Plato menyebutkan yang kita lihat adalah bayangan daripada realita yang asli. Jadi, dunia ini tidak sempurna. Filsuf besar seperti Plato, Aristotle telah mengeluarkan banyak teori, Saudara, tetapi Yohanes memperkenalkan Logos ini ber-Pribadi. Itu dia bedanya. Dan Logos itu adalah Allah menjadi manusia, Pribadi dalam daging. Itu di dalam Yesus. Bagi para filsuf, Saudara, logos itu adalah kekuatan yang kreatif dan sumber bijaksana tetapi tidak ada pribadinya. Ini budaya yang sudah ada sejak 500 tahun sebelum Yesus lahir. Dan mereka semua melihat logos itu di dalam alam. Tetapi Yohanes berbeda dengan semua kebudayaan karena dia diilhamkan oleh Roh Kudus, maka dia berkata Logos itu bersama-sama dengan Allah dan Dia adalah Allah. Itu luar biasa.
Yesus Kristus bersama-sama dengan Allah dan Dia juga adalah Allah. Jadi Yohanes ingin mengatakan bahwa Yesus itu adalah Allah. Di dalam Yoh. 14:9, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. Jadi pada permulaan Dia sudah ada. Dia adalah Allah. Tetapi juga Dia ada bersama-sama dengan Allah di dalam kekekalan. Nah ini apa sih yang disiratkan di sini? Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Kok bisa bersama-sama, kok bisa adalah? Itu apa artinya? Jadi Dia ada bersama-sama dengan Allah tapi Dia juga adalah Allah. Berarti di sini menyiratkan apa Saudara-saudara? Tritunggal. Yesus bukan hanya Allah yang kekal tapi Dia juga berbeda dengan Allah yang kekal itu. Ya, bersama-sama dengan Allah yang kekal. Jadi Firman adalah Allah dan Firman bersama-sama dengan Allah, ini bicara tentang Tritunggal, 1 Allah 3 Pribadi. Dan di sini Pribadi Anak dengan Bapa yang dituliskan Yohanes. Jadi adalah “Allah was God” di dalam bahasa Inggrisnya lebih jelas, “was God”. Tapi juga bersama-sama dengan Allah, “with God”. Bagaimana “was God” dan “with God” bisa bersama-sama? Adalah Allah tapi juga bersama-sama Allah. Ini karena Kristus dan Bapa memang beda Pribadinya tapi keduanya adalah Allah. Itu, sederhana sekali tapi sudah mengandung Tritunggal. Ini perbedaan antara Yesus dan Bapa tapi keduanya adalah Allah. Dan Kristus bersama-sama dengan Allah. Kristus adalah Allah dan Dia juga bersama-sama dengan Allah.
Jadi Yohanes tidak ikut Yunani mengenai konsep logos mereka. Dia mengoreksi konsep logos dari Yunani. Yunani percaya segala sesuatu itu dicipta oleh logos. Tetapi bagi mereka, logos itu bukan pencipta. Tetapi logos itu sendiri dicipta oleh Allah. Seperti Stoic dan Arius, Yesus dicipta maka Yesus bukan Allah. Ini mirip dengan Plato, yang mencipta adalah Demiurge. Pencipta alam semesta, Demiurge. Ini iman yang salah. Yohanes beda dengan konsep Yunani. Yohanes membawa kita kepada pengertian bahwa Logos itu personal, Logos itu ber-Pribadi, namanya Yesus Kristus. Apa, Saudara, tujuan Yohanes bicara Logos itu ber-Pribadi? Apa sih tujuannya? Supaya Tuhan bisa diakses oleh manusia. Tuhan itu tidak jauh di sana, nggak ngerti kita. Nggak! Justru Dia dilihat, diraba tangan. Tuhan berdaging dan berdarah. Bisa didatangi, bisa dikenal karena itu Dia ber-Pribadi. Ini penting sekali. Ini yang membuat Kristen itu lain dengan agama yang lain, karena Yesus adalah Allah dan Dia telah turun ke dalam dunia menjadi manusia. Dia adalah Allah yang bisa kita datangi, bisa dikenal. Pengenalan kita kepada Allah itu tidak bisa didapat dari buku. Bukan sekedar nambah informasi tentang Allah. Tetapi pengenalan kita kepada Allah adalah pengenalan secara pribadi karena Tuhan itu berpribadi. Dia pernah datang ke dunia ini. Karena Allah yang ingin kita kenal itu Allah yang berpribadi. Itu sebabnya pengenalannya juga harus personal, harus pribadi karena Dia telah turun ke dunia menjadi manusia. Kiranya Tuhan itu menggerakkan kita Saudara, punya kerinduan mengenal Kristus, hidup bersandar sepenuhnya kepada Dia.
Sekarang point terakhir yang ketiga Saudara, hal praktis apa yang kita pelajari dari bagian ini? Apa pentingnya kita berkata bahwa Yesus Kristus itu adalah Allah seperti yang dikatakan Yohanes? Apa sih signifikansinya buat hidup kita? Yang pertama, mengatakan Yesus Kristus adalah Allah berarti kita bisa tahu kebenaran tentang Allah melalui Yesus. Jadi artinya Saudara, di luar Yesus kita benar-benar tidak bisa kenal Allah. Tidak ada pengetahuan tentang Allah di luar pengetahuan tentang Yesus Kristus. Dia yang mengenalkan Bapa. Dan tidak ada pengetahuan tentang Yesus Kristus selain di luar pengetahuan tentang Alkitab. Kita mau tahu Yesus dari mana? Kita kenal Yesus buat apa? Supaya kenal Bapa. Jadi ini semua ada hubungannya. Jadi kalau kita mau kenal Tuhan kita harus baca dan merenungkan Kitab Suci, nggak ada cara lain. Makin rajin, makin kenal dengan Yesus, makin kenal kita dengan Allah.
Saudara, salah satu cerita yang paling menyedihkan di dalam firman Tuhan berkaitan dengan hal ini kita bisa temukan dalam Injil Yohanes juga. Yaitu apa Saudara? Pada saat akhir-akhir pelayanan Yesus, Yesus kan berkata Saudara, bahwa, “Aku akan pergi.” Ke mana Yesus akan pergi? Dia akan siapkan tempat. Siapkan tempat bagi murid-murid. Satu hari Dia akan kembali. Kemudian murid-murid kan waktu itu susah, susah sekali mereka. Memikir, aduh, sebentar lagi Yesus sudah akan meninggalkan mereka. Yesus kemudian mengatakan apa? Kalau mereka benar-benar mengenal, mereka juga akan mengenal Bapa. Yesus berkata begitu sama murid-murid, “Kalau kamu kenal Aku, kamu akan kenal Bapa.” Tetapi Filipus itu Saudara, yang sudah 3 tahun ikut Yesus, dia tanya begini, “Tuhan tunjukin kepada kami, Bapa itu. Itu sudah cukup bagi kami.” Padahal bayangkan kalau jadi Guru, sudah dikenali diri-Nya sendiri, dia bahkan nggak kenal-kenal sama Bapa itu. Jadi Yohanes 14:8 itu dengan kata lain Filipus itu berkata begini, “Seandainya saja aku dapat melihat Allah, saya akan puas.” Ini pertanyaan yang sangat menyedihkan dari Filipus. Kenapa Saudara? Dia sudah ada bersama dengan Yesus selama hampir 3 tahun dan belum juga mengaku sepenuhnya bahwa Yesus adalah Allah. Terus Yesus bilang apa Saudara setelah itu? Yesus bilang, “Apa kamu tidak kenal Aku, Filipus? Kamu mau minta ditunjukkan Bapa itu ngapain? Apakah kamu tidak kenal dengan Aku? Bahkan setelah Aku berada di antara kamu sekian lamanya? Siapa pun yang telah melihat Aku” – ini pernyataan Yesus – “telah melihat Bapa. Bagaimana kamu bisa berkata tunjukkan Bapa kepada kami?”
Jadi Saudara-saudara, kalau kita ingin mengetahui seperti apa Allah itu, pelajarilah hidup Yesus. Di mana belajar hidup Yesus? Ya di sini, dalam Kitab Suci. Itu sebabnya Saudara, saya mendorong untuk Bapak, Ibu, Saudara semua, rajin baca Kitab Suci. Jadi orang Kristen itu Saudara dititipkan 1 buku sama Tuhan. Jangan rajin baca buku-buku teologi aja tapi buku ini nggak pernah dibaca. Saudara jangan lupa Luther, Calvin semua mereka membaca Kitab Suci, kutipannya ribuan di dalam surat-surat mereka. Itu sudah seperti orangnya itu nulis apapun ada Allah, anugerah Tuhan, cinta kasih Tuhan. Luar biasa. Yang keluar itu kayak gitu kalimatnya, bukan keluar itu kalimatnya caci maki, gosip. Nggak ada Saudara. Setiap hari itu makanan nya begitu. Jadi saya mendorong Saudara baca Kitab Suci. Kalau no bible katanya no breakfast. Jangan makan pagi lho kalau nggak baca Kitab Suci. Ya Saudara-saudara, kalau sudah makan, ingat baca. Selidiki. Baca itu bukan kebut-kebutan, bukan! Tapi selidiki. Cari tahu hidup Yesus itu seperti apa. Coba baca. Banyak orang bertobat karena baca. Maka kita semua akan lebih kenal siapa Allah. Semua yang dicatat Kitab Suci tentang Yesus Kristus adalah benar adanya. Ketika kita membaca maka Roh Kudus yang akan menjelaskannya kepada kita.
Yang kedua Saudara, hal praktis apa yang kita bisa belajar dari surat ini? Apa yang kita bisa pelajari dari kebenaran bahwa Yesus adalah Allah? Bahwa Allah itu selalu seperti Yesus. Kan gitu Saudara. Jadi kalau Firman itu bersama-sama dengan Allah sebelum waktu ada, berada bersama-sama dengan Allah di dalam kekekalan, artinya Allah itu selalu seperti Yesus. Kita kadang pikir Allah di Perjanjian Lama itu kok begitu kejam. Hari Sabati dilanggar, mati dilempari batu. Sekarang berapa banyak orang Kristen langgar Sabat tenang-tenang aja? Ya Saudara-saudara, santai aja. Saudara, saya mengingatkan, jikalau mungkin, ya Saudara tutup toko hari Minggu. Fokus sama Tuhan. Saya juga mengalami hal yang sama ketika di Singapur Saudara-saudara, harus meninggalkan pekerjaan saya. Karena Tuhan berbicara begitu kuat kepada saya. Memang ini persoalan iman, tetapi perintah tetap jelas di dalam Kitab Suci, “Kau harus mengingat dan menguduskan hari Sabat.” Memang hari Sabat orang Israel dan kita itu berbeda. Itu tidak menjadi hal. Tetapi orang yang begitu sungguh-sungguh mau menikmat istirahat di dalam hidup. Tuhan mengerti Saudara, jikalau Saudara betul-betul kekurangan, Tuhan tahu. Tuhan juga akan memaklumkan, tapi iman orang itu harus bertumbuh. Kita itu hidup mengandalkan harta atau mengandalkan Tuhan, itu saja pertanyaan.
Saya dulu di Singapur itu bergumul masalah ini. 6 bulan sampai mencucur air mata. Karena saya itu guru musik. Kalau meninggalkan pekerjaan di hari Minggu, itu gajinya turun 1/3. Saya bilang sama Tuhan, kalau saya sudah meninggalkan pekerjaan saya di hari Minggu, saya berharap Engkau pakai saya. Dari pagi sampai malam saya melayani Tuhan terus. Jadi nggak mau saya ongkang-ongkang kaki, hari Minggu ke gereja pulang-pergi, begitu saja. Nggak mau lagi saya. Saya ingin mendorong Saudara juga begitu. Berikan kepada Tuhan. Masa Tuhan pencipta langit dan bumi tidak bisa memberkati Saudara? Pasti bisa. Hati ini iman, itu aja. Saudara, kalau hatimu diserahkan kepada Tuhan, Dia akan pelihara Saudara. Bahkan Dia akan pakai Saudara menjadi alat Dia.
Kembali lagi Saudara. Kadang kita pikir Allah di PL itu kejam. Oh Yesus itu di PB penuh cinta kasih. Salah Saudara! Alkitab tidak pernah mengajarkan seperti itu. Injil Yohanes justru mengoreksi itu. Injil Yohanes ingin memberitahu kita bahwa Allah itu seperti Yesus. Saudara, Yesus bikin cambuk, itu kalau perlu, memang usir semua pedagang merpati itu dari bait Allah. Ini rumah doa bukan sarang penyamun! Saudara-saudara, iya toh? Yesus membenci dosa, begitu juga dengan Allah. Yesus mengasihi orang berdosa, begitu juga dengan Allah, Saudara. Jadi seluruh kehidupan Yesus di dunia ini membuka mata kita untuk melihat cinta kasih Allah sebetulnya itu. Allah mencintai dunia ini, Saudara, itu sebab Dia datang. Ketika kita mendengar firman, Saudara, dikhotbahkan setiap Minggu, baik melalui mimbar, baik melalui PA, Saudara, apa sih yang kita dengar itu? Firman. Suara Tuhan, Saudara. Yang kasih tau apa? Cinta kasih Tuhan. Saudara, itu yang harus ada di dalam hati kita. Jangan kita itu ditipu setan: ‘Ah Tuhan, saya sudah jauh dari Tuhan, percumalah hidup saya ini!’ – Jangan Saudara! Tuhan masih mau mengampuni, Tuhan penuh cinta kasih. Pengampunan dosa itu ada di dalam Kristus Yesus. Saudara-saudara, percayalah kepada Yesus, dan engkau akan diselamatkan. Itu firman Tuhan. Allah selalu seperti Yesus.
Yang ketiga, Saudara, apa yang kita bisa belajar mengetahui Yesus adalah Allah? Bahwa kematian Yesus di atas kayu salib, itu menjadi satu-satunya korban yang diterima Allah bagi dosa manusia. Nggak ada lagi. Orang, ‘Wah iya saya juga bisalah. Semua agama sama. Yah gitu, percaya siapa aja kayanya bisalah, gitu.’ Jangan, Saudara! Kita itu jangan digugurkan iman kita oleh itu. Hanya melalui Yesus, manusia bisa diselamatkan! Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi satu-satunya korban yang diterima Allah bagi dosa manusia. Kita semua tidak bisa mati untuk mengganti orang lain yang kita cintai, karena kita orang berdosa. Tapi Yesus tidak ada dosanya. Itu sebab Dia bisa mati menggantikan kita orang berdosa. Jadi ketika Yesus mati, Dia mati mengganti orang berdosa yang lain. Dia mengambil beban dosa dari mereka yang mau percaya kepada Dia. Itu intinya. Percaya dengan iman, dia diselamatkan. Jadi Yesus berkata, “Inilah darah-Ku yang dialirkan menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kematian Yesus di atas kayu salib itu untuk menebus. Menebus itu apa? Membeli kembali manusia yang sudah dikuasai setan. Tetapi Saudara, cilakanya, manusia lebih suka cari pelacur daripada dengar firman Tuhan. Manusia lebih suka judi daripada dengar suara Tuhan. Kita menganggap belajar firman Tuhan itu boros waktunya, Saudara, lebih baik baca buku yang lain – lebih banyak pengetahuan. Salah, Saudara! Belajar firman Tuhan tidak pernah membuang waktu kita. Belajar firman Tuhan tidak pernah menjadikan kita orang bodoh. Ada kan pepatah itu: “Kamu baca aja Alkitab terus, jadi orang bodoh lho!” Itu aneh, Saudara, orang yang ngomong begitu. Justru baca firman Tuhan, itu dicerahkan pikiran kita, dibuka pikiran kita itu. Saudara-saudara, orang-orang itu yang menganggap belajar firman Tuhan membuang waktu itu tidak sadar, Saudara, bahwa mereka itu sedang membuang waktu yang diberikan Tuhan justru. Itu paradoksnya. Karena manusia sudah di bawah kuasa setan, memang. Hanya Tuhan Yesus, Saudara, bisa melepaskan, bisa menebus. Semua orang Kristen yang sudah sungguh-sungguh percaya, yakin diselamatkan, harus mencintai buku ini (Alkitab), Saudara. Karena Tuhan Yesus sudah membeli manusia yang di tangan, ditawan oleh setan, dan mereka dibebaskan dan kembali kepada Bapa – harus mencintai buku ini.
Yang terakhir, Saudara, karena Yesus Kristus adalah Allah, maka Dia bisa memuaskan semua keinginan hati kita. Manusia itu cari kepuasan itu dimana-mana, asal jangan di dalam Yesus, itu poinnya. Banyak manusia itu hatinya itu kosong, termasuk orang Kristen, sehingga cari hiburannya di tempat lain, bukan di dalam firman Tuhan. Teman banyak, kegiatan bisa banyak, kenapa hatinya kosong terus? Orang bisa punya banyak uang, Saudara, tetapi tetap tidak punya kepuasan hidup. Hanya Yesus yang bisa memuaskan hati kita, itu jawabannya. Hanya Yesus yang bisa memuaskan hati kita, karena Dia adalah Allah yang mencipta kita. Kalau kita ingat perkataan Agustinus itu ya, “Kita tuh dicipta oleh Allah, kita mau pergi ke mana pun, kita akan gelisah terus, sebelum kita menemukan istirahat di dalam Dia, yang mencipta kita.” Kalau kita dari monyet mah beda lagi, Saudara. Itu sebabnya jangan dipercaya kita jadi monyet. Benar, nggak, Saudara? Kita tuh dari Allah, semua dari Allah, Saudara. Ya gimana mau cari kepuasan di yang lain ya nggak bisa. Ya harus kembali kepada Dia. Itu sebabnya, Yesus berkata itu apa sih kepada orang-orang percaya? Damai. Damai Sejahtera. Meskipun masalah tetap ada, tapi hatinya tuh damai.
Itu pelukis yang hebat, itu melukis kedamaian di mana, Saudara? Pelukis kedamaian yang dapat Juara 1 itu di antara ratusan pelukis yang lain, yang ngelukisin matahari terbit, padang yang luas. Kalau orang nggak ngerti mah, ‘Wah hebat ya, damai gitu.’ Ada lagi yang padang dengan domba-domba makan. Wah hebat, melukiskan damai sejahtera. Tapi ada satu pelukis yang Juara 1, Saudara. Justru dia melukis apa? Ada burung di dalam sangkar, dan sangkar itu diletakkan di pinggir air terjun yang menderu. Wah gelora air terjun itu. Itu burung santai saja, santai bercuit-cuitnya. Sangkar kita itu adalah Kristus, batu kita. Kalau kita ada di dalam Dia, kita berdiri di atas dasar Yesus Kristus, kenapa harus takut sekeliling? Saudara-saudara, kita jangan ditipu kalau percaya Yesus masalahmu bisa ilang, sakitmu bisa sembuh. Tidak semua, Saudara. Tidak. Masalah mah tetap ada, cuma hatinya damai. Bedanya itu. Jadi Yesus yang bisa memuaskan hati kita, karena Dia adalah Allah itu. Kasihnya bagi kita tidak terbatas. Ingat, Saudara, cinta Tuhan Yesus bagi kita itu tidak terbatas. Itu Efesus 3:18-19, saya bacain. “supaya mereka bersama dengan semua orang kudus bisa mengerti…” itu doa Paulus kepada jemaat di Efesus. Doa Paulus itu begitu Saudara, supaya mereka bersama dengan orang kudus itu bisa ngerti, ngerti apa sih? Ngerti cinta Tuhan begitu dalam. Dia bilang, “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” – yang mencintaimu itu dengan kasih yang kekal. Saudara, ayat itu bicara cinta kasih Allah, lebarnya, panjangnya, tingginya, dalamnya. Ini artinya Saudara, Yesus bisa memuaskan siapa saja yang datang kepada Dia. Itu artinya. Karena cintaNya itu tidak terselami. Hanya Yesus bisa memuaskan hati kita yang datang kepada Dia! Yohanes ingin menyakinkan kita, Saudara, bahwa Yesus adalah Allah, Dia bukan hanya manusia. Kalau Saudara percaya Dia adalah Allah, maka percaya kepada Yesus Kristus itu. Dia mencintai Saudara-saudara dengan cinta yang kekal. Dan Dia ingin memuaskan demi hati Saudara.
Saudara-saudara, komitmen hidup untuk Dia harus ada. Orang Kristen tuh terus diproses hidupnya makin diperbarui, makin serupa dengan Yesus Kristus. Harus ada perubahan demi perubahan, paling tidak keinginan untuk hidup lebih suci, hidup lebih berubah lebih baik. Mirip seperti Yesus Kristus. Taat mengikut Dia. Apakah Saudara percaya Yesus adalah Allah? Puji Tuhan Saudara yang mempercayai. Kita mungkin masih seperti Thomas, Saudara, mungkin ada seperti Thomas. Waktu Yesus muncul di ruangan itu kepada Thomas yang masih ragu, Yesus berkata kepada Thomas, “Mari sini, Thomas, taruh jarimu di sini. Lihat tangan-Ku, ulurkan tanganmu, cucukkan jarimu ke dalam lambung-Ku. Jangan engkau tidak percaya lagi. Percayalah!” Thomas begitu mendengar itu, langsung dia tidak perlu bukti lagi. Dia langsung bersungkur, Saudara, “Ya Tuhanku, ya Allahku.” Maukah kita juga berkata yang sama? Yesus, Engkaulah Tuhanku, Engkaulah Allahku, Engkau bisa mengisi kekosongan hatiku. Aku percaya ya Tuhan, aku mau datang kepada-Mu.
Semua pengetahuan kita, Saudara, tidak boleh berhenti di otak saja sebagai knowledge, tapi harus turun ke hati. Jikalau kita mengerti Injil Yohanes, bahwa Yesus asalnya dari kekekalan, bersama dengan Bapa, karena cintaNya, maka Dia rela turun, inkarnasi, mati bagi kita semua. Maka kita akan apa, Saudara? Didorong. Hatinya itu didorong untuk melayani Dia lebih rajin. Pasti itu. Jika Yesus bertanya kepada kita sekarang, Saudara, “Siapakah Aku ini?” Apa jawab kita? Kita bisa banyak tahu, ‘Oh Yesus itu Allah.’ Setan juga tahu itu. Itu sebabnya yang Tuhan mau itu bukan cuma tahu, tapi benar-benar tahunya itu turun ke hati, sehingga melahirkan sesuatu, Saudara-saudara. Tanggung jawab, suatu ketaatan, semangat yang baru, Saudara, bagi Injil. Jadi bukan hanya pengetahuan di otak kita, tapi harus mengakui Yesus sebagai Juruselamat yang sudah mati menyelamatkanku. Itu sebab aku ingin membalas cintaNya. Nah itu. Yesus adalah Raja yang memerintah di hatiku, aku ingin ikut Dia, aku ingin melayani Dia. Balas cinta kasihMu. Yohanes berkata, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” – supaya kita mengenal Yesus adalah Allah. Barangsiapa percaya kepada Yesus, tidak akan binasa tapi mendapat hidup yang kekal. Sampai di sini firman Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita semua. Amin.
Mari kita berdoa. Bapa di dalam sorga, ajarlah kami untuk mencintaiMu, ya Tuhan. Mencintai Kristus Yesus. Mencintai firman-Mu. Ajarlah kami ya Tuhan untuk terus digugahkan hatinya untuk mau melayani Tuhan, lebih giat lagi dari hari ke harinya, Tuhan. Bagaimana kami harus mempersembahkan hidup kami hanya kepadaMu, Pencipta kami. Di situlah kami boleh mendapat damai sejahtera, bagaimana kami mengarungi segala tantangan dan cobaan di dalam hidup kami di dunia ini. Tolong, Tuhan. Pimpinlah. Terima kasih ya Tuhan, semua bagi kemuliaan namaMu. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin. (HSI)