Membeli Karunia Allah, 29 Agustus 2021

Kisah Para Rasul 8:4-25

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam Pasal 8:4 dan seterusnya ini, kita melihat kepada pelayanan yang dilakukan oleh Filipus. Dan siapa Filipus ini, kalau kita perhatikan di dalam Kisah Rasul pasal yang ke-6, maka kita menemukan ternyata Filipus adalah salah satu dari 7 orang pelayan yang dipilih untuk melayani meja bagi orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Dan pada waktu mereka melayani itu, mereka kemudian mengalam satu penindasan atau tekanan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, yang dipelopori oleh Saulus. Jadi, kita lihat di dalam pasal yang ke-7 dan pasal yang ke-8 bagian ayat 1-3, ketika Stefanus telah bersaksi dihadapan para pemimpin orang-orang Yahudi tersebut, mereka kemudian membunuh Stefanus yang dipimpin oleh Saulus, dan sejak waktu itu terjadilah yang namanya penganiayaan kepada orang-orang Kristen yang ada di Yerusalem dan di Yudea.

Akibatnya adalah mereka kemudian menyebar, pergi, bahkan pergi ke tempat-tempat yang jauh. Dan salah satu tempat di mana orang-orang itu menyebar adalah Samaria, dan yang pergi ke situ adalah Filipus. Saya percaya bukan hanya Filipus yang pergi ke Samaria itu, tetapi ada orang-orang Kristen yang lain juga, yang kemudian pergi melarikan diri dari Yerusalem dan Yudea menuju kepada Samaria. Nah kenapa pergi ke Samaria? Mungkin sebab pertama adalah karena Samaria adalah wilayah yang lebih dekat dengan Yudea dan Yerusalem. Dan tetapi, wilayah Samaria itu adalah satu wilayah yang orang-orang Yahudi sendiri begitu benci dan tidak suka menginjakkan kakinya di wilayah Samaria itu.

Kalau kita perhatikan di dalam sejarah dari orang-orang Yahudi, maka sejak dari kerajaan Salomo berakhir dan anaknya bertahta, maka kerajaannya itu terpecah menjadi 2, yang bagian selatan itu ada 2 suku yang diperintah oleh anak Salomo, tapi yang ada di atas 10 suku itu diperintah oleh raja-raja yang bukan merupakan keturunan dari Raja Daud. Dan raja yang di utara itu hidup dengan satu kejahatan yang terus menerus sejak dari pemerintahan pertama, Yerobeam, sampai kepada pembuangan, tetapi di dalam kerajaan yang di wilayah selatan, yang dipimpin oleh keturunan Daud, dan keturunan Salomo itu, walaupun ada raja-raja yang menyesatkan Israel, yang menyimpang dari hukum Tuhan, tetapi masih ada kebaikan-kebaikan yang ada dari raja-raja tertentu juga, yang membuat akhirnya kasih Tuhan tetap ada pada mereka, walaupun tentunya di akhirnya mereka juga turut dibuang seperti halnya Israel utara dibuang, dengan ibu kota Samaria itu.

Nah pada waktu pembuangan terjadi, ada yang berbeda, Israel utara itu dibuang oleh Tuhan melalui kerajaan Asyur, dan Israel selatan itu melalui kerajaan Babel. Pada waktu Israel selatan dibuang oleh kerajaan Babel, maka yang terjadi adalah seluruh penduduk dari Israel selatan itu diangkut di dalam pembuangan. Jadi tidak ada satu penduduk Yahudi pun yang tersisa di Israel selatan dan semuanya dibawa ke Babel. Tetapi, Israel utara berbeda, pada waktu Asyur membuang mereka atau menaklukkan mereka dan akhirnya melakukan pembuangan, maka Asyur mengangkat orang-orang pintar, orang-orang yang kaya, mungkin orang-orang yang memiliki posisi untuk masuk ke dalam pembuangan, dipindahkan ke daerah lain daripada Israel utara, tetapi menyisakan orang-orang lemah di Israel utara, orang-orang Yahudi, orang-orang miskin.

Makanya di dalam Israel selatan ada yang namanya ‘kembali dari pembuangan’, Saudara bisa lihat itu di dalam Kitab Ezra, Kitab Nehemia, Kitab Zakharia di situ, Kitab Hosea di situ, itu bicara tentang orang-orang Israel selatan, yang pulang dari pembuangan, lalu tinggal di Israel selatan, dan mereka kemudian membangun kehidupan mereka kembali, usaha mereka, dan juga perintah Tuhan untuk membangun Bait Allah. Dan pada waktu itu terjadi, maka ada orang-orang dari Israel utara yang kemudian datang ke mereka untuk mau membangun Bait Allah, membantu mereka. Tetapi yang terjadi adalah mereka menolak orang-orang itu, dan mereka tidak mau keterlibatan dari orang-orang Israel utara. Sebabnya karena apa? Karena mereka bukan, atau mereka dianggap bukan keturunan murni dari Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka sudah mengalami kawin campur di situ, sehingga mereka kemudian tidak lagi diakui sebagai bagian dari Israel oleh orang-orang Israel selatan.

Tetapi, di Israel utara, mereka juga tidak melihat Israel selatan adalah satu suku yang terlalu agung, terlalu penting, Saudara bisa lihat itu di dalam percakapan Yesus Kristus dengan perempuan Samaria di dalam Yohanes pasal yang ke-4. “Kenapa Engkau bicara dengan saya, bukankah Engkau orang Yahudi? Bapa kami juga memiliki sumur yang begitu dalam, dan begitu hebat sekali, kami beribadah kepada Allah kami juga, Abraham, di gunung ini,” tetapi Yesus tetap berkata bahwa ibadah yang sejati itu berasal dari orang-orang Yahudi. Jadi ada alur yang jelas di situ, untuk membawa perempuan Samaria itu kembali melihat kepada kebenaran yang Kitab Suci ajarkan.

Nah orang-orang yang menjadi Kristen ini ketika melarikan diri, mereka melarikan diri ke mana? Mungkin daerah terdekat itu adalah Samaria. Kenapa mereka melarikan diri kepada Samaria? Satu sisi adalah memang itu adalah wilayah yang terdekat dengan Yudea dan Yerusalem, tapi juga menjadi satu wilayah yang mungkin orang Yahudi sendiri enggan injakkan kaki di situ, sehingga bagi mereka mungkin itu adalah tempat yang aman untuk bisa melarikan diri dari penganiayaan yang dipelopori oleh Saulus, walaupun dia bukan satu-satunya pemimpin yang mengadakan penganiayaan. Itu yang dikatakan di dalam beberapa tafsiran.

Dan pada waktu mereka injakkan kaki di Samaria, apa yang terjadi? Minggu lalu, 2 minggu lalu kita telah melihat, ternyata, orang-orang Kristen itu tidak bisa tutup mulut mereka untuk menyembunyikan identitas mereka. Ternyata, walaupun mereka melarikan diri dari tekanan karena iman mereka, tetapi ketika mereka tiba di kota lain, di wilayah lain, mereka kemudian tidak tahan untuk berbicara berkenaan tentang Kristus. Dan ini membuat kita mengerti kalau kita membaca bagian ini, yang saya sudah jelaskan saya ingatkan kembali ya, bahwa pemberitaan Injil yang terjadi yang membuat satu Samaria itu mengenal kepada Kristus dan menjadi Kristen, itu bukan karena profesi orang-orang tertentu secara khusus yang dikirim ke Samaria untuk memberitakan Injil. Tetapi ini adalah tindakan atau kesaksian dari orang-orang Kristen yang telah percaya kepada Kristus yang melarikan diri ke Samaria, dan itu yang membuat kemudian Boice mengatakan itu seperti Allah mencabut benih lalu menanamkan di tempat yang lain supaya di tempat yang lain, wilayah yang lain juga terdengar berita Injil, dan ada orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Tetapi ada satu hal lagi yang penting, yang kita tidak boleh abaikan, yaitu pada waktu kita melihat perjalanan Injil dari Yudea, dari Yerusalem, Yudea, ke Samaria, di situ adalah satu penggenapan yang Tuhan sedang kerjakan seperti yang Tuhan Yesus katakan kepada murid-murid-Nya, sebelum Ia terangkat ke sorga, bahwa berita Injil ini tidak boleh berhenti di wilayah Yerusalem semata, tidak boleh berhenti di wilayah Yudea semata di mana orang-orang Yahudi berada, tetapi harus menyebar ke Samaria, dan bahkan sampai ke ujung bumi. Jadi istilah lainnya adalah Tuhan menggunakan penindasan untuk menjadi alat supaya Injil-Nya bisa disebarkan sampai ke ujung bumi, itu yang dilakukan.

Kalau Saudara kembali ke Mazmur, saya sedang mempersiapkan satu renungan juga untuk dibagikan, di dalam Mazmur itu ada kalimat, penindasan itu adalah sesuatu yang baik bagi kita, penindasan itu bukan sesuatu yang buruk bagi kita. Kok bisa begitu ya? Kalau di dalam versi Mazmur adalah karena dengan penindasan, kita yang dulunya menyimpang, itu dibawa kembali ke dalam jalan yang benar, oleh Tuhan Allah. Itu tujuan di dalam Tuhan memberikan penindasan. Nanti kita akan lihat juga sebagian dari aplikasinya dari dalam kehidupan Simon, si penyihir ini, ketika mendengarkan Injil Kristus.

Nah salah satu orang yang penting yang pergi ke Samaria itu adalah Filipus. Dan dia adalah seorang yang Tuhan pakai sebagai pemimpin gereja yang kemudian memberitakan Injil di situ, lalu di dalam pelayanannya itu ternyata Tuhan begitu menyertai sehingga terjadi pertobatan yang besar di Samaria, dan orang-orang menjadi percaya kepada Kristus. Sampai berita itu sampai kepada Yerusalem, di mana para rasul berada. Tapi sebelum masuk ke Yerusalem, di sini juga dikisahkan ternyata di antara orang-orang yang bertobat itu ada yang bernama Simon. Simon ini siapa? Dia adalah seorang yang dikatakan penyihir yang memiliki kuasa untuk menyihir, dan dia adalah seorang yang kelihatannya asli dari Samaria atau seorang kelahiran Samaria, yang bertumbuh dan besar di sana, tapi kemudian dia memiliki satu kekuatan magis, dan akibat dari kekuatannya itu dia menjadi orang yang terkenal, sampai-sampai orang-orang kemudian mengatakan dia adalah orang yang memiliki kuasa Allah, yang terkenal sebagai kuasa besar, di dalam ayat yang ke-10 itu ya.

Nah pada waktu kita bicara Simon si penyihir, maksudnya apa ya Simon si penyihir itu? Terus terang di dalam komentari tidak memiliki satu kesepakatan tertentu berkenaan dengan hal ini, ada yang berkata, “Oh si penyihir itu mungkin bicara tentang dia yang memiliki kemampuan tipu muslihat di situ, oh si penyihir dia adalah seorang yang menggunakan ritual-ritual magis untuk melakukan satu daya tarik tertentu atau ramalan-ramalan tertentu,” atau ada ada yang berkata juga dia adalah seorang yang memiliki kuasa untuk melakukan hal-hal supranatural, dan ketika dia mengadakan supranatural itu terjadi seperti yang dia lakukan atau inginkan. Makanya di sini dikatakan dia disebut sebagai orang yang memiliki kuasa Allah dan memiliki kuasa yang besar itu.

Bagaimana itu? kita melihatnya seperti apa? Saya pikir ada kemungkinan bahwa Simon si penyihir ini memang memiliki kuasa supranatural. Kok bisa ya? Dia bukan seorang yang bersumber dari rasul Kristus, dia bukan seorang yang merupakan orang Kristen, dia bukan anak Allah. Tetapi kenapa dia memiliki kuasa untuk melakukan supranatural? Mungkin tidak, Bapak, Ibu, bisa lihat itu di dalam Perjanjian Lama, ketika Musa diutus oleh Tuhan kepada Firaun untuk membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir, maka ada terjadi semacam pertandingan kekuatan sihir yang dilakukan oleh orang-orang penyihir Firaun melawan kuasa Allah yang ada atau diberikan kepada Musa itu. Dan orang-orang yang menjadi penyihir di Mesir juga bisa melakukan hal-hal supranatural, misalnya mengubah air menjadi darah, membuat tongkat menjadi ular, seperti halnya yang Musa lakukan, walaupun juga Alkitab mencatat ada bagian-bagian lain di mana mereka tidak bisa meniru kuasa supranatural yang dari Allah, dan mereka harus mengakui kalau itu bersumber dari Tuhan Allah.

Di dalam Perjanjian Baru kalau Bapak, Ibu, Saudara lihat dari surat-surat Paulus, maka kita juga akan melihat bahwa Paulus sendiri atau rasul sendiri memberikan satu peringatan kalau di jaman akhir ini akan muncul nabi-nabi palsu, guru-guru palsu, rasul-rasul palsu, yang ketika melayani, mereka juga melayani dengan ada tanda, tanda yang menyertai pelayanan mereka. Dan tanda-tanda itu bukan sekedar tanda-tanda kayak orang main kartu, tipu muslihat begitu, tetapi mereka bisa mengadakan tanda supranatural. Jadi ini membuat saya pun juga percaya Simon kemungkinan besar adalah seorang yang memang memiliki kuasa supranatural, dia bisa melakukan mujizat, dia bisa melakukan hal-hal yang luar biasa, yang membuat orang-orang Samaria terkagum-kagum dengan kuasa yang dia miliki, sehingga mengatakan dia adalah orang yang kemungkinan berasal dari Allah, dan memiliki kuasa yang besar itu.

Tetapi pada waktu dia bertemu dengan Filipus, dia tersadar mungkin, sebesar-besarnya kuasa dia, nggak bisa dibandingkan dengan kuasa Filipus. Dan itu membuat akhirnya dia tergerak untuk mengikuti Filipus, mendengarkan berita Injil yang dikabarkan Filipus, dan akhirnya Alkitab mencatat, dia pun turut percaya, dan kemudian memberi diri dia untuk dibaptis. Jadi di antara banyaknya orang-orang yang percaya di Samaria, ada seorang yang bernama Simon, si penyihir itu, juga turut bertobat dan kemudian memberi diri di baptis. Saya percaya ini juga menjadi sesuatu berita yang luar biasa tersebar di Samaria, dan mungkin ini juga menjadi satu alat yang Tuhan pakai untuk lebih memasyurkan nama Tuhan secara luar biasa untuk orang-orang makin mendengar tentang berita Injil Kristus. Karena apa? Simon orang yang begitu terkenal, yang memiliki kuasa Allah itu sendiri akhirnya bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus atau menjadi seorang Kristen.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu berita itu makin tersebar luas, maka rasul-rasul di Yerusalem, dikatakan di ayat 14, turut mendengar tentang hal itu, lalu mereka kemudian datang ke Samaria. Kenapa mereka datang ke Samaria? Dan kira-kira perasaan mereka seperti apa ya? Saya nggak tahu terus terang perasaan mereka seperti apa, tetapi mungkin juga ada kekaguman, keheranan, dan juga rasa malu di situ atas kesalahan yang mereka pernah lakukan sebelumnya, yaitu pada waktu Yesus membawa mereka menuju ke Yerusalem, dan ketika mau masuk ke wilayah Samaria mereka ditolak oleh orang-orang Samaria, maka Yakobus dan Yohanes itu dengan frontal sekali berkata Yesus Kristus, “Guru apakah kami harus, boleh meminta, Engkau ingin kami meminta api dari langit untuk menghanguskan kota Samaria itu?” Tapi sekarang dia menjadi seorang yang mendampingi Petrus untuk datang ke Samaria, untuk menyaksikan bagaimana berita Injil itu juga diterima oleh orang-orang Samaria, dan kemudian mereka menjadi percaya kepada Kristus seperti halnya mereka.

Nah kenapa kedua rasul ini harus datang ke Samaria? Ini punya tujuan khusus yang tidak dimiliki oleh Filipus. Walaupun Filipus adalah pemberita Injil, dan sepertinya dia memiliki kuasa rasul di dalam pelayanan yang dia kerjakan, tetapi Tuhan sepertinya memberikan suatu karunia khusus dan panggilan khusus kepada 12 rasul untuk menjadi pembuka daripada gereja atau peng-konfirmasi daripada suatu pelayanan Tuhan, dan kesetaraan yang ada di dalam kehidupan orang-orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi. Dengan cara bagaimana? Rasul sendiri yang harus datang ke wilayah orang-orang Yahudi itu, atau orang-orang yang percaya kepada Kristus itu, atau wilayah Samaria itu, kemudian mereka harus menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria itu, dan dari situ kemudian Roh Kudus diberikan kepada orang-orang Samaria ini. Saya mau katakan adalah, rasul-rasul yang 12 itu, kelihatannya menjadi rasul atau yang khususnya diwakili oleh Petrus dan Yohanes dan Paulus nantinya, menjadi rasul yang Tuhan pakai untuk menyatakan kalau memang Injil telah diberitakan sampai ke ujung bumi, dan kalau Roh Kudus sudah diberikan kepada semua orang Kristen, sampai kepada ujung bumi.

Dan pada waktu kita mengerti itu, prinsip ini di dalam Kisah 8 dan juga beberapa pasal lain di dalam Kisah Para Rasul, maka Saudara jangan menerapkan itu di dalam kehidupan orang-orang Kristen dengan regulasi atau prinsip yang sama. Maksudnya adalah kalau kita melihat kehidupan dari hari Pentakosta, lalu kemudian Samaria, lalu kemudian di FIlipi, lalu kemudian di Efesus, maka kita melihat seolah-olah yang namanya kehidupan orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu ada 2 jenjang. Pertama dia percaya dulu kepada Yesus Kristus, lalu kemudian dia menerima Roh Kudus, dengan diberikan tumpangan tangan dan dia kemudian memiliki karunia Roh yang sebagai penanda dia memiliki Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh Kudus. Alkitab berkata paska dari peristiwa yang ada di dalam Kisah Rasul ini, maka semua orang yang mengaku Kristen, pasti memiliki Roh Kudus secara otomatis dalam kehidupan mereka ketika mereka mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, dan percaya di dalam hatinya kalau Dia adalah Juruselamat kita.

Dan kalau kita berani mengajarkan ada orang-orang Kristen yang memang sudah percaya pada Kristus tapi belum memiliki Roh Kudus dan bisa memiliki kemungkinan itu, maka kita sebenarnya menyangkal prinsip yang Alkitab ajarkan, dan orang itu tidak pernah bisa dikatakan sebagai orang Kristen. Sebabnya apa? Paling tidak ada 2 bagian Kitab Suci yang berbicara berkenaan dengan ini. Pertama adalah Roma 8:9, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Roh Kristus ini siapa? Roh Kudus. Jadi kalau orang dikatakan Kristen tetapi dia tidak memiliki Roh Kudus, dia Kristen bukan? Menurut Paulus di dalam Surat Roma, dia bukan Kristen.

Lalu Saudara bisa buka dalam 1 Korintus 12:13 juga, satu ayat yang kita pernah kutip dan seringkali kutip ketika berbicara berkenaan dengan baptisan Roh Kudus, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Jadi pada waktu orang menjadi Kristen, Paulus berkata pada waktu itu siapapun dia, kebangsaan dia, maka dia juga sudah dibaptis dengan Roh. Artinya dia sudah memiliki Roh Kudus dalam hidup dia pada waktu dia bisa mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kalau tidak, dia bukan milik Kristus.

Jadi ini menjadi satu prinsip yang kita sebagai orang Kristen harus pegang paska peristiwa dari Kisah Para Rasul. Kenapa saya bilang paska peristiwa? Karena Kisah Para Rasul itu adalah exception, Kisah Para Rasul itu adalah pengecualian, Kisah Para Rasul itu adalah fase transisi dari Perjanjian Lama menuju kepada Perjanjian Baru, maka di situ untuk menyatakan kalau sekarang zamannya sudah Perjanjian Baru, untuk menyatakan kalau sekarang apa yang dikatakan oleh Nabi Yoel pasal 2 itu sudah digenapi, sekarang sudah zaman akhir itu, maka perlu diberikan Roh Kudus, dan hari Pentakosta itu. Dan untuk menyatakan kalau orang-orang Kristen Yahudi, baik itu yang Samaria, Yahudi yang bicara bahasa Yunani, orang-orang Yahudi campuran yang ada di Samaria, maupun orang-orang bukan Yahudi, ketika percaya kepada Kristus maka mereka mengalami apa yang dialami Yahudi berbahasa Ibrani yang ada di Yerusalem. Itu menunjukkan kalau kekristenan orang-orang bukan Yahudi, kekristenan orang-orang Samaria itu adalah sama derajatnya dengan kekristenan dari orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani. Nanti kita akan lihat itu di belakang di dalam kesaksian yang Petrus berikan atau pertanggungjawaban yang Petrus berikan kepada para pemimpin Kristen Yahudi di Yerusalem paska dia membaptis Kornelius. Jadi ini yang terjadi.

Dan pada waktu Simon melihat peristiwa itu, dia terkagum sekali. Memang di sini tidak dikatakan apa yang terjadi pada waktu Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan, tetapi ada satu hal yang pasti adalah Simon tahu terjadi sesuatu yang luar biasa kepada orang-orang yang ditumpangi tangan oleh Petrus dan Yohanes itu. Kalau Saudara perhatikan satu-satunya bagian Kitab Suci yang tidak berbicara mereka berbicara bahasa Roh ketika Roh Kudus turun itu ada di dalam Kisah Para Rasul pasal 8 ini kepada orang Kristen yang ada di Samaria. Apa yang terjadi tidak terlalu spesifik dijelaskan di situ, ada yang berkata mereka berbicara bahasa lidah tetapi tidak dicantumkan di sini karena kalau tidak, bagaimana Simon bisa mengerti bahwa ada terjadi satu peristiwa ketika Roh Kudus diberikan pada orang-orang Kristen yang ada di Samaria tersebut. Tapi karena Alkitab tidak berbicara ya kita tidak usah berbicara juga berkenaan dengan itu. Yang pasti ada tanda yang menyertai baptisan yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang ada di Samaria itu.

Nah pada waktu itu Simon begitu tertariknya akhirnya membuat dia kemudian berkata kepada Petrus untuk bisa memberikan Roh Kudus itu kepada diri dia dengan bayaran uang. Saudara boleh buka di dalam ayat yang ke-18, “Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka.” Saya mau tanya, Simon ini orang percaya sejati atau bukan? Terus terang ketika berbicara seperti ini, penafsir-penafsir juga tidak mencapai satu kata sepakat. Ada yang berkata dia orang percaya sejati, ada yang berkata dia bukan orang percaya sejati. Kalau orang berkata dia orang percaya sejati, buktinya apa? Buktinya adalah kalau Saudara perhatikan di dalam ayat yang ke-13 Saudara akan menemukan ada ciri-ciri yang menyertai Simon yang bisa membuat kita berkata atau bahkan Filipus berkata dia adalah orang percaya sejati yaitu dia menjadi percaya, “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus.” Lalu kalau Saudara perhatikan di dalam ayat yang ke-13 tadi, maka dikatakan ketika Simon melihat pemberian Roh Kudus terjadi, artinya Simon ada di mana? Simon selalu bersama dengan orang-orang Kristen, persekutuan orang Kristen, ibadah orang Kristen.

Jadi pada waktu kita bicara tentang Simon, siapa dia? Apakah dia orang percaya sejati? Menurut tanda fisik lahiriah yang dinyatakan oleh Simon, dia adalah orang percaya. Dari mana? Ia memberikan pengakuan verbal kalau Yesus Kristus itu adalah Tuhan dan Juruselamat, dia percaya pemberitaan yang Filipus kabarkan. Dan kalau Saudara perhatikan di dalam Matius 10, Yesus berkata orang yang ada di dalam Kerajaan Allah adalah orang yang harus berani mengakui diri dia di hadapan umum. Ada itu pada si Simon itu. Jadi dia secara verbal mengakui itu. Tapi juga hal lainnya apa? Dia juga sepertinya adalah seorang yang terus hidup di dalam mengikuti pengajaran dari Filipus. Makanya dia selalu ada bersama-sama dengan Filipus. Ke mana Filipus pergi, di situ ada Simon. Dan dia terus mendengar apa yang Filipus ajarkan. Saya percaya dia juga mencirikan hidup yang taat kepada pengajaran yang Filipus beritakan. Itu ciri yang kedua dari Simon ini.

Ciri yang ketiga adalah dia ada bersama dengan orang-orang Kristen, ayat 13. Jadi itu sebabnya ketika Filipus melihat kepada Simon, maka Filipus membaptis Simon karena dia dilihat sebagai orang percaya sejati. Ketika para penafsir membaca bagian ini, maka terjadi satu perdebatan yang menyatakan satu sisi mengatakan Simon adalah orang percaya sejati berdasarkan apa, berdasarkan tanda-tanda ini. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagi mereka yang tidak mengakui Simon itu bertobat secara sungguh-sungguh, mereka juga mengutip bagian lain dari ayat di pasal ini untuk menunjukkan kalau Simon itu adalah petobat palsu. Dari mana? Dari ayat yang ke-19 ketika dia berkata, “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.”

Artinya apa? Motivasinya. Pertama, ketika kita bicara tentang Simon, coba perhatikan, dia mengikut Kristus itu motivasinya untuk apa ya? Apakah dia betul-betul mengikut Kristus dengan satu kesadaran bahwa Kristus itu Tuhan dan Juruselamat bukan? Kelihatannya bukan. Tetapi dia kelihatannya masih membawa pengertian dia yang lama, kehidupan dia yang lama, nama dia yang lama ke dalam iman Kristen. Dan ketika dia melihat ada kuasa besar yang dimiliki oleh Petrus dan Yohanes itu, maka dia pikir itu adalah sesuatu yang dia bisa terima juga dan dia bisa miliki juga supaya dia bisa bagikan ke orang lain. Dan itu berarti bahwa kelihatannya dia belum memiliki satu kerendahan hati untuk tunduk dan mengakui kuasa Tuhan, tapi dia yang ingin mengatur dan mengontrol kuasa Tuhan dalam hidup dia.

Saudara bisa lihat itu, saya baca lebih detail ya ayat 17, “Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.”” Jadi bagi Simon, Roh Kudus itu apa? Kuasa. Bagi Petrus, Roh Kudus itu apa? Pribadi. Saudara paham ada perbedaan theologis yang dimiliki oleh Petrus maupun Simon. Dan bagi Petrus, ketika Roh Kudus itu diberikan itu adalah hak otoritas dari Tuhan bagi orang-orang Kristen di mana Dia mau penuhi atau Dia berikan Roh Kudus-Nya. Tetapi bagi Simon, Roh Kudus itu adalah suatu kuasa yang dia bisa kontrol dan dia bisa atur untuk melakukan atau memenuhi apa yang menjadi keinginan pribadi dari Simon itu. Ini beda sekali.

Saudara, Alkitab selalu berkata Roh Kudus itu adalah pribadi ketiga dari Tritunggal. Kalau Dia adalah pribadi ketiga dari Tritunggal, berarti dia adalah Allah yang setara dengan Bapa, Allah yang setara dengan Yesus Kristus, di mana Allah itu adalah Allah yang berdaulat yang Saudara tidak mungkin bisa kontrol dan atur sesuka hatimu, melainkan yang harusnya terjadi adalah kita yang dikontrol secara penuh oleh Roh Kudus itu. Maka Saudara bisa lihat itu di dalam Efesus 5:18, Paulus berkata hendaklah kamu tidak mabuk oleh anggur tetapi kamu dipenuhi oleh Roh Kudus, hidup dipimpin dan dikontrol dan dikuasai oleh Roh Kudus yang ditandai dengan penundukan diri kepada kebenaran firman Tuhan. Tetapi bagi Simon, Roh Kudus itu hanya kuasa, bukan saya yang menundukkan diri tapi dia yang harus tunduk kepada saya. Dan untuk bisa memilikinya, dia tidak segan-segan menawarkan sejumlah uang kepada Petrus untuk diberikan kuasa itu.

Mungkin dia masih punya konsep lama ketika dia belajar tentang ilmu-ilmu sihir itu, dia bisa bayar orang untuk belajar ilmu itu, dan Petrus tidak jauh berbeda dari situ. Alkitab berkata karunia itu bersumber dari Tuhan, dan karunia itu gratis sifatnya. Saudara boleh buka Yesaya 55:1, nanti ada di kutipannya juga di dalam Wahyu 21 dan 22. Yesaya 55:1, “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” Kalau Saudara buka dalam Wahyu 21:6, demikian firman Tuhan, “Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.”” Wahyu 22:17, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”

Jadi waktu kita bicara tentang karunia, karunia yang diberikan oleh Roh Kudus dalam hidup kita itu adalah sifatnya cuma-cuma, itu bukan sesuatu yang kita bisa beli dengan tenaga kita dan uang yang kita miliki dalam hidup kita. Baik itu keselamatan kita atau karunia roh yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita, prinsipnya sama. Kenapa ya nggak bisa dibeli? Karena Saudara punya dunia sekalipun Saudara tidak bisa membayar keselamatanmu atau karunia itu, karena karunia itu terlalu mahal sehingga Tuhan hanya bisa berikan kepada kita seperti Tuhan memberikan oksigen kepada Saudara.

Ketika kita melayani oksigen ini saya makin diajak untuk melihat pentingnya kebutuhan oksigen. Dan dari kesaksian beberapa orang yang datang kepada kita yang isi tabung oksigen itu juga berkata kepada Pak Veri juga seperti itu, “Pak kami bersyukur sekali ada pelayanan oksigen ini. Kalau andaikata nggak ada pelayanan ini, kami akan kesulitan sekali, bukan cuma untuk mencari oksigen tapi juga untuk membeli oksigen untuk keluarga menghirup oksigen.” Tetapi dengan adanya pelayanan kita ini, mereka bisa datang kapanpun untuk mengisi oksigen itu ketika tabung oksigen mereka selesai. Saudara tahu satu kubik itu bisa berapa kali isi dalam berapa hari? Ada yang satu, ada yang sampai tiga kali. Kalau satu tabung itu harganya berapa? Tujuh puluh ribu, kali tiga, satu hari dua ratus sepuluh ribu. Selama seminggu habis berapa? Dikali tujuh. Belum biaya-biaya yang lain, belum pengobatan yang lain. Jadi ada orang-orang tertentu yang berkata kami bersyukur sekali ada pelayanan ini sehingga kami bisa mengisi oksigen di sini itu membantu sekali keluarga kami.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, waktu saya mendengar hal itu, saya sadar satu hal, ternyata oksigen yang kita terima setiap waktu itu kita seringkali anggap enteng, kita tidak lihat sebagai satu karunia yang Tuhan berikan untuk kehidupan kita, kita tidak menghargai itu. Sampai kapan? Sampai kita sakit, baru sadar kalau ternyata oksigen itu mahal ya, hidup itu mahal ya, mau beli pun seumur hidup mungkin kita nggak punya kemampuan untuk bisa beli. Hal yang paling mahal dalam dunia ini itu Tuhan beri secara gratis. Dan hal yang paling mahal selain oksigen itu apa? Selain dari oksigen itu adalah hidup yang kekal. Itu adalah sesuatu yang nggak mungkin Tuhan bisa beli. Dan kalaupun kita mau beli, Tuhan berkata tuntutannya adalah totalitas hidupmu bagi diri Dia. Kita bisa nggak? Nggak boleh tawar menawar, seluruh hidup kita, kita harus berikan kepada diri Dia sebagai tuan kita, Tuhan atau raja kita, di mana kita tidak lagi memiliki keinginan untuk diri kita sendiri karena semuanya menjadi milik Tuhan, dan seluruh hidup kita harus ada dalam ketaatan dan kesucian seperti halnya Tuhan yang suci dan kudus itu. Bisa tidak? Jawabannya pasti nggak bisa sebagai orang yang berdosa. Makanya Tuhan berikan itu secara cuma-cuma kepada diri kita, secara gratis kepada diri kita.

Tetapi Simon melihat itu sebagai satu kesempatan untuk membelinya dengan uangnya. Makanya Paulus berkata dia adalah orang yang jahat secara hati, nanti kita akan lihat ke arah situ ya. Tetapi di sini saya mau katakan apa yang dilakukan oleh Simon itu kemudian di dalam sejarah gereja dijuluki dengan nama Simoni. Simoni itu adalah orang yang berusaha membeli otoritas atau nama, kedudukan dengan uang di dalam gereja. Itu namanya Simoni. Zaman dulu banyak sekali kasus-kasus seperti ini di dalam gereja mula-mula dan juga di dalam gereja Roma Katolik itu. Tetapi di zaman kita apa? Mungkin nggak terlalu terlihat secara jelas tetapi saya mau ajak kita lihat juga seperti ini, Simoni itu berarti saya melihat berkat itu dari uang, otoritas itu dari uang.

Aplikasinya apa ya? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat salah satu aplikasi yang sangat penting sekali berkenaan dengan ini dan mungkin tanpa sadar kita juga jalankan adalah ada orang-orang Kristen tertentu di dalam gereja dia hanya maunya memberi persembahan dalam bentuk wujud barang, nggak dalam bentuk uang. Kenapa? Kalau uang, saya nggak tahu gereja kelolanya seperti apa. Kalau uang, saya nggak tahu uang saya digunakan secara bertanggung jawab atau tidak. Kalau uang, saya tidak punya nama di dalam gereja itu. Tapi kalau saya berikan barang atau saya berikan persembahan, ketika saya diminta untuk memberikan persembahan apakah itu uang atau barang, baru saya keluarkan uang saya. Saudara tahu ini sikap yang menyatakan bahwa saya memberi karena saya penting, saya dibutuhkan. Saya memberi karena supaya saya diakui di dalam pelayanan gereja. Saudara tanpa sadar mungkin sudah hidup seperti Simoni ini yang membeli otoritas dengan menggunakan uangmu padahal uang itu adalah pemberian Tuhan di dalam hidupmu. Padahal uang itu seratus persen adalah bukan karena kerja kerasmu, tetapi karena anugerah dari Tuhan. Ini Amsal bicara secara jelas berkenaan dengan prinsip ini.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya kita harus mengerti dan belajar merendahkan diri, kita jangan jatuh kepada dosa Simon yang berpikir dia bisa menguasai gereja, dia bisa menguasai orang-orang Kristen, dia bisa mendapatkan nama ditengah-tengah umat Tuhan. Nggak bisa, Tuhan tidak akan izinkan itu. Makanya ketika Petrus mendengar kalimat itu, maka Petrus kemudian menegur Simon dengan sangat keras sekali di dalam ayat yang ke-20, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.” Ini definisi Simoni yang tadi saya katakan. Kalau JB Philips itu mengartikan bagian ini adalah pergilah ke neraka dengan uangmu itu, maksudnya begitu. Dan Saudara, kata-kata ini diucapkan di mana? Di hadapan umum. Binasalah engkau dengan uangmu itu. Kenapa di hadapan umum? Karena Simon berbicara memberi kuasa di hadapan umum.

Saya seringkali mendapatkan tanggapan orang yang berkata seperti ini, “Seharusnya yang bijaksana itu bicara kepada orang empat mata berkenaan dengan kesalahan orang itu. Jangan diumumkan.” Tapi saya tetap berpegang pada prinsip Pak Tong yang juga saya percaya berpegang pada prinsip dari Kitab Suci dan terutama bagian ini juga, kalau orang itu bersalah di hadapan umum, dia harus ditegur di hadapan umum. Karena kalau kita tidak bicara di hadapan umum berkenaan dengan kesalahan orang itu, maka orang lain berpikir dia benar. Dan akibatnya adalah dia akan mempengaruhi berapa banyak orang yang mendengar kata-kata dia dan juga yang meneruskan kata-kata dia kepada orang-orang lain. Makanya orang itu harus juga ditegur di hadapan umum, bukan dalam pengertian untuk menghakimi dia, tetapi kasih kepada dia untuk dia mau bertobat dari dosanya. Itu kita bisa lihat dari perkataan yang Petrus katakan kepada Simon di ayat yang ke-22, “Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mendapatkan teguran di hadapan umum, enak nggak? Nggak enak. Saya yakin nggak enak sekali, karena apa? Seringkali kita lebih suka menjaga muka kita dari pada merendahkan diri kita untuk bertobat dan berubah. Tetapi saya percaya ciri dari anak Tuhan itu adalah kerendahan hati. Kalau tahu ada kesalahan, kita akan berusaha untuk menggantinya dan memperbaiki itu sesuai dengan apa? Bukan apa yang kita lihat baik, tapi apa yang Alkitab anggap atau pandang atau ajarkan sebagai suatu kebenaran. Kenapa saya bicara seperti ini ya? Karena banyak kasus saya bertemu dengan orang-orang yang selalu menjadikan diri dia sudut pandang nilai benar dan salah. Ketika bicara sesuatu, “Pokoknya saya ngomong A, maka A yang benar. Orang lain mau pikir apa, saya tidak peduli.”

Baru kemarin di dalam WA juga ada orang yang bicara seperti itu kepada saya. Semua orang punya sudut pandangnya sendiri, cara penilaian sendiri, jadi kalau dia tidak setuju dengan saya, nggak masalah. Kalau dia mundur, bahkan left dari grup, nggak masalah. Karena apa? Saya punya pandangan sendiri, dia punya pandangan sendiri, kalau nggak setuju ya silahkan left dari grup. Itu baru semalam terjadi. Tapi Alkitab bilang apa? Alkitab bilang soalnya kayak di dalam surat Korintus ya, Korintus bilang walaupun aku benar, Paulus berkata, soal makanan penyembahan berhala itu, walaupun aku benar, semua orang boleh makan penyembahan berhala karena kalau kita mengucap syukur atasnya maka kita tidak berdosa. Paulus bilang, tetapi kalau ada saudaraku yang berkata itu dosa, aku tidak akan lagi makan itu seumur hidupku. Jadi bukan berdasarkan penilaian kita semata, tetapi berdasarkan penilaian pribadi orang lain yang setara dengan diri kita kepada apa yang kita katakan itu juga menjadi unsur yang penting untuk kita menilai diri kita, perkataan kita, pandangan kita, itu namanya bijaksana. Kalau nggak, kita mau menang sendiri namanya.

Di sini Petrus berkata kepada Simon ini, “Kkamu harus bertobat dari kejahatanmu. Kamu jangan cuma nilai dari dirimu itu yang adalah benar apa yang kamu lakukan, kamu jangan menjaga mukamu.” Saudara tahu, dosa yang paling berbahaya itu adalah kesombongan diri, menjaga muka. Adam sombong ingin menjadi Tuhan makanya dia kemudian diusir keluar dari Taman Eden. Haman sombong mengakibatkan hampir mencelakakan satu bangsa Israel di dalam pembuangan. Ananias, Safira mau mendapatkan nama akhirnya dia mencelakakan dirinya sendiri. Itu sombong. Tapi anehnya banyak orang yang bisa sombong tanpa modal. Nggak ada yang disombongi, bisa sombong sendiri. Saya juga bingung kaya gitu. Tetapi itu saya percaya bukti dari kita ada di dalam dosa. Sombong itu adalah dosa, tetapi dosa itu bukan sombong ya. Tolong dipahami. Dosa itu adalah pelanggaran terhadap hukum Tuhan, dosa itu adalah memiliki motivasi, arah hidup yang tidak ditujukan kepada Kristus tetapi ditujukan kepada hal-hal lain yang ada di dalam ciptaan dunia ini.

Jadi atas dasar ini, ketika Petrus menegur si Simon, tujuan Petrus itu bukan untuk menghina Simon di hadapan umum walaupun dia bicara di hadapan umum, tetapi tujuannya adalah supaya Simon sadar akan dosanya dan orang-orang juga belajar dari pada kesalahan Simon dan tidak mengulangi kesalahan Simon dan bertobat dari dosanya itu. Dan kalau Saudara lihat lagi yang membuat penafsir berkata bahwa dia adalah orang yang belum bertobat adalah di dalam ayat 21, “Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.” Jadi Petrus melihat ke dalam hati. Ini yang membuat kita bisa bicara ketika berhadapan dengan orang, maka kita harus kembali kepada apa yang Tuhan katakan kepada si Samuel ketika memilih pengganti Raja Saul. Samuel melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan berkata, “Aku bukan melihat yang di depan mata, melainkan apa yang ada di dalam hatinya.” Dan itu yang dibawa untuk Petrus melihat, kita melihat siapa sebenarnya Simon ini.

Tapi apakah ini membuktikan kalau penafsir yang mengatakan Simon bukan orang percaya sejati itu benar? Ada yang mengatakan seperti ini, sebenarnya ini adalah suatu teguran untuk Simon itu sadar dan bertobat dan kalau Saudara perhatikan sebenarnya yang menegur dengan begitu keras itu bukan hanya dialami oleh Simon, tetapi juga si penegur itu, Petrus. Saudara pernah dengar Petrus ditegur berapa kali? Pertama adalah pada waktu Petrus berkata, “Sekali-kali hal itu tidak akan terjadi kepada Engkau, Guru.” Yesus berkata, “Enyahlah engkau, iblis dari hadapan-Ku.” Iblis lho Petrus. Yang kedua kali adalah pada waktu Yesus ingin membasuh kaki dari Petrus, Petrus berkata dia langsung berdiri dia berkata, “Jangan sekali-kali lakukan itu!” Yesus berkata apa? “Kalau engkau tidak dibasuh, maka engkau tidak memiliki bagian di dalam Aku.”

Jadi pada waktu itu dikatakan, apakah itu berarti Petrus bukan petobat sejati? Orang percaya sejati? Tidak, kan? Kita tahu dia adalah rasul yang menjadi pemimpin rasul yang lain. Jadi itu yang membuat penafsir pertama berkata saya nggak setuju kalau Simon itu adalah orang yang tidak bertobat. Memang di dalam sejarah gereja, ada yang berkata berkata bahwa ada pernah ditemukan lempengan yang bertuliskan Simoni Santo Deo atau Simon adalah seorang yang berasal dari Tuhan, memiliki kedudukan yang begitu tinggi yang menyatakan merujuk kepada Simon si penyihir ini. Tetapi secara spesifik hal itu bukan sesuatu yang pasti, apakah merujuk kepada si Simon penyihir ini.

Jadi kita nggak tahu secara pasti apakah dia adalah seorang petobat sejati atau tidak, mungkin saja di akhir hidupnya dia bertobat, ada yang bahkan menafsirkan dia menjadi salah satu pemimpin dari pada pengajaran Gnostisisme, tapi kita juga nggak pasti tahu akan hal itu. Yang pasti adalah pada waktu Petrus melihat kepada Simon, dia tahu satu hal, Simon sedang menuju ke arah neraka. Simon sedang di dalam perilakunya dan apa yang dia katakan dan bagaimana dia menghargai karunia dari Roh Kudus itu menunjukkan kalau dia adalah orang yang ada di dalam bahaya, yang ada di pinggir tebing untuk jatuh ke dalam hukuman dari Tuhan Allah. Itu sebabnya Petrus kemudian menegur Simon. Dan kenapa hal ini baru muncul di sini? Karena sebelumnya Simon belum mendapatkan ujian di dalam hidup dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, semua kita akan tampil seperti orang Kristen yang sejati selama kita belum diuji. Pada waktu kita diuji baru ketahuan karakter kita itu mirip siapa. Itu pentingnya ujian, itu pentingnya kita mengalami pencobaan untuk identitas kita dimunculkan. Simon juga seperti itu. Makanya Petrus kemudian memperingatkan dia kamu harus bertobat. Kalau kamu tidak bertobat, kamu akan binasa karena hatimu jahat. Tetapi respon Simon bagaimana ya? Saudara bisa baca ayat 24 kembali, “Jawab Simon: “Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.”” Kalau kita baca bagian ini, rohani nggak Simon? Sadar nggak Simon? Kayaknya sadar ya. Tapi kalau Saudara bandingkan ayat 22, kita tahu mungkin dia belum sadar. Karena apa? Karena di dalam ayat 22 Petrus meminta siapa yang bertobat dan siapa yang berdoa kepada Tuhan minta pengampunan? Simon. Tetapi di dalam ayat 24 Simon minta Petrus yang mendoakan diri dia.

Saudara menjadi orang Kristen sudah berapa tahun? Saudara pernah tidak berdoa minta pertobatan dan pengampunan dosa dari Tuhan? Dan Saudara tahu tidak ini artinya apa? Ini artinya yang namanya pertobatan dan pengampunan dosa itu tidak bisa diwakilkan oleh orang lain. Hamba Tuhan tidak pernah bisa membuat orang bertobat. Bahkan Petrus sendiri di sini nggak bisa buat orang bertobat. Yang bisa Petrus lakukan hanya menasehatkan Simon untuk bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan, dari hati dia. Tetapi Simon justru berkata, “Tolong kamu yang doakan saya, ya. Jangan saya yang berdoa, kamu yang doakan saya untuk pertobatan saya itu.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya apa yang terjadi kepada Simon satu sisi menyatakan dia memang menjurus kepada satu hukuman yang akan terjadi kalau dia tidak mengalami pertobatan. Yang kedua adalah pertobatan itu bukan sesuatu yang bisa diusahakan oleh orang lain atau hamba Tuhan kepada diri seseorang, tetapi kesadaran yang Tuhan karuniakan dalam hati orang itu untuk dia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bertobat dan minta pengampunan dari Tuhan Allah. Tetapi yang ketiga adalah sekelam-kelamnya hati seseorang, sepahit-pahitnya hati seseorang seperti empedu, sejahat-jahatnya seseorang, kalau dia bertobat dia pasti diterima oleh Kristus.

Saudara jangan pernah terbujuk rayu iblis yang berkata tidak ada lagi kesempatan bagi saya untuk bertobat, tidak ada lagi pengampunan bagi diri saya karena saya adalah orang yang terlalu berdosa dan terlalu jahat, saya sudah mengerti anugerah tetapi saya terlalu banyak buang anugerah Tuhan dalam hidup saya. Kalau Saudara berpikir seperti itu, Saudara termakan hasutan iblis, Saudara tidak memiliki kebenaran. Tetapi Alkitab berkata, “Setiap orang yang datang kepada-Ku,” Yesus berkata, “Aku tidak akan tolak.” Setiap orang yang bertobat dari dosanya, mengakuinya di hadapan Tuhan, pasti Tuhan akan ampuni dan Tuhan akan menerima dia sebagai anak-Nya kalau dia datang dengan kerendahan hati kepada Kristus. Tapi tolong jangan salah paham ya. Saya bukan mengajarkan Arminianisme di sini. Tetapi saya berkata, orang yang sudah digerakkan oleh Tuhan hatinya, dia pasti sadar akan dosanya dan dia pasti memiliki keinginan untuk bertobat dari dosanya dan hidup di dalam pengudusan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita melalui firman Tuhan pada pagi hari ini ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kami bersyukur, Bapa untuk kebenaran firman yang boleh Engkau nyatakan bagi kami kembali pagi hari ini. Pelajaran dari seorang yang bernama Simon si penyihir ini kiranya boleh menjadi suatu pengajaran yang kami juga ikuti dan hidupi dalam kehidupan kami, jadi suatu peringatan bagi diri kami untuk kami tidak jatuh ke dalamnya. Kami mohon belas kasih-Mu ya Tuhan, kiranya kami boleh menjadi orang-orang yang senantiasa diberikan kerendahan hati untuk menguji iman kami dan kehidupan, kehendak, motivasi kami di hadapan Tuhan. Kami bukan menjadi seorang yang berpikir kami benar, berpikir berada di dalam jalan yang lurus yang sesuai dengan kehendak Tuhan padahal kami ada di dalam jalan yang lebar yang menuju kepada hukuman kekal. Tolong kami setiap anak-anak-Mu Ya Tuhan, berikan belas kasih-Mu. Dalam Nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)