Ef. 4:30
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, kita hari ini sampai satu ayat yang saya percaya ini adalah ayat yang kita suka dengar, bahwa orang Kristen tidak boleh mendukakan Roh Kudus atau jangan mendukakan Roh Kudus dalam kehidupan kita yang telah memateraikan kita menjelang hari penyelamatan. Pada waktu kita baca ayat ke-30 ini, diantara para penulis commentary sendiri ada suatu perdebatan yang muncul. Sebenarnya ini adalah suatu yang mungkin tidak perlu diperdebatkan. Perdebatannya apa? Mereka berkata ayat 30 ini sebenarnya sebagai puncak dari pada ayat-ayat yang sebelumnya dibahas oleh Paulus, atau ayat 30 ini adalah sebagai introduksi dari ayat 31 sampai 32. Kalau kita lihat dari ayat yang ke-25 dan seterusnya, di situ dikatakan sebagai orang Kristen kita tidak boleh berdusta, kita tidak boleh marah dengan mengumbar amarah kita dan kita memiliki amarah yang terkontrol, lalu kita adalah orang yang tidak boleh mencuri, kita harus berkata yang baik, tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang kotor, alasan atau sebabnya karena apa? Ada commentary yang berkata sebabnya adalah karena kalau kita melakukan semua tindakan itu maka itu akan membawa kedukaan bagi Roh Kudus Allah yang ada di dalam diri kita. Tetapi dalam kesempatan lain ada commentary yang berkata apa yang dikatakan di dalam ayat 30 sebenarnya tidak perlu dimengerti sebagai puncak dari ayat 25-29, tetapi juga bisa dimengerti sebagai sesuatu yang berkaitan dengan 31-32, yaitu apa? Ketika kita hidup di dalam kecemaran, kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan segala sesuatunya maka itu berarti kita mendukakan Roh Kudus. Lalu yang benar yang mana? Saya percaya dua-duanya benar. Pada waktu kita berbicara sesuatu yang kotor, pada waktu kita tidak jujur, pada waktu kita marah dengan melampiaskan emosi kita dan bukan untuk kebenaran kita marah, maka sebenarnya kita juga mendukakan Roh Kudus; begitupun juga ketika kita melakukan hal-hal yang berdosa atau berkaitan dengan kejahatan di dalam kehidupan kita itupun akan mendukakan Roh Kudus. Jadi dua-dua ini adalah tindakan yang bisa menyedihkan Roh Kudus Allah yang ada di dalam diri kita. Dan kalau Bapak, Ibu, Saudara ingat mengapa saya di dalam ayat yang ke-17 katakan bahwa ini adalah suatu introduksi dari ayat 31-32 maka itu disebabkan karena kita ingin mempermudah dan merapikan saja di dalam pembahasan kita. Di dalam ayat 17 dan seterusnya itu menjadi introduksi bagi misalnya ayat 25-29, ayat 30 itu adalah introduksi dari ayat 31-32. Tapi sebenarnya adalah baik ayat 17-24 maupun 30 itu bisa dikatakan sebagai introduksi bagi ayat-ayat yang kita bahas sebagai suatu aplikasi dalam kehidupan orang Kristen atau puncak dari kehidupan Kristen kita. Karena itu untuk kita bisa mengerti pengajaran firman dengan lebih lebih baik, dengan teratur, maka kita mengurutkan hal seperti ini, yaitu ayat 30 sebagai introduksi dari ayat 31-32. Saya bahas ini supaya mungkin kalau ada dari kita yang bingung ketika membaca kok ada sepertinya suatu perbedaan, kita paham mengapa terjadi perbedaan itu. Sebenarnya bukan suatu kesalahan tetapi ini adalah bicara mengenai kelimpahan dari firman Tuhan juga.
Paulus bilang di bagian ini kenapa kita tidak boleh berbohong, kenapa kita tidak boleh mencuri, kenapa kita tidak boleh berkata kotor, kenapa kita harus berbicara sesuatu yang jujur. Saya percaya jawaban yang diajarkan oleh Kitab Suci di sini adalah sesuatu yang luar biasa sekali, yang berbeda dari pengajaran-pengajaran moral yang diajarkan di dalam dunia ini. Mungkin kalau kita mendapatkan suatu pengajaran di dalam sekolah mengenai pendidikan budi pekerti, kita diajarkan kenapa kita tidak boleh berbohong? Alasannya karena bohong mungkin adalah sesuatu yang tidak baik, merugikan orang lain, merugika diri kita sendiri. Kenapa kita harus berbicara sesuatu yang baik, tidak boleh berbicara kotor? Karena bicara baik itu adalah sesuatu yang baik dan ini adalah sesuatu pengajaran moral. Pada waktu kita melihat kepada agama mungkin, kenapa kita harus melakukan perintah-perintah Tuhan yang baik itu? Mungkin di dalam pemikiran dan pengajaran itu juga karena perbuatan-perbuatan itu akan membuat kita diperkenan oleh Tuhan, dan kalau kita tidak melakukan kebaikan-kebaikan itu maka Tuhan akan menghukum kita di dalam penghukuman yang kekal. Tetapi pada waktu kita kembali kepada Kitab Suci, maka ada sesuatu yang menarik yang Alkitab ajarkan bagi kita, kenapa kita tidak boleh berbohong, kenapa kita harus berkata jujur, kenapa kita tidak boleh melampiaskan kemarahan emosi kita, kenapa kita tidak boleh mencuri, Alkitab berkata, karena ketika kita lakukan itu semua maka ada satu Pribadi di dalam diri kita yang akan berdukacita akibat tindakan yang kita lakukan tersebut. Alkitab berkata pada waktu kita menjadi orang Kristen maka Allah memberikan suatu jaminan dalam kehidupan kita yang bersifat kekal, yang menjamin perjalanan hidup kita dari awal hidup kita sebagai orang Kristen sampai pada kematian kita. Dan ini dikatakan di dalam Efesus 1:14, yaitu jaminan itu adalah Roh Kudus sendiri. Tapi pada waktu kita melihat pada Efesus 1:14, ketika Allah memberikan kepada kita jaminan Roh Kudus itu sendiri mungkin kita bisa bertanya, siapa Roh Kudus itu? Apakah Dia suatu kuasa? Apakah Dia adalah sesuatu materai, suatu cap, sesuatu yang bersifat prinsip yang Allah katakan, “ketika engkau percaya kepada Aku, engkau tidak akan binasa karena Aku berjanji kepada engkau kalau engkau percaya kepada Kristus engkau akan hidup kekal bersama-sama dengan Aku di Sorga,” apakah itu adalah suatu prinsip, suatu janji, pengajaran yang Tuhan ajarkan?
Pada waktu kita melihat pasal 1 ayat yang ke-14 mungkin kalau kita tidak memiliki dasar atau latar belakang doktrin Allah Tritunggal, kita bisa berkata kalau ayat 14 itu berbicara mengenai suatu prinsip, pengajaran, kesetiaan Tuhan terhadap janjiNya kepada diri kita; atau Roh Kudus itu adalah suatu kuasa yang Tuhan berikan kepada kita, menyertai kehidupan kita. Tapi kalau kita melihat pada ayat 30 maka di sini kita melihat Roh Kudus itu ternyata bukan kuasa, Roh Kudus itu bukan sebagai suatu prinsip. Roh Kudus itu bukan sekedar suatu materai atau cap seperti ketika kita memiliki seekor sapi untuk menandai dia adalah milik kita maka kita memanaskan sebuah besi, bara, dan lalu kita stempel pantat dari sapi itu yang menandakan kalau ini adalah milik saya. Tetapi di dalam ayat 30 ini Paulus berkata Roh Kudus itu adalah Pribadi, Pribadi dari Allah sendiri, Allah Tritunggal. Tahu dari mana? Paulus berkata karena Roh Kudus itu bisa berdukacita. Kalau Dia bisa berdukacita itu berarti Dia bisa disedihkan, berarti Dia bisa mengalami suatu kekecewaan dalam hidup Dia, berarti Dia bisa menangis mungkin, merasa sedih dalam kehidupan Dia, dan kita bisa perbuat itu terhadap Roh Kudus. Saya pikir ini adalah sesuatu misteri yang Tuhan secara luar biasa sekali nyatakan bagi diri kita. Di dalam pengajaran Reformed kita seringkali diajarkan Allah itu siapa? Allah itu adalah suatu Pribadi yang independen, suatu Pribadi yang ada pada diriNya sendiri, suatu Pribadi yang tidak tergantung oleh apapun juga dalam dunia ini, begitu juga terhadap diri manusia. Alkitab mengajarkan Allah kita itu bukan monotheisme dalam pengertian satu tunggal, yang membuat ketika Dia mau menyatakan diriNya yang adalah rahmat, yang baik, yang mengasihi, maka dibutuhkan manusia yang dicipta untuk bisa menyatakan kalau Dia adalah Allah yang mengasihi manusia. Allah kita itu adalah Allah Tritunggal yang dikatakan bahwa Dia sendiri adalah Allah yang saling mengasihi Pribadi satu dengan Pribadi yang lain. Sehingga pada waktu kita berbicara mengenai manusia, manusia boleh ada boleh tidak, tetapi Allah tetap adalah Allah yang kasih. Dia tidak butuh manusia, bahkan Alkitab katakan segala sesuatu di dalam dunia ada dan dipelihara oleh Dia, tanpa dunia ini Dia adalah Allah bukan? Dia tetap Allah. Tanpa manusia Dia tetap Allah bukan? Dia tetap Allah. Tanpa manusia Dia tetap Allah yang kasih bukan? Dia tetap Allah yang kasih. Tanpa manusia Dia adalah aktif nggak? Dia tetap adalah aktif.
Alkitab berkata Dia adalah Allah yang ada pada diriNya sendiri, tetapi pada waktu bicara mengenai Allah yang ada pada diriNya sendiri, Alkitab juga mengajarkan Dia adalah Allah yang tahu segala sesuatu, Dia adalah Allah yang kekal, Allah yang kekal berarti Dia ada di atas waktu, kalau Dia ada di atas waktu berarti Dia tidak dikuasai, diikat, atau dikekang oleh waktu. Itu berarti apa? Berarti Allah beda dari diri kita. Allah adalah Allah yang tidak berproses, kalau kita berproses, detik ini dan detik berikutnya dalam hidup saya itu berbeda, tidak mungkin saya kembali lagi mundur, apa yang kita lakukan dalam waktu ini dengan satu jam berikutnya itu adalah sesuatu yang berbeda, dan kita tidak tahu satu jam berikutnya, dua jam berikutnya itu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi ketika Alkitab berkata Allah itu adalah Allah yang kekal, maka Alkitab berkata Allah itu adalah Allah yang tidak pernah diproses oleh waktu, tidak pernah dituntut oleh waktu tetapi Dia justru ada di luar waktu dan ketika Dia melihat ke dalam waktu Dia melihat segala sesuatu itu sudah di dalam bentuk yang sempurna, yang jadi, tetapi juga bisa bekerja di dalam ruang. Ini luar biasa sekali. Misalnya ambil contoh seperti ini ya, kalau kita merajut suatu rajutan gambar, kita yang jalani hidup kita di dunia ini melihat rajutan itu bukan dari perspektif depan tapi dari belakang. Kita nggak tahu bentuk yang kita rajut itu seperti apa, semuanya seperti benang yang saling silang satu dengan yang lain, tidak beraturan sama sekali, mungkin ada sedikit bayang-bayang tetapi apa yang digambarkan atau dirajut itu tidak terlalu jelas. Tapi bagi Allah adalah Dia melihat dari muka, Dia tahu secara persis rajutan itu bagaimana, satu gambar bungakah, atau orangkah, rumahkah, Dia lihat secara jelas sekali. Itu bicara Allah yang ada di luar waktu yang melihat ke dalam waktu, Dia melihat segala sesuatu secara sempurna, semuanya berjalan sesuai dengan apa yang Dia rencanakan, tapi Dia juga bisa memimpin satu persatu perjalanan hidup manusia dan ciptaanNya untuk menggenapi apa yang menjadi tujuan dan rencana Dia, ini adalah Allah kita. Kalau Dia adalah Allah yang seperti ini, Dia mengatur segala sesuatu, Dia tahu segala sesuatu sebelum hal itu terjadi, dalam Alkitab ada berkata “kalau kamu berdoa jangan bertele-tele karena sebelum kamu berbicara Allah sudah tahu apa yang engkau akan katakan,” Dia tahu nggak kalau kita akan mengambil keputusan melawan Allah? Dia tahu nggak kalau kita aka mengambil suatu keputusan menyenangkan Dia? Dia tahu nggak kalau kita akan melakukan sesuatu yang membuat Dia disakiti? Dia tahu nggak kalau kita akan melakukan sesuatu yang mungkin merugikan anak Tuhan yang lain? Saya pikir Dia tahu semua.
Sekarang, Pribadi yang kayak gini bisa nggak disedihkan? Bisa nggak dikagetkan? Nah di dalam pelajaran teologi ada suatu istilah the impassibility of God, yaitu Allah tidak memiliki perasaan-perasaan seperti manusia yang mungkin kaget dan mungkin hal-hal yang lain itu ya, sedih dan dukacita dan yang lain-lain. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagian ini Alkitab berkata Tuhan atau Roh Kudus sendiri itu bisa berdukacita ketika kita melakukan suatu tindakan yang tidak menyenangkan Dia. Saya percaya ini adalah suatu misteri. Kalau di satu sisi tadi itu dikatakan nggak gampang kita mengagetkan Tuhan atau membuat Tuhan itu dibingungkan atau bersedih dan lain-lain, tetapi Alkitab juga berkata Tuhan kita itu adalah Tuhan yang punya perasaan, Tuhan kita itu juga adalah Tuhan yang bisa berdukacita ketika melihat anak-anakNya hidup di dalam suatu kehidupan yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Dia. Nah Saudara, pada waktu kita berbicara mengenai “dukacita” ini, itu berarti ada 2 hal yang harus kita pertimbangkan. Pertama adalah yang bisa mendukakan Roh Kudus itu hanya anak Tuhan. Orang yang bukan anak Tuhan mungkin dia bisa menolak Tuhan, dia bisa menolak pekerjaan Roh Kudus dalam diri dia, tapi dia tidak bisa mendukakan Roh Kudus. Tetapi ketika anak Tuhan melakukan sesuatu, dikatakan oleh Kitab Suci, dia bisa mendukakan Roh Kudus. Ini artinya apa? Artinya kedua adalah di dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan dengan Roh Kudus itu ada suatu relasi yang terbangun diantara hubungan kita tersebut. Kita bukan hanya berbicara mengenai Dia Pencipta dan saya adalah ciptaan, relasi kita bukan seperti ini tapi relasi kita adalah antara Dia adalah Bapa kita dan kita adalah anakNya, itu adalah relasi anak-anak Tuhan dengan Allah yang telah ditebus oleh Yesus Kristus, yang diberikan Roh Kudus di dalam diri kita. Relasi kita bukan antara “apa yang harus saya lakukan dalam kehidupan saya untuk bisa diterima oleh Tuhan dan kalau saya tidak bisa lakukan apa yang menjadi hukum Tuhan maka saya tidak diperkenan oleh Tuhan dan akan dihukum oleh Tuhan,” ini bukan iman Kristen.
Iman Kristen itu adalah suatu kehidupan yang dimulai karena Allah terlebih dahulu memulai hubungan itu dengan diri kita, baru dari situ kita bisa meresponi apa yang menjadi tindakan Allah di dalam memulai hubungan itu. Saya ambil contoh seperti ini ya, di dalam agama yang diajarkan itu adalah kita melakukan hal-hal yang diperintahkan untuk bisa diperkenan oleh Tuhan. Siapa yang bertanggung jawab untuk diri dia diterima oleh Tuhan atau ditolak oleh Tuhan? Diri dia sendiri, orang itu dan kelakuannya atau perbuatannya yang membuat diri dia diterima atau diperkenan oleh Tuhan. Tapi Saudara, pada waktu kita berbicara mengenai iman Kristen, Alkitab bilang ada kesamaan dengan agama, samanya apa? Perbuatan kita yang membuat kita tidak diperkenan oleh Tuhan, tetapi perbedaannya adalah tidak ada satupun perbuatan yang kita lakukan bisa membuat diri kita diperkenan oleh Tuhan. Kalau begitu bagaimana caranya kita bisa diperkenan oleh Tuhan? Caranya adalah kalau kita sudah mendapatkan kasih karunia Tuhan terlebih dahulu, caranya adalah kalau kita sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus terlebih dahulu, caranya kalau Tuhan mengaruniakan iman kepada diri kita sehingga kita bisa datang kepada Kristus terlebih dahulu. Setelah itu kita baru bisa datang kepada Kristus, kita bisa melakukan tindakan yang berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan kita. Jadi ada perbedaan walaupun kelihatannya mirip. Kalau dilihat dari permukaan kita bisa berkata orang Kristen nggak ada beda dengan orang lain, orang Kristen menuntut kehidupan yang taat kepada perintah Tuhan, agama lain juga menuntut supaya taat kepada Tuhan; orang-orang yang mengajarkan mengenai etika moral juga menuntut suatu kehidupan yang taat kepada Tuhan. Tetapi kalau kita masuk ke dalam lagi, kita akan menemukan suatu perbedaan. Ketika mereka lakukan tindakan kebaikan, tindakan kebaikan itu walaupun sepertinya dilakukan juga oleh orang Kristen tetapi tetap ada perbedaan besar, yaitu apa? Bukan di dalam pemelukan agama tertentu atau kepercayaan tertentu, tetapi kepada siapa dia lakukan kebaikan itu atau peruntukan kebaikan yang dia lakukan tersebut? Alkitab berkata kita lakukan kebaikan tujuannya adalah untuk mempermuliakan Tuhan, kita melakukan kebaikan tujuannya karena Tuhan telah lakukan kebaikan itu terlebih dahulu dalam kehidupan kita. Makanya implikasinya dalam bagian ini adalah pada waktu Tuhan sudah lakukan terlebih dahulu bagi kita, memberikan kasihNya bagi kita, mungkin tidak kita bisa tetap mendukakan Dia, RohNya yang kudus yang ada di dalam diri kita? Itu tidak mungkin.
Jadi pada waktu Paulus berkata “perbuatanmu bisa mendukakan Roh Kudus,” kita jangan cuma berpikir bahwa ini adalah suatu perbuatan yang nggak ada hubungannya sama Tuhan, antara saya dengan Tuhan, karena saya seperti semua agama yang lain punya pengajaran itu sama tergantung perbuatan kita itu seperti apa. Kekristenan itu beda sekali. Bedanya adalah pada waktu kita melakukan suatu perbuatan yang berdosa jangan lihat lagi dosa yang saya lakukan itu adalah akibat saya melanggar hukum Tuhan. Saudara kalau melihat tataran perbuatan berdosa Saudara hanya sebagai suatu batasan Saudara melanggar hukum Tuhan, Saudara punya level Kekristenan mungkin mirip dengan agama. Tetapi Alkitab di sini mengajarkan pada waktu kita melakukan suatu perbuatan dosa level kita harus lebih tinggi, yaitu saat itu saya mendukakan Roh Kudus, saat itu saya membuat Allah menahan cinta kasihNya bagi kehidupan saya, saat itu saya telah melanggar kasih Tuhan dalam kehidupan saya. Mungkin agak sulit dipahami ya. Saya ambil contoh kayak gini, Bapak-Ibu yang sudah punya anak, ketika Bapak-Ibu punya anak lakukan kesalahan dengan anak tetangga lakukan kesalahan, gimana rasanya? Pasti beda kan, ada perasaan kesedihan, dukacita, kemarahan, campur aduk dalam kehidupan kita tetapi ada rasa kasih untuk mempertahankan relasi itu; tapi kalau anak tetangga kita nggak terlalu peduli. Lalu yang bagi anak-anak, ketika kita melakukan suatu hal yang tidak diperkenan oleh orangtua, di dalam kita melakukan perbuatan itu sama tidak dengan kita melakukan suatu perbuatan yang membuat tetangga kita jengkel? Saya pikir juga beda. Bedanya dimana? Kalau tetangga kita tidak peduli amat, tetapi pada orangtua kita bukan hanya ngomong, “saya langgar peraturan orangtua,” mungkin tetangga juga bisa ngomong saya melanggar peraturan mereka, tetapi di dalam relasi antara anak dengan orangtua ada suatu ketakutan dalam diri kita bukan dihukum oleh orangtua tetapi saya sudah mengecewakan orangtua. Ini harusnya ada di dalam diri kita, kehidupan kita sebagai orang Kristen. Pada waktu saya mentaati Tuhan tujuannya untuk apa? Pada waktu saya melakukan suatu tindakan berdosa, apa yang harus kita lihat dari kacamata relasi antara saya dengan Allah dan Allah dengan diri saya? Kalau kita berkata saya melakukan suatu perbuatan dosa berarti saya hanya melakukan sesuatu yang tidak diperkenan oleh Tuhan, saya hanya melanggar peraturan Dia saja, maafkan kalau saya bilang kita kurang memahami apa yang menjadi pengajaran Kristen. Saudara, saat kita berdosa kita sedang merusak relasi kita dengan Allah, Bapa kita. Saat kita berdosa, kita sedang mengecewakan diri Dia, bukan cuma melanggar peraturanNya tetapi Dia bersedih karena ada suatu relasi antara Bapa dengan anak dengan setiap orang-orang yang ada di dalam Kristus. Ini harus menjadi sesuatu yang ada di dalam hati kita, sehingga ketaatan kita bukan suatu ketaatan yang bersifat legalis, ketaatan kita bukan suatu ketaatan yang bersifat list daftar peraturan-peraturan yang harus kita ikuti dalam kehidupan kita, tapi ketaatan kita adalah ketaatan yang di dasarkan dalam cinta kasih yang tidak mau mengecewakan Pribadi Allah dan Pribadi Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Itu harusnya menjadi dasar dari pada kehidupan Kristen. Karena ada suatu relasi personal yang bersifat sangat personal sekali, yang Tuhan tumbuhkan dan bangun antara diri Dia dengan diri kita. Dia adalah Pribadi, Dia bukan kuasa, Dia bukan sekedar prinsip atau janji, tetapi Dia adalah Pribadi Ketiga sendiri yang diberikan untuk tinggal di dalam diri kita.
Saudara, saya akan lanjutkan. Tadi bicara Dia adalah Pribadi yang bisa kita dukakan, lalu pertanyaan berikutnya yang perlu kita tanyakan adalah apa yang bisa membuat Allah Roh Kudus berdukacita? Tindakan-tindakan apa yang membuat Dia merasa disedihkan? Saya pikir jawaban yang paling gamblang sekali adalah perbuatan berdosa. Setiap perbuatan berdosa yang kita lakukan dalam kehidupan kita itu pasti akan membawa dukacita dalam Pribadi Allah Roh Kudus tersebut. Tapi kalau kita lebih lanjut lagi, perbuatan berdosa seperti apa yang kita lakukan yang bisa mendukakan Allah Roh Kudus? Saya pikir di dalam Galatia pasal yang ke-5, selain dari pada Efesus pasal 4 dari ayat 24-29 dan 30-32, yang menyatakan bahwa perbuatan itu bisa mendukakan Roh Kudus, di dalam Galatia 5 juga dikatakan ada hal-hal yang bisa mendukakan Allah Roh Kudus yaitu perbuatan yang dilakukan berdasarkan pemuasan terhadap keinginan daging kita. Kita boleh buka ya, Galatia 5:19-21. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, atau saya pakai istilah lain adalah ketika kita hidup memuaskan semua keinginan daging kita yang ditandai dengan kata-kata yang Paulus katakan tindakan cabul, kecemaran, hawa napsu, segala sesuatu termasuk di dalamnya kepentingan diri kita sendiri maka pada waktu kita menekankan itu dan melakukan itu dan fokus pada hal itu saya katakan Roh Kudus berdukacita atas tindakan kita tersebut. Tapi dukacita Roh Kudus kita jangan hanya lihat sebagai suatu perbuatan di luar. Saya lakukan perzinahan, saya menipu orang, mendustai orang, saya melakukan kecemaran-kecemaran, memuaskan apa yang menjadi kepentingan hati saya itu akan mendukakan Roh Kudus.
Tapi Saudara, ada satu hal yang kita perlu juga pikirkan, pada waktu kita tidak melakukan hal yang berdosa, pada waktu kita tidak mengucapkan sesuatu yang kotor, yang jahat, yang menipu, kita bisa mendukakan Roh Kudus tidak? Saya percaya kita bisa sekali mendukakan Roh Kudus. Dari hal apa? Dari apa yang kita pikirkan. Pada waktu kita mengikut Tuhan, Alkitab selalu mengajarkan Tuhan bukan melihat apa yang kamu lakukan di luar. Manusia bisa melihat apa yang manusia lakukan, seseorang dikatakan baik tergantung dari perbuatannya baik atau tidak. Tapi pada waktu Allah melihat kepada diri manusia, walaupun manusia bilang lakukan kebaikan-kebaikan yang dikatakan oleh manusia lain dia adalah baik, tetapi Saudara, mungkin bagi Allah dia tetap tidak baik, dia tetap adalah pribadi yang mendukakan Tuhan, karena apa? Karena walaupun dia menampilkan sesuatu yang baik sebenarnya dia sedang bersikap munafik di dalam kehidupan dia. Dia bisa menampilkan diri baik tapi di dalam hatinya penuh kemarahan, kebencian. Dia mungkin tidak mau dilihat sedang membenci, atau tidak mau diwaspadai orang kalau dia sedang memikirkan atau merencanakan sesuatu yang jahat pada orang lain, tapi dia bisa memikirkan hal-hal yang jahat dalam kehidupan dia, dan ini mungkin saja dilakukan oleh orang Kristen. Dan itu adalah sikap yang mendukakan Roh Kudus. Jadi Saudara, saya harap kita melihat lebih jauh daripada sekedar perbuatan eksternal kita pada waktu kita melakukan tindakan dan kita berpikir tindakan itu saja yang bisa mendukakan Roh Kudus. Tidak, yang kita pikirkanpun, yang ada di dalam keinginan hati kitapun, kalau itu adalah suatu keinginan yang berdosa, yang jahat di hadapan Tuhan, hati-hati Roh Kudus sedang berdukacita atas kita.
Saya kalau ngomong seperti ini ambil contoh yang lebih sederhana atau lebih aplikatif, bukan tujuannya untuk meremehkan yang wanita ya, tapi mungkin perempuan itu paling mengerti kondisi seperti ini. Saya kadang-kadang ngomong kayak gini, kalau Bapak-Ibu berantem di dalam rumah, berantem hebat sekali, lalu ada suara ketokan di pintu, kalau yang membuka pintu itu suaminya, kira-kira bagaimana sikapnya? Mungkin dengan muka kemarahan, dengan jawaban yang emosional dia menyambut tamu itu. Tapi kalau yang buka ketokan itu isterinya kira-kira gimana? Yang ditampilkan muka kemarahan atau muka senyum? Muka senyum kadang-kadang, jawaban yang manis. Kadang-kadang kita suka bercanda ya, waktu kita berbicara sama pasangan suami-isteri kadang-kadang candanya adalah seperti ini: kamu tahu nggak isteri orang itu sedang marah atau tidak sama suaminya? Kenapa ngomong seperti ini? Karena kalau laki-laki kadang kita tidak bisa menyembunyikan antara yang kita pikirkan, emosi kita itu langsung terpampang di luar. Tapi perempuan paling baik, paling hebat di dalam menyembunyikan emosi. Begitu nggak? Saudara, kita nggak bisa seperti ini ya. Maksud saya, menampilkan sesuatu yang baik di hadapan orang supaya orang lain nggak ngeliat itu juga baik kok. Bukan seperti itu. Maksudnya kalau kita di hadapan Allah nggak boleh seperti itu. Kalau Saudara menampilkan diri sebagai orang yang baik, tetapi Saudara memiliki pikiran yang jahat, Tuhan tetap melihat Saudara jahat. Kalau Saudara lakukan suatu pertolongan kepada orang lain, sedekah dan segala sesuatu yang membuat orang merasa diri Saudara adalah orang yang terhormat yang suka membantu orang lain, tapi ketika Saudara melakukan itu semua dengan Saudara merasa bangga dan merasa diri Saudara adalah orang yang saleh, orang yang diperkenan oleh Tuhan oleh perbuatan diri Saudara, dan Saudara merasa layak di hadapan Tuhan, mungkin Tuhan akan berkata Saudara nggak layak. Dan itu adalah sesuatu tindakan kalau dilakukan oleh orang Kristen bisa membawa dukacita terhadap Roh Kudus, atau bagi Roh Tuhan yang Tuhan berikan kepada diri kita. Itu yang pertama. Jadi dukakan Roh Kudus bicara mengenai apa? Perbuatan eksternal dan perbuatan internal. Apa yang menjadi buah dari dosa yang kita lakukan atau sesuatu yang ada di dalam hati kita yang belum berbuahkan di dalam suatu perbuatan. Kalau itu adalah sesuatu yang berdosa Tuhan akan tetap melihat bahwa tindakan kita akan menyedihkan Roh Kudus Allah.
Tapi ada hal kedua yang kita juga perlu pikirkan, pada waktu Paulus katakan tindakan kita bisa mendukakan Roh Kudus, maka tindakan seperti apa yang bisa membawa kedukaan bagi Roh Kudus? Saya percaya adalah satu hal yang lebih penting daripada yang sebelumnya dan lebih buruk daripada sebelumnya, yaitu tindakan tidak menyadari kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita. Ini bahaya. Saudara, apa yang membuat seseorang atau orang Kristen itu gagal di dalam menjalani suatu kehidupan yang kudus dalam diri dia? Saya percaya sebab utamanya itu adalah dia lupa kalau ada Roh Kudus di dalam diri dia. Dia tidak ingat ada Allah di dalam diri dia yang senantiasa menyertai hidup dia ke mana pun dia pergi; karena Dia diberikan sebagai satu materai dalam kehidupan kita sehingga ketika Dia sudah diberikan dalam diri kita, dia tidak akan meninggalkan diri kita karena perbuatan-perbuatan yang kita lakukan yang berdosa. Tapi Saudara, hal yang menyakitkan adalah kalau kita biarkan Dia terus menerus melihat kita berbuat dosa tanpa kita mengabaikan keberadaan Dia dalam hidup kita yang melihat kita. Mungkin hal yang bisa memberi kita pengertian ini adalah contoh seperti ini ya, bayangkan kalau Saudara punya teman, Saudara pergi sama-sama teman, atau suami istri pergi ke suatu tempat tertentu untuk kunjungan atau bertemu dengan teman-teman, kayak gitu; tapi setiap kali Saudara pergi ke suatu tempat, Saudara bertemu dengan teman, bicara dengan teman, Saudara diabaikan oleh teman Saudara atau pasangan Saudara. Kalau suami ketemu dengan rekan kerjanya, dia cuma salaman, eh halo apa kabar, omong panjang lebar tertawa-tawa, istrinya di samping nggak pernah diperkenalkan bahwa ini istri saya dan nggak pernah diajak bicara dengan teman kerja itu. Kalau kita yang didampingi atau kita adalah teman baik dari orang itu, katanya teman baik, tapi ketika kita lakukan segala sesuatu bersama dengan dia, dia juga diamkan kita, dia nggak pernah ajak kita bicara, ketika dia melakukan sesuatu yang enak dia juga tidak pernah ajak kita untuk menikmati hal enak yang dia lakukan atau dia alami, kira-kira gimana kita? Kayak kita nggak ada. Mungkin kita akan berpikir lebih baik saya nggak usah ikut orang itu saja, saya di rumah atau saya lakukan pekerjaan saya sendiri yang sesuai dengan apa yang saya sukai. Di mana pun dia pergi, ya pergi aja sendirian. Karena apa? Saya ada di situ, saya nggak ada di situ, nggak ada artinya sama sekali kok bagi orang tersebut.
Saudara, tapi ini yang sering kali kita lakukan terhadap Roh Kudus. Kita nggak suka diabaikan orang, kita tidak suka tidak dipedulikan orang, di mana kita ada kita ingin disambut oleh orang, kita ingin dihargai oleh orang, kita ingin diterima baik oleh orang, kita ingin dihormati oleh orang, tapi ketika Roh Kudus ada bersama dengan diri kita, kita sendiri tidak mengingat ada Dia bersama dengan diri kita; sehingga pada waktu kita lakukan sebuah dosa, perbuatan yang kita lakukan dalam hidup kita, kita tidak pernah melibatkan Dia untuk perbuatan yang kita lakukan. Kita tidak pernah libatkan Dia di dalam rencana-rencana yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Pada waktu kita melakukan dosa, kita juga tidak ingat ada pribadi Roh Kudus itu dalam diri kita. Kira-kira bagaimana rasanya? Saya percaya Dia akan betul-betul kecewa sekali, Dia akan betul-betul sedih sekali, dan berdukacita karena apa yang kita lakukan yang tidak pernah mempedulikan keberadaan Dia yang terus menyertai diri kita ke manapun kita berada. Saudara, saya pikir ini adalah hal yang sangat-sangat buruk sekali kalau kita sampai bertindak seperti ini. Ingat sekali lagi, Roh Kudus adalah Pribadi Allah, Dia ada pada diri kita. Saudara mau tidur, Dia ada di dalam diri Saudara. Saudara mau sekolah, Dia ada dalam diri Saudara. Saudara mau melakukan kebaikan, Dia ada di dalam diri Saudara dan melihat Saudara. Saudara mau melakukan dosa, Dia ada di situ dan melihat diri Saudara. Kalau Saudara punya anak dan lihat anak Saudara lakukan dosa persis di depan Saudara, rasanya gimana? Saya pikir kita akan sangat sedih sekali, sangat marah sekali. Dan itulah perasaan Roh Kudus ketika melihat kita berdosa, melakukan tindakan di mana kita mengabaikan keberadaan diri Dia yang senantiasa menyertai kita dan kita anggap Dia tidak ada sama sekali. Ini yang kedua.
Cara yang ketiga kita mendukakan Roh Kudus itu adalah kalau kita gagal di dalam meresponi apa yang menjadi keinginan Dia dan pimpinan Dia dalam kehidupan kita. Saudara, kalau kita berkata Roh Kudus itu adalah bukan kuasa, tetapi Roh Kudus itu adalah suatu pribadi, pribadi Allah sendiri; berarti Dia selain memiliki emosi, Dia juga memiliki kehendak. Dia memiliki keinginan, dan keinginannya apa? Saya percaya keinginannya yang pertama adalah Dia ingin kita hidup kudus, karena Dia adalah Allah yang kudus. Kalau kita terus menerus hidup di dalam dosa, pasti kita melawan keinginan dari pada Allah Roh Kudus. Tapi pada waktu kita bicara mengenai apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan, maka ada satu hal yang perlu kita perhatikan yaitu kita tidak mungkin bisa melakukan apa yang Allah kehendaki kalau kita tidak pernah tahu apa yang Allah kehendaki. Bener ya? Makanya di dalam Alkitab banyak sekali bagian yang berbicara mengenai Allah menyatakan kebenarannya untuk diajarkan kepada kita dan anak cucu kita. Allah mengajarkan kebenaran bagi kita, mewahyukan kebenaran supaya kita mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Dan ada bagian dalam Kitab Suci yang berkata kalau kita tidak peduli terhadap kebenaran dari pada Allah maka kita itu seperti seekor binatang. Kita buka Mazmur 32:8 dan 9. Keinginan Allah apa? Mengajar, menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh, memberi nasihat supaya mata kita tertuju, mata Tuhan tertuju kepada kita. Tapi jalan binatang bagaimana? Jalan kuda bagaimana? Dia nggak ngerti kehendak Tuhan dan dia harus diarahkan dan dipaksa untuk mengerti. Makanya Saudara, kalau Tuhan ingin kita mengerti kebenaran, maka saya percaya di dalam jiwa orang percaya dia harus punya kerinduan untuk mengerti kebenaran. Tapi kalau dia tidak mengerti kebenaran, apa yang akan terjadi? Saya percaya satu hal, dia tidak mungkin, tidak pernah mungkin hidup berkenan di hadapan Tuhan. Dan Tuhan berkata, dia pasti berperilaku seperti binatang. Siapa orang-orang yang melakukan perzinahan? Siapa orang-orang yang melakukan kebohongan dan berdusta merugikan orang lain? Siapa orang-orang yang membunuh orang lain tanpa ada perasaan belas kasih? Saya percaya karena di dalam diri dia tidak ada kebenaran Tuhan dan perilaku dia seperti apa? Kayak kalau ayam jago ketemu ayam jago yang beda tempat itu pasti berantem. Kayak anjing kalau ketemu anjing betina di jalanan itu pasti kawini kalau musim kawin. Kayak binatang persis. Ini bukan kata-kata saya, tapi ini adalah kata-kata Alkitab yang cukup keras dan kasar untuk kita mengerti, tapi inilah sudut pandang Tuhan terhadap orang yang berdosa yang tidak mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Jadi saya tanya, mengerti kehendak Tuhan penting tidak? Penting ya. Melalui apa kita bisa mengerti kehendak Tuhan? Firman-Nya pasti. Dan untuk bisa mengerti firman Tuhan ini, apakah kita bisa datang kepada Tuhan sendiri dan mengerti firman Tuhan dengan kemampuan kita sendiri? Di dalam Efesus dikatakan, kita perlu berdoa minta Tuhan membukakan mata hati kita untuk bisa melihat kebenaran yang Tuhan wahyukan bagi diri kita. Berarti bukan kemampuan kita, tetapi kemampuan dari Tuhan atau karunia dari Tuhan bagi diri kita. Lalu gimana caranya Tuhan memberikan karunia itu bagi diri kita? Caranya adalah beri Roh Kudus bagi kita, kepada kita. Karena salah satu fungsi atau sifat dan pekerjaan Roh Kudus adalah menyadarkan kita akan dosa dan membawa kita kepada Kristus, tapi juga akan memimpin kita masuk dalam kebenaran. Setiap orang yang punya Roh Kudus, dia pasti akan dipimpin oleh Roh Kudus untuk masuk ke dalam kebenaran dan mengerti kebenaran, mencintai firman Tuhan. Maka di dalam Kolose 3:10 yang sering kali kita baca, dikatakan, kalau kita adalah orang yang sudah dilahirbarukan maka kita akan terus menerus diperbaharui untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Oleh siapa? Oleh Roh Kudus dan bukan oleh diri kita. Tetapi ketika Roh Kudus bekerja terus menerus perbaharui kita, membawa kita masuk dalam kebenaran, saya yakin kita pun akan dibawa untuk ikut, untuk mencintai kebenaran dan mengerti kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran yang lebih dalam. Itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Dan ketika Roh Kudus bersyafaat bagi kita, kita pun akan menjadi orang yang mengutamakan doa dalam kehidupan kita. Jadi ini adalah dua hal yang penting yang Roh Kudus akan kerjakan. Atau tiga hal, mempertobatkan kita, membawa kita masuk ke dalam kebenaran supaya kita dikuduskan, dan menggerakkan kita untuk berdoa. Kita sekarang sudah berkata kalau kita adalah anak Tuhan. Lalu apa yang menjadi pekerjaan Roh Kudus? Saya pikir dua hal yang penting, memimpin kita dalam kebenaran dan mendorong kita untuk berdoa. Saudara, tapi kalau kita mengabaikan itu, kita anggap belajar firman nggak penting, prioritas dalam hidup kita adalah pekerjaan dan studi, kita tidak mau bersekutu dengan orang percaya, kita tidak mau datang dan berdoa dengan bersama-sama dengan orang percaya, kita merasa kita masih bisa jadi orang Kristen yang baik, Alkitab bilang, Paulus bilang, itu berarti kita sebenarnya sedang mendukakan Roh Kudus; bukan orang Kristen yang baik, tapi kita sedang mendukakan Allah kita yang Tuhan berikan tinggal di dalam diri kita.
Saudara, sadari kehadiran Roh Kudus, taati apa yang menjadi kehendak Roh Kudus. Jangan dukakan Roh Kudus dalam hidup kita, karena apa? Kenapa kita tidak boleh mendukakan Roh Kudus? Saya percaya, jawaban yang paling mendasar sekali, yang paling-paling tepat adalah karena Pribadi itu sendiri, Pribadi Roh Kudus itu sendiri. Kenapa kita tidak boleh mendukakan Roh Kudus? Karena ya Roh Kudus itu ada di dalam diri kita. Bingung ya? Ambil contoh kaya gini ya. Kita kan punya keluarga, kadang punya tamu, seringkali datang dan berkunjung ke dalam kehidupan kita. Atau teman baik kita. Atau bahkan mungkin orang yang kita hormati. Orang lain mungkin kita tidak terima dalam rumah, tapi kalau orang satu itu datang saya harus terima dia dia dalam rumah karena saya menghormati orang itu. Tapi pada waktu dia tinggal bersama-sama kita di rumah, kira-kira sikap kita bagaimana terhadap tamu itu ya? Saudara akan jalani semua hal seperti biasa, tidak ada perbedaan antara ada tamu dengan tidak ada tamu? Atau Saudara akan menjalani kehidupan yang agak berbeda di dalam rumah karena ada tamu itu? Kalau Saudara sebelumnya mungkin keluar rumah pakai baju rumah yang berantakan, seperti itu, karena ada tamu, Saudara masih keluar rumah pakai baju berantakan tidak? Mungkin tidak. Kalau biasanya di dalam rumah anak-anak kita suka teriak-teriak, bikin keributan, ketika ada tamu itu, dan dia sedang istirahat, kita akan ngomong sama anak kita untuk diam atau kita biarkan anak kita yang tetap ribut? Saya pikir kita akan membuat anak kita itu suruh diam, dan kenapa? Karena menghormati tamu itu yang ada di dalam rumah kita. Pasti ada perbedaan ini. Itu yang sebabnya saya bilang, kenapa kita harus menghormati Roh Kudus? Hal pertama adalah karena Pribadi itu sendiri yang ada di dalam diri kita. Siapa Pribadi itu? Dia bukan diri kita, Dia adalah tamu kehormatan yang Tuhan berikan untuk tinggal di dalam diri kita. Kalau Dia adalah sungguh-sungguh tamu kehormatan itu, yaitu Pribadi Allah sendiri, masih mungkin tidak kita melakukan sesuatu hal yang sama dengan kehidupan kita yang lama? Saya percaya kita tidak akan lakukan itu. Kita tidak akan lakukan hal-hal yang membuat Dia akan bersedih. Kita tidak akan lakukan hal-hal yang membuat Dia akan marah terhadap perbuatan kita. Karena apa? Karena ada tamu kehormatan di dalam diri kita, dan rumah kita, di dalam hati kita. Dan kita tidak akan biarkan hati kita hidup di dalam suatu keinginan kedagingan yang sembarangan, untuk melampiaskan apa yang menjadi berdosa karena ada tamu kehormatan itu dalam diri kita.
Saudara, ini sangat berkaitan dengan yang tadi saya katakan. Apa yang membuat kita mendukakan Roh Kudus? Sebabnya karena kita mengabaikan Dia. Kalau kita mengabaikan Dia, itu seperti kita tidak menghargai Dia sebagai tamu kehormatan kita. Dan kenapa kita tidak boleh mengabaikan? Karena Dia memang adalah tamu kehormatan. Pribadi yang penuh dengan kemurahan, penuh dengan kebaikan, penuh dengan kebesaran, penuh dengan tindakan-tindakan untuk kebaikan kita yang membawa kita diperkenan oleh Bapa kita di sorga. Mungkin tidak kita boleh abaikan dan kita remehkan? Saya percaya, kalau kita sungguh-sungguh anak Tuhan, kita tidak akan meremehkan Dia, kita akan menghormati keberadaan Dia di dalam hati kita karena keberadaan itu adalah keberadaan yang sangat penting sekali untuk kita miliki. Kenapa? Karena Alkitab berkata, di dalam ayat 14, pasal 1, Dia diberikan sebagai jaminan untuk kita, atau sampai kita memperoleh … ayo buka saja pasal 1 ayat 14, “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Roh Kudus diberikan sebagai jaminan bagian kita sampai kapan? Sampai kapan? Sampai kita bertemu dengan Allah. Sampai kita mati. Sampai kita berdiri di hadapan Allah kita dan Bapa kita di sorga, itu Roh Kudus diberikan. Saudara, mungkin tidak kita tidak menghormati Dia? Mungkin tidak kita berkata: “Kita tidak membutuhkan Dia”? Boleh tidak kita mendukakan Dia? Saya pikir kalau Roh Kudus diberikan demi untuk kebaikan kita yang sungguh-sungguh baik untuk diri kita, kita tidak mungkin akan mendukakan Dia, dan nggak boleh mendukakan Dia.
Pertama, kenapa kita tidak boleh mendukakan Roh Kudus? Karena Pribadi itu sendiri penting. Kedua adalah, yang tadi saya singgung di akhir, karena ketika Pribadi itu diberikan, Pribadi itu diberikan demi untuk kebaikan kita. Saudara, maksudnya apa demi untuk kebaikan kita? Demi untuk kebaikan kita adalah, demi supaya kita bisa pasti mendapatkan hidup kekal bersama dengan Tuhan. Kita seringkali berpikir bahwa pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita yang paling utama adalah memimpin kita dan memberkati kita dalam kehidupan dunia ini. Kalau saya sakit, Tuhan menyertai saya, sembuhkan saya. Kalau Tuhan baik sama saya, pekerjaan saya diberkati oleh Tuhan. Kalau saya punya kesenangan tertentu, kesenangan saya bisa tercapai, itu berarti Tuhan baik sama saya. Saudara, kalau kita berpikir seperti ini, saya yakin Roh Kudus akan didukakan. Karena pekerjaan Roh Kudus bukan cuma memberikan apa yang kita inginkan. Tapi pekerjaan Roh Kudus yang utama dan penting adalah menjamin kita memiliki kehidupan kekal bersama dengan Bapa di Sorga. Itu yang lebih utama. Menjamin kita memiliki karakter seperti Kristus dalam kehidupan kita. Nah kalau untuk kita bisa memiliki karakter seperti Kristus dalam kehidupan kita, apa yang akan Dia bentuk dalam diri kita? Mungkin apa yang kita inginkan tidak diberikan oleh Dia. Mungkin apa yang kita lakukan, yang salah itu, justru akan dihukum oleh Dia dan bukan kita dininabobokan, disayang, diayomi, supaya dibaik-baiki. Tapi kalau Dia adalah menjadi jaminan kita sampai akhir saat kita berdosa, ada kemungkinan besar Dia akan menarik diri dari kita, bukan dalam pengertian Dia meninggalkan diri kita, karena Dia sudah dimateraikan dalam hidup kita, tetapi Dia akan menarik manifestasiNya daripada kehidupan kita. Manifestasi apa? Manifestasi yang menyatakan kalau kita adalah anak Allah, kalau kita adalah anak yang dikasihi oleh Tuhan Allah, kalau kita memiliki jaminan keselamatan di dalam Kristus, kalau kita adalah orang yang diperkenan oleh Tuhan. Itu yang akan dilakukan oleh Roh Kudus. Sehingga pada waktu kita melakukan dosa dalam kehidupan kita, kita akan merasa kita sungguh-sungguh ada di bawah murka Tuhan, kemarahan, neraka dalam kehidupan kita, sesuatu yang sangat tidak menyenangkan, dan kita akan dibiarkan, kedagingan kita akan dibiarkan merajalela atas kehidupan kita. Sampai satu titik, dimana kita sadar, bahwa ini adalah perbuatan berdosa, ini adalah tindakan iblis dalam kehidupan saya, dan saya akan tunduk kepada apa yang menjadi keinginan iblis, yang membuat saya ada di bawah murka Allah, yang membuat saya ada di bawah kemarahan dan hukuman Tuhan Allah, yang akibatnya membuat kita akan sadar dan kembali ingat kepada salib Kristus.
Saya bilang murka itu bukan pengertian murka seperti orang-orang bukan orang percaya yang akan dibuang ke dalam neraka. Karena Roh Kudus ada di dalam diri kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi, saya ngomong murka adalah, Tuhan marah, Tuhan hukum kita, Tuhan akan hajar kita supaya kita kembali kepada jalan yang benar. Itu yang akan dilakukan oleh Roh Kudus. Saudara, di dalam kitab Hosea, saya pernah katakan juga, ada satu kitab yang menarik sekali, bagaimana Tuhan bisa menyuruh seorang nabi Tuhan menikah dengan seorang pelacur. Ini aneh ya? Tetapi ini adalah kebenaran yang Tuhan perintahkan kepada Hosea supaya Hosea menjadi tipologi dari Kristus, atau Allah yang senantiasa mengasihi jemaatNya yang secara setia, walaupun jemaatNya seringkali menyimpang, serong, berzinah, dan melacur dengan memiliki allah-allah lain dalam kehidupan kita. Tapi Dia tetap setia. Bagaimana caranya Tuhan membawa balik jemaat ini? Alkitab mengatakan: Ketika Gomer, yang menggambarkan jemaat Allah, mencari laki-laki lain dan melacurkan dirinya sendiri. Caranya adalah, Tuhan menutup semua jalan yang dipikir Gomer merupakan berkat dari suami dia, selingkuhan dia. Dengan cara menutup semua jalan yang kita kira bersumber dari berkat yang bukan dari Allah, tetapi dari yang kita anggap tuhan, atau berhala dalam kehidupan kita.
Saudara kalau utamakan pekerjaan Saudara lebih penting dari Tuhan, kalau Saudara anak Tuhan, mungkin Tuhan akan hajar pekerjaan Saudara. Kalau Saudara anggap pendidikan Saudara lebih penting daripada Tuhan, kalau Saudara anak Tuhan, Tuhan mungkin akan hajar Saudara punya pendidikan supaya Saudara kembali kepada Tuhan dan utamakan Tuhan. Kalau keluarga lebih penting, Tuhan juga akan hajar keluarga Saudara, bukan dengan perceraian, tapi Saudara akan dihajar supaya Saudara sadar Saudara harus lebih utamakan Tuhan. Kalau Saudara lebih mencintai anak Saudara, mungkin Tuhan akan ambil anak Saudara supaya Saudara ingat masih ada Tuhan dalam kehidupan Saudara. Kalau itu pasangan Saudara, mungkin Tuhan akan izinkan salah satu meninggal juga, supaya Saudara ingat: ada Tuhan dalam kehidupan Saudara. Baik tidak? Baik nggak? Nggak ya? Baik! Baiknya kenapa? Karena kalau kita menolak Dia, tidak ada hidup kekal dalam diri kita. Kalau kita menolak Dia, nggak ada kebahagian dalam kehidupan kita. Yang ada adalah kematian dan kebinasaan. Makanya bisa dikatakan: ketika Allah bekerja, kenapa kita tidak boleh mendukakan Roh Kudus? Karena pada waktu kita mendukakan, sebenarnya kita mengabaikan tindakan Allah untuk kebaikan diri kita. Yaitu apa? Menyadarkan kita kembali dan tetap membawa kita kepada Kristus sehingga kita boleh tetap terus terpelihara sampai kita mendapatkan hidup kekal bersama dengan Kristus. Itu kebaikan Roh Kudus.
Roh Kudus tidak pernah meninggalkan kita, Roh Kudus selalu ada dan akan terus ada pada diri setiap orang percaya. Untuk bisa menghindarkan kita dari dosa, caranya bukan melawan dosa itu sendiri tapi ingat ada tamu istimewa yang hidup di dalam diri kita. Dari situ kita bisa lawan dosa karena kita tahu ada tamu kehormatan itu. Dan apa yang harus kita lakukan untuk bisa hidup sebagai anak Tuhan yang diperkenan oleh Tuhan? Setiap hari kita ingatkan diri kita: Saya anak Tuhan, saya memiliki materai Roh Kudus dalam diri saya, yang boleh menuntun kehidupan saya dan memelihara kehidupan saya sebagai anak Tuhan dalam dunia ini. Ingat keberadaan Dia. Selalu ingat, selalu pikirkan yang terbaik untuk Dia. Saya yakin kita akan menjadi orang yang berkenan oleh Tuhan dan kita akan menjadi orang yang diperkenan oleh Roh Kudus dan tidak mendukakan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Tidak ada cara lain, itu adalah cara yang kita bisa lakukan untuk bisa menyenangkan Tuhan. Mari kita masuk dalam doa.
Bapa kami yang di sorga, kami bersyukur untuk firmanMu, untuk kebenaranMu, untuk Roh Kudus-Mu yang boleh Engkau berikan dalam kehidupan kami sebagai anak-anakMu, sebagai suatu jaminan, materai sampai kita memperoleh semua yang Engkau janjikan bagi kami. Kami juga bersyukur, ya Bapa, dan keberadaan dari Roh Kudus-Mu boleh membawa kami mengerti kebenaranMu dan hidup di dalam kekudusan dan perkenanan Tuhan di dalam kehidupan kami. Tidak ada kata yang bisa kami katakan, ya Bapa, selain mengatakan: Terpujilah NamaMu karena apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kami. Dan kiranya kami boleh hidup dengan suatu kesadaran bahwa ada Roh KudusMu di dalam diri kami, tamu istimewa yang telah Engkau berikan untuk tinggal dalam diri kami, untuk mendampingi kami, menyertai kehidupan kami sampai kami bertemu dengan Engkau kembali ya Bapa. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]