Ef. 3:2-8
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, di dalam kita berbicara mengenai berita injil, apa yang Tuhan kerjakan bagi umat-Nya, Paulus menggunakan suatu istilah yang disebut sebagai satu rahasia, sesuatu yang merupakan misteri. Nah Saudara, apa yang menjadi rahasia yang sepertinya itu adalah sesuatu yang disembunyikan oleh Tuhan Allah bagi manusia? Yang dimaksud dengan misteri itu apa? Misteri itu adalah sesuatu yang ketika manusia ingin mencarinya, ingin menyelidikinya, ingin mengetahuinya maka manusia tidak bisa mengetahui itu dengan kemampuan dia sendiri dan kekuatan dari pada dirinya sendiri. Jadi ketika Allah menyatakan mengenai rahasiaNya kepada manusia itu berarti Allah harus membuka diri-Nya atau Allah harus memberitahukan apa yang menjadi rencana-Nya itu kepada manusia, baru manusia bisa mengerti bahwa inilah rencana Tuhan Allah, inilah jalan bagaimana seseorang itu bisa diselamatkan, apa yang Allah telah lakukan dalam kehidupan kita untuk bisa menyelamatkan kita dari suatu kehidupan yang berdosa termasuk di dalamnya mengenai diri Allah sendiri. Jadi tanpa Allah membuka diri, menyatakan diri-Nya kepada kita, tanpa Allah memberitahukan hikmat-Nya bagi kita nda ada seorang pun yang bisa datang kepada Allah yang sejati dan beribadah kepada Allah yang sejati dalam kehidupannya. Ini adalah maksud misteri.
Itu sebabnya ketika kita membaca pasal yang ke-3 ini, maka Paulus menggunakan dua istilah misteri, pertama adalah misteri Kristus dan kedua adalah misteri saja. Ini adalah dua misteri yang bisa kita bedakan tetapi sangat berkaitan erat sekali. Misteri Kristus itu apa? Misteri Kristus itu adalah sesuatu yang berbicara mengenai karya Allah untuk menyelamat kan manusia yang berdosa melalui Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Di dalam pemikiran orang-orang Yahudi, mereka tahu bahwa mereka adalah umat Allah, mereka tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang harus beribadah kepada Allah yang sejati, mereka tahu mereka adalah orang-orang yang menerima Taurat Tuhan, kebenaran Tuhan dan janji Tuhan Allah dalam kehidupan mereka. Tapi dalam pemikiran orang-orang Yahudi, mereka tidak menyangka bahwa Kristuslah Mesias yang menggenapi rencana Tuhan supaya mereka bisa menjadi orang yang beribadah kepada Allah yang sejati, lalu Kristuslah yang menjadi kunci yang membuat mereka bisa disebut sebagai anak-anak Allah yang mewarisi janji Allah itu. Jadi Saudara, di dalam pemikiran mereka, mereka pikir domba, darah itu bisa membuat mereka dibenarkan dihadapan Tuhan. Ketika mereka datang ke Bait Allah, kepada Kemah Suci untuk beribadah kepada Allah dan mereka membawa binatang untuk dipersembahkan, mereka pikir semua urusan dosa dari pada mereka itu diselesaikan dan mereka anggap inilah sesuatu yang merupakan jalan yang membawa mereka untuk datang kepada Tuhan Allah. Jadi untuk apa Mesias datang seperti yang dijanjikan? Dalam pemikiran mereka, Mesias itu bukan suatu Pribadi yang datang untuk membebaskan mereka dari pada dosa, Mesias itu adalah suatu pribadi yang ketika datang dia pasti akan membebaskan orang-orang Israel dari pada perbudakan di bawah kekuasaan dari pada bangsa lain. Jadi mereka percaya Mesias adalah pemimpin militer, pemimpin yang berkuasa, pemimpin yang akan membuat bangsa Israel itu berjaya, walaupun di dalam Kitab Suci ada dikatakan Mesias ketika datang Dia akan datang untuk menghapus dosa manusia, Mesias ketika datang Dia akan membebaskan Israel bukan dengan pedang, bukan dengan kuda dan kekuatan, itu adalah semua sudah dicatat di dalam Perjanjian Lama namun mereka tidak bisa memahami itu, kenapa? Karena ketika Kristus datang, Dia adalah Allah yang inkarnasi menjadi manusia, untuk menebus dosa manusia, mereka menolak cara Tuhan di dalam menyelamatkan umat Allah sendiri, mereka tidak bisa menerima bahwa Kristuslah Mesias karena Mesias yang ada di dalam Kitab Suci, yang Kitab Suci nyatakan berbeda dengan Mesias yang mereka pikir. Itu sebabnya Saudara, tadi saya katakan atau Paulus katakan di sini, untuk bisa datang kepada Kristus, untuk bisa melihat bahwa Yesuslah Tuhan dan Juruselamat manusia itu nda mungkin bisa dilakukan dari keinginan kita sendiri dan kemampuan kita sendiri, butuh Tuhan yang membukakan kebenaran itu bagi kita, baru kita bisa datang kepada Kristus dan datang untuk memohon keselamatan dari pada Dia, pengampunan dosa dari pada Yesus Kristus. Ini adalah rahasia pertama yang Paulus katakan didalam pasal 3 ini.
Rahasia yang kedua berkaitan dengan apa? Berkaitan dengan ketika Kristus menebus dosa manusia ternyata penebusan yang Kristus lakukan bukan hanya sesuatu yang diperuntukkan khusus bagi umat Israel saja yang merupakan keturunan dari pada Abraham, tetapi penebusan itu adalah sesuatu yang diperuntukan juga bagi orang-orang non-Yahudi, orang-orang yang tidak ada lingkup dari pada janji Tuhan melalui keturunan dari Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi, di dalam pemikiran orang-orang Yahudi, ketika Allah mengutus Mesias-Nya, pengutusan Mesias dan janji itu tidak pernah diperuntukan bagi orang-orang non-Yahudi. Kalau orang-orang non-Yahudi ingin berbagian di dalam janji Allah, dalam ibadah kepada Allah yang sejati maka mereka harus melakukan sesuatu terlebih dahulu kepada diri mereka, yaitu apa? Mereka harus menjadi orang-orang yang disebut sebagai orang proselyte. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika saya misalnya, orang bukan Yahudi, ingin beribadah kepada Allah yang sejati, yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub, maka saya lakukan apa? Saya nggak bisa langsung datang kepada Allah Israel dan beribadah, saya pasti dibunuh oleh orang-orang Yahudi, yang saya harus lakukan adalah saya harus menyunatkan diri saya, saya harus membaptiskan diri saya yang sebagai suatu tanda penyucian terhadap dosa saya, lalu saya harus hidup di bawah hukum Taurat orang-orang Yahudi, itu baru membuat saya bisa ada di dalam lingkup dari pada orang Yahudi, namanya adalah proselyte. Orang proselyte dan ini berbeda dengan orang yang takut akan Allah. Di dalam kisah Rasul kadang ada orang yang disebut sebagai orang yang takut akan Allah, siapa mereka? Mereka adalah orang yang mengagumi Allah Israel, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, tetapi mereka belum bersedia untuk menyunatkan diri, membaptiskan diri dan tunduk dibawah hukum taurat Tuhan atau menjadi seperti orang Yahudi di dalam kehidupan mereka. Nah orang proselyte adalah orang yang menyunatkan diri, membaptiskan diri dan tunduk di bawah Taurat, baru mereka bisa hidup beribadah kepada Allah orang Israel.
Akan tetapi Saudara, di dalam Alkitab tetap dinyatakan proselyte dengan Yahudi itu berbeda, proselyte itu seperti sebuah kelompok yang ditambahkan kepada Yahudi tetapi bukan Yahudi yang asli yaitu keturunan dari pada Abraham, Ishak dan Yakub, sehingga ada perbedaan diantara mereka, ada dinding pemisah diantara orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi yang hidup sebagai proselyte tersebut. Tapi ketika seseorang ada di dalam Kristus, semua ini berbeda sekali. Alkitab berkata ketika kita ada di dalam Kristus maka dinding pemisah yang memisahkan Yahudi dan non-Yahudi itu sudah dirobohkan. Ketika kita ada di dalam Kristus, kita yang semula orang-orang non-Yahudi harus tunduk di bawa Taurat, disunat dan dibaptiskan, kita tidak perlu lagi harus tunduk di dalam pengertian bagaimana kita menjadi seperti orang Yahudi ada dibawah Taurat, disunatkan seperti itu. Ini menjadi permasalahan yang begitu serius sekali yang terjadi di dalam jemaat Galatia. Pada waktu jemaat Galatia itu menjadi percaya melalui pemberitaan dari pada Paulus, maka disitu Paulus memberitakan “kamu kalau mau datang kepada Kristus, kamu cukup beriman kepada Dia dan bergantung total kepada penebusan yang Kristus lakukan dalam kehidupanmu, terhadap dosa-dosamu,” tapi tidak lama setelah Paulus menyingkir dari Galatia untuk melayani di tempat yang lain, Alkitab berkata ada orang-orang yang datang ke Galatia lalu mengajarkan sesuatu yang merupakan tambahan kepada anugerah yang Paulus beritakan kepada mereka. Jadi mereka mengajak orang-orang Galatia ini untuk disunatkan, untuk tunduk kepada Taurat dan menjalankan semua tuntutan Taurat di dalam kehidupan mereka. Nah pada waktu Paulus menyadari ini, dia marah sekali kepada orang-orang ini dan dia juga marah dan kecewa sekali kepada orang-orang Kristen yang ada di dalam Galatia, karena apa? Dari Paulus keselamatan nda mungkin ada tambah perbuatan, ketaatan hanya murni di dalam Kristus, tetapi mereka begitu gampang digeserkan dari pada iman yang sejati di dalam Kristus yang hanya utamakan Kristus dan pertolongan Kristus dalam kehidupan keselamatan mereka dengan hukum-hukum Taurat dan tuntutan Taurat yang harus mereka lakukan. Itu sebabnya Paulus berkata “kamu mendapatkan berkat Roh itu karena iman atau karena melakukan Taurat? Kamu diselamatkan, memiliki kesadaran, dilahirkan baru menjadi anak Allah karena kamu menjalankan Taurat atau karena kamu percaya kepada Yesus Kristus?” Dan jawabannya adalah karena iman kepada Kristus kita mendapatkan keselamatan itu, karena iman di dalam Kristus kita mendapatkan karunia Roh di dalam kehidupan kita atau berkat Allah di dalam kehidupan kita, bukan usaha kita dan perbuatan kita yang memberikan hal itu.
Dan Saudara, ini yang ingin diangkat oleh Paulus di sini pada waktu kita menjadi orang yang ada di dalam Kristus. Kita nda perlu lagi kembali kepada Taurat, tuntutan Taurat seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi dalam Perjanjian Lama. Kita adalah orang-orang yang sudah dipersatukan dengan Allah melalui Kristus, kita adalah orang-orang yang bisa mengampiri Allah dan beribadah kepada Allah yang sejati melalui Yesus Kristus, kita adalah orang-orang yang bisa datang kepada Allah tanpa takut akan dihukum lagi karena dosa-dosa yang kita lakukan di dalam kehidupan kita di dalam dunia ini, karena apa? Karena Kristus sudah menghapus, membungkus kita secara sempurna melalui kebaikan Dia, melalui ketaatan Dia kepada Taurat ketika Dia hidup di dalam dunia ini. Jadi, di dalam Kristus kita tidak ada lagi penghukuman, di dalam Kristus kita tidak ada lagi tuntutan untuk tunduk di dalam Taurat seperti orang Yahudi karena Kristus adalah penggenapan dari pada setiap hal yang diajarkan di dalam Taurat, Perjanjian Lama, sehingga pada waktu Kristus sudah genapkan itu semua‒bukan membatalkan tapi menggenapkan itu‒maka kita yang ada di dalam Kristus turut digenapi dan dibenarkan di hadapan dari pada Tuhan Allah. Saudara, ini adalah suatu kebenaran yang luar biasa sekali. Kebenaran itu dikaruniakan bagi siapa? Paulus berkata bukan hanya untuk orang Israel. Kalau orang Israel mau masuk ke dalam janji Allah, Kerajaan Allah yang sejati maka mereka pun harus ada di dalam Kristus. Orang-orang non-Yahudi bagaimana bisa masuk ke dalam kerajaan Allah itu dan mewarisi janji Allah itu? Mereka pun harus ada di dalam Kristus. Jadi dengan kata lain, Kristus menjadi penengah, Kristus menjadi pemersatu, Kristus yang menjadi pencipta baru yang membuat manusia itu menjadi mahkluk yang baru, yang ada di dalam Kerajaan Allah atau bisa ada di dalam Kerajaan Allah tersebut, sehingga setiap warisan daripada Tuhan, janji-janji Tuhan, yang diperuntukan bagi umat Allah kita bisa terima ketika kita ada di dalam Yesus Kristus.
Saudara, rencana Tuhan untuk membuat orang non-Yahudi ada di dalam kerajaan Allah dan turut menjadi ahli waris di dalam kerajaan Allah itu bukan sesuatu yang ditambahkan kemudian ketika bangsa Israel menolak Yesus Kristus. Kalau kita adalah sesuatu yang ditambahkan kemudian ketika bangsa Israel menolak Yesus Kristus, maka kita menjadi suatu keberadaan yang kurang penting, kurang berarti di bandingkan orang Israel sendiri, karena apa? Ketika keberadaan ini sudah selesai maka Tuhan akan kembali kepada Israel yaitu keturunan Abraham, Ishak dan Yakub yang sejati, lalu lebih mengutamakan mereka daripada orang-orang non-Yahudi ini karena kita dari sejak semula tidak ada di dalam rencana Allah dan keselamatan Allah dan berbagian di dalam warisan daripada kerajaan Allah, hanya karena “anak kandung” itu menolak Bapa-nya yang di Sorga, baru itu diberikan kepada kita, kalau mereka tidak menolak bagaimana? Kita nda ada bagian sama sekali di dalam janji Tuhan Allah? Saudara, itu berarti kita punya hidup tergantung dari pada orang Yahudi punya iman kepada Tuhan Allah. Tapi Alkitab bilang tidak seperti itu, kita berada di dalam Kristus, kita bisa mewarisi janji Allah, kita bisa menjadi satu Tubuh di dalam Kristus, itu semua adalah sesuatu yang Tuhan sudah rencanakan di dalam kekekalan, suatu rencana yang Tuhan sudah sediakan sebelumnya jauh hari sebelum Allah mencipta langit dan bumi dan mencipta manusia dan memilih orang Israel menjadi umat-Nya. Ini adalah suatu rahasia yang besar sekali. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sesuatu karunia yang sungguh luar biasa, sesuatu yang tidak mungkin terselami oleh siapapun di dalam dunia ini, seorang manusiapun, bahkan orang Yahudi sekalipun ketika mereka memiliki Taurat mereka tahu bahwa orang-orang non-Yahudi itu boleh turut menjadi bagian dalam Kerajaan Allah, mereka tahu bahwa orang-orang non-Yahudi itu harusnya turut mendengarkan mengenai Taurat Tuhan atau hukum Tuhan atau hidup di dalam hukum Tuhan, dan mereka giat untuk menjalankan itu semua, untuk membawa mereka kepada Tuhan Allah yang sejati, tetapi mereka tidak pernah punya pikiran mereka akan disetarakan dengan orang-orang non-Yahudi untuk beribadah dihadapan Tuhan Allah. Nah ini yang Paulus katakan mengenai misteri yang kedua itu. Rahasia pertama adalah rahasia Kristus yang adalah jalan keselamatan bagi kita dan kedua adalah dipersatukannya antara orang-orang non-Yahudi dengan orang-orang Yahudi tanpa perlu ada pengantara yang lain untuk bisa datang kepada Tuhan Allah yang sejati tersebut, hanya di dalam Yesus Kristus, tidak butuh rasul, tidak butuh orang kudus yang lain untuk bisa datang kepada Allah yang sejati dan beribadah kepada Allah yang sejati hanya di dalam Yesus Kristus saja. Itu adalah suatu kebenaran yang Tuhan sudah sediakan bagi diri kita.
Jadi Saudara, di dalam Kristus kita yang bukan pewaris dari janji Allah, kita yang bukan orang yang memiliki Allah yang sejati, sekarang menjadi orang yang mewarisi janji Allah dan memiliki Allah yang sejati di dalam kehidupan kita. Apa yang Tuhan janjikan kepada Abraham sebelumnya, yaitu bahwa “engkau akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu” kepada keturunan Abraham itu sudah tergenapi di dalam Yesus Kristus. Saudara, saya percaya ini adalah hal yang penting sekali, tetapi sayangnya banyak sekali orang Kristen yang tidak terlalu sadar akan kebenaran ini. Kita menjadi orang Kristen itu karena kasih karunia Tuhan Allah di dalam Kristus, itu bener yaa, tetapi kenapa kita dijadikan Tuhan sebagai orang Kristen? Kenapa Tuhan menebus kita lalu menyelamatkan kita dari pada dosa? Tujuannya untuk apa, untuk keselamatan itu sendiri? Untuk Sorga itu sendiri? Bukan. Tapi Tuhan menebus kita, menyelamatkan kita, menjadikan kita orang Kristen supaya kita hidup mentaati Allah yang sejati, itu tujuannya. Supaya kita menjadi umat Allah yang menundukan diri dihadapan Allah yang sejati, Allah yang suci dan kudus itu, bukan untuk kita menjalankan kehidupan kita sendiri dan rencana kita sendiri. Jadi Saudara,Tuhan menebus untuk membawa kita tunduk kepada Allah yang sejati, Tuhan menebus supaya kita menjadikan Tuhan sebagai Tuan dalam hidup kita, Tuhan menebus supaya Dia menjadi Raja kita dan kita menjadi hambaNya yang menjalankan segenap dari pada perintah Dia dan kehendak Dia dalam kehidupan kita, itu yang menjadi rencana Tuhan Allah. Ini yang menjadi rahasia yang Tuhan bukakan kepada umat Allah, yaitu kita yang percaya di dalam Yesus Kristus. Saudara, saya percaya kalau kita memahami ini dengan benar, maka kita akan hidup di dalam suatu kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan Allah dan bukan di dalam suatu kehidupan yang berkenan untuk diri kita sendiri. Saya percaya kita harus mengerti firman ini baik-baik. Nah ini adalah dua rahasia itu. Sekali lagi saya katakan, dua rahasia yang Tuhan sudah sediakan sejak dalam kekekalan bagi seluruh umat manusia.
Nah Saudara, ketika kita ada di dalam Kristus kita bisa mendapatkan semua keuntungan itu. Ini berkaitan dengan hal apa? Saya percaya ketika kita ada di dalam kebenaran, ketika kita mengerti kebenaran dengan baik dalam kehidupan kita, saya pikir kita tidak akan membuang kebenaran itu dari pada kehidupan kita. Saya terus terang tidak bisa mengerti bagaimana seorang Kristen yang telah mengenal Kristus, penebusan Kristus, ketidaklayakan daripada kehidupan dia dihadapan Tuhan Allah, lalu mendapatkan berkat menjadi anak Allah, ahli waris daripada janji Allah dan kehidupan kekal bisa mengkhianati Tuhannya kembali. Itu hal yang tidak bisa masuk di dalam logika pemikiran saya, kecuali mungkin dia belum pernah mengenal pekerjaan Tuhan yang begitu luar biasa di dalam kehidupan dia, dia belum pernah menndapatkan karunia Tuhan Allah, penebusan Allah di dalam Kristus, di dalam kehidupan dia, maka dia bisa membuang, mengabaikan, mengkhianati Tuhan yang sudah menebus hidup dia. Itu yang saya pahami, karena kita ketika mengetahui suatu kebenaran, kita telah mendapatka suatu keuntungan, kita sudah dimerdekakan dari ikatan perbudakan dosa saya yakin kita nda akan masuk ke dalam perbudakan dosa itu lagi. Saya ambil contoh seperti ini saja ya, kalau Saudara hidup di dibawah suatu tekanan dari pada seorang boss, sebagai satu karyawan, lalu suatu hari Saudara dapatkan kesempatan untuk bisa bebas dari pada pekerjaan sebagai seorang karyawan lalu Saudara bisa menjadi seorang boss yang mengusahakan usaha Saudara sendiri, Saudara masih mau menjadi karyawan atau nggak? Kecuali bangkrut ya. Kalau nggak bangkrut, kita sudah menikmati segala sesuatunya, masih mau jadi karyawan yang gajinya begitu terbatas sekali? Saya pikir nggak kan. Kita bisa hidup dengan penghasilan yang lebih banyak, kita bisa mengatur kehidupan kita sendiri, kita bisa mungkin sambil melayani Tuhan, kita bisa hidup sambil memperhatikan keluarga, waktu ada di dalam tangan kita sendiri untuk mengaturnya dan bukan di tangan orang lain untuk mengatur kita, masih mau diatur oleh orang lain? Saya pikir itu bukan sesuatu yang ingin kita alami kembali kecuali kalau terpaksa sekali kita bangkrut atau lainnya, itupun mungkin tidak sesegera mungkin kita mau bekerja pada orang lain lagi, kita akan berusaha untuk membangkitkan usaha itu kembali. Saudara, kalau kita adalah orang-orang yang sudah menerima kebenaran di dalam Kristus, kita sudah mendapatkan segala berkat dan keuntungan di dalam Yesus Kristus, kita sudah tahu bahwa kita sudah dibebaskan dari dosa melalui kuasa Kristus dalam kehidupan kita, mungkinkah kita mau kembali diperbudak di dalam dosa? Mungkinkah kita mau mengkhianati Tuhan Allah yang telah membebaskan kita dari ikatan atau belenggu dosa tersebut? Saya percaya kita tidak akan segampang itu untuk kembali ke situ atau bahkan kita tidak mau lagi kembali untuk diperbudak oleh dosa tersebut, apalagi dengan kemampuan kita dan kekuatan kita untuk menyelamatkan diri kita sendiri padahal kita tahu bahwa itu tidak mungkin bisa terjadi dan terwujud di dalam kehidupan kita. Saudara, jadi kembali, apa yang dikerjakan oleh Kristus itu adalah sesuatu yang luar biasa sekali, sesuatu yang begitu penting sekali, sesuatu yang bisa membawa suatu sukacita di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Dan karena kita sudah ditempatkan di dalam Kerajaan Allah hanya karena pekerjaan yang Kristus lakukan untuk menebus kita di atas kayu salib tersebut.
Nah Paulus adalah orang yang dipanggil untuk berbagian di dalam pelayanan Kerajaan Tuhan Allah. Kalau kita berkata Paulus adalah seorang yang dipanggil untuk menjadi pelayan itu, apa yang dimaksud dengan pelayan? Pelayan itu apa? Pelayan itu adalah seseorang yang dipanggil untuk melayani kepentingan orang lain, itu adalah pelayan. Pelayan itu bukanlah seorang yang dipanggil untuk melayani apa yang menjadi kepentingan dirinya tapi pelayan itu adalah seorang yang dipanggil untuk melayani apa yang menjadi kepentingan orang lain. Jadi maksudnya adalah ketika Paulus dipanggil dari pada dosanya, dari kehidupan yang melawan Tuhan Allah lalu dikenalkan kepada Kristus, lalu setelah dia mengenal Kristus, Allah yang sejati itu, dan diangkat menjadi seorang pelayan dari Kristus dan dibukakan wahyu kebenaran yang ada di dalam Kristus tersebut maka itu berarti Paulus dipanggil menjadi seorang yang harus memberitakan kebenaran itu kepada orang lain. Apa yang Allah sudah bukakan kepada Paulus itu adalah suatu kebenaran yang tidak bisa dia simpan bagi dirinya sendiri tetapi dia harus bukakan, dia harus bagikan itu kepada orang lain, ini namanya pelayan dari Tuhan. Jadi Saudara, pada waktu kita adalah orang-orang yang dipanggil untuk menjadi pelayan Tuhan seperti halnya Paulus dipanggil untuk menjadi pelayan Tuhan, yang kita harus lakukan adalah kita tidak boleh melayani ambisi kita pribadi, kita tidak boleh melayani apa yang menjadi kepentingan diri kita sendiri tapi kita adalah orang-orang yang dipanggil untuk melayani Tuhan berdasarkan tuntutan Tuhan dan kehendak Tuhan untuk kepentingan dari pada Tuhan Allah sendiri, ini baru namanya pelayan.
Itu berarti Saudara, ketika kita menjadi seorang yang dikatakan sebagai seorang pelayan maka pelayan itu bukan sama dengan profesi ya, tidak sama dengan profesi sama sekali. Banyak orang yang mungkin pikir kalau saya punya anak lalu saya besarkan anak, ketika dia menjadi dewasa maka dia akan kemudian setelah lulus kuliah dia akan tekun di dalam pekerjaan. Pekerjaannnya apa? Mungkin adalah menjadi seorang arsitek, seorang dokter, seorang ekonom, dan yang lain-lainnya, dan salah satunya adalah menjadi seorang hamba Tuhan atau pendeta. Saudara, panggilan Tuhan untuk melayani menjadi seorang pelayan di dalam gerejaNya itu tidak sama dengan panggilan untuk menjadi seorang pekerja atau seorang yang memiliki profesi di dalam kehidupannya, tetapi dia memiliki panggilan yang melampaui itu. Secara aspek manusia mungkin bisa dikatakan dia pekerjaannya itu pendeta atau hamba Tuhan tetapi sebenarnya di hadapan Tuhan dia bukan sama seperti profesi-profesi yang lain, kita nda bisa perhitungkan seperti itu, tapi kita memiliki tujuan yaitu untuk menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan Allah kita yang telah menebus kita. Jadi kalau kita bekerja seringkali kita memiliki tujuan untuk bekerja demi kekayaan kita sendiri dan kepentingan kita sendiri, tapi kalau kita dipanggil oleh Tuhan untuk menjalankan sesuatu pelayanan kita nda bisa berfokus kepada diri di dalam hal ini. Jadi pelayanan itu bukan bertujuan untuk memenuhi ambisi pribadi kita dan keinginan kita dan kepentingan kita sendiri, pelayanan itu tidak sama seperti sebuah profesi. Dan juga pelayanan itu bukan sesuatu yang bertujuan untuk menghibur jemaat. Saudara, banyak orang ketika memberitakan firman dia tidak berani untuk menegur dosa tetapi dia berusaha untuk menghibur jemaat karena menghibur itu lebih disukai daripada menegur. Enak mana datang ke dalam suatu kebaktian dimana pendetanya marah-marah karena dosa, memperingati karena dosa, menuntut supaya hidup takut Tuhan atau datang ke dalam gereja setelah seminggu bekerja dengan begitu berat, pusing kepala, lalu mendengarkan hal-hal yang lucu-lucu dari mimbar, enak yang mana? Saya pikir lebih menarik, lebih menyenangkan untuk dihibur daripada dimarah-marahi. Tapi Saudara, pelayan Tuhan adalah pelayan yang menyatakan apa yang menjadi isi hati Tuhan, dia menyenangkan Tuhan dan bukan menyenangkan manusia. Tapi jadi pelayan Tuhan itu juga bukan seorang yang menjadi motivator. Seorang hamba Tuhan harus bisa memotivasi jemaat untuk hidup di dalam takut akan Tuhan dan mentaati Tuhan Allah, tetapi seorang hamba Tuhan bukan seorang motivator, tahu ya bedanya ya.
Ini adalah hal yang penting sekali karena kita adalah orang yang dipanggil untuk menjalankan tugas tertentu yang Tuhan sudah berikan bagi diri kita untuk kita jalankan, itu namanya seorang pelayan. Dan tugas itu apa? Tugas itu adalah untuk memberitakan kekayaan Kristus. Saudara, kekayaan Kristus itu apa? Kembali, jangan terjebak di dalam suatu istilah kata ‘kekayaan’ saja karena kekayaan mungkin ada orang yang bisa mengartikan itu sebagai suatu kekayaan materi di dalam kehidupan mereka sehingga ketika bicara mengenai kekayaan Kristus yang diberitakan mungkin kita akan lebih berfokus kepada hal-hal yang bersifat fisik dan bersifat materi di dalam pelayanan tersebut. Tapi Alkitab nda pernah mengutamakan itu. Pada waktu Paulus berkata, “Kristus telah menjadi miskin supaya engkau menjadi kaya,” maka istilah ‘menjadi miskin supaya engkau menjadi kaya’ itu berbicara mengenai suatu kekayaan yang limpah di dalam hal kasih, di dalam hal membagikan berkat atau perhatian kepada orang lain, membagikan suatu pertolongan kepada orang lain, bukan kekayaan di dalam hal materi atau uang. Nah ini juga maksudnya adalah ketika seorang pelayan dipanggil untuk memberitakan mengenai kekayaan Kristus, kekayaan Kristus itu bukan materi tapi kekayaan Kristus itu adalah kabar baik, injil yang diberitakan kepada manusia, itu nama lainnya. Tapi kenapa Paulus gunakan istilah ‘kekayaan Kristus’? Sebabnya karena injil itu adalah sesuatu hikmat, suatu kebenaran yang tidak mungkin kita bisa selami sepenuhnya di dalam kehidupan kita. Begitu luar biasanya, begitu hebatnya, begitu kagumnya seseorang kalau betul-betul memahami injil secara benar, begitu tidak terpikirkan hikmat Allah yang Allah sediakan di dalam injil, itu adalah kekayaan yang ada di dalam Kristus atau berita injil yang ditebus.
Saudara, itu sebabnya ketika kita membaca perikop berikutnya mengenai doa Paulus, Paulus di dalam doa itu mengajak kita untuk menyelami apa yang menjadi kekayaan Kristus dalam hal lebar, panjang, tinggi dan dalam, itu yang Paulus ingin ajak kita selami di dalam kehidupan kita. Sehingga pada waktu itu kita semakin mengenal Kristus secara pribadi, semakin mengagumi apa yang mejadi pekerjaan Kristus dalam kehidupan kita, semakin menyadari bahwa semua yang Dia berikan di dalam hidup kita itu adalah sesuatu yang merupakan kasih karunia Allah, bukan sesuatu yang kita bisa usahakan di dalam kehidupan kita dengan kekuatan kita sendiri atau istilah lainnya adalah kita semakin terpukau akan pekerjaan Allah dan semakin hidup dalam suatu kehidupan yang bersyukur dan hidup yang memuji Tuhan Allah di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Ketika kita semakin memahami pekerjaan yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita dan di dalam Yesus Kristus. Saudara, jadi apa yang menjadi tugas seorang hamba Tuhan yang baik? Tugas seorang hamba Tuhan yang baik adalah memberitakan firman untuk membawa orang semakin mengenal Tuhan Allah di dalam kehidupan pribadinya di dalam Yesus Kristus atau melalui Kristus. Pada waktu kita mendengar firman, jangan pikir firman itu sebagai sesuatu yang bertujuan untuk menghakimi orang lain atau menyalahkan orang lain, membenarkan diri, tapi firman yang diberitakan itu harus menjadi sesuatu firman yang membawa kita mengenal Allah secara pribadi dalam kehidupan kita, itu tujuannya. Saudara ketika berpacaran atau sebelum menikah, berkenalan dengan seorang laki-laki dan perempuan, Saudara senang nggak kalau orang itu hanya diam-diaman saja dengan Saudara? Jalan keluar berdua sama-sama, nggak ada pembicaraan, ya cuma kalau bicara hanya sepatah dua patah kata saja yang lainnya diam-diaman, urus urusan masing-masing tapi berdua. Saya pikir kita nggak akan nyaman sih ya dengan keadaan seperti itu. Tapi ketika kita berjalan keluar bersama orang yang kita cintai kita ingin dia berbicara, kita ingin dia mengatakan sesuatu mengenai diri dia, untuk apa? Supaya kita bisa mengenal dia secara pribadi kan? Itu yang kita ingin kejar di dalam suatu relasi. Kalau Saudara ingin menikah dan tidak butuh pengenalan secara pribadi, nda usah kenal orang itu, dijodohkan saja langsung bisa menjadi satu keluarga, tapi mau nggak? Orang dulu mungkin mau, tapi setelah itupun mereka akan bertumbuh bersama di dalam mengenal pribadi masing-masing. Tapi anak muda sekarang pasti nda suka dijodohkan langsung seperti itu untuk menikah karena ketika dijodohkan dia nggak mengenal pribadi ini siapa, dia nggak tahu karakternya seperti apa. Dan begitupun juga dengan Tuhan, pada waktu kita mendengar firman, Tuhan membukakan rahasia mengenai diri Dia dan kebenarannya bagi kita maka Tuhan ingin kita mengenal Dia secara pribadi. Dan hamba Tuhan yang baik adalah hamba Tuhan yang akan membawa umatNya untuk mengenal Tuhan Allah di dalam relasi pribadi mereka dengan Tuhan Allah. Dan ini berarti kita butuh mendengar firman yang baik, firman yang benar, firman yang sesetia mungkin dengan Kitab Suci seperti apa yang Allah sendiri nyatakan kepada kita di dalam Kitab Suci ini.
Selain dari pada memberitakan firman yang baik, membawa orang mengenal Tuhan Allah, seorang hamba Tuhan yang baik harus berani menyatakan dosa ketika terjadi dosa di dalam jemaat. Saudara, hidup manusia tidak mungkin terlepas dari pada dosa. Sampai Yesus Kristus datang kedua kali, setelah itu pasti kita hidup di dalam kekekalan tanpa dosa sebagai orang-orang percaya atau orang yang tidak percaya hidup dibawah hukuman dari Tuhan Allah karena dosa mereka. Tapi selama rentang waktu itu dunia akan tetap ada di dalam dosa. Kalau dunia tetap ada di dalam dosa berarti permasalahan utama manusia itu adalah permasalahan dosa. Tuhan datang untuk menebus dosa manusia, itu berarti permasalahan utama itu akan selalu dosa bukan masalah moralitas yang lainnya, itu sekunder. Kenapa orang bisa hidup di dalam kehidupan yang tidak bermoral, yang jahat, yang berselingkuh, dan lain-lainnya? Karena di dalam hatinya ada dosa dan tidak ada takut akan Allah yang suci dan kudus. Itu sebabnya ketika Tuhan datang ke dalam dunia Dia datang untuk menyelesaikan dosa. Karena itu ketika seorang memberitakan firman yang baik, seorang hamba Tuhan yang dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan mengenai kebenaran Tuhan maka dia tidak mungkin tidak menyinggung mengenai dosa dari pada kehidupan manusia, itu harus diangkat, itu harus ditegur supaya umat Allah kembali ke dalam suatu kehidupan yang kudus di hadapan Tuhan Allah yang suci itu.
Nah Saudara, seorang hamba Tuhan yang baik dia pasti memberitakan mengenai damai sejahtera yang ada di dalam Kristus, bahwa satu-satunya jalan supaya kita bisa menghampiri Allah yang sejati hanya melalui Yesus Kristus tidak ada yang lain hanya Dia saja, dan kita harus menerima Dia dalam kehidupan kita ingin diterima oleh Tuhan Allah. Dan dia harus memberitakan bagaimana seorang umat Allah hidup dihadapan Tuhan Allah. Itu yang harus dikabarkan kepada jemaat, itu harus dikabarkan kepada domba-domba yang Tuhan percayakan di dalam kehidupan kita. Nah Saudara, ini semua adalah panggilan yang Tuhan karuniakan kepada Paulus untuk dia lakukan di dalam kehidupan pelayanannya. Saya mau tanya, ini tugas yang penting bukan? Menghibur lebih penting daripada menegur dosa? Atau menegur dosa, membuat orang datang kepada Kristus dan menyadarkan bahwa dia membutuhkan seorang Juruselamat, mengenal Allah secara pribadi lebih penting daripada menghibur orang saja. Saya percaya penghiburan itu ada satu aspek ya, tapi kalau itu hanya untuk menyenangkan manusia maka itu nda ada artinya sama sekali, kita harus kembali kepada firman Tuhan Allah. Sekarang pertanyaan saya, pekerjaan untuk menegur dosa, membawa orang mengenal Allah yang sejati, membawa orang hidup di dalam suatu ketaatan kepada Tuhan Allah yang sejati, itu pekerjaan yang penting atau bukan? Penting? Seharusnya penting ya, dan memang penting sekali. Dan kalau itu adalah suatu pekerjaan yang penting maukah Bapak, Ibu, Saudara untuk memiliki panggilan ini dalam kehidupan kita? Itu nomer dua ya? Urusannya beda ya? Kalau orang lain yang dipanggil, saya doakan orang lain untuk jadi hamba Tuhan, “Oh saya rela sekali, setuju sekali.” Tapi kalau itu bicara mengenai diri kita yang dipanggil, biasanya kita akan bilang, “Tunggu dulu Tuhan, saya belum siap,” begitu ya? Padahal Saudara, ini adalah pekerjaan yang paling penting dalam dunia karena Tuhan sendiri yang mengerjakan itu, karena ini merupakan kehendak Tuhan dan Tuhan panggil umat-umatNya untuk menjalankan pekerjaan ini.
Saudara, saya percaya Paulus memiliki suatu kesadaran mengenai ini dalam kehidupan dia. Dia sungguh-sungguh memahami kalau apa yang dipercayakan kepada diri dia itu adalah sesuatu yang penting sekali dan sesuatu yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, tetapi semua ini tidak mungkin bisa dilakukan dengan satu kesadaran seperti ini kalau dia tidak terlebih dahulu menyadari dia adalah orang yang tidak layak dihadapan Tuhan atau dia adalah orang yang berdosa atau dia adalah orang yang telah menerima karunia Tuhan yang begitu limpah dalam kehidupan dia. Saudara kalau tidak pernah bekerja untuk mendapatkan uang dengan susah payah Saudara pasti tidak akan menghargai kekayaan yang Saudara miliki tersebut. Kalau Saudara bekerja dengan banting tulang, mencucurkan keringat untuk dapatkan semangkok nasi, saya pikir Saudara akan bersyukur sekali dan menghargai sekali semangkok nasi itu karena usaha yang Saudara kerjakan tersebut. Kalau Saudara nggak pernah menyadari akan penebusan Kristus, keberdosaan kita, seberapa dalam kita sudah jatuh ke dalam lobang dosa itu, dan seberapa besar karunia Allah untuk membawa kita keluar daripada lobang dosa itu, saya yakin kita nggak akan terlalu menghargai panggilan Tuhan untuk hidup melayani Dia dan menjadi pemberita injil Tuhan dalam kehidupan kita.
Saudara, di dalam bagian ini Paulus berkata, dia adalah orang yang paling hina di antara segala orang kudus. Maksudnya apa? Kalau kita baca bagian ini lalu kita komparasikan dengan ayat di dalam 2 Korintus 11:5 mungkin kita bisa jatuh dalam pemikiran, Paulus orang yang munafik, ya. Kita coba buka ya, 2 Korintus 11:5, “Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu.” Di dalam Efesus Paulus bilang apa? Dia adalah orang yang paling hina di antara semua orang kudus. Di dalam Korintus dia bilang apa? Aku adalah orang yang paling.. paling apa? Di atas orang-orang kudus lainnya atau rasul-rasul lainnya. Jadi yang bener yang mana? Paulus orang yang hanya mau menyenangkan hati jemaat Efesus, supaya dia dikatakan sebagai orang yang rendah hati, sedangkan di jemaat Korintus ia merasa orang yang lebih gagah, lebih hebat, lebih baik daripada para rasul yang lainnya? Saya percaya bukan ini ya, maksudnya. Paulus bukan seorang yang munafik di mana satu sisi dia seperti orang yang begitu rendah hati dan baik mengakui dosanya, di sisi lain dia begitu bangga dengan pelayanan yang dia kerjakan. Tapi, Paulus adalah seorang yang melihat diri sebagai orang yang paling hina sekali di antara orang-orang kudus yang lainnya. Dia adalah orang yang sungguh-sungguh merasa bahwa dia adalah orang yang tidak layak sama sekali dibandingkan orang-orang kudus lainnya, ketika dia menjadi seorang Kristen. Karena apa? Karena dia sadar dia adalah orang yang paling berdosa, paling tidak layak, sebenernya, untuk bisa menjadi orang Kristen. Dia mengingat kembali mengenai kehidupan dia yang lalu sebagai penganiaya jemaat, sebagai orang yang membunuh orang-orang Kristen, orang yang melawan Tuhan Yesus, Allah yang sejati, dalam kehidupan dia. Sehingga pada waktu dia merenungkan hal itu, saya percaya di dalam pemikiran Paulus dia memiliki satu kesadaran, “aku bukan harusnya ditolong, aku tidak selayaknya diselamatkan, aku selayaknya dihukum, aku pantas dibuang oleh Tuhan Allah,” karena apa? “Aku adalah orang yang paling berdosa karena aku sudah melawan Tuhan Allah, Tuhan Yesus Kristus sendiri.” Itu sebabnya kalau Bapak, Ibu, Saudara baca di dalam 1 Timotius 1:15 di situ Paulus mengungkapkan siapakah diri dia di hadapan Tuhan Allah ketika dia membandingkan diri dia dengan orang-orang atau manusia lainnya. Kita baca ya, 1 Timotius 1:15, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”” Yesus datang untuk siapa? Menyelamatkan orang berdosa. Lalu di antara orang berdosa ini siapa yang paling berdosa? Paulus. Jadi pada waktu Paulus berbicara mengenai dia adalah orang yang paling hina dari antara semua orang kudus, saya percaya dia memiliki konsep yang sama, pemahaman yang sama. Dia bukan sedang bersikap munafik, tapi dia sungguh-sungguh dalam satu kesadaran, di antara semua manusia berdosa, dia adalah yang paling berdosa. Kalau di antara semua manusia dia adalah yang paling berdosa, di antara semua orang kudus bagaimana? Dia pasti orang yang paling hina dan paling tidak layak untuk menerima penebusan Kristus dan keselamatan yang ada di dalam Kristus, karunia untuk mengerti kebenaran di dalam Kristus, karena dia lebih jahat dibandingkan semua orang Kristen yang lainnya yang menjadi Kristen, itu dalam pemikiran dari pada Paulus.
Nah Saudara, kita perlu memiliki kesadaran akan dosa kita. Kita perlu memiliki kesadaran akan berapa besar dosa yang sudah kita lakukan di dalam kehidupan kita, baru dari situ, saya percaya sekali, kita akan hidup di dalam satu kekaguman akan anugerah kasih karunia Tuhan yang Tuhan karuniakan bagi diri kita, dan kita akan hidup di dalam satu kerendahan hati di hadapan Tuhan Allah senantiasa. Tanpa kita memiliki kesadaran bahwa kita adalah orang berdosa dan Tuhan sudah keluarkan kita dari lobang dosa yang begitu dalam itu, kita nda mungkin hidup di dalam satu kekaguman akan kasih karunia Tuhan dan satu kerendahan hati di hadapan Tuhan Allah. Kita akan lebih suka menjadi orang yang merasa diri benar dibandingkan merasa diri sebagai orang berdosa. Merasa diri layak, dibandingkan dengan merasa diri orang yang tidak layak di hadapan Tuhan dan dipercayakan satu pekerjaan yang begitu mulia sekali di dalam kehidupan kita atau di dalam tangan kita. Saudara, saya ulangi lagi, pekerjaan mengabarkan injil itu pekerjaan yang penting. Sangat penting. Kalau itu adalah satu pekerjaan yang sangat penting sekali, maukah kita berbagian di dalam pekerjaan itu? Maukah kita menjadikan hidup kita sebagai alat untuk menyatakan kabar injil, kabar baik Kristus dalam kehidupan kita? Jangan dilemparkan kepada orang lain, tapi kita sendiri harus memiliki kesadaran, kitalah alat itu. Kita yang sudah dipanggil Tuhan, kita yang sudah ditebus oleh Tuhan, kita sudah dimenangkan oleh Tuhan. Bukan orang lain, kita yang harus berbagian di dalam itu karena pangilan Tuhan bertujuan untuk kita memberitakan kabar baik itu. Memang dalam bagian ini Paulus mengkaitkan itu dengan diri dia sendiri. Lalu Paulus sepertinya mengkaitkan dengan jabatan dia sebagai seorang rasul dari Kristus yang dipanggil secara khusus untuk menyatakan wahyu Tuhan, rahasia Tuhan itu pada orang-orang non-Yahudi. Itu satu sisi benar. Tapi Saudara, Paulus sebagai alat yang menerima rahasia Allah yang Tuhan bukakan rahasia itu untuk dibagikan kepada orang-orang non-Yahudi, pertanyaannya adalah, siapa orang-orang non-Yahudi itu? Kita kan? Kita orang Kristen adalah orang-orang non-Yahudi maupun orang-orang Yahudi yang ada di dalam Kristus. Berarti kita adalah orang-orang yang sudah dibukakan rahasia kebenaran Allah di dalam Kristus, sesuatu yang sudah tersembunyi berabad-abad sebelumnya. Kitalah yang menjadi ahli waris itu dan penerima kabar baik itu dalam kehidupan kita. Kalau kita yang menjadi kabar baik dan penerima warisan itu, tugas kita apa? Hal yang paling berharga bagi manusia berdosa ada di dalam tangan kita. Lalu tugas kita apa dengan memegang itu? Saya percaya tugas kita adalah untuk membagikan itu kepada orang berdosa lainnya yang belum mengenal kebenaran Kristus. Itu yang menjadi panggilan kita. Dan Saudara, ini sekali lagi saya harus katakan, tidak mungkin kita akan hargai, tidak mungkin akan kita anggap sebagai sesuatu yang penting kalau kita tidak kembali mengingat, menyadari, kita adalah orang yang begitu berdosanya, yang sudah dikeluarkan Tuhan dari lubang dosa itu, untuk satu tujuan yang mulia tersebut dalam kehidupan kita. Saudara, maukah kita memiliki hati yang mau membagikan injil? Maukah kita menjadi orang yang mau menyaksikan Kristus? Maukah kita menjadi seorang yang menjaga sikap kita untuk pekerjaan Tuhan bisa digenapi melalui kehidupan kita? Saya pikir jawabannya harusnya mau.
Dan yang kedua adalah, setiap orang yang ada di dalam Kristus yang dipanggil untuk menyadari panggilan ini dan mengerjakan panggilan ini, harus mengerti dan menyadari satu hal lagi yang sangat penting sekali kalau semua keberhasilan, kemampuan untuk melayani, kemampuan untuk membawa orang kepada Tuhan, itu semua adalah berdasarkan kuasa Tuhan yang bekerja di dalam diri kita bukan berdasarkan kekuatan kita sendiri atau kuasa kita sendiri dalam mengerjakan hal itu. Paulus katakan ini di dalam ayat yang ketujuh ya. “Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.” Saudara, panggilan itu sendiri adalah kasih karunia Tuhan yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita, tapi pada waktu kita mengerjakan pekerjaan pelayanan itu, maka itu adalah sesuatu yang bisa kita lakukan kalau kuasa Tuhan menyertai kita. Kalau tidak ada kuasa Tuhan yang menyertai kita, menopang kita, dan membuat berhasil pelayanan itu, nda mungkin kita berhasil di dalam mengerjakan pelayanan tersebut. Di dalam bagian Kitab Suci, misalnya di dalam Kolose 1:28 dan 29, Paulus ada berbicara mengenai pelayanan yang dia kerjakan dengan usaha dia yang segiat mungkin dan sekuat mungkin, “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Pada waktu kita baca bagian ini, pertanyaannya adalah, ketika Paulus melayani, Paulus melayani dengan sekuat tenaga, kan? Itu kekuatan dari dia atau bukan? Kalau kita hanya baca sepintas mungkin kita akan berkata inilah ayat yang menyatakan satu sinergi antara Allah yang bekerja dan manusia yang bekerja, antara kuasa Allah yang bekerja dalam diri kita dan kita yang bekerja dengan kekuatan kita untuk melayani Tuhan Allah. Seakan-akan seperti itu. Tapi Saudara coba perhatikan di dalam ayat 29 bagian akhirnya, ya. Ayat 29 bagian akhir, di situ dikatakan, “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Jadi aku bisa bekerja dengan kuat karena apa? Ada kuasa Allah yang membuat aku bisa bekerja dengan kuat, Paulus bilang. Itu berarti, memang seakan-akan itu adalah satu sinergi, ya, Tuhan bekerja, kita bekerja, seperti itu. Tetapi Paulus mau ingatkan kita kembali, kita bisa bekerja, kita bisa berhasil, kita bisa begitu gigih dalam bekerja itu karena ada kuasa Allah yang membuat kita bekerja seperti itu.
Jadi kalau ini menjadi satu pemahaman yang benar dalam kehidupan kita, kita nda bisa sombong sama sekali di hadapan Tuhan. Kita nda pernah bisa merasa ini adalah kemampuanku, ini adalah sesuatu yang aku bisa banggakan ketika aku berhasil di dalam menjalankan satu pelayanan tertentu dalam kehidupanku, tapi kita harus berkata seperti Tuhan Yesus mengajarkan dalam Lukas 17:10 ya, “Apabila aku sudah mengerjakan segala sesuatunya, engkau sudah mengerjakan segala sesuatunya, hendaklah engkau berkata bahwa kami hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan dalam kehidupan kami.” Apa yang membuat Tuhan Yesus ajarkan hal ini? Karena memang benar, tanpa Tuhan menolong kita mengerjakan pelayanan, kita nda mungkin bisa berhasil mengerjakan pelayanan. Tanpa Tuhan mempercayakan pelayanan itu bagi kita, kita tidak mungkin mengerjakan pelayanan itu. Tanpa Tuhan membuka hati seseorang untuk datang kepada Kristus, kita nda mungkin bisa meyakinkan orang untuk datang kepada Kristus. Itu berarti pelayanan itu adalah satu karunia yang luar biasa sekali yang Tuhan percayakan kepada orang Kristen. Kita harus lihat itu sebagai satu hak istimewa yang Tuhan sudah anugerahkan bagi kita dalam kehidupan kita. Dan satu lagi, itu seharusnya membawa satu pujian syukur yang semakin limpah dalam hidup kita, kalau kita dipercayakan satu pelayanan di dalam kehidupan kita. Dan Saudara, kembali saya katakan, saya percaya ini bukan bicara dalam scope kecil di dalam gereja dan pelayanan gereja saja tetapi ini juga berbicara mengenai apa yang kita kerjakan dalam kehidupan kita. Usaha kita, studi kita, bisnis kita kalau bisa berhasil karena ada kuasa Kristus yang bekerja di dalam kehidupan kita, yang menopang kita, baru kita bisa mendapatkan atau menikmati keberhasilan itu, tanpa itu kita nda mungkin bisa menikmati keberhasilan itu. Karena itu kita tetap harus kembali kepada Tuhan Allah, kembali mengingat Tuhan sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan kita, itu nda pernah boleh kita lupakan dalam kehidupan kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus.
Dan Saudara, terakhir, kalau semua itu adalah kuasa Tuhan yang bekerja dalam hati kita, yang menolong kita, pertanyaannya mungkinkah seorang Kristen kendor di dalam pelayanan? Mungkinkah seorang Kristen tidak bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan? Mungkinkah seorang Kristen akan menjadi orang yang menyia-nyiakan anugerah Tuhan dalam kehidupan dia? Mungkinkah seorang Kristen akan menjadi seorang yang lebih mengutamakan kepentingan diri dia daripada kepentingan Tuhan dalam kehidupan dia? Ingat Saudara, siapa orang Kristen? Orang Kristen adalah orang yang dimana kuasa Tuhan bekerja di dalam dirinya melalui Roh Kudus. Kalau ada kuasa Tuhan bekerja dalam diri kita melalui Roh Kudus, pasti tidak pernah ada satu kemandekan, pasti tidak akan terjadi satu kemunduran, yang harus ada adalah satu pertumbuhan dalam kehidupan kita. Abraham adalah salah satu contoh yang Kitab Suci berikan bagi kita. Walaupun tubuhnya sudah begitu tua, begitu lemah, tapi semangatnya untuk Tuhan itu masih begitu kuat sekali. Walaupun menurut ukuran manusia dia harusnya sudah mundur, santai-santai, momong cucu, seperti itu, tapi Alkitab berkata dia baru momong anak di usia yang begitu tua karena dia tetep percaya kepada Tuhan untuk menepati janji-Nya. Dan ketika Tuhan meminta anak itu dipersembahkan bagi Tuhan untuk menguji hatinya di atas gunung bukan di atas tanah datar, Kitab Suci berkata, keesokan paginya begitu dia bangun tidur dia langsung bawa anak itu ke atas gunung untuk dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Usia 100 tahun masih bisa naik ke atas gunung dan harus naik ke atas gunung untuk persembahkan anaknya kepada Tuhan. Saudara, ini adalah satu iman yang harusnya ada di dalam kehidupan kita. Satu semangat yang harusnya ada dalam kehidupan kita kalau kuasa Tuhan bekerja di dalam hati kita. Kiranya Tuhan boleh menolong kita melalui firman pada pagi hari ini. Mari kita masuk dalam doa.
Kembali kami bersyukur, Bapa, untuk kebenaran Firman yang boleh Engkau karuniakan bagi kami. Untuk satu kesaksian hidup yang Paulus boleh nyatakan dalam kehidupan dia. Untuk satu kehidupan yang dipenuhi oleh anugerah Tuhan dan mensyukuri anugerah Tuhan dalam kehidupannya. Dan kami bersyukur, Ya Bapa, untuk satu pengertian, untuk membawa kami meneliti kembali akan karunia Tuhan yang telah Engkau karuniakan bagi kami dan akan betapa diri kami adalah orang yang berdosa di tengah-tengah dunia ini, yang telah melawan Tuhan Allah, tetapi yang telah dikaruniakan keselamatan dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Tolong kami ya Bapa, masing-masing dari pada kami, untuk boleh memiliki satu kehidupan yang menghidupi iman kami, menghidupi kasih karunia Tuhan, dan menghidupi kuasa Tuhan yang ada di dalam kehidupan kami. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]