Yak 1:26-27
Vik. Nathanael Marvin, M. Th.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian ini adalah pembahasan di dalam tema “Menjadi Pelaku firman Tuhan” pembahasan yang terakhir dari pasal 1 ini Yakobus mengingatkan agar kita sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus mengingat bahwa diri kita adalah orang yang beragama, mengingat bahwa orang Kristen adalah orang yang beribadah kepada Tuhan dan orang Kristen tidak menjalankan kehidupan beribadah yang sia-sia melainkan kita diberikan kemampuan oleh Roh Kudus untuk menjalankan kehidupan beribadah yang bermanfaat, ibadah yang murni dan ibadah yang tak bercacat di hadapan Allah kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian kata “ibadah” dalam Kitab Yakobus ini ayat yang sudah kita baca barusan menggunakan kata religion atau agama. Jadi kita bisa terjemahkan bahwa Yakobus ingin menjelaskan suatu konsep agama yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah itu seperti apa, religion. Apa sih agama itu? Agama adalah kepercayaan, agama adalah suatu sistem yang mengatur bagaimana seseorang bisa menyembah Tuhan, beribadah kepada Tuhan, agama adalah peraturan bagaimana manusia harus hidup dengan sesamanya, agama Bapak, Ibu, Saudara sekalian itu bicara soal hubungan vertikal yaitu manusia dengan Tuhan dan juga hubungan horizontal manusia dengan manusia dan Indonesia adalah negara yang beragama, negara yang mengakui ada agama-agama yang mengatur bagaimana supaya bisa berelasi dengan Allah Pencipta dan juga berelasi bagaimana kita berelasi dengan sesama kita dengan baik itu seperti apa, itulah agama.
Di abad yang ke-4 Bapak, Ibu, Saudara sekalian seorang Bapa Gereja bernama Augustinus menggunakan bahasa Latin yaitu religio ya itu adalah religion atau agama dan mendefinisikan religio itu berarti apa? Religio atau agama adalah ikut bergabung atau mengikatkan diri bersama-sama dalam ikatan kovenan antara Allah dan manusia. Ini adalah denifisi agama menurut orang Kristen, menurut Bapa Gereja Augustinus dia mengatakan bahwa agama itu adalah sebuah tindakan, tindakan apa? Tindakan ikut, tindakan mau bergabung, mau mengikatkan diri kepada apa? Kepada kovenan, kepada perjanjian, yaitu yang dibuat Allah kepada manusia. Saya mau menjadi umat perjanjian Tuhan, saya mau menikmati Tuhan, saya mau mendapatkan berkat Tuhan, itulah kenapa kita memiliki agama, itulah ibadah.
Kata “agama” Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau kita maknai dengan benar itu adalah suatu definisi yang bagus sekali, itu adalah kesimpulan dari keseluruhan iman orang tersebut, itulah agama. Agama itu kesimpulan dari iman orang tersebut maka untuk bisa mengenal seseorang adalah kita tanya apa sih agama mu? Apa sih kepercayaanmu? Bukan saja bicara soal kepercayaan soal di dalam pendidikan atau bidang-bidang lain, tetapi bicara soal Tuhan, menurutmu Tuhan itu siapa? Menurutmu sesama mu manusia itu bagaimana kita harus berelasi? Itu sudah bisa mengenal siapakah orang tersebut. Jadi bicara soal agama itu adalah suatu kesimpulan dari iman kita. Herman Bavinck pernah berkata juga soal agama.
Herman Bavinck ini adalah teolog Reformed Kristen. Dia mendefinisikan agama juga sebagai sesuatu yang menyeluruh dalam hidup seseorang, dia katakan bahwa agama tidak boleh hanya menjadi sesuatu dalam hidup seseorang, hanya menjadi satu hal saja dalam hidup seseorang, tidak boleh demikian. Herman Bavinck mengatakan agama itu adalah segalanya di dalam kehidupan orang. Yesus Kristus menuntut bahwa kita mengasihi Allah itu dengan seluruh hati, seluruh jiwa, seluruh kekuatan kita. Kepercayaan itu bicara soal all out, seluruh hal yang kita dasarkan hidup kita di atasnya. Prinsip kepercayaan, itulah agama. Itu bicara soal kesimpulan hidup seseorang, bicara soal iman setiap orang, dan setiap orang itu bagaimana berelasi dengan sepenuhnya dengan Allah maupun sesama, itulah agama. Agama Kristen berarti agama yang berisi seluruh ajaran dan iman yang dimiliki oleh orang-orang yang mengikuti Yesus Kristus, yang bergabung di dalam komunitas Yesus Kristus, yang bergabung di dalam penyembahan kepada Yesus Kristus, itulah agama Kristen.
Dasar dari ajaran dan iman orang-orang Kristen adalah relasi kita dengan Yesus Kristus dan relasi kita juga dengan firman Allah dan itu menolong kita untuk bisa berelasi juga dengan sesama kita di dalam kehidupan kita sehari-hari, itulah agama Kristen. Itulah iman orang Kristen yaitu bicara soal relasi, relasi dengan Yesus Kristus dan bagaimana kita meresponi setiap firman, setiap kata-kata yang keluar dari Allah sendiri yang sudah Tuhan nyatakan di dalam Alkitab yang tertulis. Bagaimana kita berelasi terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan, itu adalah seorang Kristen. Alkitab menyatakan bahwa seorang yang beribadah adalah seseorang yang sungguh-sungguh menyukai perintah-perintah Tuhan, suka, punya rasa suka yang lain, menaati perintah Tuhan, menghindari larangan-larangan dari Tuhan sendiri, itu adalah kesukaan kita. Inilah pengikut Kristus.
Dalam Yakobus 1:26-27 ini bicara soal ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Tuhan. Yakobus menjelaskan suatu agama, suatu ibadah yang digerakkan di dalam iman kepada Yesus Kristus atau yang sesuai dengan firman Tuhan adalah di dalam 4 bentuk agama atau peribadatan yang muncul di dalam ajaran Kristen. Apa saja 4 bentuk itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Inilah yang menjadi pembahasan kita pada hari ini. 4 bentuk suatu agama atau suatu ibadah yang murni yang tak bercacat di hadapan Allah. Yakobus 1:26 mengatakan jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, atau kita bisa ganti kata “ibadah” ini dengan beragama, ya beragama Kristen khususnya karena Yakobus ini menjelaskan juga khususnya kepada orang-orang Kristen, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya,” atau sia-sialah mengaku bahwa dirinya itu adalah orang yang beragama, orang yang beribadah.
Bentuk yang pertama dari ibadah yang murni dan tak bercacat adalah seseorang yang memiliki pengendalian diri terhadap ucapannya, terhadap lidahnya. Ini berkaitan dengan ucapan atau mulut kita dan Bapak, Ibu, Saudara sekalian ketika kita belajar mengenal seseorang kita pertama-tama itu mengenal melalui perkataan-perkataannnya selain perilaku-perilakunya juga. Tentu, karena apa? Karena apa yang di dalam hati itu keluar secara fenomena meskipun fenomena itu bisa ditipu juga, bisa melakukan penipuan di dalam fenomena tetapi pada umumnya yang di dalam hati itu keluar dan yang paling jelas keluar adalah bicara soal kata-kata, bunyi, suatu bunyi.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian di zaman internet sekarang ini sebenarnya sangat mudah sekali membawa kita masuk ke dalam pergaulan-pergaulan atau budaya-budaya yang sama sekali berbeda dengan budaya on sight ya kita semua ini dibentuk pada mulanya di dalam budaya on sight kita, di dalam budaya kita secara terbatas ruang dan waktu tetapi ketika adanya internet itu kita bisa menjelajahi budaya-budaya yang lain. Kita bisa mempelajari banyak hal melalui dunia internet ini. Dari Indonesia kita bisa belajar budaya negara lain, bisa belajar kehidupan orang lain, kita bisa tahu berita-berita dari negara-negara lain, kita bisa tahu segala macam yang terjadi di dunia ini baik juga teologi, baik juga hal-hal buruk ataupun hal-hal baik bahkan hal-hal berdosa sekalipun kita bisa dipengaruhi lewat internet bahkan kita bisa semakian berdosa juga ketika kita tidak bisa mengendalikan diri kita waktu berleasi dengan internet.
Di internet Bapak, Ibu, Saudara sekalian banyak sekali konten, konten itu nggak tahu jumlahnya berapa karena setiap orang bisa buat konten tertentu setiap akun di dalam aplikasi tertentu kita bisa buat sesuatu dan jumlah konten itu tak terkira. Mesin yang menampung memori dari suatu aplikasi juga bisa begitu besar jumlahnya begitu luas juga lahan yang bisa dipakai untuk menampung memori atau data yang kita buat di dalam internet. Bapak, Ibu, Saudara sekalian waktu kita masuk ke dalam konten-konten tersebut, itu kita butuh bijaksana Tuhan karena kita sedang menyerap segala sesuatu yang ada di internet tersebut. Tidak terkecuali di dalam konten tersebut ada kata-kata yang kasar, ada kata-kata yang tidak sopan, ada kata-kata yang menghina Tuhan, ada kata-kata yang berdosa. Itu pun bisa mempengaruhi diri kita. Kata-kata kotor pun bisa keluar.
Bahkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian generasi muda pun bisa tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang kasar itu dari mana? Dari internet, game online, dari bacaan-bacaan atau dari video-video yang terlihat secara tidak sengaja kemudian bisa saja ada kata-kata yang kasar dan juga yang lembaga sensor yang menyensor kata-kata pun belum tentu bisa sempat menyensor kata-kata tersebut sehingga itu pun bisa dipelajari atau mempengaruhi kehidupan banyak orang, kata-kata kotor, kata-kata berdosa itu bisa berpengaruh ya di dalam kehidupan kita lewat mana? Lewat internet meskipun sudah ada lembaga-lembaga sensor. Di dalam game online pun Bapak, Ibu, Saudara sekalian saya pikir kalau kita bermain game online itu biasanya apa sih kata-kata yang biasa muncul? Apakah kata-kata penuh kasih? Maaf, terima kasih, mungkin juga ada. Maaf, terima kasih, good job, misalkan kaya gitu.
Tetapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian ketika ada suatu hal yang tidak terjadi yang kita tidak suka, apalagi kita tidak tahu orangnya siapa apalagi kita hanya sebatas game ini kan cuma game doing biasanya yang muncul adalah kata-kata yang kasar, langsung menyalahkan, langsung menghina, langsung marah berkata-kata kasar sehingga orang terbiasa untuk tidak mengendalikan lidahnya karena berbagai situasi yang muncul di dalam internet beda dengan berhadapan dengan orang langsung. Berhadapan dengan orang langsung itu kita berhadapan seperti berhadapan dengan Allah karena apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Waktu kita melihat sesama kita itu adalah gambar dan rupa Allah, itulah kenapa Bapak, Ibu, Saudara sekalian ketika kita menghormati orang itu kita bisa ketika kita berelasi secara fisik dengan orang itu kita lebih merasa ada unsur-unsur atau sifat-sifat Allah juga, ada kehadiran Allah juga karena memang manusia itu diciptakan serupa dan segambar dengan Allah.
Tetapi beda dengan namanya sudah masuk relasi di dalam teknologi internet meskipun itu orang itu bukan orang, meskipun kita bisa berkata-kata bisa berelasi, tapi relasinya tidak murni. Itu relasi yang dangkal, itu relasi yang tidak jelas, kita tidak melihat orangnya, kita tidak mengenal imannya, kita tidak mengenal agamanya. Itulah internet dan juga bahkan internet ini bisa mendorong orang untuk berkata-kata kasar lebih parah dibandingkan ketemu. Kalau ketemu orang berkata-kata kasar langsung ya ada penghakiman ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian bisa diviralkan, bisa dilaporin polisi tapi di dalam internet bagaimana? Tidak ada, tidak ada batasan-batasan yang terlalu jelas, terlalu ketat. Maka Bapak, Ibu, Saudara sekalian ini dunia kita saat ini. Internet, teknologi dan informasi itu adalah tantangan kita bagaimana kita supaya bisa mengendalikan diri kita juga itu butuh bijaksana Tuhan.
Baru-baru ini juga Bapak, Ibu, Saudara sekalian saya diberikan info ya oleh seseorang bahwa ada berita yang mengabarkan dari salah satu gereja karismatik yang besar seorang pendiri atau Hamba Tuhannya juga itu melakukan perbuatan tidak senonoh kepada 2 perempuan, satu staf gereja, satu perempuan yang tidak dikenal, begitu, dan di dalam salah satu kasusnya kepada staf gereja itu si Hamba Tuhan ini, si pendiri gereja karismatik yang besar itu jatuh dalam dosa apa? Dosa mengekang lidahnya. Si Hamba Tuhan ini chat staf perempuannya dengan kata-kata yang melecehkan, kata-kata yang tidak nyaman kepada staf perempuannya. Itu ada juga ya Hamba Tuhan pun sulit ya mengendalikan lidah.
Lidah ini sangat bahaya, sangat mudah Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita jatuh di dalam dosa perkataan, dosa lidah. Kita tidak mudah untuk mengendalikan lidah. Orang yang seringkali berkata-kata kasar, menghina, mengejek, mem-bully, menipu atau pun mengajarkan hal-hal yang palsu itu adalah contoh orang yang tidak bisa mengendalikan lidahnya. Orang yang tidak bisa kendalikan lidah berarti Bapak, Ibu, Saudara sekalian dia adalah orang yang tidak punya agama yang murni, hidupnya itu bersalah di hadapan Allah bahkan yang mengejutkan dari ayat ini Yakobus mengaitkan dosa lidah dengan suatu penipuan, dengan suatu penipuan. Yakobus mengaitkan bahwa orang yang tidak beribadah dengan yang murni, orang yang tidak bisa mengendalikan ucapannya dia itu sedang menipu dirinya sendiri bahkan sia-sialah ibadah atau yang dia lakukan kepada Tuhan dan sesama manusia. Kok bisa ya? Dosa kita tidak bisa mengekang lidah itu berkaitan berarti kita sedang menipu diri sendiri ini adalah dosa yang kepada diri sendiri.
Di dalam Alkitab itu ada dosa yang begitu jelas yang kita lakukan kepada diri kita sendiri, yang pertama kepada tubuh kita yaitu ketika kita melakukan perzinahan atau percabulan itu melukai atau pun berdosa kepada diri kita sendiri. Tetapi di sini juga Yakobus menambahkan dosa yang melakukan kepada diri sendiri adalah suatu dosa lidah di mana kita tidak bisa mengekang lidah kita sebenarnya kita sedang melukai diri kita sendiri, sedang menipu diri kita sendiri. Bagaimana bisa? Kok bisa sih? Tidak bisa mengekang lidah berarti kita menipu diri kita sendiri? Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita ulang lagi, ulang lagi kehidupan kita, tujuan kita diciptakan itu bagaimana. Ketika Tuhan menciptakan kita sebenarnya Tuhan sudah memberikan Wahyu umum yang begitu indah, begitu banyak, begitu luas, kita diberikan tubuh yang begitu indah, tubuh yang dari Tuhan sendiri meskipun yang relatif adalah ada orang yang mengatakan wah kamu berperawakannya buruk, okelah itu secara manusiawi ya tetapi Tuhan itu yang menciptakan manusia itu bagus adanya, baik adanya bagaimanapun bentuknya tubuh kita. Setelah Tuhan menciptakan diri kita manusia, kita melihat dunia ini, dunia yang penuh dengan ciptaan Tuhan.
Tadi pagi saja Bapak, Ibu, Saudara sekalian waktu saya mau berangkat ke Yogyakarta dari Solo jam 6 pagi, kan keluar, keluar dari rumah kemudian melihat langit wah kemudian langitnya pada hari ini cukup cerah, cukup cerah, di jalan kita bisa melihat gunung dan lain-lain cukup cerahlah langit ini. Kita bisa memuji Tuhan. Terus kemudian tadi pagi saya lihat ada bulan, bulan begitu jelas, indah pagi-pagi jam 6 pagi. Bapak, Ibu, Saudara sekalian ketika kita melihat dunia keluar melihat alam, ada lihat apa? Wahyu umum. Setiap hari kita berelasi dengan wahyu umum, bukan saja setiap hari berelasi dengan tubuh yang Tuhan ciptakan kepada kita, yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi kita juga ketika menjalani hari kita menikmati wahyu umum, anugerah Tuhan, alam dan juga bukan itu, kita punya hati nurani yang mengatakan, “Ayo jujur, ayo berkata-kata yang baik, ayo mengekang lidah, ayo sungguh-sungguh memuji Tuhan.”
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, memang manusia itu seharusnya adalah memuji Tuhan. Hidupnya itu memuji Tuhan, segala ciptaan, ataupun melalui pribadi Allah yang kita kenal, kita bisa memuji Tuhan. Tetapi, kalau kita menggunakan lidah kita, atau hati kita tidak senantiasa memuji Tuhan, nah itulah kenapa bisa Yakobus katakan kita itu menipu diri kita sendiri. Seluruh hidup kita itu penuh ucapan syukur. Seluruh hidup kita itu penuh dengan pujian kepada Allah. Karena Tuhan yang ciptakan kita kok, dan Tuhan juga menyediakan wahyu umum, alam, begitu indah, untuk kita bisa memuji Tuhan. Tetapi ketika kita menghina ciptaan Tuhan, ketika kita tidak bersyukur atas hidup yang Tuhan sudah berikan, itu berarti kita menipu diri kita sendiri, bagaimana tujuan kita itu diciptakan.
Maka bila kita senantiasa berkata-kata jahat, menghina orang, tidak mengekang lidah kita, atau mungkin Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu suka juga ya bercanda kan, berhumor. Nah ini humor yang licik. OKlah, humor yang licik itu adalah, misalkan, kita mengatakan perkataan yang menghina, yang menyudutkan orang, bahkan yang menyakiti orang. Tetapi kemudian kita tambahkan suatu kalimat, “Ya udah, ini kan cuma bercanda, udah jangan masukin ke hati,” padahal sudah masuk ke hati. Nah ini juga adalah sulit, sulit mengekang lidah itu. Kita mau bercanda pun, malah jadi menyakiti hati orang. Bercanda lho.
Memang Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita menggunakan lidah itu bisa banyak manfaat, bisa banyak fungsinya, memuji Tuhan, menghina Tuhan, bisa fungsinya juga bercanda, ataupun yang lainlah, banyak sekali hal yang bisa kita lakukan dalam relasi sehari-hari. Tetapi kita perlu berhati-hati, perlu berhati-hati di dalam lidah kita. Di dalam stand up comedy, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu namanya ada jenis-jenis humornya itu adalah roasting, kita tau, roasting. Roasting itu mengkaratkan seseorang, membuat seseorang itu jadi jelek, kurang lebih kaya gitu, menjelek-jelekkan orang. Tetapi itu dalam konteks orang itu memang sudah siap. Meskipun, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya pikir-pikir juga, kalau orang yang di-roasting, orang yang dihina-hina itu, dijelek-jelekin, jadi bahan tertawaan itu, bisa juga sakit hati lho. Bisa juga sakit hati, meskipun konteksnya bercanda.
Maka Bapak, Ibu, Saudara sekalian hati-hati juga, di dalam bercandaan kita, apalagi bercanda dengan firman Tuhan. Itu kan perlu, perlu kita berespons dengan bijaksana. Yang kita lakukan terhadap firman Tuhan itu bukan membercandakan firman Tuhan, tetapi yang memberitakan firman Tuhan. Membercandakan diri kita ini ya sudahlah, OK, kita ini lemah kan, kita ini berdosa, ya boleh, menjadi sebuah hal yang lucu, seperti itu. Tetapi tidak boleh menghina, atau menginjak-injak firman Tuhan untuk menjadi bahan tertawaan.
Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bila kita tidak bisa kendalikan lidah kita, Yakobus katakan bahwa kita ini bukan orang yang beribadah, dan juga kita adalah orang yang menipu diri kita sendiri, karena kita diciptakan untuk memuji, dan mengagungkan Tuhan. Kita diciptakan untuk memuji Allah. Bahkan, para teolog, ataupun Alkitab sendiri mengatakan bahwa suatu hari nanti, ketika kita masuk ke Surga, bertemu dengan Yesus Kristus, ada suatu prinsip pekerjaan yang akan kita lakukan terus menerus, yaitu apa? Memuji Allah. Nah kalau kita memikirkan tentang pemujian kepada Allah, itu konteksnya bisa luas sekali. Memuji Allah itu bukan sekedar kita dengan kata-kata, atau dengan nyanyian, tetapi dengan pekerjaan, dengan sikap hati, itupun bisa memuji dan mengagungkan Allah.
Yakobus menasihati bicara soal mengekang lidah pada hal yang pertama ini. Seperti peribahasa Indonesia, “Lidahmu harimaumu.” Kenapa disebut binatang harimau? Kenapa tidak, “Lidahmu huskymu,” gitu ya? Anjing husky gitu misalkan. Karena anjing husky itu walaupun anjing serigala tapi kayaknya jinak, nggak galak-galak amat, kecuali diubah menjadi galak. Tetapi harimau, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini harimau itu susah dikekang, susah. Ada kekangnya di mana, mengekang harimau. Nggak bisa, susah. Karena kita bisa betul-betul perlu perjuangan untuk bisa memelihara harimau. Lidah itu kecil, tetapi menyakitkan, bisa membakar seseorang, bisa merugikan seseorang. Itulah bentuk pertama dari ibadah yang tidak murni dan tidak bercacat, yaitu ketika kita sulit mengontrol lidah kita. Ini bentuk yang pertama. Berarti ibadah yang murni, ibadah yang tidak bercacat, adalah kita mengendalikan lidah kita.
Yang kedua, di dalam Yakobus 1:27, itu mengatakan bahwa ibadah, atau religion, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang murni, yang pure, dan yang tak bercacat di hadapan Allah Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu. Nah di sini ayat ini baru menjelaskan ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah adalah mengunjungi yatim piatu. Tetapi kenapa saya tafsirkan bahwa mengekang lidah itu adalah ibadah yang murni dan juga tak bercacat, karena Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mengekang lidah ini adalah bentuk juga bagaimana kita bisa menolong sesama, atau mengasihi sesama. Jadi, mengunjungi yatim piatu itu bicara soal perintah kasih yang kelihatan, yang jelas. Mengekang lidah juga adalah sebuah bentuk kasih yang kelihatan juga, jelas, terdengar kan.
Nah ini, maka dari itu, bentuk kedua dari ibadah yang murni dan tak bercacat adalah mengunjungi yatim piatu. Tetapi sebelum kita merenungkan mengunjungi yatim piatu, kita perlu renungkan, murni ini artinya apa? Tak bercacat ini artinya apa? Setidaknya dalam perenungan saya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, murni ini adalah suatu hal yang berkaitan dengan tidak cari keuntungan. Itu namanya murni. Bahkan kita bisa rugi ketika melakukan hal tersebut. Tetapi ketika kita tetap melakukannya, meskipun itu rugi, meskipun tidak enak, kita lakukan. Itu murni, tidak cari keuntungan. Tetapi sebuah perbuatan yang cari keuntungan, itu biasalah, itu baik, baik, tetapi bukan yang murni, pure, kaya gitu. Dan sedangkan tak bercacat itu berkaitan dengan apa? Itu berkaitan dengan sebuah persembahan yang baik untuk Tuhan. Persembahan yang diterima Tuhan, suatu kesaksian yang baik dan jelas bagi Tuhan, yaitu perbuatan apa? Kasih. Nah ini juga yang kita lakukan kepada sesama kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu melakukan, atau relasi itu yang murnilah, udahlah, kita berelasi sama orang itu bukan cari keuntungan, cari keuntungan, bukan yang utamanya cari keuntungan, tapi ya kita mengasihi dia.
Waktu kita mempersembahkan diri kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu pun ingin mempersembahkan yang terbaik untuk sesama kita. Waktu kita ketemu orang, kita mau mempersembahkan yang terbaik untuk sesama kita. Itu bentuk kasih. Makanya ada peribahasa kan, “You are what you wear,” kamu adalah apa yang kamu pakai. Ada juga seorang hamba Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kenapa, kalau pendeta kotbah itu harus pakai jas, harus pakai dasi, gitu. Boleh nggak, nggak pakai dasi? Boleh nggak, nggak pakai jas? Gitu, kan tetap pakaian, gitu. Itu bicara soal apa? Bicara soal diterima, bicara soal mempersembahkan yang terbaik untuk sesama, bicara supaya kita mengasihi sesama kita. Kurang lebih seperti itu.
Nah kita masuk ke dalam mengunjungi yatim piatu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada pertanyaan, terakhir kali kita ke panti asuhan itu kapan sih Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Apalagi di tengah-tengah pandemi seperti ini, mungkin kita bisa lupa kapan terakhir kali ke panti asuhan, kapan kita memperhatikan, atau mengunjungi orang yang yatim piatu? Ini adalah pelayanan yang saat ini terbengkalai, yaitu pelayanan ke panti asuhan. Karena apa? Karena pandemi. Gereja kita, GRII, bukanlah gereja yang punya panti asuhan. Setau saya tidak ada. Atau mungkin ada yang tersembunyi, belum tentu, nggak tau sih, tapi setau saya tidak ada gereja kita mengadakan pelayanan khusus punya panti asuhan, seperti itu. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita mau melakukan firman Tuhan, ya udah kita perlu berkunjung juga., tentu, tentu berkunjung ke panti asuhan itu bukan secara harus, secara gereja saja, belum tentu. Bisa kita berkunjung secara individual.
Kita itu punya nama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebagai orang Kristen, nama pribadi, ataupun nama gereja. Secara organisasi kan gereja, kumpulan, itu kumpulan orang-orang Kristen, supaya pekerjaannya itu lebih powerful, maka kita ada gereja, perkumpulan. Tetapi orang Kristen sendiri adalah orang yang powerful di dalam Tuhan, ketika Kristus menguatkan kita, Roh Kudus menguatkan kita, kita pun bisa melakukan firman Tuhan secara individu, secara personal. Nah justru, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita belum punya panti asuhan, perlu, secara organisasi kita mengunjungi, sekali-sekali. Bukan rutin, nggak apa-apa nggak rutin, tapi kita perlu melakukan apa yang dinyatakan oleh firman Tuhan.
Ada gereja-gereja tertentu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang membuat panti asuhan itu luar biasa. Karena ngurusinnya juga setengah mati, bikin panti asuhan itu seperti apa coba. Ada gereja yang mendirikan panti asuhan, nah berarti Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mereka itu yang mengunjungi terus. Mengunjungi terus anak-anak yang yatim piatu, yang ditinggalkan orang tua mereka, kaya gitu. Setiap hari ada staff yang bekerja, melayani di panti asuhan tersebut, ada perhatian, ini panti asuhan gereja kaya gitu, “Kita punyanya gereja, kita dimiliki oleh orang-orang Kristen,” Itu suatu hal yang indah juga ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu juga memikirkan, bahkan melakukan perkunjungan ke panti asuhan. Apa sih artinya mengunjungi orang-orang yang yatim piatu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Artinya adalah kita melaksanakan perintah kasih yang jelas, dan kelihatan. Ini maksudnya ibadah yang murni dan tak bercacat, melakukan kasih, melakukan sudah hal yang jelas dan kelihatan.
Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya ke panti asuhan itu beberapa bulan yang lalu di Solo, saya mengajak suatu panti asuhan untuk ikut ke dalam acara seminar, ataupun saya tawarkan juga bagaimana kalau gereja kami mengisi ibadah, mengisi ibadah terus juga kita bisa kumpulkan sumbangan, gerakkan jemaat. Ya udah, mengunjungilah setahun sekali, apa susahnya sih setahun sekali ya? Mengunjungi panti asuhan, kumpulkan sumbangan, seadanya, yang layak pakai, kaya gitu. Kemudian kita layani KKR regional di panti asuhan, kita memberikan berkat rohani, ibadah, maupun berkat jasmani. Ya saya rencananya begitu, kaya gitu. Tetapi ketika saya WA beberapa hari yang lalu, ketua panti asuhannya dia katakan “ya nanti kami bicarakan dulu, kami rapatkan dulu,” Nah itu, gereja tamu itu, susah untuk melayani institusi lain. Nah itu perlu diperjuangkan memang, perlu diperjuangkan. Beda kalau kita punya lembaga sosialnya sendiri.
Mungkin kita juga bisa merencanakan, GRII Jogjakarta, mengadakan perkunjungan ke panti asuhan. OKlah, modelnya adalah KKR regional. Boleh, KKR regional, atas nama STEMI, kita adakan ibadah saja, terus kita bisa pisahkan STEMI memang tidak memberikan pemberian-pemberian, kaya sumbangan, berkat secara fisik tidak, tapi kita bisa pisahkan ini ada pemberian dari jemaat, bukan dari Yayasan STEMI. Tekankan saja, supaya nama baik STEMI atau reputasi STEMI itu tidak jadi kacau balau. “Ini Yayasan STEMI ini suka beri-beri sesuatu,” kaya gitu. Itu bisa dipikirkan kok, kita bisa lakukan, kita bisa kunjungi panti asuhan, kita nggak punya panti asuhan. Nah ini adalah pekerjaan gereja juga, yang didorong juga. Atau kalau kita punya kenalan, seseorang yang yatim piatu, kita juga bisa kunjungi untuk bisa memberikan penghiburan, kekuatan.
Nah waktu kita berkunjung, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu tu apa sih berkunjung?, berkunjung. Sangat mudah kita akan merasakan anugerah kalau yang berkunjung itu adalah orang yang besar, “Bapak Presiden Jokowi berkunjung ke Grand Pacific,” misalkan. Wah, kita yang nggak mau ke Grand Pacific, pasti mau ikut, lihat ah pak Jokowi, kapan lagi, Presiden datang. Kurang lebih kaya gitu. Atau Pak Tong, misalkan, Pak Tong setahun sekali, keliling, keliling, kita ingin datang, ingin datang. Sangat mudah kalau kita dikunjungi oleh orang yang besar, tetapi kita itu bukan berkunjung atas nama diri kita, bukan berkunjung atas nama besar diri kita, apa yang kita punya, kekayaan yang kita punya, bukan. Kita datang itu atas nama Tuhan, Tuhan yang memerintahkan kita untuk mengasihi.
Jadi kita datang pun, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, anggap kita ke panti asuhan personal, bukan atas nama gereja, kita nggak bawa apapun nggak apa-apa. Kita bisa ngobrol dengan ketuanya, kita bisa ketemu anak-anaknya, ada kesempatan kita ajak doa bersama yuk. Nah saya pernah lakukan itu juga, di Semarang, saya waktu itu mau pamit dari Semarang, pelayanan Semarang, sempat mampirlah ke tetangga, karena gereja di Semarang itu dekat dengan panti asuhan. Ya udah pamit, pamit sama anak-anaknya, berkumpul, foto bersama, doa. Nah itu mungkin saya sebagai Hamba Tuhan, jadi sepertinya biasa. Tapi ada apa, kita doakan, kita ngobrol, kita berkunjung, kita membawa nama Tuhan. Seperti Yesus berkunjung dari sorga ke dunia selama 33.5 tahun, masak kita nggak mau berkunjung kepada orang yang yatim piatu selama 30 menit? kita bisa juga, melakukan hal yang sederhana seperti itu. Kita bisa lakukan kebaikan.
Di dalam Mazmur 82:3 dikatakan, “Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!” Ini juga adalah suatu perintah Tuhan. “belalah” atau “berilah keadilan kepada orang yang lemah.” Penafsir, mengatakan bahwa arti kata “beri keadilan” di ayat Mazmur 82:3, “beri keadilan” ini kita bisa artikan sebagai “to visit.” Unik, “berilah keadilan,” itu dengan “to visit,” atau apa? Mengunjungilah. Aneh, mengunjungi itu adalah sebuah perbuatan yang adil juga. Mengunjungi adalah sebuah perbuatan yang baik, menguatkan orang yang lemah, menolong orang yang kekurangan, yang sengsara.
Di dalam Lukas 1:68 di situ juga menceritakan soal pertolongan kepada umat Tuhan yang sedang menderita, ”Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apa sih artinya melawat? Melawat itu apa ya? Merawat? Ya mungkin kita sering definisikan melawat itu merawat., bisa juga, ada pengertian demikian, merawat, tapi kalau kita melihat bahasa Inggrisnya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu melawat itu adalah mem-visit, atau mengunjungi. Allah mengunjungi umat-Nya supaya membebaskan umat-Nya dari segala belenggu dosa. Ini Allah kita. Allah kita adalah Allah yang mengunjungi kita, yang sedang sakit, sedang mati rohani, bahkan, Tuhan kunjungi demi kerohanian kita bangkit. Nah ini, mengunjungi, melawat, Dia telah melawat umat-Nya, yaitu di dalam Yesus Kristus. Kita tau Allah yang berkunjung ke dunia hanyalah Yesus Kristus, tidak ada ilah-ilah lain yang mengunjungi kita di bumi ini. Yesus Kristus, mengunjungi kita untuk bisa menggembalakan kita, menyelamatkan kita, dan memimpin kita untuk masuk ke dalam hidup yang berkelimpahan.
Itulah kenapa Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam gereja itu ada yang namanya pelayanan perkunjungan. Pelayanan perkunjungan itu adalah mengikuti teladan Yesus Kristus sendiri, untuk apa? Untuk menolong, mendoakan, berelasi dengan sesama kita manusia. Perkunjungan adalah tindakan yang alkitabiah. Berkunjung berarti memperhatikan, bertemu, dan niatnya itu membantu, menolong. Tapi di zaman modern sekarang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apalagi di Jakarta, perkunjungan itu menjadi suatu hal yang mengganggu. “Ngapain sih pendeta saya kunjungi saya?” Betul juga, dalam tahap tertentu bisa juga orang Kristen berpikir demikian. Tidak masalah juga ya di dalam relasi itu ya sudah karena kondisi sibuk luar biasa, ada jemaat juga yang mungkin sudah sering berkunjung kok ke gereja, sering bertemu dengan hamba Tuhan atau sering bertemu dengan orang-orang Kristen sehingga tidak merasa perlu dikunjungi gereja juga, it’s ok, tidak masalah. Yang penting adalah punya hati yang memperhatikan sesama kita manusia. Nah ini perkunjungan. Perkunjungan itu juga adalah suatu pelayanan, kita mengunjungi sesama kita yang khususnya dalam kesusahan, dalam sakit, dalam penderitaan. Nah ini adalah bentuk kedua dari ibadah yang sejati, ibadah yang murni dan tak bercacat adalah berkunjung kepada orang-orang yang yatim piatu.
Yang selanjutnya, yang ketiga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus 1:27b di situ dikatakan dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Jadi mengunjungi yatim piatu dalam kesusahan mereka, mengunjungi janda-janda dalam kesusahan mereka. Jadi ibadah yang ketiga adalah mengunjungi janda-janda dalam kesusahan mereka. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, perempuan yang bercerai adalah orang yang butuh sekali perhatian, butuh sekali kasih, butuh sekali pertolongan. Kenapa? Karena ya dia bercerai, relasi yang tadinya satu, harus berpisah, suaminya hidup sendiri, si perempuan itu hidup sendiri, itu sulit sekali. Baik laki-laki maupun perempuan sangat sulit ketika ada satu perceraian. Apalagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau perempuan itu memang diminta oleh suaminya atau di dalam keluarga tersebut, “Sudahlah kamu nggak usah bekerja,” seperti itu. Sudah tidak bekerja 10 tahun, 20 tahun, tiba-tiba di tahun ke 20, ada juga yang bercerai tahun ke-23 ya saya pernah dengar juga ceritanya, tahun ke-23 bercerai itu bagaimana rasanya. Apalagi seorang perempuan itu tidak bekerja. Ketika seorang perempuan tidak bekerja kemudian diceraikan oleh laki-lakinya itu sedih sekali, kehilangan semua hal. Mungkin dia katakan, “Seluruh dunia saya sudah hilang. Saya kehilangan seluruh dunia.” Ini berat sekali, tadinya dia punya begitu banyak kerjaan, apalagi perempuan itu rajin.
Misalkan seorang istri itu rajin, ada rumah tangga dia bereskan rumah, dia pikirkan suaminya, dia pikirkan anaknya, biasanya kan istri atau perempuan itu yang lebih memikirkan, mikirin suami, mikirin anak. Biasanya kalau suami kan ya sudahlah pikirin biasalah nggak terlalu fokus pikirkan istri, pikirkan anak-anak, itu ya kelemahan pria, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Nah ini dari tadinya berpikir, bekerja, banyak pikiran, tiba-tiba cerai, langsung dari mesin yang bekerja setiap hari, sendirian, nggak kerja lagi, nggak usah pikirin suami tapi ingin mikirin suami, mungkin anaknya juga diambil oleh suaminya atau dia punya anak, mungkin anaknya masih kecil bagaimana membiayai anak yang masih kecil saya tidak bekerja, saya cerai. Itu ya mengerikan sebuah perceraian itu merupakan hal yang susah, itu ada perubahan yang drastis sekali. Dari 24 jam berumahtangga sekarang harus sendiri lagi. Perubahan-perubahan itu ada, dari yang single, jadi dalam hidup pernikahan itu pun bisa menjadi shock juga. Tadinya hidup sendiri enak, mau lakukan A lakukan B bebas. Tiba-tiba menikah, mau lakukan A ada pilihan dari pasangan C, D, E, F, Nggak, waduh itu juga bisa shock orang ya dalam memasuki dari single, masuk pernikahan. Tapi dalam pernikahan pun tiba-tiba perceraian, wah itu juga hal yang susah sekali, hati menjadi sepi, kesepian, merasa tidak berguna, mungkin juga memasuki kesusahan. Apalagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian mungkin orang itu bercerai itu padahal dia masih sangat cinta, wah itu bisa jadi stress bahkan bunuh diri.
Lalu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, perempuan yang ditinggal mati oleh suami. Coba ya seorang itu bisa menjadi janda atau duda itu ketika ada perceraian ataupun ketika ditinggal mati oleh pasangannya. Siapa ya yang lebih sedih biasanya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika ada pasangan yang meninggal? Mungkin kita pikir kayaknya kebanyakan wanita ketika suaminya meninggal, wanita itu sendiri, sedih, merasa kehilangan sekali. Selain mungkin alasan teknis si wanita tersebut kayaknya nggak bisa lagi punya suami lain, sudah tua dan lain-lain. Kayaknya sudahlah apalagi suaminya yang dulu itu begitu baik. Ada orang yang seperti itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, suaminya begitu baik, si istri ditinggal oleh suami dianya jadi kesepian sekali, stress dan lain-lain. Susah. Alasan teknis si perempuan itu tidak bisa menikah lagi juga bisa. Beda dengan laki-laki, mungkin setelah istrinya meninggal, laki-laki itu masih muda, masih semangat, bisa juga mengambil istri yang lain. Itu boleh juga ya Alkitab mengatakan kalau sudah pasangan meninggal dunia ya bisa menikah lagi nggak masalah kayak gtu. Yang nggak boleh itu bercerai, yang nggak boleh itu berpisah lalu mengambil istri yang lain sedangkan istri yang sah itu masih hidup, masih hidup nggak boleh. Nah orang yang ditinggal mati oleh pasangannya juga adalah sangat menyedihkan. Kecuali mungkin pasangannya begitu mengerikan dan berdosa mungkin bisa senang. Wah ini bersyukur ya pasangan meninggal, itu dia jahat, dia KDRT, dia menghina, dan lain-lain. Tapi intinya ada kesusahan.
Inilah dua bentuk di dalam perkunjungan ibadah yang murni dan tak bercacat yaitu mengunjungi yatim piatu, berbelas kasih kepada para janda khususnya janda-janda pada waktu itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Janda-janda pada waktu itu sulit sekali untuk menafkahi hidup karena sulit untuk bekerja, beda dengan zaman sekarang. Tapi zaman sekarang pun janda-janda bukan berarti tidak perlu dikasihi. “Dia sudah bekerja, punya banyak orang,” ya sudah cuek, tidak. Kita bisa mendoakan, kita bisa ngobrol, berelasi dengan mereka. Intinya adalah di dalam mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka ini adalah bentuk menolong sesama yang sedang dalam kesusahan, kesulitan. Orang Kristen perlu melakukan itu, gereja juga perlu melakukan itu. Tetapi hati-hati jangan sampai gereja menjadi dinas sosial. Tidak berarti gereja itu menjadi lembaga sosial, semua kita urusin sosial itu, bukan. Gereja tetap gereja, dan gereja yang mau melakukan ibadah yang murni dan tidak bercacat itu adalah menyatakan kebaikan dan kasih Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita, maka kita mau mengunjungi mereka. Siapa yang kesusahan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di sekitar kita? Coba kita pikirkan ada nggak ya orang yang kesusahan di sekitar kita apakah itu keluarga kita, saudara kita, coba ya kunjungi. Kalau di luar kota, kita bisa tanya saja. WhatsApp itu kan mengunjungi HP orang. Kita WA orang itu kita mengunjungi HP-Nya dia memperhatikan dia. Intinya kan gitu. Kalau dia di luar kota kita bisa mengunjungi dengan cara memperhatikan, kontak, telepon.
Yakobus 1:27c, “Dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan dunia.” Nah ini adalah bentuk ibadah yang keempat yaitu menjaga dirinya tidak dicemarkan oleh dunia. Minggu lalu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di Persekutuan Reformed Magelang saya membawakan firman Tuhan dengan judul 5 Cara Untuk Bisa Bertumbuh Secara Rohani. 5 Cara Untuk Bisa Bertumbuh Secara Rohani itu seperti apa, salah duanya adalah kita itu perlu kembangkan kebiasaan yang saleh. Kebiasaan yang saleh ini salah satunya ibadah tiap Minggu, itu adalah mengembangkan kebiasaan beribadah kepada Tuhan. Dan yang kedua adalah memiliki rohani yang berjaga-jaga. Kebiasaan yang saleh dapat kita pelajari dalam Mazmur 119:9, ini adalah suatu kebiasaan yang saleh, yang juga menjaga kerohanian kita. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”
Ini unik, suatu ayat yang bertanya kepada kita, suatu firman yang mendorong kita untuk berefleksi. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Ini berarti pemuda-pemuda memang didorong untuk punya kelakuan yang pure, punya kelakuan yang murni, yang kudus, bersih, yaitu firman Tuhan mengatakan dengan menjaganya, hidup dijaga oleh firman Tuhan. Bukan menjaga itu sekali saja, menjaga itu senantiasa, namanya juga menjaga. Menjaga itu perbuatan yang terus menerus, bukan satu kali sja. Maka Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita punya kerohanian yang berjaga-jaga berarti kita senantiasa hidup di dalam firman Tuhan. Apa yang ingin kita lakukan itu karena firman Tuhan, apa yang kita tidak lakukan itu karena juga firman Tuhan melarangnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap hari itu banyak godaan untuk melakukan dosa, kita perlu memiliki kerohanian yang waspada, yang berjaga-jaga sehingga kemudian kita punya habit yang bagus, habit yang merefleksikan firman Tuhan, habit yang merefleksikan, menyatakan kebenaran itu adalah cita-cita kita sebagai pemuda, sebagai orang Kristen. Yaitu merefleksikan kebenaran. Apa yang kita lakukan itu karena firman Tuhan memerintahkannya kepada kita.
Rohani yang berjaga-jaga adalah kita sadar bahwa hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir, ini adalah zaman terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, begitu banyak orang itu tidak melakukan kebaikan, begitu banyak orang itu melakukannya adalah dosa-dosa, begitu banyak orang tidak mau mengunjungi yatim piatu, begitu banyak orang tidak peduli dia janda, dia duda, cuek saja. Begitu banyak orang juga tidak mengekang lidahnya, dan begitu banyak orang-orang itu tidak beragama. Itu dinyatakan oleh Paulus juga. Hari-hari terakhir itu adalah hari-hari di mana orang itu bukan mengasihi sesamanya tapi mencintai dirinya sendiri. Hari-hari terakhir adalah orang-orang itu tidak mempedulikan agama, tidak mempedulikan ibadah yang benar itu seperti apa. Hari-hari terakhir adalah banyak orang yang tidak mau mengasihi, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, itu semua, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu melawan dari ibadah yang murni dan bercacat di hadapan Allah. Itulah kondisi akhir zaman yaitu kondisi di mana orang-orang itu tidak peduli yang namanya agama, yang nggak peduli agama Kristen itu seperti apa. Kristen ya Kristen, tapi semau saya. Kristen ya Kristen, tapi hidupnya ateis. Kristen ya Kristen, tapi tidak mau ibadah, tidak mau baca Alkitab. Ya Kristen, tetap Kristen. Itu namanya orang menipu dirinya sendiri, itu namanya ibadahnya itu sia-sia, ngapain ngaku-ngaku Kristen. Ini adalah kesedihan kita.
Orang-orang yang di dalam akhir zaman ini yang senantiasa melakukan dosa dia nggak punya kasih. Kasihnya itu nggak kelihatan. Itulah tugas orang Kristen. Justru di tengah-tengah akhir zaman ini ada orang-orang Kristen yang melawan budaya akhir zaman, budaya orang-orang yang berdosa yaitu apa? Orang Kristen yang penuh kasih, orang Kristen yang menjadi terang, melawan arus. Orang-orang malas ke panti asuhan, ngapain. Kita mau. Orang-orang malas kok memperhatikan janda-janda, duda-duda. Kita mau berteman dengan mereka. Kita tahu ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang yang single itu sebenarnya cukup banyak waktu sendiri kan. Maka waktunya itu untuk apa, nah kita bisa mengarahkan untuk bisa melayani. Nah ini ya rohani yang berjaga-jaga. Kalau Paulus di dalam kitab Efesus dia juga menjelaskan bahwa perlengkapan berjaga-jaga, perlengkapan roh itu indah sekali ya kalau kita pikir-pikir kita itu harus berjaga-jaga, kita harus pakai ketopong keselamatan. Berarti di kepala kita itu ingat bahwa kita itu sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Berbajuzirah keadilan, kita itu mau berbuat adil kepada sesama kita, di hati kita itu menjalankan kebaikan, keadilan, pertolongan kepada sesama. Kemudian ikat pinggang kebenaran, yang menggerakan hidup kita ini karena firman Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita celananya kelebaran, kita nggak pakai ikat pinggang bisa jalan tidak? Bisa tapi tidak pakai celana karena kedodoran. Tapi ikat pinggang itu supaya kuat, berarti kita bisa jalan. Demikian kita jalan itu karena ada kebenaran. Pedang roh yaitu firman Tuhan. Kasut yang kerelaan memberitakan Injil. Kaki kita itu kalau nggak beritakan Injil itu kurang rasanya.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada yang bercanda kalau di satu gereja itu ada orang yang memang suka humas itu adalah suatu tindakan hati yang rela mengabarkan Injil. Terus dia lanjutkan kalau nggak humas itu nanti dia bisa flu karena dia hatinya humas, menjangkau orang, “Ayo mengabarkan Injil.” Nah itu juga sikap kita ya sebenarnya kita itu kalau tidak mengabarkan Injil, kita tidak mengabarkan firman Tuhan, kita jadi flu, kurang lebih kayak flu, kita jadi sakit, kita hindari itu. Tapi justru salah kan. Kita datang ibadah jadi letih lesu berbeban berat, kita baca Alkitab stress. Salah, salah. Kita datang kepada Yesus Kristus itu mendapatkan kelegaan kok. Paulus mengatakan juga awasilah dirimu dan ajaranmu, menjaga diri dari dunia. Jadi perintah atau nasehat untuk berjaga-jaga ini senantiasa ada di dalam kehidupan kita. Nah ini pentingnya kita menjaga hidup supaya terjauhkan dari segala perbuatan dosa. Kita hindari segala godaan dosa supaya kita semakin kudus, semakin kudusnya kita semakin kita bisa berikan pengaruh kepada sesama. Tetapi semakin kita tidak kudus sebagai orang Kristen, ya sudah kita terbawa zaman, kita menjadi orang yang sama dengan dunia.
Nah menutup khotbah ini mari kita merenungkan hidup kita ini, apakah kita sudah sungguh-sungguh menjalankan tujuan hidup kita, sudahkah kita memiliki kehidupan agama yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Sudahkan kita menyatakan kasih yang terlihat, kasih yang nampak? Yaitu apa, ya tadi seperti itu, mengekang lidah, mengunjungi yatim piatu, mengunjungi janda-janda dalam kesusahan mereka, dan juga menjaga diri kita supaya tidak dicemarkan oleh dunia.
Kita tahu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Memang kenapa pada umumnya, bahkan kita percaya setiap orang itu punya agama meskipun agamanya dia itu adalah ateis, meskipun agamanya dia itu adalah agnostik, meskipun agamanya dia adalah agama dirinya sendiri. Ini agama paling narsis ya yaitu dia percaya diri. “Agamamu apa?” “Agamaku Marvin.” Jadi terserah Marvin mau ngapain, terserah sistem kepercayaannya. Semua orang itu adalah orang beragama, dia punya sistem kepercayaan di dalam dirinya sendiri, dia punya iman dirinya sendiri. Tetapi ibadah yang benar adalah kita beribadah kepada Kristus, kita mau menjalankan kehidupan ibadah kita bukan ibadah yang salah tapi ibadah yang murni dan tak bercacat kepada Allah. Nah itulah yang membuat kita sebenarnya hidupnya akan puas karena kita menjalankan tujuan hidup kita. Tujuan hidup manusia adalah menikmati Allah, memuliakan Allah, beribadah, beragam kepada Allah yang Esa, yang sejati, kepada Allah Tritunggal itu. Dan ketika kita lakukan, kita seharusnya mendapatkan rest, mendapatkan kelegaan, mendapatkan sukacita.
Tapi sayangnya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, diri kita suka menipu diri kita sendiri, “Ah ke gereja nggak dapat apa-apa, nggak dapat perubahan, nggak dapat rest.” Salah. Itu kita sedang menipu diri kita sendiri atau kita ditipu oleh iblis. Tetapi ketika kita jalankan sungguh-sungguh tujuan hidup kita, kita pasti akan mendapatkan sukacita, kita pasti akan mendapatkan kepuasan dan juga ketenangan di dalam Yesus Kristus.
Memang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, untuk menjadi murid Kristus itu sulit, tidak selalu sukacita tapi pasti ada penyertaan Tuhan. Menjadi murid Kristus syaratnya apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Datang ke gereja? Tidak. Menjadi murid Kristus itu adalah menyangkal diri, memikul salib, mengikut Yesus tiap hari barulah kita melakukan fenomena-fenomena yang kelihatan, datang ke gereja. Mengikut Kristus itu adalah pekerjaan yang sangat-sangat berat, tetapi itu adalah bagian dari tujuan hidup kita. Dan mengikut Kristus meskipun berat, meskipun penuh dengan penderitaan, meskipun penuh dengan kesulitan, penuh dengan penyangkalan diri, itu memberikan kita juga sukacita. Ada sukacita yang Tuhan sediakan bagi kita yang mau taat dan mau beribadah kepada Tuhan. Sayangnya manusia berdosa itu terlalu banyak ditipu. Justru baca Alkitab tidak dapat apa-apa, ikut Pendalaman Alkitab sudahlah tidak bertumbuh juga, salah, pasti Tuhan berikan pertumbuhan dan sukacita. Malah ada orang yang beribadah merasa rugi, merasa menderita, itu semua penipuan dari si iblis dan dari diri kita yang berdosa.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saat Yosua memasuki akhir hidupnya, dia memberikan satu nasehat. Yosua pengganti Musa di dalam Alkitab, dia memberikan nasehat yang sangat penting bagi bangsa Israel yang akan ditinggalkan mati oleh Yosua. Apa nasehatnya itu? Pesan terakhirnya Yosua di umurnya yang ke-110 tahun, Yosua menekankan suatu tujuan hidup kenapa Israel itu ada, yaitu supaya Israel beribadah kepada Tuhan. Ini pesan terakhir dari Yosua yang sudah mengikuti Tuhan selama dia di Mesir, di padang gurun, dan di tanah Kanaan, ini kehidupan Yosua. Kehidupan Yosua itu memasuki tiga hal yang begitu besar, tanah yang begitu banyak. 3 tanah lho Yosua itu, tanah Mesir, di padang gurun, dan tanah Kanaan. Dan kesimpulan dalam perjalanan hidupnya selama 110 tahun dia mengingatkan bangsa Israel, dia kumpulkan kedua belas suku Israel di satu tempat yaitu Sikhem, para tua-tua orang Israel, pemimpin hakim pasukannya, Yosua mengingatkan mereka tentang siapakah Allah dan Allah itu adalah Allah pencipta, Allah pemelihara yang menyelamatkan Israel sampai hari ini bisa masuk ke tanah Kanaan, dan kemudian Yosua mengatakan oleh karena itu takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepadanya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah semua berhala, hilangkan berhala, dan berhala-berhala itu bisa berbagai rupa ya dalam hati kita, kita jauhkan.
Nah itu pentingnya kita punya prioritas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebagai orang Kristen harus bisa menjawab apa sih prioritas hidupmu. Kalau kita bisa katakan Tuhan yang pertama, itu berarti kita tidak menyembah ilah, tidak menyembah berhala, kita punya hidup yang beribadah kepada Tuhan kalau kita punya prioritas. Prioritasnya adalah Tuhan, maka lakukan apa yang Tuhan mau. Lalu Yosua mengatakan perkataan terkenal dalam Yosua 24:15 jika Israel, jika kamu tidak anggap baik beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah. Jika kamu rasa itu tidak baik beribadah, tidak baik ke gereja, sekarang kamu pilih sungguh-sungguh. Ibadah itu bicara soal hubungan kamu dengan Tuhan, hubungan personal. Tidak bisa orang lain paksa kamu ibadah. Orang lain bisa mengajarkan bahwa ibadah itu penting, berelasi dengan Tuhan itu penting, mengasihi Tuhan itu penting, tetapi itu balik lagi hatimu yang memilih, bukan orang lain. Maka Yosua sebagai pemimpin tertinggi dari bangsa Israel setelah Musa mengatakan suatu perkataan pilihlah, pilihlah sekarang apakah kamu mau beribadah kepada ilah-ilah lain atau kepada Allah-nya Israel, akan tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan. Ini adalah pesan Yosua yang terakhir. Bangsa Israel yang sudah tinggal di tanah Kanaan begitu sangat mendengarkan perkataan Yosua di masa tua Yosua, mereka mengambil keputusan bahwa, “Ya Yosua, kami akan setia pada Allah Israel, kami akan menyembah Allah Israel saja, kami tidak mau menyembah ilah-ilah Mesir, ilah-ilah tanah Kanaan, ilah-ilah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” Mereka mau menyembah kepada Allah karena Allah Israel itu adalah Allah yang hidup, Allah yang kudus, dan Allah yang cemburu.
Dan bersyukur, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, selama Yosua hidup di dalam kesimpulannya itu orang Israel dikatakan orang Israel beribadah kepada Tuhan sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari Yosua, dan zaman orang yang mengenal segenap perbuatan yang dilakukan Tuhan bagi orang Israel. Itu selesainya kitab Yosua. Tetapi janji orang Israel itu ya bertahan ketika ada pemimpinnya. Pemimpinnya mati, orang tua yang saleh mati, masuk ke zaman hakim-hakim, semua orang melakukan apa yang menurut dia benar. Nah ini agama juga, agama masing-masinglah, “Apa yang saya katakan benar itu benar.” Itu agama yang berdosa. Sebenarnya agama yang sejati, ibadah yang sejati adalah berfokus kepada relasi kepada Kristus dan juga berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
Sekali lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita sungguh-sungguh mengingat siapakah Allah dalam hidup kita dan apa pekerjaan yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Itulah yang mendorong kita mau beribadah dengan murni, itulah yang mendorong kita untuk menjalankan kasih yang nampak, yang kelihatan, yang jelas. Yang pertama kita mau memiliki pengendalian diri terhadap lidah kita, yang kedua mau mengunjungi yatim piatu yang sedang kesusahan dan juga mau mengunjungi para janda yang sedang kesusahan, dan menjaga diri kita untuk tidak dicemarkan oleh dunia. Kiranya kita boleh memiliki kehidupan ibadah yang murni, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mau betul-betul pure, kita mau tak bercacat meskipun tentu ya kita tetap adalah manusia yang penuh dengan dosa, tapi bukan berarti kita tidak punya keinginan untuk hidup kudus, hidup beribadah dengan tulus, murni di hadapan Tuhan.
Kita lihat siapa Yesus Kristus, Yesus Kristus itu manusia sama seperti kita dan Dia pun bisa jatuh ke dalam dosa. Tapi di dalam kehidupan seluruh Yesus Kristus itu, kehidupan Yesus Kristus itu Dia melakukan ibadahnya dengan sungguh-sungguh, Dia mengasihi Allah dengan segenap hati, dan Dia juga mengasihi dengan kelihatan, dengan nampak, Dia mengasihi yatim piatu, Dia mengasihi para janda, para duda, Dia mengasihi setiap orang, orang-orang yang lemah, dan Dia juga punya kerohanian yang senantiasa berjaga-jaga dari segala godaan dosa. Kiranya kita pun bisa terus meneladani Yesus Kristus dalam kehidupan kita, dan kiranya kita boleh sungguh-sungguh ingat kita itu adalah manusia yang diciptakan untuk beribadah, kita punya agama, kita punya iman di dalam Yesus Kristus dan didasarkan di atas Alkitab. Mari kita sama-sama berdoa.
Bapa kami yang ada di sorga, kami bersyukur Tuhan, kami memiliki Allah yang hidup, Allah yang sudah terlebih dahulu mengasihi kami dengan kasih yang begitu besar, kasih yang begitu jelas, kasih yang begitu nampak di dalam sejarah, dan kami bersyukur Tuhan, kami boleh mengenal kasih tersebut di dalam Yesus Kristus yang sudah inkarnasi, yang sudah mati demi dosa-dosa kami di atas kayu salib dan juga sudah bangkit pada hari yang ketiga dan memberikan kami kekuatan serta pengharapan menjalani kehidupan di bumi ini. Kami bersyukur, Tuhan, untuk kasihmu yang begitu besar. Dan ajar kami juga punya kasih kepada sesama kami yang terutama mereka yang sedang lemah, yang sedang kesulitan, kami mau menolong mereka, Tuhan, sesuai dengan panggilan Tuhan yang sudah Tuhan berikan pada kami. Kami mau besedia, Tuhan, punya hati yang besar untuk mau melawan arus zaman, kami mau menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia yang berdosa ini. Terima kasih Tuhan, ajarlah kami terus boleh mengekang lidah kami dan juga bisa beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan penebus kami yang hidup kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (KS)
Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah