Orang Kristen yang Sejati, 10 September 2023

Orang Kristen yang Sejati

Yak. 5:19-20

Vik. Nathanael Marvin

 

Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita bersyukur kepada Tuhan bahwa Tuhan sudah memberikan firman Tuhan di dalam seluruh Alkitab yang kita miliki. Khususnya di dalam pembahasan Yakobus ini, firman Tuhan dalam Yakobus menjelaskan bahwa bagaimanakah seorang Kristen harus menjadi seorang Kristen yang sejati, seorang Kristen yang sudah diberikan iman oleh Tuhan betul-betul boleh menumbuhkan imannya kepada Tuhan dengan lebih besar lagi. Jadi surat Yakobus adalah firman Tuhan yang mengingatkan kepada orang-orang Kristen untuk menjadi orang Kristen yang sejati, menjadi orang Kristen yang ingat akan identitas dirinya bahwa dia boleh mengenal Kristus hanya karena anugerah Tuhan. Dia boleh punya iman yang sejati kepada Allah yang sejati itu karena anugerah belas kasihan Tuhan. Dan ketika kita sudah mendapatkan anugerah, Tuhan pun menginginkan kita mengembangkan apa yang sudah Tuhan berikan, sudah Tuhan percayakan kepada kita. Karena bagaimana pun kita adalah manusia yang memiliki tanggung jawab juga di hadapan Tuhan untuk memelihara iman kita.

Yakobus ingin agar orang Kristen itu tidak suam-suam kuku tetapi boleh hidup semakin serupa dengan Yesus dan juga hidup kudus di hadapan Tuhan. Kudus berarti dia memisahkan dari segala pergaulan yang buruk, dari segala ajaran-ajaran yang sesat, dari segala perbuatan-perbuatan dosa. Dan betul-betul khusus dipakai untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Di sana, kehidupan kudus ini memiliki kerendahan hati yang luar biasa dan ketundukan yang luar biasa bagaimana hidup kita ini bukan milik kita sendiri saja, melainkan adalah milik Tuhan yang pertama. Maka ketika kita ditanya, “Hidupmu itu untuk apa?” Kita tahu bahwa jawabannya adalah dari Tuhan, untuk Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Oleh Tuhan kita bisa hidup di dalam dunia ini dan juga bisa diselamatkan oleh Yesus Kristus itu karena Tuhan.

Yakobus sangat ingin agar orang-orang Kristen itu memiliki dampak. Sadarilah orang Kristen itu memang, kita miskin di hadapan Allah. Itu adalah perasaan atau kerohanian yang paradoks. Karena orang yang miskin di hadapan Allah, Alkitab mengatakan, Yesus mengatakan, merekalah yang empunya kerajaan Surga. Bukankah mereka yang empunya kerajaan Surga itu adalah orang yang sebenarnya kaya? Tetapi kenapa kekayaan rohani atau kekayaan surgawi itu dimulai dari kemiskinan rohani? Nah ini adalah paradoks yang Yesus berikan, bahwa orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang poor in spirit, Tuhan akan memberikan kekayaan. Dalam arti apa? Dia melihat bahwa dirinya itu berdosa, dia melihat bahwa dirinya itu kurang kudus, dia melihat dirinya itu belum sungguh-sungguh memuliakan Tuhan, maka justru Tuhan akan tambahkan kekayaan rohani di dalam Yesus Kristus. Ini perspektif yang berbeda. Justru kita miskin di hadapan Allah, kita sadar keberdosaan kita dari perspektif manusia, tetapi justru Tuhan akan memberikan kekayaan rohani di dalam Kristus. Kita memiliki iman, kita memiliki pengharapan, kita memiliki kasih, kita memiliki pengampunan dosa. Itu adalah kekayaan-kekayaan rohani yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Dan jangan sampai kita itu menjadi seorang yang sombong sehingga akhirnya Tuhan tidak mengijinkan kita memperoleh kekayaan rohani yang lebih banyak lagi.

Nah itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tugas kita sebagai orang Kristen adalah kita mencari kerajaan Tuhan. Kerajaan Tuhan memang sudah kita dapatkan, kita sudah terima, kita sudah mengerti. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa kita terus cari. Dalam arti apa? Pengenalan kita kepada Tuhan itu nggak mungkin cukup, nggak mungkin pada tahap “Oh kita sudah kenal kepada Tuhan sempurana.” Tidak! Kita sehari-hari pasti akan terus belajar mengenal Tuhan. Itu yang kita kejar. Kekayaan rohani di dalam Kristus, segala hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan, itu adalah hal yang pertama-tama seharusnya dikejar oleh orang Kristen yang sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus.

Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, setidaknya ada 4 definisi orang Kristen yang sejati menurut Yakobus. Yang pertama adalah seorang Kristen yang sejati dia adalah orang yang memiliki iman yang sejati di dalam Yesus Kristus. Nah iman ini sungguh-sungguh perlu kita mengerti dengan lebih jelas iman itu seperti apa. Banyak orang memiliki pemahaman yang salah tentang iman. Iman itu seolah-olah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk percaya kepada Tuhan yang sejati. Padahal iman yang sejati bukanlah kemampuan dari manusia melainkan pemberian dari Tuhan sendiri. Dan kemudian memang ketika manusia jatuh ke dalam dosa, mereka tetap punya kemampuan untuk beriman atau percaya sesuatu, cuma imannya salah; kepada objek yang salah maupun dengan motivasi yang salah. Tetapi iman yang sejati, iman yang benar, iman yang dengan motivasi benar dan kepada objek yang benar itu hanya didapat, diperoleh dari Tuhan sendiri.

Nah setidaknya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, untuk merenungkan tentang iman, kita bisa memikirkan 3 aspek iman yang seharusnya kita betul-betul pahami sebagai orang Kristen. Iman itu bukan cuma 1 aspek saja ya. Misalkan iman, percaya saja. Sudah! Tetapi iman itu sendiri bisa dibagi dalam 3 aspek yang bisa kita bentuk dalam segitiga. Yaitu bicara soal pertama aspek notitia atau pengetahuan. Iman itu aspeknya, salah satunya, adalah pengetahuan. Bicara soal akal budi, bicara soal informasi dan bicara soal fakta yang kita peroleh. Itu bicara soal iman. Berarti iman sendiri ada pemikiran, ada informasi, ada fakta, ada pengetahuan itu sendiri. Yang kedua, setelah pengetahuan itu kita tahu, kita ketahui, lalu aspek kedua dari iman adalah assensus atau persetujuan. Kita setuju nggak tentang pengetahuan tersebut, bahwa Allah itu adalah Allah yang berdaulat misalkan ya. Kita setuju, oke. Masa ada orang yang menolak bahwa Allah itu bukanlah Allah yang berdaulat? Nggak mungkin! Semua orang Kristen, bahkan orang yang non-Kristen pun tahu pengetahuan Allah yang berdaulat dan juga setuju terhadap pengetahuan tersebut. Allah itu berdaulat.

Tetapi iman itu tidak cukup sampai berhenti di situ, berhenti di dalam pengetahuan, lalu persetujuan. Tetapi iman itu adalah masuk ke dalam yang inti dari iman itu sendiri yaitu fiducia atau penyerahan diri. Penyerahan diri kepada pengetahuan maupun persetujuan yang sudah dikatakan oleh dirinya sendiri, yaitu saya mau bersikap seperti apa itu pengetahuan maupun persetujuan yang saya sudah setujui. Kalau Allah berdaulat, dalam hidup saya, dalam segala sesuatu, apa sih yang bisa saya kuatirkan. Akhirnya menyerahkan diri, dia tidak kuatir. Dia tetap hati-hati, tetap waspada, tetap bijaksana, cuma dia tidak ketakutan yang berlebihan. Nah itu ada wujud tindakannya.

Tapi banyak orang akhirnya memiliki iman itu sebatas pengetahuan saja dan persetujuan saja, dan tidak pernah berdampak di dalam dirinya sendiri. Tahu Yesus, setuju Yesus itu Tuhan tapi tidak pernah men-Tuhan-kan Yesus itu. Nah iman yang aspek paling utama ada penyerahan diri ini hanya bisa diberikan oleh Allah sendiri. Kalau iman berdasarkan pengetahuan, persetujuan, itu kurang lebih ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa usahkan lah, kita bisa tahu, belajar, cari tahu. Itu kan manusia bisa cari tahu, bisa mendapatkan informasi. Bisa juga setuju atau tidak setuju terhadap informasi. Tapi bicara soal penyerahan diri, sampai kita sungguh-sungguh taat kepada Tuhan dan juga hidup berkenan kepada Tuhan itu hanya dari pertolongan Tuhan saja. Iblis sebagai makhluk atau ciptaan Tuhan yang sangat pintar itu sendiri, dia tahu Tuhan Yesus, dia tahu Allah Tritunggal, dia tahu firman Tuhan, dia tahu Kejadian sampai Wahyu, dia tahu orang Kristen dari segala abad, zaman, dia setuju Yesus anak Allah. Yang dia tidak miliki adalah fiducia itu, yaitu penyerahan diri kepada kebenaran atau kepada firman Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu memiliki kesadaran hal demikian ya. Iman itu ada tindakannya. Nah itu adalah iman yang sejati. Dan Yakobus menegur orang-orang Kristen pada waktu itu, orang Kristen itu banyak bicara soal pengetahuan-pengetahuan saja, persetujuan-persetujuan saja. Mana tindakannya? Itu yang didorong Yakobus agar orang Kristen berdoa supaya boleh memiliki iman yang sejati. Saya mau melakukan apa yang saya sudah ketahui dan sudah setujui. Nah itu yang Yakobus inginkan. Kamu kalau sudah tahu, sudah setuju, coba lakukan! Nah ini sangat susah. Banyak orang Kristen lemah terhadap hal soal tindakan di dalam apa yang dia sudah pelajari di dalam Alkitab. Bagaimana mengasihi Tuhan segenap hidup kita, bagaimana kita mengasihi sesama, itu yang paling susah apa sih? Tindakannya. Bukan soal pengetahuan maupun persetujuan tapi soal penyerahan diri kepada kebenaran itu sendiri. Itu yang pertama, orang Kristen yang sejati itu adalah orang yang memiliki iman yang sejati dalam Yesus Kristus.

Yang kedua, Yakobus juga menjelaskan bahwa orang Kristen yang sejati itu berarti imannya tercermin dalam tindakan-tindakan pertobatan dari dosa dan juga melakukan kehendak Bapa di Surga. Jadi ilustrasi paling sederhana tentang iman adalah bicara soal iman itu seperti mata koin ya atau uang. Koin tersebut memiliki 2 sisi. Kalau memang sungguh-sungguh beriman maka di sisi sebaliknya ada perbuatan. Ada percaya, ada perbuatan. Kalau percaya tapi tidak ada perbuatan itu bukan iman yang sejati. Percaya atau iman itu betul-betul tercermin dalam pertobatan hidup. Iman kepada Yesus maka hidupnya itu mengikuti teladan Yesus Kristus.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu punya dosa apa ya yang sering kita lakukan? Yang jarang kita lakukan mungkin kita sudah lupa. Saya pernah melakukan dosa itu, bahkan kita pikir kita sendiri tidak melakukan dosa itu karena sudah lupa kok. Kita sudah tidak ada informasinya, sudah lupa. Mungkin yang sering kita bergumul adalah dosa yang sering kita lakukan. Karena dengan keseringan itu, dengan banyaknya frekuensi yang dikerjakan kita jadi ingat. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus sendiri menjelaskan bahwa kalau kamu sungguh-sungguh menjadi orang Kristen, coba lawan! Lawan dosa yang sering kamu lakukan. Dengan apa? Dengan pertolongan Tuhan sendiri. Tuhan menolong kita pasti! Tuhan memberikan kemampuan atau pun penyediaan-Nya supaya kita bisa melawan dosa. Itu Tuhan pasti kok. Dia Allah yang baik, Dia Allah yang menginginkan kita hidup kudus. Masakkan Tuhan tidak menolong kita? Tuhan pasti! Tuhan pasti mau menolong kita. Tuhan, sekali lagi, Tuhan itu tidak mengambil “kedaulatan” kita untuk bisa hidup kudus. Tuhan tetap mendorong kita supaya sadar, kita ini bukan robot. Kamu punya kemauan, kamu punya tanggung jawab, kamu juga punya kemampuan. Coba maksimalkan kemampuan yang kamu miliki atau usaha yang ingin kamu kerjakan untuk bisa hidup kudus di hadapan Tuhan.

Tuhan pakai manusia. Itu lebih menunjukkan ke-Mahakuasa-an Tuhan dibandingkan Tuhan sendiri yang membuat manusia berdosa jadi kudus. Nggak! Tuhan tetap mendorong, Tuhan tetap memelihara, memperingatkan agar orang itu sendiri melakukan usaha-usaha untuk bisa bertobat di hadapan Tuhan. Tetap balik lagi orang bisa bertobat dari dosanya itu karena Tuhan kok. Tetapi orang yang melakukan pertobatan dari dosanya itu siapa yang lakukan? Ya dia sendiri kan, ada tanggung jawab dari manusia. Tuhan tidak ambil tanggung jawab manusia itu sendiri. “Sudah Aku kan kudus, Aku tidak bisa berdosa. Aku ini Maha suci. Sudah kamu diganti Aku saja supaya bisa hidup kudus.” Bertobat. Nggak! Tuhan tetap membentuk kita supaya kita mau memiliki pikiran-pikiran Yesus Kristus. Itu pelan-pelan, itu proses seumur hidup. Tuhan mau agar kita memiliki perasaan-perasaan Yesus Kristus. Itu juga pelan-pelan. Tuhan tidak langsung kasih, “Nih, perasaan Yesus Kristus. Nih, di hatimu.” Sudah, jadi seperti Yesus Kristus, memiliki emosi yang kudus, memiliki emosi yang sungguh-sungguh murni di hadapan Tuhan. Nggak! Pelan-pelan. Ada kalanya kita jatuh. Justru di situ juga kita bisa diingatkan dosa itu juga membuat kita itu sadar kita ini miskin di hadapan Allah. Orang yang menyadari dirinya miskin di hadapan Allah, Yesus katakan, memiliki kerajaan Surga.

Jadi Tuhan sendiri mengijinkan kita betul-betul bergumul, berproses untuk senantiasa bertobat dari segala dosa-dosa kita. Ini adalah seruan dari Yohanes pembaptis yang mengatakan, “Kamu yang berdosa apa, lakukan yang sebaliknya. Coba lihat. Apakah Tuhan betul-betul memampukan kamu untuk bertobat atau tidak.” Ya, kita dosa apa sih Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Mencuri? Oke mencuri, sekarang bertobat. Bertobat bukan saja tidak mencuri, kalau tidak mencuri kan berhenti saja, tetapi bertobat ada maju selangkah lagi, yaitu apa? Memberi, berbagi. Itu lawannya dari mencuri. Membunuh. Ya, itu membunuh orang, ya mungkin kita tidak ada yang melakukan. Kalau melakukan sudah masuk penjara. Mungkin membunuh dalam arti kita membenci sesama. Kita lakukan sebaliknya, oke berhenti benci. Sekarang apa? Mengasihi orang. Wah itu adalah satu perubahan yang dahsyat yang berpengaruh di mana ini tuntutan orang Kristen. Tuntutan orang Kristen adalah bertanggungjawab terhadap imannya. Kalau memang sungguh-sungguh sudah bertobat, sudah sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, lakukan buah-buah pertobatan.

Nah ini menjadi harapan kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam doa-doa kita. Kita mau supaya hidup kita itu penuh dengan perbuatan yang sesuai dengan pertobatan kita. Selera orang Kristen, selera kita sendiri berubah. Kita menjadi suka terhadap hal-hal yang disenangi oleh Tuhan. Mungkin dulu kita tidak terlalu suka hari Minggu Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Kenapa? Harus ke gereja. Nah sekarang kita mau bertobat dari selera tersebut, kita jadi suka ke gereja. Kenapa? Karena kita bisa memikirkan kenapa Tuhan suka kita ke gereja. Ya Tuhan suka apa sih ketika kita di gereja ini? Tuhan disenangkan ya. Yaitu apa? Ketika Tuhan melihat anak-anak-Nya berkumpul. Meskipun tidak saling kenal, berbeda suku, berbeda budaya, latar belakang, tetapi kita dikumpulkan dengan satu iman dan mau sungguh-sungguh memuji Tuhan. Tuhan senang. Maka dari itu kalau Tuhan senang ketika diri-Nya dipuji bersama dengan saudara seiman, kita mau memuji Tuhan. Kita juga mau senang ketika Tuhan senang. Ini adalah wujud bagaimana kita diselamatkan oleh Tuhan, kemudian melakukan pertobatan.

Yang ketiga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang Kristen yang sejati adalah orang yang mengerti bahwa mereka diselamatkan dari segala perbuatan dosa itu bukan karena kemampuan manusia, melainkan karena anugerah iman. Jadi kita tahu ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang Kristen yang sejati adalah orang yang punya iman yang sejati. Dan itu asalnya dari Tuhan. kemudian, ketika kita menjalani kehidupan yang beriman, kita juga harus ingat bahwa Tuhan juga kasih tanggung jawab kepada kita untuk berusaha, bertekad sekuat mungkin untuk melakukan ketaatan kepada Tuhan. Tetapi dalam perjalanan iman kita seringkali akhirnya itu berubah semua. Kita berpikir bahwa iman itu kita bisa hasilkan, iman itu karena perbuatan kita. Karena apa? Karena kita terlalu menekankan tanggung jawab manusia sehingga lupa bahwa semuanya itu karena anugerah Tuhan.

Di dalam poin yang ketiga ini, justru orang Kristen yang sejati itu harus bisa memiliki pemahaman bahwa imannya atau keselamatan jiwanya itu adalah betul-betul karena pembenaran hanya oleh iman dari Tuhan saja bukan karena perbuatan dia. Jadi kembali lagi tidak ada jasa diri. Oke lah kita sudah berjuang, sungguh-sungguh taat kepada Tuhan, kita saat teduh dan lain-lain, kita tidak mengambil jasa bahwa itu karena kehebatan kita. Kita tidak menjadi orang yang sombong. Karena apa? Karena kita memiliki konsep bahwa semuanya itu dari Tuhan. Jadi bukan saja penekanan kepada tanggung jawab kita secara rohani di hadapan Tuhan itu harus bagaimana, tetapi juga kembali lagi bahwa aku bisa begini, sampai bisa tahap demikian, sampai bisa pelayanan dengan konsisten, entah itu bisa sungguh-sungguh dipakai Tuhan, persembahan yang begitu besar, misalkan ya, untuk kerajaan Tuhan, mempersembahkan seluruh tubuh bagi Tuhan, misalkan ya, itu semua itu bukan karena dia lagi. Jadi kita bisa lihat ya perubahan-perubahan ini, atau perbedaan-perbedaan ini bahwa kita jangan sampai menjadi orang yang mengandalkan diri dan akhirnya lupa bahwa semuanya itu adalah karena Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Kita tetap ingat bahwa Tuhan itu dianugerahkan iman.

Dan yang keempat, orang Kristen yang sejati, Yakobus juga menjelaskan bahwa dia akan semakin giat mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan. Ini juga adalah buah-buah pertobatan, entah itu sedikit atau banyak, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang tersebut ingin dipakai oleh Tuhan. Ingin melakukan apa yang memang Alkitab jelaskan, di dalam 10 hukum Taurat ataupun dalam 2 hukum kasih yang Tuhan nyatakan dalam Alkitab. Sayang sekali jikalau ada orang Kristen yang berpikiran bahwa setelah diselamatkan karena iman, kemudian keselamatannya itu dia berpikir bahwa dia harus menjaga keselamatannya. Nah ini kan salah ya konsepnya. Kalau menjaga berarti dia yang bisa menentukan keselamatan ini ada atau hilang. Nah maka dari itu, justru kita harus mengerti bahwa orang Kristen yang sejati, yang sudah diberikan iman dari Tuhan itu bukan menjaga, bukan memohon lagi untuk diselamatkan tetapi mengerjakan atau mengucap syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan dengan ketaatan kepada Tuhan. Yang menjaga keselamatan kita tetap ada, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukanlah kita tetapi Roh Kudus dan firman Tuhan yang menjamin keselamatan yang pasti dalam Kristus.

Maka dari itu, Yakobus memang menekankan kedua ini, iman, perbuatan. Pemberian Tuhan, anugerah Tuhan dan juga mengerjakan keselamatan yang Tuhan sediakan bagi kita. Dan ini adalah sesuai dengan perkataan Yesus Kristus ya ketika Yesus Kristus sedang melakukan mujizat, pelayanan, di situ ada seorang yang sakit ayan. Dan seringkali dia sakit ayan ini, seringkali membahayakan dirinya. Alkitab menjelaskan bahwa dia sering masuk ke dalam api, masuk ke dalam air. Tetapi sebenarnya dia juga adalah orang yang kerasukan setan. Dan kemudian ketika para murid, para rasul itu mencoba untuk mengusir setan dengan nama Yesus, berdoa supaya si orang ini itu tidak sakit lagi, bahkan setannya diusir dari dia, murid-murid-Nya tidak bisa. Nah di sinilah perkataan Yesus mengatakan bahwa, “Jikalau kamu punya iman sebesar biji sesawi saja, kamu bisa memindahkan gunung. Kamu bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan.” Itu berarti Bapak, Ibu, Saudara sekalian, para murid sendiri sebenarnya belum punya iman yang sejati, belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dia memiliki konsep Kristus yang salah. Sehingga apa yang mereka lakukan itu seringkali tidak menjadi ucapan syukur atas anugerah Tuhan melainkan sebagai usaha diri mereka saja bukan karena pertolongan Tuhan.

Nah pada waktu itu memang biji sesawi itu adalah satu biji yang umum diketahui oleh banyak orang pada waktu itu dan paling kecil. Tapi ketika biji sesawi itu kena matahari, kena hujan, bisa bertumbuh, itu menghasilkan dampak yang besar. Demikan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sebagai orang Kristen itu kita punya iman. Tuhan sudah berikan iman yang kecil, yaitu iman yang menyelamatkan itu. Nah setelahnya seharusnya iman ini boleh bertumbuh sampai berdampak seperti pohon dari biji sesawi itu yang bisa menjadi terlihat atau pun berdampak bagi lingkungan sekitarnya. Demikian juga kita. Ini adalah suatu anugerah Tuhan kalau Tuhan memberikan iman kepada kita yang menyelamatkan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah anak kecil ataupun masih muda, masih kecil, anak SD, anak SMP, masih remaja, masih anak-anak, mereka bisa diberikan iman yang menyelamatkan oleh Tuhan? Bisa saja! Justru mereka yang masih muda ini banyak kesempatan mereka melakukan tanggung jawab di hadapan Tuhan sampai iman yang kecil itu akhirnya berkembang, semakin besar, dan betul-betul boleh memberkati banyak orang. Ya sejak kecil. Makanya kita sangat memperhatikan iman dari anak-anak, remaja, pemuda. Ini masa depan dari kerajaan Tuhan. Meskipun kita tahu bahwa Tuhan bisa pakai siapa pun, orang non-Kristen pun bisa Tuhan pakai, tetapi Tuhan lebih senang memakai orang-orang yang sudah diberikan banyak berkat, kekayaan dari surgawi tersebut. Jadi ini adalah hal yang perlu kita perhatikan, kita bisa doakan juga ya. Kita punya anak, kita punya anak-anak sekolah Minggu, kita punya remaja, pemuda, itu betul-betul mereka bisa kita bentuk. Kita bisa doakan untuk bisa memuliakan Tuhan lebih besar lagi. Anak kecil, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bisa memberitakan Injil juga. Jangan sampai kita pikir anak kecil itu tidak bisa memberitakan Injil.

Ada saudara istri saya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sempat ketemu, masih kelas 4 SD. Memang dia orangnya memiliki karakter yang menarik ya. Kemudian kita kasih aja ya, kasih arahan, “Ini kamu waktu beli-beli sesuatu kasih traktat ke pegawai-pegawainya.” Wah. Itu pemandangan yang sangat indah. Bukan orang dewasa yang kasih traktat, kasih nasehat, kasih firman Tuhan, penginjilan, gitu ya. Anak kecil! Bisa. Dan orang pun sikapnya berbeda ya, orang ketika diberi sesuatu, firman Tuhan atau pemberian lah dari anak kecil, mereka pun lebih senang kan. “Ada anak-anak memberikan sesuatu kepada saya. Dan ternyata itu adalah firman Tuhan”, misalkan ya, atau traktat itu sendiri. Nah itu malah bisa dipakai lebih besar lagi dibandingkan dengan kita yang besar, yang sudah dewasa memberikan traktat kepada sesama kita. Nah, itu adalah bentuk kita mau mengusahakan. Katanya, saya orang Kristen. Katanya, orang Kristen harus mengabarkan Injil. Bagaimana tindakannya? Kalau kita tidak pernah mengabarkan Injil, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, betul-betullah, baik dalam konsep pengabaran Injil secara luas, maupun secara sempit. Secara luas ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sederhana, kita orang Kristen, kita rajin ibadah saja itu sudah pekabaran Injil. Kita rajin persekutuan saja, kita pekabaran Injil. Karena apa? Karena kita bertemu dengan orang lain. Saya hadir karena Tuhan. Tuhan yang panggil saya beribadah, saya hadir. Itu pekabaran Injil secara luas.

Tapi, pekabaran Injil secara sempit adalah betul-betul dekat dengan orang, mengasihi jiwa orang, ingin tahu dia, ingin ngobrol, datengin dia, cerita tentang Tuhan seperti apa atau mendiagnosa, evaluasi jiwanya itu bagaimana, layaknya dokter ya. Di sini kita ada dokter manusia, ada dokter hewan kan. Seperti itu ya. Punya hati untuk menyembuhkan yang sakit. Nah, itu kan pekabaran Injil dalam arti sempit ya. Kita betul-betul mengabarkan Injil. Tapi kalau tidak pernah mengabarkan Injil, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, dalam pengertian luas atau kecil, itu perlu ditanyakan, justru harus diinjili. Apakah sungguh-sungguh beriman kepada Yesus Kristus? Apakah sungguh-sungguh mengerti pengorbanan Yesus Kristus yang begitu besar di atas kayu salib, mati menanggung hukuman dosa kita? Nah, itu justru dia perlu Injil. Dia hanya tahu Injil, setuju Injil, tapi tidak menyerahkan dirinya kepada Injil itu sendiri ya.

Lalu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan saja nasehat Yakobus bicara soal iman dan perbuatan, tetapi Yakobus juga memberikan peringatan bahwa dalam komunitas orang Kristen dalam gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tidak tentu semua orang Kristen itu betul-betul orang Kristen yang sungguh-sungguh. Ada yang belum regenerasi atau belum lahir kembali. Bisa juga. Ya, masih menunggu. Ya, mungkin masih pending lah. Tapi dia sudah ada di gereja, tapi dia belum dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Belum waktunya Tuhan, dia sungguh-sungguh percaya Kristus, tapi sudah di dalam anugerah. Tetapi juga, ada orang-orang yang di dalam gereja Tuhan, komunitas Kristen. Dia seperti orang Kristen, tetapi apakah jati dirinya orang Kristen? Tidak. Dia menolak Yesus Kristus dengan jelas. Lalu, kenapa ke gereja? Ya pengen aja. Ya pengen berkumpul di gereja. Ya nggak enaklah sama teman-teman lingkungan, Kristen semua. Saya ke gereja lah. Atau pengen ada motivasi-motivasi lain di gereja. Dia tetap di gereja.

Dan itulah yang disoroti oleh Yakobus juga bahwa di komunitas Kristen ada orang Kristen sungguh-sungguh, ada orang Kristen yang bukan sungguh-sungguh Kristen bahkan. Ada domba, ada kambing. Ada domba yang belum sungguh-sungguh percaya, domba yang belum Kristen. Wah, ini aneh juga ya. Domba yang belum dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Ada di gereja. Ada kambing yang kelihatan domba. Ini kan penggambaran dari Yesus sendiri ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bahwa umat pilihan Tuhan itu digambarkan seperti domba, dan juga umat bukan pilihan itu kambing. Nanti, di akhir zaman akan dipisahkan. Ini domba, umat pilihan. Ini bukan umat pilihan. Cuma, di bumi ini, itu semuanya bercampur dan Tuhan tidak langsung membinasakan atau menyingkirkan atau memisahkan domba di antara kambing atau kambing di antara domba, nggak selalu Tuhan langsung pisahkan, tetapi yang diinginkan Tuhan atas komunitas orang Kristen adalah semakin banyaklah dombanya, jangan semakin banyak kambingnya. Kalau semakin banyak kambingnya, gereja itu bukan gereja yang sejati. Gereja itu gereja yang sesat. Nah, inilah realita dari komunitas orang Kristen. Ada domba, ada kambing. Domba pun belum tentu memiliki kedewasaan yang sama. Kambing pun juga sama. Maka, Yakobus jelaskan bahwa, “Ayo, sebagai orang Kristen saling menolong, saling membangun supaya kita semakin dewasa di dalam Yesus Kristus.” Orang umat pilihan pasti memiliki iman dan imannya itu pasti akan bertumbuh. Jadi, ada buah-buah pertobatan itu kiranya di dalam komunitas Kristen itu bisa lebih limpah lagi.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebenarnya kita ingin sekali ya agar banyak orang terlibat di dalam pelayanan. Cuma masalahnya, pelayanan tidak bisa kita izinkan orang itu yang melayani adalah orang-orang yang tidak kenal Kristus kan? Sayang sekali. Bagaimana akhirnya kalau yang mengkhotbahkan Alkitab itu bukan pengikut Yesus yang sejati? Itu kan sangat disayangkan, meskipun bisa juga mungkin ya, tapi itu bukan yang Tuhan perkenan. Mungkin juga ada dalam tahapan tertentu ya, Tuhan juga bisa memakai orang-orang tertentu dalam konteks untuk penginjilan. Misalkan ya nanti kita ada paduan suara, konser, ansambel, ada orang-orang itu juga yang memang bukan Kristen kok, tapi punya talenta yang baik, terus kemudian mereka memuji Tuhan. Apakah orang non-Kristen ketika memuji Tuhan, memainkan lagu pujian Kristen itu mencemari ibadah Kristen? Kan enggak. Tetaplah, ibadah kita tetap baik. Cuma, ada kalanya ya Tuhan juga izinkan untuk orang-orang non-Kristen juga bisa terlibat begitu di dalam pelayanan, tapi dalam moment yang khusus, bukan moment yang rutin. Masalah prioritas. Dan itu menjadi kesempatan mereka pun bisa mengenal ibadah Kristen. Itu bentuk penginjilan lah. Kenapa Yudas dipilih Yesus, padahal Yudas ini menolak Yesus, dia tidak percaya Kristus, motivasinya uang, motivasinya reputasi, motivasinya nama? Karena Tuhan mengasihi Yudas. Supaya Yudas juga melihat, mengenal Tuhan lebih dalam lagi dan juga bagaimana itu menjadi sebuah contoh, kita pun dihibur ketika ada orang-orang yang memang di dalam komunitas Kristen pun ternyata bukan umat pilihan. Yakobus mendorong agar semua orang-orang Kristen di dalam komunitas Kristen itu menunjukkan buah pertobatan sehingga nantinya orang-orang yang memang bukan orang Kristen sungguh-sungguh pun itu terlihat sehingga akhirnya mereka bisa tahu, “O, ini orang-orang yang tidak setia, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.” Mereka pun akhirnya terpisah sendiri dan mereka akhirnya mendapatkan penghakiman juga atau teguran supaya mereka bisa sungguh-sungguh mengenal Tuhan.

Bukan saja itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita lihat perumpamaan Yesus tentang lalang di antara gandum ya. Yesus sendiri menjelaskan, kerajaan Surga itu ibarat seseorang yang menaburkan benih baik di ladangnya, terus ada musuhnya menaburkan benih yang buruk di ladang tersebut. Itu musuhnya itu menaburkan benih lalang, yang satu gandum. Lalu gandum itu tumbuh. Gandum itu tumbuh, lalang itu tumbuh juga. Kemudian si hamba para penabur itu melihat, “Tuan, kok ada benih yang lain di ladang tuan? Ada benih lalang. Darimana lalang itu?” Si Tuan itu mengatakan bahwa, “Itu memang musuh yang lakukan. Saya tahu, ada penabur lain yang menaburkan lalang tersebut.” Lalu, hamba-hamba itu katakan, “Jadi, maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Ya sudah, kami cabut saja lalangnya. Kan sudah kelihatan tuh lalangnya, tinggal di cabutlah, dibersihin, jadi semuanya itu gandum.” Tuan itu jawab, “Jangan, sebab mungkin gandum itu pun akan tercabut waktu kamu cabut lalang. Biarkan saja tumbuh sampai hari menuai. Nah, pada hari menuai itu, aku akan berkata, kumpulkan dulu lalang itu, kemudian nanti akan dibakar. Dan kumpulkan gandum itu ke lumbungku.” Nah, ini perumpamaan Yesus Kristus ya. Nah, ketika orang banyak pulang, Yesus baru jelaskan perumpamaan itu kepada para murid bahwa penabur benih gandum yang baik itu adalah Yesus Kristus. Ladang ini adalah dunia. Gandum atau benih yang baik itu adalah anak-anak kerajaan, lalu lalang atau benih yang jahat itu adalah anak-anak si jahat. Penabur benih yang jahat itu iblis dan waktu menuai adalah akhir zaman dan para penuai adalah malaikat. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita harus melihat bahwa Tuhan memang membiarkan kok dunia ini ada umat pilihan dan umat bukan pilihan itu hidup bersama-sama, saling berdampingan, dan sampai terkadang kita sulit untuk mengetahui mana yang betul-betul umat pilihan atau bukan umat pilihan. Karena apa? Karena kebenaran itu akan kita ketahui di akhir zaman.

Wah, sayang sekali ya kalau kita sudah kenal saudara kita di gereja atau keluarga kita yang Kristen, eh ternyata di akhir zaman, ternyata dia bukanlah orang yang sungguh-sungguh mengenal atau percaya kepada Kristus. Dan sampai sekarang, kita pun tidak bisa tahu apakah betul-betul orang tersebut itu adalah umat pilihan yang sejati atau tidak karena kita masih berproses, kita banyak yang tidak tahu. Cuma memang, Alkitab sudah jelaskan bahwa ada ciri-ciri orang Kristen yang sejati itu seperti apa, tapi itu pun tidak menjadi jaminan 100% kalau dia rajin ke gereja, kalau dia mengaku dengan mulutnya sungguh-sungguh percaya Kristus yang sudah bangkit dari antara orang mati, betul-betul kayak sudah dilihat secara fenomena itu dia orang Kristen, apakah dia betul-betul orang Kristen? Belum tentu lho. Meskipun ya, Bapak, Ibu sekalian, itu adalah tanda-tanda yang mendukung ke sana.

Mari kita baca Matius 7:21-23. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.  Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! Jadi, kita bisa melihat bahwa ini menjelaskan bukan umat pilihan ya. Ini bukan umat pilihan, tapi ciri-cirinya apa? Mereka berdoa, berseru kepada Tuhan, “Tuhan! Tuhan!” Bukan saja mereka berdoa, dia pelayanan firman juga. Bernubuat demi nama Yesus kok. Berkhotbah demi nama Allah. “Ini firman Tuhan! Ini kebenaran!” Bukan saja itu, dia mengusir setan demi nama Tuhan, mengadakan mujizat. Bagaimana kita melihat umat bukan pilihan bisa melakukan hal demikian? Berdoa, pelayanan firman, melakukan mujizat, mengusir setan lagi ya, padahal bukan umat pilihan, katanya. Bagaimana kita dengan diri kita sebagai orang Kristen? Ya sekali lagi ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bukan mau keren-kerenan secara rohani ya kalau orang yang bisa lakukan mujizat pasti dia rohaninya lebih hebat. Bukan! Kalau bisa mengusir setan, berarti dia lebih beriman kepada Tuhan. Kalau dia rajin berdoa, berarti dia lebih sungguh-sungguh kepada Tuhan. Bukan demikian!

Kita prinsipnya adalah kita melakukan kehendak Tuhan. Itu umat pilihan. Kehendak Tuhan. Jadi, bicara soal relasi kita dengan Tuhan pribadi dengan pribadi. Manusia dengan Allah. Terus kita mengetahui bahwa, “Ini kehendak Tuhan. Saya harus lakukan. Kalau yang bukan kehendak Tuhan, saya tidak mau lakukan.” Dan kehendak Tuhan bukan bicara soal yang buruk dan baik, melainkan yang baik di antara yang baik. Kalau kehendak Tuhan bukan melakukan mujizat, jangan lakukan mujizat. Kenapa harus lakukan mujizat? Kalau kehendak Tuhan bukan mengusir setan, ya kita nggak usah mengusir setan. Mungkin kehendak Tuhan itu adalah memakai orang lain, baru mengusir setan. Bukan kita. Memangnya kita yang dipakai Tuhan terus? Memangnya kita yang menjadi satu-satunya panglimanya Tuhan di dalam dunia ini? Enggak. Yang penting, kita lakukan kehendak Tuhan dan ketika kita berusaha terus, “Apa kehendak Tuhan?” Kita tanya kepada Tuhan, kita itu menunjukkan diri kita itu umat pilihan. Jadi umat pilihan adalah orang-orang yang mau melakukan kehendak Tuhan secara tepat. Selalu tanya Tuhan, “Tuhan, kehendak Tuhan bukan? Saya lakukan ini, kehendak Tuhan atau bukan atau kehendak diri saya sendiri?” Ketika kita melakukan kehendak Tuhan, itulah Allah katakan itu perbuatan baik. Di sini dijelaskan bahwa umat bukan pilihan itu kelemahannya apa? Dia itu tidak pernah melakukan perbuatan baik, sekalipun mujizat, sekalipun doa, sekalipun mengusir setan, sekalipun khotbah, sharing firman Tuhan, renungan. Dikatakan bahwa Tuhan tidak kenal dia. Kelemahan dari orang-orang yang bukan umat pilihan adalah dia tidak pernah dikenal oleh Tuhan, tidak pernah diterima oleh Tuhan, dan betul-betul segala perbuatan baik menurut dia maupun menurut sesama itu adalah kain kotor di hadapan Tuhan. Bahkan, segala hal yang baik menurut dunia, itu dianggap sebagai kejahatan oleh Allah.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita tidak lagi melihat bahwa ini baik, ini buruk, ini salah, ini benar, tapi lebih detail lagi, ini kehendak Tuhan atau bukan? Kita diminta Tuhan sebagai umat pilihan itu kritis kok. Kalau bicara soal baik buruk, itu sangat relatif. Salah benar juga sering kali relatif ya. Tapi kalau kita mengerti bahwa kehendak Tuhan adalah mempercayai Alkitab yang adalah firman Tuhan, itu standar kebenaran, itu standar kebaikan kita. Jadi, bukan lagi standarnya kita. Jadi, bicara orang Kristen yang sejati adalah bicara soal orang itu betul-betul punya relasi dengan Tuhan atau tidak, dikenal Tuhan atau tidak, diterima Tuhan atau tidak, dan betul-betul dipilih Tuhan atau tidak. Kita betul-betul bersyukur kalau kita boleh dikenal Tuhan, diterima Tuhan, dipilih Tuhan. Itu adalah anugerah yang sangat besar yang Tuhan berikan kepada kita.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa orang Kristen maupun orang Kristen yang palsu memang sulit dibedakan. Akan tetapi, ciri-ciri orang Kristen yang sejati adalah sungguh-sungguh tunduk kepada kehendak Allah. Kalau memang itu kehendak Allah, saya mau tunduk, sekalipun memang tidak enak, sekalipun rugi, sekalipun berat, tapi kehendak Allah, ya lakukan. Tapi kalau hal tersebut adalah yang ringan, yang enak, yang nyaman untuk saya, tapi kalau saya tahu itu bukan kehendak Tuhan, itu kehendaknya saya,ya jangan lakukan, sekalipun itu enak, sekalipun itu nyaman bagi kita. Yang penting, prioritasnya adalah Tuhan di atas segalanya.

Lalu sekarang kita lihat nasehat terakhir dari Yakobus di ayat 19 ini. Yakobus katakan, “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran-wanders from the truth “-dan ada seseorang yang membuat dia berbalik” Ya, sampai sini. Jadi, Yakobus sedang menjelaskan perjalanan iman seseorang. Iman seseorang itu digambarkan oleh Yakobus seperti sebuah perjalanan panjang dan ketika dia sudah menemukan jalan yang benar yaitu Yesus Kristus yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup, dia sudah ada di jalurnya Tuhan. Kita sebut sebagai jalan kebenaran atau jalan pertobatanlah. Tapi Yakobus katakan bahwa meskipun kita sudah di jalur kebenaran atau jalan kebenaran, Jl. Bener misalkan ya, Jl. Bener dari gereja ini, kita itu bisa menyimpang. Nanti kalau kita hidup salah semua, nanti Jl. Salah ini ya. Kita bisa menyimpang dari kebenaran dan itu dinasehatkan Yakobus kepada komunitas Kristen. Jadi, orang Kristen jangan pikir kita sudah dipilih, kita sudah diselamatkan, kita sudah diterima oleh Allah, sudah dikenal oleh Tuhan, kita jalannya pasti benar, jalannya pasti jujur, baik, adil, setia, nggak ada salahnya, kita pasti mengerti Alkitab dengan prinsip yang benar. Tidak! Banyak orang yang sudah di jalan benar, tapi dia banyak godaan. Cinta uang, cinta seks, cinta hal-hal berdosa, berhala yang lain, tidak melepaskan semuanya demi Kristus. Ada. Dia sudah di jalan Kristus.

Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang jatuh, sedang menyimpang dari jalan kebenaran. Meskipun kita tahu, umat pilihan pasti nanti tetap sudah di jalur kebenaran kok. Cuma, dia menyimpang. Dia jatuh ke dalam dosa. Kita bisa lihat umat-umat pilihan yang berdosa dengan begitu besar. Raja Daud itu dosanya kurang besar apa sih, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Membunuh, berzinah, berbohong, tidak mau mengaku dosa sampai anaknya yang dari selingkuhannya, Batsyeba itu sudah lahir juga, ya dia tetap saja biasa saja, sampai ditegur oleh orang lain. Nah, Tuhan pakai orang lain untuk menegur Raja Daud. Tuhan memakai orang yang lain juga untuk bisa menunjukkan pesan pertobatan kepada Raja Daud.

Orang Kristen yang sejati pun tidak anti dengan yang namanya ajaran sesat ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Jangan pikir, “Kita sudah Kristen ini. Sudah sungguh-sungguh Sola Scriptura. Semua berdasarkan Alkitab.” Eh, kita bisa ragu. Ragu bisa lho. Kita bisa ragu nih, gereja reformed ini gereja yang benar atau enggak ya? Kita bisa ragu terhadap Yesus Kristus, salib Kristus pun, sekalipun mungkin ya. Ketika kita dalam kondisi-kondisi tertentu, mungkin saja bisa. Apa yang dianggap benar olehnya ternyata bukan kebenaran Alkitab.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada nggak umat pilihan atau orang yang percaya kepada Kristus, tapi pemahamannya adalah sabelianisme? Allah Tritunggalnya adalah modalisme seperti yang kita tahu ya, sabelianisme atau modalisme ini kan satu Allah, tapi berubah-ubah. Berubah dari Allah Bapa, berubah jadi Yesus Kristus. Dari Yesus Kristus berubah jadi Roh Kudus. Tapi, dia percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Berarti dia di jalan kebenaran, cuma salah, menyimpang. Ada persimpangan yang membuat dia itu sulit untuk sungguh-sungguh berjalan di jalan kebenaran karena mereka percayanya Allah yang salah Tritunggalnya. Bukan satu Allah, tiga Pribadi, tapi satu Allah, satu pribadi, terus berubah-ubah. Berubah-ubah sesuai dengan waktunya. Ada! Ada orang Kristen diselamatkan oleh Yesus Kristus, tapi hidupnya itu menjaga keselamatan. “Saya sebagai orang Kristen, sudah diselamatkan. Puji Tuhan! Tapi saya harus jaga keselamatan.” Eh, hidupnya sih hidup lebih kudus, tapi motivasinya kok menjaga keselamatan. Ada yang seperti itu. Mungkin itu juga jadi pertimbangan mereka lebih baik ya, lebih hidup kudus daripada kita yang yakin, ”Saya sudah diselamatkan. Pasti selamat nih! Kan sudah diberikan hidup kekal. Nggak mungkin Tuhan ambil. Nggak mungkin firman Tuhan gagal kan?” Akhirnya apa? Ya sudah, santai-santai. Tunggu masuk surga deh! Ngantre di sana ya. Bebas hidupnya, tidak melakukan kendala. Justru itu lebih parah daripada orang-orang yang menjaga keselamatan. “Saya harus hidup kudus. Saya harus melayani Kristus!”

Banyak seperti itu ya, orang Kristen mengandalkan kekuatannya sendiri, orang Kristen tapi pluralisme, yang mengatakan keselamatan juga ada di agama lain. Keselamatan itu bukan Yesus Kristus saja, tapi dia percaya Yesus. Ini adalah orang yang sudah di jalan kebenaran, tapi banyak persimpangan yang menghambat dia untuk hidup kudus di hadapan Tuhan. Ini adalah yang dikatakan oleh Yakobus. Jangan sampai orang Kristen itu menyimpang dari kebenaran. Wandering from the truth. Kita harus punya kebenaran yaitu Alkitab. Ini tandanya ya. Tanda dari orang-orang yang sungguh-sungguh mengenal Kristus. Dia itu akan sungguh-sungguh mempercayai bahwa sumber kebenaran itu adalah Alkitab. Satu-satunya kebenaran, sumber kebenaran secara rohani lho ya. Itu betul-betul Alkitab 100%. Nah, itu kunci supaya kita betul-betul jangan sampai menyimpang. Hanya di dalam Alkitablah kita menemukan kebenaran yang sejati dan Alkitab sendiri memberikan jaminan diselamatkan caranya bagaimana sesuai dengan yang Allah sediakan dan juga Alkitab sendiri menolong kita supaya kita hidup lebih kudus di hadapan Tuhan.

Nah, bukan berarti seseorang yang menyimpang dari kebenaran itu, jalan kebenaran, atau hal-hal yang benar itu dia hilang keselamatan. Bukan ya, tetapi dia ya salah. Dia memahami ajaran yang salah. Namanya manusia berdosa, pasti bisa kok salah percaya. Apa kita sudah jadi orang Kristen pasti benar percayanya? Enggak. Banyak kesalahan, banyak yang harus kita koreksi dalam diri kita, baik dalam pikiran, iman, maupun perbuatan kita. Samalah, ibarat Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, pohon yang baik. OK, pohon yang baik akan tetap baik kan ya? Tetapi, kalau pohon yang baik itu tinggal di lingkungan yang buruk, sebenarnya dia bisa berbuah nggak dengan baik? Ya buahnya tetap bisa baik, cuma sulit berbuah dan juga sulit tumbuh besar dan baik. Jenis pohon itu tidak mungkin bisa berubah. Pohon yang ini, pohon yang adalah umat pilihan, ambil contoh ya, dia tetap umat pilihan. Pohon yang bukan umat pilihan itu tetap bukan umat pilihan. Sudah dari sononya. Tidak mungkin bisa berubah-ubah. Umat pilihan pindah ke bukan umat pilihan. Bukan umat pilihan, pindah ke umat pilihan. Nggak bisa. Tetapi, yang mempengaruhi pertumbuhan itu banyak sekali. Banyak sekali yang mempengaruhinya. Nah itu yang sebenarnya yang Yakobus ingin hindari, jangan sampai kita itu jatuh ke dalam ajaran yang salah.

Nah ini adalah tema kerohanian tentang persimpangan ya Bapak, Ibu, sekalian. Menyimpang atau pengertian yang dapat dipahami sebenarnya secara negatif maupun positif. Kalau kita menyimpang dari kebenaran, itu adalah pengertian yang negatif, berarti salah, ya melakukan kesalahan. Tetapi kalau kita menyimpang kepada kebenaran, berarti dia bertobat. Ya, jadi ini kita betul-betul melihat kedua jalan ini. Jadi kalau orang-orang yang umat pilihan, tapi semua umat pilihan kan pada mulanya di jalan yang berdosa. Nggak pernah menyimpang ke jalan kebenaran kan begitu ya. Kita semua di sini, di jalan yang berdosa, melakukan dosa, baik pikiran, perbuatan kita, jiwa kita berdosa, tubuh kita berdosa, seluruh keberadaan manusia sudah berdosa, dalam kandungan pun sudah memberontak Tuhan. Kita untuk bisa menyimpang kepada kebenaran ini hanya kuasa Tuhan sendiri ya kan, anugerah Tuhan. Pada saat kita bisa menyimpang ke dalam jalan kebenaran ini, jalan pertobatan ini, di sini ada tantangannya sendiri. Tetapi pada mulanya kita semua itu ada di jalan yang berdosa yang membutuhkan anugerah pertolongan Tuhan. Tapi kalau bukan umat pilihan ya dia di sini dan selamanya di sini. Cuma dia bisa kayak mirip orang-orang yang di jalan yang kebenaran tersebut. Jadi ini jalan yang betul-betul berdampingan, kayak gitu ya. Jalan yang berdampingan di mana kita ada, seperti itu.

Kita semua di sini ya Bapak, Ibu, saudara sekalian, kita pasti pernah salah jalan lah ya. Kita pernah mengalami ketersesatan baik di jalan tol; paling tidak enak itu tersesat di jalan tol ya, muternya sangat jauh sekali. Kita pernah masuk ke jalan tikus, ya, kenapa di Indonesia ini ada jalan tikus ya. Karena jalannya begitu kecil ya. Dan jalan pintas. Dan ketika kita sadar, kita salah jalan, mau tidak mau sebenarnya kita harus berputar dari jalan tersebut. Nah kita menyimpang dari jalan yang salah itu ke jalan yang benar. Nah siapa yang bisa membuat kita itu sadar bahwa kita ada di jalan yang salah itu dan ada jalan yang benar? Tuhan sendiri. Ya. Manusia berdosa itu sudah di jalan yang salah, jalan yang berdosa, dia tidak sadar dia di jalan yang berdosa dan dia anggap itu benar. Sebenarnya tersesat dan ujungnya adalah maut. Tetapi hanya karena anugerah Tuhan, pertolongan Tuhan, kita bisa menyimpang ke jalan yang benar tersebut.

Nah ini adalah perumpamaan dari Yakobus bahwa kerohanian kita itu ibarat sebuah perjalanan yang begitu panjang. Ya, perjalanan sampai ke surga bagi umat pilihan, perjalanan sampai ke neraka bagi umat bukan pilihan. Dan di dalam prosesnya itu sulit dibedakan. Dan tugas kita tidak perlu cari tau mana yang umat pilihan, mana yang bukan umat pilihan. Waktu kita ingin cari tahu mana yang bukan umat pilihan mana yang umat pilihan, Bapak, Ibu sekalian, itu hanyalah dalam rangka kita mau mencari pasangan hidup, ya. Karena Tuhan sendiri mengatakan bahwa kamu tidak boleh memiliki pasangan hidup yang tidak seiman kalau belum menikah. Beda lagi konteksnya kalau sudah menikah gitu ya. Kita sudah berdosa, kita menikah dengan pasangan yang tidak seiman. Itu sudah dikasih tau oleh Alkitab, jangan cerai, nggak boleh ya. Kamu salah menikah, udah terlanjur dulu kok ya, mau langsung cerai gitu, nggak! Pertahankan saja, itu tanggung jawab kamu. Tetapi yang belum menikah, berarti harus memiliki pasangan yang seiman berarti tahu bahwa yang saya kenal, yang saya pacari adalah umat pilihan. Kurang lebih sampai tahap situ.

Wah susah sekali ya? Memang susah. Memang ini adalah tujuan kita mengetahui mana yang umat pilihan dan mana yang bukan umat pilihan. Meskipun kita bisa salah ga? Bisa salah pilih. Kita menyenangi orang yang rajin ke gereja, tapi ternyata dia nggak percaya Kristus ya salah kan. Salah. Terus bagaimana dong? Nah itu udah kita ga bisa apa-apa juga. Di dalam pernikahan mungkin banyak kesulitan dan lain-lain ya. Tetapi ada batasnya pengetahuan kita itu. Jadi nggak perlu ya Bapak, Ibu sekalian kita nge-judge orang. Ini bukan umat pilihan, ini umat pilihan, nggak perlu. Yang perlu kita lakukan adalah kita terus mengabarkan injil. Ya kalau yang belum menikah, kita tingkatkanlah keyakinan kita sampai kurang lebih 99% bahwa dia itu anak Tuhan. Baru kita nikahi, baru kita menikah, kalau betul-betul dia anak Tuhan. Tapi kalau ada keraguan 50% – 50% ya cari lah yang lain. Jadi pilihan kita itu bukan berdasarkan diri kita lagi, dalam memilih segala sesuatu tapi karena Tuhan.

Jalan yang berdosa itu menuju kematian, dan ini Yakobus jelaskan bukan merupakan praktek hidup saja melainkan ajaran-ajaran dan juga itu bisa salah dan sesat. Dan waktu kita berdosa, Bapak Ibu Saudara sekalian, jangan pikir kita itu pasif ya, kita berdosa itu aktif, dan juga digoda oleh iblis dan diri kita sendiri, dan lingkungan yang berdosa. Manusia yang berdosa itu pilih sendiri jalannya yang berdosa ya, dan dia tersesat dan juga menyesati dirinya. Tetapi kalau jalan kebenaran itu menuju kehidupan, dan kita sudah di jalan yang benar, hati- hati, di jalan yang benar ini banyak lubang, banyak persimpangan yang salah. Ya kita bisa salah ajaran, salah perbuatan, kita bisa berdosa gitu ya. Dan tetapi di dalam jalan kebenaran ini Tuhan memberikan kekuatan dan kekuatan bagi kita. Yaitu apa? Yaitu kita bertobat dari segala dosa kita. Pertobatan. Itu yang Tuhan berikan di dalam jalan kebenaran ini.

Bapak Ibu sekalian, kita itu bertobat satu kali atau berkali-kali? Nah kita sudah tahu ya, teologi Reformed menjelaskan bahwa kita itu bertobat itu bukan saja satu kali ketika kita percaya Kristus, tetapi kita setiap hari itu bertobat, dalam arti apa? Berpaling dari jalan yang salah tersebut terus di jalan yang benar. Jadi waktu pertobatan pertama kali itu kita berpindah dari jalan yang berdosa menuju ke jalan kebenaran. Waktu di jalan kebenaran, bukan berarti kita tidak bisa berdosa, kita tetap bisa berdosa cuma kita memiliki kekuatan dari Tuhan untuk bisa bertobat. Nah bertobat sendiri, Bapak Ibu Saudara sekalian, adalah wujud di mana kita aktif sekaligus ditopang oleh Tuhan, dianugerahkan oleh Tuhan.

Pertobatan bahasa Yunaninya adalah metanoia, ya. Yaitu yang sebenarnya artinya adalah a change of mind. Makanya orang Kristen yang masuk agama lain disebut convert, pertobatan. Padahal orang Kristen ke agama yang lain. Agama lain ke agama Kristen itu juga disebutnya convert, pertobatan. Karena maksudnya pertobatan apa? Change of mind aja. Ya change of mind, sebuah perubahan pikiran. Dan yang dimaksudkan pertobatan di dalam Alkitab bukan saja a change of mind yang berubah kayak gitu ya, tetapi sebuah perbuatan baik untuk Allah. Sebuah perbuatan yang melakukan kehendak Allah. Nah itu harus kita lakukan terus setiap hari, maka disebut dikatakan bahwa kita itu bertobat setiap hari, bukan satu kali dua kali, tapi berkali-kali. Sebanyak kita bisa bertobat, bertobat, karena kita ingin pikiran kita berubah. Bukan pikiran kita, melainkan pikiran Allah, dan juga melakukan kehendak Allah. Itulah pertobatan. Di dalam Filipi ya, Rasul Paulus katakan, “Ayo ubahlah pikiranmu itu, menjadi pikiran Kristus, perasaanmu seperti perasaan Kristus, pikirkanlah segala yang baik, yang berkenan, yang sedap didengar, yang mulia, yang benar, yang adil.” Kayak gitu ya. Semuanya betul-betul dipikirkan, dan itu adalah kehendak Tuhan dan kita lakukan di dalam kehidupan kita. Ini adalah buah-buah pertobatan.

Jadi Bapak, Ibu sekalian kita sedang ada di jalan yang benar. Maka senantiasalah bertobat. Bertobat berarti berubah pikiran kita, ya. Berubah ke mana? Ke arah yang berpusat kepada Allah. Kita ingin supaya kehendak Tuhan saja yang jadi di dalam hidup kita, dan kita pun melakukan kehendak Allah. Ini jalan orang beriman.

Bapak Ibu saudara sekalian hati-hati, orang Kristen pun bisa tidak memiliki iman yang berkenan di hadapan Tuhan. Dalam evangelical explosion Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu adalah suatu metode dalam mengabarkan injil, itu ada sebuah penjelasan tentang iman ya, iman yang sejati bagaimana sih? Iman yang benar itu yaitu ketika iman itu percayanya mengandalkan Yesus Kristus sebagai penolong dia untuk memperoleh hidup yang kekal dan hidup dalam pertobatan. Tetapi ada juga iman yang tidak sejati, yaitu apa? Yang pertama ya, dia itu melompat dalam gelap. Dia percaya, tapi dia tidak tahu apa yang dia percayai. Ini juga berarti nggak ada pengetahuan, kamu percaya Yesus? Percaya. Siapa Yesus? Nggak tahu. Gitu ya. Nah itu adalah iman yang salah. Nah banyak orang Kristen juga meskipun sudah di jalan kebenaran tapi imannya tu nggak tahu gitu ya. Tanpa dasar, tanpa bukti. Padahal Alkitab menjelaskan bahwa Alkitab itu adalah fakta. Jadi kepercayaan kita tu bukan ngawang-ngawang. Bukan ga ada penjelasannya. Bukan ga ada buktinya. Alkitab itu adalah kebenaran kok. Semua yang ditulis Alkitab itu benar, fakta, terjadi. Maka iman kita tu bukan iman yang aneh yang ujug-ujug percaya gitu ya. Nggak! Iman kita tu betul-betul berdasarkan fakta.

Nah ini iman kita harusnya demikian. Kisah keseluruhan hidup Yesus juga adalah benar kok. Jadi apa yang kita percaya itu betul-betul sesuai rasio. Sesuai dengan, bahkan melebihi rasio, tapi rasio kita tidak menyangkali keberadaan fakta itu. Memang ada kok Yesus. Memang ada kok kota Yerusalem. Memang ada kok Taman Eden. Memang ada kok Adam dan Hawa. Ya demikian ya. Kita perlu memiliki iman yang sejati itu bukan yang demikian, bukan yang sekedar percaya saja, berdasarkan akal saja, ya, tetapi kita kenal Tuhan. Kita betul-betul percaya fakta di dalam Alkitab dan juga kita memiliki iman yang kekal dari Tuhan. Nah itu banyak sekali ya di dalam perjalanan iman jalan kebenaran itu orang Kristen punya iman yang melompat dalam gelap. Ya udah lah asal percaya ya. Begitu ya? Kemudian mereka juga akhirnya berdasarkan pikiran saja juga akhirnya ga mau betul-betul menerima Alkitab. Ga mau terima mujizat, ga terima supranatural, karena berdasarkan akal saja. Itu juga salah. Atau iman yang berdasarkan situasi dan kondisi. Kalau situasinya baik, ya layani Tuhan. Kalau situasinya buruk ya tidak layani Tuhan. Itu iman yang salah. Nah orang Kristen itu harus punya iman yang sejati ya, iman dan pertobatan.

Dan ayat terakhir Bapak, Ibu, saudara sekalian ya. Kita akan membahas yang terakhir ayat 20. “ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”. Jadi di sini Yakobus jelaskan bahwa ada orang menyimpang dari kebenaran. Ya kan. Ini kita bisa definisikan sudah di jalan yang benar, terus dia simpang. Atau dia sudah di jalan, dia memang di jalan yang berdosa terus kita injili sampai dia bertobat ya. Sampai Tuhan kasih Anugerah, Roh Kudus kembalikan dia, dia berarti di jalan yang benar tersebut ya. Nah di sini, Yakobus menjelaskan bahwa, bukan berarti manusia itu bisa mempertobatkan manusia lainnya, ya. Seolah-olah kita bisa bawa orang, “Ini kebenaran ya.” Ya memang kita bisa tunjukkan, tapi bukan berarti kita yang bisa mengatur kehidupan orang, sampai orang itu di jalan yang benar. Kita tidak bisa membuat seseorang itu dalam perjalanan itu bisa berbalik arah, atau menyimpang ke jalan yang benar, itu hanya Tuhan saja. Kita bisanya apa Bapak Ibu sekalian? Waktu kita menyadari ada orang yang berdosa, kemudian kita bisa singkirkan dia terus gendong dia gitu ya, ke jalan yang benar? Tidak! Kita hanya bisa meneriaki, “Kamu itu sedang jalan di jalan yang salah”. Kita teriaki kita kasih tau. Kita kasih tanda. Kita peringati bahwa kamu itu ada di jalan yang salah. Masalah dia mau berbalik ke jalan yang benar, dari jalan yang salah itu, urusan dia dan Tuhan. Ya urusan dia dan Tuhan, tetapi kita berbagian di dalam pemberitaan tersebut. Ya. kita berbagian di dalam pelayanan tersebut. Kalau kita tahu ada orang yang salah, yang di jalan yang salah, kita cuma kasih tau, yang bener tu begini. Tapi masalah dia mau lakukan yang benar atau tidak, ya masalah dia dengan Tuhan ya. Kita tidak bisa paksa, kalau paksa itu seperti membuat kita bersikap kepada tumbuhan ya, terus kita tarik secara paksa, ayo tumbuh, ayo tumbuh! Gitu ya. Kita ga bisa paksa begitu aja udah. Kita cuma bisa kasih tahu yang benar bagaimana? Ya kita dorong orang itu lakukan kebenaran.

Itulah kenapa Yakobus katakan bahwa seseorang di jalan kebenaran sebenarnya kita bisa membawa orang lain di jalan berdosa kepada kebenaran. Itu karena apa? Karena Tuhan memakai kita. Ya secara yang sekundernya. Kita tetap ada kredit ga waktu kita bawa orang ke gereja? Di hadapan Tuhan ya, ayo kita bawa orang ke gereja. Tetap ada kredit. Tapi yang membawa orang tersebut datang ke gereja itu karena Tuhan sebenarnya. Karena Tuhan yang mengijinkan. Kita cuma berbagian, berbagian untuk dipakai Tuhan untuk memberi tahu, untuk mengajak dia datang kepada Tuhan, kepada firman Tuhan ya. Nah di sini kita bisa lihat bahwa ya iya, kita tetep ada kreditnya lah untuk bisa dipakai Tuhan ya. Dalam arti maksudnya kita itu yang dipakai Tuhan, nah kita bisa lihat tersebut, nah Tuhan kasih upah itu. Kalau kita betul-betul nggak ada tanggung jawab, Bapak Ibu sekalian, kita nggak ada upah di surga. Semua tanggung jawab Tuhan. Tuhan yang membawa orang ke gereja, pakai malaikat lah, pakai malaikat aja, ga perlu manusianya. Tuhan yang bawa dia, Tuhan gerakkan dalam hatinya. Hati nuraninya mendorong dia. Roh Kudus melahirkembalikan dia, terus Roh Kudus yang menguduskan dia. Terus Roh Kudus yang membuat dia mengerti. Kaya nggak ada tanggung jawab manusia sesama ya bagaimana kita melihat semuanya tu betul-betul Tuhan tidak mau pakai manusia. Wah itu berarti Tuhan tidak menganggap diri manusia itu sebagai anak-anakNya. Justru karena Tuhan menganggap kita anak-anakNya maka Tuhan ingin kita untuk melakukan kehendak-Nya. Nah kita sebagai orang yang bukan sebagai orang yang menyebabkan primer dalam segala sesuatu yang baik, tapi kita bisa jadi alat yang dipakai Tuhan untuk menolong seseorang datang kepada Tuhan.

Lalu Yakobus menyatakan fakta yang sangat-sangat indah dan agung, bahwa orang yang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan orang yang menyimpang di jalan kebenaran ataupun orang yang di jalan yang berdosa kemudian dibawa kepada jalan yang benar, dia dikatakan selamatkan jiwa orang itu dari maut. Dia sebagai orang yang penyelamatlah. Kalau Juruselamat hanya Yesus. Tapi kita ini disebut juga ya, orang Kristen artinya kan adalah disebut juga “Kristus-kristus kecil”. Nah berarti orang Kristen juga punya andil di dalam membawa orang Kristen tersebut untuk diselamatkan kepada Tuhan. Yang menyelamatkan memang Tuhan. Tapi balik lagi ya, yang kerja itu siapa? Kita, ya kan? Kita disebut penyelamat nggak bagi orang yang dulu nggak mengenal Kristus kemudian kenal Kristus? harusnya ya, dia kalau betul-betul diinjili oleh seseorang, orang itu akan mengatakan kepada orang Kristen yang mengabarkan injil adalah “kamu itu penyelamat hidup saya!” Boleh nggak katakan demikian? Boleh. Kenapa tidak? Kita aja diselametin sama orang-orang yang, anggap ada orang tenggelam ya, terus diselamatkan kan, terus kita bilang, “Oh kamu penyelamat hidup saya.” Kan nggak masalah gitu ya. Kenapa akhirnya kita nggak mau? “Oh nggak mau kamu bukan penyelamat.” Tetep akhirnya penyelamat adalah Tuhan ya. Itu kan bener-bener tidak menghargai usaha orang kayak gitu ya. Nah ini adalah penyelamat. Orang yang diselamatkan itu hutang budi kepada orang yang mengabarkan injil. Meskipun kita tahu bahwa kita nggak boleh lah menjadi orang yang ingin dihormati, ingin dilihat berjasa kayak gitu, nggak boleh! Kita tahu semua itu demi kemuliaan nama Tuhan, tetapi sikap kita jangan melupakan relasi dengan sesama. Menghormati sesama. Sering kali orang Kristen dianggap sebagai orang-orang yang tidak menghormati sesama ya. Karena apa? Semua Tuhan. Semua Tuhan orang lain nggak perlu. Lho? Tuhan sendiri mati bagi manusia kok, kenapa kita nggak mau mengasihi orang lain dan menghormati manusia yang lainnya. Yesus mati bagi manusia, Yesus tidak mati untuk dirinya sendiri. Yesus mati untuk kita, dan untuk kemuliaan dari Allah. Kenapa kita tidak mau menghormati atau mengasihi sesama?

Dan di sana dikatakan bahwa orang tersebut menutupi banyak dosa. Bapa, Ibu, sekalian, satu orang bertobat, Alkitab katakan, seluruh malaikat di surga bersukacita. Satu orang dari jalan yang berdosa menuju ke jalan yang benar, dilompatkan ya oleh Tuhan, dilahirkembalikan di jalan yang benar, seluruh malaikat bersukacita di surga. Maka dari itu kita harusnya bersukacita ya, ada orang bukan Kristen mau datang ke gereja. Ya bersukacita. Memang kita tidak boleh menjilat ya. Wah kayaknya menjilat orang tersebut. Oh kasih souvenir, kasih apa, kasih sembako, gitu ya. Wow pokoknya kita kayak orang yang betul-betul butuh dia. Tapi setidaknya lihatlah, kita itu betul-betul menghormati dia. Kita aja ya belum tentu bisa mau untuk betul-betul mempelajari agama lain kok. Mungkin secara online kita bisa dengarkan ya. Tapi mungkin kita memang nggak mau sih ya. Kita karena sudah Sola Scriptura, tapi kita bisa saja mempelajari agama lain demi mengabarkan injil kan ya. Tapi orang-orang di luar sana, ketika mau mengenal Kristus, kita juga harus punya sukacita. Dosanya sudah dihapuskan oleh Kristus kalau dia sungguh-sungguh bertobat dan betul-betul ya hidupnya berubah. Itu lah yang berarti menutupi banyak segala dosa.

Jadi orang Kristen yang sejati, dia mengabarkan injil, dia tidak melakukan dosa-dosa yang dulu dia perbuat. Dia betul-betul setia kepada Tuhan. Dan kemungkinan dosa yang dia bisa perbuat kalau dia bukan orang Kristen, atau pun dia yang sedang menyimpang di jalan yang salah itu ya maka dia bisa lebih sedikit kemungkinan dosanya. Ya karena di jalan yang berdosa ini banyak kok dosa semua. Tapi kalau sudah masuk ke jalan kebenaran dan hidup, dosanya berkurang ya. Terus kemudian orang yang sesat, ketika ditolong, ini adalah ajaran yang benar yang sejati gitu ya. Nah kemudian betul-betul dia bisa kembali ke jalan yang benar dan dia tidak akan melakukan dosa lagi. Nah itu dalam menutupi banyak dosa. Bukan hanya dosa yang dia bisa lakukan tapi kemungkinan-kemungkinan lain untuk berdosa itu bisa dihindari ketika seseorang betul-betul mengabarkan ajaran yang sejati.

Kita lihat di dalam Alkitab ya Bapak, Ibu sekalian ya, banyak sekali orang yang sudah bertobat itu hidupnya betul-betul  tidak lagi lakukan dosa lagi. Nah itu kan menutupi banyak dosa. Yesus Kristus tentu bukanlah manusia yang perlu bertobat, dalam arti dia bertobat dari dosa. Tapi Yesus Kristus juga adalah manusia yang sungguh-sungguh berjalan di jalan yang benar, dan Dia setia 100% kepada Allah, taat kepada Allah dan betul-betul menjadi teladan bagi kita untuk menghidupi kehidupan yang beriman, dan juga berharap, bergantung kepada Tuhan.

Dan kiranya Bapak Ibu sekalian kita boleh sungguh – sungguh hidup kita boleh memuliakan Tuhan. Sadarilah perjalanan iman kita ini, kita sudah dibebaskan dari jalan yang berdosa menuju jalan yang kebenaran. Dan di dalam jalan kebenaran ini kita tetap hidup di dunia yang berdosa, kita butuh terus mengusahakan sebagai manusia bertanggung jawab, sebagai orang Kristen menyadari siapa diri kita dan bagaimana kita melakukan perintah-perintah Tuhan dan tentu semuanya itu karena pertolongan Tuhan saja. Iman tanpa perbuatan mati, tapi kita bisa sadar bahwa kita bisa melakukan perbuatan sendiri itu karena pertolongan Tuhan bukan karena kemampuan kita sendiri. Kita adalah milik Tuhan, dan kiranya kita boleh sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan ya, melakukan pertobatan setiap hari.

Mari kita sama-sama berdoa. Bapa kami yang ada di surga, kami bersyukur Tuhan kami boleh diingatkan kembali tentang iman kami di hadapan Tuhan, tentang perjalanan iman kami juga di dalam dunia yang penuh dengan dosa tapi juga penuh dengan pemeliharaan dan anugerah Tuhan. Kami mau Tuhan, sebagai orang Kristen, betul-betul menyadari kehendak Tuhan dan tunduk pada kehendak Tuhan sehingga kami bisa melakukan apa yang Tuhan mau dalam hidup kami. Ampunilah Tuhan segala dosa-dosa kami, kelemahan kami, kalau kami sebagai orang Kristen sering kali kami kalah terhadap godaan dosa dari Iblis maupun dari kedagingan kami sendiri. Kami mau Tuhan menggunakan segala anugerah segala berkat Tuhan supaya hidup kami ini boleh taat kepada Tuhan. Berikan kami keberanian Tuhan, tekad dan semangat untuk bisa sungguh-sungguh melayani Tuhan, membawa orang kepada Tuhan, menolong mereka yang di dalam ketersesatan hingga mereka berbalik kepada Tuhan dan juga menemukan jalan kebenaran dan hidup. Terimakasih untuk anugerah Tuhan. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (HSI)