Paulus Berbicara Kepada Orang Yahudi, 20 Agustus 2023

Paulus Berbicara Kepada Orang Yahudi

Kis. 22:1-22

Pdt. Dawis Waiman

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus di dalam pasal 22, saat itu berdiri di hadapan orang-orang banyak untuk berbicara kepada mereka. Tapi apa yang membuat Paulus ada kesempatan untuk berdiri di hadapan orang banyak itu? Kalau kita telah bicarakan minggu yang lalu, kesempatan itu adalah karena Paulus membuka kesempatan itu. Jadi, pada waktu Paulus sebelumnya ditangkap, lalu kemudian dia disesah oleh orang-orang banyak, dipukuli, digebugin, karena mereka menganggap Paulus adalah orang yang tidak benar, orang yang telah mengotori bait Allah karena telah membawa orang asing masuk ke dalam bait Allah, padahal itu semua adalah tuduhan yang palsu, fitnahan yang diberikan kepada Paulus, tetapi Paulus di dalam kondisi ini adalah tetap tenang, walaupun tubuhnya babak belur seperti itu. Saya percaya, ini adalah kondisi yang luar biasa sekali, bagaimana seseorang masih bisa begitu tenang memikirkan apa yang harus dia lakukan di dalam kondisi ketika orang-orang menolak dia, menganiaya dia, dan bahkan tubuhnya mungkin penuh dengan luka.

Nah, pada waktu itu, kita telah melihat apa yang membuat Paulus mengalami ketenangan yang luar biasa ini di dalam kehidupan dia. Hal pertama yang telah kita lihat adalah karena Paulus adalah seorang yang ingin menundukkan diri di bawah kehendak Tuhan di dalam hidup dia. Jadi, pada waktu dia ditangkap, waktu dia difitnah, pada waktu dia dianiaya, dia melihat itu adalah satu kesempatan untuk diri dia memberikan satu kesaksian di hadapan Tuhan. Dan kenapa dia bisa berpikir seperti itu? Karena dia sedang menjalankan satu kebenaran di dalam hidup dia untuk bisa hidup menaati Tuhan dengan tunduk di bawah ordo yang ada di atas dia. Jadi, pada waktu Paulus mengalami penolakan itu, pukulan itu, kenapa dia bisa menerima? Karena dia sadar saat itu dia sedang menjalankan apa yang baik yang Tuhan minta untuk dia kerjakan dan pada waktu dia melakukan itu, dia punya satu kerelaan hati untuk tunduk dan melakukan apa yang Tuhan inginkan.

Dan pada waktu keadaan seperti ini dia alami dan dia rela untuk melewati semua proses yang Tuhan pimpin dalam hidup dia, hal kedua adalah dia tetap membuka diri untuk melihat kepada kesempatan, yaitu kesempatan untuk memberi satu kesaksian kepada orang-orang banyak yang ada pada waktu itu. Nah, kenapa Paulus melihat kesempatan itu? Karena dia melihat ada orang banyak yang sebenarnya belum pernah mendengarkan Injil tentang Kristus. Dan kenapa dia ditangkap dan dianiaya? Karena ada orang-orang yang membenci Paulus dan menganggap Paulus telah membuat kesesatan kepada bangsa Yahudi, orang-orang yang sebelumnya percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, orang-orang yang dianggap sebagai orang yang memiliki iman yang sejati, bangsa yang dikasihi oleh Tuhan tetapi karena ada satu orang yang bernama Paulus ini, dia telah menyesatkan mereka dari kondisi ibadah mereka yang sejati. Maka orang ini harus dienyahkan dari hadapan bangsa Israel. Dan pada waktu Paulus dalam kondisi seperti ini, dan dia ada kesempatan untuk berhadapan dengan orang banyak itu, dia justru gunakan kesempatan itu untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Jadi, itu sebabnya pada waktu ada kesempatan itu, dia berbicara kepada kepala perwira ini bahwa, “Bolehkah aku berbicara kepada orang banyak ini?” Maka kepala perwira ini yang sebelumnya memiliki satu dugaan tertentu kepada Paulus, dianggap sebagai seorang yang jahat, orang Mesir pemberontak menjadi kaget karena ternyata orang ini bukan orang sembarangan. Ternyata dia adalah orang Romawi. Ternyata dia adalah seorang yang memiliki pendidikan yang tinggi, bisa berbicara bahasa Yunani, yang ditandai dengan kemampuan bicara Yunani, dan dia kemudian meminta secara sopan. Dan ini membuat kepala perwira ini kemudian mengizinkan Paulus untuk berbicara kepada orang banyak tersebut.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana Paulus memulai pembicaraan dia dan apa saja yang Paulus katakan di dalam khotbahnya itu? Ini adalah hal yang kita akan lihat pada pagi hari ini ya. Di dalam hal pertama, apa yang dimulai di dalam perkataan yang Paulus ucapkan? Yaitu Paulus memulai dengan membicarakan siapa yang menjadi identitas diri dia. Yang pertama itu. Yang kedua adalah apa yang menjadi kehidupan Paulus ketika dia ada di dalam kondisi yang belum diselamatkan atau belum mengenal Kristus? Nah, ini adalah 2 hal yang penting yang saya lihat sebagai satu jembatan yang Paulus gunakan untuk masuk di dalam pembicaraannya kepada orang-orang Yahudi yang begitu ngotot sekali atau begitu setia sekali untuk menjalankan hukum ibadah yang Tuhan perintahkan kepada diri mereka. Nah, bagaimana Paulus masuk? Yaitu menyatakan identitas dia, pertama. Siapa identitas yang Paulus katakan atau angkat kepada orang-orang Yahudi ini? Yaitu dia adalah seorang Yahudi, dia berbicara dengan bahasa Ibrani, dan dia adalah juga seorang yang walaupun Ibrani, tetapi dia adalah orang yang dilahirkan di Tarsus, tanah Kilikia, dan dia dibesarkan dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dan hukum nenek moyang yang mereka terima dan dia adalah orang yang giat bagi Tuhan. Jadi, ada beberapa point yang Paulus gunakan untuk memperkenalkan siapa diri dia untuk bisa masuk kepada orang-orang Yahudi itu dan semua point yang dia angkat itu adalah point yang sangat penting sekali untuk bisa berbicara kepada orang Yahudi. Dan kalau Saudara komparasikan dengan apa yang dia katakan kepada perwira dari Romawi, ada perbedaan di situ. Dan kemarin kita sudah melihat sepintas bahwa perbedaan itu menyatakan hikmat.

Apa yang harus kita katakan, apa yang tidak perlu kita katakan. Bapak, Ibu jangan selalu berpikir bahwa ketika kita tidak mengatakan semuanya, itu berarti kita sudah berbohong seperti itu. Kadang-kadang kita perlu hikmat untuk mengatakan hal yang penting, hal yang perlu dikatakan dan menyeleksi bagaimana kita berbicara kepada orang yang perlu kita ajak bicara. Itu adalah sesuatu yang menjadi keahlian dari Rasul Paulus. Jadi, pada waktu dia berbicara kepada perwira, dia berkata, “Aku orang Romawi. Aku adalah orang yang merupakan kewarganegaraan Romawi, walaupun aku adalah orang Ibrani. Aku adalah orang Yahudi yang lahir dari Tarsus, kota yang terkenal itu.” Tapi pada waktu dia berbicara kepada orang Yahudi, dia ada masukkan hal yang lainnya. “Aku orang Yahudi, lahir di Tarsus.” Kenapa ini penting? Karena itu menunjukkan ada tali persaudaraan antara orang-orang Yahudi dengan diri dia. Lahir di Tarsus menunjukkan apa? Dia adalah orang yang terpelajar, bukan orang sembarangan, orang yang berpendidikan tinggi karena Kilikia itu menjadi satu tempat seperti mungkin pusat orang-orang belajar. Kalau Saudara di zaman sekarang pergi ke Amerika atau ke Eropa atau ke Jerman untuk belajar. Nah, di dalam zaman itu, orang mungkin pergi ke Mesir, ke Aleksandria untuk belajar ilmu pengetahuan. Dan salah satu tempat yang cukup terdidik adalah Tarsus. Dan Paulus berasal dari kota itu. Dan dia bukan hanya berasal dari Tarsus, tapi dia adalah seorang yang dikatakan dibesarkan di kota ini. Kota ini adalah di mana orang Yahudi berada atau di Yerusalem, di bawah didikan dari Gamaliel. Dan itu membuat ada satu otoritas yang dimiliki oleh Paulus untuk berbicara kepada orang-orang banyak pada waktu itu. Nah, ada 1 daya tarik yang membuat orang banyak harus memperhatikan perkataan yang Paulus katakan.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa Gamaliel menjadi tokoh yang diungkapkan atau dikatakan oleh Paulus? Karena Gamaliel adalah seorang pemimpin agama yang sangat penting sekali. Dia adalah seorang pemimpin dari aliran Hilel. Jadi pada waktu zaman itu, ada 2 tokoh besar yang menjadi guru dari orang-orang Yahudi yang dipegang oleh orang-orang Yahudi. Yang 1 adalah dari Hilel, yang 1 adalah dari aliran Syamai. Syamai itu adalah aliran yang lebih liberal. Hilel adalah aliran yang lebih ortodoks. Dan dinilai dari apa? Salah satu contohnya adalah ketika seseorang itu menikah, kan di dalam pernikahan kadangkala ada hal-hal yang menyulitkan yang mengakibatkan ada pasangan yang memutuskan untuk bercerai dari pasangan dia. Nah, menurut ajaran Syamai, apa yang menjadi dasar seseorang itu boleh bercerai? Mereka berkata, dasarnya adalah kalau dia berzinah. Jadi, kalau ada alasan lain di luar dari perzinahan, maka orang tersebut tidak diizinkan untuk bercerai. Kalau dia berzinah, maka di situ baru boleh diizinkan untuk perceraian. Tapi dari sisi Hilel, ada hal yang lebih ketat dan hal itu berkaitan dengan apa yang menjadi alasan untuk bercerai. Dia berkata, nggak harus masalah perzinahan, tetapi kalau seseorang itu tidak suka dengan masakan istrinya, dia boleh menceraikan istrinya. Jadi, apa pun yang menjadi hal yang tidak disukai oleh suami terhadap istrinya, dia boleh menceraikan istrinya. Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan, kira-kira milih Hilel atau Syamai? Yang mana? Nggak berani ya? Lihat sebelahnya istri.

Di zaman itu, yang lebih terkenal adalah kelompok Hilel karena Hilel lebih mendukung laki-laki dan kepemimpinan dari laki-laki. Dan kelompok ini adalah kelompok yang paling digemari dan diminati dan memiliki banyak pengikutnya.  Sedangkan Syamai yang dianggap sedikit lebih liberal itu kurang memiliki pengikut. Nah itu sebabnya, pada waktu Paulus berkata, “Aku adalah seorang yang mendapatkan didikan di bawah pimpinan Gamaliel.” maka dia berkata bahwa aku punya guru itu adalah orang yang penting sekali di tanah Yudea ini. Dan ini membuat mata orang-orang itu mungkin bisa terbuka untuk mau mendengarkan. “Ini bukan orang sembarangan lho! Ini orang penting lho yang berbicara. Dan dia adalah seorang yang mengikuti aliran Hilel yang kita sangat hormati ini.” Jadi, mungkin kalau di zaman kita, Hilelnya itu adalah Pak Tong dan Gamaliel itu adalah pendeta-pendeta yang ada di generasi pertama setelah Pak Tong, yang Paulus itu adalah generasi keduanya yang berbicara seperti itu. Jadi, mewakili orang penting saat itu. Lalu selain dari itu, dia mengatakan satu hal yang juga tidak kalah pentingnya dari nama orang yang dia catut itu yaitu, “Saya dididik secara ketat atau secara teliti di bawah hukum-hukum nenek moyang kita.”

Saudara, itu berarti bahwa Paulus bukan orang yang tidak mengerti Taurat. Dia adalah orang yang sangat menguasai sekali hukum Musa. Dan secara tidak langsung, Paulus juga sedang mengatakan, “Saya tidak mungkin membawa seorang Yunani untuk masuk ke dalam bait Allah karena berdasarkan hukum Musa, tidak boleh ada orang non-Yahudi yang masuk ke dalam bait Allah. Dan keberadaan saya sendiri di dalam bait Allah itu bukan sedang melanggar hukum Tuhan, tetapi justru sedang melakukan ibadah saya di hadapan Tuhan.” Jadi, Paulus berkata, “Saya orang yang ngerti.” Dan bahkan kalau Saudara perhatikan di dalam kalimat berikutnya lagi, “Sehingga aku menjadi orang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.” Di situ ada 2 point lagi yang ditambahkan oleh Paulus. Bukan hanya dia mengerti hukum Taurat, bukan hanya dia teliti di dalam menjalankan hukum itu di dalam kehidupan dia, tetapi kalau Saudara bandingkan dengan surat Paulus yang lain, dia adalah orang yang begitu giat bagi Tuhan, bahkan Paulus berani mengatakan bahwa, “Aku lebih giat dari orang-orang yang seusiaku, sebangsaku, seangkatanku.” Jadi, dia adalah orang yang begitu saleh, begitu rajin, dan bahkan di dalam Filipi dikatakan, dia adalah orang yang di dalam ketaatan kepada Taurat tidak bercacat sama sekali. Jadi, ini adalah orang yang sangat luar biasa sekali.

Tapi ada 1 point lagi yang terakhir yang tidak boleh diabaikan yaitu dia adalah orang yang turut bekerja bagi Tuhan seperti halnya orang-orang Yahudi saat ini yang bekerja bagi Tuhan. Jadi, maksudnya apa? Paulus mau berkata, “Saudara-saudara, kalian tahu tidak? Aku punya kehidupan dulu itu sama persis seperti kalian yaitu aku adalah orang yang mengerti hukum Taurat. Aku adalah orang yang memahami dengan teliti apa yang menjadi hukum Musa, bahkan aku dididik oleh orang yang sangat penting sekali. Orang nomor 1 di Israel. Dan bahkan di dalam ketaatan, aku tidak bercacat sama sekali. Dan aku melakukan semua itu karena apa? Aku takut akan Tuhan, aku mau bekerja untuk Tuhan karena aku percaya bahwa Tuhan yang aku ikuti itu adalah Tuhan yang benar. Dan hal itu bukankah seperti yang engkau sendiri lakukan saat ini? Engkau marah kepada diriku karena engkau berpikir bahwa aku adalah orang yang tidak setia kepada Taurat. Engkau marah kepadaku karena engkau berpikir engkau sedang melayani Tuhan dan percaya dan menaati hukum Tuhan dalam hidupmu. Tahu tidak?” Paulus berkata, “Aku juga seperti itu!”

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara tentang kalimat Paulus di dalam point yang pertama itu, pembukaannya luar biasa sekali kan? Dia langsung tahu, siapa yang diajak untuk berbicara. Dia tahu, bagaimana caranya berbicara kepada orang itu dan mempengaruhi orang tersebut untuk mendengarkan perkataan yang dia sampaikan. Dan semua itu adalah dikatakan berdasarkan pemilihan kata yang sangat baik sekali dan sangat tepat sekali. Paulus berhenti di situ tidak? Tidak. Dia bahkan berkata seperti ini untuk mendukung posisinya dan kebenaran yang dia katakan. Dia mengingat, ada orang-orang yang bisa menjadi 1 saksi untuk membenarkan apa yang Paulus katakan. Makanya kalau Saudara baca di dalam ayat yang keempat dan seterusnya, di situ Paulus berkata, “Aku bukan orang yang giat bagi Tuhan saja di dalam ibadah, tetapi aku adalah orang yang telah menganiaya pengikut-pengikut jalan Tuhan sampai mereka mati.” Jadi, jalan Tuhan ini adalah orang-orang yang dijuluki sebagai orang Kristen atau orang yang mengikuti pengajaran dari Yesus Kristus. Dan karena begitu giatnya dia untuk Tuhan, dia bukan hanya berbicara tentang ibadah di bait Allah, tapi dia mengambil satu sikap untuk menjalani satu tindakan untuk menangkap orang-orang Yahudi yang murtad itu dan bahkan menganiaya sampai mati.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana dia lakukan itu?  Ada beberapa hal yang dicatat di sini. Yaitu pertama adalah untuk bisa melakukan tindakan itu, dia harus mendapatkan surat dari imam besar maupun majelis tua-tua untuk membuat dia punya otoritas melakukan hal ini. Jadi, itu seperti kayak gini ya. Kalau ada seorang WNI yang pergi ke luar negeri, lalu dia adalah orang yang pergi bukan karena berkunjung wisata, tetapi karena melarikan diri dari Indonesia karena telah melakukan kejahatan di Indonesia. Dia pergi ke luar negeri. Bisa nggak kita bawa orang itu kembali? Misalnya ke negara Singapura atau ke negara Malaysia. Dicari-cari di Indonesia nggak dapat. Akhirnya dapat 1 hal. Pembunuh itu sudah pergi ke Malaysia, misalnya. Indonesia punya nggak kekuatan untuk membawa orang itu kembali? Punya. Caranya? Diekstradisi. Ada surat dari pemerintah yang dibawa untuk menyatakan bahwa orang ini harus dibawa pulang. Dia WNI, dia sudah melakukan kejahatan, dan dia harus diadili di Indonesia seperti itu. Walaupun kadang-kadang ada negara-negara tertentu yang tidak izinkan dan tetap menjalankan hukuman mati di negara tersebut, tapi ada negara-negara lain yang menghormati itu dan dia mengizinkan untuk orang itu dibawa pulang ke Indonesia.

Nah, Paulus juga seperti ini. Surat dari mahkamah agama dan majelis tua-tua itu adalah surat seperti surat untuk ekstradisi itu karena pada waktu itu, yang menjadi pemimpin tertinggi dari orang Yahudi itu adalah para tua-tua, para mahkamah agama. Orang yang menduduki jabatan agama di antara orang Yahudi itu adalah pemimpin tertinggi. Jadi, pada waktu dia membawa surat itu, dia punya 1 otoritas atau hak untuk membawa pulang semua orang Yahudi yang di luar dari Yerusalem atau dari Yudea yang telah berpindah kepercayaannya menjadi orang Kristen. Dan itu yang dia lakukan. Dan untuk membuktikan hal itu, apa yang dia katakan? “Kalau kalian tidak percaya, silakan cek sendiri. Para imam besar dan juga majelis tua-tua itu bisa memberi kesaksian akan apa yang aku lakukan ini. Mereka kenal diriku kok karena mereka yang mengeluarkan surat itu bagiku dan mereka tahu semua yang aku lakukan yaitu aku menganiaya jalan Tuhan dan tidak segan-segan untuk membunuh mereka.”

Nah sampai di sini, itu adalah 1 pernyataan yang saya percaya akan mengundang kekaguman bagi orang-orang Yahudi yang mendengarkan Paulus. Dan sampai di sini, orang-orang Yahudi juga akan lebih terbuka telinganya untuk menangkap apa yang selanjutnya yang akan disampaikan oleh Paulus. Jadi, dia adalah orang yang bisa menjembatani perkataan demi untuk menyampaikan Injil Tuhan. Lalu setelah dia berbicara hal ini, apa yang kemudian dikatakan oleh Paulus? Ini saya percaya sangat mengagetkan sekali bagi orang-orang Yahudi itu ya. Di ayat yang ke-6 (Kis 22:6-8), Paulus berkata, “Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.” Nah Saudara, apa yang terjadi? Paulus berkata bahwa, “Di tengah jalan, ketika aku sedang menjalankan misi Tuhan, aku di-stop Tuhan. Ternyata apa yang aku lakukan, satu jealousy, satu keinginan, hasrat yang kuat sekali untuk melayani Tuhan dan bekerja bagi Tuhan, kegigihan yang aku lakukan bagi Tuhan ternyata tidak diterima oleh Tuhan. Ternyata di-stop oleh Tuhan.”

Nah Saudara, di sini kita bisa belajar satu hal ya. Kefanatikan kita kepada agama itu tidak menyelamatkan. Bisa paham? Kefanatikan atau kegigihan kita atau kesungguhan kita untuk menekuni agama tertentu dalam hidup kita itu tidak menyelamatkan. Mengapa kita bisa menarik prinsip ini? Karena orang-orang Yahudi yang menganiaya Paulus itu adalah orang yang tekun beragama. Paulus pada waktu dia mengejar orang-orang Yahudi yang murtad itu menjadi orang Kristen, dia adalah orang yang menjalankan hukum agama. Apa yang mendorong Paulus itu berani membunuh orang-orang Kristen? Ada yang menafsirkan mungkin karena dia belajar dari Pinehas. Pinehas itu adalah anak cucu dari Harun. Anak dari Harun yang kemudian ketika melihat ada bangsa Israel yang berzinah dengan bangsa lain dan turut menyembah kepada Allah dari bangsa lain itu, dia mengambil tombak, lalu dia ketika melihat ada pasangan yang sedang berzinah, dia kemudian menusukkan tombak itu ke tubuh pasangan itu sampai dua-duanya mati. Nah, akibat dari tindakannya itu, murka Tuhan itu diredakan. Saudara bisa baca itu di dalam 5 kitab Musa. Dan ketika murka Tuhan diredakan, di situlah tindakan dia diperhitungkan sebagai tindakan yang benar di hadapan Tuhan. Dan pada waktu itu, Paulus mungkin berpikir bahwa ini bangsa Isarel sudah menyimpang dari Tuhan. Sedangkan tindakan penyimpangan itulah yang membuat kita dihukum oleh Tuhan. Sejarah sudah membuktikan mulai dari zaman Musa sudah terjadi hukuman itu. Lalu pembuangan Israel ke Babel, ke Asyur itu karena penyembahan berhala juga. Sekarang kita mau dimurkai oleh Tuhan lagi. Kalau kita tidak mau dimurkai oleh Tuhan, harus ada orang yang berdiri untuk membela Israel di hadapan Tuhan. Yaitu siapa? Paulus dengan pergi membunuhi orang-orang Yahudi yang murtad menuju kepada iman Kristen.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang membuat Paulus ketika di dalam Filipi berkata, “Aku di dalam ketaatan itu tidak bercacat pada hukum agama, walaupun aku membunuhi orang-orang Yahudi yang telah menjadi orang Kristen itu.” Tetapi ada 1 hal yang menarik. Di dalam surat Filipi, Paulus berkata, “Apa yang kuanggap untung dahulu, sekarang menjadi rugi di dalam Kristus.” Artinya apa? Apa yang aku anggap sebagai satu ibadah kepada Tuhan, menjalankan hukum Tuhan, itu ternyata tidak ada gunanya karena yang menyelamatkan itu bukan ketaatanku kepada hukum agama tapi justru adalah imanku di dalam Kristus. Itu yang menyelamatkan. Nah ini yang membuat ada yang menafsirkan lebih detail lagi ya, lebih keras lagi, dia berkata seperti ini; tapi kan agama Yahudi itu bersumber dari Tuhan. Bukankah hukum-hukum Taurat itu Tuhan yang mewahyukan? Seharusnya kalau Tuhan wahyukan dan dijalankan, itu berarti kita sedang menaati Tuhan dalam hidup kita. Dia mengatakan seperti ini, “Iya, sebelum Yesus Kristus lahir dalam dunia ini. Tetapi setelah Yesus Kristus lahir dalam dunia, mati di atas kayu salib, bangkit pada hari yang ketiga, duduk di sebelah kanan Allah pada hari yang ke-40, maka agama Yahudi sekarang sebenarnya adalah sama seperti agama-agama lain yang dianggap sebagai menyembah berhala.” Itu adalah perkataan yang keras. Tetapi saya lihat ada kebenaran dari perkataan ini, karena pada waktu mereka menolak Yesus Kristus atau berarti mereka menolak Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan untuk hadir di tengah-tengah orang-orang Yahudi untuk menyelamatkan mereka dari dosa. Kalau mereka menolak Yesus Kristus, di mana Allah Bapa atau Allah Roh Kudus dan Pribadi kedua yang telah mewahyukan Kitab Suci itu, sedangkan kita bisa mengenal Allah Bapa melalui mengenal Yesus Kristus, begitu, maka itu berarti ketika seseorang menolak Yesus, menolak Mesias yang Tuhan utus, dia menolak Allah yang sejati. Makanya penafsir ini mengatakan dengan begitu saya melihat bahwa agama Yahudi saat ini sebenarnya tidak berbeda dari agama lain yang tidak menyembah Kristus, mereka sama, mereka telah menyembah allah yang salah dalam kehidupan mereka.

Dan saya kembali ke dalam bagian ini, Paulus berkata, “Hanya di dalam Kristus baru kasih karunia itu dinyatakan. Hanya di dalam Kristus maka apa yang kita lakukan itu tidak menjadi sia-sia.” Ini yang membuat tadi saya katakan ketika kita berpikir bahwa agama itu bisa menyelamatkan, Saudara harus sadar satu hal, ketaatan kita kepada hukum agama, jealousy kita atau kesungguhan kita untuk menjalankan ritual-ritual yang dituntut hukum agama itu tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan itu adalah iman kita di dalam Kristus. Makanya pada waktu dia di dalam perjalanan itu, Tuhan menghentikan tindakan untuk Paulus menganiaya orang Kristen. Dan ketika Tuhan menghentikan itu, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Paulus bahwa Dia yang menghentikan itu adalah Yesus Kristus.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sekali lagi, pada waktu Paulus berbicara seperti ini, ada bukti tidak? Alkitab selalu menekankan bahwa kesaksian kita tentang kebenaran itu adalah satu kesaksian yang tidak pernah boleh diberikan tanpa ada dukungan saksi. Seseorang itu baru bisa menerima kesaksian benar atau salah kalau ada minimal 2 orang yang memberitakan hal yang sama. Saya percaya prinsip Kitab Suci kita yang sampai 40 orang menulis, itu menunjukkan bahwa kesaksian kita itu lebih dari cukup untuk menyatakan kebenaran tentang Kristus karena ada 40 orang lebih yang bersaksi. Ini juga sebenarnya turunannya, kalau kita katakan seperti ini, kalau kita mau mengatakan satu khotbah, atau Bapak, Ibu ingin mengatakan khotbah yang saya sampaikan itu benar atau tidak dasarnya apa? Yang pasti bukan pengalaman kita. Tetapi dasarnya adalah apakah yang saya katakan itu didukung oleh 40 saksi yang ada yang menulis Kitab Suci ini. Baru itu menunjukkan khotbah saya itu benar. Dan kalau tidak didukung oleh 40 saksi ini, maka itu berarti khotbah saya itu salah. Jadi ada dasar kesaksian yang harus diberikan, ada bukti dari orang yang turut berbagian di dalam hal yang kita bicarakan itu.

Nah pertanyaannya adalah pada waktu Paulus berada dalam perjalanan menuju Damaskus atau Damsyik tersebut, di tengah jalan dia berkata, “Saya di stop oleh satu cahaya yang menyilaukan sekali.” Dan di dalam Kis. 22 dikatakan waktunya adalah di siang hari, tengah hari. Kis. 9 tidak bicara tentang jamnya, tapi di Kis. 22 dikatakan. Dan bahkan cahaya itu lebih terang dari sinar matahari yang ada pada siang hari itu. Ada yang mengatakan itu kemungkinan adalah cahaya kemuliaan Tuhan. Kalau Bapak, Ibu baca di dalam ayat yang ke-11, di situ dikatakan ada cahaya, bahasa Indonesia nggak muncul, dalam bahasa Inggris muncul, “cahaya kemuliaan” muncul di situ. Ada cahaya kemuliaan yang muncul di tengah hari tersebut yang membuat Paulus jatuh. Lalu kemudian ada suara yang dengar. Buktinya apa? Paulus berkata, “Kalau engkau tidak percaya akan apa yang menjadi kesaksianku ini, silahkan tanya ada orang-orang yang menyertaiku dalam perjalanan. Mereka melihat cahaya itu.” Melihat nggak? Mereka melihat cahaya itu. Mereka mendengar suara yang berbicara kepada Paulus tidak? Kis. 9 bilang dengar. Kis. 22 bilang tidak dengar. Kenapa bisa begitu? Mereka mendengar atau tidak? Mereka kemungkinan mendengar, tetapi mereka tidak mendengar artikulasi atau mendengarnya dalam bentuk kalimat seperti yang Paulus dengar. Makanya di dalam pasal 22 dikatakan walaupun mereka mendengar suara itu tetapi mereka tidak mengerti kata-kata yang dikatakan itu. “Suara Dia yang berkata kepadaku tidak mereka dengar.”

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa ini yang Paulus alami itu peristiwa yang benar atau tidak? Benar! Dasarnya apa? Ada orang yang turut menyaksikan, mengikuti perjalanan dan mengalami apa yang Paulus alami. Melihat cahaya, mendengar suara, lalu melihat akibat dari peristiwa itu, yaitu setelah Paulus melihat cahaya itu dia tidak bisa lagi melihat karena dia menjadi buta. Di dalam hal ini, Paulus memberitakan tentang Kristus kepada orang-orang banyak yang mendengar perkataan dia. Saya tidak tahu apa yang menjadi reaksi dari orang banyak itu saat itu. Mungkin mereka kaget, ini orang dulunya begitu giat bagi Tuhan, orang yang begitu mentaati perintah Tuhan, orang yang begitu setia di dalam menjalankan hukum agama, tetapi sekarang berkata bahwa ternyata Tuhan itu bukan Tuhan yang kita kira, tetapi Tuhan yang sejati itu adalah Yesus Kristus. Dan pada waktu aku berkata ini, aku sendiri pernah bertemu dengan Yesus itu, dan bahkan orang-orang yang menyertai aku itu turut melihat peristiwa itu. Dan mereka bisa mengkonfirmasi kebenaran itu bahwa apa yang terjadi kepada diriku itu adalah karena Yesus Kristus menampakkan diri-Nya kepada diri Paulus. Dan Paulus juga berkata bahwa ada Ananias, seorang yang dipenuhi dengan Roh Kudus, seorang yang begitu setia kepada hukum Taurat mendoakan Paulus yang buta itu sehingga dia bisa melihat kembali.

Saudara perhatikan kembali ya, tadi saya di dalam poin pertama bicara bagaimana Paulus berbicara itu penting. Bagaimana dia membuka jalan untuk menjembatani pembicaraannya itu penting sekali. Dan bagaimana dia membicarakan tentang kesaksian akan Kristus itu juga kata-kata yang dimunculkan sangat penting sekali. Dan kata-kata apa saja yang dimunculkan oleh Paulus? Pertama, dia berkata bahwa peristiwa yang terjadi kepada diri dia itu adalah satu peristiwa yang dikonfirmasi oleh saksi. Kedua, peristiwa yang terjadi kepada diri dia, itu juga adalah satu peristiwa yang diteguhkan oleh seorang yang percaya kepada hukum Taurat dan menjalankan hukum Taurat dengan setia, yaitu Ananias. Yang ketiga adalah yang paling penting, pada waktu semua itu terjadi, Paulus mengatakan bahwa semua itu bisa terjadi bukan karena aku yang giat bagi Tuhan tetapi karena Tuhan yang berbelas kasih kepada diriku. Saudara bisa lihat itu di dalam perkataan Ananias ya. Kita buka di dalam ayat yang ke-14, “Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.” Yang dikatakan apa? Siapa yang membuat Paulus itu bisa percaya kepada Kristus? Bukan karena Paulus dengan kesadaran diri dia, kesalehan diri dia yang membuat dia diperkenan oleh Tuhan sehingga Tuhan memilih dia, tetapi di sini dikatakan, “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.

Jadi Paulus mau katakan kepada orang banyak itu, apa yang terjadi pada diriku ini bukan karena keinginanku. Bapak, Ibu bisa bayangin nggak? Misalnya kayak gini ya, misalnya Bapak, Ibu orang Yahudi semua, saya orang Kristen. Lalu Bapak, Ibu benci sekali dengan saya. Pertama saya ngomong, “Saya seperti Bapak, Ibu kok. Benci orang Kristen.” Lalu yang kedua saya ngomong kayak gini, “Bapak, Ibu mau tahu nggak, saya bisa jadi Kristen itu bukan karena saya mau jadi Kristen tapi karena Tuhan bicara sama saya dan Tuhan itu adalah Tuhan nenek moyang kita.” Kira-kira gimana? Jadi keberadaan saya menjadi orang Kristen itu karena kasih karunia. Keberadaan saya bukan karena pilihan saya, bukan karena rencana saya, bukan karena akal-akalan saya tetapi keberadaan saya adalah karena kehendak Tuhan yang kita sembah itu, yang nenek moyang kita sembah. Secara nggak langsung Paulus mau ngomong apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, iman kita salah. Kegigihanmu untuk mengikuti Kristus itu salah. Saya juga dulu salah seperti yang engkau lakukan, kalian lakukan. Karena ternyata yang benar itu adalah Yesus Kristus. Yang kita aniaya itu adalah Tuhan yang sejati, pengikut Tuhan Allah yang sejati. Karena Dia lah yang menjadi penggenapan dari janji Tuhan kepada Musa dan semua nabi yang lain. Tapi sekali lagi, pada waktu kita yang terbatas, saya nggak bisa terusin terlalu panjang, saya cuma mau ngomong, reaksi yang diberikan oleh orang-orang Yahudi itu membuktikan kalau mereka menolak Mesias.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat dari aspek ini ya, kita dibukakan satu hal ya, untuk kita memberikan satu kesaksian, pertama adalah kita harus belajar bukan hanya cari kesempatan untuk memberikan kesaksian, tetapi kita juga perlu belajar bagaimana berbicara kepada orang yang ingin kita ajak bicara. Dan untuk bisa berbicara kepada orang, sehingga kita bisa memberikan kesaksian, kita perlu tahu siapa orang itu, jembatan untuk masuk kepada orang itu seperti apa. Tapi pada waktu kita berbicara memberikan kesaksian kepada seseorang, hal yang sangat penting adalah kita harus mengangkat dan meninggikan Tuhan dan bukan diri kita sendiri. Karena pada waktu Paulus membicarakan tentang pertobatan dia, pengenalan dia akan Tuhan yang membuat orang-orang Yahudi itu menolak diri dia, atau menolak kesaksian yang diberikan oleh Paulus dengan berkata “enyahkanlah orang ini!” Dia sama sekali tidak berbicara dari perspektif dia, pendapat dia tentang sesuatu hal yang dia alami. Tetapi dia membicarakan pengalaman dia berdasarkan kasih karunia Tuhan. Segala sesuatunya itu dikerjakan oleh Tuhan di dalam kehidupan dia. Dan dengan begitu ketika orang Yahudi melihat Paulus, mereka mengerti bahwa apa yang terjadi di dalam kehidupan Paulus bukan karena kekuatan dan kemampuan dia. Kedua, kalau dia atau mereka sampai menolak diri Paulus, maka itu berarti mereka sedang menolak Tuhan dan bukan menolak diri Paulus saja.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini ada beberapa prinsip yang kalau kita sambung dari yang minggu lalu ya, berkaitan dengan khotbah yang Paulus berikan, apa yang kita pelajari? Pertama adalah pada waktu ada satu peristiwa terjadi di dalam hidup kita, kalau kita ingin dipakai oleh Tuhan, makan hal pertama yang harus menjadi sikap hati kita adalah kita rela untuk mau dipimpin oleh Tuhan melewati situasi atau keadaan yang kita tidak suka itu. Kedua adalah pada waktu kita melewati keadaan itu, kita harus melihat ada kesempatan apa yang kita bisa ambil untuk menyaksikan nama Tuhan. Kalau itu ada kesempatan, jangan terus berbicara pada diri atau bergumul pada diri, “Saya perlu berbicara atau tidak”. Ciptakan kesempatan itu untuk berbicara kepada Tuhan. Hal ketiga yang kita perlu perhatikan adalah pada waktu kesempatan itu ada, bangunlah jembatan untuk berbicara kepada orang itu. Dan pada waktu jembatan itu sudah terbangun, hal keempat yang kita perlu lihat adalah jangan tinggikan diri. Tetapi tinggikanlah Tuhan di dalam kesaksian yang kita bicarakan. Karena memang apa yang ada di dalam kehidupan Kristen itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa kita usahakan.

Kemarin di dalam pembinaan pemuda saya ada bilang, kalau kita berpikir bahwa kebenaran kita, ketaatan kita kepada hukum itu bisa membenarkan kita, ini kadang-kadang khususnya orang yang perfeksionis ya, berpikir saya benar, saya baik, saya bisa lakukan apa yang orang lain tidak bisa lakukan, karena itu saya lebih baik daripada orang lain, Paulus berkata seperti ini, hukum Taurat justru gagal di dalam menghadapi kedagingan kita. Maksudnya apa? Maksudnya adalah pada waktu kita berpikir dengan melakukan hukum Taurat kita bisa dibenarkan, Paulus berkata di Roma 7, justru karena kita mengerti hukum Taurat, maka daging memiliki kesempatan untuk menuntut kita, mendorong kita, memotivasi kita dan membuat kita melakukan dosa. Paulus berkata aku tidak tahu percabulan itu apa sampai hukum Taurat berkata “Jangan berzinah.” Tetapi begitu saya mengerti “jangan berzinah” maka apa yang kita lakukan berikutnya adalah ingin berzinah. Jadi ada yang mengatakan hukum Taurat itu membuat kita justru menginginkan untuk melakukan apa yang dilarang oleh hukum Taurat. Ini membuat hukum Taurat ini gagal.

Tapi ada yang dari perspektif beda, mungkin kita bisa lihat kayak gini, pada waktu hukum Taurat melarang kita melakukan sesuatu, mengapa dia gagal untuk membuat kita menahan kita dari keinginan daging? Karena pada waktu hukum Taurat melarang kita melakukan segala sesuatu, kita berusaha untuk pertama, tidak melakukan itu. Bisa. Kedua, justru membuat kita melakukan itu. Ada 2 kemungkinan ini ya. Taruhlah kita jatuh kepada kemungkinan yang pertama, saya tidak lakukan itu, saya bisa melakukan hukum Taurat itu, misalnya. Kita terbebas dari daging tidak? Nggak! Buktinya apa? Kita jatuh di dalam kesombongan. Pada waktu kita berpikir kita bisa melakukan Taurat, dan anggaplah kita bisa melakukan Taurat, hukum Taurat juga tidak melepaskan kita dari keinginan daging karena kita justru jatuh ke dalam satu pemikiran “Saya lebih baik dari orang lain”, “Saya lebih benar dari orang lain”. Dan itu juga dosa.

Jadi bagi orang perfeksionis, kadang-kadang dia berpikir bahwa dia leibh baik dan lebih pintar dari segala sesuatu. Saya mau kasih tahu satu hal, kita perlu punya kerendahan hati karena keinginan memuji diri dan menilai diri lebih baik dari orang lain itu adalah hal yang dilarang oleh Tuhan. Tuhan berkata lebih baik orang lain yang memuji diri kita daripada diri kita yang memuji diri kita sendiri. Karena memuji diri itu adalah bagian dari dosa kesombongan yang kita lakukan. Jadi Taurat bisa membebaskan kita dari keinginan daging? Tidak! Justru kasih karunia itulah yang membebaskan kita dari keinginan daging. Karena itu pada waktu kita memberi kesaksian, Saudara jangan terpancing untuk membawa orang melihat kepada kebaikan dan kebenaran kehidupan orang Kristen dan hukum Tuhan. Memang boleh berbicara hukum Tuhan yang sempurna, tetapi hukum Tuhan yang sempurna itu tidak pernah membuat kita bisa menjadi sempurna kecuali kasih karunia Tuhan di dalam Kristus yang menolong kita hidup di dalam belas kasih dan kebenaran dan keselamatan di dalam Kristus. Hukum Tuhan membuat kita sadar akan dosa kita.

Yang kedua adalah seperti ini, pada waktu Saudara melihat hukum Tuhan yang sempurna, tuntutan Tuhan yang sempurna, dan Saudara menyadari dosa Saudara, Saudara jangan minder. Kadang-kadang saya bertemu dengan orang, ketika menginjili, dia selalu berkata seperti ini, “Aduh, saya sekarang sudah nggak bisa bersaksi lagi.” Kenapa? “Dosa saya ketahuan, kejelekan saya ketahuan sehingga saya nggak ada kesempatan untuk membicarakan Injil lagi kepada orang. Saya harus membangun lagi integritas hidup yang baik betul baru saya bisa berbicara kepada orang tentang Injil.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu juga konsep yang salah ya. Karena pada waktu kita berbicara “saya harus membangun kembali integritas hidup saya”, satu sisi integritas itu penting. Integritas itu yang membuat orang membuka mata dan telinga untuk mendengar kita. Tapi di sisi lain, kalau kita berpikir kalau integritas hidup itu penting untuk memberitakan Injil, dan saya harus membangun integritas hidup itu untuk bisa memberitakan Injil, hati-hati, jangan-jangan kita berpikir bahwa kebaikan kita, integritas kita yang membuat orang percaya kepada Kristus. Padahal bukan! Jadi pada waktu kita mau menginjili, atau memberikan satu kesaksian tentang Kristus, Bapak, Ibu harus mengerti satu hal, itu adalah kasih karunia. Dan saya percaya orang Kristen justru akan dibuat oleh Tuhan, satu sisi mempunyai integritas hidup yang baik, tetapi di dalam hidup dia ada cacat yang dia tidak pernah bisa lupakan dalam hidup dia sepanjang hidup dia, dan mungkin orang lain harus tahu cacat itu. Supaya apa? Dia tahu bahwa yang membuat keberhasilan di dalam penginjilan, dan yang membuat keberhasilan di dalam menyaksikan Kristus itu bukan kebaikan dan kekuatan dia tetapi kasih karunia dari Tuhan. Makanya Paulus berkata, “Lebih baik ada duri di dalam dagingku kalau Tuhan tidak menghendaki duri di dalam dagingku disingkirkan.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, coba teliti di dalam hidup kita masing-masing, orang yang sombong itu biasanya tidak melihat duri dalam daging dalam hidupnya. Tapi anak Tuhan yang sungguh-sungguh mengerti kasih karunia, semuanya kemungkinan besar tahu ada duri dalam daging dalam hidup dia. Dan bisa menjadi batu sandungan tetapi justru ketika ktia mengakui itu dengan satu kerendahan hati dan meminta kekuatan dari Tuhan untuk menolong kita, Tuhan memakai kita lebih besar dan lebih berkuasa. Karena bukan kita yang ditinggikan tetapi Tuhan yang ditinggikan. Kiranya Tuhan boleh menolong kita dalam kehidupan kita ya.

Cuma ngomong ini bukan berarti Bapak, Ibu ada alasan melakukan dosa ya. Saya harus ngomong ini. Kalau nggak takutnya ada yang bilang, “Nggak apa-apa saya ada duri dalam daging, nggak apa-apa saya melakukan dosa.” Nggak! Tetap dosa bukan menjadi satu alasan untuk kita bisa hidup di dalamnya. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali bersyukur Bapa untuk firman-Mu, kebenaran yang boleh Engkau bukakan bagi kami. Kiranya apa yang disampaikan oleh Paulus boleh menjadi satu kebenaran yang kami juga boleh pelajari, dan kami teladani, dan kami melaluinya boleh menjadi kesempatan bagi kami menyaksikan Injil Kristus. Tolong sertai ya Tuhan dan berkati setiap anak-anakMu ini, kiranya kami semua boleh terus bertumbuh di dalam kasih karunia dan kebenaran Tuhan. Dan kiranya sekali lagi hidup yang dipenuhi oleh kasih karunia Tuhan, kebaikan Tuhan, belas kasih Tuhan yang senantiasa membuat kami merendahkan diri di dalam Tuhan dan bersandar ke dalam Tuhan itu boleh menjadi satu cermin yang selalu kami nyatakan di dalam kehidupan kami. Kiranya Engkau boleh tolong, ya Tuhan, anak-anakMu ini dan kami semua pada hari-hari yang kami boleh lalui di tengah-tengah dunia ini. Dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa. Amin. (HSI)