Paulus Ditangkap (2), 13 Agustus 2023

Paulus Ditangkap (2)

Kis. 21:27-40

Pdt. Dawis Waiman

 

Ketika Paulus pergi ke Yerusalem, memang ada peringatan dari Agabus, tapi Alkitab juga mengatakan sebelum Agabus memberi peringatan kepada Paulus bahwa dia akan ditangkap dan diserahkan kepada bangsa lain, Paulus juga sudah mendapatkan kebenaran dari Tuhan di dalam perjalanan dia menuju ke Yerusalem kalau dia akan ditangkap di Yerusalem dan mengalami banyak aniaya di Yerusalem. Jadi Paulus sendiri sudah mengerti. Lalu pengertian dia bahwa dia harus pergi ke Yerusalem dan mengalami banyak penderitaan itu dikonfirmasi oleh Agabus dan juga oleh orang Kristen yang lain yang merupakan murid-murid dari Paulus. Dan itu membuat Paulus memiliki satu keyakinan kalau tindakan dia pergi ke Yerusalem itu bukan satu kesalahan tetapi justru menjadi satu ketaatan kepada perintah Tuhan. Jadi kenapa dia pergi ke Yerusalem? Karena Tuhan menghendaki dia pergi ke Yerusalem. Mengapa dia ditangkap di sana? Karena Tuhan menghendaki dia ditangkap di Yerusalem. Dan kenapa dia harus ditangkap? Karena dengan cara itu Paulus kemudian dibawa pergi ke Roma dan menjadi kesaksian di kota Roma.

Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya peristiwa dari penangkapan Paulus juga terjadi di Yerusalem itu bisa kita lihat sebagai sesuatu yang merupakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada Paulus untuk memberikan kesaksian, baik itu di hadapan pemimpin dari bangsa asing yang menguasai Yerusalem dan juga kepada orang-orang Yahudi yang ada di Yerusalem yang belum mendengarkan Injil Kristus. Saudara bisa lihat itu di dalam pasal 22 tadi yang saya mau bacakan sedikit tetapi akhirnya saya urungkan. Sekarang kalau mau baca boleh, kita baca ya. Kis. 21:40 – Kis. 22:2, “Sesudah Paulus diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani, katanya: ”Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri.” Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka. Ia berkata: ”Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.”” Siapa mereka? Yang pasti mereka bukan orang Yahudi Kristen. Tapi mereka adalah orang Yahudi non-Kristen yang menghendaki Paulus untuk dimatikan. Saudara bisa lihat itu di ayat 36, pada waktu orang banyak mengikuti perwira yang membawa Paulus menuju ke markas dan ketika ditanya ini orang salah apa, yang mereka keluarkan dari mulut mereka cuma satu kalimat, yaitu “enyahkanlah dia!” Dan “enyahkanlah dia” itu adalah satu kata yang persis sama yang diucapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Yesus Kristus pada waktu Yesus Kristus akan disalibkan. “Enyahkanlah dia” berarti dia harus mati.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jadi peristiwa ketika Paulus pergi menuju ke Yerusalem, saya lihat itu sebagai satu ketaatan kepada pimpinan Tuhan di dalam kehidupan pelayanan dari rasul Paulus yang membuat dia kemudian dipakai oleh Tuhan. Walaupun ada yang mengatakan walaupun dia salah, dia tetap bisa dipakai oleh Tuhan di dalam peristiwa memberi kesaksian, dan bahkan sampai ke Roma, seperti itu. Tetapi saya juga melihat bahwa tindakan ketaatan Paulus kepada perkataan Tuhan itu memberi kesempatan bagi diri dia untuk bisa memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi yang belum percaya kepada Kristus dan juga kepada pemimpin-pemimpin dari kerajaan Roma juga. Dan bahkan Injil menjadi diberikan kesempatan untuk bisa dikabarkan di Roma atau di tempat yang jauh, di kota yang sangat penting sekali pada waktu itu.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, apa yang menjadi penyebab Paulus itu ditangkap? Dan kapan peristiwa penangkapan itu terjadi? Di dalam ayat 27 itu dikatakan 7 hari setelah Paulus mentahirkan diri di dalam Bait Allah. Jadi maksudnya adalah setelah dia 7 hari berada di Bait Allah, ketika masa nazarnya itu sudah hampir selesai, bukan 7 hari mentahirkan diri ya, ketika dia menjalankan nazar itu selama 7 hari dan hari ke-7 itu tiba dan dia sudah mau menyelesaikan masa nazar dia itu di Bait Allah, maka pada waktu itulah kemudian orang banyak datang dan menghasut orang yang lebih banyak lagi untuk menangkap Paulus dan menganiaya Paulus. Nah apa yang menjadi penyebab Paulus itu ditangkap dan begitu dibenci sekali? Saya lihat ini bukan sebagai sesuatu yang merupakan kesalahan yang dilakukan oleh Paulus. Tindakan tuduhan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi non-Kristen di situ itu bukan karena Paulus memang melanggar hukum Tuhan tetapi mereka sangat benci sekali dengan Paulus dan kemudian memfitnah Paulus dan menghendaki Paulus untuk mengalami kematian. Nah sebabnya apa? Karena di dalam pemikiran mereka motif yang membuat mereka begitu membenci Paulus sebenarnya adalah karena iri kepada apa yang Paulus kerjakan, yaitu mengabarkan Injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi dan membawa keselamatan kepada orang-orang bukan Yahudi. Tetapi juga mereka sangat membenci Paulus karena dianggap mengakibatkan penyesatan terhadap orang-orang Yahudi.

Jadi pada waktu Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi, Alkitab mengatakan, banyak sekali dari orang-orang Yahudi yang juga bertobat dan percaya kepada Kristus walaupun lebih banyak dari orang-orang Yahudi yang menolak berita Injil itu dan akhirnya pergi meninggalkan Kristus dan juga mulai menolak Paulus dan menganiaya Paulus. Tetapi Paulus merasa bahwa tindakan dia bukan suatu dosa, tindakan dia bukan sesuatu yang menyebabkan orang-orang Yahudi tersesat. Tetapi justru apa yang Paulus kabarkan itu merupakan penggenapan janji yang diberikan oleh Allah kepada orang Yahudi. Jadi kekristenan itu bukan merupakan agama baru yang dibentuk oleh Tuhan yang tidak ada kaitan sama sekali dengan agama Yahudi tetapi iman Kristen adalah suatu kepercayaan yang justru dibangun di atas dasar janji Tuhan yang diberikan kepada umat-Nya melalui orang-orang Yahudi, yaitu bahwa Mesias akan datang, Mesias akan menebus dosa manusia, dan orang yang percaya Mesias akan dibebaskan dari kutuk dosa dan dia akan diselamatkan di dalam Mesias itu.

Jadi pada waktu orang-orang Yahudi non-Kristen itu menolak Paulus, sebenarnya tindakan mereka menolak Paulus itu adalah satu tindakan yang melawan Tuhan sendiri dan menolak kabar yang Tuhan beritakan kepada mereka bahwa Mesias sudah datang dan Mesias itu adalah Yesus Kristus. Satu berita yang dipercaya oleh orang-orang Kristen tetapi satu berita yang tidak dipercaya oleh orang-orang Yahudi. Dampaknya apa? Mereka ingin Paulus mati. Jadi ada yang mengatakan seperti ini, pada waktu kita mengikuti satu agama tertentu, kalau agama itu kita ikuti, ada bentuknya; yaitu agama, ibadah dan segala sesuatu yang kita ikuti. Tetapi kalau tidak disertai oleh realita, kebenaran, maka jadinya kaya mereka, yaitu orang-orang yang fanatik, orang-orang yang berpikir melakukan sesuatu pelayanan bagi Tuhan tetapi sebenarnya dia bukan melayani Tuhan melainkan melawan Tuhan. Jadi ini adalah hal yang sangat serius sekali, kita yang menjadi orang Kristen.

Alkitab selalu menekankan kepada kita mengikut Kristus, atau saya pakai istilah yang suka digunakan oleh orang-orang Kristen, mengikut Kristus itu bukan berbicara mengenai agama tetapi mengikut Kristus itu adalah berbicara mengenai menjadi murid Kristus, bicara tentang relasi yang kita miliki dengan Kristus. Saya sendiri percaya mengikut itu adalah statement yang benar, tapi saya juga percaya mengikut Kristus itu ada unsur agamanya. Agamanya di mana? Saudara datang ke gereja hari Minggu, Saudara melakukan liturgi di dalam gereja, ada doa, ada berdiri, ada pujian, ada duduk, ada mendengarkan firman, ada memberikan persembahan kepada Tuhan, ada perjamuan kudus yang Saudara ikuti 1 bulan 1x. Itu semua berbicara mengenai satu regulasi di dalam satu keagamaan. Ada jemaat yang mengikuti kepercayaan Kristen yang ada. Tetapi, pada waktu Saudara melakukan hal itu semua, Alkitab juga mengajarkan itu tidak menjadikan Saudara Kristen. Kapan kita itu disebut sebagai orang Kristen? Pada waktu kita menjadi murid Kristus. Itu Kristen. Jadi kalau saya datang menjalankan ritual keagamaan saja, Alkitab berkata, memang secara KTP kita Kristen, secara penampakan kita adalah Kristen, tetapi kita harus mengerti istilah Kristen sendiri berarti Kristus-Kristus kecil. Dan kita perlu menguji apakah yang kita lakukan sesuai dengan apa yang Kristus kehendaki atau tidak. Apakah kita memiliki relasi yang kita bangun dengan Kristus sehingga kita mengerti kehendak Allah atau tidak? Dan dari situ kita melakukan kehendak Allah atau tidak.

Jadi pada waktu kita menjadi Kristen, Alkitab menuntut kekristenan tidak boleh tanpa pengetahuan. Karena pengetahuan itu akan membawa kita mengenal siapa Allah yang telah menebus kita, yang telah mencipta kita, yang telah menyelamatkan kita, dan karakter-karakter Tuhan. Tujuannya untuk apa? Supaya kita beriman kepada Allah itu dan belajar beriman kepada Allah yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita itu, dan hidup di dalam kebenaran-Nya. Itu peran dari keberadaan kita di tengah-tengah dunia ini. Saudara kalau kembali ke dalam Yoh. 17, di mana Yesus Kristus berdoa di hadapan Allah sebelum Dia ditangkap, lalu kemudian Dia disalibkan, maka di dalam kalimat doa itu Yesus berkata “Aku meminta kepada Bapa supaya tidak mengangkat mereka dari dalam dunia ini. Tapi yang Aku doakan kepada Bapa adalah supaya mereka dan orang-orang yang percaya karena pemberitaan yang mereka kabarkan tentang Injil Kristus itu hidup di dalam Aku seperti Aku hidup di dalam Bapa.” Itu Kristen. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya ngomong agak keras hari ini, mungkin banyak dari orang-orang yang datang ke dalam gereja itu tidak diselamatkan. Kenapa? Karena mereka bukan pengikut Kristus tapi mereka pengikut agama Kristen. Mereka bukan murid Yesus Kristus tapi mereka adalah orang-orang beragama yang berpikir bahwa agama mereka itu yang menyelamatkan diri mereka, atau tindakan mereka untuk beribadah kepada Tuhan itu yang menjamin kalau mereka adalah orang Kristen, kalau mereka ada di dalam gereja. Padahal mereka bukan murid dari Yesus Kristus.

Paulus adalah orang yang sangat menekankan sekali menjadi orang Kristen harus mengenal siapa yang disembah. Karena itu kalau Saudara baca di dalam surat Timotius dikatakan, “Aku mengenal siapa yang aku sembah.” Dan itu yang memberi kekuatan bagi Paulus untuk berjalan di tengah-tengah segala kesulitan yang dia alami dalam hidup dia. Jadi Kristen ada bentuk, tetapi bentuk itu tidak boleh tanpa disertai dengan kebenaran, realita, fakta. Yang kebenaran yang kita juga bisa terima berdasarkan realita yang ada di dalam sejarah dunia ini. Kalau kita mengabaikan kebenaran itu, mengabaikan realita itu, Saudara akan menjadi orang-orang yang fanatik yang kemudian mengikut Kristus dan berpikir mengikut Kristus tapi sebenarnya tidak. Bahkan yang terjadi sebenarnya adalah mungkin kita dipakai iblis untuk menganiaya orang-orang yang sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus. Dan ini yang terjadi kepada diri Paulus. Pada waktu dia datang ke Yerusalem, dia dituduh sebagai seorang yang mengkhianati agama Yahudi, pengajaran Yahudi, dan itu membuat diri dia kemudian ditangkap.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus pengkhianat Yahudi tidak? Kalau kita perhatikan di dalam pelayanan yang Paulus kabarkan. Mungkin orang-orang itu ada salah mengerti Paulus juga dengan berpikir seperti ini; ketika Paulus menginjili orang bukan Yahudi, maka Paulus tidak pernah menuntut orang bukan Yahudi untuk disunat dan menjalankan Taurat. Paulus berkata, “engkau bisa menjadi orang Kristen yang baik tanpa perlu menjadi orang Yahudi.” Dan itulah kita, kenapa kita ada di sini? Kita orang Yahudi bukan? Bukan kan? Kita nggak disunat, kita juga tidak diminta mengadopsi budaya Yahudi dan juga hari-hari besar Yahudi, seperti itu. Dan kita juga tidak perlu berpakaian seperti orang Yahudi. Karena apa? Kristen tidak menuntut hal itu. Kita bisa menjadi orang Kristen yang baik, pengikut Kristus yang benar walaupun kita adalah orang Indonesia. Itu menjadi inti dari pengajaran Paulus. Tapi ketika dia bertemu dengan orang-orang Yahudi, Paulus juga berkata seperti ini, “engkau bisa menjadi orang Kristen yang baik tanpa melepas ke-Yahudi-an mu!” Tapi ya mungkin hukum korban nya nggak perlu dijalankan lagi, sabatnya nggak perlu dijalankan lagi karena semua itu berdasarkan Kolose sesuatu yang digenapkan di dalam Kristus. Tetapi dia tetap bisa menghidupi kehidupan Yahudi yang baik dengan tradisi Yahudi dan hari besar yang mungkin dijalankan dengan kebiasaan-kebiasaan cara doa dan yang lain-lain yang dijalankan oleh orang-orang Yahudi tetapi dia adalah orang Kristen yang baik.

Bapak, Ibu jangan berpikir kaya gini ya, kalau menjadi Kristen itu harus kaya Yahudi atau kaya orang yang ada di Amerika. Kalau saya mengikuti cara mereka beribadah maka itu baru dikatakan Kristen. Belum tentu! Kadang-kadang tradisi itu bisa menjadi sesuatu yang kita jalankan tapi yang tidak bertentangan dengan Kitab Suci; cara kita berdoa atau cara kita menyembah Tuhan, cara kita memuji Tuhan. Tapi berdasarkan kebenaran dari firman Tuhan itu. Jadi pada waktu Paulus berhadapan dengan orang bukan Yahudi, dia berkata, “nggak perlu jadi orang Yahudi.” Pada waktu dia bertemu dengan orang Yahudi, dia berkata, “nggak perlu jadi orang bukan Yahudi.” Bahkan dikatakan, “engkau tidak boleh menuntut sesuatu yang merupakan kuk yang kita sendiri tidak bisa pikul untuk dijalankan orang-orang Yahudi, yaitu tuntutan Taurat.” Itu tidak perlu dilakukan lagi.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, akibatnya apa? Akibatnya Paulus dilihat seperti orang yang bermuka dua. Pada satu sisi, dia dikatakan sebagai orang yang melawan hukum Yahudi. Di sisi lain, ketika dia ada di tengah-tengah orang Yahudi, dia kelihatannya seperti orang yang taat sekali kepada hukum Yahudi. Jadi yang benar yang mana? Di sini dikatakan pada waktu itu, Paulus ketika ada di Yerusalem bertemu dengan Yakobus untuk menyatakan bahwa dia adalah orang yang tetap menjalankan apa yang menjadi tuntutan Yahudi atau kehidupan Yahudi maka dia melakukan nazar dan dia berusaha mentahirkan diri dia di dalam Bait Allah. Dan itu adalah nasihat dari Yakobus, sokoguru jemaat pada waktu itu.

Bapak, Ibu dalam hal ini kalau bingung ya, kok bisa seperti itu ya, Bapak, Ibu harus bisa memilah mana hal yang merupakan tradisi tidak perlu dipertahankan, mana yang merupakan tradisi yang harus dipertahankan. Mana yang merupakan kebenaran yang harus dijalankan yang bersifat kekal, mana yang bukan merupakan kebenaran yang bersifat kekal. Dan yang Paulus ajarkan berkenaan dengan sunat dan misalnya korban dan hari sabat yang lain itu bukan sesuatu yang merupakan kebenaran yang harus terus diadakan atau dilakukan oleh umat Allah karena digenapi oleh Yesus Kristus. Saya nggak perlu terlalu jauh bicara ini, nanti kalau ada moment yang lain kita baru bicara karena masih ada banyak point yang lain. Tapi intinya Paulus adalah orang yang bukan bermuka dua. Dan dia juga adalah orang yang betul-betul memiliki hati yang takut akan Allah. Di dalam suratnya dia katakan, di dalam Korintus, “aku menjadi seperti orang Yahudi, dan aku menjadi seperti orang Yunani. Tetapi aku memiliki hukum Kristus yang aku jalani.” Jadi dia masih memiliki pedoman penting yang Tuhan berikan, kasih kepada Allah, kasih kepada sesama, 10 perintah Allah itu menjadi pedoman di dalam hidup dia. Tetapi soal tuntutan ceremonial, tuntutan dari judicial law, itu adalah sesuatu yang sudah digenapkan di dalam diri Yesus Kristus dan itu tidak perlu lagi dituntutkan kepada orang-orang yang bukan merupakan orang Yahudi. Tapi Paulus sendiri siapa? Orang Yahudi. Ada hal-hal di dalam ibadah dia yang dia tetap lakukan seperti halnya orang Yahudi lakukan. Makanya dia pergi ke Bait Allah untuk memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai satu tanda dia menjalankan nazar dan selesai menjalankan nazar itu di hadapan Tuhan.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu orang-orang Yahudi bukan Kristen melihat itu, kalau orang Yahudi Kristen melihat Paulus yang sebelumnya gelisah dengan apa yang diajarkan Paulus, saya kira mereka bisa ditenangkan oleh tindakan Paulus, karena Alkitab tidak lagi mencatat kegelisahan mereka. Tapi Paulus punya tindakan itu tidak bisa menenangkan orang-orang Yahudi bukan Kristen. Membuat mereka bereaksi ketika mereka melihat Paulus. Dan apa yang membuat reaksi mereka? Ingin membunuh Paulus. Kenapa mereka ingin membunuh Paulus? Karena dianggap sebagai seorang pengkhianat dan dianggap sebagai orang yang mencemarkan Bait Allah.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa hal ini bisa menjadi begitu serius sekali? Ini ada latar belakang konteks juga. Paulus ketika ke Yerusalem, dia datang di hari pentakosta. Bapak, Ibu bisa baca pasal sebelumnya ya, dia tiba betul-betul di hari pentakosta. Tapi sebelum saya bahas tentang pentakosta saya mau bicara dulu seperti ini; di dalam kehidupan ibadah orang Yahudi ada satu hukum di mana orang-orang bukan Yahudi itu tidak boleh masuk ke dalam Bait Allah atau lingkungan dari Bait Allah. Jadi di dalam ibadah mereka, mereka ada berlapis-lapis halaman. Pertama itu adalah halaman untuk orang-orang bukan Yahudi. Letaknya di luar. Lalu yang kedua adalah halaman dari perempuan Yahudi. Yang ketiga adalah halaman dari laki-laki orang Yahudi. Keempat adalah tempat di mana imam boleh masuk. Yang kelima adalah hanya imam besar yang boleh masuk ke dalam kemah suci atau bait Allah. Jadi ada lapisan seperti itu. Dan menurut sejarah, di antara lapisan luar, tempat orang-orang bukan Yahudi dan lapisan dalam untuk orang-orang Yahudi, itu ada tembok yang memisahkan. Dan di dalam tembok itu ada tulisan yang sangat keras sekali, “Kami tidak bertanggungjawab terhadap pelanggaran dari orang-orang bukan Yahudi yang melewati batas wilayah ini kalau mereka mati!” Jadi bagi orang-orang Yahudi satu kenajisan kalau ada orang-orang bukan Yahudi yang masuk ke dalam wilayah bait Allah dan hukumannya adalah kematian. Jadi ini adalah sangat serius sekali.

Paulus dituduh membawa orang-orang non-Yahudi, terutama yang bernama Trofimus itu, yang adalah warga negara Efesus untuk dipikir dibawa masuk ke dalam bait Allah. Padahal Paulus tidak pernah melakukan hal itu. Tapi kesempatan mereka melihat Paulus bersama Trofimus itu dipakai untuk memfitnah Paulus dan membuat dia ingin dibunuh mati. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, seharusnya yang benar itu Paulus yang dimatikan atau Trofimus? Trofimus kan? Kenapa? Dia bukan Yahudi. Paulus orang Yahudi. Kalau Paulus masuk ke bait Allah, wajar dong karena dia orang Yahudi. Tapi kalau Trofimus masuk ke dalam bait Allah, ya dia yang melanggar. Dia harusnya yang mati. Dan Paulus tidak sebodoh itu untuk membawa orang yang merupakan orang yang dikasihi dia masuk ke dalam bait Allah untuk melanggar hukum orang-orang Yahudi, seolah-olah Paulus tidak mengerti atau bahkan sengaja untuk membawa Trofimus melanggar hukum Yahudi seperti itu. Trofimus tidak masuk, tetapi kenapa kesempatan melihat Paulus bersama dengan Trofimus itu bisa digunakan oleh orang-orang Yahudi non-Kristen untuk memfitnah Paulus dan membuat seluruh rakyat dari orang Yahudi kemudian melawan Paulus? Nah, ini berkaitan dengan hari Pentakosta.

Hari Pentakosta sebelum dari pembuangan itu menjadi satu hari di mana orang-orang Yahudi memperingati hasil panen pertama yang mereka lakukan. Tetapi setelah pembuangan ke Babel, mereka kembali ke wilayah orang Yahudi seperti itu, tanah perjanjian. Maka mereka menjadikan hari Pentakosta bukan hanya sebagai satu peringatan panen pertama, tetapi juga menjadi satu peringatan akan 10 perintah Allah diberikan kepada Musa. Jadi, menurut perhitungan kalender orang Yahudi, perjalanan keluar dari Musa dan Israel di Mesir menuju kepada Gunung Sinai dan menerima 10 perintah Allah itu tepat 50 hari. Makanya, pada hari Pentakosta itu bukan lagi hanya menjadi satu peringatan tentang hari panen pertama, tetapi dia juga menjadikan hari di mana hukum Tuhan diberikan. Jadi, dengan dasar ini, Bapak, Ibu mungkin bisa lebih mengerti sedikit konteks dari pemikiran orang-orang Yahudi pada waktu itu. Kita sedang memperingati hukum Tuhan. Saat ini, ini adalah hari di mana Tuhan memberikan 10 perintah Allah, hukum Musa. Dan hukum Musa itu kalau tidak ditaati, itu yang mengakibatkan kita dihukum oleh Tuhan. Apa yang membuat Israel itu dibuang ke Babel yang bagian selatan, yang bagian utara itu dibuang ke Asyur dan tempat-tempat yang lain atau dibuang oleh pemerintahan Asyur? Karena mereka melanggar hukum Musa. Dan kalau sekarang ada hukum Musa yang mengatakan bahwa yang boleh masuk ke bait Allah itu hanya orang Yahudi dan imam atau imam besar dan ada Paulus yang membawa orang bukan Yahudi masuk ke dalam wilayah bait Allah, ini adalah satu dosa atau kesalahan yang fatal sekali. Dan itu membuat mereka bisa menghasut orang banyak untuk kemudian menangkap Paulus dan menganiaya Paulus pada waktu itu.

Dan pada waktu itu terjadi, dikatakan tentara Roma langsung datang untuk menghentikan kerusuhan itu. Dan tentara itu adalah tentara yang dipimpin oleh seorang yang bernama Klaudius. Bapak, Ibu bisa lihat di dalam pasal berikutnya ya. Nama itu muncul di situ. Dan kenapa mereka bisa mempunyai akses yang begitu cepat? Berdasarkan geografis, Klaudius itu punya markas di satu tempat yang ada bukit dan disebut sebagai benteng Antonia. Lalu dari benteng itu, dia bisa melihat langsung ke bait Allah dan segala kegiatan yang ada di bait Allah. Di situ ada jalan yang menghubungkan ke bait Allah itu. Sehingga pada waktu hari-hari besar, si Klaudius itu biasanya yang menjadi kepala pasukan seribu orang akan berpatroli dan melihat keadaan yang ada. Dan pada hari Pentakosta itu atau khususnya hari-hari besar orang Yahudi ketika berkumpul di dalam bait Allah, mereka pasti berjaga-jaga karena biasanya itu menjadi hari yang sangat rawan sekali adanya pemberontakan. Dan kasus pada waktu itu, mereka sedang khawatir dengan satu pemberontakan yang dilakukan oleh orang Mesir, di mana ada orang-orang yang merupakan pembunuh gerilyawan yang ketika ada hari raya orang Yahudi menyusup di antara orang Yahudi, lalu membunuh orang Yahudi yang sedang beribadah, lalu mereka pergi melarikan diri. Dan mereka tidak tertangkap pada waktu itu. Dan mungkin pada waktu Klaudius itu sedang mengamati, dia melihat ada 1 orang yang dipukuli oleh orang-orang Yahudi. Dan pada waktu dia dipukuli oleh orang-orang Yahudi, tanpa berpikir panjang, Klaudius mungkin berpikir bahwa ini adalah anteknya atau pembunuh bayaran atau pembunuh yang merupakan orang Mesir itu. Jadi, dia kirim pasukannya turun langsung menangkap Paulus, membawa Paulus pergi supaya tidak terjadi kekacauan yang sangat dibenci oleh kerajaan Romawi pada waktu itu.  Dan itu adalah hal yang terjadi pada waktu itu. Paulus ditangkap, dibawa pergi.

Dan menariknya adalah seperti ini. Paulus melawan tidak? Mungkin Bapak, Ibu bisa berkata tidak. Kenapa tidak? Ya orang sudah digebugin kayak gitu bagaimana mau melawan? Tetapi paling tidak, mungkin ada 1 perlawanan yang bisa diberikan oleh Paulus. Yaitu apa? Dia bukan orang Mesir. Dia digebugin tanpa kesalahan. Dia difitnah oleh orang-orang Yahudi. Ketika kepala pasukan datang menangkap dia dan tangannya diborgol, kalimat pertama yang harusnya keluar dari mulut Paulus apa? Kalau Saudara baca di dalam ayat ini ya, ayat yang ke-39, “Paulus menjawab: “Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia; aku minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu.” Lalu, Saudara bandingkan juga dengan ayat yang ke-3 pasal 22. “Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.” Saudara bisa melihat ada hal yang menarik tidak? Itu Paulus sangat mengerti sekali kapan dia harus mengeluarkan kata yang tepat di moment yang tepat. Pada waktu dia bertemu dengan kepala pasukan dan dia ingin minta izin bicara, dia ngomong dari versi dia adalah orang Yahudi, betul, tapi dia bukan orang Mesir. Dia adalah orang yang berpendidikan dan dia adalah orang yang merupakan kewarganegaraan Romawi. Supaya apa? Dia punya hak bicara. Karena orang Romawi itu tidak boleh menghakimi orang Romawi tanpa ada pengadilan terlebih dahulu. Tapi pada waktu dia berbicara kepada orang Yahudi, di satu sisi dia ngomong, “Saya orang Yahudi, lahir di Tarsus.” Tanah Kilikia itu adalah wilayahnya orang Romawi. ”Tetapi saya dididik dengan teliti di bawah Gamaliel.” Gamaliel itu adalah guru Farisi yang sangat terkenal sekali di antara orang-orang Yahudi. Sangat terhormat sekali. Kalau di kita kayak ustad siapa? Atau di kita mungkin Pdt. Stephen Tong lah gitu ya yang perkataannya didengarkan. Nasehatnya pasti di kalangan orang-orang Kristen menjadi satu rujukan. Itu Gamaliel. Jadi, dia tahu mengatakan satu kalimat apa secara tepat dan harus kalimat apa yang keluar, kalimat apa yang tidak keluar. Saudara boleh baca juga, ketika Paulus diperhadapkan nanti dengan mahkamah agama, pasal yang ke-23, ia tahu siapa yang ada di antara orang-orang yang hadir di situ, lalu dia ngomong, “Saya ini sebenarnya punya iman yang benar lho. Saya ini hanya melanjutkan pengharapan dari orang tua kita, leluhur kita. Yaitu apa? Percaya kalau ada kebangkitan.” Kenapa dia angkat hal itu? Lalu, orang-orang yang merupakan mahkamah agama itu langsung pecah. Karena dia tahu, di antara mahkamah agama ada orang Farisi yang percaya kebangkitan, ada orang Saduki yang nggak percaya kebangkitan. Itu dia langsung pecahkan seperti itu ya.

Jadi, Paulus adalah orang yang sangat berhikmat sekali di dalam berbicara. Dia tahu kapan dia berbicara. Kalau seandainya kepala pasukan itu datang, lalu dia ngomong, “Pak perwira, saya orang Yunani lho! Saya orang Romawi. Saya kewarganegaraannya Roma. Saya bukan orang Mesir dan saya bukan orang yang seharusnya diperlakukan seperti ini.” Borgolnya pasti dilepas. Dia kemungkinan jalan dengan satu pengawalan yang ketat pada waktu itu. Tetapi kenapa dia tidak teriak dan dia tidak minta untuk dibebaskan? Nah, ini berkaitan dengan kita punya pembicaraan di perikop sebelumnya, di mana kita melihat bahwa Paulus adalah orang yang sangat rendah hati sekali dan kerendahan hati Paulus itu dinyatakan dari satu sikap yang mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup dia, pimpinan Tuhan atas kehidupan dia, dan semua yang dia bisa lakukan itu dan berhasil karena berkat dari Tuhan, bukan dari usaha diri dia sendiri. Kita sudah bahas itu di dalam perikop sebelumnya. Bapak, Ibu bisa dengarkan khotbah atau baca transkrip kita yang sebelumnya ya.

Sehingga Paulus ketika menjalani hidup dia, apa pun yang menjadi kehendak Tuhan, kalau itu adalah kehendak Tuhan, maka dia pasti taat. Dan ini prinsip adalah satu prinsip yang diajarkan oleh Petrus juga. Boleh Saudara bandingkan 1 Petrus 2:19-23. “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” Lalu, boleh buka 1 Petrus 3:17-18. “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.” Jadi, Petrus mengajarkan pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen, kadang-kadang kita bisa mengalami satu penderitaan dalam hidup kita, aniaya dalam hidup kita karena kebenaran tentunya. Dan pada waktu kita mengalami itu, apa yang kita harus lakukan? Yaitu menggerutu, berteriak kepada Tuhan seperti itu, “Mengapa saya bernasib buruk seperti ini?” Atau bersyukur kepada Tuhan, bersukacita di dalam Tuhan? Petrus bilang bersukacita dan bersyukur. Karena apa? Karena kita dipanggil untuk hidup seperti Kristus itu. Kalau Kristus menderita karena kebenaran, kita menderita karena kebenaran itu berarti menunjukkan kalau kita adalah seperti Kristus. Bukan karena dosa ya, tapi karena kebenaran. Matius 5 mengatakan salah satu ciri kalau kita milik Kristus adalah kita menderita seperti Kristus menderita. Itu membuat kita punya kepastian kalau kita adalah anak Tuhan.

 

Atas dasar ini, kita kemudian menafsirkan bagian ini ya. Mengapa Paulus diam? Karena dia tahu, apa yang dia alami itu adalah bukan karena dia berdosa tetapi karena mungkin Tuhan ada satu rencana yang penting melalui peristiwa ini. Ketika dia menjalankan hukum Tuhan, maka di saat itulah dia kemudian disalahmengerti dan ditolak. Dan untuk bisa melakukan hal itu, ada 1 sikap hati yang penting yang kita harus pertahankan dan terus jaga dan pertumbuhkan di dalam diri kita, yaitu melihat segala sesuatu itu bersumber dari Tuhan dan merelakan diri kita untuk mau menempuh hal-hal yang di luar dari rencana kita sekalipun, kalau Tuhan menghendaki kita melalui hal itu. Itu penting.

Bapak, Ibu kalau melihat saya tidak seharusnya mengalami ini, walaupun kita tahu secara teologi bahwa Tuhan melakukan segala sesuatu dan mengizinkan segala sesuatu terjadi dalam hidup kita, tapi kalau kita berpikir, ”Saya tidak seharusnya mengalami ini!” Saya yakin, kita pasti teriak. Tapi kalau kita mengerti bahwa segala sesuatu bersumber dari Tuhan dan segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan itu adalah baik, saya sebagai orang yang percaya kepada Tuhan harusnya bagaimana? Menerima kondisi yang Tuhan izinkan untuk kita alami. Itu prinsip. Mengapa Paulus bisa dipakai oleh Tuhan menjadi berkat yang begitu besar sekali? Karena dia bukan orang yang suka berjalan sendiri menurut kehendak dia. Tapi dia sangat mengerti sekali, apa yang menjadi kehendak Tuhan, itu yang harus dijalankan dan dilakukan, walaupun itu berarti dia harus digebugin orang, ditendang orang, difitnah oleh orang di dalam kehidupan dia.

Ada 1 hal yang mungkin kita perlu yakini seperti ini ya. Apa pun yang kita lakukan, yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan itu tidak ada nilainya. Walaupun Bapak, Ibu, Saudara sangat senang sekali hidupnya di dalam dunia ini dengan berkelimpahan sekali, tetapi ketika Bapak, Ibu, Saudara berjalan tanpa ada nilai kekal yang menyertai hidupmu atau firman yang menyertai hidupmu, maka semua kekayaan kita tidak mungkin dibawa ke dalam kematian. Nggak ada gunanya sama sekali. Semua kesenangan yang kita nikmati dalam dunia ini tidak bisa kita bawa dalam kematian. Yang justru adalah penderitaan kita di dalam kematian, itu mungkin menutupi semua kesenangan yang kita nikmati di dalam dunia ini karena penderitaan di dalam kematian jauh lebih lama dan tidak ada batas waktu dan jauh lebih berat daripada kesenangan yang kita nikmati dalam dunia ini. Tetapi kalau kita menjalani hidup itu sesuai dengan rencana Tuhan, walaupun kita sulit di dalam dunia ini, tapi pada waktu kita masuk ke dalam kekekalan, semua hal yang kita jalani itu memiliki upah dan nilai yang kekal dan selama-lamanya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mengerti prinsip ini, saya yakin, kita akan belajar untuk membuka hati, menundukkan diri di bawah pimpinan Tuhan, walaupun itu tidak menyenangkan hati kita. Tapi kita belajar untuk bersyukur kepada Tuhan dan bersukacita kepada Tuhan di dalam keadaan seperti itu. Itu prinsip pertama.

Yang kedua adalah pada waktu kita ada di dalam kondisi ini, kita harus bagaimana? Apakah kita hanya pasif seperti itu? Kalau Bapak, Ibu perhatikan dari Paulus, dia tidak pasif. Dia adalah orang yang menggunakan kesempatan dan mencipta kesempatan. Dan kesempatan untuk apa? Membicarakan Injil dan bersaksi bagi nama Kristus. Makanya, pada waktu dia melihat ada kesempatan untuk berbicara kepada kepala perwira ini, untuk berbicara kepada orang banyak pada waktu itu, dia ngomong. Tapi sebelum itu, mungkin saya teringat ada 1 kata yang menarik sekali yang muncul dari pembicaraan itu ya. Bapak, Ibu baca ayat 37 ya. “Ketika Paulus hendak dibawa masuk ke markas, ia berkata kepada kepala pasukan itu: “Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?” Jawabnya: “Tahukah engkau bahasa Yunani?” Di sini ada 2 penafsiran dan dua-duanya saya yakin benar. Pertama adalah kepala pasukan ini baru sadar ternyata Paulus itu bukan orang Mesir itu karena dia bisa berbicara bahasa Yunani dan berbicara bahasa Yunani itu dianggap sebagai orang yang terpelajar, orang yang tingkat atas. Makanya, dia kaget. ”Lho, ini orang Mesir kok bisa bicara bahasa Yunani? Setahu saya, orang Mesir nggak bisa bicara bahasa Yunani.” Yang kedua adalah, ini yang lebih menarik, “Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?” Itu kalimat seperti apa ya? Itu kalimat sangat sopan sekali lho.  Ada penafsir yang ngomong, itu kalimat yang betul-betul menunjukkan bahwa Paulus itu masih menghormati perwira itu dan ketika dia berbicara, dia tidak ada satu perasaan dilukai atau dikhianati atau sekarang kesempatan aku untuk membalas dan mendapatkan keadilan dari kepala perwira itu atau kebebasan dari kepala perwira itu. Tapi justru dia membicarakan hal yang sangat sopan dan bahkan memohon dan meminta persetujuan dari kepala perwira itu untuk mengizinkan dia berbicara.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang tadi saya katakan. Kalau dia tidak punya hati yang tunduk di bawah kehendak Tuhan, saya yakin kalimat kayak gini nggak akan keluar. Kalau Stefanus tidak punya hati yang tunduk di bawah kehendak Tuhan, saya yakin dia nggak akan berkata, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” sebelum dia mati. Tapi dia mengerti, ini kehendak Tuhan dalam hidupku, mereka tidak mengerti. Maka kalimat yang baik seperti itu dan bahkan mendoakan orang lain itu bisa keluar. Dan Paulus pada waktu melihat ada kesempatan, dia tidak diam. Kalau kita, mungkin kita akan berpikir 100x dulu, “Ini saya mau ngomong atau enggak ya? Kalau saya ngomong, akibatnya apa? Mungkin saya akan ditolak oleh orang Israel dan bahkan keadaan saya lebih buruk dari sebelumnya.” Jadi, paling berhikmat itu apa? Ya mungkin saya ngomong, tapi yang saya omongkan adalah saya orang Roma supaya saya diputus hubungannya dengan orang Yahudi sehingga saya tidak ada di bawah kekuasaan orang Yahudi, tapi saya ada di bawah kekuasaan orang Roma dan sebagai orang Roma harus memelihara orang Roma. Dan saya bebas. Tapi yang Paulus lakukan adalah dia nggak ngomong. Dia ngomong, “Saya orang Roma,” kayak gitu, tapi dia juga ngomong, “Saya orang Yahudi dan karena itu saya minta kesempatan untuk berbicara kepada orang Yahudi.”

Ada penafsir yang mengatakan seperti ini. Mungkin ini adalah moment yang paling ditunggu-tunggu oleh Paulus yaitu bisa berkhotbah kepada ribuan orang Yahudi. Ayo, siapa yang bisa ngumpulin massa sebanyak itu? Susah lho, apalagi atas nama Kristen. Misalnya kita ngomong, “Kita bikin KKR pertobatan!” Lalu, yang diundang siapa? Semua ustadz-ustadz yang ada di masjid atau semua orang-orang Muslim. Kalau mereka mau datang, begitu lihat kita orang Kristen saja, acara Kristen, belum tentu mereka mau datang kok. Ini orang bukan Kristen, orang Yahudi murni, agama Yahudi, berkumpul ribuan orang seperti itu di depan Paulus. Kesempatan paling baik adalah kabarkan Injil. Nah, itu yang digunakan oleh Paulus.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat kalau kita adalah orang yang selalu memfokuskan hidup kita kepada pimpinan Tuhan, pertama, kita akan punya kebesaran hati lebih untuk menerima keadaan yang kita alami dan karena kita tahu bahwa apa yang diizinkan oleh Tuhan itu adalah hal yang baik dan kita tidak akan mengabaikan kesempatan untuk menjadi saksi. Dan kita akan berusaha untuk menggunakan kondisi yang ada untuk membicarakan tentang Kristus, bukan diri kita. Karena kebiasaan kita adalah pada waktu kita ada di kondisi di bawah itu membicarakan diri kita, bukan Kristus. Dan Paulus adalah orang yang memberi contoh bagaimana seorang pengikut Kristus atau murid Kristus itu harus hidup. (HSI)