Pembelaan Stefanus (2), 18 Juli 2021

Kisah Para Rasul 7:1-53

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita berbicara berkenaan dengan khotbah Stefanus di sini, saya review sedikit sebelumnya supaya kita ada penghubung ke dalam pembahasan yang akan kita lakukan pada hari ini. Maka, Stefanus sebenarnya sedang mempertanggungjawabkan kebenaran iman dan pengajaran yang ia berikan di antara orang-orang Yahudi. Kita tahu bahwa sebelumnya semulanya Tuhan memakai Petrus dan Yohanes dengan luar biasa untuk memberitakan Injil Tuhan di Yerusalem. Lalu setelah itu dalam waktu yang begitu singkat sekali, maka orang-orang Yahudi yang ada di Yerusalem bertobat dan percaya kepada Kristus dan dalam waktu singkat sekali dikatakan bahwa berita Injil itu sudah tersiar ke seluruh dari pada Yerusalem dan bahkan kepada daerah-daerah yang berdekatan dengan Yerusalem atau di luar Yerusalem.

Ini membuat ada sebuah kegelisahan di dalam hati dari para pemimpin orang-orang Yahudi dimulai dari tua-tua sampai kepada kelompok Sanhedrin dan itu membuat Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan diadili di hadapan Mahkamah Agama, tetapi pada waktu itu mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Petrus dan Yohanes. Saya percaya itu karena pemeliharaan Tuhan bagi mereka, dan satu-satunya yang mereka bisa lakukan adalah mereka menyesah Petrus dan Yohanes pada waktu itu lalu kemudian mereka membebaskan. Tapi di sisi lain ternyata ketika umat Allah itu makin berkembang dan makin banyak jumlahnya, Alkitab mencatat terjadi keributan di antara orang-orang Yahudi berbahasa Yunani dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani yang membuat akhirnya dipilihlah 7 orang pelayan untuk melayani meja, melayani kebutuhan dari pada para janda yang ada di tengah-tengah orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani karena mereka merasa perlakuan yang mereka terima kurang baik dan mereka kurang diperhatikan, dan salah satu pelayan itu adalah Stefanus.

Dia ternyata adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus, seorang yang hidupnya betul-betul menundukkan diri di bawah pimpinan dan kehendak Tuhan dan dia begitu disertai oleh Tuhan. Dan ternyata dia bukan hanya seorang pelayan yang mengurusi meja saja, tetapi dia juga adalah orang yang diberikan karunia untuk memberitakan Injil dan memberi suatu pengaruh yang besar kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Itu sebabnya dia kemudian pergi ke sinagoge-sinagoge, rumah-rumah ibadat orang Yahudi bahasa Yunani untuk memberitakan Injil di situ.

Dan pada waktu dia memberitakan Injil di sana, ia berhadapan dengan yang namanya tua-tua Yahudi, yaitu kelompok dari Sanhedrin juga yang hadir pada waktu mereka menghakimi Petrus dan Yohanes, tetapi juga orang-orang banyak dari Yahudi yang hadir di situ. Dan ketika mereka bersoal jawab, mereka tidak sanggup untuk menghadapi Stefanus punya hikmat karena ada Roh Kudus yang memimpin dia dan menyatakan kebenaran bagi Stefanus sehingga akhirnya orang-orang yang merupakan tua-tua Yahudi dari kelompok Yunani ini, bahasa Yunani, mengutus orang atau membayar orang atau menghasut orang untuk memfitnah Stefanus karena pengaruh yang diberikan oleh Stefanus itu juga terlalu besar, dan mereka sendiri tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi Stefanus punya hikmat pada waktu itu.

Padahal kalau Saudara perhatikan mungkin dia adalah orang yang baru bertobat, baru percaya kepada Kristus, tetapi Tuhan sudah memakai dia dengan begitu luar biasa sekali dengan suatu keberanian yang luar biasa untuk memberitakan Injil Tuhan dan pemahaman firman yang luar biasa yang dia miliki berkenaan dengan Perjanjian Lama yang akan kita bahas di dalam pasal yang ketujuh ini. Andaikan orang Kristen bisa punya pemahaman firman yang begitu mendalam, keberanian yang begitu berani dan besar untuk memberitakan Injil, saya percaya gereja akan memiliki dampak yang luar biasa sekali di dalam dunia ini atau di tempat di mana gereja berada pada hari ini ya.

Dan pada waktu mereka tidak bisa mengalahkan Stefanus, apa fitnahan yang diberikan oleh mereka? Yaitu pertama, Stefanus adalah seorang yang tidak menghargai Allah, Stefanus adalah seorang yang menghujat Allah, Stefanus adalah seorang yang menghujat Musa, Stefanus adalah seorang yang menghujat hukum Taurat, dan Stefanus adalah seorang yang menghujat Bait Allah. Ini adalah empat tuduhan yang diberikan oleh orang-orang Yahudi kepada Stefanus. Dan dengan begitu mereka mengharapkan Stefanus mungkin dihukum, mungkin dimatikan atau pengajarannya itu digagalkan.

Pada waktu hal ini terjadi, maka dimulailah sidang terhadap diri Stefanus. Dan di dalam persidangan itu dikatakan yang hadir itu kembali adalah Sanhedrin, kelompok dari pada pemimpin Mahkamah Agung yang tertinggi di dalam kepemimpinan dari orang-orang Yahudi, lalu kemudian juga banyak orang lain yang hadir di situ untuk mau mendengarkan apakah tuduhan yang berikan kepada Stefanus itu adalah suatu kebenaran. Mungkin pada waktu itu mereka seperti atau menerapkan prinsip yang dilakukan kepada Tuhan Yesus Kristus, seolah-olah mereka sedang ingin mendengar ada kah suatu kasus ditengah-tengah mereka seolah-olah mereka bersikap adil pada waktu itu terhadap orang yang dituduh dan diangkat untuk menjadi seorang terdakwa di dalam menyebarkan suatu pengajaran yang salah di antara orang-orang Yahudi tetapi sebenarnya dibalik itu mereka merancangkan saksi-saksi palsu untuk memberatkan tuduhan terhadap Stefanus seperti halnya terhadap Yesus Kristus sehingga mereka bisa menjatuhkan hukuman bagi Stefanus.

Dan pada waktu mereka berdiri di depan Stefanus untuk mendengarkan pertanggungjawaban dari Stefanus, di situlah Kisah 7 berbicara berkenaan dengan apa yang menjadi kepercayaan dari Stefanus dan apa yang menjadi pengajaran yang Stefanus berikan kepada orang-orang Yahudi. Dan Stefanus mengawali itu dengan panggilan Allah yang Mulia yaitu Allah dari bapa leluhur kita Abraham. Saya percaya ini adalah satu statement yang penting ya karena pada waktu orang-orang Yahudi itu mengatakan Stefanus menghujat Allah, menghujat Musa, menghujat Taurat Musa, menghujat yang namanya Bait Allah, maka mereka mau berkata bahwa dia adalah seorang yang menganggap hal-hal yang sakral, hal-hal yang kudus itu adalah hal-hal yang tidak penting dan tidak berguna sama sekali. Dan akibat dari pada seorang yang menghujat Allah, Alkitab di dalam Perjanjian Lama berkata upahnya adalah kematian. Ia akan dirajam sampai mati kalau memang terbukti kalau Stefanus telah menghujat Allah dan membuat hal yang sakral itu menjadi sesuatu yang tidak ada artinya sama sekali.

Tetapi pada waktu Stefanus berkata, “Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham,” Stefanus mau berkata, “kamu tahu tidak bapamu Abraham, kan? Kamu percaya kepada Allahnya Abraham, kan? Saya juga lho. Kita itu sama, kita itu adalah sama-sama anak Abraham.” Dia pakai kata ‘kita’ di situ untuk menyatakan kesatuan antara Stefanus dengan Sanhedrin dan orang-orang yang hadir pada waktu itu untuk mendengarkan pertanggungjawaban dari pada Stefanus ini, dan dia berkata saya juga percaya kepada Allah Abraham dan bagi saya, saya melihat Dia sebagai Allah yang Mahamulia itu, Allah yang sungguh-sungguh agung, Allah yang sungguh-sungguh besar, Allah yang segala karakternya itu adalah sempurna dan baik, dan aku percaya sepenuhnya kepada Allah yang Mahamulia yang telah datang untuk memanggil Abraham keluar dari Ur Kasdim untuk menuju kepada tanah perjanjian.

Jadi di sini Stefanus memberikan satu pembelaan kalau apa yang dia ajarkan berkenaan dengan Yesus Kristus atau berkenaan dengan Iman Kristen itu bukan sesuatu yang menyimpang dari kepercayaan Bapa Abraham, bukan menyimpang dari pada Allah yang disembah oleh Abraham atau Allah yang telah memanggil Abraham keluar dari Ur Kasdim, melainkan dia mengabarkan sesuatu yang berkaitan dengan benang merah dari apa yang diajarkan oleh Allah yang telah memanggil Abraham keluar dari Ur Kasdim itu. Dan dia juga adalah seorang yang bukan hanya meninggikan Allah, tetapi dia melihat peran dari Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai bapa leluhur dari orang-orang Israel adalah sesuatu yang penting bagi orang-orang Yahudi, termasuk bagi Stefanus sendiri.

Sehingga dari situ Stefanus menyatakan kalau dia bukan seorang yang menghujat Allah. Dia adalah justru seorang yang mengikut Allah Abraham, Ishak, dan Yakub seperti yang diklaim oleh orang-orang Yahudi yang menolak Kristus atau menolak kekristenan dan, dia membuktikan itu dengan khotbah yang begitu panjang mengutip apa yang ada di dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian berkenaan dengan panggilan Allah terhadap bapa Abraham sampai akhirnya mereka kemudian mati dan kemudian, kalau saya lanjutkan ke belakang, mewarisi apa yang menjadi janji Allah kepada Bapa Abraham.

Jadi hal pertama adalah Allah Abraham sama dengan Allah yang diberitakan oleh Stefanus dan Allah yang dipercaya oleh bapa leluhur 12 suku dari Israel itu juga adalah Allah yang dipercaya oleh Stefanus. Dan kalau mereka adalah kelompok orang yang mendapatkan janji Allah di dalam kehidupan mereka, yaitu janji untuk menjadi bangsa yang besar kemudian memiliki tanah perjanjian dan Abraham mereka menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, maka dia pun percaya kalau dia adalah bagian dari pada bangsa ini yang mendapatkan janji dari Tuhan Allah atau istilah lainnya mungkin dia adalah orang yang juga mengharapkan janji yang Allah berikan kepada Abraham sama seperti bapa-bapa leluhur mereka dan sama seperti para pemimpin agama yang berdiri di hadapan dari Stefanus itu. Itu argumentasi yang pertama. Jadi dengan begitu dia menyangkal saya bukan penghujat Allah.

Lalu bagaimana dengan ini, dengan yang namanya Musa? Saudara, pada waktu berbicara berkenaan dengan Musa, saya lompat saja ya, berkenaan dengan Yusuf di sini kita sudah lihat dia adalah tipologi dari Yesus Kristus, salah satunya adalah dia adalah seorang yang dibuang oleh bangsanya karena iri hati mereka terhadap Yusuf begitu pun juga dengan Yesus Kristus yang diiri hati oleh para pemimpin bangsanya lalu kemudian dibuang oleh mereka dan ditolak oleh mereka. Jadi dari situ, mungkin saya mundur sedikit, kalau ternyata Stefanus juga mengerti apa yang menjadi rencana Allah, pimpinan Allah yang ada di dalam sejarah Israel, dan bagaimana Allah kemudian menggenapi untuk membawa Israel ke tanah Mesir persis seperti yang dijanjikan-Nya kepada Abraham melalui Yusuf.

Dan di situ ada satu poin yang penting adalah Stefanus mau berkata, “Kamu tahu, kan bahwa kamu berpikir bahwa bapa leluhurmu itu adalah orang yang luar biasa, mereka adalah orang yang taat kepada Tuhan, kan? Mereka adalah orang yang menerima janji Tuhan, kan? Mereka adalah orang yang begitu beribadah kepada Tuhan, kan? Tetapi aku mau kasih tahu kamu,” seperti yang dikatakan di dalam ayat yang ke-51, “kamu sebenarnya tidak beda dengan bapa leluhurmu yaitu, dalam hal apa? Kamu adalah seorang yang tegar tengkuk, keras kepala, seorang yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu menentang Roh Kudus sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.”

Istilah keras kepala, tegar tengkuk bagi orang Yahudi itu seperti apa yang Tuhan katakan di dalam Perjanjian Lama ketika Israel itu ada di padang gurun dan sepanjang dari pada kehidupan Israel di dalam tanah perjanjian. Maksudnya adalah Israel adalah seorang yang sudah tahu kebenaran tentang Allah, tetapi tidak mau menundukkan dirinya untuk menyembah kepada Allah yang sejati, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Justru menentangnya. Lalu apa buktinya kalau perkataan Stefanus ini benar dan apa buktinya kalau apa yang terjadi kepada bapa leluhur dari orang Yahudi itu seperti yang juga terjadi kepada orang-orang Yahudi sezaman dengan Stefanus? Bahwa mereka seperti bapa leluhurnya telah menolak Allah, menolak rencana Allah berkenaan dengan Mesias yang merupakan yang digenapi di dalam diri Yesus Kristus?

Di sini Stefanus berkata, “Kamu tahu Yusuf, kan? Kamu bilang kamu adalah orang yang taat kepada Tuhan? Kamu bilang kamu adalah orang yang ada di dalam Kerajaan Allah? Kamu adalah orang yang beribadah kepada Allah, tapi kamu coba lihat Yusuf. Yusuf itu siapa? Nabi Tuhan. Dia yang diberikan wahyu Tuhan berkenaan dengan bangsa Isreal, dia adalah seorang yang mendapatkan wahyu kalau nanti bangsanya itu akan mungkin diselamatkan dan dia akan mendapatkan posisi yang penting sekali walaupun pada waktu itu dia belum mengerti posisi apa yang akan menjadi milik dia dan kenapa saudara-saudaranya dan bahkan ayah dan ibunya sujud menyembah kepada diri dia pada waktu itu. Tetapi Tuhan melalui mimpi berkata kepada Yusuf suatu hari Aku akan memakai engkau untuk menjadi penguasa atau pemimpin.”

Pada waktu saudaranya mendengar wahyu itu, saya dalam aspek ini memang kalau kita mau lihat mungkin ada sisi sombongnya Yusuf juga sebagai anak muda yang begitu disayangi oleh ayahnya dengan jubah-jubah yang indah yang terbaik yang diberikan kepada dirinya, tetapi di sini Stefanus tidak angkat itu semua, yang Stefanus katakan adalah mereka iri kepada Yusuf. Siapa Yusuf? Orang yang Tuhan panggil untuk menjadi pemimpin dan penyelamat atas orang-orang Israel. Dengan cara apa? Dijual. Dengan cara ingin dibunuh sebelumnya tetapi kemudian akhirnya mereka menjual Yusuf ke tanah Mesir.

Dan di sini Stefanus mau memparalelkan, “Yesus juga punya nasib yang sama lho. Kamu bilang kamu taat kepada Tuhan, kan? Kamu sebenarnya tidak taat karena apa? Kamu menjual Yusuf karena iri hati padahal dia adalah pemimpin. Sekarang Yesus siapa? Yesus adalah seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin Israel, untuk menjadi Juruselamat bagi Israel tetapi persis seperti apa yang engkau lakukan kepada Yusuf karena iri hati, dengkimu kepada Yesus Kristus, maka engkau menjual Dia atau membunuh diri Dia di atas kayu salib atau engkau menolak diri Dia.” Memang di bagian ini tidak disebutkan secara spesifik berkenaan dengan Yesus Kristus yang ditolak. Tetapi Stefanus berbicara berkenaan dengan Yusuf yang diirihati dan dijual oleh bangsa Israel atau saudara-saudaranya 10 orang itu kepada Mesir. Tetapi di sini kita tahu kenapa bisa berbicara berkenaan dengan Yesus Kristus? Karena di dalam ayat yang ke-51 dan 52 itu berbicara berkenaan dengan Orang Benar yang ditolak dan tidak mau disujudsembah karena Allah telah apa? Memilih diri dia untuk menjadi pemimpin dan Juruselamat seperti halnya Allah telah memilih Yusuf untuk menjadi pemimpin dan penyelamat atas bangsanya.

Jadi di situ satu sisi Stefanus mau mengatakan dia percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dia percaya kepada bapa leluhurnya Abraham, Ishak, dan Yakub, dia percaya bahwa mereka adalah umat pilihan, tetapi satu hal dia juga mau mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang ada di hadapan dia, “Kamu nggak ada bedanya dengan mereka, kamu pikir mereka adalah orang-orang baik, seperti itu. Kamu pikir mereka adalah orang-orang yang betul-betul setia kepada Tuhan? Tidak. Mereka adalah orang yang menolak rencana Tuhan di dalam hidup mereka. Kamu juga seperti itu.” Lalu Stefanus tidak berhenti di situ. Lalu Stefanus mengajak mereka untuk melanjutkan ke dalam peristiwa tentang Musa.

Pada waktu Stefanus berbicara berkenaan dengan Musa, maka sekali lagi ini kenapa diangkat? Karena mereka menuduh Stefanus adalah seorang penghujat Musa di dalam hidupnya. Tetapi kalau Saudara perhatikan, di dalam ayat-ayat yang dikatakan berkenaan dengan Musa, mulai dari pada ayat yang ke-17 maka Saudara tidak akan menemukan Stefanus bebicara berkenaan dengan hal yang buruk tentang Musa. Tapi Saudara akan melihat bahwa dia berbicara tentang Musa dengan begitu baik sekali dan begitu mengagumi sekali akan kepemimpinan Musa dan akan tokoh yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin Israel keluar dari perbudakan di Mesir itu.

Dan kapan waktu itu? Stefanus berkata, “Tetapi makin dekat genapnya janji yang diberikan Allah kepada Abraham, makin bertambah banyaklah bangsa itu di Mesir, sampai bangkit seorang raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang tidak mengenal Yusuf. Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa kita itu jangan berkembang. Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Allah.” Jadi, setelah berbicara berkenaan dengan Israel yang pergi ke tanah Mesir, Stefanus mulai mengajak para pemimpin agama itu melihat ternyata peristiwa itu pun ada di dalam rancangan Tuhan. Dan pada waktu mereka ada di tanah Mesir, terjadi sesuatu yang membuat mereka itu ada di dalam penindasan dari Firaun tetapi itu pun ada di dalam rancangan Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara berkata, “Tetapi makin dekat genapnya janji yang dberiakn Allah kepada Abraham.”

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Stefanus berbicara berkenaan dengan apa yang terjadi kepada bangsa Israel, seolah-olah memang mereka ditindas oleh bangsa lain yang begitu kuat dan perkasa, seolah-olah mereka tidak memiliki suatu kontrol terhadap kehidupan mereka dan hari depan mereka. Tetapi Stefanus bilang, “Bukan, justru karena waktunya sudah makin dekat, Tuhan bertindak bagi Israel, maka Tuhan mengizinkan mereka untuk dianiaya oleh Firaun dan bangsa Mesir tersebut. Tetapi, kita tahu dari mana kalau hari itu sudah main dekat? Yaitu kelahiran seorang bayi yang bernama Musa.” Dan pada waktu Stefanus berkata tentang Musa ini, Stefanus berkata, “Dia adalah seorang yang elok rupanya di hadapan Allah.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita perhatikan dari Kejadian sampai Wahyu, ada nggak bayi yang dikatakan elok rupanya selain dari Musa? Saya lihat hanya Musa satu-satunya bayi yang ketika lahir ke dalam dunia ini disebut sebagai orang yang elok rupanya di hadapan Allah. Jadi Stefanus mau berkata, “Saya tidak menghujat Musa lho, bahkan saya begitu menghargai diri dia sebagai satu orang yang dilahirkan ke dalam dunia ini, untuk Tuhan pakai dan Tuhan panggil menjadi penyelamat bagi orang-orang Israel yang ada di bawah perbudakan Mesir atau Firaun dan tekanan yang hebat daripada Firaun itu.”

Nah Saudara, pada waktu itu, memang betul-betul Israel ada di dalam kondisi yang sangat hebat tertekan di bawah Firaun. Dan kenapa mereka ditekan? Karena Alkitab berkata mereka takut kepada Israel yang makin lama makin banyak jumlahnya, dan pada waktu itu muncul seorang Firaun yang lain yang tidak mengenal Yusuf, kelihatannya ada seorang penguasa lain yang bukan dari keturunan yang sebelumnya, dan ketika Yusuf sudah mati dan dia berkuasa atas Mesir, dia tidak tahu Yusuf itu siapa, dia tidak tahu orang-orang Israel itu siapa, sehingga kemudian dia menindas orang-orang Israel itu dengan cara memberikan kerja paksa yang berat. Tetapi tujuannya adalah bukan hanya kerja paksa, supaya mereduksi jumlah Israel. Tapi Alkitab berkata tidak bisa, Israel tetap bertambah. Akhirnya bagaimana? Mereka kemudian mengutus 2 bidan untuk membunuh anak laki-laki atau bayi yang baru lahir dari orang Israel, tapi ternyata juga tidak bisa. Lalu hal yang ketiga adalah dia keluarkan satu titah untuk menyatakan seluruh anak laki-laki yang ada di Israel harus dibuang ke dalam sungai Nil. Nah di saat itulah, Musa lahir.

Dia seorang laki-laki yang bagaimana? Stefanus berkata, dia harusnya dibunuh, dia harusnya mati seperti halnya laki-laki yang lain. Tetapi dia adalah seorang yang elok di hadapan Allah. Dan kalau kita bandingkan dengan Perjanjian Lama, dia memang dilempar ke dalam sungai Nil, tetapi ternyata orang tuanya diberikan hikmat oleh Tuhan untuk ditaruh di dalam sebuah keranjang yang menggambarkan perahu nabi Nuh, atau bahtera Nuh yang telah menyelamatkan Nuh dan keluarganya.

Jadi, Musa ditaruh di dalam sungai Nil itu, di dalam sebuah keranjang, tidak tenggelam, tetapi kemudian Allah bekerja untuk menyelamatkan bayi ini, dengan cara bagaimana? Dengan cara mengutus putri Firaun untuk mengadopsi bayi ini, menjadi anaknya sendiri, dan membesarkan dia di kerajaan Firaun, dengan segala fasilitas terbaik yang ada di dalam kerajaan Mesir tersebut. Ada yang berkata, mungkin Musa itu adalah seorang yang menguasai geometri, orang yang menguasai perbintangan yang di langit, orang yang menguasai bidang medis dalam hidup dia, dia adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luar biasa, selain daripada kegantengannya yang sungguh-sungguh ganteng sekali.

Ada yang berkata seperti ini, kalau Musa lewat, kalau kita suka dengar itu Yusuf ya, Yusuf itu ganteng sekali, kalau dia lihat orang, dia lewat, orang akan atau perempuan akan lihat kepada diri dia semua, kalau dari versi yang sebelah, bahkan orang motong jarinya aja nggak sadar ketika Yusuf itu lewat di depan mata dia. Tetapi di sini, sejarah juga mencatat ketika Musa lewat, semua orang berhenti, lihat kepada Musa, karena apa? Gantengnya. Orang ini adalah bukan orang yang hanya punya kecerdasan yang luar biasa, bukan hanya memiliki pengetahuan yang luar biasa, tetapi juga adalah orang yang memiliki muka yang sangat tampan sekali.

Tapi bukan itu yang penting. Kenapa itu dikatakan? Karena Stefanus mau berkata, “Aku bukan orang menghujat Musa, aku justru memandang dia sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan, yang benar sesungguhnya adalah bukan aku menghujat Musa, tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah kamu yang menolak Musa seperti bapa leluhurmu.” Kenapa bisa begitu ya? Karena tahu tidak, Musa itu disediakan oleh Tuhan untuk menyelamatkan Israel, tetapi pada waktu dia di usia 40 tahun, ketika dia ada di dalam masa kegagahan dia, ada yang berkata dia adalah seorang yang saat itu adalah kapten daripada prajurit-prajurit Mesir, dan dia sudah memenangkan banyak pertarungan atau peperangan mewakili bangsa Mesir tersebut, pada waktu di usia 40 itu, dia tetap tidak bisa melupakan bangsanya, nggak tahu bagaimana caranya, mungkin karena dari kecil diasuh oleh mamanya sendiri, dan mamanya memberi tahu kamu bukan orang Mesir, kamu adalah orang Yahudi seperti itu, sehingga sampai besar dia tertanam akan pengertian ini, dan ketika dia bertumbuh dan bertumbuh, walaupun dia menikmati segala kekayaan yang ada di Mesir dan segala kelimpahan dan jabatan yang diinginkan semua orang saat itu, tetapi hatinya tetap ada pada orang Yahudi. Dan ketika dia usia 40, dia nggak tahan lagi, lalu dia pergi ke luar.

Kita juga nggak tahu, bagaimana Musa bisa memiliki pikiran kalau dia adalah seorang yang dipanggil oleh Tuhan, dan dipilih untuk menjadi pembebas bagi Israel pada waktu itu, tapi mungkin karena dia berpikir semua anak laki-laki sezaman dengan dia mati kecuali saya sendiri yang hidup dan dulu pernah dijanjikan bahwa Israel akan kembali ke dalam tanah perjanjian oleh Tuhan Allah, sehingga membuat dia mungkin berpikir kalau dia adalah orang yang dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan Israel.

Dan pada usia 40 tahun itu, dia datang kepada sukunya, dan dia dilihat ada 2 orang yang sedang, ada 1 orang, 2 orang berkelahi, 1 orang Yahudi dan 1 orang Mesir, dan pada waktu dia melihat orang ini berkelahi, dia kemudian mengambil tindakan untuk membela Yahudi dan membunuh orang Mesir itu. Dalam pikirannya apa? Dia mungkin mau berpikir kalau saya ini ada di pihak Yahudi, dia mau kasih tahu orang Yahudi itu berpikir kalau saya akan membantu kamu, saya akan menolong kalian keluar daripada penindasan orang-orang Mesir tersebut, tetapi pada waktu dia berpikir seperti itu, dia pikir dia bisa menjadi penyelamat dari orang-orang Yahudi, ternyata ketika keesokan harinya dia ke luar dan melihat 2 orang Yahudi berkelahi, salah satunya adalah orang yang dia bela, ternyata orang itu bukannya berterima kasih, melainkan justru membongkar rahasia dia yang telah membunuh salah satu petinggi daripada orang Mesir. Akibatnya apa? Dia melarikan diri.

Nah di sini Stefanus mau berkata, “Kamu tahu tidak, Musa itu seharusnya orang yang dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan Israel, tetapi apa yang terjadi pada diri dia? Dia ditolak oleh kamu, dia tidak mau diakui sebagai pemimpinmu, penyelamatmu, sehingga mengakibatkan dia pergi dan melarikan diri ke tanah Midian selama 40 tahun di situ.” Nah kenapa ini menjadi unsur yang penting? Kita nggak akan bahas kenapa 40 tahun lagi, ada yang berkata itu untuk merendahkan Musa pada waktu itu, untuk membuat dia tidak meninggikan diri, mungkin, jadi masa pengosongan daripada diri Musa selama 40 tahun kedua di dalam kehidupannya di padang gurun untuk menggembalakan kambing dan domba, mempersiapkan dia untuk menjadi pemimpin Israel kembali.

Tetapi yang menarik adalah dikatakan juga pada waktu Musa pergi ke Midian itu, dia bertemu dengan Zipora, lalu dia menikah dengan perempuan Zipora, dan melahirkan 2 anak, anak itu anak siapa? Anak Musa yang berdarah campuran, dari suku bangsa yang lain. Nah kenapa ini dimasukan? Ada yang mengatakan itu mau menyatakan kalau keselamatan yang Allah berikan itu, bukan hanya bagi Yahudi tetapi juga bagi bangsa yang lain, di situ ya. Saya nggak terlalu mengerti apakah itu terlalu jauh ditarik berkenaan dengan hal ini, tetapi kalau kita mau lihat daripada kebenaran Kitab Suci, memang Alkitab berkata rencana keselamatan Allah bagi manusia yang berdosa itu telah menjadi suatu misteri yang tersembunyi di dalam diri Allah, yaitu bukan hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi tetapi juga diperuntukkan bagi orang-orang bukan Yahudi, Kristus. Kita bisa lihat itu di dalam Surat Efesus ya.

Nah Musa yang ada di dalam pengembaraan itu, kemudian melihat Tuhan menampakkan diri kepadanya, di sini dipakai kata malaikat, tapi saya percaya Dia adalah Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, yang menampakkan diri seperti malaikat di dalam dari semak duri yang menyala, tetapi tidak terbakar, pada waktu itu. Jadi pada waktu Musa sedang menggembalakan kambing, dombanya, dia melihat semak duri yang tidak berbakar itu membuat dirinya penasaran, dan akhirnya dia mendekat di situ. Ternyata ketika dia mendekat di situ, yang dia hadapi adalah Tuhan, yang sedang berbicara kepada dia untuk memanggil diri dia untuk memimpin Israel.

Siapa Musa? Stefanus mau berkata dia adalah orang yang ditolak Israel, tetapi justru dia adalah orang yang dipanggil oleh Tuhan dan diangkat menjadi pemimpin dan hakim atas Israel. Makanya di dalam ayat ke-35, “Musa ini, yang telah mereka tolak, dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim? – Musa ini juga telah diutus oleh Allah sebagai pemimpin dan penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak duri itu.” Jadi di sini pandangan Stefanus kepada Musa itu sangat tinggi sekali. Dia tahu Musa adalah pemimpin yang dipanggil oleh Tuhan Allah, dan dia menghargai kepemimpinan Musa.

Lalu selain daripada apa yang dikatakan ini, tadi saya ada bilang, Stefanus juga tidak pernah mengangkat kejelakan dari Musa untuk mengatakan kalau dia adalah seseorang yang tidak menghujat Musa. Apa Musa ada kejelekan? Ada beberapa sih, kalau Saudara perhatikan. Kejelakannya apa ya, yang dilakukan oleh Musa? Dia pernah menolak panggilan Tuhan. Pada waktu di gunung Sinai itu atau di gunung Horeb tersebut, dia dikatakan, “Kamu akan Aku jadikan pemimpin atas Israel untuk membawa Israel keluar daripada perbudakan di Mesir.” Musa bilang, “Tuhan, aku bukan orang yang fasih bicara,” seolah-olah dia adalah seorang yang gagap, seperti itu. Tapi Tuhan berkata kepada Musa, “Tahu tidak, siapa yang cipta mulutmu?” Tapi Musa tetap nggak mau terima itu, dia menyangkali terus, berusaha mencari celah supaya dirinya tidak perlu dipanggil dan mendapatkan tanggung jawab itu, sampai akhirnya Tuhan marah dan mengutus Harun menjadi juru bicara dari Musa. Dan kalau Saudara perhatikan ke depan, dia juga menjadi seorang yang akhirnya menentang Musa juga di dalam pelayanannya, tetapi Tuhan masih menjaga Harun, dan menjaga Miriam, pada waktu itu.

Lalu selain itu kita juga bisa lihat pada waktu Musa murka kepada orang-orang Yahudi, di padang gurun, yang selalu meragukan Tuhan, yang selalu mempertanyakan kebaikan pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka. Suatu hari ketika mereka kekurangan air, maka di situ akhirnya Musa berteriak kepada Tuhan, Tuhan ngomong, “Pergi ke gunung batu, jangan pukul, yang pertama kamu pukul, yang kedua kamu tidak boleh pukul, tetapi kamu hanya katakan saja kepada gunung itu untuk keluarkan air, lalu gunung itu akan keluarkan air.” Tetapi yang dilakukan oleh Musa, dia datang ke gunung itu, karena emosinya kepada orang-orang Yahudi, dia pukul gunung itu dua kali, air keluar nggak? Air tetap keluar, tetapi di situ dia dimarahi oleh Tuhan dan dia tidak pernah boleh masuk ke dalam tanah perjanjian lagi.

Nah, Stefanus tahu tidak masalah ini? Saya percaya dia tahu berkenaan dengan itu, tetapi dia tidak angkat hal itu. Untuk apa? Dia ingin menunjukkan kalau dia adalah seorang yang begitu respect dan menghargai, serta menghormati Musa sebagai seorang pemimpin yang dipanggil oleh Tuhan Allah. Nah Saudara kalau lihat di dalam bagian ini, saya percaya, ini adalah wahyu Tuhan, tapi saya mau angkat seperti ini ya, kita sebagai manusia ketika sedang berbicara tentang orang-orang penting di dalam kehidupan kita, umumnya kita akan berbicara hal-hal yang baik berkenaan dengan mereka. Kita tidak suka untuk berbicara hal-hal yang buruk berkenaan dengan mereka, kecuali kalau orang itu sakit, orang itu tidak respect kepada orang-orang yang dianggap penting di dalam atau orang-orang yang memiliki kaitan dengan kehidupan dia, maka dia akan berbicara hal yang buruk berkenaan dengan orang itu.

Tapi umumnya seorang yang berkaitan dengan orang yang dia sangat segani, dia sangat hormati, termasuk orang tuanya, walaupun punya keburukan dan kejelekannya, mereka tetap tidak akan mengungkapkan keburukan dan kejelekan orang-orang yang mereka hormati tersebut. Salah satunya adalah Stefanus di sini. Tetapi, kalau kita lihat di dalam Perjanjian Lama, kitab Keluaran, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan, kita bisa lihat Tuhan pun mencatat kejelekan atau dosa, kesalahan dari Musa. Walaupun dia adalah seorang pemimpin yang begitu besar sekali, tetapi di hadapan Tuhan, tidak ada satu manusia pun, bahkan nabi pun yang tidak berdosa di hadapan Dia, dan Dia catat itu supaya kita tahu, kalau di hadapan Tuhan, bahwa kita adalah orang yang berdosa, mereka juga adalah orang berdosa yang membutuhkan kasih karunia dari Tuhan.

Jadi Stefanus di sini berbicara berkenaan dengan siapa Musa, panggilan Musa kepada diri mereka, kepada diri dia untuk membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, tetapi Stefanus juga kembali melanjutkan kepada apa yang menjadi kesimpulan dia di dalam ayat 51, dan 52, dan 53, untuk mau menunjukkan, yang sebenarnya menghujat Musa itu bukan saya, bukan Stefanus, tetapi adalah orang-orang Yahudi dan bapa leluhur mereka. Caranya bagaiamana? Yaitu dengan berkata di dalam ayat yang ke-37, “Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara-saudaramu. Musa inilah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaah di padang gurun di antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu.”

Jadi di sini Stefanus ajak lihat, “Kamu tahu kan kamu bilang kamu menghormati Musa, OK, baik, ada apa, tahu tidak apa yang dikatakan Musa, yang mendapatkan wahyu dari Tuhan Allah itu? Dia berkata, dari antara kamu akan muncul seorang yang sama seperti aku, dan pada waktu dia muncul kamu harus dengarkan dia, seperti halnya kamu dengarkan aku mungkin, bahkan bukan sampai di situ saja, Musa berkata orang yang mendengarkan dia itu akan hidup dan orang yang menolak dia itu akan mati.” Dan ini adalah orang yang dikhotbahkan oleh Petrus di dalam Kisah pasal yang ke-3 ketika berbicara berkenaan dengan Yesus Kristus atau nabi yang akan datang itu.

Jadi Stefanus berkata, “Kamu tahu bahwa Musa ini berbicara berkenaan dengan nabi yang akan datang itu, kamu harusnya mendengarkan dia.” Karena apa? Dia adalah tipologi, Musa adalah tipologi daripada nabi itu. Nah tipologinya dalam hal apa? Misal kalau Saudara perhatikan Yesus Kristus dengan Musa, maka Musa adalah orang yang turun daripada satu kekuasaan yang tinggi untuk disamakan dengan Israel atau Yahudi, itu bisa dilihat dalam Ibrani ya. Lalu, Yesus Kristus adalah Allah yang inkarnasi dari tempatnya yang mulia di Surga, untuk menjadi manusia, sama seperti orang-orang yang merupakan ciptaannya, umatnya yang ingin diselamatkan oleh diri Dia. Lalu sama seperti Musa yang Tuhan panggil untuk menjadi pemimpin dan juruselamat bagi orang-orang Israel, Yesus Kristus juga adalah orang yang dipanggil untuk menjadi pemimpin dan Juruselamat bagi umat-Nya, tapi sebelumnya adalah bagi orang-orang Yahudi juga. Lalu sama seperti Musa kemudian membawa Israel keluar daripada perbudakan di Mesir, Yesus Kristus juga dibawa keluar dari, membawa orang-orang berdosa keluar daripada perbudakan dosa. Dan sama seperti Musa adalah orang Yahudi, Yesus Kristus juga adalah orang Yahudi.

Jadi, di sini Stefanus mempersiapkan kepada kesimpulannya kembali bahwa seperti halnya bapa leluhur mereka, “Engkau menolak orang yang dipanggil oleh Tuhan itu, engkau tegar tengkuk terhadap rencana Tuhan, dengan menolak Musa, yang dipanggil oleh Tuhan menjadi pemimpin dan juruselamat atas dirimu, maka engkau juga lakukan itu terhadap diri Yesus Kristus.” Karena Yesus adalah nabi yang dikatakan atau dinubuatkan oleh Musa pada waktu dia masih hidup berdasarkan terang daripada wahyu firman Tuhan bagi diri dia.

Jadi di situ Stefanus tidak lupa, dia bukan hanya berbicara berkenaan dengan sejarah orang-orang Yahudi, dari bapa leluhur, kemudian Abraham, Yusuf, kemudian lalu masuk ke dalam Musa, tetapi dia juga mau mengajak Israel melihat, atau orang-orang Yahudi melihat akan janji Tuhan yang digenapi di dalam setiap era tersebut, dan Yesus Kristus itu adalah yang di rujuk oleh orang-orang yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama ini. Jadi bagian kedua Stefanus juga menjawab dia bukan menghujat Musa, yang menghujat Musa adalah siapa? Justru kamu orang-orang Yahudi, pemimpin agama, Mahkamah Agung, dan orang-orang yang ada di hadapan Stefanus itu ya.

Lalu, yang ketiga adalah tuduhan berkenaan dengan Taurat. Apa yang dilakukan Stefanus terhadap Taurat? Apakah Stefanus mengajarkan sesuatu yang bertolak belakang dengan Taurat? Apakah Stefanus adalah orang yang merendahkan hukum-hukum Musa di dalam hidup dia? Nah kalau Saudara baca dari ayat yang ke-38 tadi, dia mulai dengan berkata bahwa Musa adalah seorang yang dipanggil oleh Tuhan dan menerima firman di gunung Sinai, lalu kita baca ayat 39, “Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu pada waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang dibuat sendiri oleh mereka.”

Yang mengerikan ayat 42 ya, “Maka berpalinglah Allah dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel.”

Stefanus bilang, kamu tuduh saya adalah seorang yang menghujat Taurat? Tahu tidak, kamu seperti bapa leluhurmu, mereka, kamu pikir, adalah orang yang menghargai Taurat? Orang yang betul-betul mencintai Tuhan? Tahu tidak pada waktu Tuhan memanggil Musa naik ke atas gunung Sinai untuk menerima Taurat Tuhan, justru pada waktu itu engkau menolak Taurat Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara membuat patung lembu emas dan sujud pada patung lembu emas itu sebagai ganti ibadah kepada Allah yang sejati. Lho ketika mereka lakukan itu mereka tahu tidak kalau mereka melawan Allah? Saya percaya mereka tahu karena pada waktu Musa sebelum keluar daripada membawa Israel keluar dari Mesir, Musa sudah bicara kepada tua-tua kok, “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub mengutus aku kepada engkau untuk membawa engkau keluar dari perbudakan supaya kamu beribadah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.” Mereka tahu mereka harus beribadah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dan mereka tahu dalam ibadah mereka, mereka tidak boleh membuat patung dalam wujud apapun untuk sujud dan menyembah mereka, karena apa? Karena pada waktu Israel berdiri di hadapan gunung Sinai, di hadapan Tuhan Allah, di dalam Perjanjian Lama Keluaran, Allah berfirman kepada mereka melalui awan dan bisa didengar oleh semua umat Israel berkenaan dengan 10 Perintah Allah sebelum 10 Perintah Allah itu ditulis dalam 2 loh batu.

Jadi mereka betul-betul mengerti kalau apa yang dikehendaki Allah itu adalah ibadah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Juruselamat mereka, tanpa boleh membentuk patung apapun juga, tetapi ketika perintah itu diberikan kepada orang-orang Yahudi, justru merekalah yang menolak hukum Tuhan itu. Dan pada waktu itu Tuhan murka kepada mereka tetapi Tuhan masih punya belas kasih juga kepada mereka karena Tuhan hanya membunuh 3000 saja orang dari orang-orang penyembah berhala itu. Walaupun nanti kemudian hari kita tahu bahwa ternyata semua orang yang turut menyembah berhala itu sisanya pun tidak ada yang bisa masuk ke dalam tanah perjanjian karena Tuhan menghukum mereka untuk mati di padang gurun.

Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa ini Stefanus berkata bukan hanya berhenti di sini saja. Kalau Bapak, Ibu, baca dalam kitab Yeremia, kitab Yesaya, dan bahkan mungkin masuk ke dalam Hakim-Hakim ketika Yosua bawa mereka masuk ke dalam tanah perjanjian, mereka tidak pernah bisa melepaskan allah-allah bangsa lain untuk menjadi allah mereka yang mereka sujud dan sembah. Walaupun mereka menyembah kepada Allah Abraham, isak, dan Yakub, tetapi mereka juga turut menyembah kepada dewa-dewa yang lain sepanjang sejarah dari Israel itu sampai mereka dibuang ke dalam Babel. Itu hal yang mengerikan sekali. Mereka datang ke Bait Allah, mereka sepertinya beribadah kepada Allah, tetapi Tuhan membuka hati dari nabi-Nya untuk melihat ke dalam apa yang terjadi di dalam hati mereka berkenaan dengan ibadah mereka. Mereka bukan menyembah kepada Allah tetapi mereka menyembah kepada dewa matahari, menyembah kepada dewa-dewa lain yang ada di tempat itu, itu yang membuat Tuhan murka mereka dan itu yang membuat Tuhan berkata, “Selama 40 tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel apakah kamu menyembah aku? Tidak pernah.” Bahkan sampai mereka dibuang oleh Allah ke Babel.

Tapi Saudara, kenapa mereka bisa dibuang? Karena Tuhan izinkan mereka melawan diri Dia. Bukan karena ibadah mereka benar, bukan karena mereka adalah orang yang saleh, tetapi karena Tuhan izinkan mereka melawan Tuhan dan Tuhan bersabar untuk hal itu. Satu sisi adalah untuk menantikan pertobatan mereka, tetapi di sisi lain adalah untuk mendatangkan hukuman bagi mereka dibuang ke Babel, supaya apa?  Mungkin supaya mendidik mereka kembali lagi ke dalam jalan Tuhan yang benar dan bertobat daripada dosa mereka. Jadi Stefanus kembali mau berkata, “Yang menghujat Taurat itu bukan saya, yang menghujat Taurat itu adalah kamu. Yang menghujat Musa itu bukan saya, yang menghujat Musa itu adalah kamu. Karena apa? Kamu adalah anak cucu dari orang-orang yang menghujat Allah.”

Lalu setelah berbicara berkenaan dengan ini, Stefanus kemudian lanjutkan dalam ayat 44 berkenaan dengan Kemah Suci, berkenaan dengan Bait Allah. “Kemah Kesaksian ada pada nenek moyang kita di padang gurun, seperti yang diperintahkan Allah kepada Musa untuk membuatnya menurut contoh yang telah dilihatnya. Kemah itu yang diterima nenek moyang kita dan yang dengan pimpinan Yosua dibawa masuk ke tanah ini, yaitu waktu tanah ini direbut dari bangsa-bangsa lain yang dihalau Allah dari depan nenek moyang kita; demikianlah sampai kepada zaman Daud. Daud telah mendapat kasih karunia di hadapan Allah dan ia memohon, supaya ia diperkenankan untuk mendirikan suatu tempat kediaman bagi Allah Yakub. Tetapi Salomolah yang mendirikan sebuah rumah untuk Allah.”

Jadi pada waktu Israel melakukan segala tindakan untuk melawan Allah, dan tindakan untuk menentang Taurat Musa atau Taurat Tuhan, Stefanus mau berkata, “Kamu tahu tidak padahal kemah kesaksian itu selalu ada di tengah-tengahmu. Kemah kesaksian yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa untuk dibuat di dalam dunia ini seturut dengan contoh pola yang ada di dalam sorga di mana menyatakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya itu selalu di tengah-tengah kamu, tetapi justru ketika ada di tengah-tengah kamu, kamu melawan Tuhan dan tidak beribadah kepada Tuhan, dan kemah itu menjadi satu kesaksian antara pemberontakanmu kepada Tuhan Allah.” Dan bukan hanya di padang gurun tetapi juga ketika sampai masuk ke dalam tanah pernjanjian, mereka terus lakukan itu di hadapan Tuhan Allah.

Tetapi ada satu hal yang menarik di sini, pada waktu Daud melihat dia sudah memiliki rumah yang baik untuk dia tinggal, tetapi ketika dia melihat pada Kemah Suci dia tersadar satu hal, “Saya sudah punya rumah yang begitu indah tapi ternyata Tuhan masih tinggal di kemah.” Lalu di situ dia punya inisiatif untuk membuat rumah atau Bait Allah bagi Tuhan dan dia berkata itu kepada Natan, dan Natan waktu itu setuju. Tetapi ketika dia keluar, Tuhan mendadak berkata pada Natan, “Balik lagi, kamu harus kasih tahu Daud bukan dia yang bangun Bait Allah tetapi anakmu yang akan bangun Bait Allah itu karena Daud terlalu banyak menumpahkan darah.”

Akhirnya Daud nggak bisa buat apa-apa, dia tidak bisa bangun tapi dia mempersiapkan bahan-bahan untuk membangun Bait Allah itu, tetapi di situ Tuhan juga memberikan satu janji yang penting bagi Daud bahwa nanti suatu hari akan lahir seorang pemimpin yang akan duduk di takhta Daud sampai selama-lamanya, dan Tuhan akan memberkati Dia. Dan di situ Daud sujud kepada Tuhan dan berdoa meminta Tuhan berkati seperti yang dijanjikan itu. Dia bicara tentang siapa? Mesias, tentang Yesus Kristus. Nah itu sebabnya mungkin di bagian ini ketika Daud dikatakan tidak mendirikan Bait Allah, Stefanus hanya menyinggung secara singkat yang membangun Bait Allah itu siapa? Yaitu Salomo, Salomolah yang mendirikan. Tapi di sini dikatakan bukan Bait Allah tapi rumah untuk Allah. Seolah-olah itu bukan sesuatu yang terlalu wah, bahkan Stefanus berkata bahkan rumah pun yang dibuat oleh manusia itu tidak bisa menampung Allah karena, “Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini?”

Jadi pada waktu Stefanus berkata mengenai Bait Allah yang dikatakan sebagai tempat Nama Tuhan ada di situ dan Stefanus menghujat Allah, Stefanus mau ngomong kayak gini, “Kamu tahu tidak tempat yang begitu kamu agungkan sekali sebagai tempat di mana Tuhan ada itu sebenarnya tidak pernah bisa menampung Tuhan di situ. Dan aku tidak salah ketika berbicara berkenaan dengan ini, karena buktinya di dalam Perjanjian Lama juga berbicara seperti itu.” Kalau Saudara lihat dalam ayat 49-50 di situ adalah kutipan dari Yesaya 66:1-2, tapi kalau Saudara komparasikan dari khotbah Stefanus di awal lagi, Saudara akan menemukan bahwa Allah itu tidak dikuasai oleh suatu tempat tertentu.

Contohnya pada waktu Allah memanggil Abraham, Allah yang Mahamulia itu, memanggil Abraham di mana? Dari mana? Apakah Dia dari tanah Kanaan, tempat di mana Bait Allah kemudian hari akan dibangun lalu kemudian dengan suara kayak ahli silat, transfer suara jauh, “Abraham, Abraham, ayo kemari ke tanah perjanjian, ke tanah Kanaan yang akan aku berikan kepada kamu.”? Tetapi Allah nggak hadir di situ? Atau Allah justru datang menghampiri Abraham dan berkata kepada Abraham, “Aku akan membawa kamu keluar dari tanah ini dan memberikan tanah perjanjian.”? Yang benar yang kedua. Allah yang Mahamulia itu datang kepada Abraham di Ur Kasdim, tempat di mana orang-orang menyembah berhala di situ untuk memberikan janji-Nya kepada Abraham dan memerintahkan Abraham untuk keluar dari tanah Ur Kasdim.

Lalu kedua, pada waktu bicara tentang Yusuf, Yusuf ada di mana? Dan berkat Tuhan, pemeliharaan Tuhan diberikan di mana kepada orang Israel? Jawabannya bukan di Kanaan lagi tapi justru di tanah Mesir, Tuhan hadir di situ. Lalu setelah itu ketika Musa melarikan diri dari Mesir lalu pergi kepada tanah Midian, Tuhan menampakkan diri di mana? Di gunung Sinai. Tempat di mana itu bukan tanah perjanjian. Dan ketika Tuhan Allah hadir di situ, Tuhan katakan kepada Musa, “Copot sandalmu karena tempat ini adalah tempat yang kudus.” Jadi pada waktu berbicara berkenaan dengan Allah yang Mahamulia itu, Stefanus katakan tidak dikotaki atau dibatasi oleh sebuah tempat atau Bait Allah atau rumah buatan dari manusia, tetapi Dia ada di mana-mana dan Dia bisa hadir di mana-mana sebagai Allah, dan umat-Nya bisa beribadah di situ. Tapi justru kamu orang-orang Yahudi, kamu membatasi Tuhan di tempat tertentu yang disebut dengan Bait Allah.

Mungkin kalau Saudara mau komparasikan mungkin bisa mereka mengulangi kesalahan daripada orang-orang Yahudi sebelumnya yang merupakan bapa leluhur mereka ketika mereka berperang melawan orang-orang Filistin. Imam Eli pada waktu itu yang menjadi imam besar pada saat itu lalu anak-anaknya yang melayani di dalam Kemah Suci dan Tabut Perjanjian, ketika mereka menghadapi bangsa Filistin mereka ketakutan sekali karena mereka kalah terhadap bangsa Filistin akhirnya mereka memutuskan, “Ayo kita bawa Tabut Perjanjian ke medan perang,” karena dipikirnya ketika Tabut Perjanjian datang itu berarti Allah beserta dengan mereka, dan kalau Allah beserta dengan mereka dengan kehadiran Tabut itu berarti mereka tidak mungkin kalah terhadap bangsa Filistin.

Lalu ketika Tabut itu dibawa ke medan perang, mereka begitu gembira, begitu bersorak-sorai sampai katanya bumi bergetar dan itu menggetarkan hati daripada tentara Filistin. Tetapi ketika peperangan terjadi, Tuhan izinkan Israel kalah. Kenapa? Karena salah konsep. Mereka pikir Tuhan bisa dibatasi dengan satu tempat tertentu atau wadah tertentu atau bentuk tertentu yang merupakan ciptaan manusia begitu. Tidak, Tuhan tidak dibatasi itu. Kehadiran tempat itu bukan menyatakan kehadiran Tuhan. Tapi saya percaya Alkitab juga mengajarkan kehadiran Allah itu ditentukan dari satu orang yang hidupnya taat dan patuh kepada Tuhan. Di situ Tuhan menyertai dia dan Roh Kudus-Nya akan ada beserta dengan orang itu. Bukan orang yang menentang Allah, bukan orang yang menentang Roh Kudus, tapi orang yang justru harusnya menundukkan diri di bawah pimpinan dari Allah dan Roh Kudus dalam hidup dia. Termasuk di dalamnya adalah menerima Yesus yang adalah Juruselamat, pemimpin yang Tuhan panggil untuk menjadi pemimpin bagi kita orang berdosa ini.

Makanya di sini Stefanus mau bilang, “Ok kamu bilang saya penghujat Allah, kamu bilang saya penghujat Musa, kamu bilang saya penghujat Taurat Allah, kamu bilang saya penghujat daripada Bait Allah, saya mau bilang yang menghujat itu kamu, kamu yang menghujat Allah, kamu yang menghujat Musa, kamu yang menghujat Taurat Allah, kamu yang mengotakki Tuhan di dalam Bait Allah dan membatasi kuasa-Nya, kemahahadiran-Nya yang tidak mengerti Tuhan itu siapa.” Itu sebabnya memang satu sisi orang-orang ini tertegun sepertinya melihat khotbah daripada Stefanus, karena pada waktu mereka mendengar khotbah Stefanus, mereka tidak sadar kalau Stefanus itu sedang merancangkan satu tuduhan yang akan diberikan kepada mereka untuk menyatakan dosa mereka.

Yang Stefanus lakukan adalah dia menyatakan dia begitu mengerti dan menguasai Perjanjian Lama, dan dia memberikan kesaksian berkenaan dengan Injil Kristus berdasarkan apa yang dikatakan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan ketika mereka mendengarkan apa yang dikatakan oleh Stefanus, tidak ada satupun yang membantah apa yang dikatakan oleh Stefanus, karena mereka tahu yang semua dikatakan oleh Stefanus itu adalah hal yang mereka juga percaya dan terima sebagai suatu kebenaran. Tetapi pada titik akhir ketika Stefanus sudah berbicara semua itu, dia berkata, “Hai orang-orang yang keras kepala, yang tegar tengkuk, yang tidak bersunat hati, yang selalu menentang Roh sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.” Dan di situ Stefanus berkata, “Kamu tahu tidak kamu juga yang selalu membunuh nabi-nabi yang diutus oleh Tuhan kepada kamu.”

Saudara bisa lihat ini di dalam perumpamaan yang Yesus katakan tentang penggarap kebun anggur, yang di mana kebun anggur itu adalah milik seorang tuan atau seorang raja, lalu kemudian menyerahkannya kepada para pekerja upahan di situ untuk mengerjakan kebun anggur, tetapi setiap kali panen tiba atau waktunya panen tiba, dia mengutus hambanya untuk datang ke situ untuk menagih hasilnya, justru hambanya itu ditolak lalu bahkan dibunuh atau diusir seperti itu dan dianiaya sampai akhirnya pemilik kebun anggur itu berkata, “Kalau aku mengutus anakku sendiri mereka akan segan.” Tetapi ketika dia datang, justru yang terjadi adalah, “Ini ahli waris, kita bunuh saja supaya nggak ada warisan dan tanah itu menjadi milik kita.” Mereka pikir sempit dan pendek sekali. Akhirnya mereka bunuh anak itu. Tetapi kemudian pemimpin itu memberikan kebun itu kepada pengusaha lain untuk mengelolanya.

Nah di sini, ini yang dikutip oleh Stefanus di sini, “Kamu pikir kamu ibadah kepada Tuhan, kamu taat perintah Tuhan, justru tahu tidak leluhurmu itu menyatakan, sejarah hidupmu itu menyatakan kalau kau adalah penolak setiap utusan Tuhan, nabi Tuhan yang diutus kepada kamu, dan kamu adalah keturunan dia.” Maksudnya adalah kamu juga mengambil bagian di dalam kejahatan mereka, “Dan sekarang ada orang benar itu di hadapan kamu, kamu justru membunuh dia dan menolak dia.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya kalau kita nanti bahas di dalam ayat 54 dan seterusnya, kesimpulan Stefanus itu membuat murka yang besar di tengah-tengah para pemimpin itu. Karena mereka sadar ternyata semua khotbah yang Stefanus katakan dari awal itu mau mengatakan diri merekalah orang-orang yang telah menentang nabi yang dijanjikan Tuhan dan harus didengarkan oleh mereka. Akibatnya Stefanus kemudian dirajam mati oleh orang-orang ini.

Jadi kita sudah melihat bagaimana Stefanus membawa atau memberikan satu pembelaan. Dan saya percaya ini menjadi satu prinsip yang kita juga bisa pelajari ketika kita menghadapi orang-orang yang berusaha untuk menentang iman kita. Tetapi Saudara, seperti halnya Stefanus di dalam memberikan pembelaan tidak pernah lepas daripada Kitab Suci, saya juga melihat prinsip sama juga tetap berlaku di dalam zaman kita. Siapa orang yang bisa dipakai oleh Tuhan? Siapa orang yang bisa memberitakan Injil secara efektif dalam dunia ini? Yaitu orang yang menguasai firman Tuhan, orang yang menguasai perkataan Tuhan, itu adalah orang yang akan dipakai efektif menjadi saksi Tuhan. Nah penguasaan kita terhadap Kitab Suci seberapa jauh? Yang kedua adalah mereka adalah orang yang berani, orang yang berani menyatakan kebenaran dan bukan orang yang memproteksi diri mereka dan melindungi nyawa mereka. Saya percaya ini apa yang sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, barangsiapa takut untuk nyawanya dicabut dan melindunginya, maka dia akan dihukum oleh Tuhan, tetapi barangsiapa yang menyerahkan nyawanya karena Aku, dia akan diberkati oleh Tuhan.

Dan Stefanus adalah orang yang seperti ini, ketika bahaya tiba, dia bukan orang yang kemudian, ya walaupun ada orang yang ngomong orang yang bijaksana itu tidak sembarangan untuk mati, saya juga percaya seperti itu, dan tidak sembarangan dalam melakukan hal-hal konyol, saya juga percaya seperti itu, tetapi ketika Tuhan ingin kita untuk bersaksi, ada keberanian itu tidak? Dasarnya apa kita bersaksi? Firman Tuhan atau bukan? Ada kepercayaan tidak apapun yang menjadi konsekuensi daripada kesaksian kita itu ada di dalam rencana Tuhan yang baik dalam kehidupan kita? Kalau itu semua tidak ada, saya yakin kita akan menjadi orang yang akan menarik diri, melindungi diri dari bahaya di hadapan kita. Tapi kalau kita memiliki pemahaman tentang kebenaran Tuhan, firman-Nya, dari firman-Nya ini, saya pikir kita juga akan memiliki suatu keberanian untuk menyaksikan kebenaran Injil Tuhan seperti Stefanus. Dan kalau bayangkan semua orang Kristen seperti ini, saya percaya gereja pasti akan diberkati oleh Tuhan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita dan khotbah yang begitu indah dari Stefanus boleh memberkati kita juga. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali berdoa bersyukur Bapa untuk firman, untuk khotbah dari Stefanus yang boleh menyingkapkan prinisp-prinsip kebenaran dan bagaimana seseorang boleh bersaksi di hadapan manusia yang berdosa berdasarkan Kitab Suci. Seorang yang begitu takut dan gentar di hadapan Engkau, bukan seseorang yang melarikan diri dan bahkan menghujat Engkau, tetapi ia memiliki kehidupan yang begitu ditundukkan di bawah kebenaran-Mu. Kiranya apa yang menjadi kehidupan kami juga boleh mencerminkan kehidupan dari Stefanus yang dipenuhi oleh Roh Kudus dan hikmat oleh Tuhan. Mohon belas kasihmu ya Bapa bagi anak-anak-Mu semua yang hadir di sini ataupun yang di rumah masing-masing, kiranya Engkau boleh memimpin mereka, kiranya Engkau boleh berikan iman dalam kehidupan mereka, kiranya Engkau boleh berikan mata yang tertuju pada Kristus yang adalah Allah yang Mahakuasa yang memelihara dan punya kuasa untuk menjaga kehidupan mereka, sehingga melalui itu mereka tetap boleh berjalan di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian, mereka tetap boleh berpijak di atas tanah yang datar, yang keras, karena mereka memandang kepada Kristus. Kami berdoa bersyukur, kami juga menyerahkan kesaksian dari anak-anak-Mu kiranya Engkau boleh pimpin dan sertai, apapun yang menjadi kondisi yang Tuhan izinkan kami alami dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami telah berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)