Mat. 2:16-18
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan Natal kita sekarang ini umumnya adalah sesuatu yang begitu disertai dengan kemeriahan, sehingga ada orang yang berkata kita ketika menjalankan Natal hari ini itu sebenarnya sesuatu yang bersifat mitologi, sesuatu yang tidak sesungguhnya riil seperti apa adanya Natal pada hari yang pertama. Kenapa begitu? Karena pada waktu kita merayakan Natal pada saat-saat sekarang ini, Natal itu kelihatannya begitu indah, begitu meriah, begitu penuh dengan hiasan dan hadiah-hadiah yang dibagikan, dan begitu penuh dengan keceriaan; tetapi pada malam Natal yang pertama, malam Natal itu tidak penuh dengan keceriaan, malam Natal itu tidak ada penyambutan, walaupun mungkin ada gembala-gembala beberapa orang yang datang untuk menyambut kelahiran dari pada Yesus Kristus, tetapi saat itu tidak ada pemberitaan yang begitu gempar yang menyebar di seluruh dari pada wilayah Israel yang menyambut kedatangan atau kelahiran dari pada Raja mereka pada malam hari itu. Dan ini membuat sesuatu yang seharusnya meriah, sesuatu berita yang luar biasa, menjadi suatu malam yang penuh dengan kesunyian, hanya ada Yusuf, Maria, dan Bayi itu, dan mereka juga berada tidak di tempat yang layak, tetapi justru ada di dalam kandang domba. Tetapi saat sekarang ini ketika kita merayakan Natal, kelihatannya segala sesuatu begitu bersih, begitu indah; kalau kita buat goa pun goanya begitu bersih dan mungkin begitu harum untuk kita bisa cium. Tetapi pada waktu malam Natal yang sesungguhnya itu tidak ada rasa harum di situ, yang ada adalah mungkin rasa bau untuk menyambut kelahiran dari pada Bayi Yesus Kristus dalam dunia ini.
Tapi tidak sampai di situ saja, ketika kita mengharapkan kelahiran seorang bayi, umumnya kita melihat itu sebagai suatu hari yang baik, suatu hari yang penuh dengan kebahagiaan, suatu hari yang penuh dengan sukacita; tetapi pada waktu kelahiran Yesus Kristus dalam dunia ini, tidak lama berselang dari pada kelahiran itu, maka Alkitab mencatat yang terjadi bukan sukacita tetapi justru tangisan yang ada di Rama atau di Kota Betlehem dan sekitarnya yang menangisi anak-anak mereka laki-laki yang berusia 2 tahun ke bawah yang mati karena kelahiran dari pada Yesus Kristus dalam dunia ini; akibat dari pada tindakan Herodes yang ingin membunuh Bayi Yesus, tetapi karena dia tidak tahu dimana letaknya dan hanya berdasarkan tanggal yang dia dapat dari orang-orang Majus, dia kemudian menyimpulkan untuk membunuh bayi dari usia 2 tahun ke bawah. Dan saat itu Betlehem penuh dengan tangisan dari pada ibu-ibu yang kehilangan dari pada bayi, anak-anak mereka tersebut. Ini bukan sesuatu yang indah, ini sesuatu yang kalau bisa dikatakan membawa musibah dalam dunia ini pada waktu Yesus Kristus lahir. Dan sehingga membuat ketika orang-orang melihat, atau beberapa teolog melihat pada bagian Matius pasal yang ke-2 ini, mereka kemudian berkata seperti ini, “Kemungkinan besar peristiwa yang dicatat oleh Matius itu tidak ada, di dalam Matius 2:16-18.” Kenapa bisa begitu? Karena ini adalah sesuatu peristiwa yang penuh dengan kesedihan yang menimpa kelahiran dari pada Seorang yang dikatakan sebagai Juruselamat manusia yang berdosa, Allah yang penuh kasih dalam dunia ini. Jadi mereka berusaha menghilangkan cerita itu dan mungkin gereja sendiri jarang sekali mau angkat peristiwa pembantaian yang terjadi di Betlehem terhadap anak-anak yang ada pada waktu kelahiran dari pada Yesus Kristus.
Nah apa yang menjadi alasan mereka berkata seperti ini? Mereka berkata, pertama, karena apa yang dicatat oleh Matius 2:16-18 itu kalau Bapak-Ibu bandingkan di keempat Injil, itu hanya ada di dalam Injil Matius, tidak ada di Markus, tidak ada di Lukas, dan tidak ada di Injil Yohanes, hanya ada di dalam Injil Matius. Sehingga mereka berkata kalau begitu ada kemungkinan cerita ini bisa tidak ada, karena Injil yang lain tidak mencatat peristiwa yang sama terjadi di situ. Tapi kalau ini menjadi dasar, kita lihat juga ada bagian-bagian lain pada kisah Injil yang tidak dicatat oleh Injil yang lain. Alasan yang kedua adalah, mereka berkata, karena di luar dari pada catatan sejarah yang ada di dalam Kitab Suci, tidak ada satupun penulis sejarah, walaupun Calvin menyebut ada satu orang yang menulis mengenai peristiwa ini dalam bentuk suatu gurauan, yang mencatat adanya peristiwa pembantaian anak-anak di Betlehem. Jadi kalau Bapak-Ibu perhatikan tulisan dari pada Josephus, Josephus itu adalah ahli sejarawan abad pertama yang begitu aktif dan rajin mencatat peristiwa sejarah, maka dia sama sekali tidak pernah menyinggung peristiwa pembantaian anak-anak yang ada di Kota Betlehem. Sehingga ini membuat ada beberapa teolog yang kemudian mendapatkan dukungan kalau peristiwa di Matius 2:16-18 bukan sesuatu realita yang terjadi dala dunia tetapi kemungkinan adalah karangan dari pada Matius sendiri di dalam bagian ini.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang menarik adalah ada 2 orang yang mungkin memberikan pembelaan terhadap hal ini. Pertama adalah William Barclay, dia kasih 2 alasan, dia berkata seperti pertama adalah kenapa peristiwa pembantaian anak-anak Betlehem itu tidak dicatat sama sekali, sebab pertama kemungkinan karena Betlehem itu kota yang sangat kecil sekali sehingga di dalam kota yang kecil maka keluarga yang ada di situ juga sangat sedikit, dan keluarga yang sedikit itu mungkin memiliki anak-anak yang sedikit juga, yang berusia 2 tahun ke bawah, dan kira-kira ada 20-30 anak yang ada di kota Betlehem itu, kalau tambah dengan sekitarnya ya mungkin kira-kira ada beberapa puluh anak yang mengalami kematian pada hari itu; sehingga pada waktu anak-anak itu mengalami kematian maka pergolakan yang timbul dari sebuah kota yang kecil mungkin tidak sebesar yang mengakibatkan suatu pergolakan yang bisa menggerakkan massa atau membawa masuk ke dalam suatu berita utama yang membuat nama Herodes perlu dicatat sebagai seorang pembantai dari pada anak-anak. Jadi yang bisa ditimbulkan melalui peristiwa ini kemungkinan paling besar adalah bukan pergolakan revolusi tetapi justru adalah kepedihan dan kehancuran dari hati ibu-ibu yang anaknya dibantai dan dilihat pisau pedang menusuk ke dalam jantung dari pada anak-anaknya tersebut. Ini yang pertama.
Alasan kedua adalah, Barclay memberi contoh pada abad ke-19 Thomas Macaulay, seorang sejarawan Inggris, di dalam bukunya pernah menuliskan ada seorang yang bernama John Evelyn, John Evelyn itu seorang penulis diary yang sangat aktif sekali, dan dia adalah seorang yang sering sekali dan suka sekali menulis hal-hal yang terjadi yang ada di sekitar dari pada kehidupan diri dia, lingkungan diri dia, atau kota Skotlandia, karena dia sangat sering sekali menulis mengenai peristiwa-peristiwa itu. Tetapi kemudian Thomas Macaulay berkata walaupun John Evelyn begitu aktif di dalam menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu hidup dia, tetapi dia tidak pernah mencatat peristiwa massacre of Glencoe. Massacre of Glencoe itu adalah suatu pembantaian di tanah Skotlandia terhadap sebuah keluarga atau clan dari pada McDonald yang terjadi pada tahun 1692 bulan Februari tanggal 12. Jadi pada waktu tahun itu, ini adalah suatu wilayah yang begitu indah sekali, tapi di dalam wilayah yang indah itu ada sebuah keluarga atau clan McDonald yang tinggal di situ. Suatu hari mereka menerima tamu-tamu di dalam rumahnya, tetapi ketika tamu-tamu ini diterima, lalu dijamu, lalu diberikan tumpangan untuk menginap di dalam rumah, ternyata tamu-tamu ini menjadi musuh yang berbalik membunuh mereka semua yang ada di rumah tersebut. Ada 38 laki-laki yang mati pada waktu yang bersamaan pada malam itu, dan itu terjadi di dalam 3 lokasi wilayah dari McDonald itu; lalu bukan hanya 38 laki-laki yang mati, tetapi ada 40 wanita dan anak-anak yang ikut mati karena rumah mereka terbakar oleh pembantai-pembantai ini juga. Apa yang menjadi dasar terjadinya peristiwa itu? Sederhana sekali, karena McDonalds telat untuk mengumumkan keberpihakan dia kepada William dan Ratu Mary yang berkuasa saat itu, sehingga itu mengakibatkan mungkin Raja William dan Ratu Mary itu mengutus utusan untuk membantai satu keluarga ini mati. Nah di dalam catatan sejarah dari pada si John Evelyn, di dalam catatan diary dia tidak pernah memasukkan peristiwa ini ke dalam catatan diary itu. Ini membuat William Barclay kemudian berkesimpulan apa yang tidak ada di dalam sebuah catatan itu tidak langsung membuktikan bahwa fakta itu tidak terjadi.
Jadi bisa saja sesuatu fakta sejarah terjadi dalam dunia ini tetapi seorang penulis sejarawanpun mungkin bisa melewatkan itu dan tidak memasukkan itu di dalam catatan sejarah mereka; dan itu tidak membuktikan kalau hal itu tidak pernah terjadi dalam dunia ini. Dan peristiwa mengenai pembantaian oleh Herodes itu juga kemungkinan seperti ini, apalagi Herodes itu adalah seorang yang dikatakan sebagai master dari pembantaian atau master assasination, seorang yang begitu kejam sekali karena ketakutan posisinya sebagai seorang raja terancam tidak segan-segan untuk membantai begitu banyak orang supaya dia menjaga posisinya tetap aman sebagai seorang raja. Di dalam catatan sejarah dicatat ketika Herodes naik takhta yang dia lakukan tidak lama kemudian adalah membantai anggota dari pada Sanhedrin, pemimpin agama tertinggi di Israel; lalu setelah dia membunuh anggota Sanhedrin itu, sejarah juga mencatat dia membantai 300 anggota dari pada pengadilan; bukan hanya sampai di situ, bahkan begitu kejamnya dia juga tega untuk membunuh isterinya sendiri, Mariam, lalu ibu dari isterinya, Alexandra, dan bahkan anak tertuanya Antipater, dan 2 saudaranya, Alexander dan Aristobulus; karena apa? Karena dia merasa terancam oleh kehadiran anak-anak ini yang akan merebut takhta dia. Lalu pada waktu dia mau mati dia berkata kepada orang-orang yang merupakan anak buahnya, “Pada hari aku mati maka harus ada satu orang dari satu keluarga terkemuka yang turut dibantai mati karena aku mati, supaya ada tangisan untuk menyambut kematianku.” Di dalam catatan sejarah mungkin ini tidak dilakukan oleh bawahan dari pada Herodes, tetapi dia mengeluarkan perintah ini semasa dia hidup supaya ada orang yang meratapi kematian dia, karena dia tahu dia begitu kejam mungkin sehingga orang tidak akan meratapi kematian dia tersebut. Nah fakta-fakta ini membuat kalau seandainya terjadi pembantaian di Betlehem, apalagi daerah itu adalah daerah kekuasaan Herodes Agung yang biasa sekali adanya pembantaian terjadi di wilayah itu, kematian dari pada beberapa puluh anak-anak kecil mungkin menjadi sesuatu yang tidak mengherankan lagi. Itu membuat kemungkinan Josephus itu tidak mencatat dan memasukkan itu di dalam catatan sejarah dari pada diri dia. Nah ini kemungkinan 2 pendapat dari pada William Barclay.
Tetapi saya melihat selain dari 2 pendapat ini, ada pendapat ketiga yang jauh lebih penting, yang seharusnya kita sebagai orang Kristen semua pegang teguh kepada pendapat yang ketiga ini yang diutarakan oleh Calvin. Calvin berkata, sebenernya kita nggak perlukan adanya dukungan sejarah seperti itu. Walaupun sejarah tidak menyebutkan mengenai peristiwa pembantaian itu, tetapi ketika Matius mencatat peristiwa itu di dalam Injil Matius, maka itu sudah seharusnya menjadi suatu kebenaran yang berotoritas yang Tuhan berikan kepada kita, yang sudah sangat cukup menjadi bukti bagi kita bahwa peristiwa itu sungguh terjadi di dalam dunia ini. Jadi Calvin berpegang, ketika Alkitab itu mencatat semua hal maka semua hal yang dicatat oleh Alkitab itu adalah suatu kebenaran yang kita bisa pegang teguh dan kita percayai bahwa itu sungguh-sungguh ada dan itu adalah suatu kebenaran dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Nah saya percaya ini adalah hal yang harus kita pegang, prinsip ini harus kita pegang. Seperti halnya pada waktu Maria mendapatkan penglihatan dari pada malaikat Gabriel yang menyatakan kepada diri dia, “engkau akan mengandung seorang anak laki-laki, dan engkau akan melahirkan dia, dia akan disebut sebagai Mesias, Anak Allah, yang akan menyelamatkan umat manusia dari pada dosa mereka,” Maria nggak mengerti bagaimana firman itu bisa menjadi suatu realita, kenyataan dalam kehidupan dia; bagaimana dia yang masih single, masih gadis, yang belum pernah menyentuh seorang laki-laki pun bisa mengalami kehamilan tanpa ada seorang laki-laki pun, tetapi karena dia adalah orang yang percaya kepada Tuhan, percaya pada perkataan Tuhan sebagai suatu kebenaran yang disampaikan melalui malaikat, dia tetap berpegang teguh pada kata-kata malaikat itu atau firman Tuhan sebagai suatu kebenaran dan itu terjadi dalam kehidupan dia.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kadang-kadang firman Tuhan itu sepertinya sesuatu yang di luar logika kita, sesuatu yang kita nggak bisa pahami, sepertinya sesuatu yang salah, tidak benar; tetapi kita perlu punya kerendahan hati ketika kita membaca Alkitab. Yang salah logikanya kemungkinan diri kita dan bukan Alkitab. Alkitab pasti benar, dan kita kemungkinan besar mengalami kesalahan. Salah satunya yang akan kita bahas adalah dari 3 poin yang akan kita bahas hari ini, adalah pada waktu kita melihat pembantaian yang terjadi pada anak-anak ini, kadang-kadang orang punya pemikiran seperti ini, bahkan orang Kristen juga, bagaimana Allah yang begitu kasih, katanya, Allah yang adalah kasih itu bisa mengizinkan seorang anak yang masih kecil, yang tidak berdosa itu mengalami kematian? Di mana cinta kasih Allah? Ditambah lagi bukankah Allah itu dikatakan Kitab Suci sebagai Allah yang sanggup mengatur segala sesuatu, Allah yang memiliki kuasa terhadap segala sesuatu, Allah yang bisa mencegah hal-hal terjadi di dalam dunia ini, kejahatan terjadi di dalam dunia ini. Kenapa Allah yang dikatakan begitu berkuasa ini membiarkan kejahatan yang begitu kejam terjadi kepada umat Allah sendiri? Apa yang membuat hal ini bisa terjadi? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita menanyakan pertanyaan ini, saya percaya kita harus cukup rendah hati untuk mengatakan kita nggak bisa sepenuhnya mengerti apa yang menjadi alasan Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam dunia ini, padahal Allah punya kuasa untuk mencegah kejahatan terjadi di dalam dunia ini; tetapi di balik itu semua kita tetap harus mengakui, setiap rencana Allah yang Allah izinkan terjadi dalam dunia ini pasti merupakan sesuatu yang baik dan tidak pernah merupakan sesuatu yang jahat bagi manusia, terutama bagi anak-anak Allah.
Dan ini membuat kita kadang-kadang ketika melihat sesuatu dalam dunia ini dalam sudut pandang yang terbalik dan berusaha mencari-cari suatu solusi dari pada masalah ini, seakan-akan untuk melindungi cinta kasih dari pada Tuhan Allah. Dan ini membuat ada penafsir atau pengkhotbah yang berkata, “kenapa Allah izinkan hal itu terjadi?” Dia berkata seperti ini, “ingat, pada waktu bayi-bayi mengalami kematian, pada waktu anak-anak mengalami kematian, yang belum bisa membedakan tangan kanan dari pada tangan kiri, mereka semua akan diselamatkan oleh Tuhan.” Saya pikir ada hal-hal yang kita bisa, ini menjadi suatu perdebatan teologis ke depan, tetapi menjadi sesuatu yang kita bisa percayai juga, karena Allah sanggup untuk menyelamatkan bayi-bayi yang kecil dan ketika Allah menyelamatkan bayi-bayi yang kecil, jangan mengira bahwa bayi itu ada kebenaran dan kebaikan. Bukan karena ada kebenaran dan kebaikan, tetapi karena Allah memberi karunia kepada bayi yang kecil itu yang belum mengerti apa-apa secara rohani bisa mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya lalu mereka diselamatkan; tetapi itu adalah tindakan supranatural dari pada Tuhan Allah yang langsung ke dalam kehidupan dari anak-anak itu; sehingga di sini pengkhotbah ini berkata, “ya walaupun kelihatannya kejam, tetapi sebenarnya Allah nggak kejam. Kenapa? Walaupun bayi-bayi itu dibantai, tapi lebih baik dia hidup bukan dalam dunia ini kan? Hidup bersama dengan Tuhan Allah. Dan mereka berbahagia bersama dengan Tuhan Allah, kembali kepada Pencipta mereka, dan pasti mereka akan diselamatkan karena mereka masih kecil dan Tuhan pasti berkarunia untuk menyelamatkan bayi-bayi ini.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, walaupun kelihatannya ini sebagai sesuatu kebenaran yang bisa membela, paling tidak mengurangi kesadisan, kejahatan dari pada, kekejaman dari pada Tuhan Allah, tetapi tetap kita akan melihat ada unsur yang kita nggak bisa mengerti. Kenapa Tuhan izinkan bayi itu mati? Kenapa Tuhan tidak izinkan bayi itu tetap hidup? Kenapa Dia biarkan orang tua dari pada anak-anak itu meratap dengan penuh kesedihan dan tanda tanya mungkin, yang tidak ada jawaban dalam kehidupan mereka atas peristiwa begitu kejam yang mereka alami dalam hidup mereka? Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, karena itu tetap saya katakan, kita perlu dengan kerendahan hati untuk mengakui ketidakmengertian kita, dengan kerendahan hati kita harus mengakui bahwa kita bukan Allah dan kita hanyalah ciptaan yang harus tunduk kepada kedaulatan dengan iman yang teguh kita tetap berpegang kalau Allah kita tidak mungkin salah dan Allah kita tidak mungkin jahat terhadap umat ciptaan-Nya ataupun terhadap manusia yang merupakan anak-anak-Nya yang sudah ditebus dari pada dosa, atau kita semua.
Dan kalau begitu kenapa Matius mencatat bagian ini? Saya pikir ketika saya renungkan bagian ini, saya melihat ada kemungkinan 3 hal yang ingin Matius sampaikan kepada diri kita. Pertama adalah, Tuhan Allah mau kita tidak menaruh harap dan mengikatkan diri kita dengan dunia ataupun menaruh harapan yang sangat besar atas kebaikan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin dunia ini, tetapi hanya menggantungkan hidup dan harapan kita kepada Tuhan Allah saja. Saya ulangi ya, pertama, karena Tuhan Allah tidak ingin kita menaruh harapan yang begitu besar terhadap dunia ini, terhadap pemimpin dunia ini ataupun mengikatkan diri dengan dunia ini, tetapi justru menaruh harapan yang besar itu hanya kepada Tuhan Allah saja di dalam Yesus Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab mencatat, dunia kita yang kita hidupi sekarang itu bukan suatu dunia yang baik seperti yang kita nikmati sekarang ini seharusnya; tetapi dunia yang kita hidupi sekarang ini adalah dunia yang sudah dirusak oleh kejahatan yang dilakukan oleh manusia pertama di Taman Eden. Dan semua hal yang kita alami dalam dunia ini, segala sesuatu yang terjadi di sudut-sudut dari pada dunia ini, di bawah kolong langit ini, itu dan kejahatan yang terjadi, sakit yang menimpa manusia, sebenarnya itu bisa ditarik akarnya sampai kepada peristiwa kejatuhan Adam di Taman Eden. Dan Saudara, ini membuat pada waktu kita mengalami kehidupan kita di tengah-tengah dunia saat ini, sebenarnya kebaikan yang kita alami, pengharapan yang ada di dalam kehidupan manusia untuk menuju suatu keadaan yang lebih baik lagi dalam hidupnya, suatu kesembuhan dari pada sakit yang kita alami dalam hidup ini, ataupun kejahatan yang kita derita dan penderitaan yang kita alami, itu sesuatu yang sebenarnya adalah tidak sewajarnya kita terima dalam dunia ini. Kalau kita berkata dunia sudah jatuh dalam dosa, maka hal yang paling harusnya kita terima adalah, manusia yang sudah jatuh dalam dosa itu harusnya memiliki suatu kehidupan yang jahat seperti setan yang sudah jatuh dalam dosa. Kenapa setan yang sudah jatuh dalam dosa itu bisa dibuang oleh Tuhan Allah, dibiarkan oleh Tuhan Allah dalam kejahatan? Saya pikir itu adalah hak dari pada Tuhan Allah yang tidak mau menebus diri mereka. Tetapi ketika manusia jatuh di dalam dosa, jangan kira kita itu masih lebih baik daripada setan atau daripada iblis. Sebenarnya kejahatan yang kita alami, kerusakan yang kita alami itu sebenarnya bisa separah dari pada iblis atau setan, dan Tuhan bisa tidak selamatkan atau tidak tebus kita dari pada dosa-dosa tersebut dan kejahatan tersebut. Tapi Alkitab mencatat, ketika kita mengalami sesuatu kehidupan yang tidak seperti seharusnya, yang mungkin hidup di dalam padang gurun yang pernuh dengan kegersangan, kesusahan, sengsara, ketandusan, dan tidak ada harapan melainkan kita masih bisa menikmati hidup, bersyukur, memuji, lalu menikmati kesenangan dalam dunia ini, itu dikarenakan karena Tuhan masih beranugerah untuk memelihara kehidupan dari pada kita semua manusia yang ada dalam dunia ini. Masalah utama yang sering kali umumnya yang dialami oleh manusia, mata kita, dan manusia berdosa, walaupun kita sudah jadi anak-anak Allah, selain suka berpikir kalau apa yang kita nikmati dalam hidup ini yang kita jalani dalam kehidupan kita, itu adalah suatu realita yang memang seharusnya seperti itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita sering kali berpikir kebahagiaan yang saya alami sudah sewajarnya saya terima, kesehatan yang saya miliki sudah sewajarnya saya miliki itu, kejahatan itu tidak wajar ada di dalam dunia ini, lalu penderitaan itu tidak wajar dalam dunia ini; yang wajar adalah kehidupan yang menyenangkan, yang baik, yang penuh dengan harapan. Kalau ujungnya menuju kepada suatu penderitaan dan tidak ada pengharapan, itu pasti nggak benar, itu pasti salah, yang benar adalah, manusia bisa menuju kepada kebaikan dan kebaikan yang lebih baik lagi dalam kehidupan dunia ini. Kita sering kali jatuh di dalam konsep ini ketika kita hidup dalam dunia ini. Padahal ini bukan realita yang sesungguhnya. Saya bukan bilang dunia ini nggak nyata, dunia ini nyata dan itu bisa terjadi bukan karena manusia mampu mengusahakan itu untuk terjadi tetapi karena ada belas kasih dan anugerah Allah yang tetap memelihara kehidupan manusia di tenggah-tengah dosa yang membuat kita masih bisa menikmati kebahagiaan dan sukacita lalu ada pengharapan di dalam kehidupan kita. kita punya konsep dan cara pikir mungkin harus dibalik di dalam melihat seperti ini. Sehingga pada waktu Herodes melakukan pembantaian terhadap anak-anak ini, kenapa Allah biarkan, apakah Allah tidak mengasihi? Saya nggak tahu, tapi yang pasti adalah Allah mengasihi orang-orang itu; tetapi juga kita perlu ingat, apa yang dilakukan oleh Herodes itu memang sewajarnya dilakukan oleh orang yang jahat. Apa yang dilakukan oleh Hitler, itu memang sewajarnya dilakukan oleh orang yang berdosa; apa yang dilakukan oleh orang-orang lain yang merupakan tokoh-tokoh yang ada di dalam dunia ini, yang begitu kejam, itu memang sewajarnya dilakukan oleh orang berdosa. Dan Saudara, jangan kira kita lebih baik daripada mereka, kita hanya tidak diberikan kesempatan. Kalau kita mengalami penderitaan dan disakiti seperti mereka disakiti mungkin, dan dikecewakan, lalu kita diberikan satu posisi yang begitu tinggi dan dengan kekuasaan yang begitu besar, kemungkinan besar kita juga akan lakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Ini adalah realita yang harus kita lihat sebagai sesutu kebenaran yang Kitab Suci sudah bukakan bagi diri kita. Tetapi dibalik itu semua, Tuhan ingin memberikan suatu pengertian kepada diri kita: kalau ada kebaikan dalam dunia ini, kalau ada suatu kebahagiaan, atau pemulihan dari pada kesusahan, kesulitan yang kita alami dalam kehidupan ini, itu semua adalah untuk membawa kita melihat hanya kepada Allah dan berharap hanya kepada Tuhan Allah, karena Dia memang menjadi satu-satunya harapan yang bisa memberikan kebahagiaan dalam kehidupan kita.
Ini ada korelasi nanti dengan poin yang berikutnya, tapi saya singgung sedikit saja. Pada waktu Yesus Kristus bisa melarikan diri, selamat dari pada kekejaman penguasa dunia saat itu, ini sebenarnya sebagai suatu contoh untuk kita bisa lihat ada pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan manusia yang jahat, dan itu bukan karena manusia ada kebaikan tetapi karena Tuhan menjaga Yesus Kristus dan mungkin orang-orang percaya yang hidup dalam dunia ini untuk bisa terlepas dari pada kejahatan yang terjadi dalam dunia ini. Dan kita seharusnya tetap melihat kepada Tuhan Allah yang menjadi Sumber dan pengharapan satu-satunya yang bisa memberikan hal itu dalam kehidupan kita. Itu yang pertama. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jadi apa yang kita sukai? Apa yang kita ingin kejar, yang kita ingin peroleh dalam kehidupan kita? Kalau kita dibiarkan hidup dalam dunia tanpa ada kesulitan yang menimpa hidup kita maka kemungkinan besar adalah kita akan melihat hal-hal dalam dunia ini adalah sesuatu yang begitu nikmat dan menyenangkan, yang kita bisa capai segala sesuatu melalui kehidupan ini sehingga kita sepertinya menjadi orang yang tidak butuh Allah sama sekali dalam hidup kita. Tapi dengan adanya penderitaan, kesulitan, bencana yang kita alami, kita dibawa untuk melihat, “Oh dunia ini hanya sementara, ada suatu pengharapan yang lebih pasti, dan pengharapan itu ada di dalam Tuhan Allah melalui Yesus Kristus.” Dan untuk bisa melihat itu kita perlu mengalami kesusahan dan kesadaran bahwa dunia ini hanya sementara, dan disitulah yang kekal, yang baik, dan bahagia. Saya harap ini menjadi point of view kita ketika kita hidup sebagai anak Tuhan dalam dunia ini.
Yang kedua adalah, peristiwa ini mau mengajarkan kepada kita kalau walaupun di tengah-tengah kejahatan dalam dunia ini, tadi saya singgung sedikit dalam poin pertama, tetapi Tuhan tetap ingin kita melihat kalau yang tetap berkuasa itu adalah Allah dalam kehidupan kita, tetap di dalam Allah, atau di dalam Kristus, ada suatu pengharapan yang pasti yang kita bisa miliki dalam kehidupan kita. Darimana? Pada waktu Yusuf dan Maria memiliki Bayi Yesus Kristus itu, Alkitab mencatat sesuatu hal yang penting bagi diri kita dalam catatan-catatan ini. Mereka dikatakan bisa menyingkir terhindar semua dari bahaya yang mengancam kehidupan dari bayi ini, tetapi pada waktu mereka mengalami hal-hal tersebut Bapak-Ibu bisa lihat, Yusuf misalnya, mengalami mimpi yang mengatakan, “engkau harus menikahi Maria, karena bayi yang dia kandung bukan hasil perzinahan,” lalu setelah bayi itu lahir, Yusuf mengalami mimpi lagi yang mengatakan, “engkau harus menyingkir ke Mesir karena Herodes ingin bunuh bayi itu”; lalu setelah Herodes mati dan orang-orang yang ingin membunuh bayi itu mati, Yusuf mendapatkan mimpi lagi, “engkau boleh kembali ke tanah Israel,” tapi waktu mengetahui Arkhelaus yang menggantikan ayahnya Herodes Agung itu, Yusuf kemudian mendapatkan mimpi lagi untuk menyingkir ke daerah Galilea dan menetap di Nazaret. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, semua peristiwa-peristiwa yang terjadi itu menunjukkan ada pemeliharaan Tuhan dan kuasa Tuhan yang bekerja di dalam kehidupan manusia di tengah-tengah kejahatan yang terjadi dalam dunia ini. Tapi pada waktu kita berbicara seperti ini, dan kita katakan kita harus percaya bahwa itu terjadi dalam kehidupan manusia dan tetap ada pengharapan itu dalam kehidupan kita di tengah-tengah kejahatan, mungkin kita akan berpikir, “ya, itu kan Yusuf, itu kan Maria, dan mereka mendapatkan suatu pimpinan dan pemeliharaan yang begitu jelas sekali dalam kehidupan mereka; tapi kita bagaimana? Kita nggak pernah mendapatkan hal-hal yang bersifat supranatural dalam kehidupan kita, kita nggak pernah mendapatkan mimpi seperti yang dialami oleh Yusuf untuk menyingkir dan menghindarkan diri dari kejahatan yang akan menimpa hidup mereka, sehingga kita mengalami hal-hal yang kadang-kadang membawa kita justru masuk ke dalam kejahatan dan masuk ke dalam kesulitan yang kita sendiri tidak ingin mengalami itu dalam kehidupan kita.”
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat kita bisa begitu yakin dan berpegang teguh pada kebenaran bahwa ada tetap pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita di tengah-tengah kejahatan ini? Saya lihat pertama adalah ilustrasi mengenai Yesus Kristus yang diselamatkan oleh Tuhan Allah itu seharusnya menjadi suatu ilustrasi yang kita pegang teguh sebagai suatu kebenaran karena Tuhan begitu jelas menunjukkan itu dalam kehidupan Yesus yang Tuhan sanggup untuk pelihara dan hindarkan dari pada kejahatan. Tapi di sisi lain, saya mau ajak kita lihat pada dua prinsip yang Alkitab nyatakan di sini. Pertama adalah, pada waktu Saudara lihat malaikat memberi mimpi kepada Yusuf untuk membawa dan menyelamatkan keluarganya menghindari Herodes, kalimat yang diberikan oleh malaikat bagaimana kata-katanya? Coba waktu penyingkiran ke Mesir, ayat 13, “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu,” lalu ayat 14, “Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,” lalu bisa lihat ayat 19-21, “Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.” Waktu Bapak-Ibu baca keempat ayat ini, ada hal apa yang Bapak-Ibu tangkap di situ? Yang menjadi penekanan malaikat apa, dan yang menjadi penekanan dari Matius apa? “Ambillah Anak itu serta ibu-Nya, Maria.” Selalu dimulai dengan siapa duluan? Anak, bukan Maria. Malaikat tidak pernah berkata, “Ambil Maria dan Anak itu,” lalu Yusuf mengambil Maria dan Anak itu; tetapi “Ambil Anak itu dan Maria ibu-Nya.” Maksudnya apa? Saya percaya ini menjadi suatu kebenaran yang walaupun begitu sederhana harusnya kita mengerti, yang menjadi poin utama itu adalah bukan Maria, pribadi yang signifikan di dalam peristiwa-peristiwa yang menimpa kehidupan mereka itu adalah Yesus Kristus. Ada suatu rencana yang Tuhan Allah ingin genapi di dalam diri Yesus Kristus, dan rencana itu tidak boleh digagalkan oleh manusia atau raja yang paling berkuasa saat itu sekalipun. Dan saat itu Yesus masih sebagai seorang Bayi yang lahir sebagai manusia normal, yang membutuhkan ibu-Nya untuk bisa menyusui Dia dan membesarkan diri Dia dan Tuhan menentukan harus melalui Maria Dia dibesarkan makanya Maria bisa diikutsertakan di dalam pekerjaan Tuhan tersebut. Jadi Bapak, Ibu, Saudara, jangan dibalik: karena sayanya yang penting, karena Marianya yang penting, maka Allah harus menyertai apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita, dan kita minta Tuhan menyertai diri kita dalam melakukan apa yang kita inginkan. Tapi kita yang harusnya menyertai Tuhan di dalam menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam dunia ini. Nah ini yang kemudian membuat Maria bisa turut selamat bersama Yusuf pergi ke Mesir, terhindar dari pada pembantaian, kematian, dan bahkan hidup membesarkan Kristus di Nazaret.
Nah ini juga yang membuat saya kemudian berpikir, dasar kalau kita berdoa dan berharap kalau Maria bisa memperlancar permohonan doa kita dan membuat kita punya doa lebih mudah dikabulkan dan didengarkan itu pasti sesuatu yang tidak benar. Karena apa? Penekanannya selalu pada Yesus Kristus, dan bukan pada Maria, ataupun manusia yang hidup dalam dunia ini. Dan kalau kita ingin mendapatkan pimpinan dan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita, prinsipnya tetap sama: siapa yang kita utamakan dalam hidup kita, Yesus-kah, atau rencana dan keinginan kita? Saya bukan berkata kita tidak boleh berencana dan berkeinginan, boleh, nggak salah; tetapi pada waktu kita merencanakan sesuatu, rencana kita itu selalu melibatkan “ini kehendak Allah dalam kehidupanku” atau tidak, yang harus saya capai dan saya kejar? Kalau kita ngggak pernah mempertimbangkan itu, mungkin kita sedang membangun kerajaan kita sendiri. Pada waktu kita membangun kerajaan kita sendiri, kita sebenarnya sedang bersikap seperti Herodes yang membunuh kerajaan atau kekuasaan dari Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Nah ini akan berkaitan dengan poin yang ketiga nanti. Itu yang pertama. Alkitab mengajarkan kalau kita ingin mendapatkan pemeliharaan dari Tuhan Allah, maka prinsipnya adalah siapa yang kita utamakan? Apakah Kristus atau bukan? Dan Alkitab ingin kita mengutamakan Kristus dalam kehidupan kita.
Lalu yang kedua adalah, pada waktu kita melihat pemeliharaan Tuhan, kita nggak perlu jatuh ke dalam satu konsep bahwa pemeliharaan itu harus selalu bersifat supranatural. Tetapi pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita itu bisa merupakan sesuatu yang biasa-biasa saja terjadi, sesuatu yang kelihatannya hanya kebetulan-kebetulan saja, tetapi menjadi sesuatu yang sebenarnya menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah dan rencana Allah dalam kehidupan kita. Nah ini bisa kita lihat di dalam kehidupan daripada Yusuf. Saya nggak akan lihat kesimpulan akhirnya. Tapi kita akan lihat kepada, misalnya, ke dalam peristiwa pada waktu Yusuf itu dibenci oleh saudara-saudaranya, di dalam Kejadian pasal 37. Pada waktu Yusuf itu dilahirkan, Yakub begitu mengasihi anak ini karena dia terlahir daripada istri yang sangat dia sayangi, Rahel. Tapi karena dia begitu mengasihi anak ini sampai membuat Yakub itu mengabaikan 10 saudaranya yang lain, apa yang terbaik yang Yakub miliki itu diberikan kepada anak ini, jubah yang begitu mahal diberikan kepada anak ini. Tapi ditambah lagi, Yusuf ini seperti menjadi anak yang suka mengadu kejahatan dari pada kakak-kakaknya sehingga membuat kakak-kakaknya itu nggak suka sama sekali dengan Yusuf ini. Ditambah lagi, dikatakan Alkitab, dia mendapatkan mimpi dimana berkas-berkas gandum dari saudaranya itu sujud menyembah kepada dia, bahkan papa mamanya pun sujud kepada berkas daripada gandum daripada Yusuf ini.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, akibat dari pada bawelnya mulut Yusuf ini, itu membuat saudaranya itu begitu benci dan ingin membunuh Yusuf karena iri hati. Lalu apa yang terjadi? Pada suatu hari ketika Yakub berkata kepada Yusuf, “Ayo coba pergi, temui saudara-saudaramu yang ada di padang, mereka sedang menggembalakan kambing domba. Coba perhatikan kehidupan mereka bagaimana? Apakah mereka baik-baik? Apakah kambing domba gembalaan mereka juga baik-baik?” Pada waktu Yusuf pergi berjalan menuju ke tempat kakak-kakaknya ini, lalu ketika kakak-kakaknya melihat dari kejauhan adiknya yang mereka benci itu datang, lalu mereka berkata apa? Mereka langsung berunding, lalu di dalam perundingan itu, mereka mendapatkan suatu kesepakatan, mereka akan bunuh Yusuf lalu setelah itu, mereka akan menyembelih seekor domba, ambil darahnya, dilumuri di jubahnya, lalu setelah itu mereka akan pulang dan berkata kepada papanya bahwa, “Ini lho, anakmu yang kamu kasihi sudah mati diterkam binatang buas.” – suatu rencana yang sempurna sekali. Lalu, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di tengah-tengah perjalanan itu, di tengah-tengah negosiasi yang mereka sudah bicarakan, di tengah-tengah matangnya rencana mereka itu, tinggal Yusuf sampai depan mereka, langsung mereka jalankan, Alkitab catat, tiba-tiba Ruben datang lalu bicara. Lalu bicara apa? “Kamu nggak ada untungnya bunuh Yusuf. Lebih baik kamu lemparkan saja dia di dalam lobang sumur.” Lalu sumurnya kebetulan kering lagi, sehingga Yusuf nggak mati. Lalu kenapa Yusuf dibilang suruh buang dalam sumur? Ruben bilang, dalam hatinya, “supaya nanti aku bisa bawa anak ini pulang kepada orang tuanya, dia nggak dibantai.” Tapi begitu dia bicara seperti ini, di tengah-tengah kebencian dan satu keputusan yang sudah begitu matang, namun terjadi perubahan, semua saudaranya yang lain langsung setuju, aneh ya? Setuju dengan rencana Ruben untuk masukkan dia ke dalam sumur saja. Lalu setelah peristiwa itu, Ruben pergi. Waktu Ruben pergi, mendadak Yehuda bilang seperti ini, “Kita kalau masukkin dia ke sumur saja, apa untungnya? Kalau kita bunuh dia juga apa untungnya? Sekarang lebih baik kita jual saja Yusuf ini.” Lalu datanglah orang Midian lewat, yang pergi menuju Mesir. Lalu ketika Yehuda lihat itu, lalu dia berkata kepada saudara-saudaranya yang lain, “Ayo, kita jual kepada orang Midian itu, keturunan Ismael yang pergi menuju kepada Mesir.” Dan mereka jual. Sehingga pada waktu Ruben tiba, dia kaget, Yusuf saudaranya sudah hilang, dia nggak bisa lagi jalani rencananya itu bawa dia pulang ke rumah, karena dia sudah pergi ke Mesir. Dan bagian pasal 37 ditutup dengan kalimat apa? Begitulah cara Yusuf tiba di Mesir dan tinggal di rumah Potifar melalui peristiwa penjualan dia sebagai seorang budak itu (Kej. 37:36). Dan begitulah ceritanya Yusuf tiba di Mesir.
Saudara, kalau kita perhatikan seperti ini, sebenarnya rencana siapa sih Yusuf pergi ke Mesir? Bypass, ya Tuhan. Tapi betul nggak itu juga rencana dari pada Ruben dan Yehuda? Saya pikir kita bisa ngomong juga itu adalah rencana Ruben dan Yehuda. Ruben yang menyelamatkan dia dari pembunuhan, Yehuda yang membuat Yusuf itu dijual ke Mesir dan tinggal di situ. Tapi ada beda. Ketika Tuhan merancangkan Yusuf pergi ke Mesir, rancangan Tuhan adalah untuk kebaikan yang menyelamatkan satu bangsa, tetapi ketika Ruben dan Yehuda menyelamatkan Yusuf, itu berkaitan dengan kepentingan diri. Ruben mungkin untuk kebaikan Yusuf, untuk bisa kembali, orang tuanya tetap bisa hidup dengan damai, tapi Yehuda, untuk kepentingan mereka mendapatkan keuntungan dengan menjual Yusuf pergi ke Mesir tsb. Saudara, hal yang biasa, hal yang sehari-hari terjadi, sesuatu yang berkaitan dengan rencana dan kejahatan manusia dalam dunia ini, tetapi di dalamnya tetap ada pemeliharaan dari pada Tuhan Allah. Kenapa Yusuf bisa pergi ke Mesir? Karena rencana Tuhan belum selesai dalam diri Yusuf, makanya dia bisa pergi ke Mesir dan menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk digenapi dalam kehidupan dia.
Pada waktu kita menjalani hidup ini, kalau kita sungguh-sungguh anak Tuhan, Tuhan pasti akan memimpin kehidupan kita dalam kita menjalani hidup ini. Dan pada waktu kita dipimpin oleh Tuhan melalui hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita, pertanyaannya adalah kita mau tunduk nggak di bawah pimpinan Tuhan itu? Atau kita selalu ingin memberontak melawan pimpinan Tuhan dan kehendak Tuhan untuk digenapi dalam kehidupan kita? Alkitab berkata, pada waktu Tuhan mau memimpin kita, Saudara pilih untuk menjadi Herodes yang menentang Raja Kristus untuk memimpin kita atau kita tunduk di bawah pimpinan daripada Raja Yesus Kristus? Saudara, saya pikir kalau kita tunduk, di situ pasti ada satu jalan keluar yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita, termasuk di dalamnya mungkin kematian. Ini adalah hal kedua yang kita bisa lihat dari pada peristiwa ini. Tuhan selalu ada jalan keluar di dalam kejahatan yang kita alami, ada pemeliharaan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Tetapi pemeliharaan yang Tuhan izinkan dalam kehidupan kita, jangan sekali-sekali mengira itu selalu akan baik, selalu akan lancar, tetapi mungkin ada kesulitan-kesulitan yang Tuhan izinkan, termasuk di dalamnya adalah kematian kalau Tuhan lihat urusan kita dalam dunia ini sudah selesai dan sudah digenapi dalam kehidupan kita. Tetapi pada waktu kita mengalami kematian, di situlah Alkitab juga mencatat, hidup kita yang mati satu kali itu, tidak berakhir dengan penghakiman tetapi kita hidup kekal bersama dengan Tuhan. Dari mana? Dari poin ketika Yesus ingin dibunuh, oleh Raja Herodes, Raja Herodes Pemimpin tertinggi pun tidak pernah bisa berhasil membunuh bayi Yesus Kristus. Dan semua yang lain juga tidak pernah berhasil membunuh bayi Yesus Kristus. Sebabnya karena apa? Tuhan ingin kita memiliki suatu pengharapan kepada Yesus ini, Anak ini, yang lahir ke dalam dunia, Dia adalah Raja di atas segala raja, Dia sungguh-sungguh adalah Pemimpin dari semua pemimpin yang ada di dalam dunia ini, dan semua pemimpin dalam dunia ini tidak pernah mungkin bisa mengalahkan kerajaan dan kekuasaan dari pada Yesus Kristus. Dia punya kerajaan dan kehendak-Nya ingin dicapai, nggak ada satu pun yang bisa menghalangi apa yang menjadi kehendak Tuhan Allah, dan kalau kita ada di dalam Kristus, kita pun ada di dalam kerajaan-Nya, dan itu membuat kita pasti terlepas dari semua bahaya yang ada dalam dunia ini, bahkan kematian dan hukuman kekal dalam kehidupan kita.
Saya pikir ini menjadi sesuatu yang kita bisa renungkan daripada peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh Herodes. Kalau kita tanya terus menerus: “Kenapa Herodes bantai? Allah jahat.. Allah jahat..” – saya pikir kemungkinan karena kita salah di dalam memandang. Seolah-olah yang musuh itu Allah. Sebenarnya yang musuh itu bukan Tuhan Allah, Dia ada di pihak yang baik, Dia ada di pihak kita, yang kalau kita mau hidup secara baik dan benar sesuai dengan kehendak-Nya. Tapi yang harusnya menjadi musuh kita itu adalah manusia yang lain dan iblis yang ada di dalam dunia ini, yang ingin melakukan kejahatan dan menjahati manusia tetapi menyebar kebohongan kalau yang mereka lakukan itu adalah kebaikan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kiranya kita boleh terus memandang kepada Kristus dan kebenarannya. Dan Hari Natal ini juga boleh kembali mengingatkan kita kembali akan cinta kasih Tuhan dalam kehidupan kita yang berdosa di tengah-tengah dunia ini. Dan terus memberi pengharapan dan jalan keluar dalam kehidupan kita dalam Kristus. Mari kita berdoa
Kembali kami bersyukur, Bapa, untuk firman-Mu, untuk kebenaran-Mu. Seringkali kami hidup di dalam satu kehidupan yang dipenuhi dengan tanda tanya, tidak mengerti mengapa hal tersebut menimpa kehidupan kami. Dan seringkali kami dibawa kepada suatu kebingungan dan keputusasaan karena keadaan-keadaan tersebut dan tidak memiliki jawabannya. Tapi kami percaya satu hal, kalau kami ada di dalam Kristus, kalau kami selalu jalan bersama dengan Kristus dan ingin menggenapi apa yang menjadi rencana Kristus dalam kehidupan kami, maka Engkau pasti akan memelihara dan menuntun hidup kami, dan menjadikan apa yang menjadi kehendak-Mu tergenapi dalam kehidupan kami. Dan itu adalah suatu sukacita, kebahagiaan yang akan kami alami dan pasti kami alami dalam kehidupan kami, walaupun di dalam proses itu, kami seringkali jatuh ke dalam suatu kesusahan, kesulitan, dukacita. Tetapi di dalam rencana Allah, Engkau memiliki suatu rencana yang baik dan selalu indah dalam kehidupan kami. Tolong kami masing-masing, ya Bapa, untuk dapat melihat pada kebenaran ini, di tengah-tengah pandangan mata kami yang begitu terbatas dan pengertian kami yang begitu sempit sekali. Kami berserah kepada Engkau dan mohon kiranya Engkau boleh berkarunia. Kami sungguh bersyukur untuk renungan pagi hari ini dan firmanMu yang boleh Engkau sampaikan. Kiranya Engkau boleh memberkati setiap kami dan membuat kami mengaminkan itu sebagai suatu kebenaran. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]