Pendengar atau Pelaku Firman, 13 Februari 2022

Yak 1:22-25

Vik. Nathanael Marvin, M.Th.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, beberapa waktu ini, beberapa lama ini saya membaca buku tentang kisah orang-orang yang mengalami kekerasan seksual dan juga pelecehan seksual. Di situ, di buku tersebut ditulis oleh seorang PhD dan kemudian dia meneliti orang-orang yang bertahan hidup di dalam masa-masa kecilnya itu mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. Orang-orang yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual itu terjadi oleh karena orang-orang dekatnya sendiri atau keluarganya sendiri, atau orang-orang di sekitar mereka. Ini yang merupakan menjadi trauma hati di dalam diri orang-orang yang mengalami hal-hal yang sedemikian buruk. Trauma itu artinya adalah luka. Kalau kita punya luka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam fisik kita, ketika kita pencet luka tersebut itu sakit. Nah demikian juga orang yang mengalami kejadian-kejadian buruk ataupun luka hati itu sudah ada lukanya sendiri. Kalau kita sentuh saja sekali, sakit. Itu efeknya begitu besar. Bagi kita, pembicaraan-pembicaraan ataupun tindakan-tindakan tertentu tidak sakit. Tapi bagi mereka yang punya trauma, itu luka. Dan kalau belum sembuh ya kalau kita sentuh bagian tersebut, cuma sentuh itu bisa sakit sekali.

Kesaksian mereka ini menunjukkan bahwa begitu banyak orang yang tidak melakukan firman Tuhan. Tidak melakukan firman Tuhan adalah dosa. Tidak melakukan firman Tuhan adalah hal yang buruk. Dosa membawa kepada seluruh kejahatan, penderitaan, dan juga kesedihan yang begitu besar. Nah beberapa kalimat kesaksian yang kemudian saya baca lalu yang cukup menyedihkan saya akan membacakan untuk kita semua, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada tiga kalimat saya ya. Di situ dikatakan bahwa kalimat pertama, “Ini adalah hal yang sukar dipercaya. Saya telah berumur 60 tahun dan saya belum pernah ceritakan hal ini kepada siapapun. Ayah saya itu biasa minum-minum, mabuk-mabuk, dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Ayah saya pernah memperkosa saya.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah contoh tidak melakukan firman Tuhan yang dilakukan oleh seorang ayah. Apa saja sih tindakan yang tidak dilakukan yang sesuai dengan kebenaran yang seharusnya? Ayah itu biasa minum-minum, ayah tersebut. Nah ini adalah dosa yang sudah menjadi gaya hidup. Minum-minum, sudah rasa itu tidak dosa lagi. Akhirnya apa? Minum-minum membawa kepada hal yang tidak bisa mengendalikan dirinya dan tidak bisa mengendalikan diri berarti dosa. Alkitab mengatakan buah Roh Kudus adalah self-control, pengendalian diri. Kalau kita melakukan sesuatu sampai kita tidak bisa mengendalikan diri, ini adalah perbuatan yang melawan firman Tuhan. Bukan saja itu, seorang ayah yang harusnya menjaga dan memelihara keluarganya sendiri, dia malah eksploitasi dan melakukan dosa perzinahan kepada anaknya sendiri. Itu kisah pertama ya.

Kisah kedua ada juga yang mengatakan demikian, “Makan merupakan mimpi buruk di rumah kami. Makan merupakan salah satu berhala ayah saya. Kami harus memakan apa yang sudah tersedia di meja kemudian ayah itu akan selalu berteriak di depan meja kalau ada yang ngomong di meja makan. Berteriak keras. “Berisik! Diam!” Kemudian dia akan memukul kami, adik saya selalu muntah-muntah sebab adik saya sangat panik. Kami dibatasi dengan jam kalau makan, makan bersama. Kalau kami tidak makan dengan kecepatan yang tepat, maka kami harus meletakkan tangan kami di atas meja dan ayah akan memukul kami dengan sabuknya dua kali.” Ada ya keluarga-keluarga yang kondisinya mengerikan. Kalau kita memahami keluarga kita ini seperti biasa-biasa saja tetapi bagi orang lain mungkin itu aneh dan tidak biasa. Kita juga sama, kita sudah terbiasa dengan keluarg kita, begitu memandang keluarga lain juga aneh-aneh saja ya. ada hal-hal yang sulit kita mengerti, dan ini adalah hal yang sangat miris, keluarga yang baik itu seharusnya kalau makan bersama itu momen yang dinanti-nanti. “Ayo kita makan bersama.”

Kalau saya makan itu, biasanya saya sebut itu sebagai mood booster. Bukan booster vaksin tapi mood booster, tapi untuk apa? Moodnya jadi senang karena kita makan, tadinya lapar, kemudian minum, senang, terus bisa ngobrol sama teman-teman jadi happy. Nah itu makan bersama itu adalah hal yang seharusnya menyenangkan. Tetapi di dalam keluarga tersebut, makan itu merupakan mimpi buruk. Kenapa? Ada orang yang tidak lakukan firman Tuhan. Poinnya adalah ketika tidak lakukan firman Tuhan, akan menjadi banyak kecelakaan dan kengerian. Momen makan seharusnya ditunggu-tunggu, biasanya setelah ibadah kita mungkin jam 11 siang, kalau makan sendiri kurang happy, kurang ada relasi sosial. Tetapi kalau kita bisa makan bersama-sama itu hal yang sukacita. Yang lebih membuat sukacita itu makan dengan siapa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, selain makan apa. Nah seharusnya itu adalah momen yang ditunggu-tunggu. Tetapi justru sekarang momen-momen tersebut juga menjadi hal yang sulit ketika kita memasuki masa pandemi. Momen tersebut sudah hilang lagi, kita jarang lagi makan bersama, kita harus protokol yang ketat, kalau bisa ruangannya yang terbuka, outdoor lebih aman. Nah itu adalah hal-hal yang sulit di masa-masa sekarang. Begitu indah sebenarnya makan bersama tersebut tetapi di dalam keluarga tersebut, makan bersama menjadi hal yang buruk. Bahkan adiknya itu bisa muntah-muntah, papahnya marah-marah, emosi, suatu hari bisa dipukul atau ketakutan. Nah ini karena apa? Bentuk melawan firman Tuhan.

Kisah terakhir dalam buku tersebut, ini juga sungguh menyedihkan, sungguh miris, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di situ dikatakan bahwa, “Ayah saya seorang penatua gereja, ia mempunyai banyak uang. Pendeta selalu memperlakukannya dengan istimewa. Karena dia penatua, dia punya jabatan di gereja, dia juga orang kaya. Ayah saya membiasakan diri untuk duduk di deretan paling depan setiap minggu. Duduk paling depan, orang-orang lain di gereja itu tidak tahu apa yang dilakukannya terhadap saya dan adik saya. Orang-orang lain tidak tahu. Di depan, di publik itu bisa begitu baik tetapi di dalam rumah begitu jahat.” Ini banyak dosa juga ya di dalam kisah ini. Dosa pendeta yang membeda-bedakan orang, orang yang baik, orang yang kaya dihormati luar biasa, orang yang miskin, orang yang jahat disingkirkan, tidak dipedulikan. Ini dosa pendeta. Mengistimewakan orang, membeda-bedakan orang, memandang muka. Dosa penatua ini ingin dihormati dalam ibadah, maju ke depan, padahal dia punya dosa kepada anak-anaknya sendiri. Ini munafik ya. Di gereja baik, di rumah jahat. Dia melakukan pelecehan seksual kepada anaknya sendiri.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dalam tiga kesaksian ini kita bisa melihat bahwa dosa itu bisa dilakukan oleh siapapun. Maka jangan kaget kalau orang melakukan dosa. Kita harus sudah prepare dulu, siap, siapapun orangnya bisa lakukan dosa, termasuk orang tua kita sendiri. Termasuk orang yang kita kasihi sendiri. Bukan hanya itu, kita pun bisa melakukan dosa kepada diri kita sendiri. Itulah yang dikatakan oleh Yakobus pada bagian ini. Kita mendengar firman tapi tidak lakukan, kita berdosa kepada diri sendiri. Itu namanya menipu diri sendiri. Dengar firman untuk apa? Dosa itu bisa dilakukan oleh siapapun dan tidak ada orang yang anti dosa dan juga tidak ada orang yang anti terhadap godaan dosa. Dosa itu berdampak buruk kepada orang-orang yang paling kita kasihi ataupun orang-orang di sekitar kita. Jangan sampai kita membuat orang menderita atau dunia ini menjadi lebih buruk lagi ketika kita tidak lakukan firman Tuhan. Dan dosa ini juga punya dampak yang besar yaitu dosa melahirkan dosa. Orang yang melakukan dosa, orang lain pun bisa terpengaruh untuk mengikut dosa-dosa yang kita lakukan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, jika kita tahu bahwa dosa itu begitu memiliki dampak yang buruk, kenapa kita lakukan? Apakah tidak ada dosa yang dampaknya itu tidak buruk? Tidak. Semua dosa itu dampaknya buruk kok. Baik besar ataupun kecil. Maka dari itu ya kita hindari. Dan dosa yang dampaknya semakin besar itu biasanya justru didukung oleh dosa-dosa yang kita pikir efeknya kecil dalam kehidupan kita. Nah itu akan terus menumpuk dan akhirnya seperti bom waktu, bisa meledak sewaktu-waktu dan menjadi keburukan bagi banyak orang.

Nasihat dari Yakobus ini begitu baik untuk kita dengar yaitu apa? Supaya setidaknya dunia ini tidak jadi neraka. Bagaimana membuat dunia ini menjadi neraka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Caranya adalah tidak melakukan firman Tuhan. Demikian sebaliknya, bagaimana dunia ini supaya menjadi sorga? Bagaimana Kerajaan Allah itu boleh turun ke dalam bumi ini? Yaitu kiranya kehendak Tuhan yang jadi. Kita yang melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan kita. Supaya dunia ini semakin menjadi sorga, kita harus lebih banyak orang yang melakukan firman Tuhan. Kita harus melakukan firman Tuhan.

Jika lebih banyak orang yang menentang firman Tuhan, dunia ini menjadi neraka. Yakobus 1:22 mengatakan, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” Tuhan inginkan kita itu menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar. Nah dari ayat ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari kalimat ini menjadi pelaku firman bukan hanya pendengar, setidaknya ketika saya merenung-renungkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, muncul empat rumusan kondisi atau posibilitas yang bisa terjadi dalam kehidupan seseorang. Yang pertama adalah dia itu pelaku firman dan juga pendengar firman. Ini adalah orang yang taat, ini adalah orang yang diharapkan oleh Tuhan, ini adalah orang yang terbaik secara Kristen, the best Christian is these people. Seperti orang ini. Orang yang pendengar firman juga pelaku firman. Lalu yang kedua, rumusan yang kedua adalah dia itu pelaku firman tetapi bukan pendengar firman. Berarti apa? Dia kurang bisa berkembang. Dia pernah dengar firman sih, terus dia melakukan firmannya itu-itu saja, hanya tiga firman Tuhan dilakukan tapi dia nggak mau dengar lagi. Jadi kebenarannya itu hanya tiga ini, tiga poin saja. Mungkin jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri. Dia pelaku firman, oke, dia sudah dengar firmannya tetapi dia tidak terus mendengar sehingga tidak ada tambahan firman Tuhan dalam kehidupannya. Dia tidak merenungkan firman Tuhan. Ini kondisi yang sebenarnya kurang berkembang atau tidak bisa terjadi juga. Karena bagaimana mungkin mau melakukan firman jika tidak mendengar firman? Kondisi yang bingung ya.

Yang ketiga adalah bukan pelaku firman tetapi pendengar firman. Inilah yang menjadi pembahasan kita pada hari ini. Bukan pelaku firman tetapi dia dengar firman Tuhan. Yakobus katakan ini adalah penipuan, dan penipuan itu bukan pada orang lain, kepada orang banyak, tetapi kepada personal, kepada satu individu, kepada diri sendiri. Yaitu waktu ngapain? Datang ke gereja, duduk, dengar firman, tidak lakukan. Kita sedang menipu diri kita sendiri. Mengerikan lho dosa ini. Bukan pelaku firman tetapi pendengar firman. Dan yang paling buruk adalah bukan pelaku firman, bukan juga pendengar firman. Ini rumusan yang keempat. Ini berarti the worst Christian. Tidak mendengar firman, tidak melakukan firman. Untuk apa hidupmu? Tidak taat. Nah ini ya kehidupan yang tidak taat ada juga ya di dalam kehidupan orang Kristen. Nah yang jadi fokus adalah rumusan yang ketiga ini ya, bukan pelaku firman tapi pendengar firman. Kalau hanya pendengar saja dan tidak melakukan berarti melakukan penipuan, perbuatan dosa melawa firman Tuhan dan Tuhan sendiri.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ingat ya dosa penipuan itu dosanya siapa? Pertama-tama di dalam kitab Kejadian iblis menipu Adam dan Hawa. Kalau kita suka nipu, jangan pikir kita nggak pernah nipu orang ya. Kita nipu diri sendiri kalau kita dengar firman nggak lakukan. Kita sedang lakukan penipuan, kita sedang mencontoh iblis. Iblis dengar firman Tuhan makanya iblis bisa tahu Tuhan bilang gini kan Adam dan Hawa? Terus dibalikkan. Iblis dengar tapi dia tidak lakukan firman Tuhan. Kita dengar firman, tidak lakukan firman Tuhan, kita seperti iblis, bapa segala tipu, bapa segala dusta, bapa segala tipu muslihat. Ini bahaya sekali. Bahaya bagi orang Reformed. Orang Reformed itu biasanya menghargai firman, khotbah pendek dihina-hina, padahal nggak boleh juga ya. Bisa jadi khotbah pendek itu bagus juga asal sesuai firman Tuhan. Renungan yang kita baca kan pendek. Khotbah Yesus kan pendek, berapa ayat selesai, perumpamaannya selesai. Tetapi orang Reformed harus khotbahnya sejam, khotbah setengah jam itu kurang. Kok kurang? Kita merasa kurang itu karena waktu, bukan karena isi firmannya. Kalau mau kita sungguh-sungguh menghargai firman, kita bisa bandingkan di dalam satu khotbah, itu satu seni kan, itu kalau ibarat barang seni, satu khotbah itu ibarat barang seni seperti ini, kita bisa bagi-bagi mana yang firman Tuhan, berapa persen firman Tuhan, berapa persen bahan-bahan tertentu di dalam misalkan benda seni tersebut, nah itu baru menilai khotbah dengan baik dan benar. Tapi kalau cuma berdasarkan waktu, ah cuma pendek bukan firman Tuhan, bukan seperti itu ya.

Kita bahaya sekali, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita pikir dengar khotbah, dengar khotbah, dengar khotbah, semakin banyak dengar khotbah kita banyak salib kok. Sekarang kita bisa lihat khotbah-khotbah di channel YouTube. Apalagi khotbah-khotbah GRII di cabang-cabang semua diupload sampai ratusan bahkan ribuan video kita bisa dengar. Khotbah begitu banyak, seminar begitu limpah. Tapi percuma kalau kita cuma dengar, dengar, dengar, komentar bagus, bagus, ini buruk, ini jelek, dengar ini, dengar itu. Kita lakukan firman untuk apa? Kita menipu diri sendiri. Bahkan kita menipu orang lain juga. Kalau kita tidak dorong orang ayo lakukan firman Tuhan, lakukan firman, jangan cuma dengar. Lebih baik jangan dengar. Kalau tidak dengar itu berarti dia nggak menipu diri sendiri, memang kehilangan berkat firman Tuhan tetapi kalau kita dengar tetapi tidak lakukan ya itu nipu, itu menyakiti diri kita sendiri.

Hati-hati ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita mendengar firman, mempelajari firman, setiap hari kita baca firman, oke, kita baca firman, lakukan nggak? Kalau nggak lakukan itu penipuan. Banyak sekali orang Kristen yang menipu dirinya sendiri karena kita melihat realitanya tidak banyak orang Kristen yang hidupnya juga menjadi berkat atau melayani Tuhan. Ini hati-hati. Yakobus katakan, tekankan bahwa ayo milikilah gaya hidup orang yang beriman, yaitu apa? Mendengar dan melakukan, menjadi pelaku firman tersebut. Memang untuk di dalam bagian tertentu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam satu sense, satu pemikiran, waktu kita datang dengar firman, itu pun sedang melakukan firman. Iya kan? Waktu kita dengar khotbah, itu pun melakukan firman. Waktu kita cari di YouTube, searching khotbah, itu pun memang sedang mendengarkan atau melakukan firman Tuhan. Tetapi Yakobus itu tidak berhenti di sana. Dia mendorong orang Kristen setelah melakukan firman yaitu mendengarkan firman, coba lakukan firman yang sudah didengar. Kalau tidak, itu menjadi penipuan. Jadi dengar saja itu juga bagus, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang paling parah memang tidak dengar firman dan tidak lakukan.

Pelaku firman dan pendengar firman inilah gaya hidup diinginkan oleh orang Kristen Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ini adalah pola hidup kita, bukan soal pemikiran saja ataupun pengalaman yang satu kali saja. Saya sudah dengar firman lalu lakukan, tetapi ini adalah terus gaya hidup setiap hari dalam kehidupan kita. Dapat firman apa? Lakukan. Dapat firman apa? Lakukan. Di tempat ibadah Yahudi Bapak, Ibu, Saudara sekalian di sinagoge ya firman Tuhan itu dengan teratur dibacakan, di dalam waktu ibadah-ibadah tersebut. Ada satu orang membacakan firman Tuhan, tadi seperti firman Tuhan yang kita baca bergantian dalam Kitab Mazmur, ada petugas yang ditunjuk untuk membaca firman Tuhan. Itu bagus. Tetapi poin orang Yahudi adalah mereka itu punya konsep yang namanya mendengar firman itu itu mereka simpan dalam hati kemudian dia tanam dalam hatinya dan kemudian dia lakukan. Itulah baru betul-betul mendengar. Kalau cuma mendengar firman tapi tidak masuk ke hati dan belum dilakukan itu masih baying-bayang mendengar. Tetapi mendengar yang sejati, penggenapan pendengaran adalah ketika melakukan firman Tuhan. Itu namanya betul-betul mendengar. Banyak orang mendengar firman, banyak orang baca firman, tetapi sayang sekali jika tidak melakukannya, sayang sekali jika hanya mau datang, dengar, duduk kemudian tidak lakukan itupun adalah penipuan. Kalau tidak lakukan firman sebenarnya untuk apa dia datang?

Bapak, Ibu, Saudara sekalian asumsi atau presuposisi atau pola dasar pemikiran kita ketika kita mau dengar khotbah itu adalah ke yang ujungnya, yaitu mau melakukan firman. Ketika kita datang mendengar khotbah atau baca firman, kenapa kita harus baca firman Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Karena mau melakukan firman. Tetapi kalau tujuan akhirnya kita hilangkan, itu tipuan. Salah. Ngapain baca firman? Ngapain dengar khotbah kalau kita hilangkan tujuan akhir yaitu melakukan firman Tuhan? Penipuan terbesar dalam ibadah orang Kristen adalah datang, duduk, dengar, tidak lakukan. Itu adalah penipuan ibadah orang Kristen. Orang itu belum mengerti kenapa dia datang untuk dengar khotbah, ya untuk lakukan bukan untuk yang macam-macam. Motivasinya itu mau lakukan gitu ya. Datang membaca Alkitab juga untuk lakukan, kalau bukan untuk lakukan firman itu namanya sudah melenceng ya. Kita sudah tersesat, misleading act, perbuatan yang melenceng, sesat. Sayang sekali ya dia menipu dirinya sendiri. Pendengar saja dan bukan pelaku firman itu dikatakan oleh Yesus Kristus itu adalah orang yang bodoh, kalau cuma dengar firman dan juga tidak lakukan firman ya, bukan pelaku firman Yesus katakan adalah orang bodoh.

Mari kita buka Alkitab kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian Matius 7:24-27. Ini pengajaran Yesus Kristus ya. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkaataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Ini ya tubuh kita ini adalah rumah. Manusia itu terdiri dari tubuh dan roh, ini rumah kita yang harus kita jaga, dengan apa? Melakukan firman, mendengar firman dan melakukannya maka itu akan menjadi berkat besar. Itulah bijaksana yang diajarkan oleh Yesus Kristus dalam kisah ini, dalam perumpamaan ini. Yesus Kristus katakan bahwa orang Kristen yang berbijaksana adalah orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan, itu seperti mendirikan rumah dengan kokoh, memelihara dan menjaganya. Inilah bijaksana orang Kristen. Bijaksana orang Kristen adalah mendengar, melakukan firman, dan ibadah orang Kristen juga harusnya fokus untuk mendengar dan juga melakukan firman Tuhan. Bijaksana berarti berespon pada firman Tuhan dengan cara yang tepat. Itu namanya berbijaksana, yaitu mendengar kemudian melakukan. Dengar, lakukan. Dengar, lakukan.

Dosa penipuan kepada diri sendiri ini sebenarnya sudah terjadi juga di dalam Perjanjian Lama di dalam Kitab Yehezkiel 33:31-32 saya akan bacakan, “Dan mereka akan datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.” Ya ini adalah penipuan. Mulutnya manis, tetapi hatinya itu pahit, kenyataannya itu pahit. Ayat 32, “Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya.” Firman Tuhan itu begitu indah, firman Tuhan itu melebihi kekayaan, melebihi uang ya, melebihi syair-syair cinta yang bagus-bagus, kalimat-kalimat yang indah, kalimat bijaksana itu sangat indah dan bisa kita nikmati. Tetapi sayangnya kita yang suka mendengar firman dan tidak melakukan firman Tuhan itu, mereka sedang menipu, menipu diri mereka sendiri. Ini adalah penipuan. Hati-hati ya kita jangan sampai lupa motivasi ini. Kita mau lakukan firman dalam kehidupan kita

untuk Kerajaan Allah, untuk menyenangkan Tuhan. Caranya dengan apa? Kita dengan mendengar firman. Kita lanjutkan pembahasan kita dalam Yakobus 1:23-24 di situ dikatakan, “Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.” Ini adalah penjelasan Yakobus bagaimana seseorang itu tidak melakukan firman tetapi mendengar firman dia pakai analogi manusia yang bercermin. Analogi manusia yang bercermin yaitu apa? Orang-orang yang bercermin pada waktu itu nggak jelas melihat mukanya sehingga ketika pergi ya mereka lupa karena apa? Karena kaca-kaca di zaman dulu itu biasanya pakai logam atau tembaga yang diperhalus ya tidak terlalu clear permukaannya tidak jelas sehingga orang juga ya melihat ala kadarnya lah, burem-burem dikit asal bisa rapih-rapih kaya gitu ya atau mereka melihat diri mereka sendiri itu di dalam mana? Di dalam air yang tergenang seperti itu ya atau permukaan air. Coba melihat ya nggak terlalu jelas sehingga kalau mereka pergi ya lupa karena memang nggak jelas memang ya nggak bisa lama-lama dilihat karena untuk apa? Karena memang tidak jelas. Nah itu konteks pada waktu itu konteks pada waktu itu sehingga Yakobus menggunakan perumpamaan ini hati-hati ya kita pun seringkali lupa firman, itu adalah bahaya. Sudah dengar firman tapi lupa. Itu tanggung jawabnya bagaimana? Itu pun segala hal itu memang pada nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan ya.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian kelemahan manusia yang bercermin itu dia memang bisa lupa begitu saja ya maka dari itu di zaman itu Yakobus pakai hal ini. Tetapi kalau di zaman sekarang ya di zaman sekarang kita bisa mengingat muka kita karena kacanya itu jelas ya kacanya begitu jelas dan ini menolong kita juga supaya kita bisa memperhatikan diri kita tentang pengenalan akan diri kemudian kita juga bisa belajar untuk mengingat. Orang yang segera lupa itu adalah orang yang payah sekali. Ini adalah gambaran orang yang tidak lakukan firman ya ketika Yakobus memakai analogi ini, analogi orang yang bercermin kemudian lupa, ini seperti orang yang mendengar firman terus lupa untuk lakukan karena orang yang melakukan sesuatu itu pasti ingat bahaya kalau lupa-lupa terus ya tidak ada hal yang dikerjakan kalau kita seringkali lupa. Maka Yakobus katakan lakukan ya lakukan firman Tuhan, perlu usaha,  perlu minta anugerah Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam kata ini ya melupakan arti kata “melupakan” itu apa? Ada 2 hal yang kita bisa renungkan pada hari ini. Melupakan itu berarti gagal untuk mengingat ya. jadi kita ada usaha untuk mengingat dan juga ada hal yang sudah kita terima dalam pikiran kita, hati kita, maka waktu kita katakan aduh sorry lupa. Itu berarti kita gagal untuk mengingat. Itu definisi yang pertama, yang kedua adalah bukan hanya gagal untuk mengingat tetapi juga mengizinkan sesuatu yang sudah kita miliki yang sudah kita terima itu dibiarkan kabur atau lepas. Itu namany “lupa.” Kenapa bisa lepas? Kenapa bisa kabur? Karena kita cuek, karena kita tidak memperhatikan hal yang sudah kita miliki. Itu sama seperti kita punya keluarga ya. kalau kita melupakan keluarga kita, kita berarti membiarkan keluarga kita itu semakin jauh, semakin jauh, semakin jauh. Bagaimana kita supaya semakin mengingat keluarga, mengingat semua orang yang kita kasihi, mengingat gereja Tuhan, itulah gunanya doa.

Doa itu berarti mengingat. Kita harus doakan ini. Tidak membiarkan pokok-pokok doa itu lepas kabur begitu saja. Tidak membiarkan diri kita lupa terhadao hal-hal yang penting kepada Tuhan yaitu kita mengingat. Mengingat berarti kita menggenggam erat, melupakan berarti mengizinkan sesuau itu lepas. Lupa ya. Berapa bulan kalau kita tidak ingat hal yang kita sudah terima, kita bisa lupa, kita lepas biarkan pergi. Ini ya menjadi hati-hati di dalam melakukan atau berespon terhadap firman Tuhan kita perlu megingat ya. Tetapi di zaman sekarang kita sudah bisa memakai kaca yang jelas, kita bisa ingat muka kita dan di sini kita bisa belajar untuk mengenal diri kita sendiri dan juga membersihkan hal-hal yang tidak natural dalam muka kita atau pun tubuh kita. Waktu kita melihat cermin. Waktu kita melihat cermin menjadi pelajaran bagaimana kita mengenal diri kita ini siapa, kita ingat wajah yang sudah Tuhan berikan, kita syukuri seberapa bagaimana pun wajah kita ya apapun keadaan kita itu kita syukuri. Inilah fakta, kita melihat cermin berarti kita melihat fakta kita, diri kita dan bagaimana kita memperoleh pengenalan akan diri.

Kita ini adalah gambar dan rupa Allah, itu sisi secara rohaninya ketika kita melihat kaca Bapak, Ibu, Saudara sekalian di pagi hari mungkin sisir-sisir cepet-cepet ya, tetapi waktu kita melihat kaca kita itu melihat fakta, diri kita karena sudah clear sekarang. Cerminnya tidak lagi buram seperti zaman dulu sekarang sudah jelas kita bisa melihat diri kita, gambar dan rupa Allah diciptakan begitu indah, kita bisa syukuri kita masih bisa hidup sampai hari ini, kita bereskan rambut kita yang sudah mencong sana-sini ya ketika tidur, kita bereskan hal-hal yang tidak natural di dalam kehidupan kita, fisik kita entah itu kotoran mata, kotoran mulut ya, dan lain-lain kita bereskan. Nah itu ya aspek pembelajaran waktu kita melihat cermin, kita syukuri saja. Muka kita memang begini kok ya, mata kita memang begini, mulut kita memang begini, mata kita memang begini, mau bagaimana lagi? Masa kita mau ah nggak usah lihat kaca lagi gitu ya, berarti kita tidak menghargai manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Itu ya ketika kita melihat cermin, melihat cermin itu bisa lupa, melihat cermin itu bisa ingat dan Yakobus katakan orang yang mendengar firman dan melakukan firman Tuhan itu orang yang mengingat.

Yakobus 1:25 di situ dikatakan bahwa, “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Yakobus menjelaskan kelompok orang yang selanjutnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian yaitu pendengar firman dan juga pelaku firman. Di sini dikatakan bahwa orang yang bisa seperti ini adalah orang yang melihat tetapi bukan saja sekedar melihat tetapi meneliti, meneliti apa? Hukum yang sempurna. Meneliti ya. Yakobus banyak sekali menggunakan panca indera ya. Sudah dnegar, lakukan itu dengan ya fisik ataupun dengan mental atau dengan hidup kita ya dan kemudian juga pakai apa? Pakai mata melihat dengan focus. Kata melihat ini itu juga dipakai di dalam bagian-bagian Kitab Suci yang lain Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kalau Yakobus kan mengatakan dengan meneliti ya, terjemahan bahasa Indonesia itu meneliti tetapi sebenarnya itu looks melihat dengan terus menerus, memandang kaya gitu ya. Ini adalah orang yang seperti apa? Seperti waktu Petrus bangun kemudian cepat pergi melihat kubur Yesus yang sudah dikatakan Yesus bangkit. Kemudian ketika Petrus lari-lari ke kubur Yesus, dia kemudian menengok ke dalam kubur, dia melihat dengan seksama benar nggak Yesus bangkit? Dia lihat oh Yesus nggak ada terus yang ada apa di dalam kubur tersebut? Yang ada adalah kain kafan. Kain kafan di situ dilihat oh ada kain, ada batu tetapi tidak ada Yesus. Itu seperti itulah melihat, looks, meneliti ya dengan mata yang sungguh-sungguh mencari pembuktian. Melihat kubur yang kosong tersebut.

Di sini ketika kita melihat atau meneliti hukum, itu ada unsur pembuktian benar nggak firman Tuhan itu layak untuk kita lakukan. Kita renungkan. Saya sudah lakukan ini, hasilnya apa? Itu namanya melihat ya. saya sudah berbuat baik kepada seseorang, saya sudah memberikan traktat misalkan ya terus kita lihat bagaimana cara melihat meskipun kita sudah tidak ada di sana? Caranya dengan doa. Doa itu ritual kan. Doa adalah hal yang ritual dia melihat apa yang sudah kita lakukan firman Tuhan tersebut. Itu namanya juga kaya seperti apa ya, follow up, follow up itu terus melihat ini orang nya misalkan ya. Ini adalah pekerjaannya. Kita terus melihat, membuktikan terjadi nggak ya. doa kita dikabulkan nggak. Ini cek ulang ya. Cek ulang. Itu seperti kita habis beres makan gitu di suatu tempat makanan kemudian kita cek ada yagng ketinggalan nggak kemudian lihat-lihat kan mejanya. Oh nggak ada. Atau ada yang biasa saya sering juga ya ketinggalan hand sanitizer ya begitu berangkat selesai terus hand sanitizer ketinggalan karena kurang melihat, kurang melihat dengan teliti atau lupa juga. Nah ini bahaya ya. Melihat di sini, meneliti hukum itu betul-betul membuktikan ya firman Tuhan itu terjadi nggak.

1 Petrus 1:12 ini juga ada kata yang melihat. Mari kita baca ya 1 Petrus 1:12 definisi kata melihat, “Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.” Mana kata melihatnya ya? Kata “melihat” nya itu di dalam “yang ingin diketahui,” itu bahasa Inggrisnya adalah “long to look,” ya, rindu untuk melihat. Malaikat-malaikat itu rindu untuk melihat bagaimanakah orang yang ditebus dengan darah Yesus Kristus, karena malaikat itu, ya, tidak pernah mengalami penebusan Kristus, malaikat yang suci ya.

Malaikat itu dibagi 2 ya kan, malaikat yang jatuh, malaikat yang tetap taat. Dua-dua nya nggak pernah mengalami penebusan Kristus. Itulah yang dipenasarin, atau ingin diketahui oleh para malaikat, ya. Mereka itu rindu untuk melihat kita, “Mana sih bukti nya orang yang ditebus oleh darah Kristus itu seperti apa?” Wah malaikat itu kagum, oh ada orang seperti Ayub, meskipun harta habis, istri mengutuk dia, 10 anak mati, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan.” Wih, malaikat heran. Ketika malaikat melihat Ayub, “Ini ya, orang yang mengerti penebusan Allah.” Ketika malaikat melihat Stefanus, dengan suara nyaring, Stefanus sebelum mati dia mengatakan, “Ya Tuhan, ya Tuhan Yesus, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka, berikanlah pengampunan kepada orang-orang Yahudi.” Padahal orang-orang Yahudi memukuli Stefanus dengan batu, melempari Stefanus dengan batu. “Oh ini, ini toh, orang-orang yang mengerti melakukan firman Tuhan,” itu yang ingin dilihat oleh malaikat.

Nah di sinilah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, wujud secara rohani kita melihat firman adalah dengan unsur penasaran. Kita penasaran nggak Yakobus ini ngomong apa saja? Kita penasaran nggak surat Tesalonika? Kita penasaran nggak surat Zakharia, Maleakhi, Hagai, Yunus? Kita penasaran nggak melihat, meneliti hukum-hukum yang sudah tertuang di dalam Alkitab? Itu yang perlu dimiliki oleh orang Kristen, baru dia bisa mendengar firman, kemudian dan melakukan nya. Jadi melihat di sini itu adalah melihat dengan pembuktian, dan juga melihat dengan penasaran, “Seperti apa sih? Seperti apa sih firman Tuhan itu?” Maka ada PA, maka ada STRIS, ya, maka ada seminar, itu adalah wujud kita mau melihat firman yang diberitakan, ya, melihat firman. Inilah maksud Yakobus ya, dengan orang-orang yang benar dalam merespons firman Tuhan, yaitu bukan hanya mendengar, dia bukan hanya melakukan, tetapi dia juga melihat firman Tuhan. Terus merenungkan, terus mencari, terus penasaran, terus ingin tau Firman Tuhan itu seperti apa, dalam kehidupan orang Kristen.

Yakobus memberikan 2 analogi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seharusnya ketika kita berespons terhadap Firman Tuhan. Yang pertama, itu seperti peneliti, ya, atau researcher, investigator, itu adalah waktu kita berespons atau kita berelasi dengan firman Tuhan. Meneliti Firman Tuhan, “Ayok, firman Tuhan ini ngomong apa? Firman Tuhan ini mendorong kita melakukan apa?” Meneliti. Analogi yang kedua adalah orang-orang yang sungguh melakukan firman Tuhan yang berespons dengan tepat adalah dia itu adalah sebagai seseorang yang berbahagia, ya seorang yang berbahagia. Kita bahagia itu waktu ngapain Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Waktu makan? Waktu tidur? Waktu melakukan olah raga mungkin? Entertain? Ya, kalau yang muda mungkin waktu pernikahan, itu bahagia? Waktu wisuda? Ya, itu bahagia. Yakobus, menggunakan analogi ini juga, orang yang melakukan Firman adalah orang yang berbahagia. 2 analogi ini. Yang berespons dengan tepat terhadap firman adalah meneliti firman, dan kemudian yang orang yang berespons terhadap firman Tuhan dengan tepat adalah orang yang berbahagia. Inilah alasan yang membuat orang-orang Kristen itu menghargai firman dengan sungguh-sungguh karena dia menjadi orang yang berbahagia, melihat, meneliti.

Mazmur 19:8-11, ini adalah keindahan hukum Taurat, mari kita lihat ya di sini pemazmur mengatakan tentang keindahan firman Tuhan, saya akan bacakan untuk kita semua tentang firman Tuhan atau Taurat Tuhan ya, “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.” Ini semua menggambarkan apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kebahagiaan. Siapa sih orang yang tidak bahagia kalau dia mendapatkan hal yang sempurna? Taurat Tuhan itu sempurna, perfect, nilai yang sempurna, orang yang sempurna, yang bagi kita sempurna kita peroleh, kaya gitu ya. Siapa yang tidak bahagia? Dan Yakobus mengatakan firman Tuhan, melakukan firman Tuhan itu adalah kebahagiaan orang Kristen. Kita suka, ya, kusuka. Ada lagu kan ya, “Ku suka mengabarkan Injil,” wah ini lagu yang kontradiksi dengan kedagingan kita. Kita males kabarkan Injil ya, ini kok bisa ada lagu, “Ku suka mengabarkan Injil.” Karena apa? Firman Tuhan. Firman Tuhan memberikan kita kesukaan, bahagia.

Nah hati-hati Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita melayani ya, melayani Tuhan, kita semua nama-nama pelayan kan disebut di sini ya, nama-nama usher, liturgis, song leader, gitu ya, tapi kita nggak ada sukacita. Something wrong. Kita tidak menganggap itu kebahagiaan juga itu adalah something wrong, padahal Tuhan pasti kasih kebahagiaan, ya, firman Tuhan. Ketika kita mendengar, melakukan firman Tuhan, itu berarti kita adalah orang yang berbahagia oleh perbuatan kita.

Kisah terakhir Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menutup khotbah kita pada pagi hari ini adalah kisah ketaatan Yusuf kepada firman Tuhan. Ini adalah contoh teladan yang baik, yaitu Yusuf menolak ajakan berzinah dari istri Potifar, atau nyonyanya Potifar, ya. Konteks zaman itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, istri Potifar ini, pasti adalah istri yang cantik dan punya kuasa. Dari mana kita tau istri Potifar itu cantik dan punya kuasa? Karena Potifar sendiri adalah kepala prajurit istana, ya, kepala prajurit istana Firaun. Potifar ini adalah pejabat negara. Pejabat negara pada waktu itu punya kekuasaan, otoritas yang luar biasa. Ya, dia pengen pilih istri yang paling cantik, dia bisa. Namanya juga kepala pasukan, kepala penjaga istana Firaun. Ya, namanya laki-laki ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pengennya yang paling bagus, yang paling cantik. Perempuan juga sih ya, pengen yang paling ganteng. Tapi kita kan tidak selalu ya, tidak selalu bisa punya kuasa seperti itu. Tetapi Potifar itu punya kuasa. Hanya saja, memang sebagai kepala pengawal istana Firaun, nama nya pejabat ya, pejabat itu suka pergi-pergian ya. Pergi, ada tugas menjaga Firaun, selama 3 hari, ya, Potifar menjaga di istana. Istrinya? Kesepian, 3 hari, seminggu, “Kok nggak ada suami saya ya.” Rumahnya begitu besar, ya, terus kemudian ketika dia lihat, ada budak ni. Budaknya ganteng, suku nya beda dengan orang-orang Mesir. Orang-orang Mesir mungkin lebih hitam daripada orang-orang Yahudi, ya, orang-orang Ibrani pada waktu itu. “Wah ganteng nih si Yusuf.” Istri Potifar ini sering kali kesepian, karena suami nya bertugas, dan begitu melihat Yusuf yang tampan, elok parasnya. Dan Yusuf ini bukan berada di posisi di atas nya posisi istri Potifar, Yusuf ini tetap di bawah istri Potifar kuasanya.

Maka istri Potifar, yang tertarik pada Yusuf, wajar kok, “Kamu ini budak, budak itu taat sama tuannya ataupun istri tuannya,” gitu ya. Taat aja. “Sekarang aku mau tidur sama kamu,” ayo digoda, digoda dengan lembut. Oh ya, ah, gagal ya, pertama kali gagal. Ya sudah sabar, istri Potifar, “Yah, ini memang laki-laki yang nilainya mahal, tidak mudah godaan wanita ya, tidak mudah tergoda oleh godaan wanita, saya harus dengan cara-cara yang lain.” Yah istri Potifar itu sebenarnya berusaha terus ya. Tanpa kuasanya, sebenarnya Yusuf pun bisa tertarik. Misalkan istri Potifar tidak menyukai Yusuf, istri Potifar sudah cantik, istri tuannya, Yusuf bisa tergoda. Karena di dalam rumah tersebut, ada waktu-waktu, ruang kosong itu hanya ada Yusuf sendiri atau ada istri Potifar sendiri. Yusuf bisa tergoda tanpa kuasanya istri Potifar. Tetapi istri Potifar dengan kuasanya memerintahkan Yusuf, “Ayo, berzinah, berbuat dosa.” Terus, berhari-hari, sampai godaan yang diceritakan oleh Alkitab, godaan yang terakhir, yang terbesar, sampai istri Potifar menarik bajunya Yusuf, “Ayo, tidur denganku,” udah emosi ini ya, emosi majikannya, budak ini nolak-nolak terus ya. Akhirnya Yusuf tidak tahan lagi dan kabur.

Wah, ini adalah suatu ketaatan kepada firman Tuhan yang begitu luar biasa yang dilakukan oleh Yusuf. Seharusnya terlalu banyak alasan yang seharusnya membuat Yusuf itu tunduk pada istri Potifar, dan juga melakukan dosa perzinahan. Tetapi Yusuf maunya taat firman Tuhan, karena dia sudah mendengar firman Tuhan, dia sudah melihat firman Tuhan, dan dia mau melakukan firman Tuhan. Yusuf mau jadi pelaku firman Tuhan. Yusuf menganggap Allah itu yang paling indah, istri Potifar bukan yang terindah. Yusuf menganggap Allah itu yang paling berkuasa atas seluruh hidupnya, majikan, yaitu istri Potifar itu bukan yang paling berkuasa dalam hidupnya. Yusuf menganggap Allah yang paling setia, godaan-godaan dari istri Potifar itu bukan kesetiaan, ya. Itulah Yusuf ya, dia sungguh-sungguh menghargai Allah, mengingat firman Tuhan, mengingat Allah.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu ketaatan yang luar biasa, kita sungguh-sungguh menganggungkan, memuji. Tetapi hasilnya dari ketaatan apa? Taat firman Tuhan itu tidak selalu diberkati menurut dunia, ya, menurut pandangan dunia. Tetapi ketika kita bisa taat firman Tuhan, itu selalu diberkati menurut cara pandang Allah, ya, cara pandang Allah. Yang secara instan terjadi ketika Yusuf taat firman, itu dia dikutuk oleh dunia, tetapi diberkati oleh Tuhan. Yusuf kehilangan reputasi yang baik, di mata Potifar, di mata budak-budak yang lain, Yusuf kehilangan reputasi. Dia difitnah, dia dibenci, dia dipandang orang jahat, “Dasar budak Ibrani hidung belang.” Ini capnya Yusuf. Padahal Yusuf taat firman Tuhan. Tetapi diberkatinya apa? Diberkatinya adalah Tuhan menghargai Yusuf, Tuhan senang kepada Yusuf. Nggak kelihatan. Berkat Tuhan itu nggak kelihatan, tetapi Tuhan menyertai Yusuf ya.

Yang kedua, ekonomi menjadi buruk. Ekonomi menjadi buruk di mata dunia. Yusuf kehilangan pekerjaan yang baik, Yusuf itu udah kaya wakil, wakilnya direktur kaya gitu. Yusuf akhirnya tidak ada perkerjaan lagi, dia nggak punya pemasukan, masa depan sudah menjadi suram. Tetapi Allah melihat itu bukan problem, itu bukan masalah ya, itu bukan persoalan di mata Tuhan, karena Tuhan akan memberkati Yusuf, karena Yusuf sudah taat. Hidup kita ini memang tabur tuai ya, tetapi ketika Yusuf menabur ketaatan, keburukan yang terjadi dalam hidup Yusuf itu bukan karena dia menuai ketaatan kepada firman Tuhan, itu pencobaan, itu ujian yang Tuhan sediakan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup Yusuf.

Yang kemudian, yang selanjutnya keburukan yang terjadi adalah dia kebebasan hilang, ya. Kebebasan hilang, dia masuk penjara, ya, selama bertahun-tahun, ya, nggak jelas masa hidup nya, masa depan nya nggak tau. Nah itu akibat apa? Taat firman. Tidak mudah ya, tidak mudah untuk mentaati firman Tuhan, karena bisa jadi konsekuensinya banyak hal buruk terjadi, kutuk menurut dunia, tetapi berkat menurut Allah. Tidak apa apa, ya, taat firman bukan berarti mudah, selalu enak, ya, banyak kesulitan, penuh penyangkalan diri. Kita pun harus siap ya, jadi bukan sekedar, “OK lakukan firman, lakukan firman,” tapi di depan nya itu, ketika kita lakukan firman, banyak kesulitan-kesulitan yang terjadi. Tetapi itu adalah penderitaan yang mulia ya, penderitaan yang berkenan di hati Tuhan. Itu adalah salib yang perlu kita pikul. Karena apa? Ketaatan.

Kita itu memikul 2 salib, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Di kanan dan di kiri kita, di pundak kanan dan di pundak kiri kita. Satu, salib karena ketaatan kepada firman Tuhan, penyangkalan diri, penderitaan. Satu yang kiri, itu karena apa? Dosa-dosa kita. Konsekuensi dosa, dosa-dosa kita, kita pikul. Tapi berkat Tuhan terus melimpah dalam kehidupan kita, dan Tuhan sudah menjanjikan kehidupan yang berkelimpahan, dan kehidupan kekal di masa nanti. Ya kita akan masuk ke sorga. Jadi kita pikul dua-duanya. Memang kita tidak bisa memikul dosa ya, kita harusnya memikul dosa itu dengan mati, masuk ke neraka, itu memikul dosa kita. Tetapi maksud saya adalah kita memikul penderitaan akibat dosa kita itu adalah memang ada, sehari-hari ada dalam kehidupan kita kalau kita berdosa sesuatu, ya, tabur tuai kan ya. Kita akan menuai apa yang kita tabur, itu prinsip yang sederhana, yang umum.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita sama-sama terus taat firman Tuhan, terus berespons dengan benar terhadap firman Tuhan. Mari kita mendengar dengan hati kita, melihat dengan hati kita, dan melakukan firman Tuhan dengan hati kita juga, dengan sungguh-sungguh. Pasti kita akan diberkati. Jangan lupakan firman, kita ingat firman Tuhan yang hari ini apa, kita lakukan. Kita ingin lakukan firman Tuhan, dan orang yang beriman adalah orang yang mengingat firman Tuhan ya. Bagaimana supaya kita bisa mengingat? Ya caranya adalah dengan menghafal, ya, menghafal. Dan bukan saja menghafal ya, kita ulang-ulang dalam hati kita, tetapi waktu kita melakukan firman, itu juga adalah mengingat firman. Melakukan firman Tuhan, terus mendalami firman Tuhan dalam kehidupan kita. Ya kiranya dengan demikian, ketika kita semakin taat, taat firman Tuhan terus menerus, kita boleh semakin serupa dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Amin. Mari kita sama-sama berdoa.

Ya Tuhan, Bapa kami yang ada di sorga, kami berysukur Tuhan untuk firman Tuhan yang boleh kami dengarkan pada pagi hari ini. Firman Tuhan itu begitu indah, firman Tuhan begitu sempurna, jauh melebihi segala kekayaan, jauh melebihi segala nikmatnya madu, dan kami bersyukur punya firman Tuhan yang sudah Tuhan berikan kepada kami. Ampuni Tuhan atas segala dosa-dosa, kelemahan kami sebagai orang Kristen, jika kami sering kali hanya suka mendengar saja. Memang kami bersyukur kalau kami boleh punya dorongan mendengar firman Tuhan itupun dari Tuhan sendiri. Tapi ampuni kelemahan kami kalau kami tidak sampai melakukan firman Tuhan. Kiranya Roh Kudus boleh terus mengingatkarn Firman yang ada dalam hati kami, khususnya dalam masa-masa kami penuh dengan pencobaan, khususnya ketika kami penuh dengan pergumulan, kiranya kami terus memegang kepada firman Tuhan, kami terus mendengar firman Tuhan, kami terus melihat firman Tuhan, dan kami terus melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan kami, karena itulah yang terbaik untuk kehidupan kami. Terima kasih Tuhan, pimpinlah hidup kami, kami siap terus dipakai Tuhan untuk memberitakan firman Tuhan dalam kehidupan kami. Perlengkapilah kami Tuhan, berbelas kasiha lah kepada kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (KS) 

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah