Pengaruh Reformasi pada Pemerintahan, 6 Oktober 2024

Pengaruh Reformasi pada Pemerintahan
Rm. 13:1-4

Vik. Nathanael Marvin, M. Div

Ada kutipan dari Abraham Kuyper, Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang sering dikaitkan dengan pandangannya tentang kedaulatan Kristus di atas segala sesuatu. Ya boleh ditampilkan ya di slide: “There is not a square inch in the whole domain of our human existence over which Christ, who is Sovereign over all, does not cry, Mine!” next slide, selanjutnya ya. Nah ini adalah suatu pemahaman yang diberikan oleh tokoh Reformed juga bahwa dia memikirkan tentang kedaulatan lingkup, bahwa kedaulatan lingkup itu ada di masing-masing kehidupan manusia; ada bidang pemerintahan, ada bidang sekolah atau pendidikan, ada bidang gereja, ada bidang sosial, ada bidang yang lainnya, ekonomi dan yang lainnya. Dan kita tahu bahwa Tuhan yang memberikan bidang-bidang ilmu tersebut atau lingkup-lingkup tersebut itu adalah Tuhan yang menyatakan kebenaran di dalam bidang tersebut. Itu adalah dari Tuhan, bukan dari manusia. Dan di dalam kedaulatan lingkup tersebut atau sphere sovereignty ini, itu adalah kedaulatannya sendiri yang tidak bisa campur dengan yang lainnya. Ya meskipun mungkin dalam satu wilayah ada sekolah ada gereja, tapi sekolah ya sekolah, gereja ya gereja, rumah sakit ya rumah sakit, kantor pemerintah ya kantor pemerintah. Tidak bisa digabung-gabung kedaulatan itu nanti akan kacau. Ya sulit untuk bisa berorganisasi dengan tercampurnya bidang-bidang tersebut.

Dan Kuyper menyatakan bahwa tidak ada satu inci pun di seluruh alam semesta manusia, yang Kristus yang berdaulat atas semuanya itu tidak berkata bahwa itu milik-Ku. Bidang ekonomi itu milik-Ku, bidang arsitek itu milik-Ku. Bidang sekolah, bidang gereja, bidang keluarga, itu semua milik-Ku dan semua harus meninggikan Yesus Kristus. Yesus harus ditinggikan di dalam seluruh bidang karena Yesus adalah Tuhan yang berdaulat di atas segala bidang kehidupan.

Nah inilah yang membuat pada akhirnya kehidupan iman Kristen atau Alkitab yang kita miliki itu tidak terpisah dari dunia, tidak disconnect ya. Ibadah kita tidak hanya di gereja, terus keluar dari gereja tidak ibadah sama sekali, bukan pelayanan sama sekali. Yang namanya pelayanan hanyalah pelayanan gerejawi, bukan itu. Hidup kita seluruhnya pelayanan dan seluruh bidang dalam kehidupan kita itu adalah pelayanan kepada Kristus. Dengan demikian, dengan memiliki pengertian yang menyeluruh atau holistik ini, Kuyper menyatakan bahwa hidup orang Kristen harus meninggikan Kristus di bidang apapun dalam kehidupannya. Ini yang membuat iman Kristen tidak disconnect dengan dunia, tetapi justru mempengaruhi dunia, menggarami dunia.

Kenapa kekristenan harus dan akan mempengaruhi dunia, Bapak Ibu sekalian? Karena itulah identitas kita sebagai orang Kristen yang sudah dijelaskan oleh Yesus Kristus sendiri. Orang Kristen pasti berpengaruh, orang Kristen pasti akan mempengaruhi dunia karena pekerjaan Kristus dan jati diri yang Yesus berikan kepada kita. Ya next slide kita baca bersama-sama, ayat ini Bapak, Ibu sekalian, Mat. 5:13-16, mari kita baca ayat ini berama-sama, satu, dua, tiga, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baikdan memuliakanBapamu yang di sorga.”

Sejarah gereja pernah mengatakan bahwa orang Kristen itu apa? Orang Kristen itu adalah Kristus-kristus kecil. Kita ini adalah peniru-peniru Kristus. Dan Yesus mengatakan bahwa kamu adalah garam dunia. Yesus adalah garam dunia yang sejati, sumber garam itu sendiri ya, yang memberikan kepada kita pengaruh. Yesus juga terang dunia. Tetapi Yesus katakan kamu juga adalah garam dan terang dunia. Oleh karena Firman dari Yesus Kristus sendiri, kita harus menyadari bahwa kita itu memiliki identitas di dalam Yesus Kristus. Inilah pergumulan bagi para anak-anak, remaja, pemuda yang sering kali memikirkan tentang identitas diri hanya berdasarkan diri saja. Tapi kalau kita melihat Alkitab, justru identitas kita itu bukan hanya diri kita saja, melainkan kita memiliki identitas di dalam Yesus Kritus. Yesus memiliki kita ya, kita milik Yesus Kristus. Dengan kalimat Yesus Kristus ini, statement ini, maka iman Kristen mempengaruhi seluruh aspek di dalam dunia, ya seharusnya ya, Alkitab itu.

Iman yang sejati yang Tuhan berikan pada para nabi, para Rasul, para orang-orang Kristen, gereja Tuhan, inilah yang mengubah dunia sampai kepada reformasi gereja, reformasi protestan; bagaimana Martin Luther Tuhan bangkitkan kegelisahan dalam hatinya karena melihat gereja sudah masuk dalam masa kegelapan. Yaitu masa apa? Masa di mana gereja tidak menganggap Alkitab sebagai otoritas tertinggi, itu adalah masa kegelapan. Dan ketika Martin Luther sudah mengalami hal tersebut, dia mendapatkan terang dalam hatinya bahwa yang seharusnya adalah: Alkitab di atas gereja, Alkitab di atas seluruh bidang-bidang dalam kehidupan di manusia. Martin Luther memiliki terang Kristus dan akhirnya terang itu tidak dapat menahannya untuk menuliskan 95 tesis. Di atas kertas dia pelan-pelan menuliskan apa yang tidak sesuai dengan fenomena yang ada dengan apa yang seharusnya Alkitab katakan. Dia pelan-pelan, 95 tesis itu ditulis di beberapa kertas kemudian ditempelkan di depan pintu gerbang gereja Wittenberg sebagai wujud menyampaikan kebenaran Tuhan yang mengoreksi kesalahan Gereja Katolik pada waktu itu.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bagaimana reformasi ini mempengaruhi pemerintahan? Pertama-tama kita tahu bahwa Gereja Katolik pada waktu itu adalah sistem kepausan. Nah, di sinilah mereka mencampurkan dua bidang yang berbeda yaitu antara gereja dan juga negara. Politik dan agama mereka gabungkan sehingga mereka punya sebutan istilah yaitu “Papal State”, ya. Negara gereja. Papal state itu negara gereja dan itu dimulai pada abad 8 ketika seorang raja Prancis bernama Pippin-yang-pendek, ya. Pippin-yang-pendek memberikan wilayah yang signifikan kepada Paus, yaitu wilayah Italia Tengah termasuk Roma dan sekitarnya, menandai kekuasaan politik dari gereja Katolik. Dan sampai sekarang, pun, ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lihat, kan? Gereja Katolik itu Papal State, ya. Antara negara dan gereja itu bergabung dan negaranya apa? Vatikan: negara terkecil di atas seluruh dunia ini adalah negara Vatikan, yang berdaulat secara internasional dan negara terkecil di dunia tetapi punya pengaruh yang besar kepada rohani maupun politik.

Lalu reformasi ini pengaruhnya bagaimana? Nah, inilah konteks pada waktu itu yaitu negara gereja Katolik zaman itu dibongkar oleh Martin Luther. Martin Luther mengatakan bahwa ada dua sistem pemerintahan rohani, ya. Pertama adalah Kerajaan Allah, spiritual kingdom. Ini kerajaan rohani, Kerajaan Allah yang tidak kelihatan yang berdaulat atas seluruh dunia, itu pertama. Yang kedua adalah temporal kingdom atau kerajaan dunia yang kita bisa lihat dengan ada pemerintah, ya, pemimpin negara, ada serdadu, ada tentara, dan lain-lain. Itu Martin Luther bedakan demikian berdasarkan apa? Berdasarkan Firman Tuhan. Firman Tuhan membedakan bahwa pemerintahan (ya) pemerintahan dan juga umat Tuhan: gereja adalah gereja.

Nah, Martin Luther menjelaskan bahwa kerajaan Allah itu mengacu kepada pemerintahan rohani. Ini kan seringkali menjadi pergumulan kita, “Apa sih maksudnya Kingdom of God? Datanglah kerajaan-Mu?” Kita seringkali tanya atau berdoa demikian, ya, “Apa sih Kerajaan Allah itu?” Yaitu bicara soal Tuhan yang memerintah. Tuhan yang memerintah kita berarti kita mengerti peraturan, hukum dari Tuhan dan kita pun taat kepada perintah Tuhan.

Nah, bagaimana Tuhan memerintah dunia ini? Yaitu ketika Tuhan memberikan Roh Kudus dan juga Firman Tuhan kepada orang yang percaya, kepada orang Kristen. Jadi Kingdom of God bicara soal orang Kristen, ya. Bagaimana Tuhan memerintah diri kita atau sekumpulan orang-orang Kristen lewat Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Jadi kerajaan Allah itu tidak tergantung fenomena wilayah, ya, fenomena yang kelihatan seperti Yesus Kristus hadir di dunia kita lihat, ya. Dia kalau mau mendatangkan Kerajaan Allah secara yang kelihatan, dengan konsep yang salah, Dia harusnya jadi Raja, betul-betul Raja atas Israel atau Raja atas Romawi lah, pemerintahan Romawi kan? Tetapi tidak. Yesus tetap seorang Guru. Dia tetap Dia tetap juga punya background tukang kayu. Dia mengajarkan Firman Tuhan kepada banyak orang. Dia mengajarkan Kerajaan Allah. Dan Yesus bukan berarti gagal untuk mendatangkan Kerajaan Allah, bukan berarti Yesus tidak mengerti Kerajaan Allah. Justru lewat kehidupan Yesus Kerajaan Allah bisa semakin luas, ya di dalam dunia ini. Nah, Kerajaan Allah berarti Allah memerintah melalui gereja yang berdasarkan kebenaran Alkitab. Nah, orang-orang Kristen menjalankan perintah Tuhan itulah Kerajaan Allah.

Nah, yang kedua, ya, kerajaan dunia bagi Luther mengatakan bahwa itu pemerintahan sipil yang terlihat, ya. Pemerintahan negara mengatur urusan duniawi dengan hukum yang mereka miliki. Dan Luther tetap mengatakan bahwa itu adalah pemerintahan yang ada dari Tuhan. Dia percaya bahwa pemerintahan pun dari Allah adalah hamba Allah untuk menegakkan keadilan dan memberikan kesejahteraan bersama.

Coba kita lihat slide-nya Bapak, Ibu sekalian ya. Nah di sini ada gambar yang menjelaskan 2 kingdoms. Kalau kita mendengarkan penjelasan barusan, kita tahu mana yang kerajaan Allah, mana yang kerajaan duniawi. Meskipun mirip-mirip. Waktu saya minta gambar ini ke ChatGPT, “minta gambarnya ya!” Ini asisten pribadi saya Bapak, Ibu sekalian. “Minta gambarnya. Tolong buatin.” Saya juga bingung mana yang kerajaan Allah, mana yang kerajaan dunia ya, kok mirip-mirip. Tapi kita bisa lihat bahwa yang kuning itu adalah kerajaan Allah karena memerintah dengan puji-pujian, memerintah dengan penyembahan kepada Kristus. Tapi kerajaan dunia memerintah dengan senjata, serdadu. Ada pemimpin, ada orang-orang yang memerintah, yang bukan umat pilihan, yang bukan gereja juga memerintah di dalam negara.

Nah Luther, pada waktu reformasi, memisahkan kedua ini. Sehingga tidak ada lagi negara gereja, tidak ada lagi papal states, melainkan negara ya negara, gereja ya gereja. Ini dua lingkup yang berbeda. Jadi otoritas agama tidak harus mendikte kebijakan negara. Dan juga otoritas negara tidak harus mendikte kebijakan agama. Akan tetapi keduanya saling terhubung. Saling terhubung satu dengan yang lainnya, harus saling melengkapi; bagaimana kita betul-betul mementingkan urusan pemerintah, kita pun berkontribusi sebagai gereja Tuhan.

Nah kemudian Bapak, Ibu sekalian, sama seperti Luther, John Calvin pun sebagai murid dari Martin Luther setuju akan pandangan ini. Calvin berpendapat bahwa gereja dan negara itu memang institusi yang terpisah tetapi bukan berarti tidak ada kerjasama antara gereja dan negara. Justru harus saling melengkapi meskipun masing-masing independen. Sama lah seperti gereja dan keluarga kita. Keluarga itu institusi terkecil pertama dari masyarakat. Adam dan Hawa keluarga, tetapi adalah gereja juga. Nah kemudian, gereja, di dalam komunitas yang lebih besar, itu juga institusi yang Yesus dirikan; umat-Ku.

Nah keluarga independen dengan gereja. Kita tidak boleh campur aduk urusan gereja masuk ke keluarga, urusan keluarga masuk ke gereja meskipun ada benarnya, ada saling interkoneksi satu dengan yang lainnya. Tetapi bahaya sekali. Ibarat ambil contoh Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, salah satu contoh keluarga masuk gereja misalkan ya; saya adalah pemimpin di gereja ini, misalnya ya. Pemimpin tertinggi. Paus gitu ya, gembala. Terus karena Bapak, Ibu, Saudara sekalian adalah jemaat saya, maka saya tugasin Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Ayok, punya jadwal disiplin rohani yaitu membersihkan rumah saya.” Mau Bapak, Ibu sekalian? “Ayo jadwal bersihin rumah saya, rumah keluarga saya yang adalah pemimpin tertinggi.” Nah ini campur-campur. Ada gereja seperti ini? Ada! Itu sesat. Gereja yang katanya, “Saya pemimpin, nah kamu” – apalagi ini pemimpinnya laki-laki, terus yang disuruh adalah mahasiswi-mahasiswi – “tolong, kamu mau disiplin rohani kan? Mau tunduk sama gereja kan? Mau tunduk sama Tuhan? Bersihkan rumah saya.” Akhirnya terjadi pelecehan seksual. Nah kalau 2 bidang ini digabung-gabung, maka akan kacau.

Maka Luther atau Reformator-Reformator mengatakan itu ada bidangnya masing-masing jangan saling campur nanti akan kacau dan tidak berjalan dengan semestinya. Meskipun independen, tapi boleh saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya. Misalkan persembahan, janji iman. OK, nggak mungkin kan gereja mengatakan semua harus memberikan nominal yang besar. Nggak mungkin. Otoritas gereja nggak mungkin. Tetapi di dalam keluarga kita bisa diskusikan, kita memberikan persembahan berapa. Antara suami dan istri janji iman, lalu berikan persembahan kepada gereja atau kepada rumah Tuhan atau kepada Tuhan sendiri. Nah itu adalah pergumulan. Dan inilah ya, saling bekerjasama satu dengan yang lainnya.

Otoritas negara tetap berjalan atas gereja bila gereja melakukan penyimpangan yang melawan hukum Tuhan dan merugikan banyak pihak juga. Jadi gereja misalkan ada korupsi, penggunaan uang dengan tidak benar. Ya bisa melibatkan pemerintah tolong penjarakan pendeta ini, misalkan ya. Atau tolong hukum pendeta ini yang sudah melecehkan banyak jemaatnya secara seksual maupun secara fisik. Itu bisa, boleh. Kalau ada kasus-kasus tertentu, tidak semua harus dibawa ke gereja, terus gereja menylesaikannya. Kita bawa ke pemerintahan. Masalah hukum, masalah hukum kita bekerjasama. Gereja menjadi saksi bahwa, “Betul, dia terlibat narkoba.” Misalkan. Ya sudah, kita sebatas itu. Dan lain-lain ya. Ini adalah kerja sama antara berbagai bidang antara satu dengan yang lainnya.

John Calvin menggunakan istilah ini sebagai istilah teokrasi. Meskipun menurut sejarah Alkitab, teokrasi yang betul-betul teokrasi apakah masih ada sampai zaman sekarang? Sudah tidak ada. Itu hanya ketika Allah memimpin bangsa Israel. Waktu Israel dipimpin oleh Musa itu betul-betul teokrasi. Tuhan berfirman kepada Musa bagaimana seharusnya Israel menjadi bangsa yang berkenan kepada Tuhan. Setelah ada Raja Saul, sudah tidak ada teokrasi yang sepenuhnya. Tetapi yang dimaksudkan John Calvin dengan istilah teokrasi adalah dia setuju negara dan gereja berpisah secara otoritas, tapi saling melengkapi dan dia ingin bahwa seluruh bidang yang ada di seluruh dunia ini harus berfokus kepada Alkitab. Nah, ini maksudnya teokrasi yang diajarkan oleh John Calvin; sekolah-sekolah yang Alkitabiah, pemerintah-pemerintah yang Alkitabiah, rumah sakit-rumah sakit yang Alkitabiah. Dan Calvin berusaha merealisasikannya di waktu yang sangat singkat. Umur John Calvin itu hanya 54 tahun saja, Bapak, Ibu sekalian, tetapi bisa diingat oleh orang-orang Kristen, bahkan para pendeta, teolog selama 500 tahun lebih. Dia berusaha merealisasikan konsep teokrasi ini kepada kota yang dia layani, yaitu Kota Jenewa di Swiss.

Beberapa poin yang diajarkan oleh John Calvin. Tadi yang pertama, ya, gereja dan negara terpisah, tapi saling melengkapi, menegakkan hukum Tuhan. Kota Jenewa adalah kota yang betul-betul berdasarkan pemerintahan Kristen. Etika Kristen memiliki peran besar untuk mengatur kebijakan-kebijakan politik pada waktu itu, ya, betul-betul dijalankan dengan baik dan apakah itu berarti John Calvin ingin menjadikan Kota Jenewa itu kota Kristen? Ini harusnya yang mendengar adalah pejabat-pejabat Kristen, ya. Orang-orang yang bekerja di pemerintahan harusnya punya kerinduan, ”Saya sebagai orang yang terlibat dalam pemerintahan ingin agar kota yang saya tinggali itu menjalankan nilai-nilai Kristen.” Dan John Calvin ketika ditanya demikian, ya, “Apakah kamu ingin menjadikan Kota Jenewa itu kota Kristen?” Jawabannya adalah, “Ya! Saya ingin kota yang saya layani itu adalah kota yang berdasarkan prinsip Kristen, etika Kristen. Bukan berarti saya menyatukan antara kota dan gereja. Bukan, tapi gereja memberitakan firman, bidang-bidang yang ada dalam kota tersebut menjalankan tugasnya secara Alkitabiah.” Jadi, kehidupan bermasyarakat secara luas itu menegakkan prinsip-prinsip Kristen. Wah, ini sangat indah sekali. Kota Jenewa adalah kota yang menjalankan prinsip Kristen secara menyeluruh pada waktu itu dan pemerintah kota itu dan masyarakat diatur oleh ajaran-ajaran Alkitab. Nah, di sinilah Calvin berusaha mengintegrasikan iman Kristen dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan menjadikan gereja dan pemerintahan kerja sama untuk menjalankan hukum-hukum Tuhan yang dijalankan juga dalam kehidupan pribadi, maupun secara publik. Ya, itu adalah Kota Jenewa, ya. Ini sangat indah.

Nah, Bapak, Ibu sekalian, di Jawa Tengah ini, ya, Provinsi Jawa Tengah atau Yogyakarta ini, kita kan ada seminar kebangunan pemuda, yaitu apa? “Injil dan Memerangi Kecanduan.” Kita pikir itu mungkin acara gereja saja, tetapi sebenarnya tidak. Kita sedang mendukung negara yang sedang apa? Membasmi kecanduan juga. Negara itu membasmi kecanduan dengan cara apa? Kasih edukasi, kasih ancaman, ya. “Kamu kalau terjebak narkoba dihukum!” Mungkin bisa dihukum mati, dihukum penjara seumur hidup. Negara berusaha kerahkan polisi, TNI untuk bisa menjaga stabilitas negara baik dan juga menjaga negara dari kecanduan. Maksudnya supaya negara ini baik.

Bagaimana gereja memerangi kecanduan? Jawabannya adalah dengan Injil. Dengan cara gereja sendiri, bukan campur, ya.”Ya, udah! Kita minta, nih para psikolog mungkin, ya, atau petugas kesehatan masyarakat silakan presentasi, gunakan mimbar ini untuk menjelaskan masalah kecanduan supaya gereja juga bisa memerangi kecanduan!” Tidak dengan demikian, tetapi dengan cara gereja sendiri, Firman Tuhan, yaitu orang bisa lepas dari kecanduan dari Yesus Kristus, kabar baik yang diberitakan di dalam Alkitab. Jadi, kita bisa katakan, ini sinkron, nggak? Ini bersentuhan nggak dengan negara? Seminar kebangunan pemuda ini, “Injil dan Memerangi Kecanduan” bersentuhan dengan negara. Negara senang seharusnya. Wah, negara seharusnya dukung! Ada agama-agama yang berusaha mendukung negara dalam membasmi kecanduan. Nah, kalau ada yang melarang bagaimana? “Wah, jangan! Jangan seminar ini!” misalkan, ya. Jangan-jangan itu mendukung kecanduan, ya, karena melarang seminar ini diadakan. Misalkan demikian. Itu bisa juga terjadi.

Nah, kemudian yang kedua, institusi pendidikan. Institusi pendidikan, ya, reformasi Calvin di dalam kota pemerintahan di Jenewa ini. Dia sebagai hamba Tuhan, dia mendirikan akademi di Jenewa. Yaitu apa? Sebuah lembaga perguruan tinggi untuk melatih para teolog dan pemimpin gereja untuk akhirnya menerapkan prinsip-prinsip Alkitab kepada pelayanan mereka. Nah, akhirnya akademi ini pelan-pelan jadi universitas. Ya, Bapak, Ibu sekalian ini, ya, teringat mirip apa, ya? Ya, mirip Institut Calvin, CIT, lama-lama jadi universitas, gitu ya.

Kota Jenewa menjadi menarik karena ada suatu universitas yang reformed. Jadi, banyak orang di sekitar kota Jenewa ataupun negara Swiss, ya, mau pergi ke Jenewa untuk belajar reformed dan juga kembali lagi ke asal negara mereka untuk bisa menyebarkan pembelajaran teologi reform. Jadi, mulai dari institusi pendidikan. Di dalam institusi pendidikan itu juga ada ranahnya ya, bagaimana gereja tetap gereja, pendidikan atau sekolah tetap sekolah. Jadi, dari orang-orang di sekitar Swiss, ya, ataupun kota Jenewa, mereka pun bersyukur ada pendidikan yang mereka bisa ikuti di sana.

Lalu yang ketiga, ya, Calvin juga membuat badan gereja yaitu Dewan konsistori. Ya, mirip seperti sinode gereja ini juga, ada Dewan konsistori. Yaitu pada waktu itu, zaman Calvin, itu digunakan untuk apa? Yaitu untuk mengawasi kondisi publik. Jadi mereka berkeliling ke kota, terus melihat keadaan, apakah ada yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Mereka catat, mereka evaluasi, lalu bagaimana menemukan solusinya supaya keadaan yang tersebut, yang buruk itu, tidak terjadi lagi. Dan bukan saja publik, ya, Bapak, Ibu sekalian, tetapi gereja juga. Jadi, ini badan dari gereja yang bertugas untuk memperhatikan apakah kehidupan masyarakat maupun kehidupan gereja itu sesuai dengan kebenaran Alkitab atau tidak.

Nah, di sinode GRII pun ada Dewan konsistori yang dibentuk, yang sebagai otaknya dari seluruh gerakan atau organisasi GRII. Kalau pelaksananya adalah BPH Sinode. Nah, otaknya yang nyuruh-nyuruh sinode, pengurus sinode, ketua sinode itu disuruh oleh siapa? Oleh delapan orang yang tergabung dalam penatua pendeta maupun penatua awam. Ini otaknyadari gerakan reform itu Dewan konsistori. Ya, terus yang lebih tinggi lagi dari Dewan konsistori adalah pendiri. Nah, di sini masih ada, ya, pendiri dari Gereja Geformed adalah Pendeta Stephen Tong, ini lebih atas lagi. Kalau Pak Tong sudah ini, ya, kasih arahan perintah misalkan, Dewan konsistori pun harus nurut, gitu. Kurang lebih.

Ini jadi kita lihat, ya, di dalam sistem gereja sendiri, kita tahu ya, sistem gereja kan ada tiga. Ya, sistem pemerintahan gereja. Ada Episkopal, ada Presbyterian, sama ada Kongregasional. Kalau Episkopal itu kepausan. Satu pemimpin penting, dia yang ngurus semua. Kalau Presbyterian adalah Presbiter, penatua-penatua berkumpul, sekumpulan orang, ya, merencanakan. Kalau Kongregasional adalah ikut kata suara terbanyak. Ya, ikut semua jemat ngomong apa, silahkan, yuk, jadilah gereja itu, gitu ya.

Nah, Gereja Reformed Injili ke arah mana? Ini masih sementara masih ada pendeta Stephen Tong, berarti masih Episkopal dan Presbyterian. Ini kalau Pak Tong sudah tidak ada, jadi Presbyterian. Episkopalnya mana? Ya nggak tahu, nanti lihat lagi, ya. Tapi sistem pemerintahan dari gereja sendiri tidak ada yang sempurna. Nanti yang sempurna di surga, ketika Yesus Kristus memerintah, kaya gitu ya. Nah, dewan konsistori ini pemberian dari Calvin juga. Ya, yaitu gereja itu harus diawasi. Jangan dibiarin gitu aja. Ya terserahlah, hancur-hancur gitu. Nggak. Negara, kota perlu diawasi. Ya, kemudian dicari solusinya.

Lalu yang keempat, kota Jenewa sendiri menjadi kota yang menjadi tempat perlindungan bagi pengungsi yang sedang teraniaya dan Calvin katakan bahwa kita harus menolong orang-orang yang tertindas, yang membutuhkan tempat tinggal. Maka, kota Jenewa punya peraturan untuk menerima pengungsi yang betul-betul sedang menderita. Nah, ini adalah kebijakan juga yang berpengaruh dari reformasi kepada pemerintahan. Ya, yaitu membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pengungsi yang teraniaya masuk ke kota tersebut.

Nah, pada waktu itu, Bapak, Ibu sekalian, penganiayaan yang terjadi itu karena apa? Karena agama. Masalah agama. Konflik agama. Ya, bagaimana orang-orang dari berbagai golongan, Kristen yang satu dengan Kristen yang lainnya itu, teraniaya oleh gereja katolik pada waktu itu. Jadi ingat ya, gereja katolik pada waktu itu adalah Papal States, maka mereka punya serdadunya. Punya orang-orang untuk menindas orang Kristen yang lainnya. Itu susah ya. Akhirnya mereka masuk ke kota Jenewa. Baik orang Perancis, orang Belanda, mereka melarikan diri dari penganiayaan negara-negara katolik. Nah, Jenewa adalah tempat yang aman di mana mereka bisa beribadah kepada Tuhan dan tinggal di sana. Nah itu kota Jenewa.

Lalu kemudian yang terakhir, ini adalah poin yang penting juga dari warisan para reformator bahwa Calvin menekankan bahwa sebagai gereja, sebagai sebuah kota, kita harus hidup berlandaskan secara komunitas. Harus berkomunitas di mana setiap anggota itu bisa punya tanggung jawab untuk saling mendukung dalam iman maupun moralitas. Kita perlu diingatkan sesama. Ada hal-hal di mana kita itu blind spot, ya, kita tidak tahu, ya, hal tersebut dan kita perlu diberitahu oleh orang lain. Dan ini adalah semangat apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Semangat berkomunitas itu semangat apa? Semangat dari Allah Tritunggal. Allah Tritunggal adalah satu Allah tapi 3 Pribadi yang berbeda dan mereka berkomunitas 3 Pribadi ini, ya. Jadi, kalau kita pikir bahwa kita manusia itu bisa hidup sendiri, tidak perlu komunitas, itu kita menjauhi semangat Tritunggal, menjauhi Tuhan. Kalau kita maunya hidup sendiri terus, ya, tidak peduli pendapat orang, tidak peduli omongan orang, ya, akhirnya kita menjadi seseorang yang bukan Tuhan rancangkan.

Nah, kalo istilah di Indonesia itu lumayan baik, ya. Negara Indonesia nih punya semangat komunitas yang baik, yaitu apa? Istilah gotong royong. Ya, gotong royong, sambatan, ya, atau rewang, ini di Jawa, ya, yang merujuk kepada kerjasama dalam pekerjaan tertentu. Budaya kerjasama yang baik ini komunitas yang baik juga. Nah, kalau mau ditarik prinsip ke dalam pelayanan gerejawi, ya, Bapak, Ibu sekalian, salah satunya adalah Organic Small Group atau KTB ya, Kelompok Tumbuh Bersama itu menekankan komunitas. Ya, di dalam ibadah Minggu ada komunitas? Ada. Kita melakukan pekerjaan yang sama di saat yang sama, bersama-sama, ya, ada timbal balik meskipun tidak ada banyak dialog, kayak gitu ya. Tapi di dalam KTB, OSG boleh, acaranya lebih informal, kita boleh bisa dialog, bisa ngomong, ya bisa tanya jawab, dan juga bisa saling perhatian satu dengan yang lainnya. Nah, ini hidup berbasis komunitas.

Calvin tarik dari gereja yang harusnya berkomunitas, kota juga harus berkomunitas. Ya ada acara kebersamaan kota. Ya, ada komunitas-komunitas di daerah tertentu dipimpin oleh pemerintah-pemerintah daerah, gitu ya. Nah, ini adalah pengaruh reformasi kepada pemerintahan, dan Calvin terus berjuang untuk melakukan hal ini demi kebaikan kota. Tetapi meskipun niatnya baik, ya kalau kita lihat point-point ini kan baik semua ya, tetapi tetap saja ada orang-orang yang tidak setuju dengan reformasinya ini. Ya mereka tidak suka dipimpin oleh John Calvin atau tidak suka bagaimana pemerintahan kota harus ikut dasar-dasar dari Alkitab atau orang Kristen, mereka tidak suka. Ya, mereka lebih suka ya berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Tetapi pelayanan John Calvin di Jenewa itu menjadi salah satu contoh bagaimana reformasi itu berpengaruh pada pemerintahan. Dan pengaruh John Calvin itu begitu besar, ya, sampai kota Jenewa ini sering kali disebut sebagai kota Kristen atau “kota Tuhan”, “City of God”. Meskipun kita tahu bahwa City of God di surga kan ya. Tetapi John Calvin punya semangat bahwa kiranya ada kerajaan Allah juga, meskipun kecil, ya, kota Jenewa meskipun kecil setidaknya ini jadi kota Kristen lah atau kampung Kristen, ya, yang lebih kecil lagi keluarga Kristen. Meskipun kita tahu di dalam keluarga Kristen bisa saja ada orang yang tidak dipilih, tapi setidaknya orang yang tidak dipilih pun berusaha menjalankan prinsip-prinsip Kristen lah.

Nah, ini semangat reformed, ya, semangat kita berusaha untuk prinsip Kristen, Alkitab itu boleh dijalankan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semangat reformasi memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat, menyatakan anugerah umum Tuhan maupun anugerah khusus Tuhan kepada dunia. Inilah garam dan terang dunia. Nah, Bapak, Ibu sekalian di dalam kelas STRIS itu saya pernah ajukan pertanyaan, ya. Orang Kristen kan mendapatkan 2 anugerah, 2 jenis anugerah, anugerah umum maupun anugerah khusus. Tetapi orang yang tidak dipilih lah ya atau orang yang menolak Yesus, mereka bisa nggak lebih banyak anugerahnya? Ya, anugerahnya lebih banyak bisa nggak? Ya, ini pertanyaan menjebak memang ya, dan jawabannya adalah bisa tapi anugerah umum. Anugerah umum kepada orang yang tidak dipilih, kepada orang yang menolak Yesus bisa lebih banyak daripada kita tapi mereka tidak memiliki anugerah khusus. Orang kristen bisa cacat, cacat mental, cacat fisik, tapi dia percaya Yesus. Orang non-Kristen, orang yang menolak Yesus bisa pintar sekali, bisa seperti Pak Yadi S. Lima mungkin ya. S5 nya terus ada, terus belajar, S1, S2, S3, S4, S5, pinter. Anugerah umum begitu limpah, kaya, cukup, rajin, keluarga mungkin kurang konflik gitu ya, nggak ada kata cerai dari mulutnya. Orang Kristen bisa konflik, bisa masalah, macem-macem.

Di sini kita satu sisi ya sebagai orang Kristen kita lemah juga bisa, kita manusia berdosa, anugerah umum Tuhan juga mungkin lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang bukan Kristen. Maka penekanan kita ya, bukan saja anugerah umum menyatakan anugerah umum kasih Tuhan secara umum, tetapi juga kasih Tuhan secara khusus. Kita nyatakan siapakah Yesus yang membuat kita itu mau berbuat baik kepada sesama ya. Nah, bersyukur kita boleh ada di gereja yang cukup baik dalam menjadi garam dan terang dunia bagi pemerintahan ya, khususnya GRII yang ada di Jakarta lah ya. GRII di Jakarta bukan hanya mendirikan gereja ya, tetapi juga mendirikan STT. STT ya bentukannya harusnya sama ya, meskipun lulusan-lulusan STT belum tentu sama, bisa beda beda ya kualitasnya, tetapi setidaknya gereja itu ada mendirikan STT untuk melatih hamba-hamba Tuhan untuk bekerja bagi Tuhan. Terus kemudian juga ada sekolah dari TK sampai universitas, ada klinik, ada museum, ada Aula Simfonia Jakarta, ada STEMI juga ya. Dan mungkin yang kaitannya lebih dekat dengan pengaruh gereja terhadap pemerintahan adalah ada RCRS ya, selain ada bentuk-bentuk yang lain ya.

Coba kita lihat next slide, RCRS itu apa Bapak, Ibu sekalian ya? Itu pusat pengkajian reformed bagi agama dan masyarakat, Reformed Center for Religion and Society. Jadi ada suatu Yayasan atau komunitas dari gereja juga, coba mengadakan koneksi antara gereja dan masyarakat, atau negara, atau kota, atau pemerintahan gitu ya. Nah, gereja tidak berhenti pada pelayanan gerejawi saja, tetapi sebenarnya gereja juga bisa masuk dan mejadi berkat, menjadi pengaruh di dalam bidang-bidang yang lainnya. Pelayanan gereja bukan hanya di dalam gedung gereja saja tanpa ada kontribusi pada masyarakat atau masyarakat luar di sana atau masyarakat sekitar, kalau bisa gereja itu betul-betul punya pengaruh yang besar ya jadilah gereja yang punya pengaruh yang besar. Tapi, kalau gereja yang hanya skala pengaruhnya di pedesaan ya sudah, pedesaan tetapi kiranya bisa lebih besar lagi juga. Kalau bisa secara nasional, secara nasional, secara internasional, secara internasional juga.

Saya sedikit membaca ya kalimat dari RCRS ini ada di website juga ya, jadi melalui publikasi, pelatihan, lokakarya dan seminar, RCRS berupaya memengaruhi opini publik (public opinion) dengan memperlengkapi dan memberdayakan warga masyarakat menjadi warga negara yang bertanggung jawab dalam setiap elemen sosial masyarakat, baik dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, kerja, keluarga dan lain-lain sebagainya. RCRS terpanggil mempersiapkan kader-kader pemimpin bangsa yang bermoral dan beretika serta berdedikasi tinggi. Melalui program-programnya, RCRS mempersiapkan kader generasi penerus dengan menggali potensi dan talenta yang masih terpendam, menanamkan arti kepemimpinan sebagai penatalayan (stewardship), serta memberikan wawasan kebangsaan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Nah, ini adalah anugerah umum. Dengan apa? Dengan menyatakan wahyu khusus Alkitab kepada orang-orang umum. Jadi kepada orang yang bukan Kristen sekalipun diajarkan prinsip-prinsip kebenaran Alkitab untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Kristen? Nggak! Ya yang adil dan makmur. Kita tidak berharap pokoknya di mana ada gereja pokoknya kota itu semua harus agama Kristen, atau Indonesia jadi negara Kristen. Maksudnya bukan betul-betul semua jadi Kristen, melainkan adalah prinsip Kristen diterima oleh semua orang, karena itu baik kan, karena itu dari Tuhan kan. Masa prinsip Kristen ditolak, sayang sekali. Maka ini adalah salah satu bentuk kontribusi dari gereja kepada pemerintahan juga. Nah, kita ada di gereja yang betul-betul giat untuk mengerjakan penginjilan maupun juga giat dalam mempengaruhi bidang-bidang secara umum yang lainnya supaya semua meninggikan Yesus Kristus.

Lanjut slide ya. Nah, Pendeta Stephen Tong mengatakan satu kalimat ya tentang gereja di kebaktian peresmian GRII Gading Serpong. Dia katakan seperti ini ya, “Gereja adalah tempat penyembahan bagi anak-anak Tuhan.” Ini tempat menyembah Tuhan, anak-anak memuji Tuhan, orang-orang Kristen memuji Tuhan, tempat menggembalakan anak-anak Tuhan, tempat memberitakan Injil kepada dunia, tempat untuk berdoa kepada Tuhan. “Gereja bukan tempat untuk hiburan, tetapi untuk memuji, menyembah, memproklamasikan Injil dan menuai anak-anak Tuhan.” Jadi bagaimanapun, gereja itu meskipun satu tempat atau komunitas orang-orang Kristen berkumpul, tetapi tetap juga memproklamasikan Injil kepada orang lain di luar sana dan orang-orang yang mau percaya kepada Yesus Kristus bisa datang kepada gereja untuk sama-sama menyembah Tuhan. Ini gereja.

Jangan campur aduk gereja dengan negara, dengan sekolah, dengan bisnis, dengan yang lain-lain, jangan. Gereja adalah gereja. Dan gereja menjadi pengaruh buat masyarakat dan pemerintah sekitar. Ini adalah tugas kita. Jadi makanya sebenarnya ya, gereja itu tidak boleh hanya fokus kepada dalam saja. Ke dalam saja. Banyak gereja akhirnya fokus ke dalam gereja, melakukan kegiatan di dalam, internal, internal, internal tidak ada eksternalnya. Karena ngurusin internal terus, jadinya masalah terus. Jadinya ada bentrok terus. Kan ngurusin internal terus ya. Tapi kalau ngurusin eksternal, kita sedang berperang dengan iblis dan kerajaannya, justru akan damai yang internalnya ini, karena punya satu hati. Kita ngurusin pekerjaan Tuhan, kita mengabarkan Injil, kita berperang dengan setan yang di luar sana, dan juga ya di dalam gereja juga ada setan gitu ya, kita berperang bersama-sama tapi hatinya adalah untuk eksternal. Nah ini adalah justru malah memberikan kesatuan bukan kehancuran.Banyak gereja hancur karena urusinnya dalam terus. Nggak pernah penginjilan bersama, nggak pernah memikirkan untk menjadi kontribusi atau berkat bagi masyarakat sekitar. Sedangkan yang dipanggil oleh Tuhan sendiri adalah 2-2nya, bukan saja mandat budaya tetapi mandat Injil juga.

Dan kita bisa lihat Bapak, Ibu sekalian, next slide, kita kurang lebih ya saya rangkumkan ada beberapa prinsip kekristenan yang membawa pengaruh yang baik kepada pemerintahan itu, bagaimana kekristenan mengajarkan tentang keadilan bagi semua kalangan. Kita tidak ingin ada orang-orang yang tertindas, orang-orang yang betul-betul kesusahan tetapi kita tidak tolong. Untuk semua agama, suku, latar belakang, kita mau jalankan keadilan. Dan keadilan bicara soal memberikan apa yang layak bagi seseorang tersebut bukan apa yang sama rata. Meskipun sama rata juga menunjukkan itu adil, tetapi beda rata juga, beda rata itu menunjukkan keadilan juga. Karena apa? Memberikan kepada yang layak menerimanya, bukan kepada yang tidak layak menerimanya. Kaum minoritas, kaum tertindas, para janda yang betul-betul janda yang tidak punya penghasilan kita perhatikan, kita betul-betul berikan kesejahteraan. Orang-orang betul yang yatim piatu, yang tidak punya ayah dan ibu, betul-betul tidak punya sumber kehidupan, kita juga mau agar pemerintah juga mau berkontribusi. Kita doakan pemerintah.

Yang kedua adalah kesejahteraan akan semua orang. Kita tahu juga bahwa di dalam Alkitab diajarkan bahwa kamu doakanlah kotamu di mana kamu tinggal supaya ada kesejahteraan. Doakanlah kesejahteraan bagi kotamu, baik itu kesejahteraan umum, kerukunan antar umat beragama, antar suku, antar agama, kita juga mau supaya tetap damai agar menghadirkan shalom. Yang ketiga juga adalah kita bekerja secara jujur dan benar karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Kita mau jalankan setiap hal itu dengan cara yang benar meskpun susah ya. Kadang-kadang orang-orang yang bekerja dalam pemerintahan itu komunitasnya, pergaulannya saja sudah menunjukkan bahwa ada kepalsuan, ada dusta, ada penipuan, ada kecurangan. Nah itu pergumulan kita sebagai orang Kristen bagaimana bergumul di posisi tersebut tapi terus menjalankan kebenaran Tuhan secara jujur, secara adil dan benar juga di dalam pekerjaan kita. Tidak mudah? Tidak mudah. Sulit? Sulit. Tapi Tuhan pun memakai Daniel, ya kan, Tuhan memakai Yusuf juga, ya memang itu adalah orang-orang besar semua, untuk berkontribusi kepada pemerintahan.

Dan yang keempat adalah ini prinsip untuk semua orang juga ya, melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Lakukanlah segala sesuatu itu seperti untuk Tuhan, bukan untuk diri sendiri. Berarti apa? Apa yang kita lakukan itu adalah sebuah persembahan kepada Tuhan. Suatu persembahan yang kita mau menyenangkan Dia dengan perbuatan kita. Dan juga pemerintahan itu memiliki sifat hamba. Jangan lupa, pemerintahan itu di atas. Posisinya di atas masyarakat itu untuk memimpin, mengatur, dan memerintah. Memerintah, namanya saja memerintah, ya atau pemerintahan, berarti suka kasih perintah. Ya kan? Tetapi, ya diingatkan di dalam Roma 13:1-4, mari kita baca. Mari kita buka Alkitab kita, Bapak, Ibu sekalian. Roma 13:1-4, kita baca, buka suara ya, bersama-sama. Roma 13:1-4, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.” Ya, ditekankan di ayat 4 bahwa pemerintah adalah hamba Allah, untuk kebaikan kita sendiri. Maka kita yang di posisi atas, kita yang di posisi pemimpin, baik itu kepala keluarga, baik itu bos, baik itu kita mungkin punya bisnis sendiri, kita memimpin beberapa orang di bawah kita. Ingat, kita ini juga adalah hamba untuk kebaikan mereka. Tetapi kita juga di posisi atas, yaitu juga bisa dikatakan hamba Allah, untuk membalaskan murka Allah, atas mereka yang berbuat jahat. Kita juga bisa menjadi alat Tuhan untuk menyatakan keadilan, ketegasan Tuhan, penghukuman Tuhan, waktu kita memiliki posisi di atas. Tapi jangan lupa kita ini hamba. Kita hamba yang melayani, yang diberikan otoritas di atas.

Kiranya sebagai orang Kristen kita boleh betul-betul memiliki pengaruh yang baik di dalam setiap bidang kehidupan kita. Dan kita bersyukur juga, ya, baru kemarin, ya. Dapat info salib ditinggikan. Ada sedikit info-info, kalau salib ditinggikan, biasanya kan, iblis tidak suka, ya. Bisa diganggu, bisa ada masalah lah, ada gangguan, ada tantangan, ujian, ada pencobaan. Bersyukur gedung gereja ini sudah boleh menaikkan salib. Kiranya simbol salib itu bukan sekedar simbol saja. Tetapi boleh jadi pendorong, pengingat bagi kita untuk terus memproklamasikan Injil ke seluruh dunia. Amin.

Mari kita sama-sama berdoa. Allah Bapa kami yang di surga, ampunilah dosa-dosa kami ya Tuhan. Di dalam kehidupan kami sering kali kami lupa akan Tuhan, dan juga lupa akan identitas diri kami di dalam Kristus. Ampuni kami jikalau kami juga sering kali melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan sering kali fokus hanya kepada diri kami sendiri. Kami berdoa Tuhan, supaya hidup kami ini semakin serupa dengan Yesus Kristus. Kami mau betul-betul menyadari identitas kami di dalam Kristus. Kami adalah garam dunia, kami adalah terang dunia. Kiranya kehidupan kami boleh menjadi pengaruh yang baik untuk orang-orang di sekitar kami. Bahkan untuk orang-orang yang di luar sana. Kami pun bisa mendoakan mereka, kami pun bisa menjadi berkat untuk mereka. Pimpinlah Tuhan,kehidupak kami sebagai orang Kristen yang sudah ditebus dengan darah Kristus ini, untuk bisa terus berpengaruh bagi yang lain. Dan kami juga mau terus berkontribusi di dalam kehidupan kami sebagai warga negara, untuk bisa mendukung program-program pemerintah yang sesuai dengan hukum Tuhan. Terima kasih Tuhan untuk kebaikan Tuhan dan anugerah Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin. (HS)