Penggenapan Janji Mesianik, 31 Januari 2021

Kisah Para Rasul 2:14-40

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Pada waktu saya khotbahkan bagian ini yang pertama kali ada yang menghampiri saya setelah saya selesai khotbah lalu berkata seperti ini, “Pak, yang Bapak khotbahkan prinsip-prinsip pengkhotbah itu seperti apa, sudah mirip sih. Suara kuat, kencang, cuma ada satu, Pak yang agak beda. Maksudnya kalau khotbah Kisah pasal 2 itu selesai di dalam membaca mungkin 5 menit, Bapak khotbahnya sampai 45 menit – 1 jam lalu hari ini nyambung lagi.” Saya bersyukur memang khotbah ini kalau kita baca paling 5 menit atau 3 menit sudah selesai, kayak gitu. Tapi ada satu ayat di dalam ayat yang ke-40 yang membuat saya terhibur sedikit yaitu, “Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”” Jadi apa yang dikatakan oleh Petrus di sini yang dicatat oleh Lukas dari perkataan Petrus kelihatannya bukan seluruh perkataan Petrus. Ini hanya ringkasan dari perkataan Petrus yang penting atau khotbah Petrus yang penting untuk di-record di dalam Kitab Suci supaya kita bisa pelajari di dalam kita mempelajari firman Tuhan atau sebagai suatu perkataan Tuhan di sini. Dan itu membuat ya tentunya khotbah nggak cukup 45 menit berkenaan dengan ini atau mungkin dua kali atau tiga kali pertemuan berkenaan dengan kebenaran ini ya.

Nah waktu kita masuk ke dalam khotbah ini atau tema ini, ada satu hal yang Petrus mau tunjukkan kepada kita kalau ini adalah peristiwa yang menjadi satu sisi penjabaran terhadap apa yang terjadi di hari Pentakosta tapi juga di situ Petrus mengajak orang-orang yang mendengarkan khotbahnya itu atau penjabaran itu untuk melihat kepada satu pribadi yang penting yang menjadi penggenapan dari janji yang Tuhan berikan kepada umat Allah di dalam Perjanjian Lama melalui nabi-nabi-Nya. Mereka dari Kejadian pasal 3 yaitu kejatuhan Adam mereka sudah memiliki satu konsep Allah akan memberikan Mesias, seorang anak laki-laki yang lahir dari seorang perempuan untuk membebaskan manusia dari dosa mereka. Dan mulai dari detik itu, mereka terus menantikan kapan bayi itu diberikan. Mungkin Hawa berpikir itu adalah Kain, tapi ternyata bukan Kain, karena apa? Kain begitu jahat sekali. Mungkin dia adalah Habel, tapi Habel ketika lahir dan mulai besar dia mati dibunuh oleh Kain. Mungkin hal itu adalah Set, tapi Set juga tidak menjadi suatu penyelamat bagi bangsa atau bagi anak-anak dari Adam dan Hawa. Terus mereka menantikan sampai Abraham dipanggil, Abraham lahirkan Ishak, Ishak melahirkan Yakub, lalu Yakub melahirkan ke-12 suku dari Israel.

Mereka terus menantikan tetapi di tengah-tengah penantian itu Tuhan memberikan wahyu secara progresif, sedikit demi sedikit untuk menyatakan siapa yang nanti akan lahir itu, ciri-cirinya apa, apa yang dia akan lakukan, bagaimana dia mengalami kematian, apakah kematian itu akan membinasakan dia seperti halnya orang-orang lain yang mengalami kematian atau tidak. Semua itu sudah dinyatakan secara progresif di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama walaupun orang-orang Yahudi yang memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama tidak sepenuhnya memahami ayat-ayat tersebut karena hal itu masih tersembunyi. Sampai ketika Kristus datang, Kristus bukakan itu kepada murid-murid. Sampai ketika Roh Kudus dicurahkan di situ mereka kemudian baru melayani Tuhan dengan satu keberanian, satu kebenaran yang Tuhan nyatakan untuk membuka pengertian bagi orang-orang Israel atau Yahudi berkenaan dengan Kristus.

Jadi pada waktu hari Pentakosta tiba, itu adalah suatu penggenapan. Petrus berkata penggenapan dari apa? Janji Mesianik. Mesias sudah datang, ini adalah zaman baru seperti yang dijanjikan di dalam Perjanjian Lama kepada orang-orang Israel. Jadi pada waktu kita melihat Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan, mereka berbicara dalam bahasa lain, maka itu menjadi satu introduksi yang Tuhan berikan selain dari untuk menyatakan penggenapan, tapi juga introduksi untuk membuat Petrus memiliki satu kesempatan untuk memberitakan kebenaran berkenaan dengan Kristus.

Nah kebenaran itu diberitakan kepada siapa? Kalau Saudara perhatikan di dalam ayat yang ke-22 maka di situ Saudara akan melihat Petrus berkata, “Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini…” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Petrus khotbah kepada siapa? Saya percaya kalimat ini dengan tegas menyatakan Petrus khotbah kepada orang Israel. Lalu apa signifikansi dari orang Israel yang dinyatakan di sini? Itu mau menyatakan akan kasih karunia Tuhan kepada bangsa Israel. Kenapa kasih karunia Tuhan? Karena orang-orang yang mendengarkan khotbah ini kalau Bapak, Ibu baca di dalam keempat Injil, maka mereka adalah orang-orang yang telah menyalibkan Kristus dan menghendaki kematian Dia.

Jadi pada waktu Petrus ada di dekat Bait Allah itu, pada waktu orang banyak berkumpul karena mendengar suara seperti angin ribut tapi ternyata bukan angin ribut, pada waktu mereka tertarik untuk mendengar perkataan-perkataan yang diucapkan oleh rasul 120 orang itu dengan bahasa mereka masing-masing, pada waktu itu – sekaligus mereka adalah orang-orang yang mungkin ada dari luar tentunya datang ke situ – tetapi juga orang-orang Israel yang telah berteriak di hadapan Pilatus, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” dan menghendaki Yesus mati dan Barsabas yang dibebaskan. Seorang penjahat lebih mereka pilih daripada orang yang benar. Seharusnya pada waktu itu mungkin nggak ada kesempatan kembali bagi mereka untuk dipertobatkan.

Pada waktu itu kalau andaikata Tuhan menyatakan penghakiman-Nya bagi bangsa Israel, saya lihat bangsa Israel pasti binasa nggak ada kesempatan pertobatan kembali. Karena yang mereka tolak itu adalah Anak Allah, yang mereka tolak itu adalah jalan keselamatan yang Tuhan sediakan bagi umat manusia. Dan ini akan terjadi pada waktu Hari Penghakiman nanti ketika Kristus datang kedua kali, jangan kira kalau hari itu akan sama seperti Kristus datang pertama kali. Karena pada waktu hari penghakiman tiba, Kristus datang kedua kali dengan segala kemuliaan-Nya, maka Alkitab berkata hal itu akan masuk ke dalam penghakiman akhir di mana domba dan kambing akan dikumpulkan di hadapan Kristus untuk dihakimi oleh Kristus sebagai raja dari segala raja. Tapi di dalam kesempatan pertama ini Dia tidak lakukan itu.

Dalam kesempatan pertama ini Dia hanya mati di kayu salib lalu hari ketiga bangkit dari penyaliban, lalu pada waktu Dia naik ke sorga Alkitab berkata Dia menjanjikan Roh Kudus untuk diberikan. Ketika Roh Kudus itu diberikan, Petrus bangkit dan berkhotbah, khotbahnya ditujukan kepada orang Israel. Apa maksudnya itu? Kalau bukan kasih karunia, apa? Karena ketika mereka mendengar, mereka nggak layak dengar, mereka nggak layak terima kasih, mereka tidak layak menerima pengampunan dari Tuhan, yang mereka layak terima itu adalah penghakiman dari Tuhan Allah tetapi Tuhan masih beri kesempatan mereka untuk mendengar cerita atau berita tentang Kristus.

Tadi saya bilang mereka berkata, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Tapi kalau Saudara perhatikan berikutnya di situ jelas sekali Petrus berkata mereka tahu secara spesifik apa yang sedang diberitakan oleh Petrus kepada mereka. Kalau Saudara komparasi di dalam akhir dari Injil Lukas, pada waktu Yesus menampakkan diri kepada dua murid-Nya yang sedang berjalan menuju kepada Emaus dalam kondisi yang sepertinya pura-pura nggak tahu dengan keadaan yang terjadi, murid-murid-Nya heran melihat Yesus yang sudah bangkit itu lalu bertanya, “Masa kamu nggak tahu sih berita yang terjadi saat ini belakangan ini yang begitu hangat sekali?”

Dan di dalam Kisah pasal 2 Bapak, Ibu bisa lihat ada kalimat-kalimat yang berkata bahwa mereka tahu siapa yang dibicarakan oleh Petrus itu yaitu Yesus Kristus. Misalnya di dalam ayat 22, “Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.” Jadi ada kalimat apa, “Yang dinyatakan kepadamu” lalu ada kalimat, “yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia ditengah-tengah kamu,” lalu ada kalimat penekanan lagi, “seperti yang kamu tahu.”

Jadi pada waktu Petrus berbicara berkenaan dengan Yesus Kristus, mereka semua tahu bahwa Yesus itulah yang sedang diberitakan yang dimatikan di atas kayu salib itu. Dan pada waktu Petrus berkata ini adalah zaman yang baru berkenaan dengan Mesianik yang datang itu yang seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama dan siapa Mesianik itu, yaitu Yesus Kristus yang diurapi itu, tentunya ini menjadi satu tantangan yang besar bagi Petrus untuk membuktikan siapa Yesus Kristus. Karena pada waktu orang Yahudi melihat kepada Mesias, mereka menantikan Mesias kecuali satu hal yang mereka nggak bisa terima, Mesias boleh siapapun itu kecuali Dia yaitu Yesus Kristus mungkin, kasarnya begitu. Sehingga pada waktu Petrus berkata ini buktinya lho ada Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan menggenapi Kitab Yoel, dan itu terjadi karena Yesus Kristus yang adalah Mesias yang dijanjikan itu sudah datang, Dia sudah mati dan sudah bangkit dari kematian atau naik ke sorga, Dia yang memberikan Roh Kudus itu sehingga bisa menggenapi janji dari Kitab Yoel atau Nabi Yoel, buktinya apa kalau Dia adalah Mesias itu? Ya satu sisi penggenapan dari perkataan Yoel itu mungkin bisa jadi bukti. Tetapi Petrus mengajak kita melihat ada hal lain yang menjadi unsur yang penting, misalnya adalah Dia sudah melakukan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Petrus memberikan bukti pertama, Petrus mau berkata kamu lihat tidak kekuatan mujizat, tanda yang Dia lakukan? Yesus datang ke dalam dunia ini maksudnya adalah bukan hanya tujuannya untuk melakukan kesembuhan, bukan hanya untuk melakukan mujizat, bukan hanya untuk membuat orang mati dibangkitkan, bukan hanya untuk membuat orang kusta disembuhkan, orang lumpuh berjalan. Itu adalah hal-hal yang luar biasa, itu adalah hal-hal yang menyatakan kekuatan Allah melalui pelayanan dari Yesus Kristus. Tetapi Saudara, Petrus mau berkata kalau engkau berhenti pada prinsip ini, pengertian ini, engkau tidak sampai kepada hal yang lebih penting daripada firman Tuhan yang Tuhan ingin nyatakan bagi engkau, yaitu apa? Semua itu memang mengagumkan, semua itu memang luar biasa, dan menyatakan kalau Yesus pasti diutus dan diurapi oleh Tuhan Allah.

Pernah satu kali ketika ada orang buta di dalam Injil Yohanes yang disembuhkan oleh Yesus, dia buta sejak lahir, dia diperhadapkan dengan Sanhedrin atau Mahkamah Agama, lalu Mahkamah Agama itu menolak Kristus yang telah menyembuhkan dan mengatakan Yesus pasti bukan dari Allah karena Dia menyembuhkan pada hari Sabat. Orang buta ini berkata satu hal, “Masakan kamu begitu butanya ya?” Saya pakai istilah itu, “Kamu bisa berkata bahwa Yesus bukan dari Tuhan padahal kita tahu kalau tidak pernah ada orang buta yang disembuhkan, hanya Allah yang bisa membuat orang buta melihat kembali.”

Artinya adalah pada waktu kita melihat kepada mujizat, kekuatan supranatural yang Tuhan Yesus nyatakan, lalu kita berkata, “Oh Dia hanya seorang nabi biasa, tapi nabi yang luar biasa dibandingkan semua nabi-nabi yang lain di dalam Perjanjian Lama,” maka Petrus berkata kamu belum mengenal Dia. Karena tujuan dari Petrus berbicara Yesus melakukan mujizat itu tujuannya bukan untuk hanya menyembuhkan orang sakit, bukan hanya untuk kemanusiaan atau humanisme dalam dunia ini tetapi untuk membawa orang melihat bahwa itu adalah tanda, tanda artinya ada tujuan dibalik mujizat itu, yaitu untuk membawa mata orang mengarah kepada apa? Kepada pribadi yang namanya Yesus sebagai sosok yang bukan hanya sekedar seorang manusia biasa atau seorang nabi Tuhan saja, tetapi adalah Allah yang inkarnasi menjadi manusia, Ia adalah Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan bagi manusia yang berdosa.

Satu ayat di dalam Matius ini beberapa kali saya pernah kutip. Pada waktu Yohanes Pembaptis dipenjara, dia melihat kepada Yesus, pelan-pelan ada keraguan yang timbul di dalam hatinya dan keraguan itu membuat dia menyuruh murid-muridnya datang kepada Yesus Kristus lalu bertanya kepada Yesus, “Guru apakah Engkau adalah Mesias yang dijanjikan itu ataukah kami harus menunggu kepada orang lain selain daripada Engkau?” Lalu pada waktu Yesus mendengar kalimat itu, Yesus tidak berkata kepada murid-murid Yohanes atau kepada Yohanes, “Ya. Aku adalah Mesias itu,” tetapi Yesus berkata, “kamu lihat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta ditahirkan.” Kenapa Yesus jawab begitu? Karena jawaban Yesus itu mengajak murid-murid Yohanes dan Yohanes Pembaptis bukan hanya berhenti kepada kesaksian pribadi Yesus berkenaan dengan siapa diri Dia, tetapi Yesus mengajak Yohanes Pembaptis melihat ke dalam Kitab Yesaya, Perjanjian Lama, yang menyatakan ketika Mesias lahir, ketika Mesias tiba melayani, Dia akan melakukan tanda-tanda itu atau mujizat-mujizat itu. Dan mujizat itu ketika dilakukan – dan tidak dilakukan oleh orang yang lain – itu hanya mau menyatakan Yesus lah penggenapan dari janji Mesias yang ada di dalam Perjanjian Lama.

Jadi pada waktu Petrus membuktikan berkenaan dengan siapa Kristus, pada waktu Petrus mengkhotbahkan berkenaan dengan siapa Yesus, Petrus menggunakan ayat-ayat di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang berbicara mengenai Yesus untuk membuktikan kalau Yesus adalah penggenapan dari Mesias itu. Saya percaya ini adalah prinsip yang baik, prinsip yang benar di dalam kita membuktikan atau membicarakan firman Tuhan atau menginjili orang yang belum percaya kepada Kristus atau orang yang bertanya kepada kita berkenaan dengan kebenaran firman. Tentunya pada waktu zaman Petrus mereka belum ada Perjanjian Baru sehingga mereka nggak mungkin mengutip dari Perjanjian Baru tapi kita telah memiliki Kitab Suci yang komplit Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. 2 kitab ini, yang adalah kesatuan, kita harus manfaatkan dan gunakan untuk menyatakan kebenaran berkenaan dengan Kristus kepada orang-orang yang ada di dalam dunia ini. Baru dari situ, mata mereka – saya percaya di dalam kasih karunia Tuhan – bisa tercelik untuk percaya dan menerima kebenaran itu ya.

Jadi ada bukti. Bukti itu dinyatakan dari kehidupan pelayanan Yesus Kristus dalam dunia ini. Dan pelayanan itu ndak mungkin disangkali kebenarannya karena semuanya menyatakan kalau Dia sedang melakukan apa yang dikatakan Kitab Suci, Perjanjian Lama, berkenaan dengan pribadi dari Yesus Kristus itu. Itu yang pertama. Jadi Petrus ketika berbicara, “Yesus adalah Mesias itu. Dia adalah penggenaapan janji Perjanjian Lama.” Buktinya dari mana? “Pelayanan Dia, apa yang Dia lakukan, dan semua itu menunjuk kepada penggenapan yang dikatakan di Kitab Suci, Perjanjian Lama.”

Lalu apa hal kedua yang menjadi penekanan Petrus ketika berbicara berkenaan dengan Yesus Kristus? Yaitu Saudara bisa lihat di dalam ayat ke-23 di situ dikatakan, “Dia yang diserahkan Allah, menurut maksud dan rencana-Nya.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita baca di dalam bahasa Indonesia “menurut maksud dan rencana-Nya,” tapi di dalam bahasa Inggris itu menunjukkan arti yang lebih jelas ya, di situ dikatakan, “Being delivered, up by the determinate counsel, and foreknowledge of God.” Ada satu kata yang saya lihat nggak muncul di dalam terjemahan LAI ya. “Determinate”-nya muncul, “menurut maksud rencana-Nya,” tetapi satu kata “foreknowledge of God” itu nggak muncul di dalam terjemahan LAI atau mungkin sudah include, maksudnya include di dalam kata “maksud dan rencana-Nya.”

Foreknowledge ini apa? Foreknowledge itu kalau kita terjemahkan bahasa Indonesia ya “pra-pengetahuan.” Dan pra-pengetahuan itu kalau kita cari di dalam kamus, mungkin kita akan ngomong, “Oh, Yesus tahu, atau Allah tahu sebelum sesuatu terjadi,” karena pengetahuan bicara pengetahuan, pra itu bicara sebelum itu. Dan di dalam konteksnya seolah-olah itu merupakan satu peristiwa yang dilihat, diketahui, tetapi tidak punya kuasa untuk terlibat di dalamnya untuk menjadikan apa yang diketahui itu sungguh-sungguh ada di dalam kuasa daripada pribadi Allah itu sendiri.

Saudara, kalau itu yang menjadi definisi, maka saya lihat kita akan menemukan satu kesulitan untuk men-sinkronkan antara pra-pengetahuan dengan determinasi yang ada di dalam satu ayat yang sama. Karena pada waktu Petrus bicara berkenaan dengan Yesus, “Dia adalah yang diserahkan Allah, yang ditentukan Allah berdasarkan rencana-Nya,” berarti itu ada kepastian. Tetapi ditambah dengan pra-pengetahuan yang tidak ada kepastian, itu menjadi hal yang sepertinya berkontradiksi satu sama lain.

Itu sebabnya kita ndak bisa terjemahkan pra-pengetahuan itu sebagai satu sikap di mana misalnya: saya kalau andai kata saya adalah Allah, saya duduk di sini, lalu saya lihat kehidupan Bapak, Ibu semua, lalu di dalam saya melihat itu, saya melihat sambil membayangkan nanti misalnya Vikaris Lukman akan lahir tahun berapa, tanggal berapa, lalu nanti dia akan lakukan apa, sampai dia mati di tahun berapa, lalu yang lain lagi, melakukan hal yang sama; misalnya Valen dia lahir tahun berapa, hubungan mereka apa, apa yang mereka akan jalankan dalam kehidupan mereka, termasuk pasangan hidup mereka, kematian mereka, pelayanan mereka; lalu ketika saya lihat dua kombinasi ini, saya bandingkan lagi dengan yang lain, Susan, ada Fanny di sini, lalu saya mulai merumuskan satu jalan peristiwa keselamatan.

Itu kalau bicara pra-pengetahuan seperti ini, itu bukan pra-pengetahuan yang dimaksud oleh Kitab Suci. Pra-pengetahuan yang dimaksud oleh Kitab Suci itu adalah pra-pengetahuan yang berkaitan dengan determinan, determinasi. Jadi pada waktu Tuhan menetapkan segala sesuatu, di situ Dia juga langsung melihat ke depan atas segala sesuatu yang akan terjadi. Ada kepastian di dalamnya, ada jaminan, ada janji, ada kuasa yang akan menggenapi apa yang ditetapkan oleh Tuhan pasti terjadi di dalam dunia ini. Itu pra-pengetahuan Allah.

Makanya pada waktu Alkitab berbicara, misalnya di dalam 1 Petrus 1:20, ini juga dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “dipilih” ya, saya baca dari ayat 18 saja, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi, karena kamu Ia baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” Kalimat “Ia telah dipilih” dalam terjemahan yang lebih tepat dari, sebenarnya nggak salah ya pakai istilah “Ia telah dipilih” begitu, tetapi kalau mau lihat bahasa Yunaninya, bahasa Yunaninya sama dengan kata Yunani yang ada di Kisah Rasul 2:23, yang sebenarnya lebih tepat diterjemahkan “for known,” diketahui sebelumnya atau ditetapkan, atau mau dipakai istilah dipilih oleh Tuhan.

Jadi, kapan Yesus dipilih atau ditetapkan untuk mati menebus dosa? Petrus berkata, bukan ketika Adam jatuh ke dalam dosa, tapi sebelum langit dan bumi dicipta, Dia sudah ditetapkan untuk mati. Kalau orang pra-pengetahuan itu bilang mungkin, “Oh Yesus lihat dulu ada kemungkinan Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, maka Dia kemudian di dalam kekekalan dipilih untuk menebus manusia yang jatuh dalam dosa.” Tetapi kalimat di dalam Petrus ini menyatakan bukan Allah melihat dulu, tetapi kejatuhan manusia – ini hati-hati untuk kita artikan ya karena mungkin kita bisa akhirnya jatuh dalam pengertian Allah mencipta dosa, Alkitab ndak pernah mengajarkan itu – tapi saya mau berkata kejatuhan Adam dan Hawa dan penebusan Kristus dalam dunia ini ada di dalam rencana kekal dari Tuhan Allah. Artinya adalah ndak mungkin manusia tidak jatuh dalam dosa. Manusia pasti jatuh dalam dosa. Pertanyaan, “Bagaimana kalau Adam tidak pernah makan buah itu?” itu adalah satu pertanyaan yang tidak mungkin pernah akan terjadi dalam dunia ini. Karena Tuhan sudah di dalam kuasa kedaulatannya menetapkan manusia pasti jatuh di dalam dosa, dan ada Kristus yang disediakan untuk menyelamatkan manusia dari dosa itu sejak dari dunia belum dicipta.

Kalau kita mau pakai bahasa dari Paulus di dalam Surat Efesus, justru di situ dikatakan Allah mencipta dunia untuk supaya Allah bisa menjalankan rencana keselamatan-Nya bagi manusia yang berdosa. Artinya apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, artinya Petrus mau ngomong kayak gini, “Hai orang-orang Israel, kamu pikir kematian Kristus itu adalah akibat Dia adalah bukan Mesias? Kamu pikir bahwa Dia mati itu karena perlakuan dari Pilatus? Kamu pikir Dia adalah korban daripada kejahatan manusia? Kamu pikir bahwa Dia adalah seorang yang pasti bukan Mesias karena ketika engkau berteriak: “Kalau Engkau Mesias, turun dari salib itu” dan Dia nggak bisa turun dari salib itu maka Dia bukan Mesias?” Petrus mau berkata, “Tidak! Kamu salah. Kamu tahu tidak bahwa Yesus yang adalah dari Nazaret itu mati di kayu salib, kenapa Dia mati di kayu salib? Karena Allah sejak dari dalam kekekalan sudah menetapkan Dia harus mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.”

Jadi, peristiwa penyaliban Kristus, kadang-kadang kalau saya bicara dengan orang bisa muncul satu kalimat, “Kasihan ya Yesus Kristus itu ya, padahal Dia adalah orang yang begitu baik sekali, orang yang suka menolong orang lain, suka mengajarkan kebenaran tentang Tuhan, yang hidupnya sendiri begitu benar,” dan kalau Saudara perhatikan kehidupan Yesus yang ada di dalam 4 Injil, Saudara bandingkan dengan semua pendiri agama, Saudara akan menemukan ada kualitas yang berbeda dari kehidupan Yesus yang tidak dimiliki oleh semua pendiri agama dalam dunia ini, tapi Dia mati di kayu salib, ditolak oleh umatnya sendiri, kasihan sekali.

Tapi Saudara, kok kesannya kita lebih benar dari orang-orang yang menyalibkan Kristus ya? Kok kesannya Yesus adalah korban dari kejahatan manusia. Korban bukan? Bagian kedua kita akan melihat Dia memang ada bagian itu, Dia adalah orang yang ditolak oleh manusia, tetapi Petrus mau berkata, “Kamu jangan sampai di situ lho, tetapi kamu harus lihat kematian Yesus itu adalah ada di dalam rencana Allah yang kekal. Dia sudah ditetapkan untuk mati, dan harus mati.” Makanya kalau Saudara lihat di dalam Injil, ketika Yesus berkata ada kalimat yang Yesus katakan sendiri Dia datang dalam dunia ini, Dia tahu harus mati. Di dalam Ibrani juga ada kalimat seperti itu yang membuat ketika kita menafsirkan doa Dia di taman Getsemani “Singkirkanlah cawan ini,” nggak harus berarti Dia takut mati. Karena Yesus sebelumnya pernah berkata, “Aku datang untuk mati bagi dosa manusia.”

Jadi pengertiannya adalah kedatangan Kristus itu bukan, atau pilihan keselamatan itu bukan opsi antara saya beriman kepada Kristus atau melalui perbuatan baik saya. Jalan keselamatan itu bukan opsi antara bisa melalui Yesus atau di luar Yesus juga ada kemungkinan keselamatan, tetapi ketika Allah menetapkan Yesus yang harus mati bagi dosa manusia sejak dalam kekekalan sebelum manusia dan dunia dicipta, Petrus mau berkata satu-satunya jalan itu adalah di dalam Kristus. Makanya kalau Saudara lihat dalam Kisah 4:12 di situ Petrus berkata di bawah kolong langit ini ndak ada nama lain yang bisa menyelamatkan manusia kecuali nama Yesus Kristus. Dia satu-satunya itu karena memang Dia yang ditetapkan. Dan kalau Dia ditetapkan untuk mati, berarti kontrolnya tetap ada di tangan siapa? Tuhan. Bukan manusia.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang saya terus terang gumulkan di dalam beberapa bulan ini dalam kondisi bagaimana menguatkan jemaat kita untuk bisa punya suatu keberanian. Kita sering kali berkata, “Oh kalau bicara tentang Yesus itu pasti.” Karena apa? Karena segala yang dikatakan terjadi dalam kehidupan Yesus itu ada di dalam Kitab Suci. Saudara tahu, nubuat selama 1000 tahun itu bisa digenapi dalam pribadi 1 orang yaitu Yesus Kristus. Dan selama 1000 tahun itu bisa digenapi dalam 1 hari ketika Yesus disalibkan, itu kalau bukan rancangan Tuhan apa? Sehingga banyak orang berkata Yesus itu pasti, Alkitab sudah katakan, dia tahu kapan Dia lahir, dia tahu kapan Dia mati, dia tahu cara Dia mati seperti apa, tapi kita kan nggak. Waktu bicara berkenaan dengan Petrus, mungkin kita juga bisa berkata Petrus gimana? Yohanes gimana? Ya mereka mungkin nggak tahu, tapi Tuhan pernah berkata lho Petrus ketika hari tuanya dia akan diseret oleh orang dan mengikuti orang, dan hidup berbicara berkenaan dengan cara dia mati. Dan kita akhirnya lihat bahwa dia mati disalibkan secara terbalik menurut tradisi. Yohanes mati tua. Rasul-rasul yang lain kebanyakan mati martir. Jadi pada waktu kita berbicara berkenaan dengan hidup mati seseorang, jalan hidup seseorang, seolah-olah kita penuh dengan ketidakpastian, dan penuh dengan segala kemungkinan yang kita bisa ubah waktunya, dan hal yang paling bijaksana adalah kita melindungi diri dari semua orang lain termasuk dari ibadah fisik.

Saudara, saya kok lihat itu adalah satu penggunaan ayat “jangan mencobai Tuhan Allah” sering kali dikutip yang secara tidak bijaksana sekali dan secara berat sebelah. Orang Kristen tahu nggak ketika dia mati dia akan ke mana? Tahu kan? Orang Kristen tahu tidak semua yang dia alami dalam hidup dia pasti baik? Setuju nggak? Sehat itu baik nggak? Pekerjaan yang menghasilkan uang yang limpah sehingga kita bisa melakukan yang kita inginkan, baik nggak? Punya keluarga sampai kematian memisahkan, baik nggak? Sakit, baik nggak? Nggak? Dipecat, baik nggak? Saudara, definisi kita baik atau tidak baik itu tolong jangan sama seperti orang dunia ya. Dan definisi kita berkenaan dengan hidup dan mati, tolong jangan seperti orang dunia seolah-olah kita bisa memperpanjang sehasta dari jalan hidup kita, padahal Alkitab bilang ndak bisa.

Nah dalam kondisi seperti ini, mungkin saya tambahin satu lagi Bapak, Ibu percaya nggak bahwa jalan hidup kita selalu ada di dalam pimpinan Tuhan? Mungkin di sini nggak setuju, ada yang ngomong ya, ada yang ngomong tidak. Saya bilang, yang mana? Bisa dua-duanya lho, Alkitab bilang bisa di dalam pimpinan, bisa juga nggak. Kapan di dalam pimpinan? Kapan tidak di dalam pimpinan? Tentunya kita harus kembali ke Alkitab, Alkitab bilang apa? Orang yang ada di dalam pimpinan adalah orang yang berjalan di dalam ketaatan kepada perintah Tuhan, kan? Di dalam kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang yang tidak di dalam pimpinan Tuhan yang mana? Yang hidup di dalam dosa. Begitu ya? Saya lanjut lagi ya. Itu yang mungkin buat kita takut mati ya? Karena kita tahu kita banyak berdosa. Kita tahu kita banyak tidak taat kepada Tuhan, begitu? Tapi kalau itu yang menjadi dasar, saya harap dan saya berdoa kita bertobat dari kondisi itu.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya juga mau katakan prinsip dari kalimat Yesus mati karena penetapan Tuhan – nanti ini bagian sekalian intro masuk ke bagian keduanya ayat 23 – itu mau menunjukkan penolakan yang dilakukan oleh Israel, kejahatan yang dilakukan oleh Israel, di dalam pandangan Tuhan itu bisa menjadi sesuatu yang baik. Ini Allah kita lho. Kesalahan kita, kalau saya mau tarik lagi, kesalahan yang kita lakukan dalam hidup kita, dosa yang kita lakukan dalam kehidupan kita, kalau kita betul-betul adalah umat pilihan dari Tuhan Allah – ini bukan membenarkan untuk kita melakukan dosa karena itu bagian kedua nanti – tetap di dalam tangan Allah bisa menjadi hal yang baik.

Kita bisa lihat Saudara Yusuf yang menolak Yusuf, tetap dipelihara oleh Tuhan kok. Saudara bisa lihat hal-hal lainnya juga dari misalnya orang-orang yang ditolak atau orang-orang yang menolak Yesus Kristus tetap Tuhan akhirnya berbelas kasih untuk memanggil Petrus untuk mengkhotbahkan dan menginjili mereka kembali dan memberitakan tentang Kristus bagi diri mereka.

Jadi pada waktu kita berjalan dalam dunia ini, hal yang penting itu adalah tanya ke diri, “Saya milik Tuhan bukan?” Saudara sudah dilahirbarukan belum di dalam Kristus? Lalu hal yang kedua yang penting adalah ketika Saudara hidup dalam dunia ini, Saudara hidup berdasarkan pimpinan Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus atau tidak yang dinyatakan dalam ketaatan kepada firman Tuhan? Itu yang penting. Sisanya, kapan Saudara mati, penting nggak? Sisanya, Saudara mengalami kecelakaan, kelumpuhan, stroke, tertidur di atas ranjang nggak bisa buat apa-apa selama tahunan, penting nggak? Mungkin kita bisa ngomong penting, dan saya yakin kalau itu kita alami, pasti penting. Tetapi yang saya maksudkan adalah pada waktu kita mengalami itu, Tuhan bekerja nggak dalam hidup kita? Tuhan menyertai Saudara nggak? Ada nggak iman? Ada nggak pengenalan akan Kristus yang bertumbuh? Ada nggak suatu keberserahan untuk percaya bahwa apa yang saya alami ini walaupun saya nggak suka, saya nggak mau, saya mau berontak, saya ingin sembuh, saya ingin keluar darinya, tapi karena Tuhan memimpin saya masuk ke dalam kondisi ini saya menundukkan diri di dalam peristiwa itu.

Saudara, beda kita dengan orang bukan percaya itu apa? Kalau kita terus hidup di dalam suatu ketakutan, suatu kehidupan yang tidak pernah mau menyerahkan diri di dalam pimpinan Tuhan di dalam hidup kita dan seolah-olah dunia ini ada di dalam genggaman kita, kita harus berkuasa atasnya, kalau tidak ada di dalam genggaman sepertinya dunia mau runtuh dan dunia kita lebih baik binasa saja dan kita mati, itu bukan orang yang beriman. Orang yang beriman adalah dia tahu apapun yang dia lakukan, apa yang dia alami, ketika dia berjalan di dalam Tuhan, maka Tuhan ada pelihara diri dia. Hasilnya seperti apa itu nggak terlalu penting. Yang penting saya jalani sesuai dengan pimpinan Tuhan dalam hidup saya. Yang penting adalah saya bagaimana meresponi setiap peristiwa sesuai dengan terang firman Tuhan. Kalau saya bersalah, saya bertobat dan kembali. Situasi bisa berubah nggak? Belum tentu berubah, tapi yang penting saya kembali kepadaTuhan. Itu jauh lebih penting. Karena Tuhan yang menetapkan segala sesuatu, Tuhan yang mengatur segala sesuatunya.

Tapi ada satu sisi lagi yang kita nggak boleh abaikan yaitu pada waktu kita bicara Tuhan menetapkan segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu, kita bisa jatuh ke dalam satu posisi fatalisme. Kita akan jatuh dalam posisi yang berkata, “Ah kalau Tuhan sudah mengatur segala sesuatu, berarti ya sudahlah saya serahkan ke dalam tangan Tuhan,” dalam pengertian nasib itu membuat kita pasif, nggak melakukan segala hal lain dalam hidup kita, termasuk kita boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Tapi di dalam khotbah Petrus bagian yang kedua tadi ayat 23, selain dikatakan “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya,” ada kalimat, “telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Saudara perhatikan khotbah Petrus itu betapa menusuknya ya. Pokoknya dia ngomong kamu, kamu, kamu yang jahat, kamu yang berdosa, kamu yang melawan Tuhan, makanya orang kepingin dia mati kali ya. Kalau ada hamba Tuhan ngomong kayak gini kepada Saudara, Saudara gimana sikapnya? Mau salibkan dia juga? Mungkin bisa kayak gitu ya. Tapi coba perhatikan di sini Petrus mau bilang apa? Saudara, tahu tidak kematian Kristus memang rencana Tuhan, penetapan Tuhan, tetapi jangan lupa kamu juga bertanggungjawab. Kamu yang menyerahkan Kristus. Kamu yang membuat Dia mati di kayu salib. Kamu harus menerima itu adalah tanggung jawabmu di dalam melakukan dosa itu.

Memang betul Tuhan telah menetapkan Dia untuk mati, tetapi itu bukan berarti kamu boleh berkata aku tidak perlu dihukum, aku tidak perlu mendapatkan tuntutan penghakiman Tuhan kembali. Dan prinsip ini selalu dinyatakan melalui Kitab Suci. Ini adalah pengajaran kalau kita mau bicara theologi Reformed seperti itu. Reformed melihat segala sesuatu dipimpin oleh Tuhan di dalam kedaulatan Tuhan dan kendali Tuhan 100% tanpa ada yang di luar itu, tetapi juga sekaligus menyejajarkan manusia bertanggungjawab terhadap perbuatan dan kejahatan yang dia lakukan. Itu membuat kenapa Petrus setelah berkhotbah ada respon yang muncul. Respon itu adalah mereka sangat terharu, atau dalam bahasa Yunaninya adalah mereka begitu tertusuk sekali hati mereka sehingga membuat mereka begitu sedih dan akhirnya mereka bertanya apa yang harus kami perbuat, Saudara-Saudara? Lalu Petrus berkata kamu harus bertobat dan hendaklah memberi dirimu untuk dibaptiskan.

Saudara, kita sebagai umat Tuhan saya lihat ini melihat prinsip ini menjadi prinsip yang penting. Karena di dalam kondisi kita seringkali sekarangi ini dan di dalam kita melihat pada berita ataupun pendidikan, orang seringkali menganggap bahwa kegagalan seseorang, sakit seseorang, atau psikis seseorang itu adalah akibat dari korban lingkungan, korban manusia yang lain, korban pendidikan yang salah. Alkitab bilang tidak seperti itu. Kita nggak pernah boleh terus menerus menyalahkan orang. Walaupun ada bagian kesalahan orang itu bagi diri kita, kita tidak boleh menyalahkan orang itu terus. Yang penting adalah kalau kita hidup di dalam akibat dari apa yang dilakukan oleh orang bagi diri kita, Petrus mau ngomong, “Kamu yang salah.”

Saudara paham ini? Kita punya tanggung jawab, dan tanggung jawab itu menentukan bagaimana kita berespon dan bersikap terhadap sesuatu. Tanggung jawab itu yang membuat kita bisa menyelesaikan masalah atau terus berada di dalam masalah. Bukan orang lain yang menyelesaikan tapi diri kita dengan Tuhan yang menyelesaikan satu masalah tertentu. Itu yang penting. Karena kalau kita berharap orang lain berubah, orang lain bertobat, orang lain yang mengubah relasi, orang lain yang melakukan kebaikan terlebih dahulu, saya yakin sampai mati itu nggak akan berubah kecuali ada orang yang mengalah, baru hal itu akan berubah. Karena Alkitab selalu melihat perubahan terjadi kalau orang menyadari dosa, perubahan akan terjadi kalau dia menyadari kesalahannya, perubahan terjadi kalau dia membuka hati untuk menerima orang yang bersalah datang kepada diri dia, atau dia melakukan kebaikan kepada orang yang jahat kepada diri dia walaupun orang itu tidak bertobat dari dosanya. Karena kita bertanggungjawab. Karena Tuhan akan melihat setiap perbuatan kita baik yang baik ataupun yang tidak baik, Tuhan akan menuntut setiap dari perbuatan yang kita lakukan itu. Dan kejahatan yang paling besar yang dilakukan oleh manusia yaitu dia terus melarikan diri dan menolak Kristus. Itu kejahatan yang paling besar.

Saudara, Yesus pernah bilang ketika Roh Kudus bekerja, ketika firman diberitakan, semuanya sentralitas pada Kristus dan Kristus memang adalah satu-satunya jalan yang Allah sediakan untuk keselamatan, tetapi Dia juga adalah raja atas segala raja yang memerintah seluruh dunia ini, Dia adalah Tuhan pencipta. Itu sebabnya kalau kita menolak jalan ini, kita menolak kebenaran ini, kita menolak Kristus yang disiapkan oleh Allah, itu adalah kejahatan yang nggak mungkin ada pengampunan kembali, kalau kita menghadapi penghakiman oleh karena itu. Karena ini adalah kejahatan yang terbesar. Itu sebabnya Paulus berkata Israel ditolak ketika mereka menolak Kristus.

Saudara perhatikan baik-baik ya, Saudara sudah melihat kebenaran, Saudara sudah mendengar kebenaran tentang Kristus. Kalau Saudara terus keraskan hati, Saudara terus tidak mau percaya kepada Kristus, Saudara tidak ada pertobatan dalam hidupmu, Saudara jangan pikir Saudara bisa lari daripada penghakiman Tuhan karena Tuhan akan menuntut itu jauh lebih berat daripada orang yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan kalimat ini menyatakan orang di luar Kristus pun akan dihukum walaupun mereka tidak pernah mendengar Injil. Tapi kita yang mendengar Injil Kristus akan dihukum jauh lebih berat dari mereka yang tidak pernah mendengar Injil Kristus kalau kita terus tidak mau menundukkan diri di bawah otoritas pemerintahan Kristus di dalam hidup kita.

Saudara, pikirkan baik-baik, Saudara sudah berapa tahun jadi orang Kristen? Ada nggak ciri-ciri seorang Kristen yang sungguh-sungguh di hadapan Tuhan itu seperti apa? Adakah penundukkan diri kepada kebenaran Kitab Suci? Adakah buah-buah roh dalam hidupmu? Adakah iman dalam hidupmu? Iman itu bukan dalam kondisi baik lho, justru dalam kondisi pergumulan baru Tuhan nilai kamu beriman atau tidak secara sungguh-sungguh. Adakah penyerahan totalitas hidupmu ke dalam pemeliharaan Tuhan? Adakah hidup dalam kesucian dan kekudusan? Kalau Saudara nggak punya itu, jangan dengan alasan “saya percaya Kristus” dengan slogan tapi Saudara tetap hidup dalam kehidupan lamamu tanpa ada perubahan. Tuhan mengatakan engkau bertanggungjawab terhadap perbuatanmu karena itu sama dengan engkau menolak Kristus.

Makanya saya senang sekali Alkitab ketika berbicara mengenai kehidupan Kristen, dia selalu menggunakan pengertian hidup baru, hidup baru, tanggalkan manusia lama, hidup baru. Karena orang Kristen nggak mungkin hidup seperti manusia lama. Dia pasti menjadi orang yang baru, yang kalau saya pakai bahasa Raja Saul ketika dia diurapi menjadi seorang raja, maka mulai hari itu dia menjadi orang yang berbeda. Memang ada yang menafsirkan secara negatif hatinya berubah, mulai detik itu dia menjadi sombong, tetapi saya juga melihat ada aspek positifnya dia menjadi orang yang berbeda di mata orang-orang yang melihat dan mengenal dia secara pribadi. Saudara selama ini mengikut Kristus, teman-temanmu lihat kamu orang berbeda bukan? Bukan hanya teman, tapi yang paling signifikan adalah keluargamu lihat kamu orang yang berbeda bukan? Karena kamu bisa menutupi itu dari teman, tetapi kita nggak bisa menutupi itu dari keluarga kita.

Mereka akan berkata engkau orang Kristen atau bukan? Engkau hanya beragama tapi agamamu sama dengan saya karena pribadimu, karaktermu sama dengan saya, nggak ada perubahan sama sekali. Atau mereka bisa melihat ini orang Kristen yang memiliki Tuhan Allah yang sejati, Juruselamat di dalam Kristus, yang saya pun harus memilikinya karena saya melihat anak saya, suami saya, istri saya menyatakan kehidupan yang diubahkan yang saya tidak miliki. Saya ingin miliki itu tapi saya harus mengadopsi Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat saya. Saudara, kita bertanggung jawab, Tuhan akan tuntut tanggung jawab itu. Jangan semuanya salahkan ke Tuhan walaupun kita bilang semuanya bersumber dari Tuhan, kita pun ada bagian di dalam keputusan-keputusan dan sikap perilaku kita yang akan dituntut oleh Tuhan. Kiranya Tuhan berkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali berdoa bersyukur Bapa untuk kebenaran firman yang boleh Engkau nyatakan bagi kami. Kami juga bersyukur karena kami boleh dibawa untuk melihat kalau Engkau pun adalah Allah yang sangat berkuasa, luar biasa, yang mengatur segala sesuatu sehingga kami boleh memiliki suatu jaminan kepastian dalam kehidupan kami, karena kami berjalan di atas dasar yang kokoh, kebenaran firman, dan bukan di atas dasar pasir ataupun air yang tidak ada pijakan sama sekali. Tolong kami, ya Tuhan, untuk kami ketika berjalan, kami boleh makin berjalan di dalam iman dan takut akan Tuhan, dan menyatakan kehidupan Kristen kami yang bertanggungjawab karena kami telah menerima kasih karunia dalam Kristus. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)