Pengintai-pengintai di Yerikho, 12 November 2023

Pengintai-pengintai di Yerikho

Yos. 2:1-3

Pdt. Solomon Yo

 

Kitab Yosua pasal 2 sangat terkenal. Tua dan muda, dari Sekolah Minggu sampai jemaat dan kita yang melayani kita akan merenungkan dalam satu ibadah ini ada yang mau kita fokuskan. Ada beberapa nama yang penting disebutkan. Ada nama Yosua, ada Raja Yerikho, ada prajurit sebagai aktor-aktor, orang-orang suruhan raja, tapi fokus kita kepada ada 2. Satu yaitu 2 pengintai yang diutus, kedua Rahab. Bapak, Ibu, dan Saudara yang dikasihi Tuhan, 2 pengintai ini ndak disebutkan nama tetapi apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka menjalankan tugas memata-matai, spy, dalam konteks war untuk kondisi waktu itu. Lalu Rahab yang namanya disebut jarang, nggak semua nama disebut. Dan namanya disebut. Bahkan Alkitab dari kitab Yosua sampai kepada kitab Yakobus, namanya disebut bahkan diberikan keterangan, “pelacur”. Kalau ada pelacur masuk ke gereja, dia sangat nggak nyaman. Kita pun sulit menerima. Apalagi kalau dijadikan pengurus, boleh nggak? Boleh nggak? Sulit ya. Sulit jadi pengurus. Kalau pembunuh menjadi pendeta boleh nggak? Boleh ya? Kalau Daud boleh ya. Sulit ya. Waktu memikirkan tentang Daud itu sulit. Lalu anaknya, Salomo, anak Batsyeba, itu yang jadi penerusnya. Sulit. Tapi itu nggak boleh menjadi pembenaran. Tapi kita harus memahami, kadang kebenaran itu sangat sulit sekali. Dan tentang Rahab, dia itu menjadi nenek moyang daripada orang-orang yang besar, dari Daud.

Saudara, kita akan fokus kepada 2 pengintai. Yosua mengirim mereka, mengirim pengintai. Bukankah ada kisah tentang pengintai sebelumnya, dan itu masalah? Gara-gara ada pengintai, 12 orang mengintai ke Kanaan, terjadilah 1 generasi itu hilang 38,5 tahun yang lalu, kira-kira 40 tahun yang lalu. Bagaimana setelah perjalanan mereka ada sesuatu pengalaman sekian puluh tahun yang lalu, ada pengintai untuk nanti mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan tapi gara-gara ada 10 pengintai yang tidak beriman, terjadilah mereka terbunuh. Generasi yang melihat mujizat paling banyak, mengalami anugerah yang luar biasa. “Nggak ada orang di dalam dunia ini yang seperti kita, mengalami mujizat lihat 10 tulah, melihat Laut Teberau terbelah. Lalu bagaimana mengalami akan banyak sekali mujizat, dari cadas keluar air, manna, tiang awan, tiang api.” Kalau kita mempunyai pengalaman mujizat gini, kira-kira kita itu akan sangat rohani nggak? Banyak orang berharap melihat mujizat maka imannya yang lemah akan jadi kuat.

Saya juga pernah mempunyai pengalaman itu, “Kalau Tuhan kasih saya mujizat, lalu mataku sembuh, nggak usah pakai kacamata lagi!” Wah. Atau ada orang yang pakai tongkat, ada orang yang harus terus ke dokter operasi, kalau sembuh maka imannya luar biasa. Tapi ada nggak yang punya pengalaman melihat sendiri 10 tulah, Laut Merah terbelah, tiang awan, tiang api, lalu ada manna dan macam-macam? Luar biasa, pasti imannya kuat. Nggak benar. Nggak seperti itu. OK, kita nggak membahas lebih lanjut, tapi bagaimana 10 pengintai itu nggak punya iman yang benar dan memberi pengaruh kepada 1 generasi menjadi memberontak dan binasa. Pertanyaannya kenapa sekarang dikirim lagi? Masalah nggak? Kadang sesuatu hal sepertinya sama, serupa, tapi nggak sama. Sama-sama pengintai dikirim, tapi ada perbedaan, dan kita harus tahu membedakan. Kalau tidak, semuanya seperti dianggap sama rata. Kita lihat dari luarnya semua mesti begini-begini, nggak melihat esensi. Ada orang seperti pelacur, Rahab ini, yang menjadi tokoh iman. Orang seperti Daud menjadi orang yang sangat rohani. Tapi apakah semua yang mempunyai yang latar belakang demikian pasti baik? Kita harus bisa melihat dengan tepat.

Dulu pengutusan itu bersifat formal. Pengutusan yang 2 orang ini, di zaman Yosua, 38,5 tahun atau katakan kita bulatkan 40 tahun itu informal, penuh kehati-hatian, penuh dengan esensi. Dulu 12 suku, maka haruslah secara aturan masing-masing 1 suku. Nggak layak pun harus dipilih. Karena harus, karena aturan, karena adat, karena masak nggak ada perwakilan. Tapi apakah layak? Apakah beriman? Pokoknya mengisi quota. Tetapi bedanya apa? Mereka nggak punya iman yang benar. Mereka melihat Allah yang begitu besar tetapi nggak mengenal Allah. Dan ketika melihat orang-orang Kanaan yang badannya besar, mereka ciut. Allah mereka nggak hadir, mereka lebih takut manusia daripada takut kepada Allah. Beda dengan Yosua dan Kaleb, banyak masalah begitu besar, takut. Tapi melihat Allah yang lebih besar, takutnya dikalahkan oleh iman.

Hidup kita juga sama, kita akan melihat banyak masalah, dan kita juga gentar, gemetar, kita juga ciut, tapi itu bukan akhir. Kita melihat Allah, kita melihat cara Allah bekerja, dan kita percaya kepada Dia bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Amin? Nggak ada yang mustahil bagi Tuhan. Yang penting kita jangan sampai keliru. Sampai jangankan orang lain, Tuhan pun melawan kita. Itu yang masalah. Tapi kalau Tuhan pro us, bersama kita, menyertai kita, memimpin kita, maka masalah itu akan bisa dilewati. Alangkah baiknya 10 pengintai itu tidak dikirim. Jumlah banyak nggak tentu lebih baik, benar? Yang masak, kalau sudah masak, pakai daging bagus, daging premium, dikasih lagi semua barang-barang yang mahal, kadang makanan itu ada barang-barang yang mahal itu dimasukkan, lalu dikasih minyak wijen 1 botol. Bagus nggak? Minyak wijen itu bagus, bikin harum lho. Akhirnya sudah bukan masakan lagi. Lebih baik tidak dikasih kalau sesuatu itu merusak.

10 orang itu menjadi orang penting karena diutus dan menjadi wakil memiliki hak berbicara. Tapi waktu berbicara, justru menjadi buruk. Kalau misalnya di sini ada singer. Saya ingin tanya, lebih bagus 1 singer atau 10 singer? Paduan suara lebih bagus 10 orang atau 100 orang? 100. Tapi kalau yang 50 itu fals, lebih baik 50 aja. Kalau yang singer 2 orang sama 10 orang bagusan mana? 10 orang. Kalau yang 5 fals bagaimana? Mending 2. Saya punya pengalaman, waktu KKR dengan ribuan orang, bukan saya yang memimpin tapi Pak Stephen Tong KKR Natal, ada singer di mimbar pakai mic. Bayangkan kalau mic untuk 5000 orang itu kan banter ya. Dan ternyata ada singer-nya yang nadanya keliru. Notasinya keliru, nyanyi nya keliru. Dan di bawah itu ada penyanyi solois yang bagus suaranya, seriosa. Keren kan? Dan juga ada saya dan beberapa orang dan merasa ini keliru, mari kita nyanyi lebih keras supaya kita bisa memberi pengaruh positif. Kalah sama yang pegang mic. Saya hari itu baru mengerti the power of microphone. Kalau di tangan yang keliru, di tangan seorang pejabat, yang mempunyai pengaruh dan memiliki sesuatu semacam legalitas untuk dia itu mewakili, dan dia nggak beriman, maka orang itu akan masalah, memberi pengaruh. Bayangkan 10 orang itu mencelakakan 1 generasi. Nyakiti hati. Maka kita mesti mendoa bagi orang-orang, pendeta-pendeta yang baik, sekolah teologi mengerti karakter yang baik, pengurus, penatua, majelis, guru sekolah minggu yang baik. Yang lalu ketika mereka duduk di jabatan, di Menteri Keuangan, di pejabat di Gubernur-an, Bank Indonesia, atau di posisi-posisi penting, kadang begitu mereka naik pangkat, diangkat, orang mengatakan, “Puji Tuhan. Ada anak Tuhan di situ.” Nggak lama kemudian mereka kena tangkap tangan. Lebih bagus mereka ada orang Kristen yang menjabat atau tidak? Bukan itu jawabannya. Kalau yang nggak baik yang mencemarkan, lebih baik nggak ada. Amin? Kalau yang bersaksi, lebih baik ada atau tidak ada? Ada! Esensi nya ada di situ.

Sayang dulu itu seperti demokratis, dulu itu dipaksakan, dulu itu sepertinya formal. Maka saya kadang itu kalau di dalam memilih pengurus, atau melakukan suatu keputusan di dalam urusan Momentum – saya di Momentum ya, penerbitan – tahu Momentum ya Saudara? Kalau nggak tahu Momentum, repot kamu ya. Kadang di dalam sesuatu hal membeli, sesuatu, kadang saya lambat. Memilih teman hidup, memutuskan, telat. Lebih baik telat daripada salah kawin. Tapi kalau jangan telat lebih baik. Tapi yang penting adalah tidak salah. Karena kalau ada yang salah, susah. Kalau bisa kompak-kompak, kalau ada aja 1 yang nggak sama, lalu kadang secara pembicaraan bisa sejalan itu proses tapi kalau tidak, itu akan merepotkan. Bahaya sekali kalau posisi-posisi strategis diisi orang yang tidak rohani, cara pikir tidak sama sehingga kita bisa ada banyak kesulitan. Kalau kita menikah secara salah, kalau anak waktu kecil semua baik-baik satu hari mereka itu bergaul dengan orang yang salah, pulang ke rumah nanti akan bikin masalah. Kalau kita punya pembantu, ataukan pekerja, manajer, yang ternyata tidak tepat. Bayangkan pembantu di tangannya ada kunci. Kita tidur, dia buka kunci, orang lain masuk. Kalau kita seorang penjaga di perbatasan, pos awal dalam peperangan, ketika kita yakin ada yang jaga, padahal dia justru membuka pintu bagi musuh, habislah 1 negeri. Jadi betapa penting hal ini. Saudara jangan karena alasan formal kita memaksakan.

Betapa penting hal ini, dan Yosua pernah mengalami sakit hati. Saya rasa Yosualah orang yang paling sakit. Sakit ketika dia melihat 1 generasi, 600 ratus ribu tentara yang keluar cuma dia dan Kaleb yang hidup, atau ada beberapa yang beriman. Dan waktu mereka mati, selama 38 tahun, istri mereka, orang tua mereka sudah mati dan tidak masuk ke Kanaan. Jadi pengalaman waktu itu bagi seorang sakit setengah mati melihat kebinasaan. Sekarang dia utus. Kira-kira dia utusnya ngawur atau berhati-hati? Pasti berhati-hati. Maka dia itu sekarang mengutus dengan memilih orang dengan hati-hati. “Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang sundal bernama Rahab lalu tidur di situ.” Nah Saudara, 2 orang ini pergi dan tinggal di rumah seorang pelacur. Pilihan yang tepat. Kenapa? Karena dulu sama sekarang berbeda. Aku tinggal di hotel, gereja belum ada pastori, itu tempat umum. Kalau di zaman dahulu, di mana ada tempat umum? Kalau di café, aku disuruh pulang nggak bisa menginap. Tapi kalau ketemu orang, bincang, di café, tempat kopi bisa bincang lama. Di Starbucks atau di tempat kopi kita bisa bincang sampai berjam-jam, sampai 4 jam, karena orang kerja lama, nggak diusir. Nah waktu itu, tempat inilah, tempat orang ngopi, nginap, atau ada yang juga, nggak tahu, nakal. Tapi tempat umum. Maka mereka pergi ke sana, karena di sana orang itu bisa anonim karena siapa saja bisa ke sana. Tapi perhatikan, mereka tinggal di rumah seorang pelacur tapi tidak melacur. Firman Tuhan mengatakan bahwa mereka tidur di situ, bukan tidur dengan perempuan itu. Simson dikatakan tidur dengan perempuan sundal. 2 pengintai ini tidak. Mereka pergi ke tempat itu tetapi bersih. Tempatnya kotor tapi mereka jaga diri bersih. Dan aku yakin kenapa? Mereka pergi dengan sesuatu kegentaran, nggak mungkin tidak. Ada orang Yahudi, ada orang Ibrani, atau orang Israel yang tidak tahu pengalaman mereka habis di padang gurun keliling tidak ke mana-mana dan mati. Tuhan nggak berkenan. Itu menyakitkan. Nggak enak di padang gurun. Bangun, simpan tenda. Nggak ada air, hanya mujizat Tuhan. Sepatunya itu nggak rusak. Sepatu mereka nggak rusak. Baru 4 tahun setelah pandemi jarang dipakai, ada kerusakan. Mereka 40 tahun nggak rusak. Luar biasa.

Saudara, kita lihat betapa mereka pergi itu nggak boleh kesalahan terjadi. Kalau kesalahan terjadi ini nggak ada kesempatan kedua. Maka mereka ini pasti sangat butuh Tuhan menyertai, Tuhan menuntun. Eh perginya ke tempat pelacuran. Tapi mereka ada alasan. Mereka menjaga diri bersih. Karena kalau mereka kotor, mereka akan bahaya. Kalau misalnya ada orang yang kesurupan, lalu kemudian pendeta ajak kamu untuk pergi. Tapi kamu merasa lagi rohaninya down, dan baru ada kecurangan. Kamu mau ikut sama dia nggak? Ada rahasia gelap. Kamu kira-kira akan ikut pendeta berani nggak ke sana? Lalu tengking setan, keluar. Berani nggak? Nggak berani. Kenapa? Karena tahu-tahu setan bilang, “Aku tahu kamu pergi ke pelacuran. Aku tahu kamu selingkuh.” Malu. Jadi yang berani adalah perginya dengan apa? Aku sudah menyucikan diri. Aku akan pergi dengan kekuatan rohani. Tuhan menyertaiku dan Tuhan nggak akan marah sama saya. Benar nggak? Saya mempunyai perasaan itu. Kalau saya misalnya ada satu perasaan nggak beres, pergi menengking setan, setan mengatakan, “Haha, aku tahu kamu!” Malu aku kalau Tuhan tidak menyertai.

Saya yakin 2 orang ini pergi dengan kekuatan rohani, pergi dengan mengandalkan Tuhan, pergi ke tempat musuh itu setiap urat saraf mereka itu siaga. Dan paling mereka butuhkan adalah Tuhan menyertai, Tuhan memberkati dan memang itu yang terjadi. Dan mereka pergi ke tempat itu di luar dugaan apa yang akan berlangsung. Secara indah kalau hidup orang dipimpin Tuhan, dalam hidup ini kita kadang berjalan tahu-tahu nggak tahu apa yang akan terjadi. Kadang orang nggak pulang, kadang ketemu setan, kadang ketemu orang jahat, kadang itu akan hancur, kadang kita ketemu malaikat, kadang kita itu banyak hal terjadi. Dalam satu ketika, dalam satu insiden, satu peristiwa, satu hari, banyak hal itu luar biasa, entah berkat entah kutuk. Itu yang membuat gentar dan betapa penting dalam berbagai macam pengalaman setiap langkah dipimpin Tuhan, disertai oleh Tuhan, Immanuel. Disertai Tuhan. Bertanya Tuhan apa yang mau saya lakukan, apa yang mau saya putuskan. Saya mau ketemu apa. Biarlah setiap langkahku yang kadang melampaui rencana dan apa yang kita bisa tahu rencana orang lain, apa yang akan terjadi dalam dunia segala macam, perubahan yang terjadi, Tuhan menyertai. Amin? Kita minta Tuhan yang tolong. Saudara kalau you sudah punya cerita-cerita, teman, saudara, kerabat, punya pengalaman cerita you baru mengerti. Saya rasa Anda bukan anak-anak sekia muda yang tidak punya pengalaman. Hidup kita ditentukan oleh pengalaman yang nggak terduga yang sangat besar. Maka sangat penting dipimpin Tuhan. Dan sekarang kita lihat bagaimana apa yang akan terjadi berikutnya.

Nah Saudara, kita sekarang melihat kepada Rahab. Lalu ketika kita membaca dalam ayat yang berikutnya, di dalam ayat 4 mereka sampai dengan Rahab. Lalu kemudian perempuan itu ketika dikunjungi dan diselidiki dan diinterogasi dia menjawab ayat ke 4 – 6, “Memang, orang-orang itu telah datang kepadaku, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka, dan ketika pintu gerbang hendak ditutup menjelang malam, maka keluarlah orang-orang itu; aku tidak tahu, ke mana orang-orang itu pergi. Segeralah kejar mereka, tentulah kamu dapat menyusul mereka.” Tetapi perempuan itu telah menyuruh keduanya naik ke sotoh rumah dan menyembunyikan mereka di bawah timbunan batang rami, yang ditebarkan di atas sotoh itu.” Lalu kemudian yang paling penting adalah di dalam ayat yang ke 11-13. Saya baca dari 10, “Sebab kami mendengar, bahwa Tuhan telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi Tuhan, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut.” Saudara, kita mendapatkan di sini bagaimana perempuan ini dengan cerdik mengecoh lalu menyelamatkan akan kedua pengintai ini. Kisah Rahab menimbulkan satu pertanyaan moral, boleh nggak berbohong? Mustinya Rahab bilang, “Oh ya ini kedua orang. Silahkan tangkap.” Nggak cocok dengan pengalamannya dia. Alkitab mau menyatakan bahwa Rahab menunjukkan iman dan iman yang besar. Amin? Ada bohong di situ, kita maafkan. Jangan nanti khotbahnya kepanjangan, kita lewatkan. Itu nanti perlu ceramah. Minta pendeta lain aja yang ceramah, OK? OK, karena sebentar lagi saya akan pulang. Kita akan fokus kepada iman daripada Rahab.

Nah, sekarang kita langsung masuk kepada ayat yang ke-9 sampai 11 karena di situlah kata-kata yang penting dia ungkapkan. Alasan kenapa dia berbuat “mengkhianati kaumnya” dan di sini adalah masalah iman, keselamatan. Saudara, Rahab di ayat 9 mengatakan “Aku tahu bahwa TUHAN.” YHWH, TUHAN huruf besar semua. “Aku tahu bahwa YHWH, TUHAN Allah Israel.” Lalu ayat ke-10 dan ke-11, dia mengatakan, “Sebab kami mendengar.” Ayat yang ke-11 juga dia kembali mengatakan, “Ketika kami mendengar.” Melalui apa yang dia dengar dan dia tahu. Apa yang dia dengar dan dia tahu? Tentang Allah Israel dan dibandingkan dengan allah mereka. Dia percaya bahwa Allah Israel adalah Allah Yang Mahakuasa dan Allah Yang Sejati dan yang berbeda dengan semua allah bangsa lain, termasuk dewa-dewa mereka. Perhatikan kata dia, “Aku tahu bahwa YHWH.” Dia orang bangsa Kanaan, tapi menyebut Tuhan dengan kata YHWH. Berarti dia itu sudah mempercayai, menghormati Allah kovenan, Tuhan kovenan, dan Allah YHWH yang adalah Tuhannya orang Israel, di mana umat Israel sebagai umat kesayangan Tuhan, dan bagaimana Allah itu adalah Allah yang sejati, yang bertindak secara dahsyat di dalam sejarah dan kehidupan bangsa Israel. Dan dia memilih untuk beriman, berharap, bersandar, sehingga memanggil dengan hormat perasaan dan trust, bersandar, bergantung, bahkan nyawanya, nasib keluarganya. Sudah ada sesuatu perubahan. Dia ingin supaya mendapat belas kasihan. Jadi, seorang perempuan Kanaan yang setelah peristiwa-peristiwa yang luar biasa 40 tahun yang lalu yang hampir tidak pernah ada umat manusia, orang yang mengalami mujizat di Mesir yang dahsyat dan di perjalanan, Laut Merah terbelah, lalu burung puyuh memberi daging gratis, ada manna, tiang awan, tiang api, ada air yang lebih bersih mungkin dari air-air botol-botol yang kita beli itu. Mujizat luar biasa! Seorang yang 40 tahun kemudian tidak pernah, waktu itu mungkin belum lahir, kalau kita anggap dia sebagai seorang perempuan aktif profesional, aku rasa dia nggak 80 tahun. Nggak laku. Mungkin bukan 60 tahun. Mungkin wanita yang sekitar 30-an tahun, atau mungkin bisa lebih muda. Logikanya saja, berarti waktu kejadian di Mesir itu dan perjalanan, dia belum lahir, tapi dia dengar berita itu waktu dia lahir dari orang tua mereka dan gaung, gema itu mendengung di kepalanya dan di hatinya dan itu terus ada. Gimana orang Israel mengalahkan raja-raja? Apa? Og. Siapa itu? Sihon. Dan itu menumbuhkan iman.

Suatu ironi. Yang keluar dari Mesir, yang lihat lalat pikat, kegelapan, darah, yang waktu itu mengatakan, “Kami mau mendengarkan firman Tuhan dibawah kaki Gunung Sinai. Kami mau, kami sumpah mau taati!” nggak kenal Tuhan. Seorang wanita yang waktu masih bayi lahir kejadian itu sudah lewat, tapi dia dengar dan dia menjadi tahu dan dia menyebut Tuhan sebagai YHWH. Dari mulut bangsa kafir, lalu bersandar. Saya melihat itu semacam sindiran yang sangat keras. Ketika kalau ada orang-orang Kristen dari kecil ikut Sekolah Minggu, bertumbuh, melayani jadi guru Sekolah Minggu, menjadi pengurus, jadi majelis, atau masuk sekolah teologia, tapi ndak punya iman. Tapi ada orang dari bangsa lain yang in de kost di tempat lain, yang tidak ikut Sekolah Minggu, yang tidak pernah baca Alkitab, tapi dengarkan cerita Kristen, Yesus, kebaikan Tuhan, kuasa Tuhan, anugerah di dalam salib, lalu dia beriman dan siap pada waktunya akan dituai sebagai buah yang sejati. Ini sungguh sangat luar biasa. “Aku tahu.” “Kami mendengar.” “Kami mendengar.” Iman yang luar biasa.

Aku tahu bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu.” Luar biasa! Rahab bukan sekedar percaya bahwa ada satu Allah yang Mahakuasa. Dia bahkan percaya janji Tuhan untuk memberikan Kanaan kepada umat keturunan Abraham dan dia gentar dan dia mesti berpihak kepada orang Israel dan dia menghadapi sesuatu. Wah, tentaranya, rajanya itu pasti kuat. Pasti kuat. Bayangkan, 40 tahun, 38,5 tahun yang lalu ketika orang Israel, pengintai yang pasti gagah dan terlatih masuk dan melihat orang Kanaan. Mereka gentar. “Mari, kita pulang ke Mesir!” Mereka lupa janji “Tanah ini akan Kuberikan.” Perempuan ini percaya, Tuhan memberikan. Kadang Tuhan itu menyindir dengan orang-orang sederhana. Ibu-ibu, perempuan, bahkan berdosa, tapi punya jiwa, iman luar biasa. Janji ini tentang tanah Kanaan yang diberikan, disampaikan Musa dari nenek moyang mereka dengan mujizat dan membikin iman dan mereka itu melihat. ”Kita akan dihabisin!” Mereka melihat manusia, orang Kanaan seperti raksasa. Mereka terlalu mikir diri.

Hampir setiap orang itu tak bisa lepas dari diri dan dalam banyak hal, sesungguhnya ego manusia, ketakutan manusia, keuntungan manusia. 2 kekuatan motivasi paling besar, takut rugi, takut mati, takut celaka sama keuntungan yang bisa diperoleh dan ndak mau kehilangan. Inilah yang membuat orang itu jadi ganas dan berpengaruh, termasuk di dalam pertikaian dalam grup WA kamu antara ProJo sama Ganjar. Perhatikan. ”You kalau pilih itu, celaka negara kita!” “You kalau pilih ini tidak bermoral!” atau “Pilih ini!” dan sebagainya, lalu masing-masing punya argumen. Ada yang tidak mau yang satu karena alasan apa, karena masalah MK. Ini bukan masalah politik ya. Ini cuma contoh ya. Masalah MK, MKK, atau ada yang mengatakan, “Wah, ini nanti kami punya negara, bukan punya presiden. Punya pemimpin partai. Lalu nggak mungkin kuat.” Masing-masing. Nggak ada kesimpulan saya kan? Jadi, nggak ada politik ya. Contoh. Kenapa? Saya melihat dalam grup-grup antara orang intelektual yang ada di grup saya itu, itu sudah masing-masing punya argumentasi dan untungnya banyak yang diam, termasuk saya. Sudah tergoda untuk ketik, lalu tak hapuskan kembali. Saya menolong meniadakan tambah ramai ya. Belum tentu dia akan dengarkan saya dan saya pun mau berdiam diri untuk mempelajari. Walaupun sudah mempunyai perkiraan, tapi mau mendalami. Nanti mengajar jemaat, tapi ndak mempengaruhi. Memberikan bimbingan, prinsip, sehingga setiap orang memilih dengan bertanggungjawab dipimpin Tuhan.

Tapi seringkali, yang satu lebih dikuasai oleh, “Kalau kita salah, kita hancur masa depan!” Ketakutan-ketakutan. Nah, ini yang kemudian dipermainkan. Sayang sekali, ketika orang yang pergi 40 tahun yang lalu itu, mereka takut. Mereka ndak takut kepada yang harus mereka takuti. Harus lihat Tuhan lebih besar. Tetapi Rahab, seorang kafir, seorang pelacur, dia mempercayai janji, lalu menjadi bagian daripada umat Allah sampai namanya keren lho, namanya ada di silsilah Tuhan Yesus. Namanya ada di dalam barisan tokoh-tokoh iman. Luar biasa. Ada dalam barisan pahlawan iman Ibrani lho. Karena satu moment peristiwa yang genting dia menyambut dan ini sangat dahsyat pengaruhnya. Dia mengatakan kalimat ini. “Kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang yang menghadapi kamu.” Orang Israel itu ya mau masuk ke Kanaan itu takut ndak? Ada takutnya lho. Tapi yang mereka takuti, mereka sendiri takut ndak? Takut.

Kadang ya, maafkan, maafkan ini ndak rasial. Kadang, perempuan-perempuan lihat kecoa itu langsung, “Haaaa” kayak dunia mau kiamat, ada bom. Ada cicak, ada kecoa, ada apa ya? Laki-laki kadang-kadang yang harus ini, walaupun kalau nggak ada laki-laki di rumah ya mereka juga bereskan ya. Saya nggak ngomong sama anak, anak saya yang perempuan, “Eh, kamu takut kecoa? Takut cicak? Tahu nggak, cicak itu juga takut kamu. Kamu kenapa lari? Dia juga lari.” Jadi, menang-menangan gertak gitu lho. Tikus juga takut. Orang Israel takut sama orang Kanaan. Tetapi menurut perempuan ini, mereka sendiri itu ngeri, takut karena waktu itu sepertinya, maafkan ini bukan mengajar. Saya nggak main judi. Ketika orang main kartu kan ya, kan itu main gertak-gertakan ya. Kartu kita ancur-ancuran, kita habisin semua. Kayak kartu kita itu paling bagus. Masa dahulu kala. Kalau di sincia itu kan orang itu main taruhan. Masa lalu, masa zaman jahiliyah. Sekarang tidak. Ketika main kartu gitu ya, waduh, kartu kita hancur-hancuran. Kita gertak kan? Wah, ketika semua, lalu ketika itu orang takut, kita buka, yah, mereka kena tipu kadang. Kira-kira gitu ya.

Nah Saudara, inilah yang terjadi ketika takut sama takut, apa respon? Sayang pengintai sebelumnya menghancurkan 1 generasi. Tetapi ketika generasi ini akan pergi, bukannya nggak takut, tapi Tuhan pimpin. Yosua mengutus 2 orang yang beriman. Tuhan memberkati. Pergi ke seorang perempuan. Perempuan yang mereka ndak kenal. Ndak pernah mereka selidiki siapa akan menjadi calon mata-mata, spy dari musuh. Ndak ada. Mereka ndak tahu. Hanya Tuhan yang memimpin. Tapi dari mulut perempuan ini, keluarlah firman Tuhan. Dari perempuan itu, orang yang ndak beriman, keluarlah kerygma, pesan, message yang sudah bukan perempuan itu, sudah melampaui perempuan itu. Tapi pesan, “Aku telah membuang, gentarkan mereka. Kamu ndak usah gemetar.” Wah, aku juga takut. Sering kali dalam hidup kita, kita juga takut. Waktu takut, kita langsung KO, marah sama Tuhan, marah-marah sama gereja, marah sama orang tua, lalu kita berbuat salah. Atau dalam ketakutan, kita tegarkan hati, bersandar Tuhan, lalu kita berani. Eh, musuh yang takut. Dan Tuhan menyertai. Dan Tuhan memakai perempuan ini untuk memberi pesan kepada seluruh bangsa yang nanti ketika mereka pulang, mereka akan sampaikan. Yosua pun dikuatkan. Saya yakin, Yosua pun dikuatkan. Seluruh bangsa dengarkan laporan ini,pasti dikuatkan. Kami takut, ternyata musuh kita lebih takut. Ahh, menguatkan hati. Luar biasa, hal yang demikian.

Dari mana muncul kengerian, kegentaran yang begitu dahsyat? Dari cerita yang lalu. Sayang sekali, kalau 10 pengintai itu mengerti, mengulang hidup dan transwaktu, melampaui waktu dan hadir untuk dengarkan kalimat Rahab ini. Dia akan nyesel sekali. “Kenapa aku meracuni?” Musuh aja takut. Kenapa mereka takut? Bagaimana Tuhan dan kuat kuasanya mengalahkan raja Sihon, raja Og. Bagaimana Tuhan menggetarkan orang-orang di sana, gemetar karena Tuhan begitu berkuasa. Raja Mesir saja habis-habisan. Alam saja takluk. “Kami terlalu takut, ndak beriman.” Padahal orang-orang itu sudah gemetar. Kalau saja 10 pengintai itu boleh hidup dan hadir di rumah pelacur itu, mereka akan maki-maki diri mereka. Mereka akan potong lidah mereka. Mereka akan ngutuk-ngutuk diri mereka. Mereka telah menghabisi, menghancurkan, mencelakakan keluarga mereka, suku mereka, bangsa mereka, generasi emas, generasi yang melihat mujizat, yang mencicipi anugerah Tuhan, menjadi saksi hidup, tapi justru terlaknat. Hati-hati bagaimana kita dengarkan, bahkan melampaui waktu, masa pun. Ada iman yang muncul. Kegentaran dari orang Kanaan.

Maka kita sebagai orang yang beriman harus lebih kenal Tuhan, lebih beriman pada Tuhan. Kalaupun ada kesulitan, jangan langsung maki-maki Tuhan. Tenang, sabar. Nanti, tunggu Tuhan. Jangan cepat-cepat jadi juruselamat. Jangan cepat-cepat cari juruselamat karena kita diajar untuk wait, wait, wait to the Lord. “We must wait, wait, wait on the Lord. We must wait, wait on the Lord and learn our lessons well. In His timing He will tell us what to do, what to say, where to go.” Itu lagu yang saya diajari waktu saya belum masuk sekolah teologia. Hafal dan lagu ini sangat bermakna. We must wait. Kalau belum jelas, tunggu. Nanti. Kalau you ndak sabaran, kemarin saya cerita, pindah lajur. Mobil lewat, kena dan saya hampir celaka. Saya digiring ke perkampungannya. Saya takut, saya akan dihancurkan. Mobil saya dihancurkan. Eh, saya hanya dibawa, hanya dibawa ke ATM untuk bayar tujuh ratus ribu. Tahun 90-an, yang uang sekarang, ndak tahu berapa juta. Dulu, Dollar itu masih 2.000-an. Sekarang 16.000, 15.000 lebih. Dulu, Alkitab waktu saya masuk sekolah teologia, Alkitab bahasa Inggris, 34.500. Masih ada angkanya di situ, Alkitab saya. Sekarang, Alkitab bahasa Inggris 400.000, 500.000. Uang sudah naik berkali-kali lipat.

Pindah lajur. Kadang di jalan tol bahaya, kadang kecepeten, kita mematikan orang yang paling kita cintai. Kadang kecepeten, kita ceroboh dan berbuat salah. Kita bahas ini nanti. Seperti Asaf, dia sulit iman. Dia mau berteriak. Dia mau menyangkal Tuhan. Dia merasa tidak adil. Orang yang brengsek, jahat, kaya raya. Aku yang beriman dan setia, miskin. Di mana keadilan Tuhan? Dia mau beribadah ndak bisa. Mau sembahin Tuhan, ndak mampu. “Aku mau tinggalkan Tuhan,” juga ndak bisa. “Aku mau berteriak, tapi aku harus tahan mulutku.” Ada orang kecepeten teriak. Ada cepet ngomong. Ada cepet yang maki-maki istrinya sampai luka yang ndak bisa sembuh. Ada yang memukul-mukul atau berbuat sesuatu atau kecepeten. Pinjol-pinjol, kecepeten lakukan transaksi-transaksi yang dari lubang singa ke lubang harimau atau ke lubang naga, lebih parah. Kecepeten mengatakan Tuhan ndak mampu. Kita masih menanti dan ternyata waktunya tiba seperti Asaf dalam Mazmur73. Tuhan membukakan. Wah, lihat dengan cara baru. Orang kaya, orang yang jahat, maki-maki Tuhan, anak mereka matinya itu, rumah duka itu penuh bunga dan pesta. Begitu semarak. Cucu mereka itu segar-segar, cakep-cakep, baju mereka keren-keren. Sering, orang itu jadi iri dan hancur iman. Tapi dia lihat, mereka itu naik mobil sports yang sekali injak per detik itu langsung 200 km/jam. Enak sekali. Tapi nggak ada remnya. Nggak ada remnya. Di tempat licin, kau tempatkan mereka meluncur, ndak bisa tahan-tahan. Wah, saya sangat terberkati. Itu saya pelajari waktu dari sekolah teologia sedang mengupas Mazmur dan itu sangat memberkati saya. Itulah, jangan kecepatan. Lalu setelah itu, dia mengucapkan kata-kata yang sebelumnya dia sulit beriman. Kemudian mengatakan, “Apa yang ada padaku di bumi di surga? Semua ndak ada. Ku ndak ada masalah. Bagianku dan hartaku itulah Tuhan. Sekalipun dagingku dan batinku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap. Gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Di surga, di bumi, ndak ada apa-apa, it’s OK. Semua orang berpikir, “Di bumi, aku mesti dapat apa-apa. Kalau di bumi ndak dapat apa, aku seperti Lazarus. Nanti bahagianya di surga. Kamu orang kaya, orang jahat, celaka. Nanti ngemis-ngemis minta air seperti orang kaya.” Tapi pemazmur melampaui itu. Di bumi ndak dapat apa-apa, di surga pun ndak ada apa-apa. Yang mengerti ini cuma kekasih. Ngerti, Saudara? Kalau nggak ngerti ya sudah. Hanya kekasih yang mengerti, walaupun kita miskin. Maka, aku yang penting ada Tuhan. Ada orang, “Pokoknya di surga aku dapat semua!” Tuhan ndak penting. Tuhan ndak ada di surga juga nggak papa. Bagi dia, yang penting adalah Tuhan. Jadi, dia dapat pengertian. Karena apa? Dia sabar menantikan Tuhan. Sayang sekali, di tengah kesusahan, karena salah ngerti, persepsi salah, mereka gentar. Mereka menyebarkan racun. Padahal mereka harus tunggu. Mereka harus tenang dan mereka diajar Tuhan. Waktunya tiba, mereka menyebarkan iman.

Sudah masuk ke Kanaan. Kesalahan itu sangat menyakitkan. Orang-orang yang lebih tua, lebih paham. Penyesalan itu sangat menyakitkan. Kadang, kematian, kehancuran, waktu yang lewat, generasi yang lewat, kepahitan yang kadang ndak bisa dipulihkan. Sayang sekali. Tapi kita bersyukur bahwa dari seorang murid pelacur, muncul kata-kata beriman seperti demikian. Biarlah kita boleh ketika orang melihat orang percaya. Mereka melihat ada Allah dalam diri kita. Rahab melihat dalam diri umat Israel ada Allah dan dia berpihak. Dia melihat dua orang yang datang ini seperti utusan Tuhan. Dia melihat Israel yang akan masuk sebagai umat yang akan mewarisi. Dan itu adalah benar. Karena memang Tuhan punya rencana nggak bisa ditolak. Dan dia berpihak beriman. Syukur bahwa generasi berikutnya adalah generasi yang telah dimurnikan, dibersihkan. Dan inilah masa mereka diberkati.

Kiranya kita lah orang-orang yang bukan seperti generasi pertama yang melihat semua mujizat, dengarkan semua ceramah tetapi tetap tidak beriman. Tetapi adalah orang yang memiliki kepekaan hati, yang walaupun dengarnya dari jauh mungkin mendengarkan cerita daripada guru Sekolah Minggu yang ndak pinter, tapi hati yang baik. Mungkin khotbah dari seorang pendeta yang khotbahnya itu sebagian berhasil menidurkan jemaat, tapi bagi sebagian orang yang hatinya baik justru dihidupkan. Eh Spurgeon itu waktu lagi jalan, lagi turun salju, dia masuk gereja itu bukan gerejanya dia, gereja Methodist. Lalu di sana orang-orang tua, ada pendeta yang bukan pendeta, ada penatua yang gantikan khotbah mendadak dapat rejeki, gemeteran untuk khotbah persiapan. Ya, karena pendetanya terhalang nggak bisa datang penatua itu khotbah. Dan jemaatnya berhasil ngantuk-ngantuk. Tapi Spurgeon muda, belasan tahun, bertobat hari itu. Guru Sekolah Minggu boleh ndak pintar, orang tua boleh sederhana, pendeta bisa khotbahnya biasa. Tapi kita perlu hati seperti Rahab. Yang tahu yang mendengar, yang merasakan gaung kuasa Tuhan kehadiran Tuhan. Dan setelah itu dia beriman.

Biarlah orang melihat, melalui cara hidup kita, menghadapi pergumulan kita, melalui segala kesabaran kita, melalui kehidupan bergereja, mereka mengatakan sungguh Tuhan hadir di situ. Maukah kita lakukan untuk kerja sama? Ingat di gereja nggak ada yang sempurna. Sesama kita nggak sempurna. Guru Sekolah Minggu, pengurus remaja, yang muda, yang tua, majelis penatua, lama yang sudah lama, yang baru, pendeta yang silih berganti nggak ada yang sempurna. Senior kita yang di pusat pun nggak ada yang sempurna, Amin? Nah itu doktrin yang bener yang sempurna cuma Tuhan Yesus. Kalau mau sempurna tunggu nanti kita di surga. Kita semua nggak ada yang sempurna. Tetapi biarlah di dalam semuanya itu kita lihat ada Allah. Ada Allah yang memberi damai. Ya. Ada nggak yang punya mobil tidak ada goresan dan benturan? Nggak ada to. Nggak ada kan? Ada orang yang kalau mobilnya mulus luar biasa. Baru lecet sedikit sudah ke bengkel. Kalau saya sih jarang, ya. Kenang-kenangan. Begitu mobil baru langsung ada baretnya saya putuskan ndak usah diperbaiki. Biar yang menggoreskan merasa percuma juga udah digoresin diabaikan. Kalau ada yang nggak sengaja menggores, saya kalang kabut, dia mengatakan kena lu psikologisnya, dia gores lagi dua, langsung saya spanning ya. Di mobil kita ada aja. Tapi kita jaga. Dalam hidup manusia, keluarga berusaha damai, suami istri, orang tua kerabat ada masalah wajar, ampuni saling. Dalam gereja berjemaat jangan dibesar-besarkan. Biarlah orang yang penting lihat Tuhan dan saling memaafkan saling kerja sama. Ini berita bukan, di sini aku nggak tahu cerita kalian, tapi semua sama. Di mana pun. Itu aja yang jadi pengalaman kita. Yang penting Tuhan melihat kehadiran-Nya dan boleh menyertai ada karya Tuhan dalam dirinya. Dan biarlah itu bukan hanya di gereja GRII tapi dalam semua gereja Tuhan. Ya. Inilah hal yang baik.

Saudara, apa yang jadi cerita-cerita tentang bagaimana pekerjaan Tuhan itu ndak sekedar lewat. Tapi apa yang mereka dengar, mereka tahu itu jadi sebuah perkara yang membuat diri mereka itu sungguh-sungguh dikuatkan mulai daripada si Rahab ini. “sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.” Ada beberapa orang yang jelas dikatakan demikian. Yusuf dilaporkan Roh Allah menyertai dia. Daniel dikatakan orang yang penuh Roh Allah. Tuhan Yesus dikatakan oleh Nikodemus Allah beserta kamu. Dari mulut Nikodemus. Rasul-rasul juga dikatakan, disadari ada Allah yang menyertai. Sebagian orang seperti George Muller, orang datang mengunjungi karena jelas Tuhan menyertai. Sebagian orang yang bahkan ndak ternama, sangat menjadi berkat kenapa? Ada Tuhan yang menyertai.

Saudara mari kita akan lihat bagian berikutnya. Lalu kemudian dia berkata, “Sekarang, bersumpahlah kiranya demi Tuhan, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut.” Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini? Setelah semua pengetahuan dan ungkapan iman yang hebat, sekarang apa manfaatnya bagi Rahab? Dia mempunyai kegentaran dan sekarang nyawanya dan bangsanya punya nyawa terancam akan dipunahkan dapatkah dia selamat? Maka begitu dua orang pengintai itu tiba di tempatnya, dia mengamati baik-baik, dia tidak laporkan tapi berpihak  karena sekarang dia nggak dengarkan firman, ikutin seminar sebagai sesuatu yang hanya mengisi waktu. Hal yang kadang pelajaran iman yang kadang telah digantikan sebagai pengetahuan seminar. Khotbah yang kadang ada orang yang khotbah satu hari Minggu itu ke tiga gereja. Pagi di gereja sini, siang di gereja situ, kenapa? Ada Pendeta tenar yang datang, lalu sorenya ke gereja lain. Atau ada di seminar kampus, kurang cukup, malamnya buka Youtube. Jadi lengkap. Apakah membuat iman tumbuh? Pengetahuannya banyak tapi belum tentu istri atau suaminya menjadi berkat. Belum tentu anak-anak mereka keluarga mereka, relasi mereka itu diberkati.

Kita harus belajar bahwa semua pengetahuan itu tidak demikian bagi Rahab, tapi itu bersifat personal, bersifat eksistensial. dia punya problem yaitu satu terancam nyawanya akan dipunahkan dan sekarang dia ada di suatu kondisi bagaimana dia bisa luput dari hal itu dan sekarang ada orang datang. Membawa pesan. Ada Allah yang memberi mereka Kanaan dan hidup mereka akan ditentukan. Maka sekarang saya akan membuat pilihan, saya akan simpan mereka. Itu adalah mati hidup lho. Pembesar-pembesar, pengusaha-penguasaha, ayo, kau pilih siapa sebagai calon Presiden? Yang salah pilih nanti next usahanya akan susah. Yang pilihnya tepat yang menjadi pemenang itu bisnisnya akan bagus. Maka kita belum dengarkan pengusaha-pengusaha Tionghoa atau swasta sudah pilih siapa? Kecuali pengusaha namanya kepala ketua daripada Golkar, ya memang dia itu partainya dia. Jelas ya. Tapi yang namanya pengusaha swasta Tionghoa nggak berani. Kalau dukung mungkin dukung semua, tebar dulu tebar dulu. Kecuali yang sudah berafiliasi sudah ngomong. Ada pengusaha yang sudah ngomong, yang punya TV dan sebagainya. Ya. Tapi kalau salah bahaya.

Sekarang Rahab, dia menyimpan dua orang nih, resiko nggak? Nyawanya habis. Seluruh keluarga. Tapi dia harus mengambil keputusan iman. Kenapa? Pengetahuan tentang Allah adalah keselamatan. Saya bukan dengar untuk sekedar lewat lalu pulang lalu selesai. Tetapi saya membuat keputusan harus memilih berpihak kepada siapa. Aku memilih kepada orang Israel yang punya adalah Allah Tuhan yang akan menyelamatkan saya. Bagi Rahab itu adalah tindakan eksistensial, personal mempertaruhkan hidup. Kalau Tuhanlah Tuhan, kalau Yesus adalah Juruselamat. Allah sejati. Kita bukan hanya sekedar kenal, tahu, lalu jadi Kristen biasa tapi hidup kita, keselamatan kita, totalitas hidup yang akan kita jalani, bahkan generasi berikutnya Kekristenan seperti apa itu kita pertaruhkan. Maka kita itu bukan hanya mengetahui lalui denger lalu pulang. Maka sebagian orang telah berpuluh-puluh tahun jadi Kristen ikut seminar, maafkan, imannya nggak tumbuh, kelakuannya nggak baik. Maafkan kalau keluar kalimat nggak enak, kadang ada yang brengsek, jahat, buruk. Sorry ya ucapkan kalimat demikian. Dan sebagian orang mungkin merasa iya ya, karena Anda mungkin terbentur. Kok orang lain itu orang lain, kalau itu kamu bertobatlah, kalau itu saya bertobatlah.

Dan itu yang membuat sedih. Karena apa? Kebenaran itu cuman seminar. Pak Tong sudah kasih seminar bahkan puluhan tahun. Kadang ada orang itu lama menjadi penjabat tinggi, saya nggak bicara di sini ya, tapi di tempat-tempat lain, itu kadang jadi batu sandungan, kadang gontokgontokkan. Itu ego. Padahal kita kan jelas, kita punya Tuhan, Amin? Kita kan mau menjunjung, melayani Tuhan. Tapi sekarang celaka, yang namanya pelayan Tuhan itu bukan pelayan. Pelayan Tuhan kan minister, pelayan. Pelayan Tuhan adalah jabatan rohani yang keren tinggi. Padahal kita harus memahami arti daripada Tuhan itu apa, hamba itu apa, ya. Kalau Tuhan itu adalah Tuhanmu, yang jadi suami, engkau bukan tuan di dalam rumahmu, istrimu bukan budakmu, anakmu bukan budakmu. Kita semua melayani Tuhan. Pendeta juga sama. Pengurus juga sama. Dan kita sama-sama dengan hati yang sama untuk melayani Tuhan. Maka damai sejahtera itu datang. Rahab melakukan tindakan dan dia berpihak dan itu dia mempertaruhkan dan dia telah menunjukkan iman dan kemuliaan. Dia menjadi tokoh iman. Kita juga harus memperjuangkan iman yang benar. Mengetahui yang benar. Dan membangun iman kita dengan benar.

Saya menonton film. Film itu diambil dari sastra Indonesia terkenal. Saya nggak mau sebut nama deh ya. Lalu pengarangnya adalah seorang yang besar, yang mempunyai pengaruh agama yang besar di Indonesia. Termasuk ketua pertama dalam satu organisasi keagamaan di Indonesia yang sangat hebat. Lalu kemudian kalau ada orang mau belajar agama, pergi diutus ke dia. Termasuk orang yang ada yang namanya Daniel, ada yang namanya Setiawan ya, apalagi Paulus atau apalagi belajar ke dia. Untuk belajar agama yang baru. Saya merasa sedih. Di mana guru-guru Sekolah Minggu yang didik iman dengan baik, orang tua yang didik iman dengan baik, gereja yang didik iman dengan baik? Kalau misalnya pendeta telah ajarkan dengan baik, di sana dengarkan dengan baik tidak? Apakah kita itu seperti orang-orang Israel yang melihat mujizat dan mengatakan “iman kami kuat karena kami punya pengalaman rohani.” Tapi begitu menghadapi tantangan, mereka mengatakan “pulang ke Mesir, kita kembali ke Mesir. Di sana kita bisa makan, di sana nggak usah pusing.” Bohong. Bohong. Bener nggak kata-kata mereka itu? Bohong. Banyak orang ngomong itu seperti kentut nggak mikir. Semua orang yang terjajah ngomong lebih baik mati berkalang tanah daripada jadi budak dan dijajah. Dulu menderita di Mesir, masak mau pergi hanya pergi makan, apa namanya, segala macam makanan. Emangnya makanan Raja? Makanan budak. Karena apa? Mereka itu pergi pernah ngalamin, pernah melihat tapi nggak masuk ke hati, nggak masuk ke ima. Tapi seperti Rahab, seluruh hidupnya pengabdiannya, afiliasinya, ikut Tuhan dan waktu ikut Tuhan dia sembunyikan dua pengintai.

Kalau kamu mau sembunyikan dua pengintai kira-kira kamu bisa dag dig dug atau tenang-tenang? You akan terancam nggak? Nyawa Papa Mama kamu terancam nggak? Kenapa you mau lakukan itu? Karena iman. Pertaruhan, taruh hidupmu, kalau Yesus benar Tuhan, kenali Dia pelajari dengan baik-baik lalu kemudian taruh, Dia nggak akan pernah mengecewakan. Amin? Yang membuat kita kecewa adalah kita datang pada Tuhan dan kita tidak men-Tuhan-kan Dia. Tapi Rahab kemudian menaruh seluruh imannya, dan akhirnya luar biasa Rahab menjadi teladan iman, Rahab ada di dalam silsilah nama. kalau misalnya nama saya, nama saya kejauhan, banyak nama orang penting, banyak nama Raja, nggak masuk ke situ. Banyak nama orang hebat nggak masuk ke silsilah Tuhan Yesus. Nggak masuk dalam silsilah, bukan silsilah, deretan tokoh-tokoh iman, Rahab bisa di sana. Ini juga suatu penghiburan. Kadang kita ini orang sederhana, tapi ketika momennya tiba, kita lakukan hal yang mulia, itu jadi hal yang luar biasa.

Waktu bulan lalu, kita mengingat akan reformasi Luther, dan dia diperhadapkan pada suatu momen “menyangkal tidak you punya ajaran?” Lalu dia mengatakan, di Alkitab ini, here I stand. Aku tidak bisa menyangkal. Wah saya sangat terkesan. Bertahun-tahun kita memperingati reformasi, tapi tahun ini saya sangat terkesan. Momen itu momen sejarah, dia berdiri melampaui masa, dan pendiriannya kalau dia mengatakan dia “OK aku menyangkal, lalu dia pulang Tuhan ampuni saya.” Lalu jemaat, “Eh jemaat kita tetap beriman ya. Kenapa Bapak tadi menyangkal?” “Ya kita kompromi dikit lah, bijaksanalah dikit.” Kira-kira dunia akan sama nggak? Berubah. Banyak orang yang akan gugur iman, kembali kepada Katolik. Reformasi akan hancur. Tapi ada satu peristiwa akhirnya berkata “here I stand”. Aku mau dibunuh akau mau ditangkap, dia berkata sebentar lagi akau mau ditangkap, untuk ada pangeran yang membela di tengah jalan. Dia diculik untuk disembunyikan beberapa tahun. Tapi itulah moment dia memutuskan iman, dan itu jadi tonggak yang penting. Seperti itulah Rahab. Dan bagaimana itu memberi pengaruh kepada seluruh Israel dikuatkan.

Ada kalanya mungkin kita orang tua yang ketika ada kemalangan kematian suami, anak masih kecil, mengatakan “Tuhan Bapa atas janda dan anak yang nggak punya ayah, aku beriman dan berserah.” Beberapa tahun kemudian orang mengatakan Allah itu hidup dan itu memberkati. Kiranya kita memiliki iman seperti demikian yang kemudian iman ini tanpa sadar Tuhan mengatakan “Aku mau memberi firman kepada umat Israel, siapa yang akan kuutus sebagai hambaKu?” Dan Dia memilih, siapa yang dia pilih? Mulut pelacur. Dua orang pengintai ini, mungkin akan heran. Ketika dengarkan kata-kata Rahab, kami gentar kami mendengar apa yang dilakukan Tuhan, itu seperti suatu pelajaran seminar, bagaimana pelajaran seminar sejarah keselamatan, sejarah suci Tuhan menyelamatkan, diingatkan, direview, disegarkan kembali. Seperti Pendeta-pendeta hebat yang KKR menyegarkan pemulihan pembangunan iman dari mulut perempuan itu. “Waaah.. Kami nggak boleh gentar, kami dulu lihat cuman orang Kanaan orang besar, generasi kami takut.” Itu yang dilihat, itu tiba-tiba hilang. Allah yang besar, bangsa lain yang gemetar. “Kami gemetar, kami nanti kamu akan masuk, kamu akan mewarisi.” Wah itu janji Tuhan kepada Abraham kembali disegarkan. Huruf itu kembali bersinar muncul kembali. “Tanah ini miliki mu, Kanaan dikalahkan. Please saya ada di dalam kamu ya.” Maka dia pulang. Bapak Yosua, inilah yang terjadi. Dan dari mulut perempuan ini, apa yang terjadi? Yosua mendengar, seperti dengarkan nabi yang berbicara sama dia. Kuatkanlah imanmu, teguhkanlah, Tuhan sudah janji, hai umat-Ku, Tuhan sudah berjalan, sebelum kamu pergi, Tuhan sudah berjalan, dari mulut seorang perempuan pelacur tapi ada iman. Maka kita punya satu lagu, “Iman yang bri menang” ya. Iman yang memberi menang.

Mari kita berdoa. Tuhan Allah Bapa dalam Surga, bertahun-tahun kami jadi orang Kristen, kami sedih kalau ada banyak anak-anak Tuhan yang begitu mudah untuk mangkir untuk menjadi meninggalkan iman beralih kepada berhala palsu, allah yang palsu. Allah sejati telah datang, dalam rupa anakMu Tuhan Yesus. Inkarnasi dan menyelamatkan. Engkau begitu nyata kuasa dan kehadiran-Mu. Nabi-nabi dari seluruh umat Israel bagaimana sangat nyata dan Anak Allah datang untuk memberikan keselamatan. Biarlah iman kami diteguhkan. Pengetahuan kami ditambahkan dan dimurnikan. Dan iman bertumbuh dan boleh menyatakan dalam satu kelakuan hidup baru, penyertaan Tuhan, kehadiran Tuhan. Tolonglah iman yang hidup, yang murni, boleh menyinari hidup kami pribadi, keluarga kami, bisnis kami, pekerjaan kami usaha kami, relasi kami, pergumulan kami menghadapi sakit penyakit, menghadapi tantangan, menghadapi berbagai macam pencobaan. Tolonglah. Iman sebagai pelajar, sebagai seorang yang muda, seorang yang menghadapi tantangan dalam pergumulan keluarga dan berbagai macam kekalutan yang terjadi, kami tahu Tuhan hadir dan Tuhan akan menolong. Terima kasih Bapa, pimpin dan tolong. Di dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa. Semua mengatakan, Amin. (HSI)