Ef. 6:16
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya pada waktu kita berbicara mengenai kehidupan Kristen, Alkitab berkata bahwa kita bisa menjadi orang yang lebih daripada pemenang. Dan pada waktu kita berbicara mengenai suatu kehidupan yang ada di dalam dunia ini, itu menyatakan bahwa kita bisa menjadi orang-orang yang tidak dikuasai oleh dunia ini, atau orang-orang yang dikuasai oleh dosa, karena Kristus sudah mati, dan Kristus sudah menebus kehidupan kita. Tetapi di sisi lain, keadaan kita yang diberikan kuasa untuk hidup di dalam kekudusan itu, itu bukan sesuatu yang bisa dilalui dengan gampang, bisa dilalui dengan begitu saja tanpa ada effort atau usaha sama sekali dari pihak kita untuk bertahan dan tanpa perlu ada perlawanan terhadap kehidupan dunia ini, atau secara otomatis kita bisa menang dari pada pergumulan yang terjadi di dalam kehidupan kita atau pencobaan dari iblis dalam kehidupan kita. Karena itu Paulus berkata bahwa kita sebagai orang Kristen walaupun sudah ditebus oleh Kristus, sudah diberi kuasa oleh Kristus untuk hidup di dalam kebenaran dan kekudusan, artinya kita mampu untuk hidup di dalam kesalehan dan ketaatan kepada Tuhan dan menang atas dosa, Paulus juga memberikan kepada kita suatu perintah untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah. Berarti di dalam peperangan yang kita lakukan ada bagian yang kita juga harus berbagian di dalamnya untuk kita bisa berdiri teguh dan menang terhadap pencobaan iblis. Dan bagian itu kalau kita tidak jalankan dalam kehidupan kita, walaupun Tuhan sudah memberi kuasa itu dalam hidup kita, saya yakin kita akan kalah di dalam peperangan itu karena kita tidak melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan sepenuhnya untuk kita jalankan, atau kita tidak melakukan apa yang menjadi persyaratan yang harus kita penuhi di dalam peperangan terhadap setan atau kuasa jahat di dalam kehidupan kita. Dan untuk itu kita sudah membahas mengenai 3 perlengkapan senjata Allah yang ada pada diri kita yang harus kita kenakan, yaitu pertama adalah kita harus mengenakan ikat pinggang kebenaran, lalu yang kedua adalah kita berbaju zirahkan keadilan, dan yang ketiga kita berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.
Dan pada waktu berbicara mengenai tiga aspek ini kita sudah melihat bahwa bicara mengenai ikat pinggang itu berarti kita harus memiliki suatu komitmen terhadap kebenaran di dalam kehidupan kita. Kita harus betul-betul memiliki suatu keteguhan di dalam hati, ketetapan di dalam hati untuk menjalankan apa yang menjadi kebenaran Tuhan. Saya yakin pada waktu kita misalnya melihat kepada Kitab Yosua, di situ ada satu hal yang menarik sekali yang Yosua katakan, atau Allah katakan kepada Yosua. Pada waktu Yosua melanjutkan kepemimpinan dari pada Musa, maka di situ Tuhan berkata, “Aku akan menyertai engkau, Yosua, seperti Aku menyertai hamba-Ku Musa tersebut”. Tetapi ada satu hal yang Tuhan perintahkan atau berikan nasihat kepada Yosua, yaitu apa? “Hanya teguhkanlah hatimu. Hanya kuatkanlah hatimu.” Saya percaya, untuk bisa menang terhadap segala pencobaan dalam hidup kita, serangan dari si jahat, peperangan rohani dalam kehidupan kita, hal pertama yang harus kita miliki adalah keteguhan atau komitmen, meneguhkan kebenaran itu di dalam kehidupan kita atau berpegang teguh kepada kebenaran itu tanpa kompromi di dalam kehidupan kita. Itu bicara mengenai berikat pinggangkan kebenaran. Dan berbaju zirahkan keadilan itu berbicara mengenai kita mendapatkan kebenaran dari Tuhan di dalam satu sisi. Kita mendapatkan pengudusan dari Tuhan di dalam satu sisi dari kehidupan kita, itu adalah karya Tuhan. Tetapi sebagai orang-orang yang telah dikuduskan dan dibenarkan dalam kehidupan kita, kita pun harus menjaga hati kita, perasaan kita, dan pikiran kita di dalam kebenaran itu dan kita menjalankan kebenaran itu di dalam kehidupan kita. Kalau pakai istilah yang dikatakan di dalam Efesus 4, kita harus hidup sebagai manusia baru, kita harus mengenakan manusia baru dan menanggalkan manusia lama. Dan itu harus menjadi suatu komitmen yang kita jalankan di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang sudah dibenarkan dan dikuduskan di dalam Kristus. Kita harus menjaga pikiran kita di dalam kebenaran, kita harus menjaga emosi kita di dalam kebenaran yang Tuhan nyatakan bagi diri kita. Lalu ketika berbicara mengenai bagian yang ketiga, di situ dikatakan berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera. Di dalam aspek ini kita telah melihat ada dua hal yang menjadi penekanan: berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera dalam satu sisi adalah orang yang percaya kepada Kristus dan mendapatkan kasih karunia keselamatan di dalam Kristus atau damai sejahtera di dalam Kristus, dia pasti menjadi orang yang tidak mungkin pasif saja menghadapi serangan daripada iblis, tetapi dia akan menjadi orang yang juga turut berbagian di dalam memberitakan injil. Karena apa? Dia sudah mendapatkan sukacita damai sejahtera di dalam diri dia sehingga dia nggak mungkin bisa diam, tutup mulut untuk tidak memberitakan damai sejahtera yang dia sudah terima di dalam kehidupan dia sebagai orang percaya. Tetapi di sisi lain, pengertian ini juga menyatakan bahwa di dalam konteks yang berdiri teguhlah atau berdirilah tegap dengan berkasutkan kerelaan dan fungsi dari kasut itu sendiri kita juga melihat bahwa berkasutkan itu berarti kita juga berdiri tegap di dalam atau bertahan di dalam berpegang teguh kepada damai sejahtera yang Tuhan sudah berikan di dalam kehidupan kita di dalam Kristus. Jadi pada waktu kita mengalami pencobaan dalam hidup kita, kita betul-betul memiliki satu keyakinan bahwa kita sudah ada di dalam damai sejahtera bersama dengan Kristus dalam kehidupan kita. Saya percaya itu bisa membuat kita menghadapi pencobaan dan menolong kita di dalam berkemenangan di dalam menghadapi pencobaan si jahat itu.
Lalu sekarang kita masuk ke dalam bagian yang kedua dari tiga perisai berikutnya atau persenjataan Allah yang Paulus katakan. Di dalam ayat yang ke-16 dikatakan, “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang roh yaitu firman Allah.” Pada waktu kita masuk ke dalam bagian ayat 16 -17 ada yang menafsirkan seperti ini: ayat ini tidak dimulai dengan langsung dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, tetapi ada 1 kata yang tidak muncul di dalam ayat yang ke-16 LAI, itu above all, di atas semua itu, di atas segala itu, pergunakanlah perisai iman sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat dan terimalah ketopong keselamatan, atau above all kenakanlah juga ketopong keselamatan dan pedang Roh yaitu firman Allah. Nah pada waktu berbicara mengenai ‘above all,’ di atas semua itu, maksudnya apa? Apakah 3 hal yang pertama itu merupakan hal yang mendasar dan hal yang lebih penting adalah kita harus mengenakan perisai, kita harus mengenakan helm, kita harus memegang pedang di dalam kehidupan peperangan itu? Sedangkan yang namanya jubah itu atau baju pelindung itu, ikat pinggang atau kasut kaki itu adalah hal yang tidak sepenting daripada 3 aspek dari perlengkapan yang kemudian dikatakan oleh Paulus di bagian ini? Saya percaya prinsipnya tidak seperti itu, dan Martin Lloyd-Jones sendiri berkata pengertian dari above all itu bukan seperti itu, tetapi ini berbicara mengenai sesuatu fungsi yang berbeda. Ini adalah berbicara mengenai sesuatu perlengkapan, bisa dikatakan perlengkapan tambahan untuk melengkapi peperangan yang kita lakukan di dalam kehidupan kita. Dan pada waktu berbicara mengenai ketiga perlengkapan yang kedua ini, bagian yang kedua ini, maka itu berbicara juga mengenai suatu perlengkapan sebenarnya kita bisa lepas dan kita bisa ambil untuk melawan musuh yang ada di dalam peperangan tersebut. Maksudnya adalah seperti ini, kalau Saudara baca dalam bahasa Inggrisnya, itu ada pengertian kata yang berbeda antara ayat 14, 15, dengan ayat 16 dan 17. Efesus 6: 14-15 itu bicara dengan kata having, “Having girt your loins with truth and having put on breastplate of righteousness, and having shod your feet with the preparation of the gospel of peace.” Tetapi ketika masuk ke dalam ayat yang ke-16 itu dikatakan, “With all, taking up the shield of faith, wherewith ye shall be able to quench all the fiery darts of the evil one and take the helmet of salvation and the sword of the Spirit”. Jadi di dalam tiga perlengkapan pertama, itu pake istilah having put on, tetapi di dalam tiga pengertian yang berikutnya itu pakai istilah taking up, having put on dan taking up itu bedanya dimana? Kalau having put on itu berarti sesuatu yang kita kenakan dan melekat di tubuh kita, pada waktu berbicara mengenai baju zirah, baju zirah itu adalah sesuatu yang ketika seseorang prajurit pergi ke medan peperangan saya yakin mereka ndak akan lepaskan baju zirah itu, mereka tidak akan lepaskan kasut di kaki mereka, dan mereka tidak akan lepaskan ikat pinggang mereka. Mungkin di dalam masa peperangan ada bagian istirahat, ada bagian tidak berperang, tetapi mereka pasti akan selalu siap siaga dengan pakaian baju zirah, ikat pinggang dan kasut di kaki mereka. Tetapi helm pedang ataupun perisai itu mereka bisa letakkan pada waktu mereka sedang beristirahat, atau mereka tidak bertugas. Kapan mereka akan mengenakan itu? Pada waktu terjadi panggilan peperangan mungkin, atau sirine, atau suara sinyal untuk menandai bahwa peperangan akan dimulai, mereka langsung mengambil helm, mengambil tameng, dan mengambil pedang mereka, dan pergi maju di dalam medan peperangan. Itu berbicara mengenai taking up the shield of faith, atau mengambil dan menggunakan, atau mengambil perisai iman tersebut di dalam peperangan.
Jadi ini membuat kita bisa mengerti, kalau ada dua bagian daripada perlengkapan senjata Allah, tetapi dua bagian ini bukan berarti bagian kedua lebih penting dari bagian pertama, dua-duanya adalah bagian yang penting. Tetapi pada waktu kita berbicara mengenai bagian yang kedua ini, itu ada pengertian lain yang kita perlu pahami di dalam peperangan yang kita hadapi terhadap pencobaan iblis itu. Nah itu yang akan kita bahas pada bagian ini ya. Pada waktu berbicara mengenai pergunakanlah, atau taking up perisai iman tersebut maksudnya apa? Saya percaya itu harus kembali kita lihat dari fungsi perisai itu sendiri. Pada waktu kita berbicara mengenai perisai orang Romawi, perisainya itu terbuat dari papan atau kayu yang tebal yang bisa dilapisi sampai tiga lapis lalu di depannya itu ada kain atau kain tebal yang menutupi lagi, lalu kemudian ditengah-tengahnya itu ada semacam plat yang ada besinya bulatan di tengah-tengah dari pada perisai tersebut. Fungsi perisai ini apa? Dikatakan untuk melindungi dari segenap panah api, panah yang menyerang orang-orang atau Romawi tersebut atau tentara Romawi ini. Nah prinsipnya di mana? Prinsipnya adalah sebenarnya perisai itu seperti sebuah daun pintu. Jadi pada waktu tentara Romawi pergi berperang, mereka punya semacam strategi perang dimana prajurit itu akan memegang perisai yang ukurannya dua setengah kaki kali empat kaki yaitu kira-kira 70 cm ya lebarnya, ke bawahnya empat kaki, 1.2 meter, jadi pada waktu mereka memegang perisai itu mereka akan kemudian membentuk suatu barikade dimana yang di depan itu memegang perisai. Di depan misalnya ada dua orang, lalu di bagian belakang itu akan menutupi kepala mereka dengan perisai lagi, lalu mereka akan maju ke depan untuk menghadapi musuh. Saya enggak ada gambarnya di sini tetapi semacam benteng yang terdiri dari orang di dalamnya. Fungsinya untuk apa? Untuk mencegah panah-panah menikam diri mereka dan mereka mengalami kekalahan akibat panah-panah tersebut. Dan bahkan untuk menghindari panah api yang dilontarkan oleh musuh-musuh kepada pasukan mereka, di perisai itu biasanya mereka ada yang berkata dikasih semacam cairan atau direndam di dalam air terlebih dahulu, lalu ketika maju ke dalam medan peperangan mereka akan bawa perisai yang basah itu, supaya ketika panah api dilontarkan lalu kena ke perisai itu mereka tidak bisa menyala, panah api itu padam, sehingga orang-orang Romawi ini bisa terus maju dan mengalahkan musuh di dalam medan peperangan tersebut. Jadi fungsi perisai itu apa? Sebagai Pelindung. Pelindung terhadap keseluruhan dari pada tubuh dari prajurit tersebut yang pergi ke dalam medan peperangan untuk berperang.
Dan Paulus disini berkata bahwa ketika orang Kristen pergi di dalam peperangan kita tidak boleh melupakan perisai kita. Kita harus mengenakan perisai. Perisai itu adalah apa? Perisai iman. Untuk menghadapi apa? Menghadapi segala panah api dari si jahat. Saya percaya bicara mengenai semua panah api dari si jahat itu adalah berbicara mengenai segala bentuk serangan yang dilakukan oleh setan terhadap diri orang Kristen. Apa itu? Mungkin adalah sesuatu yang berkaitan dengan hawa nafsu, mungkin itu berbicara mengenai suatu godaan akan suatu kesombongan diri, egoisme diri, kemarahan dan segala nafsu jahat atau keserakahan dan yang lain lain di dalam kehidupan kita, itu akan menyerang kita. Dan kalau kita lihat dari pada kehidupan Adam dan Hawa, Kristus, sampai kesimpulan dari pada 1 Yohanes 2:16, umumnya serangan iblis itu bisa dikelompokkan menjadi 3 macam: pertama adalah serangan dari kedagingan kita, lalu yang kedua adalah serangan terhadap apa yang kita lihat dari pandangan mata kita, dan yang ketiga adalah kesombongan atau keangkuhan diri kita, harga diri kita atau ingin menjadi seperti Tuhan istilahnya. Kita bisa lihat prinsip ini ada di dalam kehidupan Adam dan Hawa ketika mereka dicobai. Pada waktu Hawa dicobai, dia dikatakan melihat buah itu baik adanya, indah, bagus seperti itu. Lalu di situ ada suatu pemberian pengertian terhadap hidupnya kalau dia makan buah itu dan itu akan menjadikan dia menjadi seperti Allah di dalam kehidupan dari Adam dan Hawa ketika dia makan buah tersebut. Dan pada waktu kita melihat Yesus dicobai, pertama Yesus ketika sudah ada di padang gurun selama 40 hari Alkitab berkata Dia didatangi oleh iblis dan dikatakan, “Kalau Engkau adalah Anak Allah, Engkau ubahlah batu ini menjadi roti.” Lalu yang kedua adalah dibawa ke atas bait Allah lalu dikatakan, “Kalau Engkau lompat dari atas bait Allah ini maka Engkau akan ditangkap oleh malaikat dan semua orang akan melihat bahwa Engkau lah Mesias itu.” Dan pada waktu ketiga Yesus dibawa ke atas bukit lalu diberikan pemandangan akan seluruh dunia, dan setan berkata, “Kalau Engkau menyembah satu kali dan mengikut aku maka Engkau akan memiliki seluruh dunia ini.” Saya percaya ini prinsipnya juga sama. Pertama adalah berbicara mengenai apa yang menjadi kebutuhan daging yang dicobai oleh si iblis itu. Lalu yang kedua berbicara mengenai kesombongan atau istilahnya, kita buka 1 Yohanes 2 :16 ya, keangkuhan hidup. Yesus dibawa ke atas bait Allah lalu dikatakan, “Jika Engkau Anak Allah, Engkau lompatlah dari atas bait Allah itu dan malaikat akan menangkap Engkau.” Lalu yang ketiga adalah melihat semua yang ada di dalam dunia ini dan diberikan kepada Kristus keinginan mata. Jadi ini yang menjadi prinsip pencobaan yang iblis berikan di dalam kehidupan orang Kristen. Dan sekali lagi bentuknya bisa bermacam macam tetapi intinya berkaitan dengan 3 hal ini di dalam setiap kehidupan dari orang-orang percaya ketika iblis menyerang kehidupan kita.
Lalu di dalam kondisi seperti ini bagaimana cara kita menghadapi serangan iblis tersebut? Nah Paulus disini berkata selain kita berbajuzirahkan keadilan, berikat pinggangkan kebenaran, dan berkasutkan kerelaan hati untuk injil damai sejahtera, Paulus juga berkata pergunakanlah atau ambillah perisai iman untuk melawan segenap serangan dari pada iblis. Maksudnya apa ya? Ambillah perisai iman, untuk melawan iblis itu. Saya lihat, pengertian dari Martin Lloyd Jones ada satu hal yang cukup menarik sekali, dia berkata seperti ini “pergunakanlah perisai iman itu berarti bahwa kita harus bisa menerapkan kebenaran Firman, atau kebenaran tentang Tuhan Allah di dalam setiap serangan yang kita alami dalam hidup kita, itu namanya beriman, atau perisai iman.” Jadi pada waktu serangan iblis tiba dalam kehidupan kita, kita tahu bagaimana menghadapi serangan ini, Firman apa yang harus kita munculkan di dalam menghadapi serangan itu, atau karakter Allah apa yang harus kita yakinkan diri kita, kita pegang teguh akan, untuk bisa menghadapi serangan itu dalam kehidupan kita. Jadi ini maksudnya adalah perisai iman yang pertama.
Tetapi pada waktu berbicara mengenai perisai iman ini, perisai iman itu bukan berbicara mengenai iman itu sendiri, tetapi perisai iman yang namanya iman, itu pasti memiliki objek, yang kepadanya kita beriman di dalam kehidupan kita. Maksudnya adalah kayak begini, kalau kita misalnya menghadapi kondisi saat ini di dalam kasus corona, lalu ada yang saya lihat orang Kristen yang berkata, “Pokok nya kita percaya saja, kita ndak akan sakit, percaya saja kita ndak akan sakit, maka kita ndak akan sakit, ndak akan tertular.” Itu bukan iman, itu adalah suatu kepercayaan yang berhenti di dalam kepercayaan itu sendiri, bahwa saya tidak akan sakit. Yang benar adalah bukan saya percaya saya tidak akan sakit, tetapi yang namanya iman adalah, saya mempercayakan hidup saya ke dalam tangan Tuhan Allah, itu namanya iman. Nah ini bisa kita lihat di dalam Kejadian 15 ayat yang pertama, pada waktu kita baca Kejadian 15, sebelumnya ini berbicara mengenai Abram mendengar kalau keponakan nya, Lot, yang tinggal di Sodom Gomora, itu ditangkap oleh 4 raja yang berhasil menaklukkan, raja-raja yang memimpin Sodom Gomora dan sekitarnya, lalu dia diangkut sebagai seorang tawanan bersama keluarganya, lalu ketika Abram mendengar peristiwa itu, lalu dia kumpulkan tentaranya, prajuritnya, lalu pergi menyerang 4 raja itu, dan dia berhasil mengalahkan 4 raja ini, dan mengambil kembali Lot, dan membebaskan Lot dari tawanan mereka, dan mengembalikan Lot ke tempat dia tinggal tersebut. Lalu di dalam ayat yang ke 15, kita lompati pertemuan Abram dengan Melkizedek, lalu di dalam ayat 15, setelah semua itu terjadi, Tuhan kemudian berkata kepada Abram seperti ini “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” Lalu Abram menjawab “Ya Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu?” Ayat 3, Lagi kata Abram, “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman, untuk melihat bintang-bintang di langit dan Dia berkata itulah banyak nya keturunan mu, lalu kemudian dikatakan percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepada nya sebagai kebenaran. Jadi, pada waktu Tuhan berbicara kepada Abram, “Abram, Aku adalah perisaimu, upahmu akan sangat besar,” lalu Abram mengajukan satu permasalahan di dalam kehidupannya, di satu sisi, OK lah dia menang di dalam peperangan, dia memiliki kekayaan yang begitu banyak sekali, tetapi ada satu persoalan, dia nggak punya anak, yang mewarisi kekayaan dia tersebut. Lalu dia berkata, “apa gunanya semua itu? Engkau kan perisaiku, apa gunanya semua itu?” Lalu Tuhan berkata, “Abram, kamu lihat bintang di langit, anakmu akan menjadi banyak seperti itu, dan anakmu itu akan lahir dari engkau, warisanmu tidak akan lari kepada Eliezer, hambamu itu.” Lalu di situ dikatakan Abram percaya kepada Tuhan. Artinya apa? Pada waktu kita berbicara mengenai perisai iman, satu sisi kita harus mengerti iman itu adalah bagaimana menerapkan setiap kebenaran Firman, atau menerapkan karakter tentang Allah di dalam kehidupan kita ketika pencobaan datang kepada kita, sehingga kita bisa menghadapi pencobaan itu secara tepat, atau aplikasi Firman dalam kehidupan kita secara tepat. Tapi di sisi lain, iman itu berbicara mengenai ada objek kepercayaan, siapa itu ? Yaitu pribadi Allah itu sendiri dan janji kebenaran Tuhan yang kita harus percayai. Itu baru namanya iman. Dan Abraham melakukan itu, dan Tuhan perhitungkan dia sebagai seorang yang benar.
Saya percaya, kita tahu kebenaran, itu penting. Kita tahu bahwa kita harus menjaga pikiran kita berdasarkan kebenaran, perasaan kita berdasarkan kebenaran, itu penting. Kita harus memiliki kerelaan memberitakan Injil dan menyadari ada damai sejahtera Tuhan dalam kehidupan kita, itu juga penting sekali. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mendapatkan serangan dari iblis, menang atau kalah? Tahu enggak cara menghadapinya seperti apa ? Kemungkinan kita seringkali kecele atau bingung karena kita tidak tahu bagaimana menerapkan kebenaran tentang Tuhan atau Firman Allah di dalam kasus spesifik pencobaan yang kita alami dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus tahu secara pasti ketika iblis bilang : “Ubah batu ini jadi roti.” Dia bilang apa ? “Manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” “Lompatkan dirimu dan malaikat akan menatang.” Ada juga Firman yang berkata : “Jangan mencobai Tuhan Allahmu.” Pada waktu iblis berkata : “Sujudlah kepada aku satu kali, maka seluruh dunia ini akan menjadi milikMu.” Yesus berkata : “Hanya Tuhan yang boleh disembah.” Setiap jawaban yang diberikan oleh Yesus tepat untuk menjawab pencobaan yang iblis berikan di dalam diri Dia, tetapi Adam dan Hawa tidak. Saya percaya, di dalam peperangan kita, ketika iblis mencobai, kita harus punya suatu pemahaman, saya sedang menghadapi apa ? Firman apa yang bisa meneguhkan saya di dalam menghadapi pencobaan ini? Apa yang bisa memberi kekuatan untuk menyerang balik iblis ketika dia mencobai kita dengan suatu hasutan, suatu godaan yang sepertinya benar, sepertinya baik, sepertinya rohani dalam kehidupan kita tetapi sebenarnya bukan dari Tuhan? Contohnya makan, salah enggak makan? Saya percaya makan enggak salah. Yesus ketika dicobai untuk ubah batu menjadi roti sebenarnya permasalahannya bukan di makannya atau rotinya. Makan sendiri adalah suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan yang harus kita lakukan karena kalau enggak kita enggak akan hidup, enggak akan punya kesehatan. Tapi persoalannya dimana? Bagaimana ketika napsu makan itu terlalu besar sehingga membuat kita enggak bisa berhenti, jadi orang yang rakus dan membuat tubuh kita mulai pelan-pelan jadi gemuk dan lebih gemuk? Saudara hadapi ini biasa saja? Bagaimana ketika berbicara misalnya mengenai seks? Seks itu adalah sesuatu yang normal kan, Tuhan berikan ada di dalam kehidupan kita. Tapi lalu orang mungkin bisa berkata, “itu adalah sesuatu yang normal kalau begitu harus dimanfaatkan dong, rugi kalau enggak dimanfaatkan, bahkan sebelum menikah,” itu bagaimana? Apa yang menjadi dasar kita menolak dari pada godaan tersebut? Atau pada waktu kita melihat di mall-mall ada hal-hal yang menarik untuk dibeli, beli atau enggak? Kalau laki-laki umumnya bilang tidak, kalau perempuan mungkin lebih tertarik, lalu dasarnya apa kita mau iya dan tidak? Apakah segala sesuatu yang menarik di depan mata kita itu kita harus beli menjadi milik kita? Apakah segala sesuatu yang menjadi milik dari pada saudara kita itu harus kita miliki juga di dalam kehidupan kita?
Saya pikir kalau mau bicara mengenai godaan ada banyak hal, tetapi Saudara tahu tidak ayat apa yang harus digunakan untuk menghadapi itu? Dan ketika Saudara menghadapi dengan ayat itu kenapa Saudara berpegang pada ayat itu untuk menghadapi dari pada pencobaan itu? Dasar di balik itu apa? Saya percaya ada 3 hal mengenai kebenaran Allah, pribadi Allah, yang harus kita pegang untuk meyakinkan diri kita bahwa setiap perkataan yang Dia katakan untuk menghadapi iblis yang seolah-olah bertentangan dengan keinginan hati kita, kenyamanan hidup kita, kesenangan diri kita, kehormatan diri kita itu adalah sesuatu yang benar walaupun itu menyangkali diri kita. Ketiga hal itu adalah pertama, mengenai Allah yang suci dan kudus, atau yang benar. Di dalam Yakobus dikatakan Allah itu adalah pribadi yang tidak ada bayang-bayang kegelapan padaNya, itu adalah Allah kita. Berarti pada Dia ada sepenuhnya hal yang benar, sepenuhnya kudus, tidak ada kejahatan pada diri Allah. Dan pada waktu Dia berbicara mengenai segala sesuatu, itu pasti benar, dan itu adalah sesuatu yang pasti baik. Saya percaya ini adalah karakter pertama dari diri Allah yang kita tidak boleh curigai dan kita harus percaya bahwa itu adalah sepenuhnya kebenaran bagi diri kita.
Lalu yang kedua adalah kita harus bisa percaya, atau kita harus percaya, Allah memiliki kuasa untuk melindungi, menjaga, memelihara dan memimpin kehidupan kita. Misalnya di dalam Matius ada berbicara mengenai, kamu jangan menjadi seperti orang dunia yang khawatir mengenai apa yang engkau pakai, atau apa yang engkau makan, atau panjang usiamu. Mengenai makan, pakaian, dan usia, kamu jangan khawatir akan hal itu seperti halnya orang-orang dunia. Kenapa? Ayat Alkitab berkata perhatikan burung di udara, perhatikan bunga yang ada di padang, apakah ada orang yang bisa menambahkan satu hasta pun kepada kehidupan dia? Perhatikan itu. Tetapi Tuhan memelihara burung di udara, ndak ada satu pun yang jatuh, Tuhan memelihara, mendadani bunga di padang jauh lebih indah daripada pakaian Salomo. Saya percaya ini berbicara mengenai kuasa Tuhan di sisi lain dari pada Allah itu adalah Bapa kita, tetapi ada kuasa Tuhan yang sanggup memelihara anak-anakNya di dalam melewati pergumulan atau melewati kesulitan di dalam kehidupan ini. Dan sebagai anak, Dia pasti tidak akan biarkan kita ada di dalam kekurangan, cukup mungkin iya, tetapi kekurangan saya percaya tidak. Saudara, saya pikir ini adalah hal yang penting sekali. Satu sisi kita harus percaya bahwa Allah itu baik, sepenuhnya benar, sepenuhnya kudus, tidak ada sesuatu pun yang jahat datang dari Allah dalam kehidupan kita. Tetapi tanpa mengerti, tanpa mempercayai, bahwa dia adalah Allah yang berkuasa untuk menjadikan apa yang Dia katakan sebagai sesuatu yang terjadi, itu beda. Itu adalah hal lain. Dia baik kalau Dia tidak berkuasa, ndak ada gunannya. Untuk apa, Dia ndak bisa memberikan kebaikan itu yang Dia bilang Dia baik itu kepada diri kita dan memastikan itu menjadi milik kita dan kita alami itu dalam hidup kita. Tapi Alkitab berkata, Dia adalah Allah yang berkuasa untuk menjadikan kebaikan yang ada pada pada diri Dia, rancangan-Nya itu terjadi di dalam hidup kita. Dia memiliki kuasa untuk menjadikan apa yang Dia firmankan terjadi di dalam kehidupan kita. Itu adalah hal yang kedua, yang tidak kalah penting.
Lalu hal yang ketiga yang memberi jaminan adalah Saudara dan saya adalah anak-anak dari Tuhan. Saudara dan saya memiliki Allah yang bukan hanya Allah tetapi Dia adalah Bapa kita yang ada di surga. Saya percaya itu juga menjadi hal yang penting untuk kita ketahui. Itu berarti ketika Dia menghadapi anak-anakNya, satu sisi, mungkin Alkitab berkata: Dia tidak memandang muka, kalau orang yang di luar Tuhan berdosa, Dia hukum orang itu; yang di dalam Tuhan juga, ketika anak-anak Tuhan berdosa, Dia hukum kita. Sepertinya Dia tidak memandang muka, tapi saya tetap percaya, ada perbedaan. Orang di luar Tuhan dihajar oleh Tuhan untuk mendapatkan penghakiman tetapi orang di dalam Kristus, sebagai anak Tuhan, dihajar Tuhan untuk bertobat dan kembali ke jalur yang benar. Dan sebagai anak, Alkitab berkata, “Kalau engkau adalah ayah, engkau akan memberikan sesuatu yang baik kepada anakmu. Anak yang meminta roti, nggak mungkin kau berikan batu. Anak yang meminta ikan, nggak mungkin kau berikan ular. Apalagi Bapamu di sorga. Dia tahu apa yang terbaik dalam hidup kita dan Dia pasti berikan yang terbaik dalam kehidupan kita.” Dan saya yakin ini adalah tiga hal yang penting pada waktu kita menghadapi pencobaan. Apakah itu kalau ketika berbicara mengenai perut kita; apakah itu berbicara mengenai pakaian yang kita kenakan; ttau berbicara mengenai suatu pengakuan yang ada di dalam dunia ini? Saya percaya, kalau kita mengerti ada 3 karakter Allah ini, di balik Allah yang kita percayai atau kepada Allah yang kita percayai, ada firman yang Dia katakan kepada kita, kita yakin firman itu adalah sesuatu kebenaran, sesuatu yang pasti terjadi, sesuatu yang kalau kita jalankan, itu pasti adalah hal yang baik, yang benar, yang ujungnya akan mendapatkan suatu upah yang baik dari Tuhan. Tanpa pemahaman mengenai tiga karakter Allah ini, saya yakin, kita nggak akan melihat bahwa firman Tuhan itu adalah sesuatu yang perlu kita pegang, perlu kita aplikasikan, kita perlu melawan iblis dengan menggunakan firman itu dalam hidup kita. Saya pikir ini adalah perisai iman. Jadi, ketika (?), commit-kan diri pada kebenaran, berbajuzirahkan, hiduplah sebagai manusia yang baru, jaga pikiranmu, jaga hatimu terhadap kebenaran Tuhan, di dalam kebenaran. Kemudian, berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil, itu butuh damai sejahtera, itu berbicara mengenai suatu sikap hati yang membagikan Injil Tuhan dan juga bertahan di dalam anugerah Tuhan. Tapi di sisi lain, pada waktu kita diminta untuk berpegang pada perisainya, iman kita, tahu bagaimana mengaplikasikan firman di dalam pencobaan yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Karena apa kita berpegang pada firman itu? Karena kita tahu, di baliknya ada Allah yang benar, ada Allah yang suci, ada Allah yang Maha Kuasa, dan ada Allah yang adalah Bapa kita, yang pasti merencanakan atau memberikan hal-hal yang baik dalam kehidupan kita. Dari situ saya yakin, kita bisa memiliki kekuatan untuk menang menghadapi pencobaan di dalam kehidupan kita. Mari kita berdoa.
Kami sungguh bersyukur, Bapa. Kami memiliki Allah yang benar, Allah yang suci, Allah yang tidak ada bayang-bayang kegelapan padaMu. Allah yang juga Maha Kuasa, yang sanggup menjadikan apa yang menjadi firman-Mu, terjadi. Apa yang Kau janjikan, terjadi di dalam kehidupan kami. Sehingga kami boleh berpengharapan pada janji itu, dan kebenaran firman dalam kehidupan kami. Dan kami juga bersyukur karena kami memiliki Allah yang adalah Bapa kami, yang pasti merencanakan dan memberikan segala sesuatu yang baik bagi kehidupan kami. Tolong kami, ya Tuhan. Ketika kami berjalan dalam kehidupan kami, kami boleh berpegang pada firman-Mu, kami boleh mengenakan perisai iman dalam kehidupan kami di dalam menghadapi segala bentuk pencobaan yang menyerang hidup kami. Beri kami bijaksana itu dan hikmat itu, untuk bagaimana mengaplikasikan firman Tuhan di dalam setiap aspek pencobaan yang kami alami dalam kehidupan kami. Bukan hanya apa yang kami jalankan dan harus jalankan, tetapi juga ketika serangan iblis datang, kami tahu bagaimana menghadapinya, apa yang menjadi firman kebenaran yang harus kami pegang untuk menghadapi pencobaan itu. Dan kami boleh bergantung total kepada Tuhan dan menyerahkan hidup kami ke dalam tanganMu, untuk bisa memimpin kami, melindungi kami dari segala macam bentuk pencobaan yang kami alami dalam hidup kami. Sekali lagi kami bersyukur, berdoa, hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]