Perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus (2), 18 Juni 2023

Perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus (2)

Pdt. Dawis Waiman

Kis. 20: 26-38

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita bahas Kis. 20 kita sudah melihat bahwa ini adalah kisah yang berbicara tentang satu teladan hidup yang diberikan oleh rasul Paulus kepada para pemimpin dari gereja dan juga kepada, tentunya, gereja dari Tuhan Yesus Kristus. Dan pada kesempatan Kis. 20 ini secara khusus kalau kita mau tarik, apa yang sedang disampaikan oleh Paulus itu adalah pesan-pesan yang ditujukan kepada penatua dari gereja yang ada di Efesus atau pemimpin dari gereja yang ada di Efesus ini. Dan di dalam pesan-pesan itu Paulus mengungkapkan kata-kata terakhirnya atau pesan-pesan terakhirnya kepada jemaat di Efesus karena Paulus saat itu sedang akan menuju ke Yerusalem. Dan ketika dia pergi ke Yerusalem, dia tidak mungkin lagi kembali ke Efesus karena pada waktu itu dia akan ditangkap dan setelah itu dia akan dibawa ke Roma. Itu sebabnya di dalam perjalanan itu dia memberikan pesan-pesan yang begitu penting dan juga begitu panjang kepada jemaat-jemaat yang ada dan juga para pemimpin yang ada supaya mereka boleh hidup sebagai seorang pemimpin yang menggembalakan gereja Tuhan dengan baik. Dan pada waktu kita melihat pada pesan-pesan itu tentunya satu sisi kita sudah melihat bahwa seorang hamba Tuhan itu adalah hamba dari Allah sendiri, yang melayani Tuhan Allah. Seorang hamba Tuhan adalah seorang yang harus memikirkan untuk iman dari jemaatnya dengan memberikan satu pengajaran yang benar kepada jemaatnya, memikirkan bagaimana Injil diberitakan dan rela untuk berkorban akan dirinya sendiri demi untuk Injil bisa dikabarkan dan jemaat bisa dipertumbuhkan. Itu yang menjadi pesan yang kita bahas sebelumnya.

Tapi pada waktu kita lanjutkan kembali apa yang dibahas oleh Paulus di sini, maka kita mendapatkan bahwa Paulus juga mengatakan bahwa sebagai seorang hamba Tuhan, dia adalah seorang yang “bersih, tidak bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” Paulus berkata di dalam menjalankan tugasnya ini, dia telah memberikan satu contoh bahwa dia adalah seorang gembala yang baik, dia adalah seorang yang tidak lalai di dalam memberi makan kepada domba-domba Tuhan. Tapi pada waktu kita berbicara tentang kehidupan untuk memberi makan domba-domba Tuhan serta kehidupan yang dinyatakan oleh Paulus di dalam ayat yang ke-35, dikatakan, “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus,” dan seterusnya di situ. Maka di situ berarti Paulus tidak melupakan bahwa walaupun dia mengajar jemaat Tuhan dan pengajaran itu adalah sesuatu yang penting sekali untuk memberi makan jemaat dan jemaat bisa bertumbuh seperti itu. Kalau pakai bahasa dari Efesus 4, Paulus berkata ketika seorang hamba Tuhan dipanggil untuk menggembalakan atau mengajar jemaat Tuhan maka tujuan dari pengajaran diberikan itu adalah supaya jemaat bisa bertumbuh, mengerti benar dan salah, dan tidak diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran palsu atau pengajaran yang tidak setia kepada kebenaran firman Tuhan sehingga mereka boleh hidup sebagai orang-orang yang dewasa di dalam iman dan pengetahuan akan firman Tuhan.

Jadi selain dari tujuan ini, Paulus juga ingat satu hal bahwa sebagai hamba Tuhan, apa yang menjadi contoh atau teladan hidup itu menjadi unsur yang penting juga. Jadi bukan hanya dari aspek kita memberitakan firman, tetapi bagaimana kita hidup itu menjadi hal yang penting untuk bisa dimiliki oleh seorang hamba Tuhan. Atau bahkan ada yang mengatakan seperti ini, “Di antara pengajaran dengan cara hidup yang benar, yang suci dan kudus, maka cara hidup yang suci dan kudus itu letaknya nomor satu baru kemudian pengajaran diberikan.” Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa hal itu menjadi unsur yang penting? Saya percaya karena kita ketika menjadi seorang pemimpin, maka seorang pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang berbeda dari pemimpin yang di dunia. Pemimpin di dunia menegakkan pimpinannya berdasarkan otoritas diktator misalnya. Pemimpin dunia menegakkan pimpinannya berdasarkan kepada relasi yang ada antara seorang dengan yang lainnya, dan dia mendapatkan posisi tersebut. Atau hal-hal lainnya mungkin, pemimpin yang ditunjuk adalah seorang pemimpin yang mungkin memiliki perawakan atau penampilan yang baik di dalam kehidupannya yang berbeda dari orang-orang yang lain yang sepertinya orang yang bisa menggerakkan atau memotivasi orang banyak untuk mengikuti apa yang menjadi keinginannya. Tapi ketika kita kembali kepada Alkitab, maka Alkitab menyatakan pemimpin yang Alkitabiah itu adalah pemimpin yang melayani, pemimpin yang meneladankan kehidupannya kepada orang yang lain, yang menjadi orang yang dipimpin oleh pemimpin itu. Atau istilah lainnya adalah seorang pemimpin Kristen yang baik adalah seorang yang membawa kehidupan dari orang-orang yang dipimpinnya untuk memiliki kehidupan seperti Kristus, yang dimiliki oleh diri dia. Itu adalah pemimpin Kristen yang baik.

Itu sebabnya pada waktu kita berbicara tentang seorang pemimpin rohani, maka di sini Paulus menekankan pemimpin rohani jangan dinilai dari hal external yang ditampilkan, tetapi lihatlah dari hal internal atau kualitas rohani yang dimiliki oleh para pemimpin itu. Lihatlah bukan hanya dari pengajaran yang dia berikan kepada para jemaat, apakah dia adalah seorang yang setia kepada firman Tuhan atau tidak, tetapi juga dilihat dari gaya hidupnya yang suci, yang kudus, yang benar di hadapan Tuhan karena itulah yang menjadi tujuan seorang pemimpin. Atau bisa dikatakan seperti Kristus kah? Karena inilah yang menjadi tujuan seorang pemimpin di dalam memimpin jemaat Tuhan; membawa mereka untuk memiliki kehidupan seperti kehidupan Kristus atau karakter Kristus itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya kalau kita perhatikan, pada waktu Paulus memberitahukan kepada baik Titus ataupun Timotius berkenaan dengan karakter seorang pemimpin, atau apa yang menjadi kualifikasi dari seorang pemimpin Kristen yang layak untuk memimpin gereja, maka dia memberikan satu kualifikasi yang berbeda sekali dengan kualifikasi yang diberikan dunia. Kalau dunia mungkin melihat, yang pertama itu adalah apa yang menjadi dasar pendidikan dari orang tersebut, berapa strata yang dimiliki oleh orang itu, dan berapa pandai dia di dalam mengerjakan bidang yang di mana dia akan ditunjuk menjadi pemimpin itu atau memiliki karisma, atau segala macam seperti itu. Tapi di dalam Timotius, yang ditunjuk adalah hal yang berbeda sekali sebagai kualifikasi seorang pemimpin ya.

Mari kita buka 1 Tim. 3, syarat-syarat jadi penilik jemaat. Ya penilik jemaat itu adalah bishop, pemimpin gereja itu adalah penatua dan segala macam. Itu adalah jabatan yang sama. (1 Tim. 3:1-7), “Benarlah perkataan ini: ”Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.”  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.” Jadi ini adalah kualifikasi dari seorang pemimpin. Hal pertama adalah dia tidak boleh bercacat. Saya percaya itu berkaitan dengan satu gaya hidup yang kudus di hadapan Tuhan karena ketika seorang pemimpin diminta untuk menjadi seorang pemimpin rohani yang baik, maka di situ dia akan dituntut otoritasnya berdasarkan satu kehidupan yang suci di hadapan Tuhan untuk menjadi satu pemimpin yang baik itu. Dan di dalam Korintus sendiri Paulus berkata, orang yang mau dipakai oleh Tuhan itu adalah seorang yang bejananya itu disucikan atau dikuduskan. Seorang yang bejananya itu kotor, dia tidak mungkin bisa dipakai oleh Tuhan. Waktu itu Pdt. Stephen Tong pernah memberi satu contoh untuk menggambarkan apa yang dikatakan oleh Paulus di Korintus, dia menggunakan beberapa bejana misalnya kalau kita melihat ada cangkir yang terbuat dari emas tetapi isinya kotor, lalu kemudian ada cangkir dari kaca, cangkir dari tanah liat, atau bahkan wadah biasa, mangkok biasa dari tanah yang nggak ada catnya, tidak terlihat indah. Tapi pada waktu kita melihat semua wadah air yang ada satu per satu itu, semuanya kotor, tapi yang paling bersih itu adalah wadah, mangkok dari tanah lihat yang tidak ada cat, tidak ada yang indah dari wadah itu tetapi di dalamnya bersih. Pak Tong waktu itu bertanya, “Mana tempat yang kita akan gunakan untuk minum?” Dan waktu itu semua orang berkata, “Yang bersih dong.” Semua yang kotor, walaupun wadah itu sangat indah sekalipun, kita tidak akan gunakan. Tetapi yang bersih yang kita gunakan.

Begitu juga dengan Tuhan, pada waktu Dia akan menggunakan anak-anak-Nya, menggunakan hamba-hamba-Nya untuk melayani Dia, hal yang menjadi kriteria paling penting dan utama itu adalah dia harus memiliki kesucian atau kekudusan di dalam hidup dia baru dia bisa dipakai oleh Tuhan. Salah satu contoh yang baik di dalam hal ini adalah pada waktu Saudara melihat raja Daud. Ketika dia jatuh di dalam dosa, ketika dia berselingkuh dengan Batsyeba, dia kemudian ditegur oleh Tuhan akibat dosa perselingkuhan yang dia lakukan di dalam kehidupan dia. Dan pada waktu dia ditegur akan dosa itu, dia bertobat daripada dosanya, Lalu di situ dia meminta pengampunan dari Tuhan. Dan itu bukan sesuatu proses yang berlangsung lama di dalam pertobatan dia, langsung seketika bertobat di hadapan Tuhan dan meminta pengampunan dari Tuhan. Lalu setelah peristiwa itu, dia menuliskan Mazmur 51. Di dalam Mazmur 51, di situ dia menceritakan pertobatan dan doa yang dia naikkan di hadapan Tuhan, dan ketakutan atau kekuatiran yang ada di dalam hatinya terhadap hukuman Tuhan.

Kita boleh baca bersama-sama ya, Mazmur 51:9, “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!” Lalu kalimat berikutnya apa? “Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Daud tidak membalik urutannya. Daud tidak berkata bahwa, “Aku mengajarkan segala firman-Mu, walaupun aku adalah orang yang berdosa” seperti itu. Tetapi yang Daud katakan adalah sebelum aku bisa mengajarkan jalan-Mu kepada orang lain yang melakukan pelanggaran, maka aku harus mendapatkan pengampunan dari Tuhan terlebih dahulu terhadap dosa yang aku lakukan di dalam kehidupanku. Dan dosa itu secara khusus adalah perzinahan dengan Batsyeba.

Jadi siapa orang yang dipakai oleh Tuhan? Bukan sembarang orang, tetapi seorang rohani yang akan melayani hal-hal rohani, dia juga harus memiliki kehidupan yang rohani di hadapan Tuhan, kehidupan yang suci dan kudus baru dia bisa melayani Tuhan. Itu sebabnya pada waktu kita berbicara tentang pemimpin yang melayani, seolah-olah melayani itu berarti yang menjadi fokus di dalam pelayanan adalah jemaat Tuhan, adalah domba Tuhan, di mana para pemimpin memperhatikan kebutuhan mereka, pemimpin memperhatikan apa yang menjadi iman mereka, pengetahuan mereka akan firman Tuhan, kehidupan mereka. Seolah-olah itu yang menjadi tujuan seorang pemimpin di dalam melayani di dalam gereja. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita kembali ke Kis. 20, kalau kita kembali kepada kriteria dari kualifikasi seorang pemipin yang baik, kalau kita kembali kepada Mazmur 51, maka di situ para penulis dari Kitab Suci mengatakan sebelum seorang pemimpin bisa memimpin orang lain, dia terlebih dahulu harus memperhatikan kualitas kehidupan rohani yang dia miliki sendiri. Baru dari situ dia bisa menjadi seorang yang melayani orang lain di dalam kehidupannya.

Jadi ini adalah hal yang sangat penting sekali, Bapak, Ibu, kita sama-sama bergumul terutama kita yang melayani Tuhan sebagai pemimpin di dalam gereja; para pengurus gereja, hamba Tuhan, orang-orang yang terlibat di dalam pelayanan guru-guru sekolah minggu. Kita harus mengerti sekali kualifikasi diri kita, kualitas iman kita, kesucian hidup kita, karakter Kristus yang ada di dalam kehidupan kita itu boleh menjadi hal yang kita utamakan dan kita pentingkan terlebih dahulu, baru kemudian kita melayani orang lain. Kalau belum bagaimana? Ya tuntut itu, minta Tuhan memberikan kepada kita kekuatan untuk hidup di dalam kebenaran Tuhan. Lalu kemudian kita belajar untuk memimpin orang lain di dalam hidup kita.

Nah saya lanjutkan, selain daripada kualifikasi ini, karakter-karakter diri yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik, seorang pemimpin rohani yang berkenan di hadapan Tuhan, ada hal lain yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin. Kalau sebelumnya kita melihat seorang pemimpin itu harus memimpin, harus mengajarkan hal yang benar kepada jemaat Tuhan, tetapi hal berikutnya yang penting itu ada dicatat di dalam ayat 29-31, yaitu seorang pemimpin di sini dikatakan harus bisa mengerti bahwa ada serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah jemaat dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. “Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.” Artinya apa? Yaitu seorang pemimpin selain bisa memimpin yang baik, memperhatikan kehidupannya, tetapi dia juga harus bisa membedakan mana yang merupakan pengajaran yang bersumber dari Tuhan, dan mana yang merupakan pengajaran yang bukan bersumber dari Tuhan. Bicara tentang serigala-serigala yang akan masuk lalu dengan ganas ke tengah-tengah kawanan domba itu, memangsa mereka, itu berarti mereka berusaha untuk menyesatkan kawanan domba itu, atau orang-orang Kristen dan kalau bisa tidak ada yang bersisa sama sekali.

Itu sebabnya sebagai pemimpin yang baik selain mengajarkan firman Tuhan, dia juga harus memiliki satu kepekaan untuk bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang bersumber dari Tuhan, mana yang bersumber dari si penyesat itu, mana yang merupakan guru yang benar, mana merupakan guru yang palsu di dalam gereja. Mengapa begitu? Karena Paulus sudah memperingatkan kepada kita di mana firman Tuhan ditaburkan, di situ ada benih iblis ditaburkan. Di mana pekerjaan Tuhan dijalankan, di situ iblis tidak akan tinggal tenang, dan dia berusaha untuk menghentikan pekerjaan Tuhan itu dan bahkan menyesatkan orang-orang yang semula mengikuti pemberitaan atau firman yang diajarkan di dalam gereja Tuhan yang baik. Karena itu ada serigala-serigala. Dan bicara tentang serigala ini, maka Paulus juga mengingatkan, mereka bukan dari luar saja tetapi mereka berasal dari dalam gereja juga. Jadi itu sebabnya pada waktu kita bersama-sama berkumpul, melayani, seorang pemimpin yang baik bukan hanya melihat musuh itu ada di luar tetapi dia harus bisa melihat bahwa ada musuh di dalam selimut. Dan untuk bisa melihat ada musuh di dalam selimut, atau pakai istilah Tuhan Yesus sendiri, bahwa dia adalah “seorang serigala yang berbulu domba”, maka apa yang ditampilkan di luar itu seperti domba tetapi motifnya atau pengajarannya secara halus dia masukkan yang menyatakan kalau dia sebenarnya bukan domba. Itu sebabnya di dalam gereja kita tekankan sekali dan sinode kita sangat menekankan seorang pemimpin dari gereja di GRII adalah orang yang harus belajar firman. Ada SKS yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

Kemarin pada waktu sebelum pemilihan dari penatua dan juga penatua yang sudah menjabat sebelumnya, untuk bisa menjabat terus dan dipilih menjadi seorang penatua, di dalam sinode gereja kita itu diadakan pembinaan untuk para penatua, calon penatua dan vikaris dari gereja kita. Saya sangat kagum sekali dengan semangat mereka. Pelajarannya itu setiap Sabtu. Sabtu itu bukan di jam yang ramah tetapi di jam yang sangat tidak bersahabat sekali, yaitu di Sabtu siang jam 1. Belajar bisa 2 jam-an atau 3 jam bahkan untuk belajar tentang doktrin dari iman Kristen. Lalu lamanya berapa lama? Semula dikatakan itu hanya 1 tahun, tetapi ternyata molor sampai 2 tahun. Setiap Sabtu siang duduk di depan komputer mendengarkan hamba Tuhan atau pendeta tertentu yang ditunjuk untuk mengajar dari sinode mengenai kebenaran doktrin. Itu penyangkalan diri yang besar sekali. Lalu selain itu, setiap kali selesai satu pengajaran tertentu, mereka harus ada ujiannya. Dan mereka dinilai berdasarkan pengertian yang mereka dapatkan dari pengajaran tersebut.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, penting nggak? Saya percaya ini adalah hal yang sangat penting sekali. Mengapa hal ini penting? Karena setiap pemimpin di dalam gereja, mereka adalah orang-orang yang ditunjuk bukan hanya untuk menggembalakan, tetapi juga untuk menjaga jemaat Tuhan, gereja Tuhan, domba Tuhan untuk tidak disesatkan oleh serigala itu atau guru-guru palsu. Dan untuk bisa mereka mengerti mana yang benar dan salah, mereka harus mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bukan asal mengidentifikasi. Karena di dalam gereja sendiri ada beberapa varian di dalam kita mengerti dan mengaplikasikan firman Tuhan. Dan pada waktu kita mengertinya, apa yang kita mengerti mungkin berbeda dari apa yang dimengerti oleh saudara kita yang lain. Tapi pada waktu kita lihat ada perbedaan yang kita miliki dengan orang Kristen yang lain, belum tentu hal itu menjadikan orang Kristen yang lain yang berbeda dengan diri kita itu sesat. Tapi mungkin itu adalah satu varian yang ada, yang masih bisa diterima karena itu tidak membuat kita menyimpang dari doktrin utama yang ada di dalam pengajaran gereja.

Misalnya ambil contoh seperti ini, kalau kita bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa, “Tuhan Yesus itu akan mengangkat orang-orang Kristen sebelum Dia menegakkan kerajaan 1,000 tahun” misalnya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apakah ini adalah pengajaran yang bisa diterima atau tidak? Ketika kita bertemu, mungkin kalau kita berpegang dan mengatakan bahwa Tuhan tidak akan mengangkat orang Kristen, tetapi Tuhan akan membiarkan orang-orang Kristen tinggal bersama dengan orang-orang non-Kristen. Dan pada waktu mereka tinggal bersama-sama di dalam dunia ini akan terjadi penganiayaan yang hebat terhadap orang-orang Kristen sampai kapan? Sampai ketika Yesus datang kedua kali untuk menegakkan penghakiman di dalam dunia ini. Baru di situ ada terjadi kebangkitan dari semua orang yang mati, berdiri di hadapan tahta pengadilan Kristus. Lalu pada waktu itu Tuhan akan berkata kepada domba, “Masuk ke dalam kerajaan!” Kepada kambing untuk, “Enyahlah dari hadapan-Ku” dan dibuang ke dalam neraka. Kalau orang yang punya pengajaran ini bertemu dengan orang yang mengatakan ada rapture, orang Kristen tidak dianiaya tetapi diangkat ke sorga, misalnya. Baru setelah itu terjadi penganiayaan. Misalnya kaya gitu. Lalu Yesus datang untuk mendirikan kerajaan 1,000 tahun. Mana yang benar? Yang satu sesat, yang satu benar? Atau dua-duanya kita bisa tetap terima? Kita harus bisa tahu itu. Tapi bagaimana kalau yang diajarkan itu adalah seperti ini, kalau Yesus sekarang sudah datang. Yesus sudah datang kok. Dia sudah menegakkan penghakiman-Nya sekarang ini. Misalnya. Dia nggak perlu datang lagi. Yang kita terima yang mana? Ada nggak yang kita tolak?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab mengajarkan bahwa Yesus akan datang untuk kedua kali, dan Dia belum datang kedua kalinya untuk menegakkan penghakiman di dalam dunia ini. Tetapi ketika Dia mau datang untuk kedua kalinya, di dalam gereja sendiri ada 3 pandangan. Satu yang mengajarkan amilenium, yaitu bahwa saat inilah kerajaan Allah itu sudah ditegakkan untuk memerintah di dalam dunia ini tetapi Rajanya baru nanti akan datang di akhir dari pemerintahan itu, yang kita tidak pernah tahu kapan waktunya itu. Dan kita harus berjaga-jaga untuk menantikan kedatangan dari Kristus tersebut untuk menghakimi dunia, orang-orang yang percaya dan orang-orang yang tidak percaya. Atau yang kedua adalah di dalam gereja ada pengajaran post-milenium. Post-milenium itu bicara tentang kehidupan dari orang-orang Kristen yang ada di dalam dunia ini, makin lama akan menyebarkan pengaruhnya makin luas di dalam dunia ini. Sehingga hampir mayoritas seluruh dunia percaya kepada Kristus atau menjadi orang Kristen atau dipengaruhi oleh pengajaran Kristen. Dan pada waktu semua itu sudah sampai kepada mayoritas, hampir semuanya percaya, maka Yesus datang untuk kedua kali. Dan setelah itu masuk ke dalam kekekalan. Atau yang ketiga itu adalah pre-milenialis. Pre-milenialis bicara tentang ada kedatangan Kristus sebelum kerajaan 1,000 tahun. Sekarang belum kerajaan 1,000 tahun. Nanti Yesus datang kedua kali itu baru kerajan 1,000 tahun. Pada waktu Yesus datang, Dia akan menghakimi orang-orang, siapa yang bisa masuk ke dalam kerajaan 1,000 tahun, siapa yang tidak masuk ke dalam kerajaan 1,000 tahun. Tapi sebelumnya orang-orang Kristen sudah diangkat terlebih dahulu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam gereja ada 3 pandangan ini. Saya nggak bicara detail-nya ya. Tetapi 3 pandangan ini adalah 3 pandangan yang diterima oleh orang-orang Kristen. Apapun yang menjadi pengajarannya, dia adalah orang Kristen yang bisa merupakan orang Kristen yang sejati, orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dan orang Kristen yang diselamatkan, tetapi kita tidak perlu mempersoalkan apa yang menjadi pandangan eskatologi yang mereka pegang, walaupun pandangan itu juga mempengaruhi dari gaya hidup orang tersebut, atau paling tidak ada pengaruhnya.

Contoh lainnya, misalnya kita semua percaya di sini kalau baptisan anak itu adalah hal yang benar. Bagaimana dengan gereja yang tidak melakukan baptisan anak, tetapi penyerahan anak? Apakah kita mengklaim kalau mereka adalah gereja yang sesat, padahal mereka juga membaptis orang-orang yang dewasa yang betul-betul bertobat dan percaya kepada Kristus? Apakah sesat atau tidak? Ya tentunya kita ngomong tidak kan? Karena mereka juga menjalankan baptisan, walaupun mereka tidak menjalankan baptisan anak. Atau bagaimana dengan mereka yang menjalankan baptisan, tetapi modenya berbeda dengan kita, dalam nama Allah Tritunggal, tetapi ada yang 1 dipercik, ada yang diselam? Apakah itu berarti bahwa yang yang sah itu diselam, yang dipercik tidak sah? Atau yang dipercik yang sah, diselam itu tidak sah sehingga ketika kita mau menerima orang yang sebelumnya diselam, kita harus memercik dia kembali? Atau kita mengerti bahwa yang penting itu bukan selam atau perciknya, tetapi yang kita mengerti itu adalah dalam nama siapa orang itu dibaptiskan, yaitu Tritunggal atau Allah Yang Tunggal?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini contoh sederhana yang mungkin kita sama-sama mengerti, tapi dari situ, saya mau kasih tahu kita bahwa hal itu adalah sesuatu yang kita perlu pahami. Tetapi masalah berbicara tentang nabi palsu, guru palsu bisa lebih sulit untuk membedakannya dari cuma sekedar baptisan. Atau kalau mau saya tarik sendiri agak jauh, di antara orang Kristen sendiri selalu menekankan kebanyakan, mayoritas mungkin mengatakan seperti ini, “Perbuatan itu penting sekali. Apa yang kita lakukan itu adalah hal yang menentukan kita diselamatkan atau tidak. Saya percaya kepada Kristus. Percaya! Tetapi bukankah Yesus mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati? Kalau iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati, berarti perbuatan kita itu menentukan.” Lalu, mereka berusaha dengan begitu giat hidup di hadapan Tuhan dengan satu kesetiaan kepada firman Tuhan. Lalu, di sisi lain ada kelompok orang yang mengatakan, “Perbuatan itu tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan itu adalah iman di dalam Kristus. Lalu, kalau iman di dalam Kristus itu yang menyelamatkan, berarti yang penting saya percaya kepada Kristus.” Perbuatannya bagaimana? “Nggak terlalu ambil pusing karena perbuatan tidak menentukan keselamatan saya. Yang penting saya percaya kepada Kristus saja.” Yang satu menuntut kehidupan yang kudus dan terus-menerus hidup di dalam satu kesempurnaan, yang satu kehidupannya, gaya hidupnya tidak terlalu penting, yang penting iman kepada Kristus. Yang mana yang benar? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ya dua-duanya salah, tapi kita harus bisa mengerti hal itu.

Itu sebabnya seorang pemimpin yang baik, dia harus belajar firman. Dan ketika dia belajar firman, dia bisa mengetahui bukan hanya yang benar apa, tapi dia juga harus mengerti kepekaan untuk membedakan yang benar dari yang salah atau yang salah dari yang benar. Supaya apa? Supaya domba-domba Tuhan tidak diselewengkan. Itu menjadi hal yang penting. Dan saya terus mendorong semua guru-guru sekolah Minggu yang melayani, semua Saudara yang melayani bisa belajar lebih jauh pengajaran doktrin yang ada. Jangan cuma datang persiapan guru sekolah Minggu berdasarkan materi Show Me Jesus, lalu ketika kita bisa menguasai materi itu, kita bisa menceritakannya dengan baik, kita merasa diri kita adalah guru sekolah Minggu yang baik. Belum tentu! Kita cuma mentransfer apa yang ada di buku yang sudah dipersiapkan dengan alur logika yang ada kepada anak-anak dengan penekanan yang sudah diberikan, tapi kita sendiri tidak lebih mengetahui mendalam daripada yang dimengerti oleh anak-anak yang kita ajar. Ya celaka! Itu sama berarti pengetahuan kita ya kayak pengetahuan anak sekolah Minggu. Saya cuma tahu dari Show Me Jesus, saya lalu mengajarkan kepada mereka. Kita perlu menuntut lebih di dalam hal ini. Dan mengapa ini menjadi satu bahaya yang besar sehingga setiap pemimpin dari gereja Tuhan harus bisa membedakan itu? Karena pada waktu kita berbicara tentang penyesatan yang diakibatkan oleh serigala ini, atau kita berbicara tentang penyesatan yang diakibatkan oleh iblis yang menyamar sebagai malaikat terang yang ada di dalam gereja Tuhan, maka kita sedang berbicara mengenai satu kehidupan yang ada di dalam dosa.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang namanya perbedaan di dalam pengajaran gereja itu bukan sesuatu yang kita bisa terima dengan segala bentuk keramahan dan cinta kasih, tetapi apa yang menjadi penyesatan yang terjadi di dalam gereja, itu adalah sesuatu bentuk pemberontakan terhadap perkataan Tuhan, atau pengajaran firman Tuhan, atau penyelewengan terhadap pengajaran firman Tuhan, atau kebenaran dan kalau itu adalah sebuah penyelewengan terhadap kebenaran firman Tuhan, setiap pemimpin gereja harus bisa melihat bahwa itu adalah dosa. Itu bukan sesuatu yang kita bisa terima sebagai salah satu dari saudara kita yang memiliki satu perbedaan di dalam pemahaman dia terhadap firman Tuhan. Kalau bicara tentang baptisan tadi, ya OK-lah; antara percik atau selam seperti itu, atau tentang kedatangan Kristus. Tapi kalau berbicara tentang iman yang menyelamatkan di dalam Kristus, berbicara tentang otoritas Alkitab, berbicara tentang siapa Allah yang disembah oleh orang-orang Kristen, apakah Dia Tritunggal atau Dia dwitunggal ataukah Dia adalah tunggal seperti itu, kalau kita sampai tidak bisa membedakan hal itu, kita mungkin bukan di dalam jalur yang benar, tapi kita sudah ikut disesatkan oleh orang-orang yang memiliki pengajaran yang salah.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Dwinatur Kristus, siapa Yesus, siapa Roh Kudus, apa yang dikerjakan oleh Kristus, apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus, siapa itu gereja, tadi Alkitab saya katakan, itu semua menjadi esensi dari pengajaran Kristen yang tidak boleh salah dan di mana semua orang Kristen kalau mengklaim dirinya adalah orang Kristen harus memiliki pengajaran yang sama. Jadi, kalau ada varian di situ, maka mereka bukan bagian dari saudara kita. Itu sebabnya, pada waktu kita berbicara tentang menjaga jemaat dari pengajaran yang ada, itu adalah hal yang sangat serius sekali, karena kita menjaga mereka dari kehidupan yang disesatkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan kita juga menjaga mereka dari kehidupan yang berdosa di hadapan Tuhan.

Tapi ada satu hal yang kita perlu berhati-hati juga. Pada waktu kita berbicara tentang serangan yang dilakukan oleh guru palsu ini ke dalam gereja, di sini Paulus dan Yesus menggunakan perumpamaan tentang domba dan serigala. Menariknya, kalau kita memperhatikan ya, misalkan National Geographic dan segala macam, biasanya binatang yang mana yang dimangsa oleh serigala atau harimau atau macan? Apakah mereka akan mencari mangsa yang sehat, kuat, atau mereka akan mencari mangsa yang paling lemah, atau yang mungkin terluka? Biasanya itu yang terluka atau yang lemah dari kawanan domba itu. Lalu, itu yang menjadi serangan pertama yang dilakukan oleh hewan buas itu terhadap diri mereka. Jadi, pada waktu kita berbicara tentang serangan yang dilakukan, di satu sisi mungkin kita bisa berpikir kayak gini, “Oh, iblis itu mungkin menyerangnya, atau guru palsu itu menghantam siapa pun yang menjadi orang Kristen.” Ya mungkin saja kayak gitu, tetapi juga ada satu bahaya yang Alkitab juga bukakan bagi kita dari ilustrasi ini, yaitu guru palsu itu atau iblis itu akan menyerang jemaat yang sedang terluka atau di dalam kondisi iman yang lemah. Pada waktu mereka menarik diri atau memisahkan diri karena kekecewaan tertentu yang mereka alami dalam hidup mereka, tanpa sadar mereka mulai dihasut oleh orang lain dengan segala pemikiran yang mungkin salah, tapi seolah-olah itu adalah suatu kebenaran, suatu solidaritas yang mereka miliki bersama dengan kita, pengertian yang mereka miliki yang membuat  akhirnya mereka ditarik untuk berpihak pada yang salah daripada mengikuti yang benar. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus berhati-hati. Sebagai pemimpin, kita harus mengerti apa yang menjadi kesalahan yang ada di dalam pengajaran. Sebagai pemimpin, kita harus menjaga apa yang menjadi domba Tuhan. Tetapi sebagai domba, kita juga harus mengerti bahwa ada hal rentan yang mungkin bisa terjadi di dalam kehidupan kita yang membuat kita menjadi mangsa utama dari serigala itu di dalam kehidupan kita.

Dan yang berikutnya adalah pada waktu kita melihat saudara kita ada di dalam kesulitan itu, biasanya sikap kita bagaimana? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita baca di dalam Kisah Rasul pasal 20, di situ dikatakan, Paulus menangis di dalam berusaha untuk membawa mereka kembali. Saya percaya bukan berarti Paulus cengeng di situ, tetapi tangisan yang dia nyatakan itu adalah satu wujud cinta kasih yang dia miliki kepada orang-orang itu. Dan ini bukan hal yang mudah. Kita biasanya akan menghakimi orang-orang yang menyimpang. Sudah menyimpang, sudah salah jalan, kita hakimi lagi sebagai orang yang memang layak untuk dihakimi. Di mana belas kasih kita? Atau kita berhadapan dengan orang-orang yang kalau kita di dalam gereja reformed mungkin kita akan ngomong dan seringkali saya dengar orang ngomong kayak gini, “Pak, apa yang kita bisa lakukan kepada saudara-saudara kita yang di luar itu yang belum percaya tentang iman yang baik atau iman yang seperti yang kita miliki atau pengajaran yang kita miliki?” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu pertanyaan yang baik ya. Mungkin satu hati yang rindu terhadap orang-orang itu untuk mengenal kebenaran. Tetapi mungkin nggak kita berpikir seperti ini, “Kenapa dia sampai hari ini tidak mau datang untuk belajar yang benar?” Sebabnya kenapa? Mungkin di dalam kita menghadapi mereka, kita menjadi penghakim-penghakim yang tidak menyatakan kebenaran dengan kasih tetapi justru mereka lihat sebagai orang yang arogan dan sombong sehingga mereka tidak mau datang dan ikut belajar yang benar. Seolah-olah kita rindu, tapi setiap kali kita bertemu dengan mereka, kita menghakimi mereka. Saya kira itu bukan satu tindakan yang baik. Saya bukan ngomong kita nggak perlu bicara tentang kebenaran, tetapi yang saya maksudkan adalah orang yang kita injili itu, orang yang kita kabarkan kebenaran itu, orang yang kita anggap sesat itu, dan kita ingin tarik balik untuk kebenaran Tuhan, ngerti nggak kalau kita itu mengasihi mereka? Atau mereka melihat kita sebagai orang yang arogan, yang cuma mau menghakimi mereka, menunjukkan kesalahan mereka, menunjukkan kesalahan dari gereja yang mereka ikuti, lalu apa? Nggak ada satu sense yang membawa mereka untuk melihat kalau orang ini mengasihi diri mereka.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya kira kita sebagai seorang yang melayani Tuhan atau menjadi seorang pemimpin di dalam sebuah gereja juga harus memiliki belas kasih kepada orang-orang yang hidup di dalam dosa dan itu adalah hal yang penting. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Yang Aku butuhkan itu bukan persepuluhan dari selasih atau segala korban persembahan, tetapi pergilah dan pelajarilah maksud dari firman ini bahwa yang Aku perlukan adalah belas kasih dan kemurahan.” Kita miliki itu tidak di dalam hidup kita? Saya percaya, setiap orang Kristen,- ini sudah berapa kali saya ngomong, bukan di kebaktian Minggu tentunya, tapi di KTB saya ngomong ini – setiap orang itu punya cerita hidupnya dan cerita hidup yang dia jalani itu menyatakan siapa diri dia. Bapak, Ibu, Saudara, ketika Bapak, Ibu, Saudara berjalan, yang mengatakan diri Bapak, Ibu itu adalah orang Kristen, saya mau tanya, cerita hidup apa yang engkau jalankan di dalam hidupmu? Penghakiman? Keutamaan di dalam kerja? Seolah-olah saya tidak boleh cacat sama sekali, saya harus sempurna dan itu yang menjadi hal utama di dalam hidupku? Atau saya tidak menghargai sama sekali tentang hidup saya dan segala sesuatu yang saya miliki yang diberikan oleh Tuhan di dalam hidupku? Atau kita melihat bahwa hidup ini adalah anugerah dari Tuhan dan kalau itu adalah satu anugerah dari Tuhan, termasuk keselamatan yang saya miliki di dalam Kristus, itu berarti saya harus hidup dengan satu cerita hidup tentang kasih dan pengampunan atau hidup di dalam anugerah Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang menjadi cerita hidup kita? Bagaimana kita menjalankan, orang tidak bodoh, mata orang itu melihat secara jelas. Tetapi yang menjadi masalah itu kita sendiri melihat itu secara jelas atau tidak. Kita seringkali mengklaim atas nama kebenaran. Kita seringkali mungkin mengklaim kalau kita adalah orang Kristen yang baik. Tapi gaya kita, cerita hidup kita nggak kristiani sama sekali. Bisa saja seperti ini. Dan kita juga nggak ada satu kenikmatan terhadap hidup ini yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita. Yang ada adalah tuntutan demi tuntutan yang kita nggak bisa penuhi dalam hidup kita. Bagaimana jalan hidup kita, cerita hidup kita? Ada belas kasih tidak? Ada kemurahan dari Tuhan atau tidak? Itu Saudara yang tentukan. Saudara yang sudah mengerti penebusan, Saudara yang tentukan mau jalani hidup seperti apa.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, terakhir ya, pada waktu kita melihat domba yang ada di dalam kesesatan, pada waktu kita melihat domba yang mungkin kita gembalakan, apa yang utama di situ untuk diperhatikan? Saya percaya, ada 2 hal. Pertama itu adalah yang Saudara bisa lihat di dalam ayat yang ke-32 ya, “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian   yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” Dalam bagian ini, ketika Paulus tahu kalau dia tidak bisa terus bersama dengan jemaat di Efesus atau penatua di Efesus, lalu dia harus meninggalkan mereka selama-lamanya seperti itu, apa yang dia tekankan di sini? Ya, ada orang yang menafsirkan bahwa pada waktu dikatakan, “Aku menyerahkan kamu kepada Tuhan.” itu berarti Paulus adalah seorang pemimpin yang berdoa di hadapan Tuhan karena dia menyerahkan pemimpin Efesus itu dan gereja Efesus ke dalam tangan Tuhan. Dan memang itu adalah salah satu tafsiran yang benar kalau kita sebagai seorang pemimpin haruslah seorang pemimpin yang suka berdoa di hadapan Tuhan.

Tetapi ada hal lain yang kita mungkin bisa tafsirkan seperti ini, pada waktu kita melayani jemaat, sebagai seorang pemimpin yang baik, kemarin saya sudah singgung itu di pertemuan 2 minggu lalu ya, tapi ini saya tegaskan lagi. Seperti seorang pemimpin yang menjadi hamba Tuhan, bukan hamba manusia, berarti dia punya satu tanggung jawab ketika dia melayani jemaat, dia tidak boleh membawa jemaat kepada diri, tetapi dia harus membawa jemaat kepada Tuhan. Dia harus mengajak jemaat untuk melihat persoalan yang dialami bukan hanya dari kacamata horizontal antara manusia, tetapi dia harus membawa jemaat melihat apa yang dialami itu dari kacamata Tuhan, bukan cuma sekedar doktrin. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini peringatan yang diberikan Paulus kepada jemaat Efesus, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, Tuhan sudah menulis surat kepada Efesus kembali melalui Rasul Yohanes untuk menyatakan apa yang menjadi peringatan dari Rasul Paulus itu sudah terjadi kepada Efesus. Kalau Saudara baca di dalam Wahyu pasal yang kedua, itu adalah surat yang ditujukan kepada malaikat jemaat di Efesus. Lalu, pada waktu surat itu dituliskan, apa yang menjadi isi suratnya? Tuhan berkata, “Efesus, engkau hebat. Engkau secara doktrin luar biasa. Engkau tahu mana nabi palsu, mana yang asli. Engkau ngerti apa itu yang benar, apa itu yang salah, tetapi sayang satu hal. Engkau kehilangan kasihmu yang mula-mula.” Berarti, mereka hidup di dalam satu ortodoksi, mereka ketat di dalam pengajaran, mereka betul-betul mengutamakan pengetahuan akan firman Tuhan, tapi mereka nggak bertemu dengan Kristus dan tidak mengenal Kristus dan tidak memiliki kasih terhadap Kristus. Padahal, kalau Saudara baca di dalam surat Korintus, yang utama dari seorang anak Tuhan adalah dia memiliki kasih kepada Kristus. Sedangkan yang tidak memiliki kasih kepada Kristus adalah orang yang diperuntukkan untuk dihukum oleh Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Saudara mendengar firman, ketika Saudara membaca Alkitab, Saudara baca apa? Saudara cuma baca pengetahuan atau Saudara baca tentang Tuhan, karakter Tuhan, sifat Tuhan yang membuat Saudara lebih mengenal Tuhan itu dan bertemu dengan Kristus atau sebenarnya tidak? Saudara harus bertemu dengan Kristus, memiliki pengalaman pribadi berjumpa dengan Kristus. Bukan dalam pengertian Saudara melihat Yesus tampil di depan muka Saudara dalam bentuk fisik, tetapi Saudara mengerti secara rohani bahwa Kristus itu realita yang nyata. Dia ada. Dia memelihara hidup Saudara. Dia sudah menebus kehidupan Saudara. Dia adalah Allah Yang Mahakuasa yang sanggup memelihara hidup Saudara dan memimpin kehidupan Saudara. Kita punya pengertian itu atau tidak?

Lalu, yang kedua adalah – ini juga yang tadi saya katakan sedikit – implikasi dari cerita hidup kita. Pada waktu kita hidup dan melihat orang-orang yang menjadi Saudara seiman kita, apakah mereka di dalam pergumulan atau tidak, Saudara membawa mereka melihat kepada siapa? Apakah Saudara membawa mereka melihat kepada firman kasih karunia atau tidak? Itu adalah 2 unsur yang penting ya. Hidup Saudara harus membawa orang melihat kepada Allah atau kepada Kristus dan hidup Saudara harus membawa orang melihat kepada firman kasih Kristus. Kenapa saya ngomong kayak gini? Ini kayak ditujukan kepada para penatua jemaat, hamba Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, memang ini kayaknya ditujukan kepada para penatua jemaat, tetapi Saudara jangan lupa, setiap kita itu adalah pemimpin juga. Di mana? Mungkin di keluarga, mungkin di tempat kerjaan, mungkin bersama dengan teman yang lain. Kita ada tanggung jawab hidup sebagai orang Kristen yang Tuhan ingin kita nyatakan di dalam hidup kita. Apakah hidup kita membawa orang kepada Kristus? Kepada firman-Nya? Atau justru orang melihat hidup saya sebenarnya kayaknya percaya kepada Kristus, tapi sebenarnya prinsip hidup saya, kesenangan saya bukan kesenangan Kristus dan bukan prinsip Kristus. Celakalah kita kalau kita seperti itu. Kiranya Tuhan boleh menolong kita ya. Jangan sampai kita tertipu oleh iblis dengan segala tipu muslihatnya yang begitu lihai yang membuat kita berpikir kita anak Tuhan yang baik, tapi sebenarnya kita adalah anak iblis dan bukan anak Tuhan. Kiranya Tuhan tolong kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur Bapa, sekali lagi firman-Mu boleh Engkau nyatakan bagi kami. Sekali lagi Engkau boleh berikan kepada kami kebenaran-Mu. Tolong kami supaya kami boleh menjadi seorang anak Tuhan yang betul-betul mengerti kebenaran-Mu, hidup di dalam kebenaran-Mu, tetapi yang lebih terutama adalah kasih kepada Kristus yang kami miliki di dalam kehidupan kami sehingga ketika kami menjalani hidup ini, kami boleh menyatakan kalau kami adalah milik Tuhan. Dan kiranya Engkau juga boleh pimpin para pemimpin dari gereja ini, ya Bapa. Para pengurus gereja, guru sekolah Minggu, dan hamba Tuhan yang melayani di sini. Kiranya Engkau juga boleh pelihara dan apa yang mereka kabarkan, apa yang mereka teladankan, semua itu boleh menjadi satu teladan yang bersumber dari Tuhan dan membawa anak-anak Tuhan hidup di dalam takut akan Tuhan. Kami berdoa sekali lagi, menyerahkan semuanya hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Amin. (HSI)