Petrus dan Kornelius, 7 November 2021

Kis 10:1-23

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Saudara, pada waktu kita masuk ke pasal 10 ini adalah lanjutan daripada pelayanan Petrus yang ada di daerah yang dekat dengan Kaisarea itu, Petrus ada di Yope dan juga Petrus ada di Lida. Dan pada waktu itu dia Lida, dia menyembuhkan seorang yang lumpuh, lalu di Yope dia membangkitkan seorang yang meninggal. Dan pada waktu itu maka banyak sekali orang-orang yang kemudian bertobat dan percaya pada Kristus melalui pelayanan yang Petrus lakukan itu. dan kalau Saudara kembali dari pasal yang pertama, maka di situ kita bisa melihat bahwa Kisah Para Rasul sedang membawa kita melihat dari kacamata Tuhan. Dan kacamata Tuhan yang ingin Tuhan nyatakan itu apa? Yaitu gereja sedang berkembang, Injil sedang disebarkan makin luas, dan Injil itu bermula dari mana? Yaitu dari Yerusalem dan kemudian ke Yudea, kemudian ke Samaria, lalu kemudian ke ujung bumi.

Dan pada waktu kita lihat di dalam kisah Pentakosta di pasal yang kedua, itu adalah berita Injil yang dikabarkan di Yerusalem. Lalu Saudara bisa lihat kemudian Filipi pergi ke Samaria untuk memberitakan Injil,  lalu kemudian Petrus dan Yohanes pergi ke sana untuk mengecek dan melihat jemaat di Samaria itu, dan mereka kemudian di situ mengalami apa yang terjadi di peristiwa Pentakosta sebagai satu konfirmasi kalau jemaat Samaria pun tergabung di dalam kelompok dari gereja atau orang-orang Kristen yang Yahudi, dan mereka tidak menganggap tingkatan di antara orang-orang Kristen baik itu Yahudi dan orang Yahudi setengah Yahudi itu ya, atau di Samaria.

Lalu setelah itu kita bisa melihat bahwa ternyata Injil bukan hanya berhenti di Samaria, walaupun penyebaran di Samaria itu adalah melalui penganiayaan yang dilakukan, tokoh yang penting dalam penganiayaan itu adalah Saulus, tapi juga Injil ternyata menyebar lebih luas daripada Samaria. Lalu Saudara kalau mau bicara Lida ataupun Yope ada di bagian kira-kira Israel bagian Utara seperti itu ya oke, tapi dari situ menjadi satu jembatan untuk pergi lagi ke daerah lain yang luas, yaitu ke mana? Yaitu ke daerah Kaisarea. Lalu di situ Injil diberitakan kepada siapa? Kalau Saudara perhatikan di Yerusalem, Injil itu diberikan kepada orang-orang Yahudi semua. Lalu kemudian ketika di Samaria Injil itu diberitakan kepada orang Yahudi yang campuran yaitu Yahudi dan non-Yahudi kawin lalu akhirnya terjadilah orang-orang yang tinggal di Samaria itu.

Tetapi kemudian Injil itu bukan hanya sampai kepada orang Yahudi dan orang non-Yahudi campuran, tetapi juga Injil itu kemudian dikatakan di dalam Kisah Para Rasul tersebar pada orang-orang non-Yahudi. Saya percaya ini adalah suatu pekerjaan yang memang sudah dipersiapkan Tuhan sejak di dalam kekekalan, Saudara bisa lihat itu di dalam surat Efesus, di situ Paulus berkata kalau dia adalah orang yang dipercayakan satu rahasia, sesuatu pelayanan penting yaitu untuk menyatakan apa yang menjadi rahasia kehendak Allah yang sudah Tuhan sediakan sejak dari dalam kekekalan, yaitu apa? Yaitu ternyata gereja Tuhan bukan hanya diperuntukan bagi orang Yahudi saja tetapi juga gereja Tuhan diperuntukkan bagi orang-orang bukan Yahudi. Dan persiapan itu bukan setelah orang Yahudi menolak Kristus, walaupun sebagian kita bisa ngomong bahwa karena orang Yahudi menolak Kristus maka kemudian Injil disebarkan kepada bangsa-bangsa yang lain, tetapi rencana itu, peristiwa itu bisa terjadi karena sejak dari dalam kekekalan Tuhan sudah mempersiapkan atau merencanakan kalau Injil akan diberitakan bukan hanya kepada orang Yahudi tetapi juga kepada orang-orang non-Yahudi. Makanya kita bisa mendengar tentang Kristus, lalu kita bisa mendapatkan iman di dalam Kristus, dan kemudian kita menjadi orang Kristen dan ada di dalam gereja Tuhan.

Nah peristiwa itu dimulai dari mana? Tentunya kita bisa lihat dari peristiwa ketika Petrus dibawa untuk atau dipimpin oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada Kornelius. Jadi Kornelius ini adalah orang pertama non-Yahudi yang diberitakan Injil lalu percaya dan menjadi orang Kristen yang dicatat di dalam Kisah Para Rasul ini. Dan kita tahu dari mana dia adalah seorang non-Yahudi? Yaitu dia adalah seorang yang merupakan perwira pasukan yang disebut Italia, pasukan Italia. Dan dia ada tinggal di daerah Kaisarea yang merupakan menjadi pusat pimpinan atau tempat pemerintahan dari Pontius Pilatus. Jadi pada waktu itu ada seorang yang bernama si Kornelius yang menjadi salah satu daripada perwira di bawah kekuasaan dari Kerajaan Romawi.

Nah kalau Saudara lihat ini, maka Saudara akan menemukan sebenarnya dia bukan orang yang disukai oleh orang-orang Yahudi harusnya, karena dia termasuk dari orang yang dianggap najis, dianggap kafir oleh orang-orang Yahudi. Tetapi menariknya adalah orang yang dianggap sebagai kafir ini, orang yang bukan dari darah keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub tersebut ternyata adalah seorang yang percaya pada Allah-nya Abraham, Ishak, dan Yakub. Itu sebabnya kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-2 pasal 10, di situ dikatakan ia adalah seorang yang saleh. Lalu ada ciri lain yang diberikan, ia dan seisi rumahnya adalah orang yang takut akan Allah. Dan tidak berhenti di situ tapi imannya itu membawa dia memiliki satu kerelaan atau kebesaran hati untuk memberikan sedekah untuk membantu orang-orang Yahudi dan orang-orang yang membutuhkan. Dan dia adalah seorang yang tidak pernah melewatkan waktu untuk berdoa kepada Allah.

Jadi pada waktu kita diberikan ciri di dalam ayat yang ke-2, kita mau diajak untuk melihat dia walaupun adalah orang bukan Yahudi, tetapi dia adalah orang yang betul-betul percaya kepada Tuhan Abraham, Ishak, dan Yakub. Tetapi ada yang membedakan yaitu dia adalah seorang non-Yahudi yang percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dan tidak pernah menjadi orang Yahudi. Di dalam Kitab Suci kita dibawa untuk melihat bahwa ketika orang-orang Yahudi itu dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, walaupun mereka gagal menjalankan itu, tapi di dalam anugerah Tuhan ada tetap orang-orang dari bangsa-bangsa lain yang datang dan percaya pada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi pada waktu mereka percaya pada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, mereka punya dua pilihan. Yaitu pertama adalah karena mereka bukan orang Yahudi, mereka nggak bisa ngomong, “Tuhan kenapa aku tidak dilahirkan dari garis darah Abraham, Ishak, dan Yakub, atau Israel dan dua belas suku itu?” Tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa memilih untuk menjadi orang yang bukan hanya percaya pada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi juga menjadi orang yang kemudian mengadopsi seluruh tradisi, budaya, dan hukum agama dari orang Israel. Nah namanya adalah proselit.

Saudara bisa lihat itu di dalam peristiwa ketika Yosua mengutus mata-mata untuk mau menaklukkan Yerikho, maka di situ mata-matanya kemudian menginap di sebuah tempat prostitusi di mana Rahab berada. Dan pada waktu Rahab mendengar itu dan tahu ada mata-mata, akhirnya dia menyembunyikan mata-mata itu. Tapi sebelum dia melepas mata-mata itu kembali kepada Yosua, ia berkata kepada mata-mata itu untuk mengikat perjanjian, “Kamu harus ingat saya, kamu harus ingat seluruh keluarga saya, dan kamu tidak boleh binasakan kami.” Dan akhirnya mata-mata itu janji dan menepati itu, dia menyampaikan kepada Yosua karena ia percaya kepada Allah-nya Abraham, Ishak, dan Yakub, atau Allah Yahweh. Dan Saudara bisa baca di dalam kitab Yosua di mana dia memberi satu benang untuk sebagai tanda bahwa mereka ada di situ, dan akhirnya mereka selamat.

Tetapi Saudara, mereka bukan hanya selamat. Ternyata Tuhan beranugerah besar sekali bagi Rahab. Kalau Saudara lihat dalam Matius 1, ternyata Rahab itu kemudian menjadi bagian dari orang Israel, lalu bukan hanya bagian dari orang Israel, dia juga menjadi seorang yang Tuhan pakai untuk melahirkan Kristus di dalam dunia ini. Saudara boleh buka Matius 1:4, “Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab.” Rahab ini siapa? Rahab ini adalah yang dipercaya sebagai Rahab pelacur itu yang ada di kota Yerikho yang tidak turut dibinasakan karena imannya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.

Jadi pada waktu dia menikah dengan Salmon, kelihatannya dia menjadi bagian dari orang Israel atau orang Yahudi. Nah itu namanya proselit ya. Saudara juga bisa lihat di dalam silsilah berikutnya yaitu, “Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud.” Nah siapa Rut ini? Kalau Saudara lihat dalam kitab Rut maka Saudara tahu bahwa Rut ini adalah seorang yang hidup di zaman Hakim-Hakim, dan dia adalah seorang yang bukan Yahudi, tetapi dia adalah seorang Moab, dan Moab itu siapa? Moab itu adalah keturunan dari Lot yang akhirnya memiliki anak sekaligus cucu dari Lot yaitu melalui pernikahan dengan kedua anak perempuannya sendiri, satu adalah Amon, satu adalah Moab. Dan kedua bangsa ini kemudian ditolak oleh Tuhan dari antara umat Allah. Tetapi di antara mereka ada orang yang kemudian mendapatkan anugerah untuk percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yaitu Yahweh.

Dan Saudara, pada waktu itu apa yang terjadi? Alkitab berkata Rut itu dibawa jauh-jauh dari Moab oleh si Naomi, keluarga dari Naomi, yang gara-gara kelaparan atau kesulitan kekeringan mereka tidak bisa hidup di dalam keadaan seperti itu, mereka ingini mencari satu kehidupan yang lebih baik, lalu mereka pergi ke Moab. Pergi ke Moab untuk apa? Untuk membuat anaknya bisa menikah dengan Rut, lalu setelah itu Tuhan singkirkan semua anaknya dan suami daripada Naomi ini supaya dia kembali ke wilayah orang Yahudi, lalu kemudian dia membawa Rut beserta dengan dia pulang.

Nah pada waktu itu, Alkitab mencatat kalau Naomi dalam kondisi yang depresi, kondisi yang putus asa, kondisi yang mengasihani dirinya karena dia melihat bahwa Tuhan ternyata sedang mengacungkan tangannya kepada diri dia, bukan berpihak pada diri dia, dan dia tidak bisa melihat kalau Rut itu menjadi menantunya itu sedang dipersiapkan Tuhan untuk menjadi berkat banyak bangsa tetapi juga bagi kehidupan dia pribadi. Dia suruh Rut itu pulang bersama Orpa, saudara iparnya dari Rut ini. Orpa pulang kepada dewa mereka, kepada bangsa mereka, kepada orang tuanya. Tetapi pada waktu itu Rut berkata kepada Naomi, “Jangan suruh aku pulang.” Dia berkata apa? Dua statement yang penting, “Bangsamu menjadi bangsaku, Allahmu menjadi Allahku.” Itu yang dikatakn oleh Rut.

Nah peristiwa ini berarti ketika orang non-Yahudi percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, mereka bisa menjadi orang yang memilih untuk bisa percaya saja kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, atau mereka juga selain percaya, mereka mengadopsi seluruh budaya yang ada di dalam kebudayaan orang Yahudi, termasuk di dalamnya adalah disunat, tunduk pada Taurat dari Musa. Nah ini namanya proselit. Baru setelah itu mereka diadopsi atau diterima sebagai bagian dari orang-orang Yahudi dan diperlakukan seperti orang Yahudi. Tetapi di sisi lain ada yang namanya orang yang takut akan Allah. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang non-Yahudi, ketika mendengar tentang Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, mereka kemudian percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, mereka percaya kalau itu adalah Allah yang sejati, dia adalah Allah yang pencipta langit dan bumi, dia adalah Allah di atas segala Allah yang ada di dunia ini, dan mereka kemudian percaya kepada Allah itu, tetapi mereka tidak bersedia untuk menjadi orang Yahudi. Mereka mengadopsi semua, mungkin, pengajaran dari Perjanjian Lama, karena itu dikatakan ia adalah seorang yang saleh, dan seisi rumahnya adalah orang yang takut akan Allah. Kalau kita kembali kepada Alkitab, takut akan Allah itu disamakan dengan orang yang memiliki pengetahuan akan Allah yang sejati dan penundukan diri di bawah peraturan Tuhan di dalam hidup dia. Tetapi dia tidak bersedia untuk hidup sepenuhnya seperti orang Yahudi, God-fearer, orang-orang yang takut akan Allah itu.

Nah bagaimana orang Yahudi melihat kepada mereka? Orang Yahudi bagaimanapun mungkin senang melihat pada orang-orang yang beribadah kepada Allah mereka, tetapi tetap punya satu batasan di situ, gap yang mereka tidak bisa lewati. Dan gap itu apa? “Walaupun engkau percaya pada Allah kami, tetapi engkau bukan bagian dari orang Yahudi, engkau tetap adalah kafir,” orang-orang yang bukan umat Allah yang atau orang yang bergabung di dalam kelompok umat Allah yang disebut dengan proselit itu. Sehingga pada waktu mereka berelasi dengan orang-orang ini, mereka tetap melihat kalau mereka berhubungan dengan atau menerima mereka di dalam rumah mereka atau makan bersama mereka itu adalah hukumnya najis, haram, hukumnya membuat mereka menjadi orang yang ya mungkin kata lain adalah berdosa di hadapan Tuhan atau melanggar Taurat Musa. Jadi ini membuat mereka biasanya tidak suka bergaul dengan orang-orang yang takut akan Allah, bahkan ketika mereka beribadah pun di Bait Allah, orang takut Allah punya tempatnya sendiri di mana mereka tidak boleh bergabung dengan orang Yahudi dan proselit di dalam beribadah kepada Tuhan.

Kita bersyukur sekali ya sejak dari Kristus datang maka semua benteng ini dihancurkan. Dan kita sejak Kristus datang, kita bersyukur sekali satu-satunya agama yang bisa beribadah satu keluarga, suami, istri, papa, mama, anak-anak di satu tempat nggak ada pemisahan sama sekali itu di gereja atau di dalam kehidupan agama orang Kristen. Kenapa? Karena saya percaya ketika Kristus datang, dia menghancurkan bukan hanya benteng antara Yahudi dan non-Yahudi itu yang Saudara bisa baca dalam Efesus, di situ dikatakan berkenaan dengan itu, tetapi Dia juga membawa mereka untuk satu di dalam Kristus. Efesus 2:13-14, “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh,” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.” Lalu saya lompat ke ayat 18, “Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”

Lalu kalau Saudara bandingkan di Galatia, maka di situ dikatakan ketika kita ada di dalam Kristus, tidak ada lagi namanya orang merdeka atau budak laki-laki dan perempuan, tuan dan hamba, semuanya setara di hadapan Allah di dalam Kristus. Dan ini bukan bicara, “Oh kalau gitu di dalam rumah tangga tidak perlu ada ordo lagi, suami tetap harus menjadi kepala, istri menjadi penolong dari suami, dan pemimpin di dalam keluarga itu tetap harus suami.” Itu adalah satu hukum yang tidak pernah bisa kita hapus atau kita ganti di dalam kehidupan keluarga kita. Tetapi pada waktu kita berdiri di hadapan Allah, maka Alkitab mengajarkan baik laki-laki, perempuan, sama-sama adalah gambar Allah, sama-sama setara di hadapan Allah, sama-sama memiliki kerohanian yang bisa sama-sama baik, dan bahkan perempuan bisa melampaui laki-laki di dalam kerohanian kepada Tuhan.

Maka kalau Saudara lihat di dalam surat Petrus, di situ Petrus berkata hai suami-suami kamu harus hidup dengan baik, bijaksana dengan istrimu. Istrimu itu siapa? Istrimu itu adalah kawan atau saudara seimanmu di dalam Kristus. Kita buka 1 Petrus 3:7, “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” Siapa istrimu? Teman pewaris Kerajaan Allah, orang yang secara rohani Tuhan juga perlakukan sebagai anak Allah seperti halnya mungkin laki-laki yang merasa lebih superior daripada perempuan, begitu. Tapi, Saudara ini menunjukkan ada kesetaraan di hadapan Tuhan walaupun ada ordo di dalam suatu kehidupan keluarga.

Jadi pada waktu Kristus mati bagi kita, kita percaya kepada Dia, Tuhan bukan hanya membuka jalan bagi kita menuju kepada Bapa dan dipersatukan dengan Allah Bapa yaitu keselamatan dan kehidupan kekal, tetapi Tuhan juga bertindak untuk membuat orang Kristen itu diperdamaikan dengan orang yang lain yang bukan hanya beda suku dengan diri dia, tetapi juga beda atau saya balik beda jenis kelamin dengan diri dia, tetapi juga beda suku dengan diri dia atau beda bangsa. Dan hal itu hanya bisa terjadi di mana? Di dalam Kristus. Saudara bisa lihat itu ketika Saudara baca ada beberapa bagian ya yang menunjukkan sebenarnya ada kecurigaan sebelumnya tetapi ketika ada di dalam Kristus bisa ada suatu kesatuan itu tetapi juga kelihatannya Petrus sebagai orang Yahudi tetap ada kesulitan untuk bisa percaya sepenuhnya persatuan itu sampai Tuhan mendidik dia lebih jauh lagi ya.

Saudara boleh buka itu di dalam Kisah 10:28, “Ia berkata kepada mereka: (Ia itu adalah Petrus) “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.” Makanya dia datang ke tempat Kornelius. Tapi sebelum itu kelihatannya pemahaman Petrus berkenaan dengan diri dia adalah orang Yahudi dan orang non-Yahudi itu mulai dilembutkan oleh Tuhan. Kita bisa lihat itu dari mana? Pertama dari Samaria. Saudara kalau lihat di dalam pelayanan Yesus Kristus ketika di dalam dunia ini, pada waktu mereka ditolak untuk masuk ke wilayah Samaria oleh orang Samaria, Yakobus dan Yohanes langsung ngomong, “Tuhan, kita perlu minta api turun dari langit nggak untuk membumihanguskan mereka semua?” Lalu pada waktu Yesus ada di Samaria, di Yohanes pasal yang ke-4 dan Dia kemudian sedang meminta air dan berbicara kepada satu perempuan Samaria pada waktu itu, murid-murid-Nya ketika datang langsung bertanya kenapa Dia bicara sama orang Samaria?

Jadi bagi orang-orang Yahudi, khusunya para rasul, di dalam benak mereka Yahudi tidak seharusnya bergaul dengan orang Samaria yang setengah Yahudi apalagi bergaul dengan orang-orang bukan Yahudi. Itu adalah najis, itu adalah suatu dosa, itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Tetapi melalui peristiwa Pentakosta lalu kemudian melalui peristiwa Samaria di situ dan Petrus dibawa untuk melihat bahwa ternyata orang-orang Samaria yang separuh Yahudi itu juga diperlakukan Allah sama dengan orang Yahudi, maka kemungkinan Tuhan mulai mengikis kekerasan hatinya dan juga mungkin kecurigaan yang ada di dalam hatinya kepada bangsa-bangsa lain untuk mulai membuka diri bergaul dengan mereka menerima mereka lalu kemudian mengabarkan Injil kepada mereka.

Mungkin kalau kita baca di dalam bagian ini ya, kayaknya biasa ya. Khususnya di dalam zaman kita saat ini. Tetapi kalau Saudara lihat dari kacamata orang Yahudi, itu adalah hal yang luar biasa sekali, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak boleh terjadi. Misalnya ambil contoh ya yang lebih ini aja ya, lebih mild, Kisah 9:43, “Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.” Bagi orang Yahudi, Simon mungkin adalah orang Yahudi tetapi kalau tinggal sama penyamak kulit itu adalah hukumnya najis karena penyamak kulit setiap hari harus bergaul dengan mayat, bangkai, darah, kematian. Dan ketika dia berseru, “Tuhan!” terus menerus itu menjadikan dia tidak tahir. Kalau orang Yahudi berani bersentuhan dengan dia, maka dia akan menjadi tidak tahir selama satu hari.

Tetapi kalau Saudara lihat di dalam ayat yang ke pasal 10 ayat ke-23 tadi dikatakan, “Ia mempersilahkan mereka untuk bermalam di situ.” Ia itu siapa? Petrus, mempersilahkan siapa? Yaitu 3 orang utusan dari Kornelius, yaitu 3 orang bukan Yahudi datang memanggil Petrus, dia mempersilahkan mereka bukan hanya masuk ke dalam rumah Simon penyamak kulit, tetapi juga mempersilahkan mereka untuk bermalam di situ. Saudara bisa bayangin nggak di rumah itu ada siapa? Satu, Simon penyamak kulit, orang Yahudi yang berdosa atau orang Yahudi yang tidak tahir pekerjaannya, sesuatu yang harusnya dihindarkan mungkin. Lalu yang kedua adalah Simon si rasul, rasul Yesus Kristus, orang yang dikatakan Imam dan Farisi, eh bukan Farisi, orang yang sebenarnya harusnya menegakkan hukum Musa dengan ketat dan Petrus kelihatannya memang orang yang begitu saleh dalam menjalani Taurat Musa. Lalu yang ketiga adalah orang bukan Yahudi.

Saudara, kalau orang Yahudi lihat mungkin dia akan klaim, ini Petrus paham nggak Taurat Musa? Ini Petrus bagaimana bisa mengajarkan firman Tuhan kalau dia sendiri bergaul dengan orang-orang yang berdosa? Dan Yesus Kristus masa hidupnya di dalam dunia, Dia selalu ditegur oleh orang-orang Yahudi dan orang Farisi atau Ahli Taurat, kenapa teman-teman-Mu orang yang berdosa? Kenapa Kamu bergaul dengan mereka? Tapi Yesus berkata, “Bukan orang yang sehat yang membutuhkan tabib tetapi orang yang sakit yang membutuhkan tabib.” dan Dia tidak peduli dengan orang-orang itu. Tapi, Saudara saya mau katakan ini bisa terjadi karena apa ya? Ini bisa terjadi karena orang itu mendapatkan kasih karunia Kristus.

Saudara boleh melihat juga di dalam Kisah 1 kita mundur sedikit ya Kisah Rasul 1:12-14, “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.”

Saudara, kalau baca ini fokus Saudara di mana? Mungkin kita bisa ngomong, “Oh sejak dari peristiwa kebangkitan Kristus mereka taat kepada perintah Tuhan Yesus untuk menunggu di Yerusalem lalu mereka berdoa di sana dan hidup dari hari-hari untuk berdoa minta Tuhan pimpin mereka,” seperti itu. Tapi, Saudara saya mau ajak lihat selain dari pada itu yang penting ada hal lain yang lebih penting juga yang tidak kalah penting dengan doa itu, yaitu di dalam ayat yang ke-13, siapa orang-orang yang dicatat di situ? Petrus dan Andreas? Bukan, Petrus dan Yohanes. Yakobus dan Yohanes? Bukan, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Thomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus dan Alfeus, Simon dan Zelot dan Yudas bin Yakobus. Saudara paham nggak? Selama Saudara baca Injil, kelompok mereka itu adalah Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, dan yang lainnya. Mereka nggak pernah ganti pasangan lho. Tetapi pada waktu mereka ada di dalam Kristus, ada kuasa kebangkitan Kristus yang hidup di dalam diri mereka, mereka bisa ganti pasangan. Mereka bisa berdamai, mereka bisa baikan satu dengan yang lain. Itu karena apa? Saya percaya karena kuasa kebangkitan Kristus dan kasih Kristus yang hidup di dalam diri orang yang percaya kepada Dia. Jadi ini yang membuat kenapa Petrus di sini bisa menerima 3 orang tamu non-Yahudi.

Tetapi, Saudara pada waktu Petrus menerima, apakah konsep Petrus sudah sungguh-sungguh berubah? Jawabnya, tidak. Saudara bisa bandingkan ya saya nggak bicara tentang kronologi, tapi kalau Saudara lihat di dalam Galatia, maka terjadi satu peristiwa ketika Petrus ada di Galatia. Dia mulanya kayanya bisa bergabung dengan orang-orang non-Yahudi, dia bisa makan bersama-sama dengan orang non-Yahudi dan bisa senang-senang, ada Paulus juga di situ, sampai kapan? Sampai ketika ada orang-orang Yahudi dari kelompok Yakobus yang datang ke tengah-tengah mereka pada waktu Petrus melihat orang-orang Yahudi dari kelompok Yakobus datang ke tengah-tengah mereka, dia kemudian mengambil keputusan yang berbeda dari yang semula yaitu dia kemudian mulai ambil makanannya mungkin, dia pindah meja, pindah mejanya pindah dari duduk ditengah-tengah orang bukan Yahudi kemudian duduk bersama dengan orang-orang Yahudi.

Di situ ketika Paulus melihat dia, Saudara bisa baca dari ayat 11-14 ya. Ketika Paulus melihat tindakan dari Petrus ini, ayat 14, “Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”” Itu perkataan keras sekali dari Paulus kepada Petrus. Artinya adalah walaupun Petrus di bagian ini kelihatannya dia mulai memahami berkenaan dengan relasi Yahudi non-Yahudi, iman di dalam Kristus Yahudi dan non-Yahudi, dan kalau Saudara lihat pada peristiwa Sidang di Yerusalem di Kisah Rasul pasal 15 maka Saudara di situ bisa membaca, nanti kita akan bahas itu, Petrus mempertanggungjawabkan baptisan dia kepada Kornelius di situ dan dia berkata bahwa Tuhan bertindak sama maka Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya kepada orang-orang Yahudi masakan aku tidak membaptis mereka, seperti itu.

Tetapi, Saudara ternyata konsep berkenaan dengan pemisahan itu sulit sekali untuk lepas dari pada Petrus. Itu artinya apa? Artinya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang-orang percaya walaupun dia sudah menjadi Kristen sekalipun, dia masih butuh kasih karunia Tuhan. Kasih karunia Tuhan itu bukan sesuatu yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang belum percaya. Pertobatan, perubahan hidup itu bukan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang belum percaya. Alkitab jelas sekali bicara bahwa Yesus punya kematian, nyawa Dia yang dipakukan di kayu salib dan kebangkitan Dia pada hari yang ketiga itu berkuasa untuk menyelamatkan semua manusia yang ada dalam dunia ini termasuk orang-orang yang paling jahat sekalipun, paling berdosa sekalipun seperti yang Paulus nyatakan dari hidup pertobatan dia. Tetapi, Saudara ternyata orang percaya pun butuh anugerah Tuhan untuk mengubah persepsi dia, prasangka dia, konsep-konsep dia yang salah yang selama ini mungkin dia tetap pelihara tetapi dia tidak sadar kalau itu adalah konsep yang salah. Melalui apa? Melalui peristiwa-peristiwa yang Tuhan boleh izinkan terjadi di dalam hidup dia. Petrus menjadi salah satu orang itu. Dia dibawa untuk membuka pemikiran dia ternyata anugerah Tuhan itu melampaui kehidupan dari orang Yahudi semata, tetapi anugerah Tuhan di dalam Kristus harus mencapai kepada semua bangsa.

Saudara, kenapa saya bicara kayak gini? Bukan cuma untuk menunjukkan kalau pertobatan itu dibutuhkan bukan hanya oleh orang-orang yang non-Yahudi atau orang yang belum mengenal Kristus, tapi selain dari pada untuk orang yang Kristen yang sudah mengenal Kristus pun, saya juga mau mengatakan bahwa kita senantiasa ya sebagai orang Kristen itu perlu mengalami pertobatan dari hari demi hari. Makanya kalau Saudara lihat di dalam doa Bapa Kami pada waktu Tuhan Yesus mengajar, Tuhan Yesus ngomong, “Ampunilah kami akan kesalahan kami,” itu bukan untuk orang bukan Kristen, itu bukan untuk orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan, bukan untuk orang-orang yang belum menjadi orang yang beriman kepada Kristus, tetapi itu adalah diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah ada di dalam Kristus. Bukan karena relasinya kemudian keselamatannya hilang kalau dia tidak bertobat, tetapi karena pada waktu dia berdosa maka relasi dia dengan Allahnya, Bapanya itu menjadi rusak karena tindakan dosa yang dia lakukan. Itu sebabnya dia perlu mengalami suatu pertobatan demi pertobatan hari demi hari dalam hidup dia. Tapi saya percaya ini butuh yang namanya kelembutan hati, ini butuh yang namanya kejujuran untuk melihat diri sebagai orang yang seperti apa ketika Tuhan perhadapkan kita dengan suatu situasi tertentu. Tanpa itu saya pikir kita sulit untuk bisa mengalami pertobatan dan perubahan dalam hidup kita dan ini juga menunjukkan selama Saudara dan saya ada di dalam dunia ini, Saudara dan saya tidak pernah menjadi orang yang tanpa dosa.

Gereja Tuhan itu bukan kumpulan orang tanpa dosa. Saya adalah orang berdosa. Lalu beda saya dengan orang bukan Kristen apa? Bedanya adalah saya adalah orang berdosa yang sudah ditebus di dalam Kristus, dilahirbarukan sehingga membuat saya punya kepekaan akan dosa yang lebih besar dari orang bukan Kristen dan saya memiliki kepekaan akan keberadaan Tuhan yang lebih besar dari pada orang bukan Kristen. Itu yang membedakan. Jadi kalau Saudara lihat di dalam gereja ada orang-orang yang menjengkelkan, ada orang-orang yang hidupnya kadang menipu kaya gitu, melukai, itu wajar karena kita bukan orang tanpa dosa.

Lalu kalau kita menjadi satu orang yang kecewa dan meninggalkan gereja karena situasi seperti itu, itu hanya menunjukkan, saya seringkali dapat pertanyaan seperti ini ya, itu menunjukkan mungkin dia adalah orang yang lebih merasa diri benar dari pada orang Kristen yang lain yang ada di dalam gereja itu padahal dia tidak lebih baik dari orang Kristen lain yang berdosa di dalam gereja yang dia hina sebagai orang yang jahat itu dalam gereja. Tapi justru Tuhan menggunakan hal ini, saya lihat itu bijaksana Tuhan. Tuhan menggunakan dosa yang ada tetap di dalam hidup manusia, orang Kristen untuk memproses mereka, membuang segala prejudice dan pikiran-pikiran negatif di dalam pikiran mereka tentang orang Kristen yang lain atau karakter-karakter mereka yang salah, yang berdosa di hadapan Tuhan untuk diproses makin serupa dengan Kristus. Ini yang membuat saya berani ngomong kayak gini ya.

Kita seringkali ngomong kalau orang Kristen itu tanda dari gereja sejati apa? Yaitu kasih, kayak gitu. Oke, kasih Yohanes ngomong kaya gitu, kasih itu menjadi tanda dari orang Kristen sejati. Tapi, Saudara bagaimana kita bisa mengasihi? Kapan kita belajar mengasihi? Kapan kita bisa disebut sebagai orang yang memiliki kasih? Kapan? Pada waktu ujian terhadap kasih itu dimunculkan. Tapi saya ngomong dari sisi yang lain ya, bandul satunya sisi negatif. Saya percaya tapi Saudara jangan melihat ini sebagai satu kalimat untuk membuat ada masalah di dalam gereja ya. Saya percaya Tuhan akan izinkan persoalan ada di dalam gereja, di mana orang Kristen melukai orang Kristen yang lain. Setuju nggak? Bukan untuk membenci, bukan untuk menolak, tapi untuk belajar kasih Kristus. Tanpa luka, nggak ada pengampunan, nggak ada sikap untuk belajar mengasihi dan itu ditandai dari kehidupan Petrus yang melihat pertama orang-orang bukan Yahudi, mungkin dia pikir ini orang kafir saya nggak mau bergaul sama dia, dia tidak berhak menerima Injil Kristus, mungkin kayak gitu. Kalaupun berhak menerima Injil Kristus ya oke tapi kelasnya beda dengan kami yang Yahudi atau separuh Yahudi itu.

Prejudice itu bisa menimbulkan kebencian, ketidaksukaan, tetapi juga Alkitab mengajar kita melihat lebih jauh lagi bagaimana Petrus menghadapi Paulus. Saudara kira-kira gimana menghadapi Paulus, yang menegur dia di dalam surat Galatia? Bagaimana Paulus harus berhadapan dengan Markus? Dan mungkin Barnabas yang ribut besar di antara mereka. Pada waktu Paulus menjelang akhir hidupnya, dia ngomong kepada Markus untuk segera datang kembali kepada dia bersama-sama melayani dia, karena pelayanannya itu penting, padahal sebelumnya di dalam Kisah Rasul kita akan melihat nanti, Paulus sudah tolak Markus untuk melayani bersama-sama dengan dia, karena orang yang tidak bertanggung jawab. Saudara, itu semua saya percaya kalau bisa terjadi, hanya di dalam Kristus, karena ada kasih Kristus, pengampunan Kristus, penghancuran benteng yang diberikan, atau dilakukan oleh Kristus bagi orang-orang Kristen, yang menerima keselamatan di dalam Kristus.

Kita lanjutkan ya, ada hal menarik lainnya, yaitu selain dari Petrus belajar tentang hal ini, dan dia sendiri perlu bertobat dari konsep dia dan berubah dari, mungkin, hal-hal, prinsip-prinsip yang salah di dalam hidup dia, hal lainnya adalah Tuhan pada waktu menyatakan diri-Nya kepada Kornelius, Dia tidak meminta Kornelius itu untuk datang sendiri menemui Petrus. Tetapi Dia meminta Kornelius untuk, untuk apa? Untuk mengutus orang-orang dia, pergi dan menjemput Simon Petrus kepada diri dia. Dan yang menyampaikan itu siapa? Yang menyampaikan itu adalah malaikat. Nah di sini menjadi dua contoh yang bisa saya angkat ya, kalau mau tarik kepada prejudice itu kembali, kenapa di sini Kornelius itu diminta untuk mengutus orangnya pergi menjemput Simon, bukan diri dia sendiri yang menghadap Simon? Saya percaya sekali, itu menunjukkan kalau Simon harus datang ke rumah Kornelius untuk bicara di situ, menginjakkan kaki di rumah orang kafir itu, untuk memberitakan Injil kepada dia. Tapi di sisi lain di sini juga mengatakan bahwa berita Injil itu Tuhan tidak mau, untuk pemberitaan Injil, Tuhan tidak mau menggunakan malaikat. Untuk berita Injil bahkan Tuhan sendiri setelah menyelesaikan tugas penebusannya, Dia tidak lagi memberitakan ini, kecuali kepada Paulus ya, tetapi Dia menggunakan manusia yang ada di dalam dunia ini untuk menjadi alat Dia, penyambung daripada pekerjaan Dia untuk memberitakan Injil di dalam dunia ini. Mungkin kasus-kasus tertentu yang menjadi pengecualian mungkin bisa terjadi saja, saya tetap percaya seperti itu, kalau andaikata di dalam suatu bangsa, negara, yang totally sulit sekali Injil masuk ke situ, lalu ada orang-orang pilihan di situ, mungkin Tuhan bisa pakai untuk memenangkan orang-orang itu ya.

Tetapi secara umum, secara satu kebenaran yang Tuhan tetapkan di dalam Kitab Suci, berita Injil itu harus diberitakan oleh orang Kristen, bukan malaikat, kenapa? Karena malaikat tidak pernah merasakan yang namanya kuasa penebusan Kristus. Orang Kristen yang mengalami kuasa penebusan Kristus itu. Jadi maksudnya bagaimana? Maksudnya kayak kalau Saudara jual produk, Saudara kalau jual produk saudara, misalnya jual sabun, Saudara nggak pernah pakai sabun, atau Saudara jual itu ya, perlengkapan aksesoris, bedak, atau dan yang lainnya, Saudara nggak pernah gunakan itu, Saudara nggak akan mungkin pernah bisa jualan kan? Saya ada kenalan yang ngomong kayak gini, ada satu orang yang mau dibiayai seluruh hidup dia, dia akan menjadi seorang yang mewakili produk dari kosmetik yang dia jual, lalu ada perjanjian di situ, “Kamu akan jadi duta kosmetik ini, kamu akan dapat gaji, dan juga seluruh fasilitasmu untuk kecantikan akan difasilitasi oleh company itu.” Jadi sebelum dia jual produk, dia akan dirawat seluruh tubuhnya dengan semua produk-produk yang ada di dalam company itu, atau istilah lainnya dia akan dijadikan sebagai perempuan yang sangat cantik sekali, berdasarkan dari produk yang ada di dalam company itu, baru dia akan kemudian jual produk itu.

Saudara, saya percaya prinsip ini ada di dalam pemberitaan Injil. Siapa orang-orang yang mendapatkan, siapa yang dipakai oleh Allah untuk memberitakan Injil? Yaitu bukan malaikat, tetapi orang-orang Kristen yang telah mendapatkan penebusan Kristus. Tuhan bisa nggak pakai malaikat? Ya bisa, dia kabarin kok berkenaan dengan ada damai sejahtera dari Tuhan yang akan lahir dalam dunia ini, misalnya, dalam Lukas 2. Dan bahkan Tuhan sendiri bisa mengerjakan pengabaran Injil itu yang kita bisa lihat itu baik di dalam Perjanjian Lama, Dia panggil Abraham keluar dari Ur Kasdim, Dia pimpin Abraham masuk ke dalam tanah perjanjian, lalu di dalam Injil, Yesus Kristus sendiri adalah Allah inkarnasi menjadi manusia, untuk memberitakan Injil yang ada di dalam dunia ini. Dia bisa lakukan itu, butuh manusia lain nggak? Nggak butuh sama sekali, kita nggak perlu ada. Tetapi Tuhan justru mau memakai manusia untuk memberitakan tentang diri Dia.

Saudara kalau mau tanya ya, kita renungkan ya, kira-kira mana yang lebih hebat, mana yang lebih “wah,” mana yang lebih bisa membawa pertobatan: malaikat yang ngomong bahwa Yesus Kristus itu adalah Tuhan dan Juruselamat, “Kornelius kamu percaya kepada Dia,” Yesus sendiri datang kepada dia untuk bicara “Akulah Yesus,” seperti dia bicara kepada Paulus, atau Petrus yang harus datang dan memberitakan Injil kepada dia? Saya yakin, yang dua pertama itu jauh lebih punya kuasa mempertobatkan. Tetapi Tuhan nggak mau pakai cara itu. Tuhan mau pakai cara kita yang sudah mendapatkan kasih karunia, membagikan kasih karunia itu. Kita yang sudah mendapatkan keselamatan di dalam Kristus, membagikan keselamatan itu kepada orang lain. Itu cara yang Tuhan lakukan.

Ya kalau Saudara mau bicara secara theologis ya bisa saja bicara dari konsep marketing tadi ya karena malaikat tidak menerima pengalaman penebusan, bagaimana dia bisa membagikan pengalaman penebusan. Tetapi saya juga percaya kalau orang yang mengalami pengalaman penebusan membagikan penebusan itu kepada orang lain, maka di situlah kemuliaan Tuhan akan jauh lebih besar dinyatakan daripada malaikat yang memberitakan itu dengan segala kemuliaan malaikat. Saudara, karena pada waktu orang percaya itu memberitakan Injil, dia akan sadar kalau itu kasih karunia sehingga dia tidak boleh mencuri kemuliaan Tuhan. Pada waktu dia melihat orang lain bisa percaya kepada Kristus, karena pemberitaan dia yang nggak ada bukti sama sekali, nggak ada kuasa sama sekali, hanya baca dari Kitab Suci dan menyampaikan apa yang Kitab Suci nyatakan, dia akan sadar juga, orang ini bisa percaya karena kasih karunia Tuhan, bukan karena usaha dia atau kemampuan dia, sehingga dia nggak akan mencuri kemuliaan itu dan mereka akan mengabarkan kemuliaan itu yang lebih besar bagi Tuhan.

Tetapi juga pada waktu orang ini memberitakan Injil, Tuhan bisa menggunakan hal-hal yang menjadi tekanan bagi mereka untuk membuktikan kalau berita Injil itu pasti benar. Maksudnya gini ya, pada waktu kita bicara, bagaimana Injil diberitakan, maka hal pertama mungkin kita akan ngomong, “Oh berita Injil dikabarkan melalui Injil yang Yesus datang ke dalam dunia, mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.” Tetapi Saudara kalau perhatikan dari para rasul punya kehidupan, lalu gereja mula-mula punya kehidupan, kenapa ya Tuhan izinkan mereka mengalami penganiayaan dan penderitaan? Kenapa ya Tuhan membiarkan Paulus itu mengalami rajam hampir mati, dicambuk berkali-kali dalam dunia ini, mungkin 3 kali dicambuk, 40 kurang 1 kali. Kenapa dia harus mengalami karam kapal? Kenapa dia harus mengalami satu penganiayaan dan hal-hal yang membahayakan nyawanya, bahkan di Efesus ada kalimat, “Berhadapan dengan binatang buas”? Kenapa? Saya percaya dengan cara itu, dan hanya melalui cara itu, kepada siapa? Kepada orang yang telah mengalami penebusan Kristus. Itu menjadi satu cara yang sangat efektif sekali untuk membuktikan kalau Injil kita itu benar.

Siapa yang mau mati untuk kebohongan? Ada yang mau mati untuk kebohongan? Pasti nggak ada. Tetapi kalau orang mau mati untuk sesuatu yang dia pertahankan atau ajarkan, itu berarti apa yang dia pertahankan, dia ajarkan itu dia percaya sebagai suatu kebenaran yang sangat benar sekali, maka dia berani mati untuk itu. Itu sebabnya Tuhan berikan kesempatan bagi manusia untuk memberitakan itu ya. Tapi kalau Saudara perhatikan bahwa Injil itu ternyata bukan hanya manusia yang bisa beritakan, Tuhan bisa beritakan, kalau Saudara baca di dalam kepercayaan orang Yahudi, Galatia, Tuhan bahkan memberikan wahyu-Nya itu bisa melalui malaikat kepada manusia, firman-Nya itu melalui malaikat, berarti Tuhan tidak butuh manusia untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia. Maka Saudara akan menemukan atau mengerti bahwa membawa berita Injil itu adalah kasih karunia yang besar sekali. Itu adalah satu anugerah yang Tuhan berikan bagi diri kita untuk bisa terlibat di dalam pekerjaan Tuhan, yang sebenarnya Tuhan tidak butuh kita, tapi Tuhan mau kita berbagian di dalamnya.

Saudara mau terima nggak? Saudara mau berbagian tidak di dalam itu? Bahkan Tuhan berkata, “Engkau yang berbagian di dalamnya, Tuhan sudah sediakan mahkota, dan upah yang kekal bagi kita.” Ada hadiah lagi lho sebagai tambahan. Jadi gimana, apa yang penting? Apa yang bernilai dalam hidup kita? Apa yang Saudara cari di dalam hidup? Apa yang Saudara kejar? Apa yang Saudara nyatakan di dalam hidupmu sebagai orang Kristen? Ada nggak kasih Kristus, kemurahan Kristus, penebusan Kristus? Perobohan benteng, yang selama ini kita bangun kepada orang lain, baik itu Kristen ataupun orang-orang bukan Kristen. Kalau ada, minta ampun dari Tuhan, ubah konsep kita, bangun kembali sesuatu yang benar menurut firman Tuhan. Kalau tidak, Tuhan akan sulit sekali memakai kita di dalam pelayanan.

Petrus harus mengalami ini, baru Tuhan bisa pakai lebih besar. Kalau dia nggak mengalami ini, saya pikir dia akan sulit untuk dipakai Tuhan secara lebih besar. Sekali lagi saya ngomong kalimat Pak Tong, penting, “Siapa yang akan dipakai oleh Tuhan? Yaitu orang yang bersedia diproses oleh Tuhan,” kalau dia tidak bersedia diproses oleh Tuhan seperti Paulus yang bersedia diproses, Petrus yang bersedia diproses, maka mereka tidak mungkin menjadi alat yang membawa kemuliaan Tuhan, yang dipakai oleh Tuhan untuk kerajaan Dia. Tapi di satu sisi lain, siapa yang akan dipakai oleh Tuhan? Bukan hanya mereka yang bersedia diproses, tetapi mereka yang menempatkan diri di dalam jalur yang Tuhan pimpin. Mereka yang akan dipakai oleh Tuhan.

Jadi ingat ya, bukan berarti kita boleh ngomong, “Oh Tuhan, kalau Engkau mau makai saya, pakailah saya, kasih tahu saya, saya harus lakukan apa, tapi saya nggak mau terlibat apapun juga dalam kerajaan-Mu, gereja-Mu saat ini, kecuali kalau Engkau kasih tahu,” itu nggak mungkin. Tetapi mereka yang biasanya tekun melakukan pelayanan, terlibat di dalam pekerjaan Tuhan, mereka yang biasanya Tuhan siapkan untuk menjadi pelayan Tuhan yang lebih besar. Kalau Saudara ingin melayani Tuhan, Saudara ingat baik-baik, itu adalah anugerah Tuhan, lalu kemudian apakah Saudara bersedia untuk diproses atau tidak, dan apakah Saudara menempatkan diri di dalam jalur yang Tuhan pimpin atau tidak. Dengan begitu kita harus mengerti, yang menjadi berdaulat itu hanya Tuhan, yang menjadi Tuhan kita itu adalah Tuhan bukan diri kita.

Manusia itu satu-satunya makhluk yang bisa memutuskan untuk menolak Tuhan, nggak taat. Contohnya apa? Pada waktu Petrus menerima Wahyu itu ya, lihat segala macam binatang itu ya, dia bilang apa waktu Tuhan ngomong, “Petrus makan, potong dan makan.” Petrus bilang apa? “Tidak Tuhan, aku nggak mau lakukan itu.” Lalu Tuhang ngomong, “Petrus, apa yang Tuhan ngomong iya, kamu jangan ngomong tidak dong. Apa yang Tuhan ngomong tahir, kamu jangan haram kok.” Betul kan? Kenapa Petrus lakukan itu? Kalau Saudara mau lihat mungkin dari sisi negatif, Saudara bisa ngomong riwayat Petrus memang tukang menolak Tuhan. Contohnya misalnya pada waktu Tuhan Yesus berkata, “Aku akan menderita, lalu disalibkan, mati, lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga.” Petrus langsung tarik Yesus ke samping lalu bilang, “Tuhan sekali-kali tidak akan terjadi pada Kamu.” Yesus bilang, “Enyahlah engkau iblis.” Lalu yang kedua di mana? Ada nggak yang kedua? Ada ya? Petrus pernah menyangkal Yesus lagi nggak? Pada waktu Tuhan ngomong, misal nya, “Petrus, engkau akan menyangkal Aku.” Dia ngomong, “Tidak, aku tidak akan menyangkal Engkau,” dengan confident sekali misalnya. Lalu yang berikutnya di sini Tuhan ngomong, “Petrus, engkau harus sembelih dan potong itu, makan.” Petrus ngomong, “Nggak.”

Saudara, kita sebagai manusia bisa ngomong “tidak” kepada Tuhan, kalau mau bicara negatif seperti itu, kalau mau bicara sisi positif itu adalah Petrus mungkin nggak berani melanggar Tuhan, dia betul-betul punya hati yang takut Tuhan, dia ingin menjaga hukum Tuhan, lalu ketika dia lihat ada begitu banyak binatang yang haram itu di depan dia, dia ngomong, “Tidak, aku tidak akan makan,” karena dia lihat mungkin Tuhan sedang menguji iman dia waktu itu. Tetapi dia lupa satu hal, yang kasih perintah itu Tuhan, yang suruh potong dan makan itu, sembelih dan makan itu.

Tapi saya mau ngomong di sini ya, kita kaitkan dengan Kejadian 3, manusia itu adalah satu-satunya pribadi yang bisa melawan Tuhan, yang nggak mau tunduk kepada Kristus punya perintah. Saudara kalau jadi Petrus pada waktu itu, kira-kira Saudara akan lakukan nggak, yang Petrus lakukan? Maksud saya gini, waktu Tuhan ngomong kepada 2 utusan itu, “Datang, ikut dia, pergi kepada Kornelius,” Petrus bisa ngomong nggak, “Nggak ah, saya nggak mau pergi.” Bisa nggak? Saudara jangan pikir, “Oh ini Yesus yang bicara secara pribadi kepada Petrus maka dia pasti terima.” Jawabnya tidak lho. Dia ada kemungkinan mengeraskan hati untuk berkata aku tidak mau pergi kepada rumah Kornelius, seperti halnya dia berkata bahwa aku tidak mau makan binatang haram yang diturunkan itu.

Saudara jangan pikir seperti ini ya, “Oh, Petrus beda dengan saya, karena Tuhan nggak pernah berbicara kepada saya secara pribadi, tetapi Tuhan bicara kepada Petrus secara pribadi, maka dia taat.” Saudara, prinsip daripada reformed adalah mengatakan ketika Saudara baca ini, ini adalah otoritas Tuhan yang sama tingginya, sama kuasanya, sama benarnya dengan perkataan yang Tuhan Yesus berikan kepada Petrus secara langsung. Pada waktu Saudara dengar kalimat ini, ini sama dengan Yesus sendiri sedang berbicara kepada Saudara, kalau mau pakai istilah karismatik, ini adalah rhema Tuhan kepada Saudara. Dari apa? Logos, Alkitab. Seperti halnya Petrus mendengar suara itu. Bedanya apa? Bedanya Kornelius taat, langsung taat. Petrus taat. Kita bagaimana? Saya berdoa kita juga taat ya, kita lembutkan hati kita untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Karena semua yang dikatakan di sini akan menjadi satu tuntutan di dalam hidup kita kalau kita tahu tapi kita tidak tunduk kepada kebenaran Alkitab. Kiranya Tuhan berkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Bapa di sorga kami berdoa, bersyukur Bapa untuk firman, untuk kebenaran-Mu, teladan yang boleh diberikan oleh Petrus, untuk kuasa-Mu yang boleh Engkau nyatakan untuk memperbantui, untuk mempertobatkan, dan juga untuk membakar kami untuk semakin serupa dengan Kristus. Tolong pimpin setiap dari anak-anak-Mu ya Tuhan, dan gereja-Mu ini secara khusus, kiranya Engkau boleh makin kuduskan, makin pertumbuhkan iman kami, makin pertumbuhkan kasih kami. Biarlah kami boleh diberikan telinga untuk bisa mengenali kalau perkataan yang disampaikan itu adalah perkataan Kristus sendiri, yang adalah gembala kami, dan kami bisa membedakan mana yang merupakan perkataan Kristus dan mana yang bukan merupakan perkataan Kristus dalam hidup kami. Dan ketika kami mengetahui itu adalah perkataan Kristus, maka kami tidak mau jauh-jauh dari Kristus, seperti yang Engkau katakan di dalam Markus 10. Tolong pimpin kami ya Tuhan, pakai hidup kami, berikan kami kelembutan hati untuk mau diproses oleh Tuhan, dan terus pimpin pertumbuhan rohani daripada anak-anak-Mu. Kiranya seluruh hidup kami, dan gereja-Mu ini, boleh membawa kemuliaan bagi nama-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin.

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)