Petrus Mempertanggungjawabkan Baptisan Kornelius, 16 Januari 2022

Kis 11:1-18

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam pasal 11 ini, ini adalah suatu pasal yang berbicara berkenaan dengan peristiwa yang terjadi pasca dari orang-orang Yahudi khususnya Petrus dan juga orang-orang yang menyertai dia. Ada 6 orang itu pergi ke rumah Kornelius untuk memberitakan Injil kepada Kornelius dan seisi rumahnya. Pada waktu hal itu terjadi maka Alkitab di dalam Kisah pasal 10 mengatakan Petrus mengambil satu keputusan untuk membaptis orang-orang yang merupakan warga negara bukan Yahudi itu dan mereka dibaptis seperti halnya orang-orang Yahudi ketika percaya kepada Yesus Kristus. Ini adalah satu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di dalam kehidupan dari orang-orang Yahudi Kristen. Yang ada di dalam pemikiran mereka pada waktu itu adalah kalau orang ingin menjadi orang Yahudi prinsipnya adalah mereka harus mengadopsi Hukum Musa. Hukum Musa berbicara mengenai ketaatan kepada Taurat dan juga memberikan diri untuk disunatkan.

Pada waktu mereka menjadi orang Kristen di dalam pemikiran mereka, saya adalah orang Kristen yang adalah orang Yahudi dan ke-Yahudian saya menuntut saya mentaati Taurat tetapi kekristenan saya itu membawa saya datang kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Lalu kalau sekarang ada orang-orang bukan Yahudi yang ingin percaya kepada Yesus Kristus apa yang harus dilakukan? Dan kepada siapa Injil itu harus diberitakan? Di dalam pemikiran orang-orang Yahudi ada yang menafsirkan seperti ini, mereka adalah orang-orang yang berpikir memang mendapatkan suatu perintah yang membuat mereka berpikir kalau Injil harus disebarkan, diberitakan tetapi kepada siapa? Di dalam pemikiran mereka yang utama itu adalah orang Yahudi. Lalu kalau ditanya Yahudi yang mana? Pertama adalah Yahudi yang ada di Yerusalem, yang kedua adalah Yahudi yang ada di Yudea, yang ketiga adalah Yahudi yang ada di Samaria, yang keempat adalah Yahudi yang ada di seluruh dunia.

Kenapa? Karena pada waktu orang-orang Yahudi hidup di Tanah Perjanjian, Alkitab mencatat pernah terjadi satu peristiwa di mana mereka menolak untuk taat kepada Tuhan yang mengakibatkan Tuhan mendatangkan hukuman bagi mereka yang membuat mereka diambil dari Tanah Perjanjian dan diserakkan ke seluruh bumi ini. Dan pada waktu itu yang menjadi tanggung jawab dari para rasul dan orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Yerusalem yang telah menerima Kristus adalah pergi ke ujung bumi memberitakan Kristus kepada siapa? Kepada orang Yahudi. Dan yang kedua adalah kalau andaikata ada orang-orang non Yahudi yang mendengar Injil, lalu mereka kemudian percaya kepada Kristus apa yang harus dilakukan? Maka mereka harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu dan orang Kristen. Artinya adalah mereka harus mengadopsi Hukum Musa, mereka harus disunatkan, dan kemudian mereka harus menjalankan tradisi orang Yahudi, hidup seperti orang Yahudi, dan budaya orang Yahudi dan sekaligus menjadi orang Kristen.

Tetapi pada waktu kita baca di dalam Kisah pasal 10, itu setelah tentunya dibaptis ya, yang terjadi berbeda. Pada waktu Petrus tiba di rumah Kornelius, dia memberitakan Injil kepada Kornelius tiba-tiba Tuhan menghentikan pelayanan Petrus, pemberitaan firman yang Petrus lakukan dengan cara memberikan karunia Roh atau Roh Kudus-Nya kepada Kornelius dan seisi rumahnya yang membuat mereka kemudian berbicara bahasa lain seperti halnya yang terjadi di dalam Kisah Rasul pasal 2.

Saudara jangan salah paham yang melihat bahwa oh itu berarti bahwa Tuhan bisa intervensi untuk menghentikan sebuah ibadah yang sedang dilakukan atau sebuah kebaktian yang sedang dilakukan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Kisah Rasul 10 ditulis, ini bukan dalam konteks mereka sedang berbakti kepada Tuhan tetapi Petrus sedang memberitakan Injil kepada Kornelius dan seisi rumahnya. Dan di dalam pemberitaan Injil itu, ada satu prinsip yang Alkitab selalu nyatakan bahwa setiap orang yang memiliki iman di dalam Kristus itu akan diberikan Roh Kudus di dalam hidup dia. Saya sudah bahas ini di dalam pertemuan beberapa tahun yang lalu ya, Desember, tetapi mungkin ada beberapa yang baru saya akan ulang sedikit untuk kita memiliki satu pemahaman berkenaan dengan ini jangan sampai salah ya. Kitab Kisah Rasul itu adalah satu kitab yang berbicara mengenai masa transisi. Transisi itu adalah dari periode Perjanjian Lama menuju kepada Perjanjian Baru. Dari periode di mana sebelumnya Roh Kudus belum dicurahkan kepada satu periode di mana gereja itu didirikan dengan Roh Kudus diberikan kepada umat-Nya, satu periode di mana ada nubuat di dalam Perjanjian Lama yang kemudian digenapi di dalam periode Perjanjian Baru, salah satunya adalah peristiwa yang terjadi pada hari Pentakosta. Kisah pasal 2 itu adalah penggenapan dari nubuat yang diberikan oleh Nabi Yoel di dalam Kitab Yoel. Pada waktu jaman baru itu tiba maka Roh Kudus akan diberikan dan teruna-teruna-Mu akan bernubuat pada waktu itu sehingga pada waktu Kisah pasal 2 itu terjadi, itu adalah satu peristiwa transisi dari Perjanjian Lama menuju kepada Perjanjian Baru yang ditandai dengan Roh Kudus diberikan.

Saudara paham ini maksudnya apa? Kisah 2 itu adalah penggenapan, Kisah 2 kalau itu adalah penggenapan Perjanjian Lama itu berarti Kisah 2 adalah peristiwa yang tidak berulang kembali. Akan tetapi kenapa di dalam Kisah Rasul yang lain pasal yang lain ada pengulangan sepertinya terhadap peristiwa yang terjadi di dalam Kisah pasal 2. Di dalam konteks ini kita harus melihat itu di dalam masa transisi di mana Injil itu diberikan kepada orang Yahudi, kepada Yudea, Samaria campuran Yahudi dan non Yahudi, dan sampai ke ujung bumi dan itu ditandai dengan satu pemberian Roh Kudus untuk menyatakan kalau orang-orang Kristen itu baik Yahudi, Yahudi campuran, dan bukan Yahudi itu adalah orang-orang Kristen yang setara di hadapan Allah Tritunggal salah satunya.

Tetapi ada pengertian kedua yaitu untuk menyatakan ketika Roh Kudus sudah terjadi pada Kisah Rasul pasal 2, itu sebagai satu masa transisi tentunya Roh Kudus Tuhan berikan, setelah peristiwa itu maka setiap orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Roh Kudus akan langsung diberikan ke dalam hidup dia tanpa perlu ada masa antara orang percaya dulu baru kemudian Roh Kudus diberikan kepada diri dia. Kita nggak akan bahas terlalu spesifik tentang hal ini, kita sudah melihat itu di tahun yang kemarin tapi saya mau bicara pada waktu Petrus melihat orang-orang yang merupakan Kornelius dan anggota keluarganya itu mendengar Injil, mereka langsung tiba-tiba mendapatkan Roh Kudus dan berbicara bahasa roh itu menyatakan satu hal mereka adalah orang yang memiliki iman kepada Kristus. Atau saya kutip aja ya kalau Saudara masih bingung, Roma 8:9 itu bicara setiap orang yang tidak memiliki Roh Kristus atau Roh Kudus dia bukan orang Kristen, dia bukan umat pilihan Allah. Itu yang terjadi di sini.

Pada waktu mereka mendengar Injil, Petrus kan khotbah seperti saya mungkin khotbah seperti ini memberitakan Injil. Saya tahu dari mana kalau Bapak, Ibu, Saudara itu sungguh-sungguh beriman kepada Kristus? Apakah ketika saya bertanya kepada Bapak, Ibu, Saudara siapa yang di sini percaya Yesus Kristus tolong angkat tangannya, tolong maju ke depan, seperti itu. Apakah itu yang menjadi bukti seseorang percaya? Saya bilang satu sisi mungkin bisa menjadi bukti tanda eksternal yang kita nyatakan, tetapi kita nggak pernah tahu hati dari orang yang maju ke depan dan menyerahkan diri sebagai orang percaya itu seperti apa. Sungguh-sungguh kah? Atau ingin ikut-ikut temannya untuk percaya kepada Kristus atau malu kalau dia tidak bertobat?

Kadang-kadang ketika saya menantang orang untuk angkat tangan, saya perhatikan satu persatu ada orang yang lihat kiri lihat kanan, eh angkat tangan semua ya, kalau saya nggak angkat tangan gimana, mungkin pikirannya. Lalu dia mulai pelan-pelan angkat tangan, seperti itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita nggak tahu motivasi seseorang. Tetapi pada waktu Petrus memberitakan Injil kepada Kornelius yang adalah orang bukan Yahudi, Petrus tahu dari mana kalau Kornelius itu percaya? Lalu tahu dari mana bahwa dia sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan? Dan tahu dari mana kalau dia adalah orang yang diterima oleh Kristus sendiri? Jawabnya adalah mereka harus menerima satu karunia yang persis dialami oleh orang-orang Kristen Yahudi ketika mereka percaya kepada Kristus yaitu berbicara bahasa lain itu. Makanya pada waktu Petrus berkhotbah tiba-tiba tanpa perlu ijin dari Petrus terlebih dahulu Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya yang menjadi tanda kalau Kornelius dan seisi rumahnya itu telah memiliki iman kepada Kristus.

Di dalam kondisi seperti ini apa yang dilakukan Petrus? Apa yang menjadi respon dia? Pada waktu dia melihat itu, dia kemudian tersadar satu hal apa yang terjadi kepada Kornelius itu adalah satu hal yang persis seperti yang mereka alami di dalam Kisah pasal 2 ketika mereka ada di Yerusalem. Berarti bahwa keberadaan dari Kornelius dan seisi rumahnya di hadapan Allah itu adalah satu keberadaan yang diterima Allah sebagai umat Tuhan seperti halnya orang-orang Yahudi yang percaya kepada Kristus. Kalau mereka sudah diterima oleh Kristus sendiri dengan Roh Kudus-Nya dicurahkan, mereka adalah orang Kristen seperti orang Yahudi atau Petrus dan para rasul dan 150an orang yang ada di Yerusalem itu yang menerima Roh Kudus itu, berhak kah Petrus untuk melarang mereka dibaptiskan menjadi orang Kristen? Atau berhak kah Petrus kemudian menahan mereka untuk dibaptiskan dengan meminta mereka untuk menjadi orang Yahudi terlebih dahulu?

Tentunya di situ Petrus memiliki satu kesadaran bahwa mereka nggak perlu jadi orang Yahudi terlebih dahulu karena apa? Karena Tuhan sendiri sudah menerima mereka menjadi orang percaya, menjadi umat Allah atau menjadi orang Kristen. Itu sebabnya Petrus membaptis mereka secara langsung pada waktu itu. Dan anehnya berita itu bisa begitu cepat tersebar sampai ke Yerusalem mungkin karena ada sukacita tetapi juga mungkin apa yang dilakukan oleh Petrus itu adalah sesuatu yang tidak biasa yang abnormal, sesuatu yang bahkan menyalahi aturan dari orang-orang Yahudi Kristen yang mereka percaya. Saya sendiri lebih melihat kepada yang poin kedua ya ketika berita itu sampai ke Yerusalem, hal itu bukan sesuatu yang membawa sukacita kepada mereka tetapi peristiwa itu atau kabar itu membawa suatu tanda tanya yang sangat besar sekali di dalam pemikiran dan hati orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Yerusalem berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh Petrus, karena bagi mereka peristiwa yang dilakukan Petrus itu adalah satu peristiwa yang salah yang tidak benar yang seharusnya tidak pernah boleh dilakukan apalagi oleh seorang rasul.

Itu sebabnya pada waktu Petrus tiba di Yerusalem, mereka langsung memanggil Petrus lalu langsung menginterogasi Petrus. “Apa yang kau lakukan, Petrus? Engkau telah masuk ke rumah orang yang merupakan golongan yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang dipermasalahkan mereka apa? Yang dipermasalahkan mereka bukan bagaimana mereka bisa percaya, “Oh engkau sudah melakukan satu tugas yang membawa sukacita bagi Tuhan. Kita sangat bersyukur ada orang-orang non Yahudi yang sekarang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, pelayananmu diberkati oleh Tuhan,” misalnya. Bukan seperti itu, tetapi yang mereka persoalkan adalah tradisi, yang mereka persoalkan adalah Petrus sudah melanggar tradisi orang Yahudi makanya yang ditanyakan oleh mereka adalah, “Kenapa kamu masuk ke rumah orang bukan Yahudi dan duduk makan bersama dengan mereka?”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, duduk makan di dalam Perjanjian Baru atau di dalam Alkitab itu identik dengan persekutuan. Petrus, kenapa kamu bersekutu dengan orang-orang kafir? Orang-orang yang najis itu? Orang-orang yang haram itu, mungkin. Orang-orang yang harusnya dihukum itu. Kamu harusnya nggak bergaul dengan mereka, kamu membuat dirmu najis dan haram di hadapan Tuhan lho. Di dalam peristiwa ini, itu yang membuat saya berkata kelihatannya orang-orang Yahudi Kristen yang di Yerusalem ketika mendengar kabar itu dan mendapatkan cepatnya berita itu bukan karena mereka bersukacita atas pertobatan seseorang tetapi mereka mempertanyakan pelayanan dari rasul Petrus. Jadi berita bisa tersebar karena ada sesuatu yang baik mungkin tetapi berita buruk itu atau sesuatu yang membawa perpecahan mungkin bisa tersebar lebih cepat lagi ya.

Pada waktu Petrus mendapatkan pertanyaan seperti itu, apa yang dia lakukan? Menariknya adalah Petrus menempatkan diri tidak seperti seorang pimpinan rasul dengan otoritas dia untuk berbicara kepada orang-orang Kristen Yahudi agar mereka tunduk kepada apa yang Petrus lakukan. Tetapi yang Petrus lakukan adalah memberikan penjelasan ulang secara detail akan peristiwa yang terjadi di rumah Kornelius itu dan bahkan pra dari rumah Kornelius. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya itu membutuhkan suatu kerendahan hati dari rasul Petrus untuk bisa bicara seperti itu ya karena pada waktu itu kredibilitas dia dan kebenaran yang dia lakukan dipertanyakan apa yang mendorong dia melakukan hal itu. Dan kalau dia dipertanyakan seperti itu, dia harus seperti apa bersikap? Tapi dia dengan satu kerendahan hati mau membuka semua peristiwa yang terjadi di hadapan dari rekan-rekan kristennya yang ada di Yerusalem atau saudara-saudara seiman dia yang ada di Yerusalem itu.

Tujuannya untuk apa? Saya percaya tujuannya adalah untuk pertama membawa orang-orang Yahudi Kristen yang ada di Yerusalem melihat dari perspektif Tuhan apa yang Tuhan kerjakan kepada orang-orang bukan Yahudi. Itu adalah satu hal yang penting. Yang kedua adalah yang juga tidak kalah penting untuk membuat orang-orang Yahudi Kristen terbuka pikirannya untuk menerima kalau orang-orang bukan Yahudi juga adalah bagian di dalam rencana keselamatan yang Tuhan sediakan di dalam kekekalan. Jadi bukan hanya orang Yahudi saja yang Tuhan ingin selamatkan bukan hanya untuk orang-orang non Yahudi yang mau menjadi orang Yahudi, tetapi kekristenan itu harus disebarkan kepada bangsa-bangsa lain juga dan ketika bangsa-bangsa lain menerima Injil Kristus mereka tidak harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu tapi mereka bisa menjadi orang Kristen secara langsung tanpa mengubah status dan identitas diri mereka kalau mereka adalah bangsa lain mereka tetap adalah bangsa lain, mereka punya suatu kehidupan yang tidak harus seperti kehidupan dari orang Yahudi, tidak perlu mengenakan pakaian seperti orang Yahudi, tidak perlu melakukan ritual-ritual seperti orang Yahudi terlebih dahulu, mereka bisa menjadi orang Kristen yang sama-sama diterima oleh Tuhan Yesus Kristus.

Dan ini penting karena apa? Kalau Saudara perhatikan dari Kisah pasal 10 masuk ke dalam Kisah pasal 11 lalu mulai masuk ke dalam Kisah pasal 12 dan seterusnya, Saudara akan melihat bahwa Lukas mulai membuat satu peralihan berita perkembangan dari Kerajaan Tuhan atau gereja Tuhan yang dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria itu semua kepada orang Yahudi berhenti di Kisah 11 lalu kemudian diteruskan kepada mulai dari gereja Antiokhia dan sampai ke ujung bumi. Artinya apa? Artinya adalah untuk berita Injil bisa tersebar sampai ke ujung bumi orang Kristen mula-mula itu yang adalah orang Kristen berkebangsaan Yahudi itu harus mengalami transformasi berpikir dan perubahan di dalam konsep kebenaran apa yang mereka miliki atau tradisi yang mereka pegang selama ini untuk menjadi seturut dengan kebenaran firman Tuhan atau rencana Tuhan. Tanpa mereka mengubah paradigma mereka, tanpa mereka mengubah prinsip hidup mereka, tanpa mereka bertobat dari semua pemikiran yang salah di dalam kehidupan mereka yang tidak sesuai dengan Injil Tuhan, mereka nggak bisa dipakai oleh Tuhan di dalam kerajaan-Nya atau sulit untuk dipakai oleh Tuhan untuk menjadi orang-orang yang pergi memberitakan Injil sampai ke ujung bumi.

Itu sebabnya hal ini terjadi dan ketika hal ini terjadi Kisah pasal 11 itu dimasukkan maka ada pengulangan yang dilakukan atau ditulis oleh Lukas di dalam Kisah 11 dan Kisah pasal 10 yaitu peristiwa di mana Petrus menadapatkan penglihatan sebuah kain putih yang diturunkan dengan segala macam binatang yang ada di atasnya, yang haram tentunya dan bukan yang halal ya, yang ditolak untuk dimakan dan tidak mau disentuh oleh orang-orang Yahudi, tetapi Tuhan perintahkan untuk dia harus sembelih dan dia makan binatang-binatang haram itu. Dan Petrus tersadar pada waktu itu, di dalam Kisah pasal 10, dan pasal 11 ini, kalau itu bukan bicara tentang makanan, tetapi berbicara tentang kita tidak boleh membuat pembedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi di hadapan Tuhan Allah.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa 2 kali ya? Kalau kita baca Alkitab, kita menemukan cerita yang sama dengan yang sebelum kita baca, yang sebelumnya kita baca, kita punya kebiasaan gimana? Langsung baca secara cepat? Kalau sebelumnya kita baca detail, seperti itu, oh, setelah itu lalu kita ketemu peristiwa itu, yang sama misalnya, lalu kita kemudian skip baca, karena kita rasa diri kita sudah tau, seperti itu? Atau bahkan mungkin kita nggak sentuh lagi, “Oh ini kita sudah tau, saya lompat aja pasalnya, supaya mempercepat proses pembacaan Alkitab saya,” itu gimana?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang menafsirkan seperti ini, menarik ya, Saudara tau kenapa Kisah Rasul dan Lukas itu adalah 2 kitab yang ditulis oleh 1 orang kan, Lukas. Nah kenapa Lukas menulis itu di dalam 2 kitab yang terpisah, dan bukan di dalam 1 kitab yang sama? Karena 1 orang yang menulis. Nah ada yang menafsirkan seperti ini, karena keterbatasan perkamen. Perkamen itu adalah gulungan dari, mungkin bisa papyrus, atau mungkin dari kulit, yang kemudian ditulis menjadi, di atasnya itu dituliskan firman Tuhan atau dituliskan hal-hal yang lain yang ingin dituliskan. Kalau kita itu menggunakan kertas ya. Nah perkamen itu panjangnya bukan tak terhingga, dan panjangnya itu bukan sesuatu yang sekehendak hati penulis mau berapa panjang, tetapi dia dijual, misalnya, atau dibuat dengan satu ukuran yang sudah seperti, sesuatu ukuran standar yang di mana semua orang yang membeli perkamen, memiliki ukuran yang sama panjang. Seperti kalau kita membeli buku ya, ada buku tulis itu kan yang semuanya sama, berapa lembar kertas di dalam nya, garis-garisnya itu berapa lebar antara spasi garis satu dengan yang lain, begitu.

Nah Lukas juga ketika mendapatkan perkamen, ada panjang yang tertentu, di mana ketika dia menuliskan Injil di dalamnya, dia tidak bisa menuliskan sekehendak hati nya, dan sesuka-suka dia, tetapi dia harus memilih poin-poin penting yang harus dimasukkan di dalam perkamen itu. Dan Injil Lukas, selesai di dalam 1 perkamen. Itu sebabnya ketika dia menulis Kisah Para Rasul, dia tidak bisa menulis di perkamen yang sama, tetapi dia harus menggunakan perkamen yang lain. Makanya ada 2 kitab di sini. Nah Saudara. Kalau perkamen itu ada keterbatasannya, jumlah yang ditulis di situ tidak terbatas, tetapi ada batasannya, dan kalau ada batasan itu berarti Lukas harus memilih mana poin-poin yang harus dimasukkan ke dalam perkamen itu, pertanyaan saya adalah, atau kita harus tanyakan, kalau terjadi pengulangan itu maksudnya apa? Itu artinya bahwa poin itu penting. Poin itu adalah sebuah poin yang kita tidak pernah boleh skip, ketika kita membaca firman Tuhan. Karena poin itu menjadi 1 poin yang mungkin, kita juga terbatas di dalam kita bermasalah di dalamnya yang Tuhan ingatkan kita untuk kita kembali mengintrospeksi diri, berdasarkan kebenaran yang diingatkan kembali itu.

Jadi ada pengulangan, berarti ada penekanan di situ. Makin banyak pengulangan yang diberikan, makin banyak penekanan yang harus diperhatikan di dalam Kitab Suci. Dan ini juga membuat saya percaya, ketika kita mendengar kotbah, Saudara jangan berpikir bahwa seorang hamba Tuhan yang mengulangi kotbah itu kehabisan bahan ya. Mungkin satu sisi bisa habis bahan, tetapi mungkin juga ada satu beban yang Tuhan taruh di dalam hatinya untuk disampaikan kepada anak-anak Tuhan.

Saya selalu berdoa seperti ini, dan saat ini punya suatu kekuatiran yang besar sekali di hadapan Tuhan seperti ini, pada waktu saya berbicara di atas mimbar ini, terus terang, apa yang menjadi pemikiran Bapak, Ibu, Saudara, itu menjadi satu kekuatiran di dalam hati saya. Maksudnya adalah bukan menilai apa yang saya sampaikan, itu, walaupun itu menjadi satu hal yang saya harus jaga kualitasnya, dan kebenaran yang saya harus sampaikan, itu menjadi satu introspeksi juga bagi diri saya, siapa yang menjadi pendengar yang ada di depan, itu menjadi hal yang penting juga. Tetapi yang lebih saya kuatirkan adalah, pada waktu Bapak, Ibu mendengar perkataan dari mimbar ini setiap minggu, Bapak, Ibu mendengarnya sebagai perkataan yang bersumber dari Tuhan, atau perkataan yang seorang bernama Dawis Waiman sampaikan kepada Bapak, Ibu, Saudara? Sering kali, saya mendapatkan orang-orang, saya belum pernah dengar dari sini ya, mendapatkan orang-orang ketika selesai kebaktian, bicara, mengkritisi apa yang disampaikan, bicara seolah-olah itu adalah perkataan si hamba, pendeta itu, itu bukan perkataan yang bersumber dari Tuhan untuk disampaikan dan berbicara kepada diri saya. Apalagi kalau perkataan itu berulang.

Saudara, saya ajak kita untuk melihat dari perspektif Tuhan, ketika kita mendengar satu berita, Paulus berkata, kamu harus kritis, kamu harus menguji, tentunya nanti ada bagian itu juga, menguji kebenaran itu adalah bersumber dari Tuhan atau tidak. Lalu ketika kamu melihat itu, walaupun siapa yang berbicara itu adalah seseorang yang mungkin engkau tidak tau, tapi ketika engkau mendapatkan perkataannya itu, dan kau uji itu adalah satu kebenaran yang sesuai dengan Kitab Suci, kita nggak boleh keraskan hati lho, tetapi kita harus menerima perkataan itu sebagai perkataan Tuhan sendiri. Nah perkataan itu sama dengan prinsip firman Tuhan dan Tuhan mungkin ingin menegur kita, mungkin Tuhan ingin memberikan kekuatan bagi diri kita, memberikan semangat dalam kehidupan kita, mendorong kita untuk lebih beriman kepada diri Dia, membuat kita harus bertobat dari dosa kita, mendorong kita untuk lebih hidup kudus dan suci, dan mengingatkan kita, kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang pasif, tetapi kita harus menjadi orang Kristen yang melayani Tuhan, dan yang seterusnya, dan seterusnya. Saudara, itu adalah perkataan Tuhan, kalau apa yang disampaikan oleh Pendeta yang ada di dalam mimbar ini kepada Saudara, sama seperti apa yang Tuhan katakan, walaupun itu berkali-kali disampaikan, mungkin karena Tuhan sedang mengingatkan kembali dan mengingatkan kembali, dan menaruh di dalam hati hamba Tuhan itu untuk mengatakan hal itu.

Apa yang diulang Kitab Suci, itu adalah hal yang penting. Kenapa Lukas menuliskan peristiwa ini? Karena peristiwa ini adalah sesuatu peristiwa yang gagal, dan gagal dilakukan oleh orang Kristen Yahudi, dimengerti oleh orang Kristen Yahudi, dan bahkan oleh rasul Petrus sendiri. Kayanya di dalam Kisah pasal 10 dia paham, kayanya di dalam Kisah Rasul pasal 11 dia paham, tapi Saudara begitu baca Kisah Rasul pasal 15, Saudara temukan orang Kristen Yahudi tidak paham. Ketika Saudara masuk ke dalam Surat Galatia, Saudara menemukan Petrus masih tidak paham, pasal yang ke-2. Padahal itu adalah satu peristiwa yang terjadi setelah peristiwa ini. Di dalam Kisah Rasul pasal 15 ada sidang kembali di situ, dan mereka mempertanyakan pelayanan dari rasul Paulus, yang seolah-olah berkontradiksi dengan budaya atau tradisi orang-orang Yahudi Kristen, yang membuat mereka kemudian memanggil Paulus di situ kembali, untuk mempertanyakan kenapa engkau, misalnya, ijinkan orang-orang bukan Yahudi tidak bersunat, dan Saudara ketika baca Surat Galatia, Petrus ditegur oleh Paulus secara langsung di hadapan jemaat, “Petrus, kehidupanmu, itu bukan kehidupan orang Kristen, karena kamu, ketika melihat orang-orang Yahudi Kristen datang, kamu meninggalkan meja orang-orang Kristen bukan Yahudi, lalu pindah duduk dengan mereka.” Karena apa? Bagi orang Kristen Yahudi, duduk bersama dengan orang Kristen bukan Yahudi tetap haram.

Petrus nggak belajar lho. Itu berarti pengulangan yang di dalam Kitab Suci, itu menjadi hal yang penting. Saya percaya kita harus dengan satu kerendahan hati kalau kita menemukan pengulangan, itu berarti penekanan. Dan saya percaya, prinsip ini, sampai hari ini tetap berlaku. Setiap orang Kristen yang kemudian percaya kepada Yesus Kristus, pasti punya pemikiran-pemikiran salah dari masa lalu nya, yang dibawa masuk ke dalam kehidupan Kristen dia, dan bahkan ke dalam Gereja Tuhan. Prinsip itu apa? Mungkin berkaitan dengan tradisi yang kita biasa lakukan di dalam hidup kita. Satu kebiasaan, satu kenyamanan yang kita miliki dalam hidup kita, yang kita anggap benar, kita anggap baik, yang kita bawa masuk ke dalam Gereja Tuhan ketika kita masuk menjadi percaya, yang kita tidak ubah, dan kita tidak mau ubah.

Ada orang yang, mungkin, karena ini bicara tentang rasis, sebelum dia jadi Kristen, dia sangat rasis, setelah dia jadi Kristen, dia tetap rasis. Dia tidak bisa melihat orang yang dari beda suku. Dia nggak bisa bicara dengan orang yang dari beda suku, dia tidak rela duduk dengan orang yang dari beda suku dengan dia. Makanya di dalam gereja-gereja mungkin kadang-kadang ada pelayanan yang ditujukan kepada suku-suku tertentu, yang di mana, hanya difokuskan kepada suku itu. Atau mungkin kita berpikir bahwa gereja itu adalah sebuah gereja yang harus terdiri dari lapisan-lapisan, kalau kita ingin sukses dalam sebuah pelayanan, maka kita harus lihat target kita, market kita apa. Seperti market orang dunia, kita mau jangkau siapa? Laki-laki kah, perempuan kah, orang muda kah, orang tua kah? Lalu, gereja juga memasukkan prinsip yang sama, kita harus melakukan penjangkauan kalau kamu dipanggil oleh Tuhan, kamu dipanggil kepada siapa? Kepada misalnya orang yang muda, maka kamu pelayanan khusus kepada orang muda. Kamu kepada orang yang berkeluarga? Kamu kepada orang yang berkeluarga. Kamu kepada suku tertentu? kamu pergi kepada suku itu.

D.A. Carson itu pernah bicara seperti ini ya, sebagai seorang yang menggembalakan jemaat, dia tidak pernah boleh menjadi seorang yang specialist, tetapi dia harus menjadi seorang yang seperti dokter umum. Saya pakai istilah yang saya agak ubah. Bukan dokter spesialis. Dokter spesialis melihat segala sesuatu dari perspektif bidang dia, khusus, fokus kepada situ. Dan dia hanya mau tau bagian itu, mungkin seperti itu, walaupun dokter spesialis yang baik masih tau yang lain ya. Tetapi seorang hamba Tuhan, gembala yang baik, dia harus bisa menggembalakan dari yang paling muda, sampai kepada yang paling senior. Dia nggak boleh membuat spesialisasi kepada bagian tertentu, atau usia tertentu di dalam pelayanan, yang lainnya diabaikan sama sekali. Tapi dia harus fokus kepada semua, walaupun dia boleh punya satu panggilan tertentu, beban tertentu untuk mendalamkan sebuah pemahaman tertentu, atau pengajaran tertentu, atau pelayanan tertentu. Itu adalah pelayanan gereja ya.

Jadi pada waktu kita masuk ke dalam sebuah gereja, mungkin kita ada konsep-konsep lama di dalam kehidupan kita, yang kita bawa masuk ke dalam gereja Tuhan, yang kita nggak sadar, bahwa itu adalah sebuah yang salah, mungkin. Spurgeon itu pernah ngomong kayak gini, “Semua orang Kristen Reformed, atau Kristen sejati, sebelumnya adalah orang Armenian,” Saudara paham maksudnya ya? Siapa di sini, yang ketika menjadi Kristen, langsung sadar itu adalah anugerah Tuhan? Siapa yang di sini, yang menjadi Kristen, pertama kali pikir, kalau dia menjadi Kristen itu adalah karena keinginan dia pribadi yang mau menerima Injil. Saya yakin, mayoritas dari kita akan ngomong, “Saya yang mau Kristus kok, saya yang mau percaya kok,” itu bukan sesuatu yang, ya Tuhan beranugerah benar, tetapi soal keputusan itu adalah soal saya yang mau sendiri dari keinginan saya sendiri untuk datang kepada Tuhan. Tetapi ketika kita makin belajar firman, kita makin tau bahwa apa yang kita miliki sekarang, iman di dalam Kristus itu ternyata bukan karena keinginan kita. Kalau Tuhan nggak pernah memberikan anugerah kelahiran baru bagi diri kita, kalau Tuhan tidak pernah menyadarkan kita kalau kita adalah orang yang berdosa, yang membutuhkan Kristus sebagai Juruselamat satu-satunya dalam hidup kita, nggak ada dari kita yang mau datang kepada Kristus.

Artinya adalah Tuhan sendiri, ketika mempertobatkan seseorang, Dia mendidik orang itu untuk makin menjadi serupa dengan, atau berpegang dan mengerti prinsip yang Dia ajarkan di dalam Kitab Suci. Maka dalam pengertian ini, saya percaya, kita sebagai orang-orang Kristen, harus punya satu kerendahan hati untuk menjadi murid yang terus menuntut kebenaran di dalam hidup kita. Tanpa kita menuntut itu, kita pasti bawa konsep lama kita ke dalam pelayanan. Lalu ketika kita bawa itu ke dalam gereja, dalam pelayanan, kita berpikir, bahwa kita sudah melayani Tuhan, tapi yang sebenarnya terjadi, bukan melayani Tuhan, kita sedang melayani kita punya ego sendiri dan kita punya rencana sendiri, atau agenda pribadi kita sendiri.

Kemarin di dalam rapat pengurus, saya ada ambil satu ilustrasi yang baik, yang diambil dari, yang ibu Dessy suka kirim di dalam, ini ya, renungan pendek yang suara itu ya. Di situ dia bilang seperti ini, kehidupan Kristen seseorang, ketika percaya kepada Kristus itu bisa digambarkan seperti sebuah kontrak, lembar kontrak. Dan kalau kita di dalam dunia, ingin membuat sebuah kontrak di dalam hidup kita, maka yang biasanya terjadi adalah kita tidak akan pernah mau tanda tangan di sebuah lembar kertas kosong. Saya sering kali dengar, ada orang-orang yang ditipu oleh orang lain, karena dia disodorkan oleh sebuah kertas, karena orang yang nyodorkan itu adalah teman dia, dia percaya saja kepada teman dia, dia tanda tangan di situ, ternyata setelah itu ditulisi oleh temannya segala sesuatu yang merugikan diri dia. Itu sebabnya ketika seorang menandatangan kontrak, maka orang itu harus tau dulu isi kontraknya apa, harus dibaca terlebih dahulu. Kalau hal itu menguntungkan dan tidak merugikan diri nya, kalau mereka mendapatkan satu kata sepakat, baru dia tanda tangan di situ, pihak pertama dan pihak ke dua di situ.

Tapi Saudara, ketika kita mengikut Tuhan, caranya beda. Caranya bukan kita baca dulu, persyaratan mengikut Kristus itu apa ya, ini menguntungkan saya atau tidak ya, ini merugikan saya atau tidak ya? Kalau merugikan saya nggak mau tanda tangan di situ, saya coret di situ, saya negosiasi sama Tuhan, “Ini nggak boleh masuk lho Tuhan, ini nggak boleh masuk lho,” kalau semuanya sudah setuju, baru saya tanda tangan di situ, saya baru menjadi pengikut Kristus. Renungan itu bilang, yang terjadi adalah pada waktu kita menandatangani kontrak bersama Tuhan itu adalah sebuah kontrak yang kita tandatangani di atas selembar kertas putih kosong. Semua orang Kristen, yang menjadi Kristen, dia tandatangan di atas sebuah lembar kertas putih kosong, dan dia berikan kertas itu ke dalam tangan Tuhan supaya Tuhan yang menuliskan segala sesuatunya untuk kita jalankan di dalam hidup kita. Itu Kristen. Itu yang namanya hidup kita bukan menuruti agenda kita, bukan Tuhan itu adalah satu pelayan kita untuk melancarkan semua yang kita rencanakan di dalam dunia ini. Tetapi kita menyadari kalau Dia adalah yang berdaulat itu, di mana kita yang harus tunduk di bawah kedaulatan Dia, dan semua rencana Dia di dalam kehidupan kita. Itu Kristen.

Saudara mungkin perlu ikut saya ngomong kayak gini, “Tuhan Yesus adalah raja atas hidup saya, dan saya adalah hamba Dia, bukan saya adalah raja dan Yesus adalah hamba saya.” Kenapa saya bicara seperti ini? Realita yang sering kali kita temukan di dalam kehidupan orang Kristen adalah Yesus selalu menjadi pelayan kita. Yang kita pikir kita sedang lakukan pelayanan, sebenarnya bukan pelayanan, tetapi kita sedang memperluas kerajaan kita dan pengaruh kita. Dan kita perlu dididik, kita perlu diproses untuk makin menjadi hamba Kristus, makin menggenapi apa yang menjadi rancangan Kristus di dalam hidup kita.

Dan cara Tuhan memproses itu banyak macam. Pertama adalah proses Tuhan pasti terjadi ketika kita sedang membangun relasi dengan Tuhan. Orang-orang yang nggak suka membangun relasi dengan Tuhan, pasti nggak akan diproses oleh Tuhan, atau tidak mengalami proses dalam kehidupan dia. Misalnya ambil contoh kaya gini ya, kapan Petrus itu diproses oleh Tuhan untuk mulai dipersiapkan menginjili orang-orang bukan Yahudi? Kapan? Apakah itu adalah sebuah kreatifitas ide yang muncul di pikiran dia, karena dia sedang nganggur, nggak ada pekerjaan, dia lagi santai-santai, kayak Daud yang duduk di atas pendopo itu lalu, tapi Daud lakukan dosa, Petrus memikirkan, “Kira-kira pelayanan apa lagi yang harus saya lakukan,” ya kayak gitu. Lalu dia dapat ide, selama ini nggak ada orang yang pergi kepada orang Yahudi, sekarang kita harus pergi kepada orang Yahudi untuk melayani dia. Saudara, saya percaya, itu nggak akan muncul di dalam pemikiran Petrus, kalau bukan Tuhan yang saat itu intervensi, kemudian menyatakan kepada Petrus, “Engkau harus makan makanan haram,” yang kedua adalah Tuhan memaksa Petrus harus menerima tamu yang datang ke rumah dia, untuk ikut dia pergi ke rumah Kornelius. Dan semua itu terjadi pada waktu Petrus sedang berdoa siang hari menantikan makan siang dimasak.

Jadi pada waktu Saudara berbicara tentang proses Tuhan, kita ingin saya percaya semua orang Kristen yang baik ingin diproses oleh Tuhan ya. Tapi pertanyaannya adalah seberapa Saudara membangun keintiman relasi dengan Tuhan? Seberapa Saudara mendekatkan diri dengan Tuhan? Seberapa Saudara ingin bergaul dan berbicara kepada Tuhan di dalam doa? Itu menjadi hal yang penting, yang pertama yang harus kita jalankan dalam hidup kita. Yang kedua adalah melalui keadaan. Tuhan bisa memimpin kita masuk ke dalam sebuah keadaan tertentu yang kita nggak suka dan kita nggak nyaman di dalamnya, dan kita nggak mau pilih masuk ke dalamnya untuk membentuk diri kita. Seperti halnya Petrus tadi, dia nggak nyaman masuk ke dalam rumah Kornelius, mungkin, dan dia nggak pernah mau injak di situ, dia nggak mau makan binatang haram punya makanan tapi Tuhan paksa dia harus lakukan itu, masuk ke dalam kondisi seperti itu. Makanya dalam Ibrani ada kalimat kalau kau adalah anak-anak yang kukasihi, engkau akan Kuhajar, engkau akan Kupukul, engkau akan masuk ke dalam satu situasi yang tidak nyaman dalam kehidupanmu. Kita harus keluar daripada kenyamanan kita. Yang ketiga adalah kalau Saudara tetap tidak mau menerima kebenaran, Tuhan akan mengulangi, dan mengulangi, dan mengulangi mendidik Saudara sampai Saudara belajar. Itu tarik dari prinsip Petrus sendiri harus mengalami diingatkan oleh Tuhan dan mengulangi prinsip bahwa makanan yang haram itu harus dimakan, orang bukan Yahudi itu orang saudara seiman yang setara dengan diri dia, dan ketika dia tidak mau, Tuhan pakai bahkan Paulus untuk menegur Petrus di dalam hal ini.

Saudara, kenapa hidup kita nggak pernah keluar dari situasi yang ingin kita keluar? Salah satu sebabnya karena kita belum belajar. Nggak belajar. Sehingga kita mengulangi hal-hal yang lama terus menerus terjadi. Kenapa sepertinya Tuhan mendatangkan mungkin ‘malapetaka-malapetaka’ atau ujian-ujian atau pencobaan berulang-ulang dalam kehidupan kita dan kita nggak keluar dari situasi itu. Mungkin karena kita masih belum belajar yang Tuhan ingin kita mengerti atau proses pembentukan Tuhan dalam hidup kita belum selesai di dalam aspek itu sehingga kita perlu merenungkan diri, menggumulkan kenapa ya Tuhan izinkan ini terjadi kembali, kenapa Tuhan izinkan ini terjadi kembali, masalahnya di mana. Selama kita melihat masalahnya bukan pada diri kita, saya yakin peristiwa itu akan terjadi lagi, terjadi lagi, terjadi lagi dalam hidup kita. Jadi ada bagian di mana Tuhan mengizinkan kita mengalami sesuatu dan Tuhan mengingatkan kita kembali, mengingatkan kita kembali karena kita belum bertumbuh di dalam aspek tertentu di dalam hidup kita.

Cara lain yang Tuhan lakukan adalah yang tidak kalah dengan yang pertama adalah melalui firman. Saudara kalau lihat di dalam pasal 11 ayat 15-16, “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Jadi pada waktu Petrus mengalami peristiwa itu, hal pertama yang dia lakukan adalah dia tahu ada satu pengalaman rohani di depan dia, tapi dia tidak berhenti di dalam pengalaman rohani itu melainkan dia kemudian melihat apakah pengalaman itu ada sesuai dengan kebenaran firman yang Tuhan nyatakan atau tidak. Kalau itu adalah sesuai dengan kebenaran firman yang Tuhan nyatakan maka pengalaman itu adalah sebuah pengalaman yang bersumber dari Tuhan. Tapi kalau pengalaman itu tidak ada firman yang menyertai kebenarannya, maka pengalaman itu pasti bukan dari Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bergaul bukan hanya dengan kita berdoa kepada Tuhan, tapi bergaul bukan hanya dengan bagaimana kita meresponi situasi yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, bergaul bukan hanya belajar dari pengalaman atau kesalahan yang kita alami dalam kehidupan kita dan hal-hal yang mungkin belum kita lakukan dalam kehidupan kita, tapi belajar juga adalah sesuatu yang harus dikaitkan atau disandingkan dengan firman Tuhan karena tanpa ada kebenaran firman yang menyertai maka apa yang kita pelajari mungkin bukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan, apa yang kita pandang benar mungkin bagi Tuhan itu adalah sesuatu yang salah. Orang-orang Yahudi Kristen di Yerusalem itu berpikir orang non-Yahudi Kristen harus jadi orang Yahudi Kristen terlebih dahulu itu yang benar, mereka berpikir bahwa orang non-Yahudi Kristen harus tidak makan makanan yang haram, itu terjadi dalam kitab Korintus. Tetapi pada waktu mereka melihat dan berpikir semua itu adalah satu kebenaran, Tuhan memakai Petrus, Tuhan memakai Paulus untuk mengingatkan mereka kalau tradisi yang mereka pegang itu bukan sesuatu kebenaran. Harus berubah di situ. Jadi ada aspek pengulangan, ada aspek firman yang kita harus tekankan. Masalahnya Saudara seberapa jauh bertumbuh di dalam kebenaran itu menjadi unsur yang penting.

Dan yang berikutnya adalah ketika Tuhan mendidik kita, Tuhan akan mendidik dengan cara untuk membuat kita sadar kalau Dialah yang berdaulat dan bukan kita. Saudara ini satu prinsip yang penting ya. Saya percaya sekali dan saya peka sekali melihat keadaan ini. Pada waktu kita baca Alkitab misalnya, kita bandingkan dengan kehidupan kita sehari-hari, dosa itu membuat kita ingin menjadi orang yang berotoritas di dalam hidup ini. Dosa itu membuat kita ingin menjadi Tuhan di dalam hidup kita ini. Dan bukan menempatkan Tuhan di dalam posisinya sebagai Tuhan. Dan waktu Tuhan mendidik kita, Tuhan akan membawa kita ke dalam satu situasi atau keadaan dan pengertian yang melihat bahwa ternyata kita bukan Tuhan.

Kita seringkali dibawa masuk ke dalam satu situasi dan saya juga seringkali mengalami ke dalam satu situasi yang saya nggak bisa kendalikan dalam hidup saya. Siapa yang ingin punya hidup yang dia nggak tahu masa depan dia seperti apa, yang tidak bisa dia pengang hari depan itu seperti apa? Kita semua ingin tahu masa depan kita seperti apa bahkan akhir hidup kita seperti apa dan semua keadaan yang ada di sekitar hidup kita itu semuanya mengikuti apa yang kita inginkan. Itu manusia. Tetapi masalahnya adalah manusia berdosa. Saudara, kebenaran Alkitab mengatakan di dalam dunia ini ada Tuhan yang berkuasa dan mengatur segala sesuatu, dan Alkitab mengajarkan bahwa pengaturan yang pasti terjadi dan tergenapi dalam dunia ini bukan pengaturan kita tapi pengaturan Tuhan. Dan kalau pengaturan kita mau tergenapi, itu berarti pengaturan kita harus sesuai dengan pengaturan Tuhan. Dan untuk bisa membuat kita mengakui kebenaran itu, kita akan dibawa dalam situasi di mana kita nggak punya kontrol kecuali kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui Dia yang punya kontrol dalam hidup kita. Itu adalah didikan yang Tuhan lakukan.

Makanya saya percaya sekali semua orang Kristen yang sungguh-sungguh mengalami satu pertobatan yang sejati dalam hidup dia, dia punya kerendahan hati, kelembutan hati. Kerendahan hati itu membuat dia mau mengakui keterbatasan diri dia, mengakui bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupannya itu bukan dari diri dia tapi bersumber dari Tuhan Allah dalam kehidupan dia. Tapi kelembutan hati itu membuat diri dia adalah seorang yang mau dengan lembut hati menerima koreksi kalau firman Tuhan menyatakan dia salah. Karena Tuhan yang berdaulat bukan kita yang berdaulat.

Ingat baik-baik, pada waktu kita masuk menjadi orang Kristen, kita bukan maha benar. Kita ada salah, kita ada dosa, kita ada pemikiran yang tidak alkitabiah yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan Tuhan ingin memproses kita untuk sesuai dengan kebenaran firman-Nya, untuk menjadi makin serupa dengan Kristus di dalam hidup kita. Tujuannya untuk apa? Saudara tahu tujuannya untuk apa? Bukan untuk Saudara sukses dalam hidup ini, bukan Saudara menjadi orang yang baik menurut orang dunia sehingga punya teman-teman yang mau menerima Saudara, tetapi tujuannya adalah supaya hidup Saudara dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil. Saya ulangi ya. Kenapa Tuhan mau memproses hidup kita? Karena Tuhan ingin memakai kita sebagai alat Dia untuk memberitakan Injil-Nya kepada siapapun orang yang kita temukan dalam hidup kita, kepada semua bangsa yang ada di sekeliling hidup kita. Kalau secara khusus Tuhan memanggil, mungkin Tuhan panggil Saudara sebagai satu misionaris untuk pergi menginjili suatu bangsa tertentu atau suku tertentu di dalam hidupmu. Tetapi setiap orang Kristen pasti dipakai oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil dan diproses oleh Tuhan untuk membawa nama Injil Dia. Itu adalah kebenaran Alkitab.

Saudara, saya pernah bilang ya, Alkitab menyatakan kepada kita kalau Tuhan sendiri bisa memberitakan Injil. Banyak hal dari kejadian Tuhan datang kepada Abraham, Tuhan datang kepada tokoh-tokoh iman dalam Perjanjian Lama, Tuhan memberikan sendiri firman-Nya. Dalam Alkitab banyak kasus di mana Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyampaikan firman kepada manusia. Dan pada waktu Tuhan mengutus firman-Nya kepada manusia, dia bisa gunakan malaikat. Dan kalau kita bandingkan dengan manusia memberitakan Injil dengan malaikat memberitakan Injil, mana yang lebih efektif, mungkin? Mana yang lebih baik? Mungkin kita akan ngomong malaikat yang lebih baik dong. Malaikat bisa menampakkan diri dengan segala kemuliaannya seperti pada waktu Yesus Kristus lahir di dunia ini, dia menampakkan diri di langit kepada para gembala, menyatakan kalau Mesias telah lahir. Para gembala langsung sadar kalau itu adalah sesuatu yang bersumber dari Tuhan. Atau bintang yang ada di langit itu yang bercahaya pada waktu Mesias lahir yang membuat orang Majus datang untuk mencari Mesias itu.

Saya percaya kalau Tuhan mengutus malaikat-Nya mungkin itu adalah sesuatu yang lebih efektif dan lebih baik di dalam membawa orang mengenal kalau Kristus itu bersumber dari Tuhan, Injil itu adalah suatu kebenaran. Tapi masalahnya adalah Tuhan nggak menggunakan cara itu. Tapi Tuhan mau menggunakan orang-orang yang berdosa, yang penuh dengan kelemahan, kekurangan, penuh dengan suatu kehidupan yang mungkin mengecewakan orang lain untuk bertobat dari dosa, diperbarui di dalam iman kepada Kristus, dan dipakai menjadi alat untuk memberitakan Injil. Dan saya percaya di balik itu ada prinsip anugerah, ada prinsip kasih, ada prinsip damai sejahtera, ada prinsip pengampunan yang orang Kristen harus nyatakan di dalam hidup relasi dia dengan orang lain yang dia layani. Karena tanpa itu, semua berita yang dikatakan adalah kebohongan. Tanpa itu, mungkin Tuhan masih bisa pakai, tetapi kita nggak akan bisa melayani Dia secara efektif. Saudara ingat baik-baik, Tuhan datang membentuk dan memproses kita, selain dari menebus kita dari dosa, tapi Dia mau membentuk dan memproses kita, selain dari menebus kita dari dosa, tetapi Dia mau membentuk dan memproses kita dan tidak mau membawa kita langsung ke dalam sorga supaya apa? Kita dipakai menjadi alat-Nya untuk memberitakan Injil. Dan Dia mau kita yang digunakan, bukan malaikat untuk digunakan. Dan itu berarti ketika kita bicara mengenai kehidupan Kristen, kehidupan Kristen harus punya suatu prioritas dalam hidup dia. Dan prioritas utama itu adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia, tapi dengan cara apa? Dengan cara menjadikan diri kita saksi Kristus. Dan ini membuat, saya berani bicara seperti ini, gereja yang tidak menjalankan penginjilan itu tidak menjalankan kehendak Tuhan. Orang Kristen yang hidupnya hanya memikirkan diri dan pekerjaannya semata, dia tidak menjalankan kehendak Tuhan. Orang Kristen yang tahunya uang yang dia terima untuk kepentingan diri dan keluarga dan kesenangan dia pribadi, dia tidak menjalankan prinsip kehendak Tuhan. Karena Tuhan memakai kita, menebus kita, menempatkan kita dalam dunia, memproses kita, memberkati kita baik secara rohani, fisik, jasmani untuk membuat kita menjadi saksi Dia dalam dunia ini.

Saudara ini adalah ketetapan Tuhan. Ini bukan perkataan saya. Tapi ini adalah perkataan Kristus sblm Dia naik ke sorga, “Pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah dia dalam nama Allah Tritunggal.” Gereja yang sejati pasti menjalankan misi penginjilan. Orang Kristen yang sejati pasti menjadikan hidup dia sebagai saksi Kristus. Saudara selama ini sudah berapa lama jadi orang Kristen? Saya mau tanya ada nggak satu jiwa yang Saudara bawa ke tangan Tuhan dan persembahkan bagi Kristus? Nggak usah banyak-banyak, satu, walaupun saya nggak puas dengan satu, dan Tuhan juga nggak puas dengan satu, tapi saya menjadikan satu itu sebagai satu refleksi Saudara, ada nggak satu atau dua orang yang Saudara bawa ke Tuhan selama Saudara hidup mungkin belasan atau puluan tahun sebagai orang Kristen?

Dan ketika orang hidup, melihat hidup Saudara, ada daya tarik nggak? Ada satu kekuatan magnet nggak yang membuat mereka mau mendekat kepada Saudara? Karena ada satu kelebihan, perbedaan, daya tarik dalam hidupmu yang mereka tidak miliki dalam hidup mereka? Kalau itu nggak ada, mungkin Tuhan belum proses hidupmu. Kalau itu nggak ada, mungkin Saudara terus mengerahkan hati untuk diproses oleh Tuhan. Di dalam ayat yang terakhir bagian ini ya, ada kalimat, “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” Itu berarti bahwa Saudara jangan pikir kehidupan kita sebagai orang Kristen, kapan waktu saya mau bersaksi kapan tidak, kapan mau bertobat atau kapan belum mau bertobat itu tergantung dari diri saya. Di sini dikatakan adalah itu bukan tergantung dari kita tapi itu tergantung dari Saudara mendapatkan karunia Tuhan atau tidak. Berarti bahwa itu bukan menurut timetable saya tetapi itu menurut timetable Tuhan dan menurut ketetapan Tuhan di dalam kekekalan. Jangan pikir saya mau bertobat saya bisa bertobat kapan waktu pun saya bisa, jawabannya tidak bisa. Kalau Saudara pikir bisa, Saudara bermimpi. Saudara sedang menetapkan satu prinsip yang bukan ada dalam prinsip Kerajaan Tuhan. Dan ketika Saudara mengingatnya, mendengarnya, merasa tertegur dan diingatkan akan kebenaran ini, jangan tunda dan bertobat di hadapan Tuhan. Karena jadi orang Kristen bukan hanya bicara tentang saya percaya lalu saya mau melakukan segala sesuatu yang saya inginkan, tetapi saya percaya dan saya selalu mengkoreksi diri saya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup saya, itu Kristen.

Jadi Saudara, apa yang Tuhan sampaikan hari ini saya harap itu menjadi satu peringatan bagi kita bersama, dan satu hal yang membuat kita mengkritisi kembali hidup kita, apakah kita adalah orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjalankan kehendak Tuhan, apakah ada proses Tuhan di dalam kehidupan kita yang membuat kita memiliki satu daya tarik yang indah, satu gambaran seperti mungkin mutiara yang berharga di dalam dunia yang rusak dan berdosa ini, yang membuat dunia yang rusak ini bisa melihat ada satu keindahan Kristus yang hidup di dalam diri kita, atau yang mereka lihat adalah, “Oh si Dawis, oh si anu, dia cuma orang yang ngakunya rohani, ngakunya percaya kepada Kristus tapi hidupnya nggak ada beda sama sekali dengan kehidupan kita.” Tuhan nggak bisa pakai kita untuk itu. Kita harus kembali ke dalam rancangan Tuhan yang pertama di dalam menebus kita dan tujuannya. Itu yang membuat kita punya hidup yang bernilai di dalam dunia ini. Kalau kita adalah anak Tuhan sungguh-sungguh, Tuhan akan ulangi didik Saudara. Tapi kalau Saudara tidak mengalami pengulangan itu dan didikan itu, Saudara harus sungguh-sungguh bertobat dan minta pengampunan dari Tuhan dan menguji iman Saudara kembali. Kiranya Tuhan boleh berkati. Mari kita berdoa.

Kami kembali bersyukur, Bapa, untuk firman yang boleh Engkau nyatakan bagi kami. Untuk prinsip-prinsip kebenaran Kerajaan Sorga yang Engkau boleh bukakan bagi kami. Untuk kasih Kristus, untuk kedaulatan Tuhan, dan juga keterbatasan kami yang hanyalah ciptaan dan hamba Tuhan. Tuhan boleh tolong kami ya Bapa dan pimpin kehidupan kami. Tuhan boleh menolong kami untuk terus mau diproses dan dibentuk untuk lebih memiliki hati yang takut Tuhan dan menyatakan kedaulatan Tuhan dalam kehidupan kami dan Raja atas hidup kami. Pimpin gereja-Mu ini ya Tuhan, pimpin anak-anak-Mu yang hadir di tempat ini dan berbakti kepada Engkau. Kiranya Engkau boleh proses dan berkati mereka sehingga mereka boleh menyatakan satu kehidupan yang makin mempermuliakan Tuhan dan makin indah, dan makin memiliki satu daya tarik untuk membawa jiwa ke dalam tangan Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami berdoa. Amin. (KS)

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah