Petrus Menyembuhkan Eneas dan Membangkitkan Dorkas, 24 Oktober 2021

Kis 9:32-43

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita lihat perikop ayat 32-43 ini, maka itu adalah satu kelanjutan dari peristiwa di mana Saulus mengalami pertobatan lalu Saulus kemudian mulai melayani di dalam gereja yang ada di Damaskus, tetapi kemudian akhirnya pada waktu jemaat mulai bertumbuh kembali, karena penganiayaan saat itu sudah mulai mereda, perikop yang dilanjutkan itu kembali kepada Petrus. Nah apa yang membuat kembalinya bagian ini? Kita nggak terlalu jelas berkenaan dengan hal itu, tetapi satu hal, mungkin di sini, di dalam pasal 9-12, Lukas ingin memberitahu kepada kita ada satu peralihan yang akan terjadi di dalam pelayanan. Di mana pelayanan yang menjadi fokus utama pada waktu itu, tokoh yang penting di dalam pasal 1-12 itu adalah Petrus, tetapi begitu masuk ke dalam pasal 13 sampai kepada akhir daripada Kisah Para Rasul, yaitu pasal yang ke-28, maka tokoh yang penting itu adalah Saulus atau Paulus yang Tuhan kemudian pertobatkan di pasal yang ke-9 ini.

Tetapi ada kemungkinan juga pada waktu itu Saulus belum siap sepenuhnya untuk melayani, walaupun dia adalah seorang yang diberikan suatu pengetahuan firman Alkitab Perjanjian Lama yang begitu luar biasa sekali, karena dia adalah seorang murid dari Imam yang penting di Yerusalem yaitu Gamaliel, dan dia adalah seorang yang begitu menguasai Perjanjian Lama atau Taurat dari Musa, dan seluruh daripada kitab Perjanjian Lama. Tetapi dia masih butuh waktu untuk persiapan. Maka kalau Saudara baca di dalam pasal 9:19 dan seterusnya di situ, kita sudah melihat, ada kata di dalam ayat yang ke-23, “Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus.” Sebenarnya ayat 23 itu bukan bicara mengenai waktu yang berkaitan dengan satu, dua hari sebelum daripada ayat 23 itu. Tetapi itu adalah waktu yang sudah berselang sampai kira-kira 3 tahunan. Memang gaya bahasa Lukas untuk berbicara seperti itu, bukan untuk menipu, bukan untuk membuat kita diselewengkan atau kita disalah-arahkan, seperti itu, tetapi ini adalah gaya penulisan pada waktu itu untuk menyatakan ada waktu yang berselang, tetapi tidak pernah diberi tahu berapa lama waktu yang berselang itu.

Nah pada waktu yang berselang itu apa yang terjadi? Kalau kita bandingkan di dalam Galatia 1, di situ Paulus pergi ke tanah Arab, bukan Arab Saudi sekarang, tetapi ke tanah Arab untuk kemudian kelihatannya belajar firman Tuhan lebih mendalam, belajar tentang Injil, dan kelihatannya dari pasal 1 di dalam bagian ayat-ayat awal, Paulus dipimpin sendiri oleh Tuhan Yesus di dalam mengerti Injil dan terang firman Tuhan selama 3 tahun, seperti yang dialami oleh 12 rasul ketika Yesus Kristus melayani di dalam dunia ini. Itu sebabnya pada waktu kita masuk ke dalam ayat 32, lalu kemudian masuk ke dalam pasal 10, pasal yang ke-11, pasal yang ke-12, perikop yang ditulis atau kisah yang diceritakan di dalam Kisah Rasul ini kembali kepada tokoh yang namanya Petrus, bukan kepada Saulus atau Paulus karena waktunya belum tiba untuk Saulus terjun sepenuhnya di dalam pelayanan. Sampai ketika kalau Saudara baca di dalam pasal 12 bagian perikop terakhir di situ, maka Saulus dan Barnabas diminta oleh Roh Kudus untuk dikhususkan pergi melayani. Pasal 12:24 ya, Barnabas dan Saulus diutus di situ, itu ketika mereka sudah kembali atau dia kembali kepada Antiokia untuk ada bersama-sama dengan jemaat di situ.

Nah pada bagian ini apa yang kita bisa lihat? Terus terang di dalam bagian ini berbicara berkenaan tentang mujizat yang dilakukan oleh Petrus, lalu ada 2 orang yang mengalami kesembuhan. Satu adalah si Eneas, seorang yang sudah lumpuh 8 tahun, sama-sama berbicara berkenaan tentang satu kondisi yang tidak mungkin mengalami kesembuhan lagi, 8 tahun mengalami kelumpuhan. Yang kedua adalah kepada ibu Dorkas yang ada di Yope, yang mati tetapi kemudian dibangkitkan oleh Petrus. Nah ini adalah 2 mujizat yang dikerjakan oleh Petrus di dalam pelayanannya baik itu di Lida ataupun di Yope.

Nah Saudara, pada waktu kita melihat pada bagian ini kita harus mengertinya seperti apa? Apakah ini adalah satu kuasa yang tetap ada di dalam gereja, untuk kita bisa terapkan? Jawabannya saya percaya tidak, seperti halnya kuasa yang Tuhan berikan kepada rasul-rasul kepada gereja mula-mula. Di dalam gereja mula-mula kita tahu bahwa Alkitab belum tuntas diberikan, yang tuntas itu hanya Perjanjian Lama. Tetapi di dalam Perjanjian Baru, awal-awal di dalam Kisah Rasul itu kelihatannya belum semua daripada Kitab Suci itu, Perjanjian Baru ditulis, atau bahkan belum ada. Lalu bagaimana mereka yang melayani pada waktu itu bisa mengkonfirmasi kalau diri mereka adalah utusan atau rasul dari Yesus Kristus? Kalau kita lihat di dalam Ibrani ataupun di dalam Korintus, kita akan dibawa untuk melihat kalau mujizat yang dilakukan oleh para rasul itu adalah satu tanda untuk membuktikan kalau mereka adalah rasul dari Yesus Kristus.

Jadi pada waktu mereka menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, itu berarti mereka mengkonfirmasi kalau mereka adalah utusan dari Kristus, Allah sendiri yang mengutus mereka ke dalam dunia untuk melayani manusia, dan itu sebabnya mereka harus percaya kepada berita yang mereka sampaikan. Ini menunjukkan bahwa pada waktu mujizat dikerjakan dan terjadi, penekanannya bukan pada tokoh orang yang melakukan mujizat, tetapi pada Kristus, dan untuk membawa orang bertobat dari dosa dan kembali kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang benar di dalam hidup mereka. Dan itu kita bisa lihat dari cerita yang dituliskan di bagian ini, walaupun di sini tidak dalam bentuk prinsip tetapi ini dalam bentuk perjalanan yang Petrus alami atau lakukan di dalam pelayanan dia, lalu ada peristiwa-peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup dia atau kemungkinan pelayanan yang terjadi di dalam hidup dia.

Jadi dari situ kita bisa melihat apa yang dicatat di sini, pertama itu mau menunjukkan kalau Petrus itu adalah utusan rasul dari Kristus, dan Tuhan memakai dia secara luar biasa untuk membawa orang-orang yang belum mengenal Tuhan untuk kembali kepada Tuhan, itu khususnya di dalam peristiwa Eneas yang 8 tahun lumpuh lalu kemudian akhirnya bisa berdiri kembali dan berjalan. Dan di situ kita tidak pernah diberi tahu apakah Eneas itu adalah orang Kristen atau bukan karena di situ hanya dikatakan ada seorang yang lumpuh 8 tahun. Ada penafsiran yang mengatakan kemungkinan dia bukan orang Kristen tetapi Tuhan memakai peristiwa itu melalui Petrus untuk memenangkan Eneas dan juga orang banyak yang datang dan melihat peristiwa dari kesembuhan Eneas itu, sehingga mereka menjadi orang Kristen. Tetapi yang kedua, bukan sesuatu yang dilakukan di luar dari gereja, melainkan yang ada di dalam gereja, di antara orang-orang Kristen sendiri, yaitu Dorkas, seorang yang sudah percaya kepada Kristus atau seorang murid Kristus.

Nah, hal ini menyatakan sekali lagi, Petrus adalah rasul utusan Tuhan. Yesus Kristus sendiri yang mengutus dia untuk mengadakan pelayanan. Tetapi hal yang kedua yang kita juga boleh lihat di sini adalah pada waktu kita melihat pada sakit yang dialami oleh baik itu pada Eneas ataupun Dorkas, dia meninggal di situ, ataupun sakit-sakit lain yang dialami oleh manusia yang kita temukan di dalam Kitab Suci, Alkitab memiliki satu tujuan ketika membicarakan tentang sakit, yaitu apa? Itu adalah satu simbol atau satu gambaran dari orang yang dirusak oleh dosa.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana Tuhan mau mengajarkan kepada manusia kalau manusia itu ada orang yang berdosa, lalu dosa itu membuat manusia tidak memiliki satu kemampuan untuk bisa membenarkan dirinya di hadapan Allah melalui perbuatan dia? Caranya bagaimana? Kalau kita lihat cara Tuhan di dalam Kitab Perjanjian Lama ataupun di dalam Kitab Injil, maka kita menemukan kalau Tuhan menggunakan sakit fisik untuk menyatakan kalau manusia itu sakit rohani. Dan untuk menyatakan bahwa manusia yang sakit rohani itu tidak bisa menyembuhkan sakitnya sendiri, maka Tuhan menggunakan sakit fisik yang tidak ada obatnya untuk disembuhkan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Contohnya tadi Eneas, orang yang sudah 8 tahun lumpuh, Saudara boleh pergi ke dokter manapun, kepada fisioterapi manapun, Saudara boleh tanya kepada mereka, “Kira-kira orang yang sudah 8 tahun sakit lumpuh bisa sembuh atau tidak?” Jawaban mereka pasti, “Mustahil.” Walaupun kadang-kadang saya di dalam pelayanan radio suka ada dapat orang punya masukan untuk minta permohonan doa, doakan sesuatu penyakit yang sudah puluhan tahun mereka alami untuk bisa disembuhkan. Tapi iman seperti itu hanya di dalam iman Kristen, saya pikir, pengharapan seperti itu ya. Walaupun saya percaya mereka harus punya satu pikiran yang terbuka untuk memikirkan apa kehendak Tuhan yang lain yang mereka harus lakukan, yang Tuhan ingin mereka kerjakan selain dari minta Tuhan sembuhkan terus dalam hidup mereka. Nanti ini berkaitan dengan tadi mujizat itu ya.

Jadi pada waktu Eneas itu disembuhkan, satu hal, semua orang tahu ini penyakit yang nggak mungkin sembuh. Lalu pada waktu Dorkas mati, semua orang tahu ini adalah satu keadaan di mana tidak ada seorang yang bisa membangkitkan dan hidupkan dia kembali. Kecuali apa? Kuasa Tuhan. Nah ini menjadi suatu alat yang Tuhan gunakan untuk menyatakan kalau kita adalah orang yang berdosa, seperti halnya orang yang lumpuh itu dan orang yang mati itu. Karena pada waktu seseorang itu berdosa, lumpuh, kenapa digunakan lumpuh? Karena itu menggambarkan ketidakmampuan kita untuk bisa membenarkan diri di hadapan Tuhan melalu kebaikan-kebaikan yang kita lakukan dan ibadah yang kita lakukan. Dan kenapa mati? Itu mau menunjukkan orang yang sudah berdosa itu adalah orang yang mati rohaninya.

Jadi Saudara dibawa untuk melihat ketika orang jatuh di dalam dosa, dia nggak mungkin bisa mereseponi Injil Kristus, dia nggak bisa melihat kalau Yesus Kristus itu adalah Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya, dia nggak bisa tahu bahwa Yesus itu adalah satu-satunya jalan. Dan dia nggak mungkin menginginkan Kristus dan datang kepada Kristus dari kesadaran internal diri dia sendiri, karena apa? Dia mati. Itu sebabnya kalau Saudara baca di dalam 1 Korintus 2 Paulus berkata kalau andaikata mereka tahu tentang Kristus, mereka nggak akan menyalibkan Dia. Kalau Saudara baca 1 Korintus 2:14 di situ Saudara akan tahu bahwa orang-orang duniawi tidak mungkin bisa mengerti hal-hal yang rohani di dalam hidup mereka. Jadi pada waktu seseorang sudah jatuh dalam dosa, Tuhan menggunakan 2 ilustrasi, ilustrasi penyakit dan kematian, untuk menyatakan ketidakmampuan orang dan kematian seseorang atau tidak mungkin bisa bereaksi kepada hal-hal yang rohani dalam hidup dia, kecuali kalau dia mendapatkan kasih karunia dalam Kristus.

Itu sebabnya tadi saya bilang pada waktu kita melihat mujizat ini, kita harus melihat ini adalah sesuatu tindakan dari utusan Tuhan atau dari Tuhan yang mengutus umat-Nya untuk membuat kita mengerti kalau Tuhan lah yang berkuasa, dan kalau kita adalah orang yang berdosa yang membutuhkan kuasa Tuhan di dalam kehidupan kita untuk bisa menghidupkan kita dan menyembuhkan diri kita. Dan ini adalah suatu kuasa yang Tuhan tidak terus menerus berikan di dalam gereja-Nya tetapi ini adalah satu kuasa yang Tuhan berikan khusus kepada para rasul atau gereja mula-mula untuk bisa menjadi saksi Kristus, menjalani pelayanan penginjilan secara efektif di dalam dunia ini untuk memenangkan jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan pada waktu itu. Dan mereka butuh itu. Kalau sekarang di jaman kita bagaimana? Nggak perlu lagi.

Saya bukan menampik bahwa zaman ini tidak ada mujizat. Saya tetap percaya kalau Tuhan mau mengadakan mujizat di dalam zaman ini, Dia bisa lakukan mujizat di dalam zaman ini. Ambil contoh kita kadang pelayanan kepada orang sakit, lalu kita doakan orang sakit, orang sakit menjadi sembuh. Atau itu mungkin sakit biasa, tetapi kadangkala ada orang-orang yang sakit yang sudah divonis oleh dokter, kecuali kalau mujizat Tuhan yang terjadi dia nggak akan sembuh. Lalu kita doakan, dia sembuh, dan dokter heran-heran kok orang itu bisa sembuh, seperti itu. Itu saya tetap percaya, kita percaya bahwa itu ada, dan Tuhan tetap dapat berkerja di dalam dunia seperti itu. Tetapi otoritas seperti rasul untuk menyembuhkan orang sakit itu tidak ada lagi di dalam gereja saat ini.

Coba bayangkan ya kalau Saudara baca di dalam Kisah Rasul 5:15-16, “Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.” Mereka itu siapa? Berapa banyak? Semua orang sakit yang dibawa kepada Petrus. Lalu Petrus perlu tumpangin tangan nggak? Jawabnya nggak harus, dia jalan saja, bayangannya bisa sembuhkan orang.

Ada orang kayak gitu nggak di zaman sekarang? Nggak ada. Kalau andaikata ada, berani nggak tantang dia pergi ke rumah sakit, di ruang ICU banyak orang mau mati, doakan, sembuhkan orang itu. Kalau dia punya kuasa seperti rasul, itu menjadi satu hal yang dia bisa kerjakan dan itu pasti membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Orang yang sudah mau mati semua didoakan, “Dalam Nama Yesus,” semuanya sembuh kayak gitu. Bukankah itu akan membawa pertobatan yang luar biasa bagi Indonesia ini atau kota ini? Tapi itu nggak pernah terjadi kan? Karena memang kuasa itu tidak seperti pada zaman para rasul. Tuhan tidak pernah memberikan satu karunia khusus kesembuhan atau mujizat kepada orang-orang Kristen pada zaman sekarang ini karena semua itu telah berakhir pada zaman para rasul satu per satu meninggal dan dipanggil oleh Tuhan dari dunia ini.

Saudara boleh baca mulai dari akhir-akhir daripada surat Injil yaitu misalnya surat Timotius kayak gitu ya, 2 Timotius, akhir dari pelayanan Paulus sebagai rasul yang mungkin terakhir atau Yohanes yang terakhir. Di situ nggak pernah dicatat ada, atau surat Yohanes lah, paling di situ ada bilang doakan dan urapi orang itu, Tuhan akan memberikan kesembuhan kepada orang itu. Tetapi di dalam surat 2 Timotius nggak pernah dicatat ada mujizat yang terjadi di dalam gereja Tuhan. Dan bahkan ada satu cerita tentang Paulus dan Lukas, saya lupa judul filmnya, ada hal-hal yang mereka bisa dikatakan sebagai demitologisasi, maksudnya adalah menyingkirkan hal-hal yang berkaitan dengan mujizat untuk tidak ada dalam cerita itu, sepertinya itu adalah pandangan liberal seperti itu. Tapi ada satu hal yang menarik, pada waktu ada seorang jendral, kalau nggak salah jendral yang anaknya sakit, ingin diobati, ke dokter manapun, tabib manapun itu nggak bisa disembuhkan. Akhirnya temannya ngomong, “Kamu tahu kan siapa itu Paulus? Dia punya latar belakang itu luar biasa sekali lho di antara kalangan orang-orang Kristen dan non-Kristen. Kabarnya adalah dia punya kuasa untuk menyembuhkan orang.” Dan kalau Saudara baca dalam Kisah Rasul, dia pernah membangkitkan satu orang mati, Eutikhus.

Lalu temannya kasih saran kepada jendral ini atau petinggi atau komandan perang ini, dia bilang, “Cobalah kamu samperin Paulus. Memang kamu yang tangkap dia dan raja memberikan dia di bawah otoritasmu untuk ditahan dan disiksa. Tapi coba kamu datang kepada si Paulus ini lalu minta dia doakan anakmu supaya anakmu itu disembuhkan.” Lalu akhirnya dia dengar usulan dari temannya ini karena dia sudah pergi ke tabib siapapun nggak ada yang bisa menyembuhkan diri dia. Lalu pada waktu dia datang ke situ, dia ngomong sama si Paulus, ngobrol cukup panjang lebar kayak gitu, akhirnya dia mendengar tentang Injil Kristus dari Paulus ini. Sampai satu titik dia bilang, “Bisa nggak kamu doakan anak saya?” Jawab Paulus apa? Menariknya adalah Paulus bilang gini, “Ada pada saya tabib Lukas. Dia seorang yang begitu pintar sekali di dalam dunia medis. Silahkan kamu bawa dia untuk dia bisa diagnosa penyakit anakmu dan obati sakit anakmu itu.” Lalu benar akhirnya dia bawa Lukas, anaknya disembuhkan pada waktu itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya bicara ini tujuannya untuk apa? Saya mau lihat ada bagian benarnya sih. Pada waktu para rasul diberi kuasa untuk melakukan mujizat, untuk menyembuhkan orang sakit, dan bahkan membangkitkan orang mati, saya melihat itu bukan sesuatu yang menjadi esensi utama dari pelayanan para rasul. Dan itu bukan menjadi, maksudnya bukan menjadi suatu tujuan di mana setiap rasul ketika tiba di satu tempat mereka akan melakukan mujizat-mujizat di dalam pelayanan mereka, dan kepada semua orang mereka akan lakukan mujizat yang dibawa kepada mereka itu. Jawabnya tidak.

Saudara bisa lihat sendiri di dalam ayat ke-34, ketika si Petrus ada di Lida. Pertanyaannya adalah ada berapa banyak orang lumpuh kira-kira di Lida? Satu? Atau lebih dari satu? Kemungkinan pasti lebih dari satu. Yang disembuhkan berapa? Cuma satu. Lalu pada waktu Petrus itu ada di Yope, pertanyaan saya ada berapa banyak orang yang mati? Saya yakin banyak, lebih dari satu. Tetapi yang dibangkitkan berapa orang? Cuma satu. Dan pada waktu Petrus membangkitkan si Dorkas, dia juga tidak sembarangan langsung dengan berkata, “Dorkas, bangkitlah,” seperti itu. Seperti pada waktu dia menyembuhkan orang di Kisah Rasul 5. Tetapi dia harus berlutut dulu, berdoa di hadapan Tuhan, baru kemudian dia berkata kepada mayat Dorkas, “Dorkas, bangkitlah.”

Artinya apa, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan? Mujizat itu bukan menjadi esensi pelayanan. Kesembuhan itu bukan menjadi hal utama di dalam sebuah ibadah. Tetapi yang penting adalah bagaimana Kristus ditinggikan di dalam ibadah itu, Kristus ditinggikan di dalam pemberitaan firman yang diberitakan oleh para rasul dan oleh gereja Tuhan, itu yang utama. Makanya di sini dikatakan bahwa pada waktu si Eneas itu disembuhkan, lalu kemudian Dorkas dibangkitkan, hal berikutnya yang dikatakan oleh Kitab Suci adalah, “Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.” Lalu di dalam ayat yang ke-40, “”Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.” Esensinya itu bukan pada mujizatnya tetapi mujizat itu menjadi satu tanda untuk membawa orang melihat kepada Kristus lalu bertobat dan beriman kepada Yesus Kristus.

Nah Saudara, di dalam zaman kita bagaimana? Tuhan berkata Alkitab kita sudah final. 2 Timotius 3:16 berkata bahwa segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup ini, yang benar untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam Tuhan, itu sudah diberikan semua kepada kita di dalam 66 kitab ini. Lalu di dalam Wahyu 22 dikatakan bahwa seluruh dari Kitab Suci sudah selesai dan tidak ada seorangpun yang boleh menambahkan atau mengurangkan suatu titik pun daripada 66 kitab ini. Dan saya percaya ini menyatakan bahwa Tuhan ketika mau menyatakan kebenaran diri Dia atau Injil Dia, itu sudah cukup melalui firman yang ada di dalam Kitab Suci ini. Nggak perlu melalui hal-hal supranatural lain di luar daripada kebenaran Kitab Suci ini.

Dan kita bisa lihat itu pada waktu si orang kaya yang mati melihat ke atas ketika dia masuk ke dalam neraka, lalu dia melihat ada Lazarus yang miskin sekarang duduk di pangkuan bapa Abraham, sedangkan dia menderita di dalam api neraka, dia meminta bapa Abraham untuk mengutus Lazarus meneteskan air kepada dia karena dia begitu haus sekali yang menandakan mungkin tidak ada suatu firman dalam hidup dia, yang ada adalah suatu penderitaan dan siksaan yang begitu hebat sehingga dia begitu haus, dan haus pun tidak ada air untuk melegakan diri dia. Bapa Abraham bilang, “Nggak bisa ada jurang yang lebar. Lazarus nggak mungkin ke situ, kamu juga nggak mungkin ke sorga.” Yang namanya neraka selama-lamanya dalam neraka, yang namanya sorga selama-lamanya dalam sorga. Di antara itu nggak ada api penyucian.

Lalu yang kedua, si orang kaya ini dengan penuh jiwa penginjilan dia berkata kepada bapa Abraham, “Bapa Abraham, kalau gitu tolong Lazarus utus ke dalam dunia supaya dia peringati saudara saya yang masih hidup dalam dunia untuk mereka tidak mengikuti jejak saya sehingga mereka dimasukkan dalam neraka seperti saya.” Lalu bapa Abraham bilang apa? “Di dalam dunia ada Kitab Musa. Kalau mereka tidak percaya kepada Kitab Musa, mereka juga tidak akan percaya walaupun ada orang mati bangkit dari kematian.” Dan kita bisa lihat pada waktu Lazarus dibangkitkan oleh Kristus, yang terjadi adalah bukan pertobatan tapi kekerasan hati untuk membunuh Yesus Kristus. Mujizat tidak pernah bisa membawa orang di dalam pertobatan. Roma 10:17 berkata firman Tuhan yang mempertobatkan orang, firman Tuhan yang menumbuhkan iman dalam diri orang. Itu yang menjadi dasar. Makanya bapa Abraham berkata bahwa di dunia ada Taurat Musa. Lalu di sini saya katakan bahwa di dalam dunia ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan itu cukup untuk membawa orang mengenal Tuhan.

Itu sebabnya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau ada orang bisa datang kepada Kristus, saya percaya itu adalah kasih karunia, sungguh-sungguh kasih karunia baik di dalam orang yang melayani pemberitaan itu untuk melihat pertobatan seseorang ataupun orang yang mendengar Injil bisa bertobat. Karena apa? Karena nggak ada bukti supranatural yang dipakai oleh mereka. Yang ada adalah berita Injil yang disampaikan, suatu peristiwa yang terjadi 2000 tahun yang lalu berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh Kristus, kok sekarang dia bisa percaya, kok sekarang saya bisa percaya. Itu sebabnya kalau Saudara baca 1 Korintus 1, di situ dikatakan Allah memilih, Allah memilih, ada lima kali dikatakan Allah memilih. Memilih siapa? Memilih orang yang lemah, orang yang tidak terpandang, orang yang tidak terkemukan dalam dunia ini untuk percaya Injil Kristus, sesuatu yang dianggap oleh orang-orang dunia suatu kebodohan dan kesia-siaan dalam hidupnya.

Jadi kalau kita bisa melihat kepada Injil lalu bertobat dan percaya kepada Kristus dan melihat itu sebagai satu kebenaran bagi kita untuk bisa diselamatkan, saya percaya itu adalah kuasa supranatural dari Tuhan dalam diri semua orang yang berdosa yang bertobat kepada Kristus, kebesaran, kemuliaan yang melampaui dari orang yang sakit untuk disembuhkan. Dan Injil itu dipercayakan kepada orang Kristen untuk memberitakannya kepada dunia ini dalam gereja Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya sekali orang yang akan dipakai oleh Tuhan adalah orang yang mau berada di dalam jalur yang Tuhan pimpin atau orang yang melibatkan diri di dalam pekerjaan Tuhan, mereka adalah orang yang adalah dipakai oleh Tuhan secara luar biasa dan bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja lebih luar biasa lagi melalui kehidupan mereka. Kalau mereka adalah orang yang tidak mau terlibat di dalam sebuah pelayanan, mereka nggak mungkin dipakai oleh Tuhan. Kenapa saya bilang seperti ini? Nanti saya akan jelaskan. Tapi saya mau ngomong kayak gini, Saudara tahu kenapa burung rajawali itu bisa terbang tinggi sekali? Jangan ngomong sayapnya besar. Yang mengerti burung rajawali bisa terbang tinggi itu mereka terbang tinggi tidak pakai kepak sayap, tapi mereka cuma bentangkan sayap mereka lalu mereka bisa naik tinggi sekali. Apa yang membuat mereka bisa naik tinggi? Penyu di dalam laut itu kalau berenang bisa ribuan kilometer. Apa yang membuat mereka bisa berenang begitu jauh sekali? Kalau Saudara lihat di Discovery Channel atau Saudara baca buku, Saudara akan menemukan rajawali itu kenapa bisa terbang tinggi karena dia mengikuti udara panas dari bumi ini yang naik ke atas. Dia cari jalur itu. dia akan mengikuti dan dia akan terangkat tinggi. Penyu bisa berenang jauh karena dia mencari arus utama yang ada di dalam laut lalu dia masuk ke dalam arus ketika dia dibawa pergi berenang jauh sekali, kilo-kilo meter.

Saya mau bicara begini, kalau kita sebagai orang Kristen mau dipakai Tuhan, maka yang kita harus lakukan adalah bukan angkat kaki, bukan duduk diam, bukan tidak terlibat apapun dan cuek pada apapun, tidak peduli pada pelayanan gereja, apapun yang dilakukan oleh gereja, tapi dia harus masuk ke dalam pelayanan di mana Tuhan bekerja. Pada waktu sebuah gereja ada, bagaimana gereja ini bisa diberkati oleh Tuhan? Dia harus melihat Tuhan sedang memimpin di dalam dunia ini ke arah mana. Kalau dia ada di dalam situ, maka dia akan menjadi gereja yang dipakai oleh Tuhan. Nah itu prinsip dari ayat ke-32 dan 33. Kalau Saudara perhatikan, kapan Petrus itu dipakai untuk menyembuhkan Eneas? Kapan Petrus itu dipakai Tuhan untuk membangkitkan Dorkas? Bukan ketika dia ada di Yerusalem tetapi pada waktu dia pergi berjalan keliling mengadakan kunjungan ke mana-mana. Pada waktu itulah Tuhan memakai Petrus untuk menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini menunjukkan kalau Tuhan akan memakai orang yang mau sinkron dengan diri Dia. Tuhan memakai orang yang mau melibatkan dirinya di dalam pekerjaan Tuhan dan menempatkan dirinya di dalam jalur di mana Tuhan pimpin. Kalau tidak, Tuhan nggak akan pakai. Nah ini juga yang menjadi dasar prinsip pelayanan dalam GRII. Saya seringkali dulu bicara ini, tetapi belakangan saya lama nggak bicara soal ini. Yaitu apa? Di dalam pelayanan, ketika kita menunjuk seorang koordinator atau melibatkan orang di dalam pelayanan, kita bukan ambil jemaat yang on, off, on, off kebaktiannya, tetapi jemaat yang rutin di dalam kebaktian. Mengapa begitu? Karena kalau dia rutin paling tidak itu menjadi satu dasar dia mau melayani dengan konsisten. Kalau tidak, kita hanya akan makan hati, percayakan orang untuk pelayanan, kalau dia nggak dikasih kepercayaan dia hilang dari gereja, kalau ada kepercayaan dia baru muncul di dalam gereja, seolah-olah yang penting itu apa? Kalau saya ada pelayanan, saya penting, saya diberikan suatu tugas tertentu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu bukan prinsip Alkitab sama sekali. Prinsip Alkitab adalah orang yang setia mengikut Tuhan, orang yang mau dibentuk oleh Tuhan di dalam hidupnya, merekalah orang yang akan dipakai oleh Tuhan. Di dalam masterclass dua minggu yang lalu Pak Tong itu ada bicara sesuatu yang penting berkenaan dengan ia menanggapi firman yang dibawakan oleh Ibu Maria Mazo berkenaan dengan pelayanan Paulus. Dari surat Timotius di situ dikatakan Paulus berkata kalau diri adalah orang paling berdosa dari semua orang berdosa lalu akhirnya Tuhan ubah dia menjadi seorang rasul. Lalu di situ Pak Tong menanggapi kayak gini ya, “Kenapa Paulus itu dipakai oleh Tuhan?” Jawabannya apa? Jawabannya adalah, “Karena dia mau diproses oleh Tuhan.” Orang yang nggak mau diproses oleh Tuhan nggak mungkin dipakai oleh Tuhan atau sulit sekali untuk dipakai oleh Tuhan.

Paulus seorang yang mau diproses oleh Tuhan, Petrus seorang yang mau diproses oleh Tuhan dalam hidupnya dan keberadaan orang untuk dipakai oleh Tuhan atau tidak berarti bukan ditentukan oleh latar belakangnya siapa, pendidikannya bagaimana, berapa harta kekayaannya, bukan. Itu tidak pernah dijadikan suatu standar untuk menyatakan dia layak untuk melayani Tuhan. Tetapi yang penting adalah kesetiaan dia dan kesediaan diri dia untuk mau diproses oleh Tuhan itu akan menjadikan dia alat Tuhan untuk bisa memberkati banyak orang. Dan kita bagaimana? Kita mau tidak diproses oleh Tuhan?

Hal yang berikutnya adalah selain kesediaan untuk mengikuti jalan yang Tuhan pimpin yang tadi bicara kesediaan untuk diproses oleh Tuhan, yaitu kesiapsediaan untuk mau atau terbuka untuk dipimpin oleh Tuhan dalam hidup dia. Contohnya yaitu pada waktu Petrus ada di Lida lalu ketika dia ada di Lida mendadak datang sebuah berita kepada diri dia yang menyatakan kalau dia diminta untuk pergi ke Yope menemui orang-orang Kristen di sana. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kira-kira pada waktu itu si Petrus ini orang yang sibuk atau orang yang sedang waktu luang? Sibuk, kan. Kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-35, “Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.” Pelayanan besar lho. Sekarang di dalam kondisi pelayanan besar seperti itu, ada berita tinggalkan itu, pergi ke Yope yang nggak jelas ngapain, cuma nengok mungkin orang-orang Kristen di sana dan nggak pernah diberitahu juga untuk membangkitkan si Dorkas. Tetapi pada waktu itu Petrus sigap untuk melihat mungkin pimpinan Tuhan dan bersedia untuk pergi, walaupun waktu dia itu adalah begitu sibuk sekali di dalam pelayanan.

Saudara boleh perhatikan juga ini adalah suatu prinsip yang Yesus lakukan di dalam pelayanan-Nya ditengah-tengah dunia ini ya. Pada waktu Dia sedang mengajar murid-murid-Nya secara khusus dan Dia sedang membawa murid-murid-Nya pergi ke Yerusalem untuk Dia mengalami penyaliban dan mati di situ, kira-kira pertanyaannya adalah waktu itu waktu yang sangat signifikan nggak bagi Yesus dan murid-murid-Nya yang 12 itu? Saya percaya itu waktu signifikan karena waktu Dia di dalam dunia nggak lama lagi, cuma hitungan hari. Tetapi pada waktu Dia melihat ada orang yang berteriak kepada Dia, orang buta, “Yesus, Anak Daud, tolong sembuhkan aku! Kasihanilah aku!” Yesus berhenti lho. Dia stop dari urusan-Nya mendidik murid-murid-Nya lalu Dia samperin orang yang buta itu lalu tanya, “Apa yang engkau inginkan dari Aku?” “Kesembuhan. Mata bisa melihat kembali.” Lalu Yesus sembuhkan orang itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah seorang yang begitu peka sekali untuk melihat Tuhan memimpin dan kebutuhan dari orang yang ada di sekitar Dia.

Lalu Saudara juga bisa melihat di dalam, kalau tidak salah, Injil Lukas pada waktu Yesus sedang melayani orang banyak, tiba-tiba datanglah 2 orang Yunani kepada Andreas, kalau nggak salah, “Tolong sampaikan kepada Gurumu kalau kami ingin bertemu dengan Dia.” Begitu Yesus dengar itu, Yesus keluarkan satu kalimat, “Sudah waktunya Anak Manusia ditinggikan dan menjadi berkat bagi semua bangsa.” Peka untuk melihat pimpinan Tuhan, siap untuk bergerak sesuai dengan pimpinan Tuhan di dalam hidup Dia. Itu adalah ciri dari orang yang akan dipakai oleh Tuhan. Bukan orang yang terus ngotot dengan prinsip dia dan kekakuan diri dia. Saya yakin dia nggak akan dipakai oleh Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Tuhan ingin kita belajar ketika kita melayani kita bukan melayani kerajaan kita sendiri, tetapi kita sedang melayani Kerajaan Tuhan, kita bukan melayani ambisi kita sendiri, kita bukan sedang melayani agenda pribadi kita sendiri, tetapi kita sedang melayani Tuhan karena itu yang menjadi utama itu siapa? Yang menjadi penting dan prioritas di dalam hidup kita itu, keinginan dan kehendak siapa? Sayang sekali ya banyak orang Kristen seumur hidup yang menjadi prioritas utama dalam hidup dia adalah kepentingan dia dan usaha dia dan keluarga dia. Urusan gereja nggak ada waktu, urusan pelayanan nggak ada waktu sama sekali.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mau ajak kita pikir ya. Saya belum terlalu lama itu ada satu orang yang sebelumnya pernah WA kepada saya, telfon kepada saya, lalu saya WA balik kepada dia lalu tanya keadaan dia bagaimana, lalu dia WA balik sama saya. “Kondisi sekarang sudah lebih baik lah, Pak,” dia bilang. “Rohanimu bagaimana?” Saya bilang. “Kalau dulu saya itu adalah orang yang selalu sukanya nyalahin Tuhan, saya nggak terlalu pentingin rohani saya, saya nggak baca Alkitab, saya nggak doa, saya nggak pergi ke gereja, seperti itu, tapi saya sukanya nyalahin Tuhan.” Cengli nggak Bapak, Ibu? Sudah nggak suka ibadah, kayak gitu, ingin kalau dia punya keinginan itu jadi prioritas, Tuhan harus prioritaskan diri dia, kalau Tuhan prioritaskan diri dia baru dia akan menjadi orang yang mau taat dan setia kepada Tuhan. Cengli nggak? Saya pikir nggak fair sama sekali ya untuk hal itu. Tapi keberdosaan kita itu seringkali membuat diri kita maunya kayak gitu. Tuhan, kalau itu bicara tentang saya, saya harus jadi prioritas pertama. Tapi kalau itu bicara tentang Kamu dan kehedak-Mu, itu prioritas yang kesekian dalam hidup saya.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita tempatkan Tuhan diurutan prioritas misalnya ke-50 dalam urutan hidupmu, kira-kira Tuhan akan tempatkan diri kita di urutan ke berapa? Kalau Dia datang, di urutan keberapa? Pertama? Nggak. 50. Paham nggak? Siapa kita? Mazmur 8 itu bilang kita itu adalah debu tanah yang dibuat oleh Tuhan sedikit lebih rendah dari Dia untuk kepentingan Tuhan dan pelayanan Tuhan. Tetapi debu tanah yang dibuat sedikit lebih rendah itu pikir dia bisa jadi Allah dan bahkan melampaui Allah. Kurang ajar sekali. Dan bahkan kita melihat seluruh dunia ini dan seluruh hidup kita itu center-nya pada diri kita, apa yang menjadi kepentingan kita itu yang paling utama dalam hidup kita, itu celaka sekali karena Tuhan cipta kita dan tebus kita adalah untuk menjadikan Dia yang utama, bukan diri kita yang utama.

Saudara, kita seringkali doa, “Tuhan, apa yang Kau kehendaki untuk aku perbuat?” Mungkin seperti halnya Paulus berdoa seperti itu. Pertanyaannya adalah pada waktu Tuhan bukakan itu, Saudara bersedia nggak untuk prioritaskan Dia? Yang keluarga bermasalah tanya, “Apa jalan Tuhan untuk kami?” Lalu Tuhan ngomong, “Kamu harus sangkal diri demi untuk relasimu baik.” Rela nggak sangkal diri? Saudara, seringkali kita lebih pentingkan agenda kok. Makanya banyak orang Kristen tetap cerai, banyak orang Kristen tetap ada masalah. Kita nggak bisa seperti itu ya. Tuhan harus menjadi prioritas utama di dalam hidup kita.

Yang terakhir, kita bisa dipakai oleh Tuhan kalau kita tidak punya suatu prasangka atau pengkotakkan terhadap orang-orang tertentu di dalam pelayanan kita. Itu di ayat yang ke-43, “Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.” Siapa dia? Simon. Simon mungkin orang Yahudi itu ya. Tetapi persoalannya bukan pada kebangsaan dia, melainkan pada pekerjaan profesi dia. Dia adalah seorang penyamak kulit. Menurut Hukum Taurat dan juga menurut Mishnah penyamak kulit punya pekerjaan itu adalah pekerjaan yang najis. Suatu pekerjaan yang harusnya dihindari dan kalau kita ada di situ itu akan membuat kita menjadi orang yang najis.

Saudara, kalau andikata yang melayani di Yope itu adalah orang Farisi dan imam, kira-kira dia akan tinggal nggak di rumah Simon penyamak kulit itu? Kemungkinan tidak. Kita bisa lihat di dalam perkataan Tuhan Yesus pada waktu ada orang yang digebuki oleh perampok lalu celaka kayak gitu, ada Imam lewat, ada orang Farisi lewat, ada orang Samaria lewat sebagai suatu ilustrasi mengenai siapakah sesamamu manusia. Farisi dan Imam itu jalan di pojok jalan, orang itu ada di sana. Nggak mau dekat-dekat dan nggak mau sentuh. Saya kembali ke bayangan waktu saya pakai APD lengkap kayak gitu, lalu kita duduk di sini, ada ibu-ibu yang jalan begitu lihat kita duduk di sini, dia ambil sudut sebelah sana untuk jalan, mungkin kaya gitulah orang Farisi dan Imam itu ya. Tetapi si Samaria beda, Samaria itu datang pada dia, diambilnya, dibawa ke hotel, dirawat luka-lukanya, dibersihkan, dikasih makan, dikasih obat ketika dia tidak ada waktu lagi untuk melayani dia bayar pemilik hotel untuk merawat menggantikan diri dia untuk merawat.

Lalu Yesus tanya siapa sesamamu manusia kepada orang Farisi itu. Si Samaria atau orang Imam dan orang Farisi? Si Farisi ini ngomong ya pasti orang Samaria itu. Yesus bilang benar. Maksudnya adalah begini Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita punya kerangka terhadap seseorang atau pelayanan tertentu atau suatu pekerjaan yang sedang Tuhan kerjakan tertentu di dalam gereja-Nya dalam dunia ini, saya yakin kita nggak akan terlibat di dalam pelayanan itu. Kita tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk menjangkau orang itu. Kita harus singkirkan itu. Maka Tuhan akan pakai kita di dalam sebuah pelayanan.

Jadi, kenapa saya bicara seperti ini? Saya lihat bagian ini ada kaitannya dengan gereja kita. Nanti kita akan lihat Pak Tong bicara juga ya. Kemarin saya bicara kepada Pak Tong, “Pak Tong, kita usia 25 tahun. Kalau perkawinan itu kan perkawinan perak ya. Lumayan kan dirayain lah. Boleh nggak, Pak Tong kasih sepatah dua patah kata buat gereja Jogja?” Akhirnya Pak Tong bersedia. Dia bicara soal itu. Tetapi saya mau bilang, kita sudah bergereja 25 tahun juga. Kita sudah kerjakan apa selama 25 tahun ini? Pak Tong ada bilang 25 tahun itu anak siap kawin loh. Pemuda yang sudah siap kawin dan sudah bisa punya anak. Kita bagaimana? Apakah selama ini kita masih terus ingin dilayani? Apakah selama ini kita selalu ingin menjadi center, fokus di dalam sebuah pelayanan? Apakah selama ini kita selalu sensitif dikit-dikit susah menerima suatu keadaan tertentu? Atau kita bisa belajar untuk mengatasi itu semua dan mau rela bersedia dipakai oleh Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih penting dari kepentingan pribadi kita?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selama kita fokus pada diri, gereja nggak akan terlalu diberkati oleh Tuhan dan sulit dipakai oleh Tuhan. Karena itu saya mau ajak mari kita sama-sama ya sekali lagi berdasarkan firman ini, Bapak, Ibu, Saudara mau nggak berbagian di dalam pekerjaan Tuhan? Mau nggak Tuhan pakai hidupmu? Bukan hanya gereja secara organisasi, tetapi setiap pribadimu, sebagai orang Kristen bersedia nggak dipakai oleh Tuhan? Pada waktu Tuhan ngomong ya, “Saya mau pakai,” misalnya, “Henry kamu bersedia nggak?” Berkata, “Ya, Tuhan.” Seperti Yesaya yang berkata, “Ya, Tuhan di sini aku. Apa yang Kau ingin aku lakukan?” Atau kita masih tawar-menawar, “Tuhan, masa muda. Saya masih mau seneng-seneng dulu.” “Tuhan, saya masih ada hal-hal yang saya mau kerjakan. Nanti ya, Tuhan.” Ngomongnya sih saya berdoa, “Tuhan, apa yang mau saya kerjakan?” Tapi begitu Tuhan ngomong, “Sekarang Aku mau pakai kamu,” kita mulai beralih atau kita ngomong, “Ya, Tuhan saya siap.”? Engkau mau saat ini lakukan apa? Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Kiranya Tuhan boleh tolong pelayanan di GRII Yogya ini, Tuhan boleh sertai dan kita boleh terus diberkati dan menjadi berkat dan saksi bagi Kristus. Mari kita berdoa.

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)