Ef. 6:10-13
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara mengenai perlengkapan senjata rohani, saya pikir, saya harus terus mengingatkan kepada Bapak, Ibu bahwa ini adalah bagian dari praktika kehidupan orang Kristen atau etika kehidupan orang Kristen. Dan pada waktu berbicara mengenai praktika hidup orang Kristen, maka Alkitab selalu senantiasa mendasarkan kehidupan Kristen itu bukan dari aspek etika saja, bagaimana kita harus mengasihi satu dengan yang lain, berbuat baik satu dengan yang lain dalam kehidupan bergereja, tetapi Alkitab mendasari perbuatan kita itu atas dasar kebenaran firman Tuhan. Dan saya percaya ini adalah hal yang penting, yang harus kita mengerti karena pada waktu kita tidak tahu siapa kita, identitas kita dan kita melakukan suatu kebaikan dalam hidup kita, sepertinya itu adalah suatu kebaikan, maka kita bisa berpikir bahwa semua orang bisa melakukan kebaikan yang benar di hadapan Tuhan, saya percaya itu bukan pengajaran Alkitab. Tapi pada waktu kita belajar mengenai kebenaran teologi terlebih dahulu, baru kita kemudian melakukan suatu perbuatan dalam kehidupan kita, kita di situ boleh belajar bahwa orang Kristen yang sudah ditebus oleh Kristus, ia memiliki identitas sebagai anak-anak Allah dalam kehidupan ini, sangat wajar sekali untuk mencerminkan kehidupan mereka sesuai dengan iman mereka dan identitas mereka sebagai orang Kristen. Kebaikan yang kita lakukan bukan satu usaha supaya kita bisa diterima Allah sebagai orang yang benar, orang yang layak untuk diselamatkan, orang yang layak untuk menerima sorga, tetapi kebaikan yang kita lakukan dalam hidup kita, itu adalah hal yang wajar, hal yang memang seharusnya kita lakukan karena kita adalah anak Allah, karena kita adalah orang yang sudah dibenarkan di dalam Kristus dan sudah dikuduskan, dan sudah dipisahkan dari dosa, dan di mana dosa tidak berkuasa lagi atas kehidupan kita.
Karena itu pada waktu kita menjalani kehidupan kita, sangat wajar sekali kalau orang Kristen itu melakukan kebaikan dalam hidup mereka, melakukan cinta kasih dalam kehidupan mereka, memiliki suatu kehidupan yang terhindar atau jauh dari dosa, dan tidak tercemplung lagi masuk ke dalam kehidupan yang berdosa. Karena apa ? Bukan karena saya ingin selamat, tetapi karena saya sudah diselamatkan, karena saya sudah menjadi manusia baru, saya bukan lagi manusia lama yang dikuasai oleh hawa nafsu di dalam kehidupan saya. Ini dikatakan oleh Petrus di dalam 1 Petrus 1:14. Walaupun di dalam Efesus banyak sekali berbicara mengenai hal ini, tapi saya mau tunjukkan bahwa rasul-rasul yang lainpun memiliki prinsip yang sama ketika berbicara mengenai kehidupan yang baru di dalam Tuhan. 1 Petrus 1:14,“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat, dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Jadi, orang yang menjadi percaya, orang yang mengatakan diri mereka adalah anak Allah, adalah orang yang tidak boleh lagi hidup seperti orang dunia yang dikuasai oleh nafsu. Dan Petrus berkata itu adalah kondisi di mana kita hidup di dalam masa kebodohan kita. Dan kita sekarang sudah ditebus dan kita adalah orang yang sudah dibawa untuk mengerti bahwa hidup kita adalah hidup yang seharusnya tidak dikuasai oleh nafsu kedagingan kita. Dan bahkan untuk menyatakan kebenaran ini, Rasul Yohanes berkata setiap orang yang lahir dari benih Illahi, tidak lagi berbuat dosa di dalam kehidupan mereka. Saya percaya ini adalah hal yang benar, walaupun di dalam konsep itu sepertinya kita berpikir, “Oh bagaimana caranya saya tidak berbuat dosa lagi? Saya adalah orang yang masih suka jatuh di dalam dosa.” Persoalannya adalah ketika Bapak Ibu jatuh di dalam dosa itu adalah keinginan kita, kesenangan kita di dalamnya, atau itu adalah sesuatu yang telah kita berjuang dan bertahan tetapi akhirnya kita tetap jatuh di dalam dosa dan kita tidak suka akan hal itu? Saya percaya orang yang lahir dari Roh Kudus adalah orang yang tidak akan senang terus menerus hidup di dalam pertentangan melawan Tuhan, tidak terus menerus melarikan diri dari pada kebenaran firman dalam hidup dia, dan menjadikan kebenaran firman itu adalah suatu kebenaran yang absolut, yang berotoritas atas kehidupan dia.
Kita tidak mempertanyakan ini adalah firman dari mana ya, bisa enggak kita terapkan dalam kehidupan kita, masih relevankah Alkitab yang ditulis lebih dari 2000 tahun yang lalu itu masih relevan kita terapkan di zaman modern dimana kita hidup sekarang, zaman dengan teknologi yang begitu canggih dan perkembangan masyarakat dan pengetahuan yang begitu luar biasa sekali? Seringkali yang terjadi adalah kita mengkompromikan kebenaran firman. Dasarnya adalah bukan karena kebenaran itu tidak bisa diterapkan, karena kita tidak percaya bahwa itu adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan dan kita layak untuk hidup seperti kebenaran itu. Saya kadang-kadang ditanya oleh orang, “Pak, kenapa ya ada orang-orang yang setelah dijelaskan mengenai firman Tuhan mereka tetap tidak percaya? Sulit sekali untuk meyakinkan mereka bahwa Allah yang diajarkan oleh Kitab Suci itu Allah yang benar dan perkataan Dia itu adalah suatu kebenaran.” Mungkin ada yang bisa menjawab kenapa begitu? Satu sisi saya percaya itu adalah karunia Roh Kudus untuk seseorang mengerti Alkitab itu adalah perkataan Tuhan. Dan di sisi lain saya percaya juga bahwa Roh Kudus lah yang memampukan dia untuk hidup di dalam kebenaran dalam kehidupan dia. Tetapi kenapa seseorang ketika belajar firman terus menerus mempertanyakan kebenaran firman Tuhan dalam hidup dia? Meragukan? Merasa ada bagian yang saya merasa bisa lakukan dan ada bagian yang tidak bisa saya lakukan? Ada bagian yang baik, ada bagian yang tidak baik untuk diterapkan? Kira-kira kenapa? Saya pikir awalnya adalah karena Bapak Ibu tidak percaya sepenuhnya bahwa Alkitab itu kebenaran yang dari Tuhan; kedua adalah Bapak Ibu jarang sekali belajar untuk menaati firman Tuhan. Sehingga ketika kita menghadapi suatu situasi kita ragu ini firman benar atau enggak ya, saya bisa terapkan atau enggak di dalam kehidupan saya?
Yesus pernah berkata orang yang mendengar firman dan melakukan firman itu seperti orang yang membangun rumah di atas batu karang, dan ketika badai menerpa rumah itu tidak akan hancur. Tetapi orang yang mendengar firman Tuhan tapi tidak melakukannya dia seperti orang yang membangun rumah di atas pasir, ketika badai menerpa rumah itu akan hancur. Dan saya juga percaya ketika Bapak Ibu belajar untuk menaati firman Tuhan di dalam kehidupanmu, satu persatu firman yang kita pelajari kita belajar taat, taat, dan taat firman tersebut, saya yakin itu akan membawa satu confident di dalam diri kita bahwa apa yang mau diajarkan oleh firman Tuhan itu adalah kebenaran dan kita bisa terapkan di dalam hidup kita. Dan pada waktu ada pencobaan yang besar menimpa kehidupan kita, yang membuat kita bertanya-tanya kira-kira harus bagaimana kehidupan ini, ini adalah firman kalau saya jalankan dampaknya seperti apa? Mungkin tidak kalau saya terapkan dalam kehidupan saya? Saya yakin kita akan belajar untuk mentaati kebenaran firman itu. Karena ada bukti-bukti sebelumnya bahwa perkataan Tuhan itu adalah suatu perkataan yang paling benar, yang ketika saya jalankan itu adalah perkaatan yang benar dan teruji. Jadi istilahnya adalah kalau Bapak Ibu pikir bahwa Bapak Ibu bisa punya iman yang kuat, yang teguh kepada Kristus tanpa melakukan firman Tuhan, itu adalah khayalan, itu omong kosong karena orang tidak mungkin bisa memiliki firman yang kuat dan memiliki kekuatan untuk menjaga kekudusannya kalau dia tidak mulai dari suatu kehidupan yang mentaati firman Tuhan dari hal-hal yang kecil di dalam kehidupan dia. Atau istilah lainnya ini adalah peperangan yang sebenarnya dialami atau harus terus menerus harus dijalani di kehidupan orang Kristen. Saya ambil contoh ya, kebetulan Pak Leo lagi minum, saya ilustrasi dia saja ya, bukan untuk negur dia minum ya. Dia minum kayaknya nikmat sekali, dia minum. Dia minum apa ya Saudara? Air putih. Tahu dari mana air putih? Bening. Bisa nggak itu adalah infused water? Bisa nggak itu adalah air lain yang telah disuling atau telah dilakukan sesuatu kedalamnya? Mungkin bisa. Tapi kita bisa tahu dari mana itu betul-betul air yang enak atau tidak atau itu bisa itu air pahit lho mungkin? Tapi ketika kita melihat misalnya Pak Leo minum itu lalu mukanya seperti nikmat sekali, kita bisalihat dari luar, melihat,“Oh kayaknya air itu enak sekali ya.” Sampai kapan kita tahu air itu betul-betul enak atau tidak? Minum, baru kita tahu.
Jadi pada waktu Saudara ingin menjadi satu kesaksian di dalam dunia bahwa apakah firman Tuhan itu adalah kebenaran, Saudara ndak bisa hanya berdasarkan pengamatan saja. Atau Saudara ingin tahu Alkitab punya pengajaran itu benar atau tidak, Saudara nggak bisa hanya dengar saja, menghafalkan ayat-ayat Alkitab, lalu mempelajari sebagai suatu pengetahuan saja di dalam kehidupan Saudara.Lalu di dalam pengetahuan itu Saudara mulai menganalisa,“Oh firman Tuhan mengajarkan seperti ini, kira-kira ini adalah sebuah kebenaran atau tidak,” saya setuju ini sebuah kebenaran tapi selama Saudara tidak pernah cemplungkan diri masuk kedalamnya, belajar menaatinya, saya yakin seumur hidup Saudara akan ada di dalam keraguan. Saya yakin pasti ada di dalam keraguan bahwa ada bagian firman yang belum tentu bisa diterapkan, bahwa tidak semua perkataan firman Tuhan adalah kebenaran. Ada hal-hal yang kita perlu kompromikan di dalam kehidupan kita ketika kita menghadapi dunia yang mayoritas tidak percaya bahwa firman adalah kebenaran. Dan bahkan mungkin kita sendiri akan ragu bahwa kita adalah umat Tuhan yang sudah diselamatkan atau belum. Karena Alkitab berkata, anak Tuhan pasti menaati perintah Tuhan di dalam kehidupan mereka. Jadi perbuatan harus dasarnya ada teologi. Teologi itulah yang menentukan apakah kita adalah orang Kristen yang sesungguhnya, anak Tuhan, melalui perbuatan yang kita lakukan berdasarkan teologi itu atau justru kita adalah bukan orang percaya.
Kemarin di dalam [persekutuan] pemuda saya ada kutip Pendeta Tama ada khotbah mengenai, dia ada bicara mengenai Maroko. Maroko itu adalah suatu daerah yang mungkin kita bisa katakan negara yang Kristen tetapi sebenarnya Kekristenan kalah di Morocco. Kenapa kalah? Karena di situ Kekristenan tetap walaupun menjadi agama tetapi prinsip-prinsip hidup mereka itu bukanlah prinsip hidup Kristen yang dijalankan tetapi prinsip hidup Maroko yang dijalankan. Contohnya apa? Pendeta Tama kemarin berkata yang terjadi di sana adalah sebenarnya adalahsinkretisme antara tradisi Maroko dan pengajaran Kitab Suci. Caranya bagaimana? Ketika misalnya dia melihat bahwa ada suatu peristiwa alam yang tidak pernah ada sebelumnya di dalam sejarah Maroko tetapi mereka temukan firman Tuhan di dalam Alkitab. Mereka kemudian mengadopsinya untuk diterapkan di dalam kehidupan orang-orang Maroko tetapi dengan suatu keadaan yang kemudian diubah atau disesuaikan dengan kondisi Maroko tersebut. Contohnya, pada waktu mereka mengalami misalnya ada hama belalang yang besar sekali, yang dasyat sekali, mereka lihat di dalam sejarah ndak ada hama belalang yang dialami oleh orang-orang Maroko, mereka ndak tau ini apa sebabnya. Lalu ketika mereka masuk ke dalam Keluaran, di situ ada hama belalang. Lalu ada ayat bicara kalau Tuhan mengutuk, Tuhan akan menghukum mereka dengan hama penyakit di kehidupan mereka. Lalu mereka ketika membaca itu mereka sadar, “Oh ternyata ini adalah hukuman, hukuman bagi kita, mungkin kutukan bagi kita,” lalu apa yang kemudian lakukan? Mereka mengadopsi pemahaman itu adalah hukuman lalu masukkan itu kedalam budaya mereka, tetapi yang memberi hukuman itu adalah bukan Tuhan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, atau Allah Israel, atau Allah yang kita kenal melalui Kristus Yesus, tetapi yang mengakibatannya adalah dewa-dewa Maroko. Jalani prinsip Kristen selama prinsip itu menguntungkan, kalau tidak, mereka buang. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita menjalani kehidupan kita yang kita katakan sebagai orang Kristen berdasarkan prinsip apa? Apa yang membuat diri kita layak untuk disebut sebagai orang Kristen? Apakah karena kita datang kebaktian? Apakah karena kita ibadahnya di hari Minggu? Apakah karena kita melayani ataukah hal-hal lain yang mencerminkan kita sebagai orang Kristen barulah kita dikatakan sebagai orang Kristen? Saya percaya itu bukan dasarnya, tetapi dasar yang paling mendasar sekali adalah Saudara harus mengalami transformasi, mulai dari pikiran Saudara, untuk mengadopsi nilai-nilai firman Tuhan sebagai suatu kebenaran dan memiliki itu, dan percayakan itu, dan itu yang membuat Saudara berpikir secara alkitabiah, dan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan alkitabiah, dan menjalankan segala sesuatu berdasarkan prinsip Alkitab dalam hidupmu. Itu yang menjadikan Saudara Kristen.
Kemarin juga saya di [Persekutuan] Pemuda ada bahas, waktu berbicara mengenai disiplin rohani, maka hal apa yang berkaitan dengan disiplin rohani? Yaitu pertama adalah menguasai apa yang menjadi imajinasi Saudara. Itu dikatakan di dalam Kejadian 6:5, pada waktu misalnya, Allah melihat kepada dunia dan Dia melihat dunia penuh dengan kejahatan, hati manusia penuh dengan kejahatan, yang membuat akhirnya Tuhan menghukum manusia dengan air bah. Di dalam terjemahan LAI, ataupun mayoritas bahasa Inggris, biasanya dikatakan “Allah melihat hati manusia yang jahat,” itu yang membuat Allah menghukum manusia. Tetapi di dalam terjemahan yang sebenarnya, yang lebih tepat, bukan hati manusia yang jahat dilihat Allah, tapi ada satu kata Ibrani yang dimasukkan tetapi tidak diterjemahkan di dalam bahasa Inggris, ataupun di dalam bahasa Indonesia, kecuali di dalam King James, itu kata “yêtser” – yêtser itu adalah imajinasi. Saudara bisa komparasi buka di dalam Alkitab, Kej. 6:5 itu. Jadi pada waktu Allah melihat ke dalam dunia, dan Dia melihat segala imajinasi, hati manusia jahat, Allah menghukum manusia dengan air bah.Jadi Saudara, pada waktu engkau berdiri di hadapan Tuhan, jangan pikir Tuhan hanya melihat apa yang kau lakukan saja, yang baik atau jahat, seperti manusia melihat perbuatan kita itu baik atau jahat.Dan pada waktu kita melakukan sesuatu yang baik, maka kita berpikir bahwa Tuhan melihat secara sama, bahwa kita adalah baik? Tidak. Tapi Tuhan melihat mulai dari apa yang kita pikirkan, di dalam pikiran kita, di dalam imajinasi kita, itu menentukan Saudara adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.
Jadi teologi, saya percaya, itu memiliki suatu pengaruh yang besar dalam kehidupan kita, karena teologi akan menuntun cara pikir kita, dan apa yang layak untuk kita pikirkan, apa yang berdosa, apa yang tidak berkenan di hadapan Allah, apa yang mendukakan Allah, dan apa yang membawa kemuliaan bagi Tuhan Allah. Dan kalau Saudara memikirkan hal-hal yang berdosa, saya yakin Saudara akan lakukan dosa. Kalau Saudara pikirkan hal-hal yang berkata, “Tidak semua firman Tuhan ini perlu kita lakukan, kita nggak perlu fanatik jadi orang Kristen,” atau istilahnya adalah kita tidak perlu menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh mengusahakan hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, saya yakin hidupmu juga seperti itu. Tapi kalau Saudara betul-betul berpikir, “Ini adalah firman, saya harus junjung tinggi, saya harus taati, saya hormati, saya harus lakukan semua kebenaran firman,” dan itu yang Saudara pikirkan terus menerus, dan Saudara meneliti firman, saya yakin Saudara akan hidup sesuai dengan apa yang Saudara pikirkan.Itu menjadikan kita Kristen.Jadi, pemahaman kita akan kebenaran itu menentukan bagaimana kita hidup dalam dunia ini. Tapi juga ada satu lagi. Pemahaman yang benar itu, menentukan kita, atau memberi kekuatan bagi kita di dalam kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini, atau di dalam kehidupan pengudusan kita, dan kehidupan di dalam peperangan rohani kita.
Saya banyak sekali bertemu dengan orang-orang yang berkata kepada saya, saya percaya mereka berbicara ini dengan suatu ketulusan hati yang besar, ingin mentaati Tuhan di dalam hidup mereka tetapi mereka gagal, mereka frustasi, mereka kemudian bingung harus seperti apa, karena mereka tetap jatuh di dalam dosa, dan jatuh di dalam dosa dalam kehidupan mereka. Lalu mereka tanya, “Pak, saya harus bagaimana lagi? Saya sudah berusaha, tetapi tetap jatuh dalam dosa, sampai hati nurani saya menjadi dingin, seperti itu, terhadap perbuatan dosa yang saya lakukan.”Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mungkin sebagian dari kita juga bergumul akan hal itu dalam hidup kita, tapi nanti di dalam bagian ini saya akan kasih satu dasar bagi Bapak Ibu, bagaimana kita bisa hidup menang di dalam pencobaan, di dalam kehidupan pengudusan dalam hidup kita. Tapi sebelumnya saya mau ingin kasih tahu, pada waktu kita mengalami itu, mungkin ada satu masalah, kita berpikir bahwa yang berperang itu adalah diri kita. Kita, dengan kekuatan kita, sendiri berusaha menghadapi dan melawan pencobaan. Kita, dengan kekuatan sendiri, berusaha untuk untuk melawan kuasa jahat yang bekerja di dalam dunia ini,Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bakal menang nggak? Saya yakin, kita enggak akan bakal menang, pasti kalah, enggak mungkin menang. Karena apa?Di dalam ayat yang ke-12, dikatakan, “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia, yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”Jadi siapa yang kita lawan? Ada orang Kristen yang berkata, “Kita lawan roh-roh jahat. Karena itu kita harus mengumumkan peperangan melawan mereka, dan bahkan kita harus menyerang mereka terlebih dahulu, untuk mengalahkan mereka.” Saya percaya itu bukan yang dimaksud oleh Paulus di bagian ini, tapi Paulus mau ngomong, “Kita dengan keadaan kita, diri kita, kekuatan kita sendiri, nggak mungkin bisa melawan kejahatan di dalam kehidupan kita, atau dosa di dalam kehidupan kita, atau orang-orang yang menentang kehidupan Kristiani dalam hidup kita,” karena apa? “Di belakangnya, ada satu kuasa yang jauh lebih besar, yang jauh lebih cerdik, yang jauh lebih pintar, yang jauh lebih berbahaya, yang jauh lebih mampu daripada diri kita atau lebih kuat daripada diri kita, yang menyerang diri kita.” Mungkin nggak kita bisa menang? Jawabannya pasti tidak mungkin!
Atau saya ilustrasikan, mungkin, kalau Saudara ditunjuk menjadi seorang penjaga, penjaga suatu negara Saudara, Saudara ditempatkan di sebuah tower, lalu Saudara bayangin hidup di dalam masa kehidupan raja-raja. Saudara ada di dalam benteng, dan benteng itu ada menara-menara jaganya di situ, lalu Saudara salah satu prajurit yang berdiri di situ. Atau Saudara ada di perbatasan, lalu di situ Saudara disuruh mengawasi pergerakan musuh seperti apa. Lalu ketika Saudara mengawasi pergerakan musuh, Saudara lihat, oh ternyata ada musuh yang datang. Jumlahnya jutaan, atau ratusan ribu musuh datang ingin menyerang kota Saudara, negara Saudara. Saudara lakukan apa? Saudara langsung pakai pakaian perang, turun, berdiri di tengah menghadang musuh itu? Saya pikir itu cari mati. Yang bijaksana, yang benar adalah Saudara lari kembali ke dalam kota, atau Saudara mengeluarkan sebuah sinyal, atau memberi tahu bahwa ada musuh datang dan akan menyerang. Lalu dari dalam kota pemimpin peperangan itu atau raja yang Saudara miliki itu kemudian mengumpulkan semua persenjataan, semua tentara, dan segala kekuatan militernya untuk maju berperang di depan. Tetapi yang sering kali terjadi adalah, orang Kristen ketika mengalami pencobaan dalam hidup dia atau pergumulan atau serangan dari pada iblis dalam kehidupan dia, dia pikir dia bisa hadapi dengan kekuatan dia sendiri, dia maju berjuang sendiri. Doa sih doa, tapi dia pikir dia bisa melawan itu sendiri, karena doanya mungkin juga tidak terlalu diyakini sebagai suatu kebenaran, sehingga yang terjadi adalah kekalahan demi kekalahan.
Saya percaya pada waktu kita melihat pada teologi mengenai siapa diri kita, maka Alkitab berkata, kita bukan orang Kristen yang Tuhan tebus lalu tempatkan dalam dunia dengan kekuatan kita sendiri untuk melawan dunia ini, tetapi kita adalah orang Kristen yang Tuhan telah tebus, tetapi Tuhan juga perlengkapi kita dengan kuasa untuk berperang melawan musuh-musuh yang ada di dalam dunia ini. Saudara boleh lihat itu di dalam misalnya di dalam doa yang Paulus naikkan di dalam Efesus 1:18. “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.” Kita ketika ada di dalam Kristus, kita dalam kondisi yang bagaimana? Miskin atau kaya? Kaya dengan segala kekayaan kemuliaan bagian yang ditentukan bagi orang-orang kudus. Ini bukan bicara masalah fisik ya atau materi. “Dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Ini bicara mengenai? Saudara, di dalam kita ada kuasa tidak? Ada kan? Doa Paulus ini bukan doa meminta kita diberi kuasa. Saya baca dari ayat 18, doa ini bicara mengenai supaya mata hati kita menjadi terang untuk mengerti pengharapan apa yang terkandung di dalam panggilan Kristus terhadap diri kita. Berarti pada waktu Paulus berdoa, dia berdoa supaya kita diberi kuasa, diberi kekayaan rohani dalam kehidupan kita, atau kita melihat kekayaan rohani yang sudah ada di dalam diri kita yang Tuhan karuniakan bagi diri kita termasuk segala kuasa yang bisa membuat kita hidup di dalam kemenangan? Jawabannya adalah, supaya kita bisa melihat kita sudah diberikan kuasa, segala kuasa yang bisa membuat kita hidup di dalam kemenangan. Jadi itu sudah menjadi milik kita, kita sudah punya kuasa itu.Lalu kuasa ini berapa besar? Paulus berkata, kuasa yang sudah membangkitkan Kristus dari kematian, kuasa yang sudah mendudukkan Kristus di sebelah kanan Allah Bapa itu yang ada di dalam hidup kita, itu yang bekerja di dalam diri kita. Amin Saudara? Amin.
Banyak yang diam ya. Kenapa diam? Mungkin Saudara berpikir kayak gini, kalau memang benar ya kuasa itu bekerja dalam hidup saya, kenapa saya masih kalah? Kenapa saya masih gagal di dalam peperangan saya? Betul nggak kuasa itu ada di dalam kehidupan saya? Jawabannya ada. Saudara harus yakin itu ada. Karena apa? Karena Alkitab mengajarkan itu ada. Tetapi kenapa saya gagal? Kuncinya di dalam Efesus 6 ini. Karena walaupun kuasa itu ada, tetapi ada hal lain yang Tuhan persyaratkan untuk kita lakukan dalam hidup kita yang menjadi tanggung jawab kita, dan kalau kita abaikan bagian itu, Saudara pasti akan gagal. Itu sebabnya ketika Paulus berkata, “Engkau sudah adalah anak Allah, engkau adalah anak Allah yang sudah diberikan segala macam kuasa itu, engkau harus hidup seperti seorang anak Allah yang memiliki segala kuasa itu dan memiliki kekudusan dalam kehidupanmu, engkau harus hidup dalam kesatuan, engkau harus hidup dalam kerendahan hati, engkau harus hidup dalam kasih, harus menjaga mulutmu, harus menjaga perkataanmu, emosimu di dalam berbicara, harus menjaga relasi keluargamu, harus menjaga relasimu dengan anak-anak dan antara engkau dengan karyawanmu atau antara diri engkau yang karyawan dengan bosmu dalam kehidupanmu.” Paulus berkata itu semua akan gagal kalau kita melupakan bagian dari pada ayat 10 dan seterusnya. Karena di antara kehidupan kita, perjuangan kita itu, ada iblis dan setan yang akan menyerang dan berusaha menggagalkan kehidupan rohani kita dan kehidupan kesalehan kita di tengah-tengah dunia ini. Makanya Saudara, banyak orang yang memulai sesuatu dengan baik, nggak pernah bisa mengakhirinya. Dia akan gugur tengah jalan. Banyak orang yang mulai berkata dia adalah yang dahulu kemudian akhirnya menjadi terbelakang di dalam kehidupan rohani dia. Tapi kalau Saudara mengerti prinsip ini, saya yakin Saudara akan terus berjuang dalam kehidupanmu dan Saudara akan menang dan menang dan menang di dalam kehidupan kekudusan yang Saudara jalani.Tapi saya juga mau peringatkan, ini juga menjadi satu ayat yang berkata, kalau Saudara berpikir Saudara adalah orang Kristen yang baik dinilai dari pengetahuan teologi yang Saudara miliki, itu adalah hal yang tidak alkitabiah sama sekali. Maksud saya, bukan berarti kita tidak perlu memiliki pemahaman teologi yang baik, itu harus, tapi kalau Saudara menilai kehidupan Kristen Saudara hanya dari perspektif baik tidak baiknya adalah dengan pengetahuan teologi yang banyak atau tidak dalam hidupmu, saya yakin Saudara bukan orang Kristen yang Alkitabiah dan Saudara pasti akan gagal di dalam peperangan Saudara melawan iblis atau melawan dosa di dalam kehidupanmu. Karena kuncinya ndak seperti itu, karena prinsipnya ndak seperti itu, atau aturan mainnya tidak seperti itu dalam hidup kita.
Nah sekarang kita masuk ya, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita bisa hidup di dalam suatu kebenaran atau perjuangan dalam kehidupan kita, kemenangan di dalam kita berperang melawan musuh kita? Pertama adalah di dalam ayat yang ke-10, “Akhirnya hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan di dalam kekuatan kuasaNya.” Saudara perhatikan ya, pada waktu Paulus berkata kenakanlah perlengkapan rohanimu dalam kehidupanmu, Paulus ndak langsung berkata, “O kamu harus mengenakan senjata, kamu harus memakai pakaian perang dalam hidupmu atau perlengkapan senjata yang ada dalam kehidupan untuk menyerang musuh itu,” tetapi yang Paulus berkata pertama kali harus apa? “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya.” Artinya apa? Artinya hal pertama ketika kita ingin maju berperang, satu hal yang harus kita tahu dengan pasti adalah kita ndak boleh maju dengan kekuatan kita sendiri, kita harus maju dengan kekuatan Tuhan dalam kehidupan kita, dengan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Nah ini dikatakan bahwa kita ada di dalam Tuhan, kita kuat di dalam Tuhan, dan kita kuat di dalam kekuatan kuasaNya. Saudara, maksudnya adalah seperti ini, yang membuat diri kita bisa menang, yang membuat diri kita bisa kuat, itu bukan karena kita hebat tetapi karena kita ada di dalam Kristus, kita satu dengan Kristus, itu yang membuat kita bisa menang di dalam menghadapi pencobaan dan peperangan melawan iblis. Arti lainnya adalah yang membuat Saudara bisa menang itu bukan mengandalkan kekuatan Saudara tetapi mengandalkan kekuatan Tuhan dan kuasa Tuhan di dalam kehidupan. Tadi saya ambil suatu ilustrasi di awal yaitu seperti seorang prajurit yang menjaga tower di perbatasan, ketika melihat musuh datangSaudara jangan pergi ke depan dengan kekuatan sendiri tapi Saudara harus datang cari backing. Backingnya siapa? Kekuatan militer bangsa Saudara dong. Tapi kalau Saudara berperang hidup sebagai orang Kristen dan peperangan kita adalah bukan melawan dunia ini tapi melawan penguasa angkasa, Saudara harus tahu Saudara ndak mungkin bisa menang melawan penguasa yang begitu besar, Saudara harus cari backing. Backingnya siapa? Allah Bapa yang ada di sorga, itu caranya. Artinya adalah kehidupan Kristen yang ada di dalam kemenangan itu pasti selalu merupakan kehidupan Kristen yang, kalau mau saya terapkan aplikasikan lebih spesifik, kehidupan Kristen yang berdoa. Karena pada waktu Saudara berdoa itu adalah satu kehidupan yang menyatakan kalau Saudara adalah orang yang bergantung kepada Allah. Saudara kalau ndak suka berdoa, saya yakin Saudara jalani kehidupan berdasarkan kekuatan sendiri.
Tapi juga saya percaya aspek lainnya adalah Saudara harus kenakan dalam pikiran saudara, “Saya tidak mungkin bisa berjalan dengan kekuatan saya sendiri dan kemampuan saya sendiri. Ada Allah yang menopang hidup saya dan Allah yang menopang hidup saya ini adalah Allah yang memiliki seluruh dunia ini dengan seluruh kuasaNya yang mengatur keadaan dunia ini.” Dia bukan Allah yang mencipta lalu meninggalkan ciptaanNya, berjalan sendiri, begitu saja sampai pada akhirnya, tetapi Dia adalah Allah yang mencipta dan menjaga ciptaanNya atau istilah lainnya adalah menopang ciptaanNya dari awal Dia mencipta sampai pada akhir dunia ini dengan firmanNya. Itu di dalam Ibrani 1:3, “Allah telah mencipta, Dia akan menopang seluruh ciptaanNya sampai pada akhir dengan firmanNya.” Nah Saudara bisa lihat di dalam argumentasi yang Paulus katakan juga di Athena ketika dia menginjili, dia berkata, “Bukankah kita ada di dalam Allah? Kita bergerak di dalam Allah. Kita melakukan segala sesuatu di dalam Allah.” Itu artinya kalau kita tidak ditopang oleh Allah dalam hidup kita, kita ndak mungkin bisa tetap exist di dalam dunia ini apalagi menang di dalam peperangan rohani kita. Ini adalah Allah yang menjadi bukan hanya Pencipta diri kita dan Pencipta dunia tetapi Dia adalah Allah yang adalah Bapa kita yang ada di sorga. Saudara, gunakan itu. Tuhan sudah buka diri Dia untuk Saudara menghampiri Dia, untuk Saudara bergantung kepada Dia, dan untuk Saudara meminta pertolongan Dia di dalam kehidupan peperangan Saudara, dan Allah suka itu.
Saya percaya Saudara bisa lihat hal ini di dalam peristiwa-peristiwa peperangan di dalam Perjanjian Lama, walaupun banyak sekali di dalam Perjanjian Baru yang berbicara mengenai hal ini juga, nanti kita akan lihat sebagian. Lalu di dalam Perjanjian Lama misalnya bagaimana? Ketika Israel dibawa keluar dari Mesir, mereka di dalam perjalanan itu lalu ada satu peristiwa saat itu mereka diserang oleh orang-orang Amalek.Lalu pada waktu Musa sebagai pemimpin melihat Amalek dengan kekuatan militer datang menyerang mereka apa yang Musa lakukan? Dia tidak ngomong kepada orang Israel, “Ayo perlengkapkan diri kalian dengan senjata, kita maju berperang, saya akan memimpin sendiri peperangan itu.” Musa ndak lakukan itu tapi dia ngomong kepada Yosua, “Yosua, cari orang-orang terbaikmu pemuda. Perlengkapi mereka dengan senjata, kalian pergi maju berperang.” Lalu Musa mungkin ditanya oleh Yosua, “Lalu Bapak Musa ngapain?” Musa ngomong apa? Dia ngomong, “Saya kan panglima, saya yang atur strategi di belakang, kalian yang pergi berperang,” gitu? Musa ndak lakukan gitu lho. Tetapi dia naik ke atas gunung bersama Harun dan Hur lalu kemudian dia berdoa dengan mengangkat tongkat Allah. Dan peperangan terjadi yang dipimpin oleh Yosua melawan musuh Amalek tersebut dan Alkitab mencatat ketika lengan Musa menjadi lelah, dia turunkan tongkat itu. Pada waktu tongkat itu turun, maka Israel kalah; waktu tongkat itu diangkat kembali, Israel kuat kembali. Dan ketika Harun melihat hal itu bersama Hur, mereka sadar satu hal, kunci kemenangan itu bukan pada kehebatan Yosua dan Israel tapi kunci kemenangan adalah doa Musa. Karena itu mereka menyangga tongkat itu dengan batu dan tangan Musa mereka pegang supaya tangan itu terus teracung dan hari itu Bangsa Amalek dikalahkan. Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, ini kunci.
Lalu yang kedua adalah ketika mereka berperang masuk ke dalam Tanah Perjanjian, kita bisa melihat begitu banyak hal yang Tuhan didik kepada orang-orang Israel yang menyatakan bahwa peperangan itu bukan kekuatan mereka tetapi itu adalah peperangan antaraTuhan dengan musuhNya. Saudara, Tuhan bukan ingin kita maju sendiri, Dia tahu kita ndak mungkin menang tetapi Dia sudah kasih tahu kepada kita kunci rahasianya yaitu apa? Dia yang berperang bagi kita, bukan kita yang berperang untuk diri kita sendiri, atau kita berperang untuk Tuhan, tapi Dia yang berperang bagi diri kita.Dan itu bisa kita lihat misalnya dari bangsa Israel menuju ke Yerikho, mereka mengitari tembok yang begitu besar tujuh kali dan hari itu hancur semua, kekuatan dari mana? Pada waktu mereka menjadi sombong, mereka berpikir bahwa itu kekuatan mereka, mereka bisa mengalahkan kota yang begitu besar sekali, mereka ngomong sama Yosua, “Yosua, itu Ai kota kecil,enggak usah seluruh Israel pergi ke sana, kita pasti bisa kalahkan kok, dengan beberapa ribu orang saja kita bisa kalahkan karena kita sudah menang melawan Yerikho,” hari itu mereka kalah, kalah total, telak sekali, karena apa? Mereka ngandalin kekuatan mereka sendiri. Saudara kalau kita mengandalkan kekuatan kita saya yakin kita akan kalah, tapi kalau kita mengandalkan Tuhan saya yakin kita akan menang di dalam kehidupan peperangan kita.
Ini banyak,Saudara baca Hakim-hakim dan yang lain-lain Saudara bisa melihat bagaimana Tuhan memimpin di dalam peperangan orang-orang Israel.Termasuk Daud sendiri dalam Mazmur berkata yang memberi kemenangan bagi dia itu bukan diri dia dan kehebatan dia tapi Tuhan yang memberikan kemenangan itu. Di dalam Surat Timotius, Paulus berbicara kepada Timotius yang adalah seorang muda rekan sepelayanan Paulus dan adalah anak rohani Paulus, ketika dia melayani tidak gampang karena dia masih muda, dia harus menghadapi senior-senior yang punya kuasa, pengaruh yang besar tetapi tidak alkitabiah. Mereka adalah orang-orang yang menyimpangkan firman dan akhirnya itu membuat Timotius malu, malu dalam melayani Tuhan atau menjadi takut untuk melayani Tuhan, dan disitu Paulus memberikan suatu penghiburan kepada Timotius dan kekuatan bagi dirinya untuk terus melayani dengan benar dan setia kepada di dalam pelayanan itu dan ndak perlu takut sebagai orang yang muda, kenapa? Saudara boleh buka 2 Timotius 1:6-7, “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Kuasa itu sudah ada? Sudah. Persoalannya adalah kita sering sekali takut untuk melihat kekuatan yang besar, kita lupa ada kekuatan yang lebih besar yang ada di dalam hidup kita yang sudah Tuhan karuniakan bagi diri kita, dan Tuhan ingin kita kobarkan itu.Sadari Saudara, saya percaya peperangan pertama kali Saudara harus pergi, yang Saudara harus tahu adalah memperhitungkan kekuatan Saudara menghadapi musuh kan?Kalau Saudara pergi dalam peperangan Saudara ndak pernah tahu kekuatan Saudara seberapa besar saya yakin Saudara sudah kalah terlebih dahulu sebelum Saudara pergi dalam peperangan, tetapi kalau Saudara tahu bahwa kekuatan itu adalah cukup untuk menghadapi dan bukan hanya cukup tetapi Saudara bisa mengalahkan secara telak musuhmu, maka Saudara pasti dengan confidence pergi di dalam peperangan menghadapi musuh tersebut.Dan Tuhan berkata yang punya kekuatan itu bukan kita tetapi Allah, yang seberapa besar sih kekuatan-Nya? Sangat-sangat besar, yang tidak terukur sama sekali, Alkitab Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru berbicara mengenai hal ini.
Misalnya di dalam Perjanjian Lama, ketika Ayub ada di dalam pencobaan iblis,Alkitab berkata iblis bisa menyentuh tubuh Ayub itu karena Tuhan izinkan, tetapi iblis tidak akan pernah bisa menyentuh tubuh Ayub sampai mematikan dia karena Tuhan tidak izinkan.Hanya dengan apa, kalimat, “Sayangkan nyawanya,” iblis tidak bisa cabut nyawa Ayub, itu Tuhan kita.Dan iblis bekerja di dalam pagar yang Tuhan berikan, batasi di dalam apa yang dilakukan oleh iblis, dia enggak pernah bisa keluar dari pagar itu, itu kuasa Tuhan kita.Lalu kalau Saudara bisa lihat di dalam Wahyu pasal yang kedua dan seterusnya mengenai surat yang Tuhan berikan kepada tujuh jemaat, ada satu surat yang Tuhan berikan kepada jemaat Filadelfia.Ini adalah satu dari dua jemaat yang tidak pernah dikecam oleh Tuhan tapi mereka adalah jemaat yang baik, jemaat yang dipuji oleh Tuhan dan Tuhan katakan bahwa pintu selalu terbuka bagi diri mereka.Kita buka ya, jemaat Filadelfia di dalam pasal yang ketiga, ayat yang ketujuh dan seterusnya,“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku. Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau,” dan seterusnya.Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat jemaat Filadelfia, punya kekuatan besar enggak? Enggak ya.Menang enggak melawan musuhnya?Menang ya. Kekuatan yang kecil bisa menang melawan musuh yang kuat, artinya apa? Hebat ya umat Filadelfia?Bukan jemaat Filadelfia nya yang kuat, tapi Tuhan nya yang kuat melawan musuh bagi Filadelfia.Tetapi pada waktu Tuhan melawan musuh jemaatFiladelfia, Dia perlu menggunakan kekuatan yang besar tidak? jawabannya tidak, dengan kekuatan yang kecil saja, yang dimunculkan atau dinyatakan, jemaat Filadelfia bisa mengalahkan musuh, itu Tuhan kita.
Jadi kalauSaudara melihat, peperangan antara kuasa Tuhan melawan iblis jangan lihat seperti perangnya dewa yang di film apa itu, dewa-dewa di Mesir itu, dewa Zeus ya, yang melawan kegelapan kekuatan yang sempat dia kalah didalam melawan kejahatan, dia harus menggunakan seluruh kekuatan tenaganya dan kuasanya untuk melawan itu, itu bukan Allah kita.Dunia mungkin berpikir kebaikan dan kejahatan itu adalah kekuatan yang seimbang, kadang-kadang menang, kadang-kadang kalah masing-masing, tapi di dalam Alkitab selalu berkata kekuatan Tuhan itu selalu menang dan enggak pernah kalah.Walaupun kelihatannya kalah, tetap saja di dalam kemenangan dan di dalam kendali Tuhan. Amin? Amin. Dan itu adalah sesuatu yang menyatakan ketika Israel dibuang oleh Tuhan ke Babel, ke Asyur, bagi orang-orang dunia mereka berkata bahwa ini dewa atau Allah dari orang Israel itu kalah di dalam peperangan. Tetapi Tuhan berkata melalui nabinya,“Engkau dibuang bukan karena engkau kalah atau Tuhanmu kalah di dalam peperangan, tetapi karena engkau berdosa dan Tuhan menyerahkan engkau kepada bangsa asing yang bahasanya tidak engkau kenal supaya engkau dihukum disana.” Saudara, itu Tuhan kita. Dan itu terbukti misalnya ketika bangsa Israel kalah di dalam peperangan dalam melawan bangsa Filistin, sempat tabut perjanjian itu dibawa lalu ditaruh di dalam kuil Dagon. Tandanya adalah dewa mereka lebih besar daripada dewa Israel. Tetapi Alkitab berkata esok harinya patung Dagon yang jatuh, sampai akhirnya kepalanya patah, akhirnya mereka kena kutukan dan tulah. Akhirnya mereka harus berkata,“Ini jangan-jangan karena tabut perjanjian. Kita uji benar enggak dengan cara kasih lembu yang menyusui, taruh di belakangnya gerobak yang berisi tabut perjanjian untuk melihat bahwa apakah lembu ini pergi menuju kepada Israel tanpa menyimpang kiri dan kanan atau berputar-putar.” Itu orang cerdik juga ya, karena lembu yang menyusui pasti mencari anaknya, dia akan terpancing untuk tidak pergi jauh-jauh dari anaknya. Tetapi hari itu mereka melihat lembu itu tidak pernah mutar balik, dia jalan lurus terus sampai ke Israel bawa tabut perjanjian. Itu menandakan bahwa itu adalah perbuatan Allah Israel.
Jadi ketika Saudara kalah, mungkin gereja dianiaya, gereja ditutup, dan segala sesuatu, bukan menandakan Allah kita kalah kuasa lho. Mungkin ada rencana Tuhan dibalik itu yang ingin mendidik iman kita. Jadi Saudara, ini adalah Allah kita. Kalau engkau ingin menang tinggallah di dalam Kristus, tinggallah didalam Tuhan, jangan gunakan kekuatan sendiri untuk melawan, Saudara pasti kalah. Termasuk di dalamnya ketika Saudara menghadapi pencobaan, ini dikatakan di dalam 1 Korintus 10:12,“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh.” Orang yang berpikir dia hebat, dia kuat, kemungkinan besar dia jatuh. Artinya adalah kita tidak boleh terlalu confidence terhadap diri kita, kekuatan kita. Lalu ayat 13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.” Amin? Amin. Amin enggak? Benar amin? Karena realitanya saya sering sekali didatangi orang dan ditanyai,“Pak, itu ayat kok enggak relevan sama saya ya? Saya merasa pencobaan yang saya alami jauh lebih berat, saya enggak kuat Pak menghadapi pencobaan itu dalam hidup saya.” Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pingin tahu waktu Bapak Ibu datang kepada Tuhan minta pertolongan dari pencobaan itu, pikiran Bapak Ibu itu apa ya kira-kira? Tuhan menolongnya bagaimana?Bagaimana Tuhan menolong? Tidak ada pencobaan lagi? Saya lepas dari kesulitan? Lepas dari pencobaan? Coba baca baik-baik ya,“Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,” jalan keluarnya apa? “Sehingga kamu dapat menanggungnya,” bukan tidak ada lagi pencobaan, tidak ada lagi kesulitan, tetapi kita kuat menanggungnya. Itu jawaban Tuhan, kita salah baca sering kali mungkin. Lalu pertanyaannya apa yang membuat kita kuat menanggungnya? Yang membuat kekuatan itu apa? Ada di ayat yang ke-13 itu, bagian yang kedua, ”Sebab Allah..” apa? “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.” Saudara harus apa ketika mengalami pencobaan? Saudara harus bagaimana? Harus percaya kalau Allah itu setia, Dia tidak akan membiarkan Saudara dicobai melampaui kekuatanmu. Percaya.
Jadi pencobaan yang Tuhan izinkan menimpa kita itu harusnya membawa mata kita lebih melihat kepada Kristus dan percaya kalau Dia izinkan itu pasti baik dan saya pasti kuat. Karena apa? Dia adalah Allah yang tidak pernah menyangkai janji-Nya sendiri bagi diri kita. Saudara percaya enggak Allah kita seperti itu? Saya pikir adalah lebih baik kalau kita kuat di dalam menghadapi pencobaan daripada Saudara hadapi pencobaan, doa, lepas, hadapi pencobaan, doa, lepas. Karena apa? Karena kehidupan Saudara yang mencerminkan karakter Kristus dan iman kepada Kristus itu jauh lebih akan dinyatakan kalau Saudara tidak cepat keluar dari kesulitan tapi Saudara belajar bertekun di dalam menghadapi pencobaan di dalam hidupmu itu. Dan itu akan menjadikan kita lebih dewasa, lebih percaya kepada Tuhan, dan lebih memiliki kekuatan untuk berjuang melawan musuh kita. Karena yang kita gunakan, andalkan adalah pengenalan kita akan Kristus, Allah, dan Tuhan ingin kita bertumbuh di dalamnya. Jadi kalau Saudara ingin menang melawan iblis, melawan pencobaan, hal pertama adalah jangan gunakan kekuatan sendiri, kembalilah kepada Allah, percayalah kepada Dia, andalkanlah kekuatan-Nya. Artinya adalah mintalah pertolongan Dia, percayalah bahwa Dia adalah Allah yang sanggup menolong kita dengan semua kuasa-Nya dan seluruh dunia ada di dalam kendali-Nya, dan peganglah itu, yakinkan diri Saudara kalau Allah memang sanggup lakukan itu.Dan Saudara sudah meminta pertolongan kepada Dia berarti Dia pasti akan bekerja untuk menolong Saudara di dalam menghadapi kesulitan itu, yakinkan itu dan percayalah itu, itu yang pertama.
Yang kedua adalah terletak di bagian 13, ayat 13, “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.” Artinya adalah, pada waktu kita menghadapi pencobaan, yang harus menjadi bagian pertama yang kita lakukan adalah datang kepada Allah, minta pertolongan Dia, andalkan Dia, jangan lupakan Dia, percaya Dia sanggup menolong kita; lalu kedua, jalankan tanggung jawab kita, yaitu apa? Kenakan senjata Allah. Atau istilah lain, nanti kita jabarkan satu persatu mengenai hal ini, kita akan bahas, tetapi istilahnya adalah engkau harus berdiri teguh di dalam posisimu, sebagai anak Tuhan, jalankan apa yang menjadi peranmu sebagai anak Tuhan, tanggung jawabmu yang Tuhan inginkan untuk engkau jalankan, soal urusan setan dan kuasa jahat, itu bukan urusanmu, itu urusan Tuhan, yang kau perlu lakukan adalah berpegang teguh dengan apa yang nanti kita akan bahas satu per satu ini, itu yang menjadi tanggung jawab kita. Nanti kita akan lihat, yang membuat kita gagal apa, saya yakin, pertama kita tidak lakukan ada di dalam Tuhan dan di dalam Kristus. Kalau kita tidak lakukan itu, dan kita tidak memiliki kesadaran bahwa kita punya kuasa kebesaran Tuhan yang ada di belakang kita, menolong kita, kita pasti gagal. Tapi yang kedua adalah ketika kita lakukan itu dan kita berdoa minta pertolongan Tuhan, masih gagal kan? Mungkin karena aspek yang kedua ini kita tidak lakukan.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, anak Tuhan itu ada di dalam genggaman pemeliharaan Tuhan. Anak Tuhan, Alkitab bilang, tidak pernah ada di luar genggaman pemeliharaan Tuhan. Saudara bisa baca itu di dalam Roma Pasal 8 dari ayat 1 sampai ayat terakhir, bicara hal yang sama. Dan Saudara akan menemukan, di ayat 1 adalah “di dalam Tuhan tidak ada lagi penghukuman bagi mereka,” di dalam ayat yang terakhir dikatakan bahwa “tidak ada suatu kuasa pun baik yang ada di Surga, di bumi, dan segala yang macam itu yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus di dalam kehidupan kita.” Lalu di tengah-tengahnya Saudara dapat temukan apa? Saudara tidak dapatkan “Oh, itu karena saya percaya, saya pegang Tuhan, saya jaga kekudusan hidup saya,” jawabannya tidak, tapi di tengah-tengah ini selalu bilang Roh Kudus lah yang membuat engkau hidup benar, Roh Kudus lah yang menjaga engkau dari kuasa jahat, Roh Kudus lah yang mengerjakan ini dan itu dalam kehidupan kita. Itu Tuhan kita. Yang membuat kita terpelihara itu adalah Tuhan, kita tidak pernah lepas dari genggaman tangan Tuhan, dan tidak ada satu kuasa pun bisa menutup kita dari diri Dia. Itu yang membuat saya, di dalam pembinaan hamba Tuhan, sering kali berkata, doa pelepasan bagi orang Kristen itu adalah tidak benar. Karena pada waktu seseorang percaya kepada Kristus, Saudara sudah punya Roh Kudus nggak? Sudah kan? Roh Kudus nya di dalam atau di luar? Di dalam. Roh Allah bukan? Allah bukan yang di dalam diri Saudara? Kalau Saudara masih bisa dikuasai oleh iblis, itu berarti Allah kalah di dalam melawan iblis, begitu kan? Sedangkan Alkitab berkata Allah tidak pernah kalah melawan iblis. Jadi orang percaya bisa nggak dikuasai iblis? Jawabannya tidak. Bisa dirasuki tidak? Jawabannya tidak. Tapi kok gagal? Nanti kita lihat. Tapi saya mau kasih tahu, kita sebagai orang percaya nggak usah main-main hal-hal yang kelihatannya supranatural, hebat, kuasa seperti itu, karena itu bukan bagian kita, itu peperangan Allah dengan mereka. Bagian kita adalah berpegang teguh dalam iman kepada Kristus, percaya Dia sanggup menolong kita, dan bagian kita adalah menjalankan, mengenakan senjata Allah dengan sebaik-baiknya. Kalau Saudara berpikir, bahwa Saudara bisa menang melawan setan tanpa berpegang pada senjata Allah itu atau tanpa mengenakan senjata Allah dan Saudara membutuhkan orang untuk menolong Saudara keluar, mungkin awal bisa, tetapi kemudian Saudara akan dikuasai lagi. Karena prinsipnya adalah Saudara tidak ikuti perintah Tuhan dan mungkin itu menandakan Saudara bukan milik Kristus. Karena Tuhan berkata ketika Allah ingin menguasai satu rumah tertentu Dia harus ikat orang kuat yang ada di dalam rumah itu, mengalahkannya; atau ada bagian lain ketika iblis diusir keluar daripada orang itu, maka dia pergi bergentayangan tapi kemudian setelah dia suatu waktu pergi bergentayangan dia ndak ada tempat tinggal, lalu dia kembali pikir di rumah itu dia bisa ada tempat tinggal lagi, lalu ketika dia lihat ternyata kosong, yang terjadi dia bawa iblis yang lebih banyak untuk masuk dan merusak orang tersebut. Jadi artinya kalau Saudara pikir bahwa Saudara tidak perlu mengenal Kristus, Saudara tidak perlu beriman kepada Dia, Saudara tidak perlu menjalankan apa yang menjadi perintah Dia dan tanggung jawab Saudara sebagai orang Kristen, saya yakin Saudara akan gagal, dan gagal, dan gagal terus. Dan akhirnya, mungkin karena Saudara bukan orang percaya. Tapi kalau kita ada di dalam Kristus, saya percaya, prinsip ini akan memberi kekuatan, dan kemenangan bagi kita di dalam melawan pencobaan, dan melawan serangan iblis di dalam kehidupan kita. Saya akan akhiri di sini kita akan sambung dalam pertemuan berikut nya.Mari kita berdoa.
Kami bersyukur Bapa, Engkau boleh memberikan kepada kami Firman yang begitu jelas, firman yang merupakan kebenaran-Mu, Firman yang Engkau telah sediakan, yang perlu kami gali untuk kami mengerti apa yang menjadi prinsip-prinsip kehidupan iman kami sebagai orang percaya, dan kebenaran-kebenaran mengenai Allah, yang Engkau telah bukakan bagi diri kami, bagaimana kami boleh percaya dan bisa layak untuk mempercayakan seluruh hidup kami ke dalam tangan Tuhan, karena memang Engkau layak untuk dipercayai, dan Engkau memang layak untuk di sembah dan digantungkan hidup kami karena Engkau memiliki semua hak itu dan kuasa itu. Tolong kami di dalam menjalani kehidupan Kristen kami, doa kami untuk hidup di dalam suatu kehidupan yang menang di dalam peperangan, dan ketika kami berperang, kami boleh senantiasa melihat, ada Allah yang menyertai, ada kuasa Allah yang menopang kami, itu membuat kami senantiasa bergantung kepada Tuhan dan tidak pergi sendirian di dalam peperangan kami. Tolong kami ya Tuhan, pimpin kehidupan kami, jauhkan kami daripada yang jahat, dan biarlah hidup kami boleh senantiasa menerapkan apa yang menjadi prinsip firman yang telah Engkau sampaikan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]