Suara Pengharapan, 13 Juni 2021

Markus 10:46-52

Vik. Nathanael Marvin, M. Th.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika saya dalam perjalanan untuk pelayanan di rumah sakit dengan kendaraan motor, saya melihat bagian belakang motor di depan saya ada sebuah stiker kecil ada tulisan, di belakang motor orang tersebut, kita sebutnya sparkboard, dan cukup lama saya melihat tulisan tersebut karena cukup kecil dan saya penasaran tulisan apa di sana. Untung saja tidak terlalu lama melihatnya, kalau nggak bisa kecelakaan dan saya juga yang menjadi pasien di rumah sakitnya. Tetapi setelah cukup lama saya melihat oh ternyata tulisannya cukup baik, karena apa? Tulisannya itu unik yaitu berbunyi demikian, “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.” Terbentur tiga kali, terbentuk satu kali. Terus di bawahnya ada tulisan dari siapa? Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Tan Malaka.

Ya ini kutipan yang sangat bagus, “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.” Lalu ketika saya membaca hal tersebut saya teringat satu kitab dalam Amsal 1:20-21 di situ dikatakan, “Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan.” Hikmat ada di jalan ketika kita datang ke Grand Pacific ini, itu ada hikmat. Hikmat nyaring berseru di lapangan-lapangan. Hikmat nyaring berseru-seru di pasar. GRII Yogyakarta, kantor kita, sekretariat kita ada di dekat pasar. Jangan malu gereja kita di dekat pasar karena Alkitab katakan hikmat berseru nyaring di jalan, di lapangan, di pasar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di manapun ada hikmat Tuhan. Hikmat nyaring suaranya, “Ia memperdengarkan suaranya, di atas tembok-tembok,” tembok-tembok jalanan yang ramai, “ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hikmat itu ada di mana-mana di seluruh ciptaan Tuhan, karena apa? Karena seluruh ciptaan Tuhan mencerminkan kemuliaan-Nya. Di dalam kemuliaan Tuhan ada hikmat Tuhan. Bahkan saya dalam perjalanan saja membaca kalimat tersebut unik juga ya. Unik juga. Maksudnya apa, “Terbentur, terbentur, terbentur, lalu terbentuk”? Sebuah kalimat yang sebenarnya umum sekali dalam kehidupan manusia. Sebuah kalimat yang sangat mendarat dalam kehidupan manusia. Kenapa? Karena hidup manusia itu tidak pernah lepas dari benturan dan pembentukan.

Sekali lagi saya ulangi, ini adalah hal yang sangat umum yaitu kehidupan manusia itu tidak pernah lepas dari benturan dan juga pembentukan, pendewasaan. Untuk bisa naik kelas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada benturan. Yaitu apa? Ujian. Ujian kelas, mid semester, ada ujiannya, ada pencobaannya. Tidak ada orang yang dalam kehidupannya tidak ada ujian dan pencobaan, benturan. Saya ibaratkan ujian dan pencobaan itu adalah pembenturan yang membentuk hidup kita. Terlebih lagi kalau kita lihat bahwa di dalam pemeliharaan Allah, Allah sudah memberikan pembentukan dalam kehidupan kita. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya tidak tahu GRII Yogyakarta sudah beribadah di Grand Pacific ini berapa lama dan akan berapa lama saya tidak tahu. Tapi yang saya tahu, yang pasti ini adalah pembentukan dari Tuhan sebelum nanti pindah ke gereja yang baru.

Allah bisa saja membenturkan hidup kita supaya karakter kita terbentuk. Benturannya bisa saja tiga kali, terbentur, terbentur, terbentur, kemudian karakter kita terbentuk, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Allah dapat membentuk kita dengan benturan-benturan hidup yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Benturan yang ada di dalam kehidupan kita ini lebih banyak dari pembentukannya.

Kalau kita coba tafsirkan kalimat Tan Malaka ini, benturannya banyak, pembentukannya satu kali. Bisa saja dalam kehidupan kita itu dibenturnya itu banyak sekali tetapi pembentukannya terjadi. Tapi hati-hati Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita seringkali terbentur lalu kita tidak kuat, akhirnya kita hancur. Berapa banyak orang yang menghadapi ujian dan pencobaan mereka putus asa, sedih, menangis, stress, bunuh diri bahkan? Banyak. Karena mereka tidak tahan benturan. Berapa banyak orang yang di gereja yang kecil mereka tidak bisa bertahan karena sempit, karena tidak enak, akhirnya mereka keluar dari gereja tersebut hanya karena masalah tempat? Padahal ada firman yang benar, ada Roh Kudus, banyak. Maka dari itu kita harus hati-hati, jangan sampai terbentur, terbentur, terbentur, lalu kita hancur. Jangan. Yang kita harapkan adalah terbentur, terbentur, terbentur, lalu kita terbentuk.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bagaimana supaya kita kuat melawan benturan tersebut? Kuat menghadapi segala ujian dan pencobaan tersebut? Jawabannya adalah seperti Bartimeus ini, yaitu apa? Dia berharap. Harapan membuat kita teguh melawan ujian dan pencobaan. Agar kita tetap kuat dan terbentuk di tengah-tengah segala benturan yang ada, kita perlu satu senjata ampuh, yaitu apa? Yaitu pengharapan. Dan pengharapan itu kepada Kristus. Kita berseru dalam pengharapan kepada Kristus. Inilah yang menjadi kekuatan kita.

Kita tahu bahwa pengharapan itu apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Pengharapan adalah sauh yang kuat. Sebuah sauh yang kuat, sebuah jangkar yang kuat yang sudah dilabuhkan, dimasukkan ke dalam air, sudah kokoh, dan itu akan mempertahankan posisi perahu tersebut karena ada jangkar. Harapan itu mempertahankan posisi kita supaya kita menjadi orang yang dibentuk semakin dewasa.

Nah pada hari ini tema renungan kita adalah suara pengharapan. Suara pengharapan akan kita bahas dari Bartimeus ini. Bartimeus mengatakan kepada Yesus, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ini adalah sebuah seruan yang berasal dari pengharapan yang kokoh dan besar di dalam Kristus. Di tengah-tengah segala kesulitannya, di tengah segala benturan hidupnya, dia miskin, dia buta, dia berseru kepada Kristus. Pertanyaannya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari mana Bartimeus tahu, dari mana Bartimeus bisa berseru bahwa Yesus adalah Anak Daud? Bukankah dia miskin? Bukankah dia buta? Bagaimanakah Bartimeus yang adalah pengemis yang buta ini dapat mengenal Yesus Kristus dan mengakuinya sebagai Anak Daud? Kok bisa ya?

Bukankah yang harusnya mengakui Yesus Anak Daud itu adalah orang Farisi, orang terpelajar, orang yang tahu Alkitab, orang yang percaya nubuatan Mesias itu akan datang dan digenapi dalam Yesus Kristus? Kenapa Bartimeus yang miskin, yang buta, yang nggak kerja, yang punya gelar nggak, yang sekolah nggak juga, kenapa ya dia yang bisa berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”? Bukankah yang harusnya berseru Yesus Anak Daud kasihanilah aku adalah orang yang ke gereja tiap Minggu, orang yang ikut sekolah theologi awam, orang yang ikut PA, PD? Kenapa malah Bartimeus yang jarang ke gereja, yang tidak tahu pengetahuan Alkitab, baca pun tidak bisa, punya uang pun tidak bisa, persembahan pun tidak bisa, tapi dia malah dapat iman? Dapat iman dari Roh Kudus, bagaimana dia mengatakan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”?

Di sini kita tahu bahwa ketika dia bisa menyerukan hal ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dia itu sudah mendengar terlebih dahulu siapakah Yesus Kristus. Nah ini sangat penting Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mendengar dengan sungguh-sungguh siapakah Yesus Kristus. Mungkin Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang yang mendengar siapa Yesus di gereja belum tentu seserius mereka yang mendengar siapa Yesus di pinggir gereja. Mungkin saja. Kita yang di dalam gereja belum tentu mengenal Yesus Kristus melebihi mereka yang di luar gereja. Ini buktinya. Bartimeus kenal. Dia dengar dulu siapa Yesus Kristus makanya dia bisa katakan demikian.

Ini adalah pengakuan yang sebenarnya mirip seperti Rasul Petrus mengakui Yesus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Petrus ditanya kan oleh Yesus Kristus, “Menurut kamu siapakah Aku ini?” Petrus jawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Petrus sudah kenal Yesus, sudah dengar Yesus, tapi pengakuan ini dinyatakan secara berbeda. Petrus terang-terangan, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Bartimeus katakan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Sama-sama isinya adalah Yesus adalah Mesias, Yesus adalah penggenapan nubuat dari Perjanjian Lama. Mereka sama-sama mengakui Yesus adalah Mesias.

Di dalam ayat 47 di situ dikatakan bahwa Bartimeus mendengar nama Yesus dari Nazaret. Kemudian dia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Kenapa Bartimeus tahu tentang pengenalan Yesus sebagai Anak Daud ini? Alasan pertama adalah Bartimeus sudah mendengar tentang Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh. Sudah sungguh-sungguh mendengar. Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bedakan mendengar saja, mendengar selewat, dengan mendengar sungguh-sungguh. Kita ibadah pun ada yang menyanyi selewat, ada yang menyanyi sungguh-sungguh. Mendengar khotbah pun ada yang mendengar khotbah selewat, ada yang mendengar khotbah sungguh-sungguh. Bartimeus mendengar tentang Yesus dengan sungguh-sungguh.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, adalah anugerah bila kita bisa mendengar kabar baik. Adalah anugerah ketika kita bisa dengar nama Yesus atau menyerukan nama Yesus di dalam hati kita. John Piper pernah menasehati orang-orang Kristen bahwa, “Cobalah kabarkan Injil setiap hari kepada dirimu sendiri.” Maka sangat penting ketika kita bangun pagi, kita berdoa dan kita tutup dalam nama Yesus. Karena menyebut nama Yesus adalah anugerah. Tidak semua orang di luar sana bisa menyebut nama Yesus kok. Tidak semua orang di luar sana bisa mendengar nama Yesus kok. Kita bisa ngomong nama Yesus, berdoa bersyukur pagi hari di dalam nama Yesus Kristus itu adalah sebuah anugerah. Kita mendengar hati kita sendiri bicara siapakah nama Yesus Kristus itu. Ini sangat penting.

Di luar sana ada orang yang mencari-cari kebenaran tapi tidak ketemu-temu. Ada yang berusaha mencari Injil tapi mereka tidak ketemu atau belum ketemu. Lalu kita yang sudah di dalam gereja, apakah kita berani menyia-nyiakan pemberitaan firman Tuhan itu? Sangat sayang sekali. Di dalam mendengar firman Tuhan itu ada firman Tuhan yang dikumandangkan, ada kekuatan. Di dalam theologi Reformed, mendengarkan firman Tuhan atau firman Tuhan sendiri atau khotbah itu adalah sarana anugerah. Maka di dalam setiap pemberitaan firman Tuhan ada anugerah Tuhan, dan kita juga diminta meresponi, mendengarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Lalu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita melihat diri kita sebagai manusia yang berdosa, kita sudah mendapatkan kesempatan mendengarkan firman Tuhan, tetapi belum tentu orang yang mendengarkan firman Tuhan itu bisa beriman, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, maka apalagi yang tidak ada kesempatan dengarkan firman Tuhan. Ini lho kita yang sudah datang, belum tentu dapat iman, belum tentu dapat berkat dari firman Tuhan, apalagi di luar sana yang belum mendengarkan firman Tuhan. Maka kita harus pertama sungguh-sungguh bersyukur kalau kita bisa dengar firman, dengar nama Yesus. Kalau kita belum sungguh-sungguh mendengarkan, coba mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

Bartimeus yang buta dan mengemis saja bisa mendengar kabar tentang Yesus, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya yakin banyak orang juga yang sudah mendengar kabar tentang Yesus seperti Bartimeus. Kalau Bartimeus yang miskin dan buta saja bisa dengar kabar Yesus lalu dia dapat iman dan berkata, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Saya yakin orang yang berbondong-bondong banyak itu mereka pun jauh lebih banyak mendengar tentang Yesus, tapi dari mereka tidak mengerti Yesus itu Anak Daud.

Kenapa Bartimeus bisa mengerti, orang lain tidak mengerti? Ada alasan yang kedua. Tadi alasan pertama adalah Bartimeus mendengar sungguh-sungguh tentang Yesus Kristus itu siapa, yang kedua adalah Bartimeus setelah mendengar tentang Yesus Kristus, dia belajar percaya, belajar memikirkan bergumul apakah yang dia dengar itu benar atau salah. Dia merenungkan apa yang dia dengar, dia bersungguh-sungguh lagi untuk merenungkan informasi yang sudah dia terima, dia lebih sungguh-sungguh lagi mendengarkan firman Tuhan.

Mari kita baca Roma 10:17, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan berarti orang yang tuli tidak bisa dapat iman ya. Bukan berarti orang yang tuli, yang tidak bisa mendengar firman, yang tidak bisa mendengarkan firman Kristus itu tidak dapat iman. Tapi iman itu timbul dari pendengaran firman Kristus yang dibisikkan oleh siapa? Yang dibisikkan oleh Roh Kudus. Roh Kudus bisa membuat orang itu percaya kepada Kristus, Roh Kudus bisa membuat orang itu beriman kepada Kristus karena Roh Kudus selalu membawa setiap orang itu kepada Kristus.

Roh Kudus berfirman kah? Jarang sekali kita dengar Roh Kudus berfirman. Kita tahu Allah Bapa berfirman, Kristus berfirman, Roh Kudus berfirman kah? Pasti berfirman. Cuma jarang sekali kita lihat di dalam Alkitab Roh Kudus berfirman. Lalu bagaimana Roh Kudus bekerja? Roh Kudus itu membawa kita kepada firman-Nya Kristus. Bagaimana Bartimeus bisa beriman kepada Kristus? Roh Kudus bekerja di dalam hatinya, membuat dia percaya apa yang dikatakan tentang Yesus Kristus, membuat dia percaya tentang firman kata-kata yang diucapkan oleh Yesus Kristus begitu indah.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, telinga kita ini ada berapa bagian? Secara umum telinga kita ini ada 3 bagian, ada bagian luar, ada bagian tengah, ada bagian dalam. Ada luar, tengah, dalam. Ini juga menggambarkan sebenarnya telinga hati kita. Telinga hati kita juga mungkin ada bagiannya ya, ada bagian luarnya, ada bagian tengahnya, ada bagian dalamnya. Kalau kita hanya dengar suara di bagian luar saja nggak masuk ke dalam, tidak akan kedengaran, cuma getar-getar saja. Atau hanya di tengah saja itu suara nggak kedengaran. Harus masuk ke paling dalam telinga baru kita bisa mendengar suara. Demikian juga hati kita, hati kita yang berdosa, yang bebal, yang keras, itu mungkin sulit sekali mendengarkan sesuatu dengan serius, sulit sekali menerima firman Tuhan, harus telinga hati kita itu dihancurkan, diluluhkan oleh Roh Kudus sehingga firman itu masuk ke dalam hati kita dengan efektif.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa melihat bahwa Bartimeus juga memiliki sikap mendengarkan firman dengan sungguh-sungguh dan dengan pertolongan Roh Kudus. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita mendengarkan firman kita perlu sungguh-sungguh usaha kita dan yang kedua adalah minta anugerah Roh Kudus bawa aku untuk mendengar firman Kristus. Jangan mendengar firman pengkhotbah. Pengkhotbah bisa salah, pengkhotbah bisa tidak berkuasa, tapi kita minta kepada Roh Kudus, Roh Kudus tolong melalui khotbah ini saya mendengar firman dari Yesus Kristus. Kita perlu hati yang rendah hati dan hati yang seorang murid untuk bisa menerima firman Tuhan dengan efektif.

Jadi kita bisa melihat Bartimeus mendengar dan dia mendengar dengan hati yang mencari kebenaran. Di sana Roh Kudus juga bekerja, dan di sinilah proklamasi Anak Daud ini muncul dengan luar biasa, Anak Daud. Siapa yang ngomong? Kaum marginal. Mungkin kalau kita bandingkan sekarang Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita kan seringkali menganggap gereja Reformed ini high class ya, dalam theologi maksudnya. Dalam doktrin kita lebih benar kok daripada gereja-gereja lain. Dari pada gereja-gereja lain yang ngaco, yang sesat ya, yang nggak benar, yang nggak tahu Calvin, nggak tahu Luther, nggak tahu Pak Tong misalkan ya, nggak tahu Reformed itu apa, nggak tahu Injili itu apa, kita bisa sombong Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi mereka yang bisa menyebut Yesus, Anak Daud, bukan kita. Ini membuat kita tuh jangan sombong ya. Jangan sombong. Jangan sombong. Kita melihat kisah Bartimeus kok, Bartimeus ini bukan orang agamawi, biasa aja gitu ya, tapi dia bisa mengatakan Yesus, Anak Daud.

Saya katakan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah proklamasi tertinggi milik orang Yahudi yang dikerjakan oleh orang terendah dari masyarakat Yahudi. Harusnya orang Yahudi yang ngomong ini duluan, orang Farisi yang ngomong ini duluan, Imam Kepala, Ahli Taurat yang ngomong ini duluan bahwa Yesus itu adalah Anak Daud, bukan dari Bartimeus. Makanya ini tuh harusnya proklamasi milik kaum Yahudi yang mengerti Taurat, tapi malah Bartimeus. Sayang sekali ya. Ini adalah proklamasi agung dan suci dikumandangkan oleh orang yang hina dan berdosa.

Apa sih artinya Anak Daud, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Anak Daud berarti ini adalah proklamasi Mesias yang begitu agung, Anak Daud berarti Kristus Sang Mesias adalah penggenapan nubuat-nubuatan dari keturunan Daud. Jadi kita tahu kan ya di dalam Perjanjian Lama, Mesias itu dinubuatkan lahir dari keturunan Daud. Jadi Yesus betul-betul keturunan Daud dan Dia adalah Mesiasnya, pemimpin orang Yahudi, Mesias yang dijanjikan. Ini sangat unik ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sungguh luar biasa, ironis. Ironis sekali bahwa Bartimeuslah yang memproklamasikannya.

Panggilan Bartimeus yang menyatakan Yesus adalah Mesias di depan publik ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, terjadi setelah pengakuan Petrus. Ini saya bandingkan ya. Kalau memang Petrus mengatakan Yesus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Lalu Yesus katakan, “Kamu tidak boleh kasih tahu ke siapapun.” Tapi waktu Bartimeus katakan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Yesus tidak larang dia. Bahkan berkali-kali Bartimeus menyerukan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” semakin keras bahkan. Kalau pengakuan Petrus Yesus larang jangan kasih tahu ke orang lain, tapi pengakuan Bartimeus justru di banyak orang. Orang lagi berbondong-bondong kok mengikuti Yesus, Yesus tidak larang. Yesus izinkan Bartimeus mengatakan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Padahal kalau kita lihat, intinya sama saja kok, Yesus adalah Mesias. Tapi Yesus tidak marah ya, tidak larang ke Bartimeus, Yesus izinkan proklamasi besar-besaran di banyak orang bahwa Yesus adalah Mesias.

Di sini kita bisa melihat belas kasihan Yesus itu langsung muncul. Kalau Bartimeus katakan, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” dengan sikap Yesus kepada Bartimeus, Yesus sudah menjalankan belas kasih. Dia nggak larang, Dia terima, Dia nggak marah, Dia nggak rasa terganggu terhadap seruan Bartimeus, berarti itu apa? Berarti itu adalah belas kasihan. Kadang-kadang doa kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, langsung dijawab kok, langsung dijawab seperti Bartimeus ini, langsung dijawab. Tuhan dengar seruan ya, Tuhan dengar doa kita semua. Jangan pikir Tuhan tidak dengar doa kita. Tuhan dengar doa kita bahkan bisa saja langsung dikabulkan demikian.

Lalu kita lihat Bapak, Ibu, Saudara sekalian, isi dari seruan pengharapan Bartimeus yaitu apa? Kasihanilah aku, have mercy on me. Sederhananya ini adalah permintaan tolong berbuat baiklah pada aku. Aku ini miskin, aku ini buta, aku ini dihina-hina orang, aku ini harus meminta-minta, mengemis, tolong aku begitu hina, tolong, have mercy on me, berbuat baiklah padaku. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, istilah mercy atau belas kasihan itu sebenarnya adalah tindakan Allah untuk tidak menghukum manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, itu mercy. Harusnya orang berdosa masuk ke neraka, tetapi kalau orang berdosa masih hidup sampai sekarang, bahkan bisa masuk ke sorga, percaya Yesus, itu semua mercy, itu semua adalah kemurahan hati Tuhan. Harusnya berdosa dihukum, tapi hukuman itu ditanggung oleh Tuhan Yesus Kristus, itu berarti mercy.

Kenapa Bartimeus memohon hal ini? Saya pikir saya renungkan, kenapa Bartimeus mengatakan kasihanilah aku, have mercy on me? Sebab pandangan kalangan orang Yahudi menganggap orang yang buta itu adalah orang yang karena apa? Berdosa ya. Pokoknya kejadian buruk terjadi, itu karena dosa. Itu kan orang Yahudi punya pikiran. Kalau kamu kecelakaan, wah ada dosa nih. Kalau rumah tangga kamu buruk ada masalah sakit, wah pasti ada dosa. Ini adalah sebuah hal yang salah ya. Tidak semua karena dosa, bisa saja karena teguran Tuhan, bisa. Bisa saja karena dosa, betul. Tapi tidak selalu karena dosa ketika kejadian buruk terjadi dalam kehidupan kita. Tapi, orang Yahudi selalu mengatakan itu karena perbuatan dosa. Jadi Bartimeus mikir juga ya, wah jangan-jangan saya buta ini karena dosa saya maka tolong, have mercy on me, ampunilah aku atas dosa-dosa aku.

Roma 4:7 mari kita lihat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya.” Nah ini bersyukur ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah sebuah kebahagiaan kalau kita memang sudah diampuni dosa-dosanya. Maka Bartimeus pun di dalam hatinya dia sadar juga bahwa dia berdosa, dia membutuhkan kelegaan, kebahagiaan dari Tuhan, yaitu apa? Mercy on me, tolonglah ampuni saya yang berdosa ini.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, jangan pikir kalau kita sudah jatuh ke dalam dosa, berdosa terus, berdosa terus dengan tidak minta ampun, kita hatinya tenang. Atau kita berdosa terus saja udahlah, nggak usah minta ampun. Justru kalau minta ampun, kita bakalan nggak tenang. Salah itu. Kalau kita jatuh ke dalam dosa, segera minta ampun, karena apa? Pengampunan Tuhan membawa dua hal, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Saya ulangi ya, pengampunan dari Tuhan membawa dua hal. Pertama kebahagiaan, sukacita. Yang kedua di dalam Kitab Mazmur dikatakan, ketakutan akan Tuhan, takut akan Tuhan. Bukan scare tapi fear of The Lord. Hormat kepada Tuhan. Ketika kita minta pengampunan-Nya, pertama dapat sukacita, yang kedua, dapat apa? Hati yang takut akan Tuhan. Ini adalah efek dari pengampunan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian.

Maka kita bisa melihat bahwa mercy adalah hal yang perlu kita minta setiap hari karena apa? Karena kita juga berdosa setiap hari Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ada yang bisa mengatakan, “Saya hari ini, saya tidak melakukan dosa.” Saya ragu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya ragu kita bisa mengatakan demikian ya. Atau ini juga kebahayaan ya, “Saya rasa saya tidak berdosa, hari ini bagus semua. Hari minggu beribadah, nanti ikut Katekisasi, nanti makan siang, kayanya fine fine saja hidup saya.”

Nah itu sebenarnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita pikirkan diri kita saja, lupa memikirkan Tuhan, itupun sudah dosa. Kita tidak kabarkan Injil kalau memang kita ketemu orang, sebenarnya Tuhan ingin kita kabarkan Injil, kita juga sebenarnya sudah berdosa, banyak sekali. Dosa itu tidak serta merta hanya hukum Taurat itu ya, Sepuluh Hukum, tetapi ketika kita miss dari kehendak Tuhan sedikit saja, beberapa derajat saja, itupun sudah berdosa. Ya itu ya, hati-hati.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kisah Bartimeus ini terjadi setelah prediksi kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dinyatakan. Jadi sebenarnya Yesus sudah menyatakan kepada beberapa murid dan juga orang banyak juga yang berbondong-bondong sudah tahu kurang lebih, siapakah Yesus Kristus seharusnya. Ketika dia melihat Yesus mengajar, Yesus melakukan mujizat, Yesus juga sudah kasih tahu pemberitahuan prediksi tentang kematian dan kebangkitan-Nya kepada para murid, harusnya minimal orang sudah tahu lah siapakah Yesus itu dan Yesus itu adalah Mesias. Tetapi ketika kita melihat banyak orang berbondong-bondong itu, ternyata mereka mengalami salah satu dosa ataupun kesulitan dalam kerohaniannya yaitu adalah mereka buta rohani. Mereka punya spiritual blindness ya, meskipun mereka bisa melihat secara jasmani. Tetapi Bartimeus memiliki spiritual clarity, ini kebalikannya ya. Spiritual blindness berarti buta rohani, mereka bisa melihat Yesus tapi tidak percaya Yesus. Bartimeus tidak bisa melihat Yesus secara fisik tetapi percaya Yesus, karena Bartimeus memiliki spiritual clarity.

Nah pertanyaannya orang yang sehat jasmani tetapi rohani mereka buta, lebih baik mana ya, orang yang sehat jasmani tapi rohaninya buta atau orang yang sakit jasmani tapi rohaninya melihat? Kalau dikasih 2 pilihan kita tentu ingin pilihan yang ke-3, “Ayo dong adain pilihan yang ke-3, sehat jasmani, rohaninya juga bisa melihat,” ya, sehat jasmani dan sehat rohani. Tetapi sebenarnya kita harus bisa juga mengatakan bahwa, “OK lah kalau memang dikasi 2 pilihan, saya sakit jasmani pun tidak apa-apa asal rohani saya bisa melihat kepada Kristus,” kayak gitu ya. Tetapi tentu yang kita harapkan adalah sehat jasmani dan rohani.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada satu kisah, satu contoh orang yang memiliki rohani yang sangat jelas meskipun dia buta yaitu adalah Fanny Crosby. Ada yang tau Fanny Crosby ini hidup berapa tahun di dunia? Saya ketika meneliti Fanny Crosby ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, wah, ternyata umurnya sangat panjang. Mungkin ya, mungkin dia adalah salah satu orang yang paling panjang umurnya dan paling lama buta. Kenapa? Karena kita tahu bahwa Fanny Crosby kan sebenarnya lahir matanya bisa melihat, ya kan, cuma karena waktu bayi salah pengobatan sehingga matanya jadi buta. Nah sejak kecil dia buta, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dan ketika kita lihat umur hidupnya, dia itu hidup 94 tahun. Jadi dia buta selama 94 tahun. Bayangkan ya, kita 1 jam mati lampu aja, nggak lihat apa-apa aja malam hari udah gelisah. Ini Fanny Crosby, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Fanny Crosby buta 94 tahun.

Tetapi di dalam kebutaan matanya, di sanalah dia mengalami Allah dan dapat mengatakan, “Jika aku punya pilihan, jika aku punya pilihan, aku akan tetap memilih buta. Karena ketika aku mati, wajah pertama kali yang aku lihat adalah wajah Juruselamatku, Yesus Kristus.” Bukan wajahku sendiri, bukan wajah orang tuaku, bukan wajah nenek atau saudara-saudara yang lain, tetapi wajah Yesus Kristus pertama kali dia lihat. Dia sangat rindu Yesus Kristus, dia sangat memiliki spiritual clarity, kejelasan rohani, yang membuat dia mengatakan bahwa aku lebih baik buta, tetap buta, karena suatu hari nanti pertama kali aku melihat adalah Yesus Kristus. Pengharapannya kepada Kristus mengalahkan pengharapannya untuk bisa melihat, ini Fanny Crosby. Pengharapannya kepada Kristus, kerinduannya kepada Kristus mengalahkan kerinduannya bisa melihat.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita rindu kepada Kristus seberapa dalam dan besar? Sampai mengalahkan keinginan kita untuk berdosa? Ini sulit ya, sulit, karena dosa itu sangat menarik, dosa itu sangat menggoda. Yesus itu bagi kita, bagaimana ya menariknya Yesus itu perlu kita latih. Ingat waktu kita lahir baru, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Betapa kita cinta Yesus, betapa kita rindu Yesus, betapa kita menghargai Yesus Kristus. Tetapi dengan sejalannya pergumulan perjalanan hidup ini, dosa ini, ada tempatnya di mana di hati kita? Kita harus buang jauh-jauh dosa tersebut. Nah itu Fanny Crosby, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, spiritual clarity sebenarnya akan membawa kita kepada pembentukan. Spiritual clarity membawa kita kepada pendewasaan, kepada menghasilkan buah yang lebat untuk Kerajaan Allah.

Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika Bartimeus ditanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Yesus kan tanya demikian ya, Yesus tanya demikian. Sebenarnya pertanyaan ini pun merupakan pertanyaan belas kasihan. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Yesus sudah kasih belas kasihannya dua kali. Pertama, Dia izinkan Bartimeus teriak 2 kali, yang kedua Yesus tanya, “Apa yang ingin agar Aku lakukan bagimu? Apa yang hendak Aku lakukan bagimu?” Yesus tanya demikian. Bukankah itu pertanyaan yang sangat enak ya?

Coba waktu kita doa ya, doa datang kepada Tuhan, Tuhan tanya kita, “Apa yang kamu ingin supaya Aku lakukan bagi kamu?” Wah kira-kira kita jawab apa ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kaya? Yang mahasiswa lagi bergumul sama skripsi, ingin lulus skripsi gitu ya? Yang belum punya pacar, pengen dapat pacar? Yang belum menikah pengen menikah, gitu ya? Yang belum punya kerjaan, ingin dapat kerjaan, gitu? Mungkin kita bisa langsung katakan demikian ya karena Tuhan sendiri yang tanya kok. Ya boleh saja kita mengungkapkan keinginan kita, karena firman Tuhan pun katakan nyatakanlah segala keinginanmu kepada Tuhan, tapi hati-hati ya, jangan memaksakan kehendak kita kepada Tuhan.

Yesus memberi kesempatan kepada Bartimeus untuk menyatakan keinginannya, apakah Yesus sudah tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan Bartimeus? Ya sudah tahu, karena Yesus adalah Tuhan, tapi Yesus tetap tanya. Kenapa? Ini adalah bentuk belas kasihan, ini adalah bentuk bagaimana Yesus memperhatikan dia. Ketika Bartimeus ditanya demikian, Bartimeus bisa mengerti keinginan yang terdalam, dan bisa tahu juga lebih clear bahwa Tuhan itu mengabulkan doanya. Bartimeus miskin dan buta, dan dia meminta apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yaitu supaya dia bisa melihat. Dia nggak minta supaya dia kaya. Bisa nggak dia minta kaya? Kan dia miskin kan, dia pengemis. Bisa aja, “Tuhan, saya ingin kaya,” gitu ya. Bisa saja dia minta demikian, tapi yang dia minta adalah yang mustahil gitu ya, lebih mustahil minta bisa melihat, karena dia buta, daripada dari miskin jadi kaya. Dia minta yang mustahil dari Tuhan, ya, “Tuhan supaya aku bisa meilhat.” Dengan pengabulan permintaan seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini menumbuhkan iman Bartimeus. Kalau dia minta kekayaan, iman dia nggak akan bertambah kok. Tapi kalau dia minta supaya bisa melihat, buta bisa melihat itu nggak bisa ada yang melakukannya. Itu membuat dia semakin percaya kepada Yesus Kristus.

Mari kita lihat bersama-sama, Markus 10:52, kita baca bersama-sama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.”” Setelah melihat dia semakin beriman, dia ikut Yesus. Dia ikut Yesus, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Bartimeus mengikut Yesus Kritsus. Apa yang bisa kita lakukan setelah kita mendengarkan firman hari ini? Marilah kita berharap pada Kristus, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Benturan-benturan itu banyak dalam kehidupan kita, ujian itu ada saja, pencobaan itu ada saja, tapi kita harus lihat naturnya ya. Naturnya ujian itu adalah supaya meningkatkan kerohanian kita, itu dari Tuhan kan. Pdt. Stephen Tong juga pernah bahas kan ya, ujian itu datangnya dari Tuhan, pencobaan itu datangnya dari iblis. Kalau ujian, supaya kita naik level, kalau pencobaan supaya kita turun level. Tapi satu kondisi bisa sekaligus jadi ujian dan pencobaan.

Maka dari itu bagaimana ketika kita di tengah-tengah ujian dan pencobaan ini supaya kita bisa mampu melewatinya, supaya kerohanian kita bisa terbentuk, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yaitu berharaplah pada Kristus, berserah pada Kristus, memandang kepada Kristus. Dan jangan lupa, setelah kita memandang Yesus Kristus, berdoa kepadanya, minta satu hal yaitu have mercy on me, berbelas kasihanlah padaku Tuhan, aku ini nggak mampu. Aku ini bergumul dalam keluarga, aku ini berdosa. Aku ini bergumul di dalam gereja, aku ini berdosa. Aku ini bergumul dalam kuliahku, aku ini berdosa. Aku ini bergumul dalam kesehatanku, aku ini penuh kelemahan dan berdosa. Tetapi aku mau berharap kepada Kristus saja sebab di dalam Kristus aku bisa menanggung segala perkara. Aku hanya meminta belas kasihan Tuhan saja, tidak meminta hal lain, karena yang aku butuhkan adalah belas kasihan Tuhan. Terserah Tuhan mau kasih apa dalam hidupku, tetapi yang aku minta adalah belas kasihan Tuhan.

Mari kita sama-sama terus berharap, Bapak, Ibu, Saudara sekalian kepada Allah di tengah-tengah segala ujian dan pencobaan kehidupan kita, di tengah segala benturan kehidupan kita. Jangan sampai yang keluar dari hati kita itu adalah suara keputusasaan, “Ah udah ah, males mengikut Yesus, males beribadah, banyak kesulitan, banyak kesedihan, sakit hati.” Tetapi biarlah yang keluar dari hati kita adalah suara pengharapan itu, jangan suara keputusasaan. Seseorang mengatakan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Hope is the physician of its misery,” harapan adalah dokter dari setiap kesengsaraan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian lagi sengsara? Lagi ada pergumulan? Milikilah harapan. Dan harapan yang benar adalah di dalam Kristus. Dan mintalah belas kasihan dari Yesus Kristus sendiri. Kiranya kita boleh sungguh-sungguh terus berharap di dalam Kristus, karena Yesus adalah sumber kekuatan kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Yesus sudah membuktikannya di atas kayu salib, itu adalah ujian sekaligus pencobaan yang terberat dalam kehidupan-Nya. Pengkhianatan, penghinaan, kesakitan Dia tanggung di atas kayu salib demi menanggung dosa kita. Kenapa Dia tidak gagal? Karena Dia berharap kepada Allah Bapa. Dia memegang tangan Allah Bapa sebagai kekuatan-Nya. Kiranya kita pun bisa demikian. Mari kita sama-sama berdoa.

Tuhan Bapa kami yang di sorga, terima kasih Tuhan untuk pagi hari ini, kami boleh mendengarkan firman Tuhan. Tuhan, kami sadar bahwa kami adalah manusia yang lemah, yang bodoh, yang tidak berhikmat, dan berdosa, kami sudah jatuh ke dalam dosa. Maka dari itu Tuhan, di dalam setiap hari kehidupan kami, kami membutuhkan hikmat Tuhan. Kami membutuhkan pengharapan dari Kristus saja, supaya kami bisa taat kepada firman Tuhan. Ajar kami Tuhan ketika kami menghadapi setiap ujian dan pencobaan yang setiap hari datang dalam kehidupan kami, kami bisa berharap kepada Kritus, kami bisa datang kepada Kristus, kami bisa terus meminta belas kasihan dari Kristus saja. Tolonglah kami Tuhan yang lemah dan kurang percaya ini. Kiranya Roh Kudus boleh terus menyertai kami dan menguatkan kehidupan kami semua. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)