Yoh 19:38-42
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, ini adalah retreat pendek ya. Saya akan menjelaskan seorang murid Tuhan Yesus, dulu pertama ikut diam-diam, nda banyak kelihatan, nda banyak action tapi kemudian pada saat yang tepat dia boleh menyatakan dirinya. Seorang murid yang sungguh-sungguh dipakai Tuhan. Di dalam gereja kadang-kadang kita melihat ada orang yang aktif, semangat melayani tapi sebetulnya di dalam hatinya belum sungguh-sungguh kepada Tuhan. Ada yang biasa-biasa, aktif tapi belum memiliki hati yang sepenuhnya kepada Tuhan, tapi kelihatan aktif tapi sebenarnya harga yang diberikan kepada Tuhan, prioritas kepada Tuhan itu belum. Dan orang ini bisa jadi semangat pelayanan hanya untuk dilihat orang, hanya untuk dipuji orang, ada seperti itu. Tapi kadang ada orang yang diam-diam tapi dia sungguh-sungguh kepada Tuhan, cinta Tuhan, nda banyak bicara tapi banyak tindakan-tindakan menyatakan cintanya kepada Tuhan. ada orang terlihat sungguh-sungguh tetapi hatinya tidak sungguh-sungguh, ada orang yang terlihat tidak sungguh-sungguh tapi hatinya sungguh-sungguh.
Contoh yang paling sederhana yaitu Marta sama Maria. Marta sungguh-sungguh nggak? Sungguh-sungguh lho, sungguh-sungguh sekali. Dia traktir Yesus sama murid-murid-Nya makan, itu traktir bukan pakai uang gereja lho, iya kan, pakai uangnya sendiri, dia memasak sendiri lalu diberikan untuk Tuhan Yesus Kristus. Ini orang aktif, cuma aktifnya semua itu orientasi kepada diri bukan kepada isi hati Tuhan sehingga Tuhan mengatakan, “Marta, Marta, mengapa engkau susahkan dirimu sendiri?” iya kan. Tetapi apa yang baik telah dilakukan oleh Maria, Maria duduk di kaki Yesus mendengarkan perkataan Tuhan. Maria bukan orang malas, suka duduk, tidak, tapi pada saat yang tepat dia memberikan minyak Narwastu murni seharga 300 dinar. Itu berarti tabungan 10 tahun. 1 dinar itu upah 1 hari, kalau 300 dinar berarti apa? Upah 300 hari. Kalau 300 hari itu berarti tabungan, kalau orang ada penghasilan kan mesti dipakai kan? Jadi tabungan 10% ditabung 10 tahun diserahkan semua kepada Tuhan Yesus Kristus. dan Tuhan Yesus melihat ini bukan show-off tapi memberi dengan hati sehingga Tuhan menerima. Tapi ada seorang yang kelihatannya baik, namanya Yudas, Mr. Yu kan, “Apa ini? Pemborosan ini, banyak uangnya diberikan kepada orang miskin,” tapi sebetulnya si Yudas itu mencuri uang Tuhan. Seperti orang dermawan, orang yang tahu manajemen tapi hatinya tidak tulus kepada Tuhan. Lalu Tuhan mengatakan, “Biarkan perempuan ini melakukan hal ini karena dia mengingat hari penguburanKu.” Di waktu yang tepat, timing yang tepat memberikan, diperkenan sama Tuhan. Saya mengharapkan kita orang Kristen ada pertumbuhan rohani, ada kepekaan sehingga kita dapat melakukan apa yang baik dan berkenan kepada Tuhan. Ini contoh satu soal, nanti ada satu pribadi yang lain yang hari ini kita mau belajar. Siapa dia? Mari kita berdoa.
Bapa di Sorga, kami bersyukur di dalam Alkitab ada banyak contoh-contoh yang baik yang menjadi suatu evaluasi, koreksi dalam hidup kami sekaligus kekuatan pada kami untuk melangkah, untuk hidup lebih menyenangkan Tuhan. Pakailah hambaMu ini untuk menjelaskan firmanMu dengan teliti dan dengan sungguh-sungguh supaya setiap kami tidak ada seorangpun yang akhirnya tidak memahami dan pulang dengan hati yang kosong. Sebaliknya setiap kami dengan pertolonganMu boleh mengerti, hati, pikiran kami dipenuhi firman yang memperbaharui, mengubahkan hidup kami makin berkenan kepada Tuhan. Inilah doa kami ya Tuhan, demi nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur, kami berdoa. Amin.
Mari kita melihat di dalam Alkitab Yohanes 19:38-42, “Sesudah itu Yusuf dari Arimatea–ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi–meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.” Kita melihat Lukas 23:50,51, “Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.” Disebutkan ia seorang anggota Majelis atau Sanhedrin, dan seorang yang baik, dan seorang yang benar. Kita mundur lagi membaca Markus 15:53, “Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.”
Saudara kekasih Tuhan Yesus Kristus, ini beberapa informasi yang kita bisa dapat, yaitu ada seorang yang bernama Yusuf orang Arimatea. Saudara, setelah Yesus mati di kayu salib, maka pada umumnya Saudara, itu kalau orang disalib itu tidak langsung mati. Itu hukuman yang berat, orang itu harus menderita kesakitan selama beberapa hari baru mati. Dan kadang kala kalau penjahat-penjahat itu mati nggak ada seorangpun yang peduli Saudara, lalu burung-burung pemakan mayat itu mulai menclok di tempat kayu salib maka sisa dagingnya itu dimakan sampai habis, sampai kering disitu. Sehingga kalau Saudara pergi ke daerah penyaliban itu mengerikan sekali. Karena itu banyak burung-burung pemakan bangkai makan orang-orang yang sudah mati itu. Kadang kala mereka belum mati, masih sekarat, maka burung-burung pemakan mayat itu pada menclok dan makan orang yang sudah sekarat sampai mati. Tapi Yesus tidak menngalami kondisi seperti itu Saudara. Yesus setelah Dia mengatakan, “Aku menyerahkan nyawaKu,” Yesus pada waktu itu juga Dia segera mati waktu itu. Waktu itu masih ada waktu 3 jam, waktu orang Yahudi dihitung mulai jam 6 sore sehingga waktu 3 jam ini, waktu itu kan hari Sabat mereka tidak bisa menurunkan mayat, itu najis, maka waktu yang pendek ini Saudara siapa yang peduli dengan jenazah atau mayat Tuhan Yesus?
Nah kita tahu Saudara, murid-murid waktu itu ngacir semua, ngacir tahu ya? Nggak tahu hidungnya itu dimana, tidak ada satupun yang muncul Saudara. Pada waktu Yesus sehat melayani, semua berbondong-bondong mengikut Yesus. Tapi pada waktu Yesus sudah mati, semua orang melupakan Yesus. Murid-murid yang begitu dekat, yang komitmennya bbegitu besar seperti Petrus, satu-satu meninggalkan Tuhan. Orang yang selama ini terang-terangan menyatakan loyalitas kepada Kristus, yang mengatakan siap mati bagi Tuhan, satu-satu mundur teratur, tidak kelihatan hidungnya pada waktu Yesus meninggal dunia. Ini suatu gambaran Saudara, orang itu seringkali kayak gitu, kalau orang sedang jaya, kuat, banyak orang yang dekat, betul nggak? Waktu sudah terpuruk, melarat, nggak ada orang peduli Saudara, inilah manusia. Termasuk di dalam Kristen kadang-kadang seperti itu Saudara. Nah ini semua nggak mau Yesus Kristus. Ada pengikut Yesus yang terang-terangan. Selama Yesus pelayanan terus menjadi orang kanan Yesus, tangan kiri Yesus, atau kaki-tangan Tuhan Yesus, tapi disamping orang yang kelihatan setia sama Tuhan waktu hidup tetapi sebetulnya ada orang yang secara diam-diam respek kepada Tuhan Yesus, mereka peduli kepada Tuhan Yesus, mereka bbegitu punya kesetiaan kepada Yesus tapi diam-diam Saudara.
Nah diam-diam itu ada 2 macam Saudara. Diam-diam karena apa? Diam-diam karena memang orang itu rendah hati dan tidak menonjolkan diri. Saya kadang melihat orang-orang jemaat di Reformed, ada orang kaya sekali, punya perusahaan yang banyak tapi ya Saudara, orangnya begitusimple sekali, sederhana sekali. Kadang-kadang pakai kaos, sederhana sekali, pakai pakaian lusuh, sederhana sekali, tidak tampil Saudara, tapi orang ini sangat setia melayani Tuhan. bukan majelis, nggak maju majelis tapi orang ini mau sungguh-sungguh mendukung pekerjaan Tuhan. diam-diam, tidak mau dikenal namanya, dia mendukung pekerjaan Tuhan, dia mendukung KPIN. Tidak ada suara, tidak ada nama tapi melakukan banyak hal yang sungguh-sungguh menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan. Orang ini baik dan tidak menonjolkan diri. Punya kapasitas, punya potensi, beraniaction, tapi diam Saudara. Ada orang kerja sedikit sudah banyak cerita. Yang lebih celaka NATO, No Action Talk Only, ngomong thok nggak ada tindakannya sama sekali. Nah Saudara, ini pertama tipe orang baik yaitu orang yang walaupun punya kapasitas, punya banyak sumbangsih, tapisilent, diam tapi banyak bergerak.
Tapi banyak orang diam-diam, tidak mau menonjolkan diri, karena takut resikonya. Permulaan Saudara, Yusuf orang Arimatea ini style-nya seperti Nikodemus, ketemu Yesus pada waktu malam supaya nda jadi isu yang besar. Dia seorang pengajar agama Yahudi, termasuk Arimatea di sini, seorang Sanhedrin, seorang tokoh iman yang besar, seorang yang punya kedudukan yang penting, orang kehormatan, orang terhormat, tapi untuk menjaga performance dia tidak menonjolkan diri. Atau aspek lain Saudara, kita pahami kemungkinan yang takut menyatakan loyalitas kepada Yesus kenapa? Karena mengganggu posisinya. Dia orang kaya, orang yang punya posisi dalam masyarakat, kalau dia menonjolkan diri akan dikucilkan oleh orang-orang lain maka lebih baik dia diam-diam. Diam-diam ini artinya cari aman. “Kalau saya macam-macam, jangan-jangan saya bisa dicopot, kesempatan untuk saya mendapatkan posisi, mendapatkan keuntungan jadi hilang karena saya dianggap antek-anteknya Tuhan Yesus Kristus.” Mungkin kalau seorang pejabat, mayoritas Islam, kalau menonjol sebagai orang Kristen mungkin tahun depan sudah dilengser atau di-reshuffle gitu kan. Maka orang ini boleh dikatakan orang yang berusaha untuk play save, cari aman untuk tidak menimbulkan gejolak-gejolak yang nanti mengganggu posisinya baik sebagai majelis yang utama ataupun sebagai seorang yang kaya, yang punya jabatan, orang yang baik, orang yang benar, jadi orang yang punya reputasi yang baik. Tapi dia masih diam-siam melayani, diam-diam itu karena takut resiko. Atau diam-diam karena orang itu malu-malu. Saya kadang-kadang lihat ada seorang ibu-ibu malu-malu, diam-diam. Suaminya itu aktif sekali, dia diam-diam tapi diam bukan berarti dia orang bodoh, diam-diam orang pintar, diam-diam orang yang suka rohani sehingga pada saat-saat tertentu muncul melakukan suatu tindakan yang betul-betul mengejutkan orang, “Wuih, bisa jadi guru Sekolah Minggu lho, ta pikir malu-malu tapi kalau ngajar waduh tegasnya, disiplinnya,” kaget kita ya. Kadang-kadang orang cantik, kalem, kita nggak tahu, setelah jadi istri baru tahu cerewet dan tegas sekali. Mukanya waduh cantik, kalem, setelah jadi istri baru tahu ya mulutnya kayak cucak rowo, ngomong, pedas omongannya. Mukanya cantik tapi hatinya judes, hati orang kita nggak tahu, hati orang siapa yang menyangka Saudara. Banyak orang diam-diam itu kita nggak tahu Saudara. Kadang-kadang orang banyak koar-koar, banyak ngomong, kadang hatinya nggak seperti itu, orang yang diam-diam lebih-lebih lagi kita nggak mengerti hatinya.Nah kita melihat karakter dari pada Yusuf Arimatea, tetapi Alkitab memberikan suatu rekomendasi: dia seorang yang baik, orang yang baik, orang yang benar, orang yang punya posisi yang tinggi. Ini jarang ya, orang yang posisi tinggi, hatinya baik, hatinya benar. Ada orang yang benar justru nggak dapat posisi. Tapi ini orang yang punya reputasi, posisi yang baik Saudara. Alangkah baiknya kalau pemimpin di atas itu disamping punya kuasa, punya posisi, tapi takut sama Tuhan, hatinya benar, hatinya baik, nah ini orang seperti Arimatea.
Mari kita mempelajari Arimatea itu Saudara. Kita melihat Yusuf Arimatea ini orang yang diam-diam, orang yang memperhatikan Yesus dari jauh lalu makin hari makin mendekat. Nah pada saat-saat urgent dia muncul Saudara. Kita nggak bisa bayangkan waktu itu kalau Yesus kemudian Dia mati nggak ada seorangpun yang menurunkan mayat. Lalu apa jadinya kalau kemudian mayat Tuhan Yesus itu ada burung-burung pemakan bangkai itu mencungkili lalu makin hari makin habis, wah dimana kehormatannya itu? Tapi kita melihat Saudara, bukan hanya Yusuf Arimatea, ada Nikodemus, yang selam ini orang diam-diam, ada perempuan-perempuan yang selama ini di belakang layar sepertinya tidak bisa bergerak apa-apa tapi pada saat Yesus mengalami kondisi yang sangat tragis itu orang ini muncul, orang ini peduli. Kita lihat prinsip orang yang terdahulu menjadi yang terakhir ya, yang terakhir menjadi yang terdahulu. Ini orang-orang yang betul-betul pada masa kritis Tuhan Yesus, masa yang tragis dari Tuhan Yesus, orang-orang ini siap untuk melakukan sesuatu. Dan ini ada sesuatu peningkatan yang cukup besar Saudara, dulu Saudara, Arimatea, Nikodemus hanya diam-diam, nggak berani ambil resiko, nggak ambil konsekuensi, dia diam-diam tapi kali ini mereka memberanikan diri, memberanikan diri untuk menyatakan siapa dirinya itu pada relasi dengan Kristus. Sudah mereka nggak butuh lagi dengan jabatannya, kekayaannya, “Saya harus memberikan penghormatan kepada yang kukagumi ini, saat terakhir, aku nggak peduli lagi jabatanku, aku nggak peduli lagi uangku, aku nggak peduli lagi orang lain membenci aku, membuang aku, tapi aku memberikan pengabdianku yang tulus, penghormatanku yang tertinggi kepada Yesus Kristus Tuhanku.” Saudara, dia memberanikan diri, orang dari takut, dari malu nggak peduli lagi tentang dirinya. Dia benar-benar mau memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
Ini momen yang sangat krusial, kalau momen ini tidak digunakan maka nggak ada kesempatan lagi Saudara. Kadang kala kita pikir, “Ahh saya ingin mencari kesempatan yang terbaik sama Tuhan,” Saudara kesempatan nggak selalu ada. Kadang-kadang kita pikir masih ada kesempatan melayani, masih ada kesempatan berbagi tapi kita lewatkan kesempatan-kesempatan itu akhirnya kesempatan nggak terulang lagi, nggak ada lagi kesempatan itu. Ada satu kisah Saudara. Ada seorang anak Sekolah Minggu waktu itu mau berulang tahun, anak yang baik, sekolahnya bagus, nurut sama orangtua sehingga orangtua itu sangat mencintai anak ini. Terus suatu kali orangtua itu menawarkan waktu mau ulang tahun, “Anakku, kamu ulang tahun kan? Papa ingin merayakan ulang tahun untuk kamu, kamu mau undang teman-temanmu silahkan, papa akan merayakan ulang tahunmu, undang kawan-kawanmu semua.” Lalu anak ini ngomong, “Pa, saya nggak butuh ulang tahun keren, lebih baik uangnya yang untuk ulang tahun dipersembahkan untuk gereja, gereja sedang perlu uang Pa, nggak perlu di ulang tahun-kan, sayang kalau uang itu hanya untuk kepentinganku, gereja lebih memerlukan, gereja sedang memerlukan keuangan cukup banyak sekali.” Mama-Papanya wah respek sekali Saudara, anak kok sampai bisa mikir begitu ya, kok bisa mikir pekerjaan Tuhan, kok tidak mikir kepentingan sendiri. Nah seringkali kalau anak ulang tahun, “Hore, hore,” gitu kan? “Bisa undang teman, Papa kasih hadiah ini, hadiah itu,” seringkali anda kan seperti itu. Anak kecil tapi jiwanya dewasa, anak kecil tapi rohaninya bertumbuh, dia makin bertumbuh makin mengasihi Allah, mau hidup untuk kepentingan Allah. Walau kecil sudah sampai seperti itu. Mamanya terharu, Papanya terharu, “Ok lah, gini anakku, Papa-Mama tetap akan mengulang tahunkan kamu tapi Papa juga akan kasih persembahan, ada uang yang lebih besar daripada biaya untuk pesta itu Papa akan berikan untuk pekerjaan Tuhan.” “Ya itu terserah Papa, kalau aku pikir nggak perlu, saya nda perlu, ada pekerjaan Tuhan yang lebih perlu, nggak usah pesta.” Mamanya, “aduh gimana ya,” bergumul, lalu mereka merencanakan sudah pesta, persembahan juga. Tapi Saudara, menjelang hari ulang tahun itu anaknya tiba-tiba sakit dan meninggal dunia. Saat hari ulang tahunnya itu Mamanya cerita, sebenarnya anakku ini tidak mau dipestakan ulang tahun, minta supaya semua uang untuk ulang tahun dipersembahkan kepada Tuhan.
Saudara, kapan kita mati kita nggak tahu, betul? Kesempatan kita untuk melakukan sesuatu untuk orang yang kita kasihi, orang yang kita hormati tidak selalu ada Saudara. Kita kapan selesainya tidak tahu Saudara. Kita harus peka pada waktu-waktu yang diberikan, waktu nggak akan terulang, waktu adalah kesempatan kita mau mengerjakan pekerjaan yang baik yang Tuhan mau dalam hidup kita, amin? Kita juga nggak tahu orang-orang yang kita hormati, kita kasihi itu kapan mereka meninggal Saudara. Selama mereka masih hidup, ada kesempatan berbuat baik, berbuatlah baik, amin? Kita masih punya orangtua, kadang-kadang kita melihat, “Wah ekonomiku lagi pas-pasan, nanti lah kalau ada uang lebih saya baru memperhatikan orangtuaku.” Saya mau tanya kapan kita penghasilan cukup, hayo kapan? Jika engkau rasa cukup uang untuk membagi kepada orang lain, kapan kamu rasa cukup? Saya mau kasih tahu kamu kapan cukupnya, kamu rasa cukup setelah kamu di kuburan itu. Manusia ndapernah rasa cukup dalam hidup ini, amin? Tapi ingat sebagai orangtua kita hidup jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri tapi kepentingan orang lain juga, amin? Bahkan menganggap orang lain lebih utama dari diri sendiri. Kapan cukup? Nggak pernah cukup kecuali kamu belajar mencukupkan diri, amin? Engkau belajar mencukupkan diri dan belajar rela menyangkal diri berkorban untuk menyatakan kasih yang tulus kepada orang-orang yang kamu kasihi dan katanya kamu hormati. Kalau kita katakan mengasihi, menghormati seseorang tapi kamu tidak ada tindakan apa-apa itu omong kosong. Katanya mengasihi Tuhan tapi kalau tidak mengasihi umat Tuhan itu omong kosong. Kadang-kadang orang kelihatan rohani tapi hatinya nggak ada rohani sama sekali.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Yusuf Arimatea bisa menangkap momennya Tuhan lalu dia mengambil resiko, kalau dia sampai ditolak kemudian disalah mengerti sama orang-orang Yahudi, dia dikucilkan, dia menjadi miskin, tidak menjadi pejabat dan dia sudah welcome, dia sudah siap untuk berkorban, untuk berikan hormat, kasihnya kepada Tuhan. Saudara, waktu-waktu yang kita lewati waktu yang nggak terulang Saudara. bagaimana kita menangkap momen-momen yang Tuhan berikan untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Kapan waktunya? Sekarang. Kamu pikirkan setiap hari hidupmu, apa yang baik yang berkenan kepada Tuhan lalu lakukan dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan. Saudara kekasih Yesus Kristus, ini adalah satu kontras yang besar di dalam kehidupan murid-murid Tuhan Yesus. Saudara, disebutkan Yusuf Arimatea termasuk murid Tuhan Yesus, dia murid Tuhan Yesus walaupun mungkin selama ini sebenarnya dia tidak cukup syarat jadi murid Tuhan Yesus, karena apa? Nggak banyak tindakan, nggak banyak aktifitas. Tapi pada akhir hidup, pada kesempatan ini dia menyatakan hidupnya sungguh-sungguh mau dipakai memuliakan Tuhan, di momen yang satu-satunya, boleh dikatakan, yang punya nilai di dalam hidupnya, momen yang lain tidak ada dalam hidupnya tapi kali ini dia boleh menangkap kesempatan. Di tengah-tengah hal yang ironis murid Tuhan semuanya meninggalkan Dia, murid-murid Tuhan Yesus tidak peduli kepada Dia, Yusuf dari Arimatea memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
Saudara, saya mau tanya kepada Saudara, selama ini Saudara aktif, sementara ini Saudara giat, saya mau tanya Saudara sudah memberikan yang terbaik sama Tuhan atau belum? Aatau hanya asal-asalan dan belum memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Orang lain boleh lihat kamu baik, OK, tapi Tuhan menilai hati kita, Tuhan menilai pikiran kita lebih dari pada yang kelihatan Saudara. Yang kedua, kalau selama ini engkau diam-diam, malu, diam-diam, minder, Saudara belum menampilkan dirimu menjadi pengikut Kristus yang sungguh-sungguh, engkau takut dikritik, engkau takut dikucilkan oleh rekan-rekanmu, engkau disalah mengerti oleh keluargamu, Saudara sampai kapan kita sembunyi-sembunyi seperti ini? Tuhan ingin kita tampil menjadi saksi Tuhan, Tuhan ingin kita memberanikan diri kita, Tuhan ingin supaya kita siap untuk menjalani apapun konsekuensinya, Saudara mau melayani untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan. Sampai kapan kamu sembunyi? Kapan kamu muncul? Sampai kapan kamu menyimpan potensimu, kapasitasmu untuk kepentinganmu sendiri? Mari muncul, berikan yang terbaik buat Tuhan. Kesempatan Tuhan masih kasih tapi kesempatan nggak selalu ada. Cari kesempatan untuk berikan yang terbaik bagi Tuhan, amin? Yang terakhir Saudara, Engkau sudah melayani sekian lama ikut Tuhan, engkau bahkan sudah cukup aktif, cukup giat, “aku sudah cukup berikan yang terbaik,” saya katakan belum cukup. Kita jangan mengingat apa saja yang sudah dilakukan tapi pikirkan apa saja yang belum kamu lakukan untuk Tuhan. Kamu jangan puas apa yang kau sudah kerjakan, mari kita pikirkan apa yang belum kita kerjakan Saudara. Jangan pikir orang lain sudah kerjakan nda perlu aku, setiap kita ada bagian yang harus kita kerjakan, amin? Koreksi, jangan terus berdiam diri, bergeraklah, kejarlah apa yang selama ini engkau tertinggal. Tuhan beri kesempatan kepada kita, tidak selalu ada.
Dan Yusuf Arimatea, termasuk Nikodemus, lalu perempuan-perempuan yang selama ini di belakang layar, mereka semua berani tampil, berani muncul konsekuensinya apapun juga. Dan Nikodemus menyediakan tempat untuk mayat, jenazah Yesus dikuburkan di situ, disimpan di situ. Nikodemus juga ikut membawa rempah-rempah dengan jumlah yang banyak untuk mayat Tuhan Yesus sebagai penghormatan terakhir. Perempuan-perempuan sesuai dengan kapasitas mereka berbondong-bondong berani dekat sama Tuhan Yesus, dia siap apapun resikonya untuk pikul salib, untuk hidup menyenangkan Tuhan. Saya berharap kita semua hari ini mau bertindak seperti Yusuf Arimatea, mau berbagian dalam pekerjaan Tuhan. Ya engkau sanggup, ya engkau bisa, ya Tuhan buka kesempatan. Kalau kita bisa berikan tempat untuk Yesus itu dibaringkan di situ, berikan untuk Tuhan. Kalau engkau bisa pakai rempah-rempah, berikan untuk Tuhan. Kalau engkau siap waktu untuk repot, berikan waktumu untuk Tuhan. Kalau kamu punya posisi dalam masyarakat untuk lobby dengan pejabat, lakukanlah untuk Tuhan. Semua berbagian untuk memberikan kehormatan kepada Kristus Yesus Tuhan dan Raja kita yang telah mati untuk kita, amin? Kiranya Tuhan menolong kita, khususnya yang sudah dibaptis tadi, jangan kamu diam-diam, kamu tampil, memberanikan diri untuk menjadi pengikut Kristus apapun konsekuensinya. Saya percaya pada waktu kita punya sikap demikian kehadiran pekerjaan Tuhan akan dinyatakan dengan begitu bersuka, khususnya di tengah-tengah gereja. Berikan yang terbaik kepada Tuhan, jangan takut. Kita mau menyenangkan Tuhan supaya pada waktu itu semua kita bela Tuhan puas dengan kita dan nama Tuhan dipermuliakan, amin? Mari kita berdoa.
Ya Tuhan di Sorga, kami bersyukur firmanMu sudah kami renungkan. Bukan hanya untuk pendengar tapi untuk hambaMu sendiri. Tolong kami Tuhan, kuatkan kami yang seringkali kami takut, kami kuatir, kami kurang memberanikan diri, biar Roh Kudus mengkuatkan kami untuk ambil komitmen lebih bersungguh-sungguh tampil untuk menjadi saksi Tuhan untuk kehormatan, kemuliaan bagi nama Tuhan. berikan keberanian untuk melangkah ya Tuhan, melakukan yang terbaik dan berkenan kepada Tuhan. Berikan kami kekuatan untuk mengambil sikap apapun penilaian orang lain, apapun konsekuensinya karena Kristus sudah memberikan yang terbaik untuk kami. Kami mau belajar berkaca padaMu untuk hormat, kasih kami kepada Tuhan. Inilah doa kami ya Tuhan, demi nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]